• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT BERBASIS DEMING PRIZE DI PT. X - SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS MANAJEMEN KUALITAS DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT BERBASIS DEMING PRIZE DI PT. X - SURABAYA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MANAJ EMEN KUALITAS

DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BERBASIS DEMING PRIZE

DI PT. X - SURABAYA

S

SKKRRIIPPSSII

D

DiiaajjuukkaannOOlleehh::

AJ I PRASETIYO

0832015013

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS MANAJ EMEN KUALITAS

DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BERBASISDEMING PRIZE

DI PT. X - SURABAYA

OLEH :

AJ I PRASETIYO 0832015013

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan

Gelombang V Tahun Ajaran 2012 – 2013

Surabaya, 31 J anuari 2013

Mengetahui

Dosen Pembimbing I

Ir. Handoyo, MT NIP. 19570209 198503 1003

Mengetahui

Dosen Pembimbing II

Dr s.Pailan, MPd NIP. 19530504 198303 1001

Mengetahui,

Ketua J urusan Teknik Industri UPN “Veteran” J awa Timur

(3)

SKRIPSI

ANALISIS MANAJ EMEN KUALITAS

DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BERBASIS DEMING PRIZE

(STUDI KASUS: PT. X - SURABAYA)

Disusun Oleh :

AJ I PRASETIYO

0832015013

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 31 J ANUARI 2013

Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :

1. 1.

Dr.Ir.Minto Waluyo, MM Ir.Handoyo, MT

NIP. 19611130 199003 1 0 NIP.19570209 198503 1 003

2. 2.

Ir.Nisa Masruroh, MT Dr s. Pailan, MPd

NIP. 19630125 198803 2 001 NIP. 19530504 198303 1001

3.

Ir.Handoyo, MT

NIP.19570209 198503 1 003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknologi Industri

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(4)

ANALISIS MANAJ EMEN KUALITAS

DENGAN PENDEKATAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

BERBASIS DEMING PRIZE

DI PT. X - SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syar at

Untuk Memper oleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Teknik Industr i

Oleh :

AJ I PRASETIYO

0832015013

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMIUR

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan Skripsi ini yang berjudul “Analisis Manajemen Kualitas Dengan Pendekatan

Total Quality Management(TQM) Berbasis Deming Prize Di PT. X - Surabaya”.

Adapun laporan Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar

Sarjana Teknik di jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Laporan ini dapat terselesaikan karena tidak lepas dari bimbingan pengarahan,

petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam penyusunannya.

Oleh karena itu, penulis tidak lupa untuk menyampaikan penghargaan dan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, sebagai Ketua Jurusan Teknik Industri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Ir. Handoyo, MT dan Drs. Pailan, MPd, selaku dosen pembimbing skripsi.

4. Dosen penguji atas waktu yang diluangkan kepada kami.

5. Pimpinan PT. X ( Surya Multi Indopack ) - Surabaya untuk memberikan

(6)

6. Semua karyawan PT. X ( Surya Multi Indopack ) - Surabaya yang telah

banyak membantu selama penulis melaksanakan skripsi.

7. Keluargaku, terutama Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan

dukungan, semangat, dan bantuan baik secara moril maupun materiil dalam

proses penyusunan laporan ini.

8. Rekan-rekan Angkatan 2008 yang telah mendukung dalam penyusunan

laporan.

9. Pihak – pihak lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung

terlibat dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh

dari sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dan

kebaikan laporan ini.

Akhir kata semoga laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada

pembaca dan menambah wawasan kita bersama, Amin.

(7)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Asumsi Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

1.7 Sistematika Penelitian ... 5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas.... ... 7

2.2 Dimensi Kualitas... 8

2.3 Manajemen Kualitas ... 9

2.4 Total Quality Management (TQM) ... 12

2.4.1 Sejarah Perkembangan TQM ... 12

(8)

2.4.3 Karakteristik TQM ... 16

2.4.4 Manfaat Implementasi TQM ... 19

2.5 Deminng Prize ... 20

2.5.1 Keunggulan dan Kelemahan Deming Prize ... 22

2.5.2 Kriteria Deming Prize... 22

2.5.3 Siklus Deming Prize ... 27

2.5.4 Kategori Deming Prize ... 29

2.6 Model-Model Kualitas... 33

2.6.1 Malcolm Baldrige National Quality Award ( MBNQA )... 33

2.6.2 European Quality Awards ( EQA ) ... 34

2.6.3 Crosby’s Fourteen Steps ... 35

2.6.4 McCarthy dan Keefe ... 35

2.6.5 ISO 9000 Standardization ... 35

2.7 Evaluasi Pemilihan Konsep Deming Prize... 45

2.7.1 The Deming Prize dan Baldrige Award... 47

2.7.2 The Deming Prize dan ISO 9000... 48

2.8 Pengujian Data... 50

2.8.1 Uji Validitas... 50

2.8.2 Uji Reliabilitas... 52

2.9 Metode Pengambilan Sampel ... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 54

(9)

3.2.2 Definisi Operasional Variabel... 55

3.3 Metode Pengambilan Sampel ... 56

3.4 Metode Pengumpulan Data... 57

3.5 Metode Analisis Data... 58

3.6 Langkah-langkah Pemecahan Masalah... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 70

4.1.1 Teknik Pengambilan Sample... 70

4.1.2 Pembuatan Kuisioner... 73

4.1.3 Pengisian Kuisioner... 73

4.2 Uji Validitas... 74

4.2.1 Uji Validitas Untuk Variabel Keadaan Perusahaan... 74

4.2.2 Uji Validitas Untuk Variabel Proses Kerja... 75

4.2.3 Uji Validitas Untuk Variabel Alat Manajemen... 77

4.2.4 Uji Validitas Untuk Variabel Output Yang Dihasilkan... 78

4.3 Uji Reliabilitas... 79

4.3.1 Uji Reliabilitas Untuk Variabel Keadaan Perusahaan... 79

4.3.2 Uji Reliabilitas Untuk Variabel Proses Kerja... 79

4.3.3 Uji Reliabilitas Untuk Variabel Alat Manajemen... 80

4.3.4 Uji Reliabilitas Untuk Variabel Output Yang Dihasilkan... 80

(10)

4.4.1 Keadaan Perusahaan... 81

4.4.2 Proses Kerja... 85

4.4.3 Alat Manajemen... 89

4.4.4 Output Yang Dihasilkan... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAKSI

Suatu perusahaan perlu meningkatkan manajemen kualitas dalam usaha mempertahankan diri dan bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan konsumen dengan melibatkan seluruh anggota organisasi dan seluruh fungsi organisasi, yang menyangkut masalah strategis, pemasaran, dan aspek manusia dari organisasi atau perusahaan.

