JURNAL
PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PALA PADA BERBAGAI SALURAN PEMASARAN DI KECAMATAN KAUDITAN
KABUPATEN MINAHASA UTARA
ALVONDA A. KAUNANG 100 314 128
Dosen Pembimbing :
Dr. Caroline B. D. Pakasi, SP, MSi Ir. Jenny Baroleh, MSi
Ir. Joachim. N. K. Dumais, ME
JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2014
PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI PALA PADA BERBAGAI SALURAN PEMASARAN DI KECAMATAN KAUDITAN
KABUPATEN MINAHASA UTARA
Alvonda A.Kaunang / 100 314 128
ABSTRACT
Alvonda Agustiani Kaunang. Comparison of Farmers' Income On Various Marketing Channels in Kauditan Sub District North Minahasa regency. Under guidance of Dr. Caroline Pakasi BD, SP, MSi as chairman, Ir. Jenny Baroleh, MSi and Ir. Joachim N. K. Dumais, ME as members.
The objective of this research is to determine the comparison of farmer’s income on varions marketing channel of nutmeg seed in Kauditan Sub District North Minahasa Regency. This research was conducted in Kauditan Sub District North Minahasa Regency from February 2014 to May 2014. Data collected in this study is primary data and secondary data. Primary data were obtained from 40 respondents nutmeg farmers, and secondary data obtained from institution associated with the research namely Department of Agriculture North Minahasa regency and office of Kauditan Sub District. Data were collected by system kuota.
The results showed the greatest farmers Income is marketing channel 4, because the at marketing channel 4, as well as collecting large farmers. The farmer receives sales nutmeg from other farmers so that the amount of nutmeg production owned by the farmers to increase. At 4 marketing channels, farmers selling nutmeg inthe form of dried nutmeg because nutmeg dried selling price is greater than the
selling price of crude nutmeg therefore the revenue received on marketing channel 4 was the greatest compared to the other marketing channel.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian berperan penting bagi perekonomian di Provinsi
Sulawesi Utara, dimana
keberlangsungan semua sektor yang ada dalam perekonomian memerlukan dukungan sektor pertanian terutama berupa penyediaan bahan baku yang akan diolah. Sektor pertanian terbagi atas 5 sub sektor yaitu Perkebunan, Tanaman pangan, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan.
Perkebunan merupakan salah satu sub- sektor yang memiliki potensi besar
dalam pertumbuhan dan
perkembangannya di Provinsi Sulawesi Utara. Komoditas sektor perkebunan yang memiliki potensi di Sulawesi Utara antara lain adalah kelapa, cengkih, dan pala.
Tanaman pala merupakan tanaman yang memiliki keunggulan komparatif karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan dalam membantu pertumbuhan perekonomian di daerah sentra produksi. Selain itu, hampir semua bagian buah pala dapat dimanfaatkan.
Bagian tanaman pala yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah biji, buah dan fulinya yang memiliki berbagai manfaat bagi kebutuhan manusia, dan juga merupakan sumber
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah
.
Kabupaten Minahasa Utara merupakan salah satu sentra produksi pala di Provinsi Sulawesi Utara.
Penghasil pala hampir tersebar di
seluruh Kabupaten Minahasa Utara dan sebagian penduduknya bergantung pada sektor pertanian khususnya pada komoditas pala. Dapat dilihat pada Tabel 1, luas lahan dan produksi pala di Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2012.
Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Pala di Minahasa Utara tahun 2012
No Kecamatan Luas Lahan (ha) Produksi/Tahun (Kg) 1
2 3 4 5 6 7 8 9
Kema Kauditan Airmadidi
Kalawat Dinembe Talawaan Likupang Selatan
Likupang Timur Wori
157,00 764,50 65,36 43,60 45,32 72,35 109,25
21,00 90,70
6.620 157.550
1.320 940 6.100 11.960
1.430 300 7.410
Jumlah 1.486,04 193.630
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara 2012
Berdasarkan Tabel 1, Kecamatan Kauditan merupakan Kecamatan yang jumlah produksi pala terbesar di Kabupaten Minahasa Utara yaitu 157.550 kg/tahun. Kemudian produksi pala terkecil di Kabupaten Minahasa Utara yaitu Kecamatan
Likupang Timur dengan produksi pala 300 kg/tahun.
