• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara 1. Defenisi

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (Setiati, 2009).

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani, 2013)

2. Faktor Resiko

Penyebab kanker payudara tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih mungki menderita kanker payudara.

Berbagai faktor resiko tersebut menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai berikut:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari 1. Gender

Wanita adalah resiko utama kanker payudara. Pria juga bisa mengidap namun perbandingannya adalah seratus banding satu.

2. Usia

Sekitar dua dari tiga wanita menderita kanker payudara yang berusia diatas 55 tahun sedangkan 1 dari 8 wanita menderita kanker payudara yang berumur di bawah 45 tahun.

(2)

3. Pernah Menderita Kanker Payudara

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif beresiko tinggi menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena kanker diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebsesar 0,5-1% per tahun.

4. Riwayat Keluarga

Wanita yang mempunyai ibu, saudara perempuan, dan anak yang menderita kanker, ternyata memiliki resiko 3 kali lebih besa untuk menderita kanker payudara.

5. Faktor Genetik Dan Hormonal

Diketahui bahwa dua varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka ia berkemungkinan besar menderita kanker payudara.

Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker paydara, yakni p53, BARD1, BRCA3, dan Noey2, ATM, CHEK2, PTEN,. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.

Faktor hormonal pun berperan penting, karena hormon memicu pertumbuhan sel.

Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya se-sel yang secara genetik sudah mengalami kerusakan dan menyebabkan kenker.

6. Pernah Menderita Penyakit Payudara Nonkanker

Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara nonkanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah

(3)

saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperflasia atifik).

7. Menarche

Semakin dini menarche, semakin besar resiko wanita menderita kanker payudara.

Resiko menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun. Demikian halnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara.

8. RAS

Wanita berkulit putih akan lebih rendah terkena resiko kanker payudara dibandingkan wanita Afrika-Amerika. Dan, wanita Afrika-Amerika kemungkinan besar mati karean kanker ini. Alasan yang tampaknya paling mungkin adalah bahwa wanita Afrika-Amerika mempunyai tumor yang berkembang lebih cepat.

9. Tingkat ketebalan jaringan payudara

Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar yang lebih banyak dan jaringan lemak yang lebih sedikit.

b. Faktor resiko yang bisa dihindari

1. Pemakaian Pil KB Atau Terapi Sulih Esterogen

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian, dan faktor lainnya. Sebenarnya, sebelum diketahui seberapa lama efek pil setelah pemakaian pil dihentikan. Sepertinya, terapi sulih esterogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun sedikit meningkatkan resiko kanker payudara. Dan, resikonya meningkat jika pemakaiannya berlangsung lebih lama.

(4)

2. Obesitas Pasca Menopause

Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara dikarenakan tigginya kadar esterogen pada wanita yang mengalami obesitas.

3. Pemakaian Alkohol

Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

4. Bahan Kimia

Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa pemaparan bahan kimia yang menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) berkemungkinan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

5. DES (Dietilstilbestrol)

Wanita yang menkonsumsi DES guna mencegah keguguran beresiko tinggi menderita kanker payudara.

6. Penyinaran

Pemaparan terhadap penyinaran, terutama penyinaran pada dada, semasa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

7. Tidak memberikan ASI 8. Kurang beolahraga

9. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pada usia tua 10. Terapi hormon post-menopause(PHT)

c. Faktor Resiko yang tidak pasti 1. Makanan tinggi lemak

2. Penggunaan bra dan antikeringat 3. Susuk payudara

(5)

4. Polusi 5. Asap rokok 6. Bekerja malam

3. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Menurut (Mulyani,2013), beberapa gejala kanker payudara yaitu : 1. Ditemukannya benjolan pada payudara

Gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan tidak biasa yang ditemukan pada payudara. Benjolan itu biasanya ditandai dengan rasa sakit bila dipegang atau ditekan.

2. Perubahan pada payudara

Biasanya gejala yang terjadi ialah berubah ukuran, bentuk payudara dan putting. Di mana gejala itu awalnya ditandai dengan permukaan payudara akan berwarna merah, kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk.

3. Puting mengeluarkan cairan

Pada putting sering kali mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti darah, tetapi juga terkadang berwarna kuning, kehijau-hijauan berupa nanah.

4. Pembengkakan pada payudara

Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan payudara tanpa ada benjolan merupakan gejala umumnya. Bahkan, kadang-kadang salah satu payudara pembuluh darahnya lebih terlihat.

4. Stadium Kanker Payudara

Menurut (Olfah, 2013) tahapan kanker payudara adalah sebagai berikut : 1. Stadium 1

Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran <2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis aksila.

(6)

2. Stadium II

Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis aksila atau tumor dengan diameter 2-5 cm dengan atau tanpa metastatis aksila.

3. Stadium IIIA

Tumor dengan diameter >5 cm tetapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih bebas satu sama lain, atau tumor dengan metastasis aksila yang melekat

4. Stadium IV

Tumor yang telah mengalami metastasis jauh 5. Pengobatan Kanker Payudara

Menurut Mulyani (2013) pengobatan kanker payudara tergantung stadium yang dialami penderita. Macam-macam pengobatan kanker payudara yaitu:

1. Pembedahan

a. Radical Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.

b. Total Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara saja bukan kelenjar di axial

c. Modified Radical Mastectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga serta benjolan di sekitar ketiak

2. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi ini juga bertujuan untuk mencegah agar kanker tidak muncul di area lain.