PT. X – Surabaya adalah perusahaan percetakan yang bergerak di bidang

flexible packaging. Untuk sementara, perbaikan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut lebih banyak menitik beratkan terhadap kualitas produk (eksternal). Padahal kualitas produk harus ditunjang oleh kualitas internal perusahaan, sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

TQM (Total Quality Management) adalah suatu sistem manajemen yang

mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan konsumen dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Salah satu cara

pendekatan dari aspek-aspek tersebut ialah dengan menggunakan Deming Prize.

Deming Prize sendiri akan meninjau kualitas internal tersebut berdasarkan

kategori yang terdapat di dalam Deming Prize. Dimana dari kategori-kategori

yang ada tersebut akan digunakan sebagai variabel untuk menganalisa manajemen kualitas perusahaan.

Berdasarkan hasil dan analisa data, maka didapatkan hasil dimana score untuk keadaan perusahaan sebesar 3,78 ; proses kerja sebesar 3,56 ; alat manajemen sebesar 3,08 ; dan output yang dihasilkan sebesar 4,59. Nilai-nilai tersebut telah melebihi target score yang telah ditetapkan masing masing variabel. Hal ini berarti secara umum variabel-variabel yang diteliti sesuai dengan kebijakan Total Quality Management berdasarkan Deming’s Management. Dengan masalah utama yang harus diperhatikan oleh pihak perusahaan adalah mengenai kurangnya pelibatan karyawan, dan minimnya pemberian penghargaan kepada karyawan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era persaingan global yang semakin kompetitif saat ini, orang

banyak berbicara tentang “kualitas” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang

menghasilkan produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang

membutuhkan, dan kebutuhan tersebut berkembang seiring dengan tuntutan

kualitas penggunanya. Oleh sebab itu baik kualitas desain maupun kualitas

kesesuaian harus sesuai dengan spesifikasi dari produk yang dihasilkan agar suatu

produk dapat berfungsi secara maksimal dan tepat waktu.

Suatu perusahaan perlu meningkatkan manajemen kualitas dalam usaha

mempertahankan diri dan bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu cara yang

dapat dilakukan adalah dengan mengetahui sistem manajemen yang mengangkat

kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan konsumen dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi dan seluruh fungsi organisasi, yang

menyangkut masalah strategis, pemasaran, dan aspek manusia dari organisasi atau

perusahaan.

PT. X – Surabaya adalah perusahaan percetakan yang bergerak di bidang

flexible packaging. Contoh produk flexible packaging ini antara lain kemasan

untuk kosmetik, makanan dan minuman siap saji, permen, obat–obatan, serta

produk-produk lainnya. Perusahaan ini merupakan jenis perusahaan job order

yang menerima pesanan secara langsung dari rekanan perusahaan. Untuk

(13)

menitik beratkan terhadap kualitas produk (eksternal). Padahal kualitas produk

harus ditunjang oleh kualitas internal perusahaan, sehingga dengan sendirinya

akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Permasalahan yang dihadapi oleh PT. X – Surabaya adalah mengenai

perbaikan kualitas internal perusahaan yang dirasa masih kurang. Dalam hal ini

tingkat kualitas manajemen di perusahaan masih terdapat permasalahan yang

menyangkut manajemen kualitas diantaranya meliputi organisasi dan sumber

daya manusia. Disamping itu masalah karakteristik yang mempengaruhi aktivitas

perusahaan yang berpengaruh terhadap manajemen kualitas. Padahal kondisi

internal suatu perusahaan merupakan awal kesuksesan perusahaan itu sendiri.

Dengan melihat fakta diatas, maka peneliti ingin menganalisa manajemen kualitas

perusahaan dengan pendekatan Total Quality Management (TQM) berbasis

Deming Prize pada perusahaan tersebut.

TQM (Total Quality Management) adalah suatu sistem manajemen yang

mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan

konsumen dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Perbaikan di dalam

Total Quality Management berkaitan dengan seluruh fungsi organisasi, yang

menyangkut masalah strategis, pemasaran, dan aspek-aspek manusia dari

organisasi tersebut. Salah satu cara pendekatan dari aspek-aspek tersebut ialah

dengan menggunakan Deming Prize. Deming Prize lebih menitik beratkan pada

perbaikan kualitas internal perusahaan. Diantaranya menyangkut peningkatan

kualitas perusahaan, struktur organisasi, persepsi karyawan terhadap perusahaan,

(14)

kategori yang terdapat di dalam Deming Prize, dimana dari kategori-kategori yang

ada tersebut akan diambil sebagai variabel dalam penelitian ini, yang tergantung

pada kondisi riil perusahaan(tingkat pemahaman karyawan).

Maka dengan menerapkan Total Quality Management berbasis Deming

Prize di PT. X – Surabaya, diharapkan kondisi manajemen kualitas di

perusahaan dapat menjadi lebih baik, yang akhirnya berdampak bagi kemajuan

perusahaan itu sendiri.

1.2 Perumusan Masalah

Melihat kondisi yang sesuai dengan latar belakang penelitian ini, maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

“ Bagaimana kualitas manajemen di perusahaan dan bagaimana usulan

perbaikan untuk meningkatkan kualitas di per usahaan? ”.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat lebih terarah, maka batasan – batasan masalah

yang digunakan adalah :

1. Penelitian terfokus pada kondisi kualitas internal dan tidak melibatkan pada

kualitas eksternal yang ada di perusahaan.

2. Responden diambil dari para karyawan yang telah bekerja di perusahaan

minimal selama 2 tahun.

3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember

2012.

(15)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui tingkat kualitas manajemen di perusahaan.

2. Memberikan usulan untuk meningkatkan kualitas.

1.5 Asumsi Penelitian

Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data kuisioner dari setiap responden sesuai dengan kondisi yang ada dan

terjadi di perusahaan.

2. Kuisioner dibuat berdasarkan atas beberapa kategori Deming Prize.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Universitas

a. Universitas dapat mengetahui sejauh mana ilmu-ilmu yang telah

diberikannya kepada mahasiswa sehingga dapat diaplikasikan kedalam

kehidupan nyata.

b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang mengadakan

penelitian dengan permasalahan yang serupa dan untuk penelitian lebih

lanjut dimasa yang akan datang.

2. Bagi Perusahaan

a. Perusahaan dapat mengetahui persepsi karyawan mengenai organisasi

(16)

b. Dapat menerapkan dan merencanakan kriteria dalam Deming Prize atau

14 point deming pada masing-masing departement di PT. X - Surabaya.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan mengenai manajemen kualitas suatu perusahaan,

karena disini peniliti terjun langsung mengamati kejadian riil dilapangan

untuk kemudian dibandingkan dengan kategori yang terdapat pada

Deming Prize.

b. Peneliti dapat menambah wawasan dan kemampuan dalam

mengaplikasikan ilmu-ilmu Teknik Industri untuk memecahkan

masalah-masalah nyata dalam dunia industri.

