• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PESERTA PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH NOVA ELIZA NIM. 141000499

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH NOVA ELIZA NIM. 141000499

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(3)
(4)
(5)

Peserta JKN di Puskesmas Melati baru mencapai 33,35%. Kemudian, dalam hal pemanfaatan puskesmas paling tinggi oleh peserta PBI pada bulan Februari 2016 (7,65%) dari jumlah keseluruhan peserta PBI sebesar 10.436 jiwa (88,58%). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, dan sikap) dan faktor pemungkin (informasi dan keterjangkauan) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan) terhadap pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta PBI.

Penelitian ini bersifat survei analitik dengan tipe explanatory research melibatkan 10.436 peserta sebagai populasi dan 100 peserta sebagai sampel dengan teknik proportionate stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 32 responden (32,0%) memanfaatkan puskesmas dan 68 responden (68,0%) tidak memanfaatkan Puskesmas Melati. Berdasarkan uji bivariat menunjukkan bahwa variabel pendidikan (p=0,047), pengetahuan (p=0,001), sikap (p=0,027), informasi (p=0,035), dan keterjangkauan (p=0,022) ada hubungan terhadap pemanfaatan puskesmas oleh peserta PBI, sedangkan berdasarkan uji multivariat variabel pengetahuan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 3,441 dan variabel keterjangkauan mempunyai nilai Exp (B) sebesar 3,167.

Hal ini menujukkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas yaitu variabel pengetahuan karena memiliki nilai Exp (B) yang lebih besar daripada variabel keterjangkauan.

Kata Kunci : pemanfaatan puskesmas, peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

(6)

Participants of JKN in Puskesmas Melati only reached 33,35%. Then, in the highest utilization of public health center by participants of PBI in February 2016 (7,65%) of the total number of PBI participants by 10.436 people (88,58%).

The purpose of this study is to explain the influence of predisposing factors (education, knowledge, attitude), enabling factors (information and accessibility), and need factor (health conditions) on the utilization of Puskesmas Melati by paticipants of PBI.

It was an analytic survey with explanatory research design by involving 10.436 participants as population and 100 participants as sample with proportionate stratified random sampling technique. Data were gathered by using questionnaire and analyzed by using multiple logistic regression test.

Based on the research done, it is found that about 32 respondents (32,0%) utilize of public health center and 68 respondents (68,0%) did not utilize of Puskesmas Melati. Based on the bivariate test the results show that the variable of education (p=0,047), knowledge (p=0,001), attitude (p=0,027), information (p=0,035), accessibility (p=0,022) there is a correlation on the utilization of Puskesmas Melati by PBI participants. While based on the multivariate test the variable of knowledge has Exp (B) value of 3,441 and variable of accessibility has Exp (B) value of 3,167.

It is show that the most influence variable on the utilization of public health center is the knowledge variable because it has the Exp (B) value is greater than the accessibility variable.

Keywords : participants of Penerima Bantuan Iuran (PBI), utilization public health center

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Determinan Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

Dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) FKM USU.

4. Dr. Juanita S.E., M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan petunjuk, saran, dan nasihat bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(8)

6. Puteri Citra Cinta Asyura Nasution, SKM, M.P.H.,selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Umi Salmah, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Berbagai pihak di wilayah kerja Puskesmas Melati, Kepala Puskesmas Melati dan Staf Puskesmas, Kepala Desa di Kecamatan Perbaungan yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta, Zainuddin dan Hajizah serta kakak dan adik saya yang selalu memberi kasih sayang, mendukung, mendoakan, dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini.

11. Seluruh pihak yang membantu dan memberikan kontribusinya dalam penyelasaian skripsi ini. Terimakasih untuk segala sesuatunya penulis ucapkan.

(9)

oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Medan, Juli 2018

Nova Eliza

(10)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR ISTILAH... xvi

RIWAYAT HIDUP ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permasalahan Penelitian... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus... 8

1.4 Hipotesis Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 10

2.1.1 Pengertian JKN... 10

2.1.2 Prinsip JKN ... 10

2.1.3 Manfaat JKN ... 11

2.1.4 Pelayanan JKN ... 12

2.1.5 Kepesertaan JKN ... 13

2.1.6 Pembiayaan JKN ... 17

2.1.6.1 Tarif... 17

2.1.6.2 Iuran ... 18

2.1.6.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan ... 19

2.2 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) ... 21

2.3 Puskesmas ... 22

2.3.1 Pengertian Puskesmas... 22

2.3.2 Tujuan Puskesmas ... 23

2.3.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ... 24

2.3.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas... 25

2.3.5 Upaya Kesehatan Puskesmas ... 27

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan... 28 2.4.1 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan

(11)

BAB III METODE PENELITIAN... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 34