Bagian dari pala yang paling menguntungkan dan paling banyak di produksi adalah biji pala (selain fuli) dibandingkan dengan daging buah pala. Dalam memasarkan biji pala, biji
pala tersebut diklasifikasikan berdasarkan grade / kelas biji pala, yaitu biji pala kelas A, biji pala kelas B, dan biji pala kelas C. Harga jual biji pala tersebut berfariasi berdasarkan kelas biji pala. Dalam memproduksi biji pala, petani mengupayakan agar hal yang diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang di keluarkan dapat menghasilkan produksi maksimal. Sehingga pada akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut akan meningkat. Pendapatan petani dipengaruhi oleh bentuk biji pala yang dijual dan kepada siapa biji pala tersebut dijual, karena harga jual biji pala berfariasi menurut saluran pemasaran yang digunakan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
perbandingan pendapatan petani pala pada berbagai saluran pemasaran biji pala di Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah perbandingan pendapatan petani pala pada berbagai saluran pemasaran biji pala di Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pendapatan petani pala pada berbagai saluran pemasaran biji pala di Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani pala dan pihak-pihak yang membutuhkan mengenai pola saluran pemasaran biji pala.
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan yaitu pada bulan Febuari sampai bulan Mei 2014.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui metode wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (Quisioner) kepada petani pala di Kecamatan Kauditan. Data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian seperti Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara dan Kantor Kecamatan Kauditan.
Metode Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu di Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.
Pengaambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan system kuota yaitu sebanyak 40 petani.
Konsep Pengukuran Variabel
Adapun variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik petani : a. Umur (tahun)
b. Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi)
c. Luas lahan yaitu luas tanam yang ditanami petani pala (ha)
d. jumlah pohon yang berproduksi (pohon)
2. Harga (price), yaitu harga jual biji pala di setiap saluran pemasaran.
- Biji pala basah (Rp/butir) - Biji pala kering (Rp/kg) 3. Biaya, yaitu semua
pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani pala mulai dari produksi sampai memasarkan biji pala. Biaya-biaya ini terdiri dari : Biaya panen, pemisahan biji dari daging buah dan fuli, biaya pengeringan, biaya pemisahan biji dari tempurung, biaya pengepakan, biaya transportasi, biaya pajak dan biaya tenaga kerja (Rp/tahun).
4. Jumlah biji pala yang dijual petani.
- Biji pala basah (butir/tahun)
- Biji pala kering (kg/tahun) 5. Pendapatan, yaitu selisih antara
total penerimaan dengan total pengeluaran oleh petani (Rp/tahun).
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pendapatan Usahatani. Pendapatan bersih petani diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Hernanto, 1993):
P = TR – TC
Dimana, P
: Pendapatan
TR : Total Revenue (pendapatan total petani/penerimaan)
TC : Total Cost (total biaya)
Selanjutnya untuk membandingkan pendapatan petani dari setiap saluran pemasaran mengunakan Analisis Uji-t dengan hipotesis :
H0 : Tidak terdapat perbedaan pendapatan
H1 : Terdapat perbedaan pendapatan
Dengan kriteria keputusan :
Jika t-hitung > t-tabel, maka H1 diterima dan H0 ditolak
Jika t-hitung < t-tabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima.
DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Kauditan adalah bagian dari Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara yang terletak dibahagian Timur Kabupaten Minahasa Utara dan memanjang dari Barat ke Timur, Batas Wilayah Kecamatan Kauditan sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Klabat
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bitung dan Laut Maluku
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kema dan Kecamatan Kombi (Minahasa) - Sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Airmadidi Kecamatan Kauditan memiliki luas wilayah 12.178 km2. Beriklim Tropis basah. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret dengan curah Hujan rata – rata 1000 – 2000 mm/tahun. Wilayah ini termasuk daerah perbukitan dengan prosentase kemiringan 0 - 25° dan ketinggian 0 - 240 m diatas permukaan laut, Temperatur udara antara 22-
23° C. Jarak Ibu Kota Kecamatan
Kauditan ke Ibu Kota Kabupaten Minahasa Utara (Airmadidi) ± 10 km dan ke Ibu Kota Propinsi (Manado) ± 26 km.
Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Kauditan menurut data
terakhir pada tahun 2013 yaitu sebanyak 26.942 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 13.617
Jiwa dan penduduk perempuan 13.326 jiwa. Dapat dilihat pada Tabel 2 dimana jumlah penduduk Kecamatan Kauditan berdasarkan desa.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Kauditan Berdasarkan Desa Tahun 2013 Sumber : Kantor Kecamatan Kauditan
Pada Tabel 2, menunjukan bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Kaudiatan yaitu Desa Tumaluntung dengan jumlah
penduduk 3.088 jiwa. Sedangka jumlah penduduk tersedikit yaitu di Desa Lembean dengan jumlah penduduk 1.221 jiwa.
No Nama Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Tumaluntung 1571 1517 3088
2 Paslaten 664 634 1298
3 Lembean 583 638 1221
4 Kaasar 812 795 1607
5 Karegesan 939 899 1838
6 Kaima 1252 1266 2518
7 Treman 1283 1446 2729
8 Kawiley 899 814 1713
9 Kauditan Satu 1676 1628 3304
10 Kauditan Dua 1261 1260 2521
11 12
Watudambo Watudambo II
1201 1476
1082 1347
2283 2823
Jumlah 13.617 13.326 26.943
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristi Responden a. Umur Petani
Umur petani akan
mempengaruhi produktifitasnya dalam bekerja. Petani yang masih muda dan sehat mempunyai tenaga yang lebih
besar dari pada petani yang sudah tua.
