• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik.

Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi jarak pertalian genetik rumpun domba antar daerah seperti yang dilakukan oleh Herera et al. (1996) dan Suparyanto et al.

(1999). Hartl (1988) menyatakan bahwa pola perbedaan sifat fenotipik yang ada dalam setiap individu ternak dapat digunakan untuk menentukan asal rumpun ternak.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kodya Palu dan Kecamatan Biromaru Sulawesi Tengah. Penelitian pendahuluan telah dilakukan pada bulan November 2005 dan selanjutnya dilakukan pada bulan Februari - Mei serta Nov-Des 2006.

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian.

Poboya

Kawatuna

Biromaru

(2)

Materi dan Peralatan

Pengumpulan data ukuran tubuh ternak diambil dari tiga daerah yaitu Kel.

Poboya Kecamatan Palu Timur, Kel. Kawatuna Kec. Palu Selatan dan Desa Loru Kec. Biromaru. Ternak domba yang digunakan milik peternak rakyat sebanyak sebanyak 412 ekor. Teknik pengambilan ternak sampel dilakukan secara acak, domba dewasa di Palu Timur 102 ekor (24%), Palu Selatan 122 ekor (10%) dan Biromaru 56 ekor (28%). Domba anak 28 ekor Palu Timur dan 64 ekor Palu Selatan. Domba muda 15 ekor Palu Timur, 25 ekor Palu Selatan dan 17 ekor berasal dari Biromaru.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan berdiri kapasitas 100 kg, mistar ukur, kaliper, pita ukur, borang dan alat-alat tulis.

Peubah yang Diamati Dinamika Populasi

1. Jumlah jantan dan betina dewasa

2. Jumlah domba pada berbagai strata umur (anak, muda, dewasa), 3. Ternak masuk,

4. Ternak keluar/ pemotongan 5. Mortalitas .

6. Jumlah pemilikan ternak domba/KK, 7. Jumlah peternak,

8. Pekerjaan peternak,

9. Pendidikan peternak dan pengalaman peternak Sifat Reproduksi

1. Jumlah anak sepelahiran (tunggal, kembar dua, kembar tiga,) 2. Jarak beranak antara dua partus

3. Jumlah anak sapihan (disusui – sapih - hidup) 4. Jumlah jantan dan betina dewasa perkelompok 5. Umur jantan afkir dan umur betina afkir.

(3)

Sifat Kuantitatif

Penentuan umur dilakukan terlebih sebelum pengamatan dengan melihat pergantian gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak. Peubah yang berkaitan dengan ukuran-ukuran tubuh yang diukur pada domba jantan dan betina dewasa (gigi genap/12-36 bulan).

Bobot Badan

Bobot badan (BB) pada domba dewasa, bobot lahir-12 minggu, sapih dan muda pada jantan dan betina(6 bulan), ditimbang pada pagi hari sebelum domba diberi makan/digembalakan dengan timbangan gantung kapasitas 50 kg (satuan dalam kg).

Tubuh Bagian Kepala

1. Panjang tengkorak (PTR) diukur jarak antara titik yang anterior kepala sampai titik posterior tengkorak, dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

2. Lebar Tengkorak (LTR), diukur jarak antara titik penonjolan tengkorak paling luar kiri dan kanan menggunakan kaliper (satuan dalam cm).

3. Tinggi tengkorak (TKR), diukur jarak antara titik dorsal tengkorak sampai titik lateral rahang terendah dengan kaliper (satuan dalam cm).

4. Panjang tanduk (PTD), diukur dari pangkal tanduk sampai ujung tanduk mengikuti alur putaran tanduk sebelah luar dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

5. Lingkar pangkal tanduk (LPT), diukur melingkar pada pangkal tanduk dengan pita ukur (satuan dalam cm).

6. Jarak antar tanduk (JAT), diukur dari jarak antar pangkal tanduk sebelah kiri dan kanan dengan pita ukur (satuan dalam cm).

7. Panjang telinga (PTl), diukur jarak antara pangkal daun telinga sampai titik ujung telinga dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

8. Lebar telinga (LTl), diukur jarak antara dua titik terluar tengah daun telinga secara tegak lurus terhadap panjang telinga dengan pita ukur (satuan dalam cm).

(4)

Tubuh Bagian Depan

1. Panjang leher (tulang leher) (PL), diukur dari pangkal leher sampai pangkal punggung dengan pita ukur (satuan dalam cm).