1.7 Sistematika Penelitian

Agar lebih mudah dalam memahami penelitian ini, maka akan disajikan

sistem penulisan yang akan dibahas sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori, pendapat pakar, tulisan ilmiah

dan sejenisnya yang dibutuhkan untuk mendukung dan memberi

landasan konsep manajemen kualitas menurut Deming Prize

(17)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan langkah-langkah penelitian, mulai dari lokasi

dan waktu pencarian data, metode pengumpulan data, pengolahan

data, dan analisa kuisioner, dilanjutkan dengan perencanaan

strategi berdasarkan analisa kecocokan kriteria Deming.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas proses pengolahan data dan analisa data

(kuisioner) untuk mendapatkan hasil yang diharapkan berdasarkan

rumusan yang ada pada bab tinjauan pustaka.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diberikan kesimpulan atas seluruh hasil penelitian

yang telah dilakukan dan akan diberikan saran–saran untuk

perbaikan serta untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kualitas

Goetsch dan Davis (1994), mendefinisikan kualitas sebagai suatu keadaan

dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, orang, proses dan lingkungan

yang memenuhi atau melampaui harapan.

Gaspersz (2003) mengemukakan bahwa kualitas secara konvensional

dapat diartikan sebagai karakteristik langsung dari suatu produk, seperti kinerja

(performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use),

estetika (esthetics) dan sebagainya. Secara strategik, kualitas dapat diartikan

sebagai segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan

pelanggan.

Menurut Juran dalam Nasution (2004), kualitas merupakan kecocokan

penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Kecocokan penggunaan ini didasarkan atas lima ciri, yaitu :

1. Teknologi : kekuatan atau daya tahan.

2. Psikologis : cita rasa atau status.

3. Waktu : kehandalan.

4. Kontraktual : adanya jaminan.

(19)

Philips B. Crosby dalam Nasution (2004) mendefinisikan kualitas sebagai

Conformance to Requirement”, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau

distandarkan. Dengan definisi ini Crosby menitikberatkan kegiatan mutu

perusahaan untuk mencoba mengerti harapan dan memenuhi harapan konsumen

tersebut, sehingga perlu pandangan eksternal tentang mutu agar penyusunan

sasaran mutu lebih realistis dan sesuai dengan permintaan atau keinginan.

Deming dalam Nasution (2004) menyatakan, bahwa kualitas adalah

kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar dapat

memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan

dihasilkan.

Dari semua definisi yang dikemukakan oleh para ahli, terdapat beberapa

kesamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut :

• Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melampaui harapan konsumen

• Kualitas mencakup produk, jasa, orang, proses dan lingkungan

• Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang)

2.2 Dimensi Kualitas

Menurut Garvin dalam Tjiptono dan Diana (2001), terdapat delapan

dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka perencanaan strategis

dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-dimensi tersebut

(20)

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder

atau pelengkap.

3. Kehandalan (reability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu

sejauhmana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang

telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan.

6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

direparasi dan penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indra.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.

2.3 Manajemen Kualitas

Menurut Gaspersz (2003, p5) pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality

Management) didefinisikan sebagai satu cara meningkatkan performansi secara

terus-menerus (continous performance improvement) pada setiap level operasi

atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan

menggunakan sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

Menurut Hardjosoedarmo (2004, p1) memberikan definisi tentang

manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang berkaitan dengan

(21)

1. Kualitas menjadi bagian dan sikap agenda manajemen atas.

2. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking, fokus adalah pada

pelanggan dan pada kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk

peningkatan kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

7. Manajemen atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan

dengan sasaran.

8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.

9. Sistem imbalan (reward system) diperbaiki.

Manajemen Kualitas (Quality Management) meninjau di mana inspeksi

dilakukan. Beberapa modus manajemen kualitas antara lain (Hardjosoedarmo,

2004) :

I. Quality by inspection

Supplier I I Customer

Tujuan:

1. Mencegah defect atau non-conforming product masuk pasar atau sampai

pada pelanggan.

2. Mencegah bahan baku yang buruk masuk proses produksi.

(22)

Kelemahan :

1. Kesalahan baru diketahui pada akhir produksi

2. Umpan balik yang diperlukan untuk analisis persoalan

3. Operator (pekerja) tidak peduli terhadap kesalahan yang menanganinya,

dll

II. Quality Control

Supplier I I I I Customer

Kerugian :

1. Membutuhkan lebih banyak inspektur.

2. Para operator hanya bergantung pada hasil evaluasi inspektor.

III. Built-in Quality Control

Supplier I Customer

Inspeksi dilakukan oleh operatornya sendiri. Mereka diberdayakan untuk

mencek pekerjaannya sendiri. Pada awal proses ditempatkan inspektur.

Dengan cara ini setiap pekerja dimotivasi untuk melakukan pekerjaannya

secara benar sejak awal dan bertanggung jawab penuh untuk mencegah

defect pada proses. Untuk melakukan cara ini secara berhasil maka

kecakapan tentang kualitas harus dilatih terlebih dahulu dan juga

ditanamkan sikap kualitas.

IV. Total Quality

Supplier Customer

A B C

A+I B+I C+I

(23)

Disini seluruh inspektur ditiadakan, termasuk inspektur untuk bahan baku

yang masuk. Hal ini dimungkinkan karena ada supplier-customer

partnership sehingga supplier dilatih pelanggan tentang Quality

Management. Dengan melatih supplier dan operator untuk melakukan

pekerjaannya secara benar sejak awal, maka kualitas tinggi dapat dicapai

pada seluruh tahap produksi. Dengan modus total quality dan tanpa inspeksi

maka akan menurunkan biaya operasi, memperpendek manufakturing lead

time dan dapat mengendalikan inventories dengan baik.

2.4 Total Quality Management (TQM)

Pada bagian ini akan dijelaskan sejarah perkembangan TQM, definisi

TQM menurut beberapa pakar, karakteristik TQM dan implementasi TQM.

2.4.1 Sejarah Per kembangan TQM

Evolusi gerakan total quality dimulai dari munculnya konsep dan metode

tentang produksi dan adanya keterlibatan pekerja dalam sektor industri di

Amerika Serikat. Frederick W. Taylor atau dikenal sebagai “Bapak Manajemen

Ilmiah” (The Father of Scientific Management) menganut prinsip ilmu manajemen

dan mulai memperkenalkan waktu standar dan insentif. Pada tahun 1911, Taylor

mempublikasikan bukunya The Principles of Scientific Management , yang

melahirkan berbagai teknik seperti studi waktu dan gerak.