Dari 40 responden yang diambil di Kecamatan Kauditan diperoleh umur responden berkisar antara 30 – 61 tahun. Dapat dilihat pada Tabel 4, responden menutut kelompo
umur.
Tabel 3. Responden Menurut Kelompok Umur
No Umur ( tahun) Jumlah
Responden
Persentase (%)
1 30 – 40 6 16
2 41 – 50 23 56
3 51 – 60 10 25
4 > 60 1 3
Jumlah 40 100
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak yaitu pada usia 41 – 50 tahun yaitu sebanyak 23 responden dengan persentase 56%, kemudian yang berumur 51 – 50 tahun sebanyak 10 responden dengan persentase 25%, selanjutnya yag berumur 30 – 40 tahun sebanyak 6 responden dengan
persentase 16%, dan yang berumur >
60 tahun yaitu sebanyak 1 responden dengan persentase 3%.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktifitas petani. Pendidikan umumnya mempengaruhi cara berpikir petani dalam berusaha. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka makin besar kemungkinan untuk menyerap pengetahuan dan teknologi
diberbagai bidang terutama dibidang pertanian. Berikut adalah tabel tingkat pendidikan responden.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden
No Tingkat Pendidikan Jumlah
Responden Persentase (%)
1 SD 1 3
2 SMP 10 25
3 SMA 29 72
4 S1 - -
Jumlah 40 100
Sumber : Diolah dari data Primer
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu pada tingkat SMA dengan jumlah 29 responden dengan persentase 72%, selanjutnya pada tingkat SMP yaitu sebanyak 10 responden dengan persentase 25%, kemudian pada tingkat SD yaitu
sebanyak 1 responden dengan persentase 3%.
c. Luas lahan dan jumlah pohon yang berproduksi
Luas lahan dan jumlah pohon pala yang berproduksi yang dimiliki petani dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Luas Lahan Dan Rata-rata Jumlah Pohon Yang Berproduksi
No Luas Lahan (ha)
Jumlah Pohon yg Berproduksi
Jumlah Responden
Persentase (%)
1 < 0,50 17 13 33
2 0,51 – 1,00 38 21 53
3 1,01 – 1,50 58 3 7
4 1,51 – 2,00 93 3 7
5 > 2,00 - - -
Jumlah 1.228 40 100
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa produsen terbanyak memiliki luas lahan 0,51 – 1,00 ha dengan rata-rata jumlah pohon yang berproduksi 38 pohon yaitu sebanyak 21 responden, selanjutnya luas lahan <
0,50 ha dengan rata-rata jumlah pohon yang berproduksi 17 pohon yaitu sebanyak 13 responden, kemudian luas lahan 1,01 – 1,50 ha dengan rata- rata jumlah pohon yang berproduksi 58 pohon yaitu sebanyak 3 responden, dan luas lahan 1,51 – 2,00 ha dengan rata-rata jumlah pohon yang berproduksi 93 pohon yaitu sebanyak 3 responden.
Proses Produksi Biji Pala
Produksi biji pala di Kecamatan Kauditan dilakukan berdasarkan beberapa proses, yaitu : 1. Proses pemetikan
Pada umumnya biji pala yang siap di petik adalah biji pala yang
berusia 6 sampai 7 bulan sejak mulai bunga dengan tanda-tanda biji pala yang siap dipanen yaitu jika sebagian dari buah pala tersebut mulai merekah (membelah) melalui alur belahnya dan terlihat bijinya yang diselaputi fuli berwarna merah. Dalam proses pemetikan buah pala, petani menggunakan alat bantu yaitu bambu untuk mempermudah proses pemetikan buah pala.
2. Proses pemisahan biji dari daging buah dan fuli
Setelah buah pala di petik, buah pala tersebut dikumpulkan dan dipisahkan dari daging buah dan fuli. Dalam proses pemisahaan biji dari fuli petani menggunakan alat bantu seperti sendok untuk mempermudah proses pemisahan biji dari fuli.
3. Proses pengeringan
Biji pala yang telah dipasahkan dari daging buah dan fulinya dikeringkan dengan menggunakan tenaga sinar matahari. Proses pengeringan biji pala dapat berlangsung selama satu minggu. Biji pala yang telah kering ditandai dengan terlepasnya bagian kulit biji dari isi biji. Dalam proses pengeringan biji pala, petani menggunakan alat bantu terpal plastik atau karung yang berfungsi sebagai pengalas dalam proses penjemuran biji pala.