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 34

3.2.2 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi... 34

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Jenis Data ... 36

3.4.1 Data Primer ... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Variabel dan Definisi Operasional... 36

3.5.1 Variabel Bebas (Independen)... 36

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen)... 37

3.6 Aspek Pengukuran ... 37

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)... 37

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 38

3.7 Metode Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 40

4.2 Analisis Univariat ... 41

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... 41

4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan... 42

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap... 44

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi... 45

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan ... 46

4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan ... 47

4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Puskesmas... 48

4.3 Analisis Bivariat ... 49

4.3.1 Tabulasi Silang dan Hasil Uji Statistik... 49

4.3.1.1 Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemanfataan Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Melati ... 49

4.3.1.2 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemanfataan Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Melati ... 50

4.3.1.3 Tabulasi Silang antara Sikap dengan Pemanfataan Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Melati ... 51

4.3.1.4 Tabulasi Silang antara Informasi dengan Pemanfataan Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas Melati ... 51

(12)

4.3.1.6 Tabulasi Silang antara Kondisi Kesehatan dengan Pemanfataan Puskesmas oleh Peserta PBI di

Wilayah Kerja Puskesmas Melati ... 53

4.3.2 Ringkasan Hasil Uji Statistik chi-square... 53

4.4 Analisis Multivariat ... 53

BAB V PEMBAHASAN ... 56

5.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta PBI di Puskesmas Melati .. 56

5.2 Pengaruh Faktor Predisposisi terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 58

5.2.1 Pengaruh Variabel Pendidikan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI ... 58

5.2.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI... 59

5.2.3 Pengaruh Variabel Sikap terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI ... 60

5.3 Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 62

5.3.1 Pengaruh Variabel Informasi terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI ... 62

5.3.2 Pengaruh Variabel Keterjangkauan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI... 64

5.4 Pengaruh Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Puskesmas ... 66

5.4.1 Pengaruh Variabel Kondisi Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 68

6.1 Kesimpulan... 68

6.2 Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Jumlah Kunjungan Peserta Non PBI dan PBI ke Puskesmas Melati Tahun 2016

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 5. Master Data

Lampiran 6. Output Pengolahan Data

(13)

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Menurut Populasi di Wilayah Kerja

Puskesmas Melati... 36 Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 38 Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat... 38 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Melati

Berdasarkan Jenis Kelamin... 40 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas (Jenis Kelamin,

Suku, Jumlah Anggota Keluarga, Pendidikan, Pekerjaan)... 41 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah

Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018... 43 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

terhadap Pemanfaatan Puskesmas... 43 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja

Puskesmas Melati Tahun 2018 ... 44 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden terhadap

Pemanfaatan Puskesmas ... 45 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi di

Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018... 45 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kategori Informasi Responden

terhadap Pemanfaatan Puskesmas... 46 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Keterjangkauan di

Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018... 47 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Keterjangkauan Responden

terhadap Pemanfaatan Puskesmas... 47 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan di

Wilayah Kerja Puskesmas Melati Tahun 2018... 48 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Kategori Kondisi Kesehatan

Responden terhadap Pemanfaatan Puskesmas... 48

(14)

oleh Responden Peserta PBI ... 49 Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Pendidikan dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 50 Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 50 Tabel 4.17 Tabulasi Silang antara Sikap dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 51 Tabel 4.18 Tabulasi Silang antara Informasi dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 52 Tabel 4.19 Tabulasi Silang antara Keterjangkauan dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 52 Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Kondisi Kesehatan dengan Pemanfaatan

Puskesmas oleh Peserta PBI di Wilayah Kerja Puskesmas

Melati Tahun 2018 ... 53 Tabel 4.21 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan

Variabel Terikat ... 53 Tabel 4.22 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda... 54

(15)

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan... 32 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 33

(16)

Singkatan Singkatan dari

JKN Jaminan Kesehatan Nasional SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional PBI Penerima Bantuan Iuran

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(17)

Penulis bernama Nova Eliza, lahir di Julok, Kabupaten Aceh Timur pada hari Senin tanggal 18 Nopember 1996. Penulis beragama Islam dengan bersuku bangsa Batak. Penulis bertempat tinggal di Kota Langsa, Provinsi Aceh. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Ayahanda Zainuddin dan Ibunda Hajizah.

Pendidikan formal penulis dimulai di SD Negeri Impres Langsa lulus pada tahun 2008, pendidikan tingkat SMP sederajat selama 3 (tiga) tahun di SMP Negeri 3 Langsa lulus pada tahun 2011, dan pendidikan tingkat SMA sederajat selama 3 (tiga) tahun di SMA Negeri 1 Langsa lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan studi SI di Universitas Sumatera Utara pada Fakultas Kesehatan Masyarakat peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sampai tahun 2018.