Kemudian Walter A. Shewart dari Bell Laboratories mengembangkan

pendekatan statistik pada berbagai variasi dalam proses manufaktur agar dapat

(24)

monitoring of process variation (memonitor variasi proses secara langsung dan

berkesinambungan). Ia memperkenalkan statistical quality control dalam bukunya

Economic Control of Quality of Manufactured Products pada tahun 1931.

Pada tahun 1940, W. Edwards Deming membantu U.S. Bureau of Cencus

dalam menerapkan teknik-teknik sampling statistik. Setahun kemudian, ia

mengajarkan teknik-teknik pengendalian kualitas di U.S. War Department. Dan

pada tahun 1950, Deming mengajarkan mata kuliah mengenai kualitas kepada

para ilmuwan, insinyur dan eksekutif perusahaan Jepang. Deming

mengembangkan dasar statistik untuk meningkatkan kualitas setelah sebelumnya

pernah dilakukan Shewart. Deming lebih menekankan pada tanggung jawab yang

harus dipegang oleh top manajemen dalam menjalankan industrinya. Manajemen

Deming tidak begitu banyak mendapatkan perhatian dari masyarakat Amerika,

namun mendapat perhatian dari Jepang sehingga Jepang berkembang dan menjadi

market leader. Baru pada tahun 1980, Amerika memberi pengakuan terhadap

pendekatan Deming dan mereka mulai menggunakan filosofi Deming untuk

meningkatkan kualitas dan sektor industri Amerika mulai berkembang pesat.

Pada tahun 1951, Juran mempublikasikan bukunya yang berjudul Quality

Control Handbook. Ia terkenal dengan Jurans Three Basic Steps to Progress,

Jurans Ten Steps to Quality Improvement, The Pareto Principle dan The Juran

Trilogy. Selain itu,, ia juga mengembangkan konsep Managing Business Process

Quality, yang merupakan suatu teknik untuk melaksanakan penyempurnaan

(25)

Philip B. Crosby mulai memperkenalkan konsep zero defects pada tahun

1970 dan sembilan tahun kemudian ia mempublikasikan bukunya yang berjudul

Quality is Free. Ia terkenal dengan Quality Vaccine dan Crobys Fourteen Steps

to Quality Improvement.

Setelah masa itu, banyak sekali penelitian yang dilakukan dalam

mengembangkan Total Quality Management. TQM diterapkan diberbagai

perusahaan dan berbagai penghargaan diadakan untuk menghargai

perusahaan-perusahaan yang berhasil menerapkan TQM. Sampai saat ini, masih banyak

ilmuwan yang meneliti dan memperbaharui kriteria dan dimensi-dimensi kualitas

dalam TQM, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh McCarthy dan Keefe

(1999 ).

2.4.2 Definisi TQM

TQM merupakan suatu konsep perbaikan yang dilaksanakan secara

terus-menerus, yang melibatkan seluruh elemen dan karyawan pada setiap tingkatan

organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh aspek

organisasi melalui proses manajemen.

Menurut ISO, TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi,

berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber

daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan

pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya

manusianya) dan masyarakat. Tujuan utama TQM adalah perbaikan mutu

(26)

Lebih jelasnya mengenai pengertian dan konsep TQM menurut pendapat

para ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Hashmi (2004:1), TQM adalah filosofi manajemen yang mencoba

mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan, desain,

rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dsb), terfokus untuk memenuhi

keinginan konsumen dan tujuan organisasi”.

2. Menurut Tjiptono dan Diana (2003:4), TQM merupakan suatu pendekatan

dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing

organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses,

dan lingkungannya.

3. Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling

menguntungkan dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan

proses bisnis untuk menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui

kebutuhan dan harapan konsumen.

4. Crosby berpendapat TQM adalah strategi dan integrasi system manajemen

untuk meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan keterlibatan seluruh

manajer dan karyawan, serta menggunakan metode kuantitatif (Bhat dan

Cozzolino, 1993: 106-107).

5. Gaspersz (2003), TQM adalah sebagai suatu cara meningkatkan performansi

secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level

operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan

(27)

2.4.3 Karakteristik TQM

Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan

Davis dalam Nasution (2005: 22) yaitu :

1. Fokus Pada Pelanggan.

Pelanggan merupakan sosok yang harus dilayani. Dimana perhatian difokuskan

pada kebutuhan dan harapan para pelanggan. Untuk setiap organisasi yang

menerapkan TQM harus benar-benar mengetahui, mengidentifikasi dan

menganalisis kebutuhan dan harapan pelanggannya agar bisa memuaskannya.

Dimana Produk/jasa yang dibuat atau diberikan haruslah sesuai dengan

keinginan para pelanggan.

2. Obsesi terhadap Kualitas.

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, obsesi utama suatu perusahaan yaitu

meningkatkan kualitas baik itu kualitas produk/jasa, tenaga kerja, proses dan

lingkungan kerja dimana kualitas merupakan faktor penting untuk

meningkatkan kinerja perusahaan dan karyawan serta dalam menarik

konsumen/pelanggan.

3. Pendekatan Ilmiah.

Pendekatan ini sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk men-

desain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan

demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga

(28)

4. Komitmen J angka Panjang.

TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu,

dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu, komitmen

jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar

penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.

5. Kerjasama Tim (Teamwork).

Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan

persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya

saingnya terdongkrak. Sementara itu, dalam organisasi yang menerapkan

TQM, kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar

karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah,

dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Ber kesinambungan.

Setiap produk dan atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses

tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh karena itu, sistem yang ada

perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat

makin meningkat.

7. Pendidikan dan Pelatihan.

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya

pendidikan dan pelatihan karyawan. Kondisi seperti itu menyebabkan

perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan

perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam

(29)

yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar.

Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan

keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

8. Kebebasan yang Terkendali.

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal

ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan

tanggung jawab karyawan terhadap keputusan yang telah dibuat. Meskipun

demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan

tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana

dengan baik.

9. Kesatuan Tujuan.

Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki

kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan

yang sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu

ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan, misalnya

mengenai upah dan kondisi kerja.

10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan.