2. Lingkar leher (LkH), diukur melingkar leher bagian tengah dengan pita ukur (satuan dalam cm).

3. Tinggi pundak (TPd), jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm).

4. Panjang humerus (PH) diukur dari ujung head humerus sampai ujung bagian bawah humerus diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

5. Panjang radius- ulna (PRU) diukur dari olecranon sampai stiloid process of ulna dekat carpus diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

6. Panjang metacarpus (PM) diukur dari carpus sampai prox sesamoids diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

7. Lingkar kanon (LkK)/ tulang pipa (metacarpus), diukur melingkar di tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri dengan pita ukur (satuan dalam cm).

Tubuh Bagian Tengah

1. Tinggi punggung (TPg), jarak bagian punggung paling atas sampai ke tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm).

2. Panjang badan (PB), jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang Scapula sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk/os ischium), diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm).

3. Lebar dada (LD), jarak antara bagian tengah tulang dada kiri dan kanan diukur dengan kaliper (satuan dalam cm).

4. Dalam dada (DD), jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada bawah, diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

5. Lingkar dada (LD), diukur melingkar rongga dada di belakang sendi tulang bahu (os scapula) menggunakan pita ukur (satuan dalam cm).

Tubuh Bagian Belakang

1. Tinggi pinggul (TPgl), jarak antara titik tertinggi pinggul sampai tanah, diukur menggunakan mistar ukur (satuan dalam cm).

(5)

2. Panjang dalam pinggul (PDPgl), jarak antara bagian anterior tulang pinggul sampai ujung benjolan tulang tapis (os ischium), diukur dengan menggunakan mistar (dalam cm).

3. Lebar antara tulang tapis (LATT) jarak antara dua os ischium sisi tulang tapis kiri dan kanan, diukur dengan kaliper (satuan dalam cm).

4. Panjang tulang paha (PTP) femur, jarak antara dua ujung tulang paha diukur dengan mistar (satuan dalam cm).

5. Panjang tibia (PT) diukur dari bagian atas sampai ujung bawah tibia diukur dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

6. Panjang metetarsus (PMt) diukur dari jarak antara dua ujung metatarsus dengan mistar ukur (satuan dalam cm).

Bagian Ekor

1. Panjang ekor (PEk), diukur jarak dari pangkal ekor sampai ujung ekor dengan pita ukur (dalam satuan cm).

2. Lebar pangkal ekor (LPEk), diukur jarak lebar antara titik sisi kiri dan kanan pangkal ekor dengan pita ukur (satuan dalam cm).

3. Lingkar pangkal ekor(LkPEk), diukur dengan melingkarkan pita ukur ke pangkal ekor dengan pita ukur (satuan dalam cm).

Bagian Scrotum

1. Panjang scrotum (PjS), diukur tegak lurus sepanjang scrotum menggunakan pita ukur (satuan dalam cm).

2. Lebar scrotum (LS), diukur jarak antara sisi kiri dan kanan bagian tengah scrotum menggunakan kaliper (satuan dalam cm).

3. Lingkar scrotum (LkS), diukur melingkar bagian tengah scrotum menggunakan pita ukur (satuan dalam cm).

Sifat Kualitatif

1. Garis muka, dilihat dari samping dan diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu lurus dan cembung.

2. Mata, diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu menonjol keluar (cembung) dan normal.

(6)

3. Posisi telinga, diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu mengantung, tegak samping dan tegak atas.

4. Bentuk telinga diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu rumpung (sempit) daun hiris (medium) dan rubak (lebar). Telinga rumpung yaitu bila daun telinga menguncup (seperti kuncup bunga ros) atau menggulung dan lubang telinga tidak tampak jelas, berukuran pendek, kecil bahkan tampak seolah olah tidak berdaun telinga. Telinga berdaun hiris (medium) seolah–olah hampir menggulung, tetapi lubang telinga masih tampak jelas dan daun telinga meruncing ke ujung. Telinga rubak (lebar) daun telinga lebar dan panjang, ujung telinga tidak runcing (bulat), lubang telinga tampak jelas. Secara kuantitatif menurut Mulliadi (1996), telinga rumpung (sempit) bila ukuran panjang krang dari 4 cm, daun telinga hiris (medium) panjang daun telinga antara 4-8 cm dan daun telinga rubak (lebar) bila panjang daun telinga lebih dari 8 cm.

5. Ada tidaknya tanduk, baik pada jantan atau betina diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu tidak bertanduk, benjolan dan bertanduk.

6. Garis punggung, dilihat dari samping pada posisi berdiri normal, diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu cembung, lurus dan cekung.

7. Bentuk ekor, diklasifikasikan dalam tiga kelompok berdasarkan pengukuran lebar pangkal ekor, yaitu gemuk bila pangkal ekor lebar lebih dari 9 cm, ekor sedang antara 5-8 cm dan ekor tipis (sempit) lebar kurang dari 4 cm.