4. Proses pemisahan biji dari kulit biji (tempurung)
Biji pala yang telah kering
dikumpulkan kemudian
dipisahkan dari kulit biji dengan cara dipukul dengan kayu agar supaya kulit biji pecah dan terpisah dari isi biji, setelah itu isi
biji pala tersebut disortir berdasarkan kualitas atau kelas isi biji pala :
1. Biji pala kelas A, yaitu isi biji yang berukuran besar, dan dalam 1 kg terdapat 120 butir isi biji.
2. Biji pala kelas B, yaitu isi biji yang berukuran sedang, dan dalam 1 kg terdapat 150 butir isi biji.
3. Biji pala kelas C, yaitu isi biji yang berukuran kecil, dan dalam 1 kg terdapat 200 butir isi biji.
Biji pala kelas A merupakan biji pala pala yang berkualitas paling baik di bandingkan dengan biji pala kelas lainnya dan memiliki nilai jual yang lebih besar dibandingkan biji pala kelas lainnya.
Saluran Pemasaran
Dari data yang diperoleh pada penelitian atas 40 responden petani pala di Kecamatan Kauditan, maka dapat diketahui bahwa dalam memasarkan hasil produksinya khususnya biji pala menggunakan 4 saluran pemasaran yaitu :
1. Petani - Pengumpul Besar - Exportir
2. Petani - Pengumpul Kecil Pengumpul Besar - Exportir 3. Petani / Pengumpul Kecil -
Pengumpul Besar - Exportir
4. Petani / Pengumpul Besar - Exportir
Pada saluran pemasaran 1, petani menjual biji pala dalam bentuk mentah maupun kering kepada pengumpul besar. Kemudian biji pala mentah diproses oleh pengumpul besar menjadi biji pala kering dan disortir berdasarkan kualitas atau kelas biji
pala dan selanjutnya biji pala tersebut dijual ke luar daerah yaitu Manado (exportir).
Pada saluran pemasaran 2, petani menjual biji pala dalam bentuk mentah kepada pengumpul kecil.
Kemudian dari pengumpul kecil, biji pala tersebut diolah (dikeringkan) dan disortir berdasarkan kualitas atau kelas biji pala kemudian dijual kembali pada pengumpul besar, selanjutnya pengumpul besar menjual biji pala tersebut ke luar daerah yaitu Manado (exportir).
Pada saluran pemasaran 3, petani juga sebagai pengumpul kecil. Petani tersebut menerima penjualan biji pala dari petani lainnya dalam bentuk mentah, kemudian biji pala tersebut diolah dan dikeringkan kemudian disortir berdasarkan kualitas atau kelas biji pala oleh pengumpul kecil, setelah itu dijual kembali pada pengumpul
besar, selanjutnya dari pengumpul besar biji pala tersebut dijual ke luar daerah yaitu Manado (exportir).
Pada saluran pemasaran 4, petani juga sebagai pengumpul besar. petani tersebut menerima penjualan biji pala dari petani lainnya dalam bentuk mentah maupun kering. Biji pala mentah diproses terlebih dahulu dan dikeringkan kemudian disortir berdasarkan kualitas atau kelas biji pala dan selanjutnya biji pala tersebut dijual keluar daerah yaitu Manado (Exportir).
Dari keempat saluran pemasaran tersebut dapat diketahui bahwa semua produksi biji pala di Kecamatan Kauditan bertujuan yang sama yaitu dipasarkan ke luar daerah yaitu Manado (exportir).
Biaya
Biaya adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi sampai memasarkan biji pala. Dalam proses produksi sampai memasarkan biji pala petani mengeluarkan biaya-biaya, antara lain, dalam proses produksi biji pala biaya yang di keluarkan petani adalah biaya panen, biaya pembersihan biji pala dari daging dan fuli, biaya pengeringan, biaya pembersihan biji pala dari tempurung, dan biaya pengepakan.
Dalam memasarkan biji pala petani mengeluarkan biaya transportasi.
Kemudian biaya lainnya yaitu pajak yang dibayar petani dalam jangka waktu 1 tahun. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Rata-rata Biaya Petani Pada Saluran Pemasaran 1
No Uraian Biaya (Rp/Tahun)
Jumlah Alat bantu/bahan Tenaga kerja
1. Biaya Produksi :
s - Panen dan pemisahan biji dari daging pala
26.000 4.260.933,333 4.286.933,33
- Pemisaha biji dari fuli
3.000 458.415,3846 461.415,38
- Pengeringan 100.000 2.940.000 3.040.000
- Pemisahan biji dari tempurung
5.000 588.000 593.000
- Pengepakan 46.933 29.333,333 76.266,33
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 96.800
3 Pajak 85.866,66
Total Biaya 8.094.360
Sumber : Diolah dari data primer Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani dalam jangka waktu
atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 1 adalah sebesar Rp.8.094.360/tahun
.