Agar dapat meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik,

rencana yang baik, atau perbaikan yang lebih efektif, karena juga mencakup

pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan

situasi kerja serta meningkatkan ‘rasa memiliki’ dan tanggung jawab atas

(30)

2.4.4 Manfaat Implementasi TQM

Menerapkan TQM di perusahaan akan memberikan manfaat bagi

perusahaan (Gambar 1) maupun karyawannya. Dengan menerapkan TQM,

manfaat yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari perbaikan

posisi persaingan dan dari pengurangan cacat produk yang dihasilkan. Jika produk

cacat dapat diminimumkan, maka biaya kualitas (produk gagal, pekerjaan ulang,

pemeriksaan dan pengembalian dari konsumen) akan berkurang, dan lebih jauh

lagi mengurangi total biaya produksi. Perusahaan yang menghasilkan kualitas

produk yang lebih baik dan mampu memberikan jaminan kepada konsumen, akan

mendapatkan citra positif dari konsumen. Selanjutnya, posisi persaingan semakin

baik, pemasaran semakin luas, bahkan sampai ke posisi ekspor. Harga produk

dapat lebih ditingkatkan, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar

(Muhandri dan Kadarisman, 2008).

Menurut Hardjosoedarmo (2004), penerapan TQM akan memberikan dampak

yang positif bagi karyawan, yaitu :

1. Karyawan akan menjadi lebih loyal kepada organisasinya dan menganggap

bahwa keberhasilan organisasi identik dengan keberhasilan pribadi.

2. Karyawan akan menunjukkan pekerjaan mutu, karena percaya akan mutu,

sehingga organisasi tidak lagi terlalu bertumpu pada struktur untuk

menciptakan tatalaku mutu.

3. Karyawan akan mengorganisasikan dirinya secara sukarela untuk melakukan

perbaikan proses tanpa campur tangan, tekanan, ataupun dorongan

(31)

4. Karyawan baru, terlepas dari latar belakang dan orientasinya, dengan mudah

akan menyesuaikan diri pada budaya mutu yang telah terbentuk dalam

organisasi oleh karena itu pergantian, absensi, dan unjukrasa dapat dikurangi,

bahkan ditiadakan.

Gambar 2.1Manfaat Penerapan TQM Bagi Perusahaan

(Muhandri dan Kadarisman, 2008)

2.5 Deming Prize

Deming Prize adalah suatu penghargaan yang diberikan pada suatu

perusahaan baik jasa maupun manufaktur yang berhasil atau sukses dalam

menjalankan kriteria – kriteria yang ada dalam Deming Prize, dan selalu

(32)

lahir di Sioux, City, 14 Oktober 1900, terlahir dengan nama William Edwards

Deming.

Dr. Deming yang ahli dalam bidang Quality Control (QC), diundang ke

Jepang oleh suatu perkumpulan ilmuwan dan insinyur Jepang (JUSE) pada tahun

1950. Selama kunjungannya, Dr. Deming memberikan kursus dalam bentuk

seminar 8 hari mengenai QC, tepatnya di auditorium Kanda-Surigadai, Tokyo.

Dalam kursusnya, Deming mengatakan bahwa dasar-dasar statistik QC sebaiknya

diterapkan pada para senior manajer, para insinyur dan para pelaku industri di

Jepang.

Deming adalah Bapak dari gerakan Total Quality Management. Deming

mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi kualitas di Jepang, yaitu dengan

memperkenalkan tentang konsep pengendalian kualitas, mengemukakan bahwa

proses harus dipandang suatu perbaikan kualitas secara terus-menerus. Atas

jasanya yang besar bagi industri Jepang, maka setiap tahun diberikan penghargaan

Deming Prize kepada setiap perusahaan yang berprestasi dalam hal kualitas.

Ada dua kategori Deming Prize, yaitu : Deming Prize for Individual

Person dan The Deming Application Prizes. Deming Prize for Individual Person

merupakan penghargaan tahunan yang diberikan kepada para individual yang

telah memberikan kontribusinya dalam TQM atau dalam penggunaaan metode

statistik untuk TQM. Dan The Deming Application Prizes merupakan suatu

penghargaan tahunan yang diberikan kepada perusahaan yang telah mencapai

suatu tingkatan tertentu (menjalankan empat belas poin Deming) dalam

(33)

kecil, atau milik asing. Suatu bagian dari perusahaan atau organisasi atau yang

biasa disebut divisi dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan prize

secara terpisah dari perusahaannya.

2.5.1 Keunggulan dan Kelemahan Deming Prize

Deming Prize mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya adalah :

1. Konsisten dalam mengelola sistem kualitas. Kekonsistenannya ini didukung

oleh adanya sistem continous improvement (selalu mengadakan perbaikan

yang berkesinambungan akan kualitas secara terus-menerus).

2. Fokus utama adalah inovasi, kreatifitas dan nilai tambah kepada konsumen.

Untuk mendukung fokus utama ini biasanya perbaikan akan kualitas lebih

difokuskan pada internal perusahaan organisasi, karena kepuasan konsumen

dimulai dari bagusnya kinerja perusahaan itu sendiri.

3. Kebijaksanaan manajemen lebih kepada tujuan jangka panjang dibandingkan

dengan pendapatan keuangan tahunan.

Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh Deming Prize adalah pada

pengajuan aplikasi ini dimana, perusahaan harus antri agak lama. Biasanya

permohonan akan dilayani satu tahun kemudian untuk mengatur jadwal. Hal

ini dikarenakan banyaknya pemohon dan terbatasnya jumlah panitia penilai

(Deming Prize Communitte).

2.5.2 Kriteria Deming Prize

Empat belas point Deming ini merupakan ringkasan dari keseluruhan

(34)

melakukan transisi positif dari bisnis sebagaimana biasanya sehingga menjadi

bisnis berkualitas tingkat dunia. Berikut ini adalah ringkasan dari Empat belas

poin Deming (Tjiptono, 2001), yakni :

1. Miliki tekad yang kuat dan terus- menerus untuk memperbaiki mutu

produk dan jasa.

Tekat/motivasi untuk selalu memperbaiki kualitas atau sifat tidak akan pernah

puas akan kualitas yang ada sangat perlu. Hal ini dikarenakan kondisi

perusahaan dari waktu ke waktu tidak akan sama. Apabila cepat puas akan

kualitas yang ada sekarang, maka perusahaan/organisasi tidak akan bisa

bersaing untuk masa yang akan datang.

2. Gunakan filosofi yang tidak bisa menerima keter lambatan, kesalahan,

cacat materi, cacat pekerjaan.

Keterlambatan, kesalahan, cacat materi, cacat pekerjaan adalah faktor-faktor

yang membuat kualitas berkurang. Untuk menjaga agar kualitas selalu dalam

kondisi yang diinginkan, maka faktor diatas seminim mungkin harus

dieliminir (dihilangkan).

3. Hentikan pemeriksaan mutu pada akhir proses, ganti dengan adanya

proses yang baik sejak awal sampai akhir guna hasil yang mutu.