(7)

3. Terapi Hormon

Terapi hormon dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.

4. Kemoterapi

Yaitu proses pemberian obat-obatan anti kanker dapat secara oral dan intravenous.

Kemoterapi adjuvant, diberikan setelah operasi pembedahan untuk jenis kanker

payudara yang belum menyebar dengan tujuan untuk mengurangi risiko timbulnya kembali kanker payudara. Neoadjuvant kemoterapi diberikan sebelum operasi.

5. Terapi Imunologik

Terapi kanker ini berlandaskan pada fungsi sistem imun yang tujuannya untuk mengenali dan menghancurkan sel yang berubah sifat sebelum sel tumbuh menjadi tumor serta pembunuh sel tumor yang telah terbentuk.

6. Efek pengobatan Kanker Payudara

Efek samping dari pengobatan pasien kanker payudara yaitu pada kemoterapi. Efek samping yang paling umum adalah kelelahan atau merasa letih. Sebagian pengobatan bisa membuat tubuh dehidrasi atau menyebabkan sulit buang air besar. Beberapa efek samping lainnya seperti anemia, diare, kelelahan, masalah kesuburan, perubahan rambut,infeksi, kehilangan daya ingat, luka pada mulut dan kerongkongan, perubahan pada kuku, mual, perubahan dalam merasa dan membau, muntah, perubahan berat badan. Lalu pada terapi radiasi yang menyebabkan reaksi kulit penderita seperti terbakar matahari, dengan warna kemerah-merahan dari yang ringan hingga berat, dengan rasa gatal, terbakar, sakit, dan mungkin bisa mengelupas. Tidak seperti yang terjadi pada kulit yang terbakar matahari, kulit akan secara perlahan-lahan dan mungkin hanya dalam potongan kecil saja. Selain pada kulit, efek samping terjadi pada ketiak dengan timbulnya rasa tidak nyaman, nyeri pada dada,

(8)

kelelahan, masalah jantung, menurunnya sel darah putih, juga masalah pada paru-paru (Pamungkas, 2011).

B. Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Hawari, 2004).

Menurut (Suliswati, 2012) kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidk menyenangkan dan dialami oleh senua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.

2. Kepribadian Pencemas

Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan otak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, bimbang, memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir), kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum,sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain, tidak mudah mengalah, gerakan sering serba salah, sering mengeluh, khawatir berlebihan terhadap penyakit,mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil, dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang, jika sedang emosi seringkali bertindak histeris.orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamanya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi sering juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik (somatik) (Hawari, 2001).

(9)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Dalami (2009) faktor predisposisi kecemasan ditinjau dari berbagai teori yang telah dikembangkanyaitu :

1. Teori psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan implus primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Teori interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasaan timbul dari ketakutan terhadap ketidak setujuan dan penlakkan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk terjadi kecemasan yang berat.

3. Teori perilaku

Menurut pandangan prilaku kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Para ahli prilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindari rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia pada awal kehidupannya dihadapkan rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan yang terjadi kecemasan yang berat pada kehidupannya masa dewasanya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik

(10)

antara konflik dan ansietas, konflik yang menimbulkan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.

4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.

5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama- aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan untuk individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.

4. Gejala Klinis Cemas

Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan – keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari,2001)

5. Gangguan Cemas Menyeluruh

Menurut Hawari (2001) secara klinis selain gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan manifestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut ini :

(11)

1. Ketegangan motorik / alat gerak

Gemetar , tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, kelopak mata bergetar, kening berkerut, muka tegang, gelisah, tidak dapat diam dan mudah kaget.

2. Hiperaktivitas saraf autonom

Berkeringat berlebihan, jantung berdebar-debar, rasa dingin, telapak tangan/kaki basah, mulut kering, pusing, kepala terasa ringan, kesemutan, rasa mual, rasa aliran panas atau dingin, sering buang air seni, diare, rasa tidak enak di uluh hati, kerongkongan tersumbat, muka merah atau pucat, denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat.

3. Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang

Cemas , khawatir, takut, berfikir berulang, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau orang lain.

4. Kewaspadaan berlebihan

Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, merasa ngeri, mudah tersinggung, dan tidak sabar

6. Tingkat Kecemasan

Menurut Dalami (2009) ansietas atau kecemasan terdapat dalam 4 tingkatan, setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungannya, tingkat kecemasan atau ansietas yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Individu masih waspada dan berhati-hati, serta lapang persepsinya melebar. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Respon fisiologi kecemasan

(12)

ringan adalah : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, sedang respon perilaku dan emosinya adalah : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan Sedang

Individu lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain, lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Respon fisiologi pada kecemasan sedang adalah : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, konstipasi atau diare, gelisah., sedang respon perilaku dan emosinya adalah : gerakan tersentak-sentak (mremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

c. Kecemasan Berat

Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatianya pada detil yang kecil (spesifik) dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respon fisiologi pada kecemasan berat adalah : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, sedang respon perilaku dan emosinya adalah : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

d. Kecemasan Panik

Pada tingkatan ini lapangan persepsi Individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa -apa walaupun telah diberikan pengarahan. Respon fisiologi pada tingkat kecemasan ini adalah : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordina si motorik rendah, sedang respon perilaku dan emosi nya adalah : mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.