(18)

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh akses pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau (Republik Indonesia, 2009). Levey dan Loomba (1973) menjabarkan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga maupun masyarakat. Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh seseorang menempuh pelayanan kesehatan (Azwar, 2012).

Kemampuan seseorang atau keluarga dalam mengakses/mencapai pelayanan kesehatan adalah berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atau kendala. Adapun beberapa kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengakses/mencapai pelayanan kesehatan antara lain masyarakat yang tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan yang tersedia karena adanya nilai sosial dan budaya masyarakat, pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan kebutuhan/harapan, kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang rendah, serta sumber daya mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, dan tenaga. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat (Adisasmito, 2014).

(19)

Menurut Anderson (1974) dalam Notoadmodjo (2012) komponen yang memengaruhi pemanfaataan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor predisposisi (predisposing, seperti demografi, struktur sosial, keyakinan), (2) faktor pemungkin (enabling, seperti sumberdaya keluarga, sumber komunitas/masyarakat), dan (3) faktor kebutuhan (need, seperti tingkat rasa sakit).

Salah satu upaya yang dilakukan secara terpadu pemerintah dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan menyeluruh adalah penggadaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanismes asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) (Kemenkes, 2017). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN, peserta program JKN terdiri atas dua kelompok yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan kesehatan. Peserta PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta bukan PBI jaminan kesehatan adalah pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya.

(20)

Sampai dengan 31 Desember 2016, kepesertaan program JKN di Indonesia sebesar 66,46% dari seluruh jumlah penduduk yaitu berjumlah 171.939.254 peserta. Bila dibandingkan dengan tahun 2014, jumlah peserta JKN meningkat sebesar 22,40% yaitu dari 133.423.653 jiwa pada tahun 2014 menjadi 171.939.254 jiwa pada tahun 2016. Peserta JKN pada tahun 2016 terdiri atas peserta PBI yang berjumlah 106.514.567 jiwa (61,95%) dan peserta Non PBI yang berjumlah 65.424.687 jiwa (38,05%). Peserta PBI terdiri atas peserta dengan iuran dari APBN berjumlah 91.099.279 jiwa (85,53%) dan yang bersumber dari APBD berjumlah 15.415.288 jiwa (14,47%). Peserta Non PBI terdiri atas Pekerja Penerima Upah yang berjumlah 41.027.299 jiwa (62,71%), Pekerja Bukan Penerima Upah yang berjumlah 19.336.531 jiwa (29,55%), dan Bukan Pekerja yang berjumlah 5.060.927 jiwa (7,74%) (Kemenkes, 2017).

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang terletak pada Indonesia bagian Barat tepatnya di Pulau Sumatera. Provinsi Sumatera Utara berada pada posisi ke- 20 (dua puluh) dengan jumlah kepesertaan JKN terbanyak dengan persentase penduduk yang telah menjadi peserta JKN sampai dengan 31 Desember 2016 sekitar 62,36% dengan jumlah peserta 8.794.709 jiwa yang terdiri atas peserta PBI APBN berjumlah 4.327.415 jiwa (49,20%), peserta PBI APBD berjumlah 885.059 jiwa (10,06%), peserta Non PBI Pekerja Penerima Upah berjumlah 2.045.463 jiwa (23,26%), Pekerja Bukan Penerima Upah berjumlah 1.219.995 jiwa (13,87%), dan Bukan Pekerja berjumlah 316.777 jiwa (3,60%).

Sedangkan yang belum memiliki jaminan kesehatan sebesar 37,64% dari jumlah penduduk di Sumatera Utara sebesar 14.102.911 jiwa (Kemenkes, 2017).

(21)

Provinsi Sumatera Utara memiliki 33 kabupaten/kota. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Kepesertaan JKN di Kabupaten Serdang Bedagai berada pada posisi ke-25 (dua puluh lima) dengan jumlah kepersertaan JKN terbanyak yaitu sampai dengan Desember 2016 berjumlah 329.130 jiwa (53,87%) yang terdiri atas peserta PBI APBN berjumlah 173.991 jiwa (52,87%), peserta PBI APBD berjumlah 12.672 jiwa (3,85%), peserta Non PBI Pekerja Penerima Upah berjumlah 48.596 jiwa (14,76%), Pekerja Bukan Penerima Upah berjumlah 50.408 jiwa (15,31%), peserta Bukan Pekerja berjumlah 6.183 jiwa (1,88%), dan peserta Jaminan Kesehatan Daerah berjumlah 37.280 jiwa (11,33%) (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2017).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016, Kabupaten Serdang Bedagai terdiri atas 17 (tujuh belas) kecamatan dan memiliki puskesmas sebanyak 20 (dua puluh) unit yang meliputi 17 (tujuh belas) puskesmas non perawatan dan 3 (tiga) puskesmas perawatan. Kecamatan Perbaungan adalah salah satu dari 17 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 103.837 jiwa (16,99%) yang tersebar di 24 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan ini memiliki 2 (dua) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Pemerintah/Puskesmas yaitu Puskesmas Plus Perbaungan (perawatan) yang menaungi 19 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 68.505 jiwa (65,97%) dan Puskesmas Melati (non perawatan) yang menaungi 9 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 35.332 jiwa (34,03%).