Biasanya bila pemeriksaan mutu kualitas dilakukan pada akhir proses, apabila

mutu/kualitas produk sudah baik, maka cenderung puas sampai disana.

Sedangkan bila mutu/kualitas jelek atau cacat, akan susah dicari penyebab

cacatnya pada proses bagaimana terjadinya cacat karena dilakukannya

(35)

4. J angan ter kecoh oleh besarnya biaya saja: yang mahal belum tentu baik,

demikian sebaliknya.

Harga tidak menentukan apakah produk akan baik atau tidak. Baik atau

tidaknya suatu produk dilihat atau ditentukan dari kualitas produk itu. Untuk

melihat produk tersebut berkualitas atau tidak, kita harus mengetahui

bagaimana produk itu dibuat atau asal mula produk tersebut.

5. Lakukan terus-menerus dan selamanya usaha-usaha perbaikan kualitas

dalam setiap kegiatan.

Untuk menjaga agar kualitas baik, maka usaha-usaha perbaikan harus

dilakukan pada tiap-tiap kegiatan. Jangan difokuskan pada satu kegiatan saja,

hal ini dimaksudkan untuk menjamin kualitas akhir.

6. Lembagakan on the job trainning untuk semua orang (pemimpin,

karyawan, dll) agar masing-masing dapat menciptakan kualitas

kerjanya.

Pembinaan untuk semua organisasi (mulai pimpinan sampai level karyawan

paling bawah) sangat diperlukan. Hal ini dilakukan dalam usaha menjaga agar

kualitas dapat terjaga dengan baik. Apakah itu kualitas produk ataupun

kualitas sumber daya manusia. Karena untuk membentuk kualitas seperti

diatas, diperlukan keahlian SDM yang memadai. On the job trainning sangat

diperlukan bagi semua lapisan karyawan mulai level pimpinan sampai

pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk membiasakan diri atas pekerjaan. Kerja

(36)

7. Lembagakan kepemimpinan. untuk membantu orang dan teknologi

untuk bekerja dengan lebih baik.

Beberapa sifat kepemimpinan yang dapat mendukung atmosfer hubungan

kerja antara pimpinan dan karyawannya dilingkungan perusahaan adalah

pimpinan perusahaan harus dapat memfasilitasi keinginan karyawannya, serta

pimpinan harus dapat mengetahui kendala yang dihadapi untuk karyawannya

sekaligus menyelesaikannya.

8. Hapuskan rasa takut, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif.

Sumber-sumber yang menyebabkan orang takut dalam bekerja antara lain :

Adanya ketakutan dalam bersaing dengan organisasi lain. Adanya tekanan

dari pimpinan kepada para karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan dan

lain-lain. Sumber ketakutan seperti diatas akan menyebabkan orang tidak

dapat bekerja secara efektif dan efisien. Untuk itu maka sumber-sumber

ketakutan seperti diatas harus dapat dihilangkan seminim mungkin.

9. Hilangkan segala yang menghambat komunikasi antar individu dalam

perusahaan.

Komunikasi antar individu sangat penting artinya bagi kelancaran kerja.

Karena dengan komunikasi, orang dapat mengetahui masalah ataupun

kendala yang dihadapi. Karena pada dasarnya permasalahan akan mudah

diatasi secara bersama-sama. Dengan hilangnya faktor kendala atau masalah,

maka pekerjaan akan lebih mudah untuk dikerjakan lebih baik.

10. Hilangkan ajakan, desakan, dan target bagi tenaga kerja. Hal-hal

(37)

Ajakan untuk melakukan kerja keras pada dasarnya akan mengurangi

produktivitas seseorang dalam bekerja, karena apabila seseorang dipaksa

untuk bekerja keras, orang tersebut akan mengalami kejenuhan dalam

pekerjaannya sehingga produktivitas menurun. Agar produktivitas dapat

dipertahankan, maka kerja yang dilakukan harus bertahap dan berkelanjutan.

Ini juga harus didukung degan sistem organisasi yang baik, bagaimana

mengatur atau mengalokasikan waktu kerja yang baik.

11. Hilangkan target kerja bagi para pelaksana dan hilangkan angka-angka

tujuan bagi para pimpinan.

Target kerja pelaksana (karyawan) maupun angka-angka tujuan pimpinan

akan membuat mereka untuk selalu dikejar-kejar waktu (deadline), sehingga

pada diri mereka akan timbul kejenuhan dalam pekerjaan. Kejenuhan akan

membuat produktivitas kerja mereka akan berkurang, maka kualitas produk

maupun sumber dayanya akan lemah atau tidak terjaga dengan baik.

12. Singkir kan penghalang yang merebut hak para pimpinan dan karyawan

untuk bangga atas hasil kerjanya.

Kebanggaan atas hasil kerja yang baik, membuat pimpinan dan karyawan

untuk dapat lebih memacu kerja lebih baik lagi. Karena dengan kerja yang

lebih baik, maka mereka akan dapat merasakan bangga akan hasil kerjanya

bagi pimpinan karena dengan demikian kerja yang dilakukan akan lebih baik

tanpa beban atau tekanan dari manapun dan menghasilkan produk kerja yang

(38)

13. Giatkan program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri bagi

semua orang, tenaga-tenaga profesional sadar bahwa dirinya selalu

meningkatkan kemampuan dirinya.

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri mutlak diperlukan bagi semua

orang dilingkungan organisasi. Apabila organisasi tersebut menghendaki

kualitas akan produk dan kualitas pada kinerja perusahaan dapat terjaga

dengan baik. Karena pada dasarnya ilmu pengetahuan selalu berkembang dari

waktu ke waktu, oleh karena itu dapat selalu meningkatkan kemampuan agar

tidak tertinggal dengan organisasi lain yang baru dan modern. Maka

pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri mutlak dilakukan.

14. Ciptakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta

dalam usaha memperbaiki mutu perusahaan.

Untuk dapat memiliki perusahaan atau organisasi yang berkualitas, baik dari

segi produk atau sumber dayanya diperlukan peran serta atau keterlibatan

seluruh elemen yang mendukung organisasi (mulai pimpinan sampai pekerja)

agar semua elemen organisasi dapat terlibat/dilibatkan, maka harus dibuat

struktur organisasi yang mendukung hal tersebut.