Tabel 7. Rata-rata Biaya Petani Pada Saluran Pemasaran 2
No Uraian Biaya (Rp/Tahun)
Jumlah Alat bantu/bahan Tenaga kerja
1. Biaya Produksi :
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala
26.000 2.355.600 2.318.600
- Pengepakan 23.866,67 23.866,67 47.733,34
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 71.600
3 Pajak 28.600
Total Biaya 2.529.533,33
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang
dikeluarkan petani yang menjual biji pala dalam bentuk mentah dalam
jangka waktu atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 2 adalah
sebesar Rp.2.529.533,33/tahun.
Tabel 8. Rata-rata Biaya Petani Pada Saluran Pemasaran 3
No Uraian
Biaya (Rp/Tahun)
Jumlah Alat bantu/bahan Tenaga kerja
1. Biaya Produksi :
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala
26.000 2.712.000 2.738.000 - Pemisaha biji dari fuli 3.000 2.548.114,286 2.551.114,28
- Pengeringan 100.000 12.740.571,43 12.840.571,43
- Pemisahan biji dari tempurung
5.000 2.548.114,286 2.553.114,28
- Pengepakan 137.857,1429 82.714,28571 220.571,42
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 275.714,2857
3 Pajak 47.857,14
4 Beli biji pala
- Mentah 25.071.428,57
Total Biaya 46.301.371,43
Sumber : Diolah dari data primer
Pada saluran pemasaran 3, petani selain mengeluarkan biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya pajak, petani juga mengeluarkan biaya pembelian biji pala karena petani tersebut juga sebagai pengumpul kecil yang menerima penjualan biji pala dari petani lainnya dalam bentuk biji pala mentah.
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 3 adalah sebesar Rp.46.301.371,43/tahun.
Tabel 9. Rata-rata Biaya Petani Pada Saluran Pemasaran 4
No Uraian
Biaya (Rp/Tahun)
Jumlah Alat bantu/bahan Tenaga kerja
1. Biaya Produksi :
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala
26.000 5.096.000 5.122.000
- Pemisaha biji dari fuli 9.000 32.509.600 32.518.600
- Pengeringan 200.000 17.280.000 17.480.000
- Pemisahan biji dari tempurung
15.000 32.509.600 32.524.600
- Pengepakan 21.945.500 7.315.000 29.260.500
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 72.000.000
3 Pajak 100.000
4 Beli biji pala
- Mentah 960.000.000
- Kering 5.081.820.000
Total Biaya 6.166.025.200
Sumber : Diolah dari data primer
Pada saluran pemasaran 9, petani selain mengeluarkan biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya pajak, petani juga mengeluarkan biaya pembelian biji pala karena petani tersebut juga sebagai pengumpul besar yang menerima penjualan biji pala dari
petani lainnya dalam bentuk biji pala mentah maupun biji pala kering.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 4 adalah sebesar Rp.
6.166.025.200/tahun.
Tabel 10. Rekapitulasi Biaya Petani Berdasarkan Saluran Pemasaran
No Uraian
Biaya (Rp/Tahun) Saluran
Pemasaran 1
Saluran Pemasaran
2
Saluran Pemasaran
3
Saluran Pemasaran
4 1 Biaya Produksi :
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala
4.286.933,33 2.318.600 2.738.000 5.122.000
- Pemisaha biji dari fuli
461.415,38 - 2.551.114,28 32.518.600
- Pengeringan 3.040.000 - 12.840.571,43 17.480.000
- Pemisahan biji dari tempurung
593.000 - 2.553.114,28 32.524.600
- Pengepakan 76.266,33 47.733,34 220.571,42 29.260.500
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 96.800 76.600 275.714,28 72.000.000
3 Pajak 85.866,66 28.600 47.857,14 100.000
4 Beli biji pala - Basah - Kering
- -
- -
25.071.428,57 -
960.000.000 5.081.820.000
Total Biaya 8.904.360 2.529.533,33 46.301.371,43 6.166.025.200
Sumber : Diolah dari data primer
Harga
Harga jual biji pala berfariasi berdasarkan bentuk, kelas biji pala dan saluran pemasaran yang digunakan
oleh petani. Harga jual tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 11. Rata-rata Harga Jual Biji Pala Pada Saluran Pemasaran 1
No Uraian
Harga (Rp)
Kg Butir
1. Biji pala kering :
- kelas A 113.000
- kelas B 103.000
- kelas C 53.000
2. Biji pala mentah 30.000 300
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa biji pala kelas A memiliki nilai jual yang paling tinggi diatara biji pala kelas lainnya yaitu senilai Rp.113.000/kg, selanjutnya harga jual jual biji pala kelas B senilai Rp.103.000/kg, kemudian harga jual
biji pala kelas C senilai Rp.53.000/Kg.