(22)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016, persentase jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas Plus Perbaungan sebesar 29.327 jiwa (28,24%) sedangkan jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas Melati sebesar 12.359 jiwa (11,90%). Dari kedua puskesmas tersebut, Puskesmas Melati merupakan puskesmas dengan persentase jumlah kunjungan pasien yang lebih rendah yaitu 11,90%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Puskesmas Melati Tahun 2016 diketahui jumlah peserta JKN sebanyak 11.782 jiwa yang terdiri atas peserta PBI APBN sebanyak 8.321 jiwa (70,63%), peserta Non PBI Pekerja Bukan Penerima Upah sebanyak 1.346 jiwa (11,42%), dan peserta Jaminan Kesehatan Daerah sebanyak 2.115 jiwa (17,95%). Peserta JKN yang ada di wilayah kerja Puskesmas Melati yang tersebar di sembilan desa ini, baru mencapai 33,35%

dengan jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas ini adalah 35.332 jiwa.

Puskesmas Melati merupakan salah satu FKTP di Kecamatan Perbaungan yang sudah menerapkan pembayaran Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan (KBK). Tujuan dari penerapan KBK ini adalah untuk meningkatkan performa atau mutu pelayanan di FKTP, di ukur melalui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hasil pencapaian indikator tersebut mendapatkan konsekuensi berupa pengurangan nilai kapitasi dan pemberian reward. Apabila kinerja optimal, maka tarif kapitasi dapat dicapai maksimal. Meskipun Puskesmas Melati sudah menerapkan KBK, namun dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas oleh masyarakat peserta JKN masih tergolong rendah. Khususnya pemanfaatan puskesmas oleh masyarakat peserta PBI.

(23)

Berdasarkan penelitian Handayani (2014) tentang determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas di Puskesmas Medan Helvetia menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, persepsi, jarak, dan kepemilikan jaminan kesehatan ada hubungan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas. Menurut Ambarita (2015) menyatakan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan karena masyarakat kurang paham dalam menggunakan kartu PBI ke puskesmas serta kurangnya informasi mengenai prosedur penggunaan kartu PBI di puskesmas, faktor pengetahuan, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan juga berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta PBI. Hasil penelitian Azzura (2016) menyatakan pendidikan, pengetahuan, sikap, dan keterjangkauan ada hubungan terhadap pemanfaatan puskesmas oleh peserta JKN.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tentang pemanfaatan Puskesmas Melati didapatkan hasil bahwa masyarakat yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melati khususnya bagi masyarakat peserta PBI belum memanfaatkan pelayanan puskesmas secara maksimal. Padahal, peserta PBI ialah peserta yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis yang dibiayai oleh negara ataupun daerah. Dengan demikian, peserta PBI seharusnya memanfaatkan puskesmas semaksimal mungkin dalam hal kesehatan pribadi ataupun keluarganya. Hal ini dapat di lihat dari jumlah kunjungan peserta PBI ke Puskesmas Melati sepanjang tahun 2016 yaitu Januari (6,10%), Februari (7,65%), Maret (6,98%), April (6,83%), Mei (6,52%), Juni (6,44%), Juli (6,71%), Agustus (6,88%), September (7,26%), Oktober (7,04%), Nopember (7,04%), dan

(24)

Desember (6,94%). Berdasarkan data jumlah kunjungan tersebut, pemanfaatan puskesmas paling tinggi oleh peserta PBI pada bulan Februari 2016 (7,65%) dan pemanfaatan puskesmas paling rendah pada bulan Januari 2016 (6,10%) dari jumlah keseluruhan peserta PBI sebesar 10.436 jiwa (88,58%).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa masyarakat peserta PBI, rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Melati berhubungan dengan jarak puskesmas yang terlalu jauh sehingga membutuhkan biaya transportasi yang lumayan besar, masih kurangnya pengetahuan dan informasi masyarakat akan haknya atas pelayanan kesehatan seperti apa yang diperoleh lewat kartu PBI yang dimilikinya. Oleh karena itu, masyarakat lebih sering berobat ke praktek bidan, pengobatan tradisional atau beli obat di warung.

