• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PILAR PERTAMA

STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DI DESA GUNUNG BARINGIN KECAMATAN BARUMUN

TENGAH KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :

ERMA ATIKA SARI NIM. 131000633

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(2)

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PILAR PERTAMA

STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DI DESA GUNUNG BARINGIN KECAMATAN BARUMUN

TENGAH KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ERMA ATIKA SARI NIM. 131000633

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR BERSIH DAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PADA PILAR PERTAMA STOP BABS (BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN) DI DESA GUNUNG BARINGIN KECAMATAN BARUMUN TENGAH KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2018

Yang membuat pernyataan

(4)
(5)

ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah suatu gerakan pemerintah dalam rangka membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat serta penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemapuan masyarakat dengan cara merubah perilaku masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas buang air besar sembarangan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama stop buang air besar sembarangan serta memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup sehat.

Jenis penelitian ini adalah survey kualitatif, populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga. Responden yaitu Bapak atau Ibu rumah tangga yang dianggap dapat mewakili untuk memberikan informasi yang tinggal di desa Gunung Baringin Kecamatan Binanga Kabupaten Padang Lawas.

Hasil penelitian ini menunjukan kualitas air bersihnya jernih pada umumnya sebanyak 88,2%, pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan makanan dan minuman baik sebanyak 13 – 15 (94,1%). Jumlah tenaga puskesmas yang ikut dalam pelaksanaan program STBM tidak hanya petugas kesling, melainkan petugas promkes dan bidan desa yang ikut dilibatkan dalam program, sarana dan prasarana sudah memadai karena alat dan bahan tesebut sudah disediakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas. Pengetahuan Responden yang memiliki jamban sebanyak 29 orang (56,9%) dikategorikan baik, sikap Responden memiliki jamban sebanyak 50 orang (98,0%) dikategorikan baik, tindakan dan yang memiliki jamban sebanyak 47 orang (92,2%) dikategorikan sedang.

Pelaksanaan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa Gunung Baringin , wilayah kerja puskesmas Binanga sudah berjalan namun belum optimal. Masih banyak kekurangan seperti misalnya tenaga kesehatan yang berkompeten dibidang kesehatan lingkungan, sarana serta prasarana.

(6)

ABSTRACT

Total sanitation based on Community was the government’s effort to socialize the clean and healthy life behavior and the spread of diseases based on environment in order to increase people’s capability by changing their behavior in doing defecating activities at will.

The purpose of this research is to know the implementation of community-based water supply and sanitation program for the first pillar of stop defecating and to empower the community in improving the quality of healthy life.

The type of the research was qualitative survey. The population was all heads of family which was given the total sanitation based on community intervention. The respondents is the father and mother which is considered to be representative to provide information citizen who live at Gunung Baringin village which amounts to 103 KK. From the sample population amounts to 51 KK. Sampling is done by Stratified Random Sampling.

The results of this study indicate the clean water quality is generally as much as 88.2%, the knowledge of the community in the management of food and beverages both as much as 13-15 (94.1%). The number of puskesmas personnel who participate in the implementation of the STBM program is not only the kesling officers, but the promkes and village midwives who are involved in the program, facilities and infrastructures are adequate because the tools and materials have been provided directly by Padang Lawas District Health Office. Knowledge of respondents who have toilet as much as 29 people (56,9%) categorized good, attitude Respondent has latrine as many as 50 people (98,0%) categorized good, action and having toilet as many as 47 people (92,2%) categorized medium.

The implementation of the STBM Program in Gunung Baringin Village, within the catchement area of Binanga Health Center has been implemented but not yet optimal, there are still many deficiencies such as Health Manpower, Facilities and Infrastructure, so that there are still many people who defecate in rivers and do not have latrines.

Keywords: Implementation of STBM Program, Stop BABS, Input, Process, Output

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT, atas berkat dan karunianya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Implementasi Program Penyediaan Air Bersih Dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pada Pilar Pertama Stop Babs (Buang Air Besar Sembarangan) Di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017”. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penulisan ini banyak menerima bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Ibu selaku Dosen

Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

5. dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran dan petunjuk kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dra. Nurmaini, MKM., Ph.D selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. dr. Handayani Harahap selaku Kepala Puskesmas Binanga, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Yang teristimewa buat kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai, Ayahanda Ikhwan Habibi Daulay dan Ibunda Srimas Leo Siregar atas semua doa dan dukungannya yang tidak terhingga dan seluruh keluarga yang telah memberikan perhatian dan semangat kepada penulis. 10. Sahabat terkasih di kampus, Siti Sophia Aryani Tambunan, Cindy Afrialdi

Sari, Ahnaf Sadana dan Fatimah Khairani Nasution yang selalu memberi semangat, motivasi, dan bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Teman – teman Departemen Kesehatan Lingkungan dan teman – teman Kelas H stambuk 2013 FKM USU, yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu dan menemani hari – hari penulis

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang

(9)

membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas segala kesalahan dan kekurangan penulis mohon maaf. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, April 2018 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

RIWAYAT HIDUP ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang. ... 1 1.2. Perumusan Masalah. ... 5 1.3. Tujuan Penelitian. ... 6 1.3.1. Tujuan Umum. ... 6 1.3.2. Tujuan Khusus. ... 6 1.4. Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ... 8

2.1. Sistem Penyediaan Air Bersih ... 8

2.1.1. Pengertian Air ... 8

2.1.2. Akses Ketersediaan Air Bersih ... 8

2.1.3. Program Penyediaan Air Bersih ... 9

2.2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat . ... 10

2.2.1. Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 10

2.2.2. Prinsip – Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat... 13

2.3. Stop Buang Air Besar Sembarangan ... 13

2.3.1. Pengertian Buang Besar Sembarangan ... 13

2.3.2. Jamban Sehat ... 19

2.3.3. Pengertian Jamban Keluarga ... 20

2.3.4. Jenis Jamban Sehat ... 21

2.3.5. Syarat Jamban Sehat ... 22

2.3.6. Manfaat dan Fungsi Jamban Sehat... 23

2.3.7. Pemeliharaan Jamban ... 23

2.3.8. Pemanfaatan Jamban ... 24

2.3.9. Pengertiaan Open Defecation Free ... 24

(11)