Harga jual biji pala mentah yaitu senilai Rp.300/butir, jika dijual perkilogram senilai Rp.30.000/kg, karena dalam 1 kg biji pala mentah terdapat 100 butir biji pala.
Tabel 12. Rata-rata Harga Jual Biji Pala Pada Saluran Pemasaran 2
No Uraian Harga Jual (Rp)
Biji Kg
1 Biji pala mentah 250 25.000
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa harga jual biji pala mentah pada saluran pemasaran 2 adalah Rp.250/butir, jika dijual per
kilogran senilai Rp.25.000/kg, karena dalam 1 kg biji pala mentah terdapat 100 butir biji pala.
Tabel 13. Rata-rata Harga Jual Biji Pala Pada Saluran Pemasaran 3
No Uraian Harga (Rp/Kg)
1. Biji pala kering :
- kelas A 113.000
- kelas B 103.000
- kelas C 53.000
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa biji pala kelas A memiliki nilai jual yang paling tinggi
diatara biji pala kelas lainnya yaitu senilai Rp.113.000/kg, selanjutnya harga jual jual biji pala kelas B senilai
Rp.103.000/kg, kemudian harga jual biji pala kelas C senilai Rp.53.000/kg.
Tabel 14. Rata-rata Harga Jual Biji Pala Pada Saluran Pemasaran 4
No Uraian Harga (Rp/Kg)
1. Biji pala kering :
- kelas A 118.000
- kelas B 108.000
- kelas C 58.000
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa biji pala kelas A memiliki nilai jual yang paling tinggi diatara biji pala kelas lainnya yaitu
senilai Rp.118.000/kg, selanjutnya harga jual jual biji pala kelas B senilai Rp.103.000/kg, kemudian harga jual biji pala kelas C senilai Rp.58.000/kg.
Tabel 15. Rekapitulasi Harga Jual Biji Pala Berdasarkan Saluran Pemasaran
No Uraian
Harga Jual Saluran
Pemasaran 1
Saluran Pemasaran
2
Saluran Pemasaran
3
Saluran Pemasaran
4 1 Biji pala kering (Rp/kg)
- Kelas A 113.000 - 113.000 118.000
- Kelas B 103.000 - 103.000 108.000
- Kelas C 53.000 - 53.000 58.000
2 Biji pala mentah (Rp/butir)
300 250 - -
Sumber : Diolah dari data primer
Jumlah Yang Dijual di Masing-masing Saluran Pemasaran Jumlah biji pala yang dijual
petani dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada setiap saluran
pemasaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 16. Rata-rata Jumlah Biji Pala Yang Terjual Pada Saluran Pemasaran 1
No Uraian
Jumlah Yang Terjual Jangka Waktu / Periode
Kg Butir
1 Biji pala kering
- Biji pala kelas A 96,692 1 Tahun
- Biji pala kelas B 104,461 1 Tahun
- Biji pala kelas C 92,846 1 Tahun
2 Biji pala mentah 21.600 1 Tahun
Jumlah 311,375 21.600 1 Tahun
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa jumlah produksi biji pala kering terbanyak yang dijual petani pada saluran pemasaran 1 dalam jangka waktu atau periode 1 tahun yaitu biji pala kelas B yaitu sebanyak 104,461 kg/tahun, selanjutnya biji pala
kelas A yaitu sebanyak 96,692 kg/tahun, kemudian biji pala kelas C yaitu sebanyak 92,846 kg/tahun.
Jumlah biji pala mentah yang dijual petani adalah sebanyak 21.600 butir/tahun.
Tabel 17. Rata-rata Jumlah Biji Pala Yang Terjual Pada Saluran Pemasaran 2
No Uraian Jumlah Yang Terjual
(Butir)
Jangka Waktu / Periode
1 Biji pala mentah 23.556 1 Tahun
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa jumlah biji pala mentah yang dijual petani pada saluran
pemasaran 2 dalam jangka waktu 1 tahun adalah sebesar 23.556 butir/tahun.
Tabel 18. Rata-rata Jumlah Biji Pala Yang Terjual Pada Saluran Pemasaran 3
No Uraian Jumlah Yang Terjual
(Kg)
Jangka Waktu / Periode 1 Biji pala kering :
- Biji pala kelas A 264,5714 1 Tahun
- Biji pala kelas B 290,2857 1 Tahun
- Biji pala kelas C 260,5714 1 Tahun
Jumlah 815.4285 1 Tahun
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa jumlah produksi biji pala kering terbanyak yang dijual petani pada saluran pemasaran 3 dalam jangka waktu atau periode 1 tahun
yaitu biji pala kelas B yaitu sebanyak 290,2857 kg/tahun, selanjutnya biji pala kelas A yaitu sebanyak 264,5714 kg/tahun, kemudian biji pala kelas C yaitu sebanyak 260,5714 kg/tahun.