Faktor kondisi kesehatan dan sikap dari peserta PBI untuk menggunakan puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama juga berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kemudian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016, status pendidikan masyarakat di Kecamatan Perbaungan dengan persentase pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu tidak memiliki ijazah SD (18,92%), SD (30,61%), SMP (20,47%), SMA (20,18%), dan Akademi/Diploma III (0,53%).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yaitu Determinan Pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

(25)

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah “ Apa saja determinan pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan dan sikap), pemungkin (informasi dan keterjangkauan) dan kebutuhan (kondisi kesehatan) terhadap pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, sikap) apakah memengaruhi pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui faktor pemungkin (informasi dan keterjangkauan) apakah memengaruhi pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

3. Untuk mengetahui faktor kebutuhan (kondisi kesehatan) apakah memengaruhi pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta Penerima

(26)

Bantuan Iuran (PBI) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh faktor predisposisi (pendidikan, pengetahuan, dan sikap) dan faktor pemungkin (informasi dan keterjangkauan) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan) terhadap pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta PBI di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2018.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian khususnya tentang determinan pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta PBI.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Melati mengenai determinan pemanfaatan Puskesmas Melati oleh Peserta PBI.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peserta PBI dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu promosi kesehatan oleh peserta PBI dalam menggunakan pelayanan kesehatan di puskesmas.

(27)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.1.1 Pengertian JKN

Jaminan Kesehatan Nasional adalah jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya oleh pemerintah (Kemenkes, 2017).

Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah suatu program pemerintah dan masyrakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Tujuan penyelenggaraan JKN ini adalah untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan (UU No.40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2).

2.1.2 Prinsip JKN

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN pada Pasal 19 ayat 1 dan bagian penjelasan, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

1. Prinsip asuransi sosial meliputi :

a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, serta beresiko tinggi dan rendah;

(28)

b. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk peserta penerima upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk peserta yang tidak menerima upah;

c. Dikelola dengan prinsip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan di simpan sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan kualitas layanan;

2. Prinsip ekuitas yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.

2.1.3 Manfaat JKN

Berdasarkan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2013, manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi dan ambulans.

Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitastif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan :

a. Penyuluhan kesehatan perseorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.

(29)

b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB), Polio, dan Campak.

c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasespsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.

d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif, masih ada manfaat yang tidak di jamin meliputi :

a. Tidak sesuai prosedur;

b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS;

c. Pelayanan bertujuan kosmetik;

d. General checkup, pengobatan alternatif;

e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, pengobatan impotensi;

f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana;

g. Pasien bunuh diri/penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/bunuh diri/narkoba;

2.1.4 Pelayanan JKN

Pelayanan kesehatan yang di maksud di sini sesuai dengan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013 sebagai berikut.

(30)

a. Jenis Pelayanan : Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis).

b. Prosedur Pelayanan : Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kagawatdaruratan medis.

c. Kompensasi Pelayanan : Bila di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi. Yang dapat berupa : penggantian uang tunai, pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan fasilitas kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.

d. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan : penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik Pemerintah, Pemerintah daerah, dan Swasta yang memenuhi persyaratan melalui proses kredensialing dan rekredensialing.

2.1.5 Kepesertaan JKN

Berdasarkan Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2013, peserta adalah setiap

(31)

orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta tersebut meliputi : Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan rincian sebagai berikut :

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas :

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu : a) Pegawai negeri sipil;

b) Anggota TNI;

c) Anggota Polri;

d) Pejabat Negara;

e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f) Pegawai Swasta;

g) Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu : a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri;

b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima upah;

(32)

c) Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas : a) Investor;

b) Pemberi Kerja;

c) Penerima Pensiun;

d) Veteran;

e) Perintis Kemerdekaan;

f) Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e yang mampu membayar iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas :

a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;

b) Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;

c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;

d) Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;

e) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi : a. Istri atau suami yang sah dari peserta;

(33)

b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria :

1. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri;

2. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.

Sedangkan Peserta bukan PBI dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

5) WNI di Luar Negeri

Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri di atur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

6) Hak dan Kewajiban Peserta

Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan Identitas peserta dan manfaat pelayaan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan.

7) Prosedur Pendaftaran Peserta

a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

b. Pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

(34)

Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk membayar dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan menunjukkan identitas peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja. Masa berlaku kepesertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta dan status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal dunia. Kepesertaan JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi : PBI Jaminan Kesehatan, anggota TNI/PNS di Lingkungan Kementrian Pertahanan dan anggota keluarganya, anggota Polri/PNS di Lingkungan Polri dan anggota keluarganya, peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2.1.6 Pembiayaan JKN 2.1.6.1 Tarif

Pelaksanaan tarif pelayanan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) didasarkan pada tarif Indonesian-Case Based Groups atau yang disebut Tarif INA-CBG’s dimana besar pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang di dasarkan kepada pengelompokkan diagnosis penyakit (Perpres Nomor 12 Tahun 2013).