2.3.11. Faktor yang Berkaitan dengan Open Defecation Free ... 25

2.4. Program Stop Buang Air Besar Sembarangan ... 28

2.5. Transmisi Penyakit dari Tinja ... 29

2.6. Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN. ... 37

3.1. Jenis Penelitian. ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 37

3.2.1. Lokasi Penelitian. ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian. ... 37

3.3. Populasi Penelitian . ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data. ... 40

3.5. Definisi Operasional... 40 3.6. Aspek Pengukuran ... 42 3.6.1. Pengetahuan ... 43 3.6.2. Sikap ... 43 3.6.3. Tindakan ... 44 3.7. Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN. ... 46

4.1. Gambaran Umum Hasil Penelitian... 46

4.2. Input ... 48

4.2.1. Karakteristik Responden ... 48

4.2.2. Penyediaan Air Bersih ... 49

4.2.3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 50

4.3. Proses ... 55 4.4. Output ... 57 4.4.1. Pengetahuan ... 57 4.4.2 Sikap ... 58 4.4.3. Tindakan ... 62 BAB V PEMBAHASAN. ... 65 5.1. Input ... 65 5.1.1. Karakteristik Responden ... 66

5.1.2. Penyediaan Air Bersih... 66

5.1.3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ... 66

5.2 Proses ... 67 5.3. Output ... 69 5.3.1. Pengetahuan Responden... 69 5.3.2. Sikap Responden ... 70 5.3.3. Tindakan Responden ... 71 5.4. Hambatan ... 72

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 73

6.1 Kesimpulan ... 73

6.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA. ... 76 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor – Faktor yang Harus Dipicu dan Metode yng Digunakan

dalam Kegiatan STBM ... 18

Tabel 3.1 Karakteristik Menurut Kepala Keluarga yang Memiliki Jamban dan Yang Tidak Memiliki Jamban ... 38

Tabel 3.2. Sampel Penelitian ... 39

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Barumun Menurut Umur ... 46

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Kecamatan Barumun Menurut Kelamin ... 47

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Gunung Baringin Menurut Umur ... 47

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden ... 48

Tabel 4.5 Penyediaan Air Bersih ... 49

Tabel 4.6 Air Minum dan Makanan ... 50

Tabel 4.7 Tentang BAB dan Air Bersih ... 51

Tabel 4.8 Sampah dan Pembuangan Sampah ... 53

Tabel 4.9 Limbah Air Rumah Tangga ... 54

Tabel 4.10 Tentang Air Bersih dan BAB sembarangan ... 57

Tabel 4.11 Sikap Responden ... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transmisi Penyakit Melalui Tinja ... 34 Gambar 2.2 Pemutusan Transmisi Penyakit Melalui Tinja ... 35 Gambar 2.3 Kerangka Konsep ... 36

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Erma Atika Sari yang dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1995 di Kota Medan. Beragama Islam, tinggal di Jl. Selamat Ujung No 190 – A Medan. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ayahanda bernama Ikhwan Habibi Daulay dan Ibunda bernama Srimas Leo Siregar.

Pendidikan formal penulis dimulai sejak Sekolah Dasar Negeri 064954 Medan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Medan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 (S1) di Universitas Sumatera Utara Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat di Departemen Kesehatan Lingkungan yang diselesaikan pada tahun 2018.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang tinggi, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Salah satu permasalahan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah masalah kesehatan lingkungan.

Permasalahan kesehatan lingkungan yang mendominasi adalah masalah program implementasi penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan . Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah sosial budaya dan sikap penduduk yang terbiasa buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

Pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah sanitasi, terutama akses penduduk terhadap jamban sehat. Pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Kepmenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang kemudian diperkuat dengan Permenkes RI nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang digunakan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu

(17)

komunitas tidak buang air besar sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF). Prinsip dari pelaksanaan STBM adalah meniadakan subsidi untuk fasilitas sanitasi dasar dengan pokok kegiatan menggali potensi yang ada di masyarakat untuk membangun sarana sanitasi sendiri dan mengembangkan solidaritas sosial.

Kemenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) disebutkan peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan seperti di tingkat Desa atau kampung memiliki peran dan tanggung jawab mempersiapkan masyarakat untuk berpatisipasi aktif, di tingkat desa berperan dan bertanggung jawab dalam membentuk tim fasilitator desa atau kader pemicu STBM untuk memfasilitasi gerakan masyarakat dan pada tingkat kecamatan pemerintah kecamatan berperan dan bertanggung jawab berkoordinasi dengan Badan Pemerintah yang lain dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM.

Pelaksanaan program sanitasi total berbasis masyarakat dimulai dari pilar pertama yaitu stop buang air besar sembarangan dengan kondisi di Desa Gunung Baringin tersebut masih banyak masyarakat yang buang air besar di sembarang tempat. Masyarakat gunung baringin rata- rata buang air besar di sembarang tempat, misalnya di sungai, sawah, sawit ada juga di belakang rumah masyarakat. Jadi pemerintah sudah memberikan fasilitas sanitasi total berbasis masyarakat terutama jamban. Jamban tersebut terletak di mesjid gunung baringin namun tetap saja masyarakat buang air besar di sembarang tempat. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang buang air besar sembarangan dan bisa juga disebabkan karena faktor budaya. Jadi buang air

(18)

sembarangan merupakan pintu masuk upaya memutuskan rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku bersih, makan dan lainnya. STBM menggunakan pendekatan yang mengubah sikap dan tindakan hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Dengan metode pemicuan, STBM diharapkan dapat merubah perilaku kelompok masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF), pada suatu komunitas atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100% penduduk desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat.