8. Bentuk wol/bulu, diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yatiu lurus, berombak dan keriting.

9. Sebaran pola warna wol/bulu pada bagian badan yang diamati mulai dari leher dan badan tanpa kaki dan ekor. Sebaran pola warna dibagi dalam empat kelompok utama, yaitu putih, hitam coklat dan abu-abu atau kombinasi dari keempat warna tadi sesuai dengan sebaran dominasinya.

Pola warna dikelompokkan dalam warna polos, bintik-bintik, bercak (belang kecil), bercak (belang besar) , strip sempit dan strip besar.

(7)

ANALISIS DATA Sifat Kuantitatif

Data sifat kuantitatif berupa bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Donggala dihitung nilai rata-rata (X), simpangan baku (SB) dan koefisien keragaman (KK). Untuk mengetahui pengaruh lokasi, umur dalam lokasi dan jenis kelamin dalam umur dalam lokasi terhadap bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh domba Donggala dilakukan analisis keragaman (ANOVA) dengan menggunakan General Linier Model (GLM).

Untuk memberikan diskriminasi terhadap ukuran dan bentuk tubuh domba Donggala, data ukuran-ukuran tubuh dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU). Pengolahan data hasil penelitian dan pembuatan diagram menggunakan perangkat lunak statistik Minitab 14. Hasil AKU akan diperoleh persamaan ukuran dan bentuk diturunkan dari matriks kovarian.

Model matematika AKU menurut Gasperz (1992) sebagai berikut : Yp = a1pX1 + a2pX2 + . . . + appXp

Keterangan :

Yp = komponen utama ke-p

a1p-app = vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1,2,3,...,17.

Xp = peubah ke-p untuk p = 1,2,3,...,17

Dua komponen utama yang mempunyai nilai keragaman tertinggi digunakan sebagai persamaan ukuran dan bentuk. Korelasi antara ukuran dan bentuk dari masing-masing peubah dihitung berdasarkan rumus (Gaspersz 1992) .

rxiyj =

i j ij

S

a λ

Keterangan :

rxiyj = korelasi antara peubah-peubah xi dan komponen utama ke-j (j

=1,2,3,...,17 )

aij = vektor Eigen/Vektor ciri ke-j ; λj = nilai Eigen /Akar ciri ke-j Si = simpangan baku dari peubah xi

(8)

Sifat Kualitatif

Sifat kualitatif yang diamati. yaitu morfologi tubuh meliputi warna kepala, warna bulu tubuh, pola warna bulu, bentuk wol dan bentuk ekor dianalisis secara deskriptif. Analisis menggunakan Frekuensi Relatif (Mulliadi 1996) dengan formula sebagai berikut .

Frekuensi Relatif Sifat A = Σ Sifat A x 100%

Keterangan : A = salah satu sifat yang diamati N = total sampel yang diamati Jarak Genetik

Fungsi diskriminan sederhana dilakukan untuk penentuan jarak genetik (Manly 1989). Pendugaan kesamaan genetik dan jarak genetik dihitung dengan menggunakan semua peubah morfometrik yang diamati. Analisis data menggunakan paket program SAS 6,12. Dari hasil matrik tersebut dilakukan analisis pohon fenogram dengan menggunakan soft ware aplikasi MEGA2 yang dibangun oleh Kumar at al. (1993).

Gambar 3 Pengukuran berdasarkan anatomi kerangka (skeleton ) pada domba;

Sisson (1953).

N

Gambar

Gambar 2  Peta Lokasi Penelitian.
Gambar 3  Pengukuran berdasarkan anatomi  kerangka (skeleton ) pada domba;

Referensi

Dokumen terkait

Adapun susunan Pimpinan DPRD Kabupaten Labuhanbatu dijabat oleh Dahlan Bukhari (PDI-P) sebagai Ketua, Suriana (Demokrat) sebagai Wakil Ketua I, Hj Meika Riyanti Siregar (Golkar)

 Sebagai saluran yang menghubungkan antara plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan dan antibodi dari ibu yang

Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di atas, telah sepakat untuk mengadakan Serah Terima Pengelolaan, Pengoperasian, Pemeliharaan dan

(2002) membuktikan bahwa terjadi penuruan bobot bursa fabricius pada ayam broiler yang dipelihara dengan ke- padatan kandang tinggi.. Turunnya

Proses Komunikasi Pemasaran Strategik Megaplikasikan bauran komunikasi stratejik Tujuan Stratejik Percobaan terhadap produk/merek Peralihan merek Frekuensi pembelian

Menurut Akhyar, buku Orientalisme Edward Said telah melahirkan kegelisahan dan kekhawatiran sekaligus pencerahan dalam berbagai disiplin ilmiah seperti cultural studies,