Tarif pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama meliputi :

(35)

a. Tarif Kapitasi yaitu rentang nilai yang besarnya untuk setiap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tarif kapitasi diberlakukan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan komprehensif kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama;

b. Tarif Non Kapitasi yaitu nilai besaran yang sama bagi Seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat inap tingkat pertama dan pelayanan kebidanan dan neonatal (Perpres Nomor 12 Tahun 2013).

2.1.6.2 Iuran

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan, Pasal 16).

Dalam program JKN ini iuran peserta PBI dibayar oleh Pemerintah, peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan peserta Bukan Pekerja iurannya dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu

(36)

jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan iuran dari total yang tertunggak dan di bayar oleh Pemberi Kerja. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.

BPJS Kesehatan menghitung kelebihan dan kekurangan iuran JKN sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal ini terjadi kelebihan dan kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberikan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau peserta paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran iuran di atur dengan Peraturan BPJS Kesehatan (Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam SJSN Tahun 2013).

2.1.6.3 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan

BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atau jumlah peserta yang terdaftar di FKTP (Perpres Nomor 12 Tahun 2013, Pasal 39). Dalam hal FKTP di suatu daerah tidak memungkinkan, mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak

(37)

semua fasilitas kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan di beri wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang berhasil guna (Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam SJSN Tahun 2013).

Fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit) menggunakan sistem pembayaran berdasarkan Indonesian Case Based Groups’s (INA CBG’s). Besaran kapitasi dan INA CBG’s ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan uraian pemerintahan di bidang keuangan. Selain itu berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 pasal 40 menjelaskan bahwa :

1. Pelayanan gawat darurat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan di bayar dengan penggantian biaya yang ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan.

2. BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada fasilitas kesehatan dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.

3. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada peserta.

Tarif Kapitasi adalah metode pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan dimana pemberi pelayanan kesehatan (dokter atau rumah sakit) menerima sejumlah pembayaran per periode waktu (bulanan) yang di bayar di muka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasrkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan

(38)

jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. Tarif kapitasi untuk setiap Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama disesuaikan dengan rentang nilai yang besarnya ditetapkan berdasarkan seleksi dan kredensial yang dilakukan oleh BPJS. Selain itu, tarif kapitasi ini diberlakukan bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melakukan pelayanan kesehatan komprehensif kepada peserta program jaminan kesehatan berupa rawat jalan tingkat pertama (Buku Pegangan Sosialisasi JKN dalam SJSN Tahun 2013).

2.2 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantun Iuran Jaminan Kesehatan, Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. Orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.

Peserta PBI adalah penduduk miskin dan tidak mampu yang mendapat bantuan iuran dari Pemerintah yang tadinya dikelola oleh Kemenkes atau Pemda diserahkan pengelolaannya kepada BPJS Kesehatan. Peserta PBI tidak membayar iuran, tetapi mendapat bantuan iuran dari pemerintah yang dibayarkan pemerintah kepada BPJS.

(39)

BPJS wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajibab kepada peserta JKN baik PBI maupun Non PBI untuk mengikuti ketentuan yang berlaku.

Artinya BPJS Kesehatan secara transparan dan aktif melakukan sosialisasi. Tidak ada peserta yang tidak memahami dan tidak menggunakan haknya. Setiap peserta PBI dan Non PBI berhak memperoleh manfaat dan informasi tentang pelaksanaan program jaminan sosial yang diikutinya. Manfaat JKN yang bersifat komprehensif sudah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 dan beberapa Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur JKN, termasuk Permenkes yang mengatur tarif kapitasi dan CBG (Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2012).

2.3 Puskesmas

2.3.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya (Permenkes RI Nomor 19 Tahun 2014).

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi

(40)

timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat sedangkan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan (Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).

2.3.2 Tujuan Puskesmas

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dalam Pasal 2, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu;

c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan

d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk mewujudkan kecamatan sehat.

2.3.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Adapun prinsip penyelenggaraan puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas meliputi :

a. Paradigma Sehat

(41)

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban Wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian Masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat di akses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi Tepat Guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan Kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoorginasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

(42)

2.3.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas juga menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, mempunyai beberapa wewenang dalam Upaya kesehatan masyarakat (UKM), yaitu :

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama denga sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia Puskesmas;

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

(43)

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evalusi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas).

Puskesmas juga mempunyai beberapa wewenang dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP), yaitu :

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, kelompok, dan masyarakat;

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung;

e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan pronsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

f. Melaksanakan rekam medis;

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;

(44)

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas).

2.3.5 Upaya Kesehatan Puskesmas

Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan yang dimaksud harus dilaksanakan secara terintegritasi dan berkesinambungan.

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi :

a. Pelayanan promosi kesehatan;

b. Pelayanan kesehatan lingkungan;

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

d. Pelayanan gizi, dan

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan sedangkan upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi

(45)

pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.

Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk :

a. Rawat jalan;

b. Pelayanan gawat darurat;

c. Pelayanan satu hari (one day care);

d. Home care; dan/atau

e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Pendanaan di Puskesmas bersumber dari :

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD);

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

Pengelolaan dana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas).

2.4 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan adalah sebuah kegiatan pemanfaatan pelayanan oleh sekelompok orang atau individu. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menggunakan dan memanfaatkan tergantung dari pengetahuan masing-masing individu (Notoatmodjo, 2007). Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan

(46)

kesehatan dan seberapa jauh seseorang menempuh pelayanan kesehatan (Azwar, 2012).

2.4.1 Faktor- Faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Teori WHO dalam Notoatmodjo (2005) menyebutkan bahwa beberapa faktor perilaku yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah

1. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap obyek/kesehatan :

 Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

 Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, yakni berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

 Sikap menggambarkan perasaan suka/tidak suka terhadap obyek dan sering berasal dari pengalaman sendiri ataupun pengalaman orang lain.

2. Seseorang yang dianggap sebagai referensi

Perilaku seseorang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting

3. Sumber daya (resource)

(47)

Sumber daya mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, dan tenaga.

Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat.

4. Kebudayaan berupa norma-norma yang ada di masyarakat yang menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.

Menurut Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2012), yang menggambarkan model sistem kesehatan penggunaan pelayanan kesehatan terdiri dari tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing)

Fungsi dari katakteristik ini dapat menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

a. Ciri-ciri demografi seperti, jenis kelamin, umur, status perkawinan.

b. Struktur sosial seperti, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sebagainya.

c. Manfaat-manfaat kesehatan seperti, keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit (termasuk stress dan kecemasan yang ada kaitannya dengan kesehatan). Selanjutnya Anderson percaya bahwa :

 Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

(48)

 Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

 Individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila ia mampu menggunakannya.

Kemampuan tersebut berasal dari keluarga (misalnya : penghasilan dan simpanan/tabungan, asuransi kesehatan atau sumber lainnya) dan dari komunitas (misalnya : tersedianya fasilitas dan tenaga, lamanya menunggu pelayanan serta lama waktu yang digunakan untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan tersebut/lokasi pemukiman). Menurut Notoatmodjo (2012) perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan juga dari ada tidaknya informasi kesehatan yang diterima. Jadi, penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

3. Faktor Kebutuhan (need)

Faktor predisposisi dan pemungkin dapat terwujud bila hal itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk meggunakan pelayanan kesehatan, jika faktor predisposisi dan pemungkin itu ada.

Kebutuhan (need) dibedakan menjadi 2 kategori yaitu dirasa atau preceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis). Preceived need dapat

(49)

diukur dengan perasaan subyektif terhadap penyakit (misalnya : jumlah hari sakit, gejala-gejala sakit yang dialami dan laporan tentang keadaan kesehatan umum).

Sedangkan evaluated merupakan evaluasi klonis terhadap penyakit yakni penilaian beratnya penyakit dari dokter yang meratnya biasanya berdasarkan keluhan-keluahan yang mungkin memerlukan pengobatan, dari hasil pemeriksaan dan diagnosa.

Secara skematis konsep pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2012) digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan konsep skematis yang dikemukanan oleh Anderson (1974) yang telah dijelaskan di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai

Faktor predisposisi Faktor pemungkin Faktor kebutuhan

Demografi : Umur, jenis kelamin, status perkawinan, penyakit masa lalu

Struktur Sosial : Pendidikan, ras, pekerjaan, besar keluarga, agama Keyakinan : Persepsi, sikap, pengetahuan

Keluarga : Pendapatan, dukungan, asuransi kesehatan Komunitas/

Masyarakat : Informasi, tersedianya fasilitas dan petugas

kesehatan, lokasi/jarak transportasi biaya pelayanan

Tingkat rasa sakit:

Ketidakmampu- an, gejala penyakit, diagnosis, keadaan umum Evaluasi : Gejala-gejala, diagnosis- diagnosis

(50)

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Predisposisi :

1. Pendidikan 2. Pengetahuan 3. Sikap

Faktor Pemungkin : 1. Informasi 2. Keterjangkauan

Faktor Kebutuhan : 1. Kondisi Kesehatan

Pemanfaatan Puskesmas

(51)

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi, 1989).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, yaitu terdiri atas 9 (sembilan) desa/kelurahan. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya peserta PBI dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan serta belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya di lokasi ini.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Januari - Mei 2018. Waktu yang digunakan adalah untuk pengambilan data, pengolahan data, analisa data serta penyusunan hasil penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta PBI yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melati sebanyak 10.436 peserta.