Pelaksanaan penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS) dilaksanakan untuk mendukung dua agenda nasional yang berkelanjutan air bersih untuk rakyat, sanitasi total berbasis masyarakat.

Kondisi di Desa Gunung Baringin setelah saya melakukan survey awal saya melihat dengan keadaan desa yang benar - benar susah mendapatkan air bersih. Pemerintah sudah memberikan fasilitas air bersih, namun sempat berhenti dikarenakan kurangnya ekonomi masyarakat desa gunung baringin. Pemerintah memberikan fasilitas setiap dua rumah masyarakat pemerintah memberikan kran air yang disalurkan air bersih dari rumah kepala desa. Tetapi program tersebut sempat tidak berjalan dikarenakan kurangnya ekonomi di desa gunung baringin. Setiap awal bulan kepala desa mengutip iuran bulanan sebesar Rp. 5000/ Bulan. Jadi masyarakat gunung baringin ketika tidak mendapatkan air bersih dari kran yang di berikan pemerintah tersebut, masyarakat pergi ke sungai untuk mengambil air bersih dari sungai tersebut. Kondisi sungai tersebut juga sulit

(19)

mendapatkan air bersih. Sungai tersebut ketika cuaca hari musim kemarau masyarakat sulit mendapatkan air untuk kebutuhan setiap harinya. Jadi masyarakat harus mengorek pasir di sekitaran pinggiran sungai hanya demi mendapatkan air bersih. Ketika musim hujan sirkulasi air sungai bertambah dan sirkulasi air tersebut berganti untuk mendapatkan air bersih di desa gunung baringin.

Data profil kesehatan masyarakat Desa Gunung Baringin yang berperilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2016 memiliki jumlah persentase sebesar 23 % dan program penyediaan air bersih untuk air minum berkualitas masih nihil didesa tersebut. Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas masuk dalam dua peringkat terakhir, desa yang memiliki jamban yang sehat. Desa Gunung Baringin yang merupakan salah satu desa yang ada di kabupaten Padang Lawas dan merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjalankan gerakan STBM. Kegiatan gerakan STBM ini akan terus berjalan di seluruh wilayah kerja Puskesmas Binaga Kabupaten Padang Lawas secara bertahap dan berkelanjutan dari satu desa ke desa yang lain sampai keberhasilan penggunaan jamban mencapai 100% (Puskesmas Binanga, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Binanga, mayoritas penduduk pada Desa Gunung Baringin bekerja sebagai petani sebesar 70% sedangkan sisanya terdiri dari Wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, Honor dan lain-lain. Keadaan ekonomi masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani yang seperti ini yang membuat buruknya program penyediaan air bersih dan sanitasi di

(20)

Desa Gunung Baringin. Masyarakat tidak memiliki sarana sanitasi yang layak, terutama terhadap akses air bersih dan jamban yang sehat. Dari data Puskesmas Binanga yang memiliki jamban sebanyak 42 jamban dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 61 jamban. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat Desa Gunung Baringin terhadap pentingnya air bersih dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pilar Pertama Stop Babs

Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah perilaku masyarakat agar tidak BAB sembarangan. Kegiatan yang dilaksanakan dengan melakukan diskusi, mapping, transect walk, simulasi penularan penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut sakit untuk merubah kebiasaan BAB sembarangan. Karena dengan merubah perilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu jalan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti paparkan diatas, dapat dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dan memahami dampak yang akan ditimbulkan jika masih membiasakan untuk tidak hidup bersih dan sehat. Sehingga peniliti ingin mengetahui tentang program implementasi penyedian air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas.

1.2 Rumusan Masalah

Masyarakat di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas masih di dapati buang air besar sembarangan terutama

(21)

di sungai Barumun dan persawahan. Hal ini terjadi karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dan memahami dampak yang akan ditimbulkan jika masih membiasakan untuk tidak hidup bersih dan sehat. Sehingga peneliti ingin mengetahui masalah yang jelas tentang bagaimana pencapaian program implementasi penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pelaksanaan program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama stop buang air besar sembarangan serta memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup sehat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi potensi pelaksanaan program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada pilar pertama “stop Babs” di Desa Gunung Baringin Kabupaten Padang Lawas.

2. Mengetahui input (program STBM) dalam melaksanakan program implementasi penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas.

3. Mengetahui output (Masyarakat Desa Gunung Baringin) dalam pelaksanaan program implementasi penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis

(22)

masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas implementasi program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama stop buang air besar sembarangan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas sehingga kondisi sarana sanitasi yang baik dapat dirasakan manfaatnya secara berkelanjutan.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan acuan dan informasi untuk meningkatkan pencapaian target program dari penyediaan air bersih serta sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama di wilayah kerja Puskesma Binanga Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya, terutama bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang meneliti tentang pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). 4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang pelaksanaan program penyediaan air bersih dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyediaan Air Bersih 2.1.1 Pengertian Air

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang yang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pelastarian kualitas hidup air dilakukan pada sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada sumber air di luar hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian air, yaitu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air. Tubuh manusia sebagian terdiri dari air kira-kira 60 - 70% dari berat badannya. Untuk kelangsungan hidupnya tubuh manusia membutuhkan air yang jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa memerlukan air 2.200 gram setiap harinya (Sutrisno,2006).

2.1.2 Akses Ketersediaan Air Bersih

Akses penyediaan air bersih merupakan kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Ini menjadi salah satu penentu dalam penigkatan kesehatan, kesejahteraan dan produktifitas masyarakat. Mengingat peranan air bersih yang begitu sentral dan strategis. Pemerintah terus mengadakan pembangunan di sektor air bersih. Dalam hal ini pemerintah harus melengkapi dengan membuat perangkat hukum dan peraturannya untuk dijadikan basis dalam mengimplementasikannya.