Tabel 19. Rata-rata Jumlah Biji Pala Yang Terjual Pada Saluran Pemasaran 4
No Uraian Jumlah Yang Terjual
(Kg)
Jangka Waktu / Periode 1 Biji pala kering :
- Biji pala kelas A 23.526,66 1 Tahun
- Biji pala kelas B 25.176,66 1 Tahun
- Biji pala kelas C 24.433,33 1 Tahun
Jumlah 73.136,66 1 Tahun
Sumber : Diolah dari data primer
Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa jumlah produksi biji pala kering terbanyak yang dijual petani pada saluran pemasaran 4 dalam jangka waktu atau periode 1 tahun
yaitu biji pala kelas B yaitu sebanyak 25.176,6667 kg/tahun, selanjutnya biji pala kelas A yaitu sebanyak 23.526,66667 kg/tahun, kemudian biji
pala kelas C yaitu sebanyak 24.433,3333 kg/tahun.
Tabel 20. Rekapitulasi Jumlah Biji Pala Yang Dijual Petani Berdasarkan Saluran Pemasaran
No Uraian
Jumlah Biji Pala Yang Dijial Dalam 1 Tahun Saluran
Pemasaran 1
Saluran Pemasaran 2
Saluran Pemasaran 3
Saluran Pemasaran
4 1 Biji pala kering (Kg)
- Kelas A 96,692 - 264,57 23.526,66
- Kelas B 104,461 - 290,28 25.176,66
- Kelas C 92,846 - 260,57 24.433,33
2 Biji pala mentah (butir)
21.600 23.556 - -
Sumber : Diolah Dari Data Primer
Pendapatan Petani
Pendapatan petani merupakan sejumlah uang yang diterima oleh petani dalam memproduksi biji pala dalam jangka waktu atau periode 1
tahun. Berikut merupakan tabel pendapatan petani berdasarkan saluran pemasaran yang digunakan.
Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Petani Pada Saluran Pemasaran 1
No Uraian Pendapatan Petani
(Rp/Tahun) 1 Biji pala kering
- Kelas A 10.926.230,77
- Kelas B 10.759.538
- Kelas C 4.920.846,154
2 Biji pala mentah 6.480.000
Total Penerimaan 23.923.066,67
Biaya :
1 Biaya Produksi
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala 4.286.933,333
- Pemisaha biji dari fuli 461.415,3846
- Pengeringan 3.040.000
- Pemisahan biji dari tempurung 593.000
- Pengepakan 76.266,66667
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 96.800
3 Pajak 85.866,6667
Total Biaya 8.094.360
Total Pendapatan 15.828.706,67
Sumber : Diolah dari data primer
Pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa pendapatan petani pada saluran pemasaran 1 adalah sebesar Rp.15.828.706,67/tahun.
Tabel 22. Rata-rata Pendapatan Petani Pada Saluran Pemasaran 2
No Uraian Pendapatan Petani (Rp/Tahun)
1 Biji pala mentah 5.889.000
Total Penerimaan 5.889.000
Biaya :
1 Biaya Produksi
Panen dan pemisahan biji dari daging pala
2.381.600
Pengepakan 47.733,33333
2 Biaya pemasaran
Transportasi 71.600
3 Pajak 28.600
Total Biaya 2.529.533,333
Total Pendapatan 3.359.466,667
Pada Tabel 22, dapat dilihat bahwa pendapatan petani dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada
saluran pemasaran 2 yaitu sebesar Rp.3.359.466,667/tahun.
Tabel 23. Rata-rata Pendapatan Petani Pada Saluran Pemasaran 3
No Uraian Pendapatan Petani
(Rp/Tahun)
1 Biji pala kelas A 29.896.571,43
2 Biji pala kelas B 29.899.248,6
3 Biji pala kelas C 13.810.285,71
Total Penerimaan 73.606.285,71
Biaya :
1 Biaya Produksi
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala 2.738.000
- Pemisaha biji dari fuli 2.554.114,29
- Pengeringan 12.840.571,4
- Pemisahan biji dari tempurung 2.553.114,29
- Pengepakan 220.571,429
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 275.714,2857
3 Pajak 47.857,14286
4 Beli biji pala mentah 25.071.428,57
Total Biaya 46.301.371,43
Total Pendapatan 27.304.914,29
Sumber : Diolah dari data primer
Pada Tabel 23, dapat dilihat bahwa pendapatan petani yang menjual biji pala dalam bentuk kering
dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 3 yaitu sebesar Rp.27.304.914,29/tahun
Tabel 24. Rata-rata Pendapatan Petani Pada Saluran Pemasaran 4
No Uraian Pendapatan Petani
(Rp/Tahun)
1 Biji pala kelas A 2.776.146.667
2 Biji pala kelas B 2.719.080.000
3 Biji pala kelas C 1.417.133.333
Total Penerimaan 6.912.360.000
Biaya :
1 Biaya Produksi
- Panen dan pemisahan biji dari daging pala
5.122.000 - Pemisaha biji dari fuli 32.518.600 - Pengeringan 17.480.000 - Pemisahan biji dari tempurung 32.524.600
- Pengepakan 29.260.000
2 Biaya pemasaran
- Transportasi 7.200.000
3 Pajak 100.000
4 Beli biji pala
- Mentah 960.000.000 - Kering 5.081.820.000
Total Biaya 6.166.025.200
Total Pendapatan 746.334.800
Sumber : Diolah dari data primer
Pada Tabel 24, dapat dilihat bahwa pendapatan petani yang menjual biji pala dalam bentuk kering
dalam jangka waktu atau periode 1 tahun pada saluran pemasaran 4 yaitu sebesar Rp.746.334.800/tahun.