(13)

7. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2013) Untuk mengetahuit sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala –gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala yang diberi penilaian (score) antara 0-4 yang artinya adalah : Nilai 0 : Tidak Ada gejala (keluhan), 1 : Gejala Ringan, 2 : Gejala Sedang, 3 : Gejala Berat , 4 : Gejala Berat sekali .

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing- masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu : kurang dari 14 tidak ada kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, 42-56 berat sekali

C. Dukungan Sosial

1. Definisi Dukungan Sosial

Taylor (2003) mengatakan dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat dan diharga, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik dari orangtua, kekasih/kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat.

2. Sumber dukungan sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dikelompokkan oleh Sarafino (1994) yang mengeukakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari :

1 Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional (signification others) seperti : keluarga, teman dekat, atau rekan . hubungan dengan

(14)

kalangan non-profesional atau significant others merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial.

2 Profesional , seperti psikologi atau dokter, yang brguna untuk menganalisis secara klinis maupun psikis.

3 Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group) 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

Tidak semua orang mendapatkan dukungan sosial seperti yang diharapkannya.

Setidaknya ada 3 faktor yang menyebabkan seseorang menerima dukungan (Sarafino, 1994).

a. Potensi penerima dukungan

Tidak mungkin seseorang memperoleh dukungan sosial seperti yang diharapkan jika dia tidak sosial, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiasakan orang lain mengetahui bahwa dia sebenarnya memerlukan pertolongan . beberapa orang tidak perlu assertive untuk meminta bantuan orang lain atau merasa bahwa mereka seharusnya tidak tergantung dan menyusahkan orang lain.

b. Potensi penyedia dukungan

Seseorang yang seharusnya menjadi penyedia dukungan bisa saja tidak mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain, atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain, atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

c. Komposisi dan struktur jaringan sosial

Maksud dari jaringan sosial adalah hubungan yang dimiliki individu dengan orang- orang dalam keluarga dan lingkungannya. Hubungan ini dapat bervariasi dalam ukuran (jumlah orang yang sering berhubungan dengan individu), frekuensi hubungan (seberapa sering individu berteman dengan orang-orang tersebut), komposisi ( apakah

(15)

orang-orang tersebut keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya ), dan kedekatan hubungan.

4. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan

Menerut Sarafino (2006), ada dua model teori untuk mengetahui bagaimana dukungan sosial ini bekerja dalam diri individu, yaitu :

1. The Buffering Hypothesis

Menurut teori ini, dukungan sosial melindungi individu dengan melawan efek -efek

negatif dari tingkat stres yang tinggi, yaitu dengan dua cara berikut:

a. Ketika individu menghadapi stressor yang kuat, seperti krisis keuangan, maka individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi menjadi kurang melihat situasi tersebut sebagai situasi yang penuh stress, bila dibandingkan dengan individu dengan tingkat dukungan sosial yang rendah. Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi berharap bahwa seseorang yang dikenal individu akan menolong individu tersebut.

b. Dukungan sosial dapat merubah respon seseorang terhadap stressor yang telah diterima sebelumnya. Contohnya, individu dengan dukungan sosial yang tinggi mungkin memeliki seseorang yang dapat memberikan solusi terhadap masalah individu, atau melihat masalah tersebut sebagai suatu yang tidak terlalu penting, atau membuat individu dapat menemukan titik terang dari masalah tersebut.

2. The Direct Effect Hypothesis

Individu dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi memiliki perasaan yang kuat bahwa individu tersebut dicintai dan dihargai. Individu dengan dukungan sosial tinggi merasa bahwa orang lain peduli dan membutuhkan individu tersebut, sehingga hal ini dapat mengarahkan individu kepada gaya hidup yang sehat.

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang harus dilakukan dalam kegiatan penilaian proses pada pembelajaran seni adalah guru dapat menentukan kondisi siswa yang memiliki prestasi menurut

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari 7 total rekam medis pasien dewasa yang didiagnosis sepsis dengan sumber infeksi pernapasan dan sembuh, yang dirawat di salah satu

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

SCA yang tidak secara fisik menangani produk UTZ: SCA ini harus mematuhi persyaratan yang berlaku dari Standar Rantai pengawasan (ChoC), walaupun bukan sebagai

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen Bergerak

Kelainan bicara dan/atau bahasa adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara Keterlambatan dan

Zn dalam tanah dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kelompok mudah tersedia sampai tidak tersedia bagi tanaman, yaitu bentuk terlarut dalam air, dapat dipertukarkan (terikat

Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak. Karena pembiasaan berperan sebagai efek latihan yang terus menerus, anak akan lebih terbiasa berperilaku dengan nilai-nilai