(24)

2.1.3 Program Penyediaan Air Bersih

Program penyediaan air bersih adalah salah satu bentuk aksi nyata dari pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah dalam upaya pembangunan desa dan peningkatan penyediaan air bersih (air minum) dan meningkatkan kesehatan masyarakat dan lingkungan di desa, serta berupaya menurukan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang tidak bersih. Adapun ruang lingkup dari kegiatan program penyediaan air bersih adalah:

1. Pemberdayaan masyarakat desa Gunung Baringin

2. Peningkatan Kesehatan dan Higiene dan Pelayanan Sanitasi 3. Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Umum

4. Dukungan Pelaksanaan dari Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Lawas

Program air bersih merupakan suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan. Air bersih dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan apabila berbasis pada masyarakat dengan melibatkan seluruh masyarakat baik perempuan dan laki - laki, baik yang kaya dan yang miskin dan dilakukan melalui pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Tanggap terhadap kebutuhan masyarakat tersebut diharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam menyiapkan, melaksanakan, mengoprasionalkan dan memelihara sarana yang telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan.

Program air bersih ini satu program Pemerintah Pusat dalam pembangunan yang masuk ke desa - desa untuk menyelesaikan segala permasalahan yang berhubungan dengan air dan lingkungan yang berbasis masyarakat. Program ini

(25)

hadir tentu dengan tujuan awalnya adalah untuk membantu masyarakat di desa dalam berbagai kebutuhan air untuk aktivitas kehidupan sehari - harinya serta kesehatan lingkungan tempat mereka tinggal. Program ini memang tidak hanya untuk desa tertinggal, tetapi untuk semua desa yang memang membutuhkan sarana air ataupun kekurangan akses air di desa mereka guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa tersebut.

2.2 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

2.2.1 Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan yaitu membuat masyarakat merasa jijik, malu, takut dosa, dan takut sakit sebagai dampak dari perilaku tidak sehat yang mereka lakukan. Sanitasi total berbasis masyarakat merupakan suatu pendekatan partisipatif yang mengajak masyarakat untuk menganalisa kondisi sanitasi mereka melalui suatu proses pemicuan, sehingga masyarakat dapat berpikir dan mengambil tindakan untuk meninggalkan kebiasaan buang air besar di tempat terbuka dan sembarang tempat. Pendekatan yang dilakukan dalam sanitasi total berbasis masyarakat dapat menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang kondisi lingkungannya. Melalui pendekatan ini akan membangun kesadaran untuk mengubah perilaku dan kondisi lingkungan yang sangat tidak bersih dan tidak nyaman. Dari pendekatan ini juga menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan BAB disembarang tempat adalah masalah bersama karena dapat

(26)

berimplikasi kepada semua masyarakat sehingga pemecahannya harus dilakukan dan dipecahkan secara bersama. (Kemenkes , 2014).

Prinsip pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat adalah non subsidi. Masyarakat akan di “bangkitkan” kesadarannya bahwa masalah sanitasi adalah masalah masyarakat sendiri dan bukan masalah pihak lain. Dengan demikian yang harus memecahkan permasalahan sanitasi adalah masyarakat sendiri. Diharapkan dengan bermula dari STBM, kemudian dilanjutkan dengan program kesehatan lainnya seperti program kampanye cuci tangan, dan program kesehatan lainnya, sehingga upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui perilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud. Lima Pilar STBM menurut Permenkes No 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat:

a. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam membudayakan perilaku buang air besar sehat yang dapat memutus alur kontaminasi kotoran manusia sebagai sumber penyakit secara berkelanjutan dan menyediakan dan memelihara sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan.

b. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. Perilaku mencuci tangan dilakukan dengan 5 langkah serta dengan waktu

(27)

Waktu penting cuci tangan adalah Sebelum makan, sebelum mengolah dan menghidangkan makanan, sebelum menyusui, sebelum memberi makan bayi atau balita, sesudah buang air besar atau kecil dan sesudah memegang hewan atau unggas. Kriteria Utama Sarana CTPS adalah air bersih yang dapat dialirkan, sabun dan penampungan atau saluran air limbah yang aman. c. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM- RT)

PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan

air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga. d. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan. Prinsip-prinsip dalam pengamanan sampah adalah Reduce, Reuse dan Recycle.

e. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah

(28)

tangga yang berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.

2.2.2 Prinsip – Prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Prinsip – prinsip sanitasi total berbasis masyarakat sesuai Keputusan Menteri Kesehatan adalah :

1. Tidak adanya subsidi yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok miskin untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar.

2. Meningkatkan ketersediaan sarana sanitasi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sasaran.

3. Menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung terciptanya sanitasi total.

4. Masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan dan pemeliharaan. 5. Melibatkan masyarakat dalam kegiatan pemantauan dan evaluasi.

2.3 Stop Buang Air Besar Sembarangan

2.3.1 Pengertian Buang Air Besar Sembarangan

Buang air besar sembarangan merupakan termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. Buang air besar sembarangan adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di sembarang tempat, misalnya di ladang, hutan, semak – semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar dan terkontaminasi dengan lingkungan, tanah, udara dan air. Menurut Permenkes RI Nomor 03 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan

(29)

masyarakat dengan cara pemicuan. Pada pilar pertama sanitasi total berbasis masyarakat merupakan acuan dalam penyelenggaraan sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama stop buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar yang berpotensi dalam penyebaran penyakit lingkungan.

Data Puskesmas Binanga, yang memiliki jamban sebanyak 42 jamban dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 61 jamban. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat Desa Gunung Baringin terhadap pentingnya bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat.

Implementasi sanitasi total berbasis masyarakat pada buang air besar sembarangan intinya adalah pemicuan setelah sebelumnya dilakukan analisa program sanitasi total berbasis masyarakat pada pilar pertama buang air besar sembarangan oleh masyarakat itu sendiri. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam menganalisa kondisinya, ada beberapa metode yang diterapkan dalam kegiatan sanitasi total berbasis masyarakat pada buang air besar besar sembarangan, yaitu : 1. Pemetaan

Pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta Wilayah buang air besar sembarangan masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering, setelah ada mobilisasi masyarakat). Alat yang diperlukan :

a. Tanah lapang atau halaman.

b. Bubuk putih untuk membuat batas Desa.

c. Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk. d. Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran.