Tabel 25. Perbandingan Pendapatan Petani Pada Setiap Saluran Pemasaran
NO URAIAN PENERIMAAN
(Rp/Tahun)
BIAYA (Rp/Tahun)
PENDAPATAN (Rp/Tahun) 1 Saluran pemasaran 1 23.923.066,67 8.094.360 15.282.706,67
2 Saluran pemasaran 2 5.889.000 2.529.533,33 3.359.466,667
3 Saluran pemasaran 3 73.606.285,71 46.301.371,43 27.304.914,29
4 Saluran pemasaran 4 6.912.360.000 6.166.025.200 746.334.800
Uji-t
Untuk mengetahui
perbandingan pendapatan yang diterima petani pada setiap saluran pemasaran, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan Program Microsoft Office Excel.
Saluran pemasaran yang akan diuji adalah saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2 karena hanya saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2 yang memenuhi syarat
dalam pengujian statistika. Berikut adalah hasil analisis statistika uji hipotesis t-test dari saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2.
t-hitung (8,832924201) > t-table (1,701130908)
Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, itu berarti ada perbedaan antara pendapatan yang diterima oleh petani pada saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa pendapatan terbesar yang diterima petani yaitu pada saluran pemasaran 4, karena pada saluran pemasaran 4 petani juga sebagai pengumpul besar, petani tersebut menerima penjualan biji pala
dari petani lainnya sehingga jumlah produksi biji pala yang dimiliki petani tersebut meningkat. Pada saluran pemasaran 4, petani menjual biji pala dalam bentuk kering, karena harga jual biji pala kering lebih besar dibandingkan dengan harga jual biji pala mentah sehingga pendapatan yang diterima petanipun berjumlah besar.
Pendapatan terkecil petani yaitu pada saluran pemasaran 2, karena pada saluran pemasaran 2, petani tersebut hanya memiliki produksi biji pala dalam jumlah yang sedikit sehingga petani tersebut hanya menjual biji pala dalam bentuk mentah. Harga jual biji pala mentah sangat rendah dibandingkan dengan harga jual biji pala kering, sehingga pendapatan yang diterima petani tersebut juga berjumlah sangat rendah.
Saran
Kepada petani yang menjual biji pala dalam bentuk mentah, disarankan agar biji pala diproses dan dijual dalam bentuk kering, karena harga jual biji pala kering lebih besar dibandingkan dengan harga jual biji pala mentah.
DAFTAR PUSTAKA
Aninomous.Revitalisasi Perkebunan Pala Siau, Sulawesi Utara
http://pustaka.litbang.deptan.g o.id/publikasi/wr321102.pdf.
Diakses 28 November 2013.
Basu Swasta. 2000. Prinsip
Pemasaran Jilid 1, Terjemahan Lumaro. Erlangga. Jakarta.
Dinas Pertanian Minahasa Utara. 2012.
Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pala Menurut Kecamatan di Minahasa Utara.
Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa Utara. Manado Drajat. 2006. Model Inovasi
Kelembagaan Dalam Prima Tani. Sinar Tani. Jakarta.
Fitrina. 2007. Botani Tanaman Pala.
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Hernanto. 1993. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,
Implementasi dan
Pengendalian. Salemba Empat.
Jakarta.
Mursid, M. 2003. Manajemen Pemasaran. Bumi Angkas- Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Rahim, Abd dan Hastuti, Diah Retno.
2007. Pengantar teori dan kasus. Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya. Jakarta
Setiadi, Nugroho J. 2003. Prilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasran. Cetakan Kedua. Jakarta: Prenata Media.
Simon. 2001. Margin Pemasaran Jagung di Desa Touure Kecamatan Tompaso.
Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
______________. 1998. Prinsip Pemasaran Jilid 1, Terjemahan Lumaro. Erlangga. Jakarta.
Soekartiwi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil- hasil Pertanian-Teori dan Implikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro ekonomi. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.