2.5.3 Siklus Deming (Deming Cycle)

Siklus Deming adalah suatu elemen dasar yang dikembangkan untuk

menghubungkan antara produksi suatu produk dengan kebutuhan pelanggan, dan

memfokuskan sumber daya semua departemen dalam suatu usaha kerjasama

(39)

Gambar 2.2 Siklus Deming

(Sumber : Tjiptono & Diana, Total Quality Management, 2003, hal.51)

Siklus Deming yang biasa disebut dengan PDCA (Plan Do Check Act

Analyze) merupakan perwakilan dari proses perbaikan secara terus-menerus

(continuous improvement) untuk perencanaan maupun mencoba meningkatkan

kinerja aktivitas baru. Elemen dasar siklus deming, antara lain :

1. Plan : mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam

perencanaan produk.

2. Do : suatu perubahan atau pengerjaan menghasilkan produk.

3. Check : memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana.

4. Act : memasarkan produk tersebut.

5. Analyze : menganalisa bagaimana produk tersebut diterima di pasar dalam

hal kualitas, biaya, dan kriteria lainnya. Plan

Do

Check Act

(40)

2.5.4 Kategori Deming Prize

The Deming Prize mempunyai 10 kategori, ke 10 kategori tersebut adalah :

1. Kebijakan dan sasaran

2. Organisasi

3. Pendidikan dan penyebarannya

4. Pengumpulan dan penyebaran informasi

5. Analisis

6. Standarisasi

7. Pengendalian

8. Jaminan mutu

9. Pengaruh

10. Rencana masa depan

Dasar terbentuknya ke 10 kategori diatas, adalah dari nilai-nilai inti dan

konsep deming (yaitu 14 point deming dan siklus deming), dimana dari

masing-masing kategori memiliki beberapa item-item. Dari nilai inti dan konsep dan ke 10

kategori diatas, terbagi atas 4 elemen dasar kerangka kerja, yakni :

1. Keadaan perusahaan

Keadaan perusahaan secara umum disini, ingin mengetahui apakah seluruh

anggota (karyawan) di organisasi atau divisi perusahaan mengetahui tempat

kerjanya, pengetahuan para karyawan (mulai top manajer sampai lapisan

karyawan yang paling bawah) ini meliputi awal dari perusahaan, visi, inovasi,

kebijakan kualitas yang diterapkan, keterlibatan top manajemen, aturan

(41)

gambaran awal dari perusahaan seperti apa dan dari perbaikan apa yang dapat

dilakukan oleh perusahaan tersebut.

2. Proses kerja

Proses kerja yang diamati disini antara lain: job analisis, bagaimana sifat

kepemimpinan top manajemen, pelayanan bagaimana yang diberikan oleh

customer, tujuan dari divisi perusahaan, rencana kualitas apa yang diterapkan

pada divisi perusahaan, evaluasi kerja yang dilakukan, dll.

3. Alat manajemen

Sebelum menerapkan manajemen, bagaimana yang akan dijalankan oleh

perusahaan. Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: alat apa yang digunakan

untuk menjalankan manajemen yang baik, bagaimana menganalisa suatu

proses, usaha apa yang dilakukan untuk mengembangkan perusahaan, dll.

4. Output yang dihasilkan

Untuk menghasilkan output yang bagus, kita perlu mengetahui aturan kerja

atau work flow, kerja dari para karyawan, struktur organisasi yang

diharapkan, fasilitas yang mendukung proses, training atau pelatihan

diharapkan untuk memperbaiki skill para karyawan.

Keempat elemen dasar kerangka kerja diatas dibentuk, pada intinya ingin

mengetahui bagaimana penerapan kualitas disuatu organisasi atau perusahaan.

Adapun scoring untuk masing-masing elemen dasar dibawah ini di dapat dari

buku karangan V. Daniel Hunt, Managing For Quality : Integrating Quality and

Business Strategy.

(42)

1. Keadaan perusahaan

Tabel 2.1 Target Score Untuk Keadaan Perusahaan

Kategori Target Score

1. Kesadaran akan strategi organisasi 2. Visi untuk masa depan

3. Inovasi

4. Kebijakan kualitas 5. Nilai sistem / etika

6. Keterlibatan pihak top manajemen 7. Komitmen mewujudkan tujuan 8. Peran kualitas dalam perbaikan proses 9. Perhatian untuk perbaikan

10. Struktur untuk perbaikan kualitas 11. Sadar akan produktivitas

12. Sikap / moral 13. Kerjasama 14. Keterlibatan

15. Persepsi lingkungan kerja 16. Interaksi sosial

17. Karakteristik tugas karyawan 18. Konsekuensi pembatas 19. Orientasi pelanggan 20. Komunikasi 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 3,50 Total (rata-rata score dibagi 20) 3,50

2. Proses kerja

Tabel 2.2 Target Score Untuk Proses Kerja

Kategori Target Score

1. Analisis pekerjaan 2. Wewenang tertinggi 3. Perhatian akan kualitas 4. Kepemimpinan top manajer 5. Aktivitas pelayanan pelanggan 6. Definisi perbaikan

7. Tujuan unit kerja 8. Tujuan organisasi 9. Perencanaan kualitas 10. Perencanaan strategi 11. Efisiensi organisasi

12.Investasi / penerapan teknologi

(43)

Tabel Kelanjutan Target Score Untuk Proses Kerja

Kategori Target Score

13. Metode / proses perbaikan 14. Ide baru

15. Masukkan karyawan 16. Peningkatan yang dicapai 17. Pengukuran

18. Pengaruh arus balik 19. Evaluasi

20. Hasil yang didapat 21. Penghargaan 22. Penilaian personalia

3,50 3,50 1,40 3,50 1,50 1,40 1,50 1,00 1,50 1,50 Total (rata-rata score dibagi 22) 2,12

3. Alat manajemen

Tabel 2.3 Target Score Untuk Alat Manajemen

Kategori Target Score

1. Penilaian

2. Definisi akan alat kerja 3. Ukuran / analisa proses 4. Kesadaran / komunikasi 5. Perkembangan organisasi

1,30 1,50 1,50 1,50 1,50 Total (rata-rata score dibagi 5) 1,46

4. Output yang dihasilkan

Tabel 2.4 Target Score Untuk Output Yang Dihasilkan

Kategori Target Score

1. Aliran kerja / delay 2. Fasilitas Pemborosan 3. Alat kerja / peralatan 4. Susunan kepegawaian 5. Fasilitas

6. Pelatihan

7. Supply bahan-bahan

8. Struktur organisasi / struktur kerja 9. Survey kualitas pada pelanggan 10. Kuantitatif / jumlah

(44)