(30)

e. Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi.

2. Transect Walk

Transect Walk bertujuan untuk melihat dan mengetahui tempat yang paling sering dijadikan tempat buang air besar . Dengan mengajak masyarakat berjalan dan berdiskusi di tempat tersebut dan masyarakat akan merasa jijik dan bagi orang yang biasa buang air besar di tempat sembarang tempat. Proses yang dilakukan : a. Mengajak masyarakat untuk mengunjungi lokasi yaang sering dijadikan tempat

buang air besar sembarangan .

b. Lakukan analisa patisipatif di tempat tersebut. Menanyakan siapa saja yang sering buang air besar di tempat sembarang tempat

c. Menanyakan kepada masyarakat, apakah mereka senang dengan keadaan seperti ini.

3. Alur Kontaminasi (Oral Fecal)

Alur Kontaminasi adalah bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk melihat bagaimana kotoran manusia dapat dimakan oleh manusia yang lainnya. Alat yang diperlukan :

a. Gambar tinja dan gambar mulut b. Potongan - potongan kertas c. Spidol

Proses yang dilakukan :

a. Menanyakan kepada masyarakat apakah mereka yakin bahwa tinja bisa masuk ke dalam mulut?

(31)

b. Menanyakan bagaimana tinja bisa ”dimakan oleh manusia?” Melalui apa saja? Minta masyarakat untuk menggambarkan atau menuliskan hal-hal yang menjadi perantara tinja sampai ke mulut. 4. Simulasi Air Yang Telah Terkontaminasi

Simulasi air yang telah terkontaminasi adalah bertujuan untuk mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap air yang biasa mereka gunakan sehari-hari. Alat yang diperlukan :

a. Ember yang diisi air (air mentah, air sungai atau air masak, air minum) b. Polutan air atau tinja adapun proses yang dilakukan :

1. Ambil satu ember air sungai dan minta salah seorang untuk menggunakan air tersebut untuk cuci muka, kumur-kumur dan lainnya.

2. Bubuhkan sedikit tinja ke dalam ember yang sama, kenudian seorang peserta untuk melakukan hal yang sama sebelum ember tersebut diberikan tinja.

3. Tunggu reaksinya. Peserta menolak melakukannya, tanyakan alasannya? Apa bedanya dengan kebiasaan masayarakat yang sudah terjadi selama ini. Apa yang akan dilakukan kemudian hari?

5. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan bersama-sama dengan masyarakat melihat kondisi yang ada dan menganalisanya sehingga diharapkan dengan sendirinya masyarakat dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan. Pembahasannya meliputi:

(32)

a. FGD (Focus Grup Discussion) untuk memicu rasa malu dan hal-hal yang bersifat pribadi

1. Menanyakan berapa banyak perempuan yang biasa melakukan BAB ditempat terbuka dan alasan mengapa mereka melakukannya.

2. Menanyakan bagaimana perasaan mereka jika BAB di tempat terbuka dapat dilihat oleh orang lain.

3. Tanyakan bagaimana perasaan para laki-laki, ketika istri, anaknya atau ibunya BAB di tempat terbuka dan dilihat oleh orang lain.

b. FGD (Focus Grup Discussion) untuk memicu rasa jijik dan takut sakit

1. Mengajak masyarakat untuk menghitung kembali jumlah tinja di kampungnya dan kemana perginya tinja tersebut.

2. Mengajak untuk melihat kembali peta, dan kemudian menanyakan rumah mana saja pernah terkena penyakit diare.

c. FGD (Focus Grup Discussion) untuk memicu hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan lakukan dengan mengutip hadits atau pendapat alim ulama yang relevan dengan larangan atau dampak buruk dari melakukan buang aikr besar sembarangan.

d. FGD (Focus Grup Discussion) menyangkut kemiskinan :

1. FGD ini biasanya berlangsung ketika masyarakat sudah terpicu dan ingin berubah, namun terhambat dengan tidak adanya uang untuk membangun jamban.

(33)

2. Apabila masyarakat mengatakan bahwa membangun jamban itu perlu dana besar. Maka harus diberikan solusi dengan memberikan alternatif dengan menawarkan bentuk jamban yang paling sederhana.

Metode yang dilakukan ini bertujuan untuk memicu masyarakat untuk memperbaiki sarana sanitasi, dengan adanya pemicuan ini target utama dapat tercapai merubah perilaku sanitasi dari masyarakat yang masih melakukan kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Faktor-faktor yang harus dipicu beserta metode yang digunakan dalam kegiatan STBM dalam stop buang air besar sembarangan untuk menumbuhkan perubahan perilaku sanitasi dalam suatu komunitas (Depkes RI, 2008).

Tabel 2.4. Faktor - Faktor Yang Harus Dipicu Dalam Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Pada Pilar Pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan

Hal- Hal Yang Harus

Dipicu Alat Yang Digunakan

Rasa jijik

1. Transect walk

2. Demo air yang mengandung tinja, untuk digunakan cuci muka, kumur- kumur, sikat gigi, cuci piring, cuci pakaian, cuci makanan atau beras, wudhu, dan lain-lain.

Rasa malu

1. Transect walk (meng-explore pelaku open defecation).

2. FGD (terutama untuk perempuan ).

Takut sakit

FGD

1. Perhitungan jumlah tinja .

2. Pemetaan rumah warga yang terkena diare dengan didukung data puskesmas .

3. Alur kontaminasi. Aspek agama

Mengutip – ngutip hadits atau pendapat – pendapat para ahli agama yang relevan dengan perilaku manusia yang dilarang karena merugikan manusia itu sendiri.

(34)

Privacy FGD (terutama perempuan ).

Kemiskinan Membandingkan kondisi di desa atau dusun yang bersangkutan dengan masyarakat “termiskin” seperti di Bangladesh atau India.