(52)

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian jumlah peserta PBI yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Melati. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode slovin (Notoatmodjo, 2005) yang di formulasikan sebagai berikut :

= 1 + ( ) Keterangan :

n : Besar Sampel N : Besar Populasi

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Maka, hasil dari penentuan sampel data penelitian ini adalah

= 10.436

1 + 10.436 (0,1) =

10.436

104.37 = 99,99 ≈ 100

Sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling yaitu suatu teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan bersifat berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2007). Jadi, jumlah sampel berdasarkan desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

(53)

Tabel 3.1 Distribusi sampel menurut populasi di wilayah kerja Puskesmas Melati

No. Desa/Kelurahan Peserta (Jiwa) Perhitungan Sampel

1 Adolina 506 10.436506 100 5

2 Melati I 850 10.436850 100 8

3 Melati II 2795 10.4362795 100 27

4 Tanjung Buluh 210 10.436 100210 2

5 Sei Sijenggi 1633 10.4361633 100 15

6 Sei Buluh 1223 10.4361223 100 12

7 Lubuk Bayas 914 10.436914 100 9

8 Lubuk Rotan 825 10.436825 100 8

9 Sei Nagalawan 1480 10.436 1001480 14

Jumlah 10.436 100

3.4 Jenis Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Melati, Dinas Kesehatan Serdang Bedagai, dan Instansi Pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas (Independen)

1. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi responden.

(54)

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang puskesmas dan peserta JKN PBI.

3. Sikap adalah pendapat atau pandangan responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas dan pemanfaatan kartu PBI.

4. Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan responden dari tenaga kesehatan/BPJS, media elektronik, media cetak, dan berbagai sumber lainnya terkait JKN.

5. Keterjangkauan adalah kemampuan responden dalam mengakses puskesmas meliputi jarak dan biaya transportasi.

6. Kondisi kesehatan adalah keadaan kesehatan anggota keluarga yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

3.5.2 Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta PBI yakni suatu perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh peserta PBI untuk memanfaatkan atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas Melati dalam 6 (enam) bulan terakhir.

2.6 Aspek Pengukuran

2.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi pendidikan, pengetahuan, sikap, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan.

(55)

Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Bebas No. Variabel Jlh Kategori

Jawaban

Kriteria Bobot Nilai

Skor Skala

Ukur

1 Pendidikan 1 - 1. Rendah

(tidak tamat SD dan SD) 2. Menengah

(SMP dan SMA)

- - Ordinal

2 Pengetahuan 10 a. Tahu b. Tidak

Tahu

- 1

0

≥75%

baik,

<75%

krg baik

Ordinal

3 Sikap 5 1. Ya

0. Tidak - 1

0 ≥75%

baik,

<75%

krg baik

Ordinal

4 Informasi 7 1. Pernah 0. Tidak

Pernah

- 1

0 ≥75%

tahu,

<75%

tdk tahu

Ordinal

5 Keterjang-

kauan 4 1. Ya

0. Tidak 1. Mudah

2. Sulit 1

0 ≥75%

mudah,

<75%

sulit

Ordinal

6 Kondisi Kesehatan

1 1. Ya 0. Tidak

1. Baik 2. Kurang

Baik

1 0

- Ordinal

2.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Puskesmas Melati oleh peserta PBI. Skala pengukurannya secara rinci dalam tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Terikat No. Variabel Jlh Kategori

Jawaban Kriteria Bobot

Nilai Skala Ukur 1 Pemanfaatan

Puskesmas

1 1. Ya 0. Tidak

1. Memanfaatkan 2. Tidak

Memanfatkan

1 0

Nominal Dikotomik

(56)

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu : a. Analisis Univariat

Untuk menjelaskan variabel independen yaitu pendidikan, pengetahuan, sikap, informasi, keterjangkauan, dan kondisi kesehatan peserta PBI dengan pemanfaatan Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.

b. Analisis Bivariat

Model analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dengan kriteria :

1. Ho ditolak jika p<α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

2. Ho diterima jika p>α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

c. Analisis Multivariat

Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan beberapa variabel independen. Variabel dependen berskala dikotomi (nominal dengan 2 kategori).

Referensi

Dokumen terkait

tentang pacaran dengan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap mitos – mitos tentang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul berguna dan bermanfaat bagi para

beberapa pelaku pasar, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat dimensi service quality apa saja yang dinilai penting oleh konsumen yang dapat memberikan

Saran kepada perawat yang mengalami masalah keluarga, terkait dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan maupun pihak pengelola rumah sakit serta masalah yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PADA PILAR PERTAMA

Perlindungan tangan Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang

Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan makan masyarakat minahasa, pada masyarakat desa Tandengan Satu makanan berlemak yang paling banyak dikonsumsi yaitu daging