2.3.2 Jamban Sehat

Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air besar. Berbagai jenis jamban yang digunakan di rumah tangga, sekolah, rumah ibadah, dan lembaga-lembaga lain. Jamban Sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang:

a. Mencegah kontaminasi ke badan air b. Mencegah kontak antara manusia dan tinja

c. Membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga, serta binatang lainnya d. Mencegah bau yang tidak sedap.

e. Konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman dan mudah dibersihkan (WSP-EAP, 2009). Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari: a. Bangunan atas jamban (Dinding dan Atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan cuaca dan gangguan lainnya.

b. Bangunan tengah jamban terdapat bagian bangunan tengah jamban, yaitu: 1. Lubang tempat pembuangan kotoran tinja atau urine yang saniter dilengkapi

oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (Semi Seniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

(35)

2. Lantai jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke sistem pembuangan air limbah (SPAL).

3. Bangunan bawah merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun jenis – jenis bentuk bangunan bawah jamban yaitu:

a. Tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai penampungan limbah kotoran manusia. Bagian padat dari kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang atau sumur resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.

b. Cubluk merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis. Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

(36)

Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan (Fauzia, 2000). Pengertian lainnya tentang jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852). Berdasarkan uraian di atas maka dapatlah dikatakan yang dimaksud dengan jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.

2.3.4 Jenis Jamban Keluarga

Jamban keluarga mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air yang tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban atau kakus dapat di bedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996)

1. Jamban Cemplung

Jamban Cemplung adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya dibangun dibawah tempat injakan atau di bawah bangunan jamban. Fungsi dari

(37)

lubang adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak mungkinkan penyebaran dari bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak terlalu dalam, tetapi akan mengotori air tanah, kedalamannya 1,5 - 3 meter.

2. Jamban Empang (Overhung Latrine)

Jamban empang adalah jamban yang di bangun di atas empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang bisanya di pakai untuk ikan, ayam.

3. Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Jamban model ini biasanya di bangun pada tempat – tempat umum, yaitu : a. Tempat rekreasi, pada transportasi seperti kereta api, pesawat terbang dan

lain-lain. Disini tinja disenfaksi dengan zat

b. Zat kimia seperti caustic soda dan pembersihannya di pakai kertas tisu (Toilet Piper). Jamban kimia sifatnya sementara, karena kotoran yang telah terkumpul.

4. Jamban Leher Angsa (Angsa Latrine)

Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan. 2.3.5 Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004).

(38)

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus. 3. Cukup luas dan lantai miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah sekitar.

4. Mudah di bersihkan dan aman penggunannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna. 6. Cukup penerang

7. Lantai kedap air 8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih.

2.3.6 Manfaat Dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu: 1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman. 3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan. 2.3.7 Pemeliharaan Jamban

Jamban harus dijaga dan di pelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :

1. Lantai jamban selalu bersih dan kering. 2. Disekeliling jamban tidak tergenang air

(39)

3. Tidak ada sampah berserakan 4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat 6. Lalat, tikus, dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera di perbaiki. 2.3.8 Pemanfaatan Jamban

pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan tidak aman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia. (Sutedjo, 2003).

2.3.9 Pengertian Open Defecation Free

ODF (Open Defecation Free) atau Stop BABS adalah kondisi ketika setiap individu dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar sembarang yang berpotensi menyebarkan penyakit. Desa atau Kelurahan ODF (Open Defecation Free) atau Stop BABS adalah desa atau kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar STBM. Selain menyandang status ODF, 100% rumah tangga memiliki dan menggunakan sarana jamban yang ditingkatkan dan telah terjadi perubahan perilaku untuk pilar lainnya seperti

(40)

memiliki dan menggunakan sarana cuci tangan pakai sabun dan 100% rumah tangga mempraktikan penanganan yang aman untuk makanan dan air minum rumah tangga (Kemenkes, 2013).

2.3.10 Parameter Desa atau Kelurahan Open Defecation Free

Desa atau Kelurahan mencapai status ODF atau Stop BABS, apabila memenuhi parameter sebagai berikut:

a. Semua masyarakat BAB hanya di jamban yang sehat dan buang tinja atau kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat.

b. Tidak terlihat tinja kotoran manusia di lingkungan sekitar,

c. Ada penerapan sanksi , peraturan upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kejadiaan buang air besar di sembarang tempat.

d. Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat oleh masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat. Ada upaya strategi yang jelas untuk mencapai sanitasi total (Kemenkes, 2013).

2.3.11 Faktor yang Berkaitan dengan Open Defecation Free

Berdasarkan pendekatan teori Lawrence Green (Notoamodjo 2007), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk buang air besar dijamban dalam pencapaian ODF antara lain:

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, faktor predisposisi yang mempengaruhi masyarakat untuk buang air besar di jamban dalam pencapaian ODF adalah:

(41)

a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagain besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap secara nyata menunjukkan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2012). Terdapat beberapa tingkatan dalam sikap menurut Notoatmodjo (2007) antara lain: 1) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2) Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4) Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2. Faktor Pemungkin a. Kepemilikan Jamban

Hambatan yang paling besar dirasakan dalam mewujudkan perilaku hidup sehat masyarakat yaitu faktor pemungkinnya. Dari penelitian - penelitian

(42)

yang ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi, tentang kesehatan, namun praktek tentang kesehatan atau perilaku hidup sehat masyarakat rendah. Setelah dilakukan pengkajian oleh WHO, terutama di negara-negara berkembang, ternyata faktor pendukung atau sarana dan prasarana mendukung masyarakat untuk hidup sehat. Misalnya, meskipun kesadaran dan pengetahuan orang atau masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi apabila tidak didukung oleh fasilitas, yaitu tersedianya jamban sehat, air bersih, makanan yang bergizi, fasilitas imunisasi, pelayanan kesehatan dan sebagainya maka masyarakat akan sulit untuk mewujudkan perilaku tersebut (Nototmodjo, 2005). Fasilitas utama dalam sanitasi total berbasis masyarakat adalah kepemilikan jamban dan sebagai indikator keberhasilan sanitasi total berbasis masyarakat jarak rumah ke tempat buang air besar selain jamban.

Daerah Padang Lawas, ada beberapa desa yang dekat sungai dan menghasilkan banyak batu. Batu tersebut dengan gotong royong dijadikan masyarakat untuk pengerasan jalan menuju fasilitas kesehatan. Adanya fasilitas jalan yang telah diperkeras tersebut memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa material masyarakat yang berasal dari sumber daya alam yang dimiliki memiliki pengaruh dalam pembangunan fasilitas kesehatan sehingga masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

(43)

3. Faktor Penguat

Faktor penguat (enabling factors) merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor yang menjadi penguat masyaraat untuk BAB dijamban dalam pencapaian desa ODF adalah dukungan keluarga, dukungan tokoh masyarakat dan dukungan petugas kesehatan.

2.4 Program Stop Buang Air Besar Sembarangan

Implementasi adalah upaya pelaksanaan program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat pilar pertama stop buang air besar sembarangan . Untuk merealisasikan hal ini tentu masyarakat harus memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang benar .

Sanitasi total berbasis masyarakat adalah desa yang sudah stop buang air besar sembarangan minimal satu dusun, mempunyai tim kerja sanitasi total berbasis masyarakat atau rencana tindak lanjut. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan strategi dan program untuk mengubah perilaku higine dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target SDGs.

Program yang sedang berlangsung di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas dalam program Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah pemberian jamban dan penyediaan air bersih kepada warga. Saat ini masih ada beberapa warga yang sebenarnya sudah memiliki jamban tetapi belum memenuhi kategori jamban sehat, karena pembuangannya masih ke kolam. Ada juga masyarakat yang memang tidak buang air besar di jamban

(44)

dikarenakan memang sudah terbiasa buang air besar sembarangan, misalnya di sungai.

Sedangkan program penyediaan air bersih sedang berlangsung di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas. Namun penyediaan air bersihnya sempat tidak berjalan dikarenakan kurangnya pengutipan iuran setiap bulannya. Jadi masyarakat di Desa Gunung Baringin sulit untuk mendapatkan air bersih.

2.5 Transmisi Penyakit dari Tinja

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja manusia merupakan buangan padat yang kotor dan bau juga media penularan penyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogen yang dibawa air, makanan, serangga sehingga menjadi penyakit seperti : bakteri Salmonella, vibriokolera, amoeba, virus, cacing, disentri, poliomyelitis. Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia dapat digolongkan yaitu :

1. Penyakit Enterik atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun. 2. Penyakit infeksi oleh virus seperti hepatitis Infektiosa

3. Infeksi cacing seperti Schitosomiasis, Ascariasis, Ankilostosomiasis.

Tinja merupakan sumber beberapa penyakit tertentu, terutama penyakit yang berbasis saluran alat cerna (Sarudji, 2010) seperti :

1. Typhus Abdominalis

Penyakit tifus adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik anak-anak maupun dewasa. Geja penyalit tifus yaitu :

(45)

1. Demam atau badan panas 2. Sakit perut, mual dan muntah 3. Denyut nadi melambat 4. Lidah berwarna putih 5. Perubahan pola BAB 2. Cholera

Kolera adalah penyakit akibat bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat menyebabkan dehidrasi dari diare yang parah. Gejala kolera dengan dehidrasi parah terjadi jika tubuh kehilangan cairan lebih dari 10 persen total berat tubuh. Selain itu perlu diketahui bahwa diare akibat kolera bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh dengan cepat, yaitu sekitar 1 liter per jam, dan muncul secara tiba-tiba.

3. Dysentri

Penyakit disentri disebabkan oleh sejenis basil yang membuat penderita terus menerus buang air besar yang terkadang bercampur darah. Gejala disentri yaitu :

1. Perut terasa mual

2. Buang air besarberulang ulang, bias lebih dari dua puluh kali sehari 3. Warna kotoran hijau dan bercampur darah

4. Suhu badan meninggi

5. Biasanya disertai dengan kejang di bagian perut 6. Kondisi badan lemah akibat dehidrasi

4. Hepatitis A

Hepatitis A merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang organ hati dan disebabkan oleh infeksi virus. Gejala awal yang dapat muncul meliputi

(46)

demam, mual, muntah, nyeri pada sendi dan otot, serta diare. Ketika organ hati sudah mulai terserang, ada beberapa gejala lain yang akan muncul, yaitu urine berwarna gelap, tinja berwarna pucat, sakit kuning dan gatal-gatal. Selain itu, daerah perut bagian kanan atas juga akan terasa sakit terutama jika ditekan. 5. Poliomyelitis

Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan, dan pada sebagian kasus menyebabkan kematian. Gejala penyakit ini adalah muntah, lemah otot, demam, meningitis, merasa letih, sakit tenggorokan, sakit kepala, kaki, tangan, leher, punggung terasa kaku dan sakit diare

Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang

dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya. Gejala diare bermacam - macam, dimulai dari yang hanya merasakan sakit perut singkat dengan tinja yang tidak terlalu encer hingga ada yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan mengalami demam dan kram perut hebat. Berbagai kuman penyakit yang penularannya berasal dari tinja melalui tanah (Suyono, 2014), yaitu :

1. Bakteri dan virus, misalnya Salmonella typhi, Vibrio Cholera, Entomoeba Histolityca, virus hepatitis, virus polio, Legionella Pneumophila, Shigella spp, Toxoplasma gondii, dan Anthrax.

(47)

Trichiura (cacing cambuk), Enterobius Vermicularis atau Oxyyuris. Vermicularis (cacing kremi), Necator Americanus dan Ancylostoma Duodenale (cacing tambang). Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi insiden penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typus, dan sebagainya. Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene lingkungan.

Hal ini akan mempengaruhi pekembangan sosial dalam masyarakat dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk. Kotoran manusia merupakan sumber penting dari penyakit, penyakit infeksi yang ditularkan oleh tinja merupakan salah satu penyebab kematian yang penyebarannya dapat melalui berbagai macam jalan atau cara (Suyono, 2014). Penyakit menular seperti Polio, Kholera, Hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia. Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air , tangan, seranggaa, tanah, makanan, susu serta sayuran. Dalam buku M. Soeparman dan suparmin 2002, terjadinya proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

(48)

2. sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab 3. cara keluar dari sumber

4. cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial 5. cara masuk ke inang yang baru

Orang yang terkena diare, kolera, dan infeksi cacing biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (feces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya, lalat yang hinggap diatas tinja (feces) yang mengandung kuman - kuman dapat menularkan kuman tersebut melalui makanan yang dihinggapinya, dan manusia memakan makanan tersebut sehingga berdampak sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang, cacing pita, Schistsomiasis, dan sebagainya. Penyakit menular seperti polio dan hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E. Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia.

Pembuangan tinja manusia yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah yang berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman, 2002). Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam cara dan metode. Yang harus diyakin adalah bahwa tinja sangat berperan besar terhadap penyebaran penyakit. Penyebaran tersebut dapat terjadi secara langsung, misalnya dengan mengkontaminasi

(49)

makanan, minuman, sayuran, dan sebagainya, maupun secara tidak langsung melalui media air, tanah serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya).

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga tanah, makanan, susu, serta sayuran. Menurut Anderson dan arnstein (dalam Wanger&Lanoix,1958).

Gambar 2.5

Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Sumber : (Soeparman & Suparmin, 2002)

Dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa sumber terjadi penyakit adalah tinja. Dengan demikian untuk memutus terjadinya penularan penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit Tinja (sumber Infeksi) Air Tangan Serangga / Tikus Makanan , susu dan sayauran Inang baru Mati Sakit Cacat Tanah

(50)

Gambar 2.5.1

Pemutusan Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Sumber : (Soeparman & Suparmin, 2002) Tinja (sumber infeksi) Air Tangan Makanan Inang terlindung i

(51)

INPUT

Program STBM :

1. Penyedian air bersih 2. Stop buang besar

sembarangan 2.5 Kerangka Konsep PROSES 1. Pemberdayaan Masyarakat 2. Pemantauan Evaluasi a. Tenaga Kesehatan Puskesmas Desa Gunung Baringin b. Bidan Desa Gunung

Baringin OUTPUT 1. Pengetahuan Masyarakat 2. Sikap Masyarakat 3. Tindakan Masyarakat Pelaksanaan Program STBM

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah survey kualitatif yang merupakan penelitian yang berpola investigasi dimana data-data dan pernyataan di peroleh dari hasil interaksi langsung antara peneliti, objek yang diteliti dan orang-orang yang ada di tempat penelitian, untuk mengetahui analisis implementasi program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal yaitu mulai dari bulan Juli 2017 sampai Januari 2018 .

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2011). Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) yang berada di

(53)

Desa Gunung Baringin Kecamatan Binanga Kabupaten Padang Lawas yang dibagi atas 3 strata yakni :

Tabel 3.1 Karakteristik Menurut Kepala Keluarga Yang Memiliki Jamban dan Yang Tidak Memiliki Jamban di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017

No Kepala Keluarga (KK) Jumlah

1 Yang memiliki jamban 42

2 Yang tidak memiliki jamban 61

Total 103

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah Kepala Keluarga. Responden yaitu Bapak atau Ibu Rumah Tangga yang dianggap dapat mewakili untuk memberikan informasi yang tinggal di desa Gunung Baringin Kecamatan Binanga Kabupaten Padang Lawas. Dalam mendukung data dan pembahasan terkait program penyediaan air bersih dan sanitasi total berbasis masyarakat dilakukan wawancara kepada informan kunci yaitu fasilitator yaitu petugas kesehatan di tempat penelitian dan Puskesmas Binanga, masing-masing sebanyak 2 orang dan tokoh masyarakat atau agama yang dianggap orang yang menjadi kepercayaan atau panutan masyarakat.

Menurut Sugiyono (2012) untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat 2 macam yaitu Probability sampling dan Non Probability sampling. Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur. Dalam Probability Sampling diperoleh 4 teknik yaitu : Simple Random Sampling, Proporniate

Gambar

Tabel  3.1  Karakteristik  Menurut  Kepala  Keluarga  Yang  Memiliki  Jamban dan Yang Tidak Memiliki Jamban di Desa Gunung  Baringin  Kecamatan  Barumun  Tengah  Kabupaten  Padang  Lawas Tahun 2017
Tabel  3.2    Sampel  Penelitian  di  Desa  Gunung  Baringin  Kecamatan  Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun 2017
Tabel  4.1.    Distribusi  Penduduk  Menurut  Kelompok  Umur  dan  Jenis  Kelamin di Desa Gunung Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten  Padang Lawas Tahun 2017
Tabel 4.2  Distribusi  Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Gunung  Baringin Kecamatan Barumun Tengah Kabupaten Padang Lawas Tahun  2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang menyebabkan responden tidak memanfaatkan puskesmas yaitu masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tata cara dan hak pelayanan

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang

Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan makan masyarakat minahasa, pada masyarakat desa Tandengan Satu makanan berlemak yang paling banyak dikonsumsi yaitu daging

KPA Nasional melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana terangkum dalam Perpres No.75 Tahun 2006, yang terdiri atas: pengembangan kebijakan, langkah strategis,

Karakteristik-karakteristik tersebut berfungsi membantu meningkatkan dan memajukan kemampuan berpikir geometri siswa dari level dasar ke level berikutnya secara

Yaitu dengan mengamati secara langsung bagaimana proses penerapannya dengan strategi active learning dalam pembelajaran Qur’an Hadits di MTs Al- Iistiqomah

Saran kepada perawat yang mengalami masalah keluarga, terkait dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan maupun pihak pengelola rumah sakit serta masalah yang

tentang pacaran dengan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap mitos – mitos tentang