2.6 Model - Model Kualitas

Selain model Deming Prize, masih banyak konsep-konsep penilaian

kinerja yang hampir sejenis dengan Deming Prize, yaitu sama-sama award

ataupun model yang hasilnya memperoleh pengakuan seperti sertifikasi dari

lembaga internasional. Ada berbagai jenis kriteria dalam mengukur performansi

dalam organisasi. Dan kriteria - kriteria yang digunakan dalam pengukuran

performansi organisasi telah mengalami pengembangan dari waktu ke waktu. Ada

beberapa penelitian yang mengembangkan kriteria tersebut. Selain itu, juga ada

penghargaan yang diberikan terhadap perusahaan itu mempunyai kriteria - kriteria

kualitas (dimensi kualitas) masing-masing. Berikut ini akan dibahas model-model

kualitas :

1. Malcolm Baldrige National Quality Award ( MBNQA )

2. European Quality Awards ( EQA )

3. Crosby’s Fourteen Steps

4. McCarthy dan Keefe

5. ISO 9000 Standardization

2.6.1 Malcolm Baldrige National Quality Award ( MBNQA )

The Malcolm Baldrige National Quality Award ( MBNQA ) merupakan

suatu cara untuk mengukur komitmen terhadap performansi suatu organisasi dan

memberikan kerangka kerja untuk memperbaiki dan menyempurnakan

performansi tersebut. Penghargaan ini disahkan dengan ditandatanganinya

Malcolm Baldrige National Quality Improvement Act oleh Presiden Ronald

(45)

Tujuan dari Baldrige Award ini adalah :

1. Kesadaran akan pentingnya kualitas dan dampaknya terhadap persaingan

2. Pemahaman akan persyaratan-persyaratan untuk menciptakan kualitas yang

sempurna ( excellence in quality )

3. Saling membagi informasi mengenai strategi yang sukses dan

keuntungan-keuntungan yang didapat

Sampai penghargaan tahun 1998, partisipan award ini dibagi dan hanya

diberikan kepada tiga kategori, yaitu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, dan

usaha kecil. Namun mulai penghargaan tahun 1999, partisipan ditambah dua

kategori lagi, yaitu institusi pendidikan dan organisasi kesehatan. Kriteria –

kriteria yang digunakan dalam penghargaan ( Baldrige Criteria ) ini terdapat pada

tabel 2.5

2.6.2 European Quality Awards ( EQA )

European Quality Awards dikelola dan dikembangkan oleh The

European Foundation for Quality Management ( EFQM ) mulai tahun 1991, dan

didukung oleh European Commision dan The European Organization for Quality

( EOQ ). Sampai Mei 1999, EFQM telah beranggotakan lebih kurang 800

organisasi yang berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas untuk

mencapai hasil usaha yang unggul. EQA dibagi dalam beberapa kategori

organisasi, yaitu : organisasi besar, unit operasional suatu perusahaan, organisasi

kemasyarakatan, dan perusahaan kecil dan menengah. Dimensi – dimensi kualitas

(46)

2.6.3 Crosby’s Fourteen Steps

Philip B. Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zero defect dan

pencegahan, yang menentang tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik

(acceptable quality level). Ia juga dikenal dengan Quality Vaccine dan Crosby’s

Fourteen Steps to Quality Improvement. Crosby’s Quality Vaccine terdiri atas tiga

unsur, yaitu Determinasi ( Determination ), Pendidikan ( Education ), dan

Pelaksana ( Implementation ). Menurut Crosby, setiap perusahaan harus

divaksinasi agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian terhadap

persyaratan ( non-conformance ). Ketidaksesuaian ini harus dicegah atau

dihilangkan. Crosby’s Fourteen Steps merupakan empat belas langkah yang

dibuat oleh Crosby untuk perbaikan kualitas. Keempat belas langkah tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.7

2.6.4 McCarthy dan Keefe

McCarthy dan Keefe ( 1999 ) membuat suatu pengembangan terhadap

kriteria – kriteria kualitas organisasi. Penelitian McCarthy dan Keefe dilakukan

dengan mengintegrasikan kriteria Baldrige dan penelitian – penelitian sebelumnya

yang relevan mengenai kualitas performansi organisasi. Kriteria – kriteria tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.8

2.6.5 ISO 9000 Standardization

ISO 9000 adalah kumpulan standar untuk sistem manajemen mutu

(SMM). ISO merupakan organisasi internasional di bidang standarisasi yang

(47)

oleh International Organization for Standardization / Technical Committee

(ISO/TC). ISO/TC inilah yang bertanggung jawab untuk standar-standar sistem

manajemen mutu.ISO/TC menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun,

guna menjamin bahwa standar-standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan

relevan untuk organisasi. Standard Internasional ISO 9000 tidak diatur atau

dimonopoli oleh suatu negara tertentu. Setiap negara boleh menjadi badan

sertifikasi asalkan dikelola secara professional menurut standard ISO internasional

dan bersifat independen, dalam arti tidak berbau politik. Sertifikasi ISO ini

dikeluarkan untuk beberapa lembaga yang berbeda, sehingga mungkin saja suatu

perusahaan memperoleh sertifikat ISO dari negara lain.

Tujuan utama dari ISO 9000 adalah sebagai berikut :

1. Organisasi akan mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang

dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan

para pembeli.

2. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri

bahwa kualitas yang dimaksudkan itu telah dicapai dan dapat dipertahankan.

3. Organisasi dapat memberikan keyakinan kepada pihak pembeli bahwa kualitas

yang dimaksudkan itu telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang

dijual.

Perlu diketahui bahwa ISO 9000 bukan merupakan suatu standar produk,

karena ISO 9000 tidak memuat suatu persyaratan spesifik yang harus dipenuhi

oleh produk (barang/jasa). ISO 9000 merupakan standar sistem manajemen

(48)

harus dipenuhi oleh sistem manajemen dalam menghasilkan suatu produk

(barang/jasa). Karena ISO 9000 bukan merupakan standar produk, maka apabila

suatu perusahaan memperoleh pengakuan berupa sertifikat ISO 9000, nama ISO

9000 tidak boleh dicantumkan pada produk itu. Akan tetapi, sertifikat ISO 9000

boleh dicantumkan pada papan nama perusahaan, kepala surat perusahaan,dan

lain-lain asalkan bukan pada produk yang dibuat oleh perusahaan itu.

Standar-standar ini pada mulanya untuk pabrik-pabrik, saat ini mereka telah diaplikasikan

(49)

Tabel 2.5 Dimensi Kualitas dan Nilai Baldrige Award

No. Kriteria Point

Kriteria

Point Target

1.0 Leadership 95

1.1 Senior Executive Leadership 45 1.2 Management for Quality 25 1.3 Public Responsibility and Corporate Citizenship 25

2.0 Information and Analysis 25

2.1 Scope and Management of Quality and Performance Data and 15

Information

2.2 Competitive Comparisons and Benchmarking 20 2.3 Analysis and Uses of Organization – Level Data 40

3.0 Strategic Quality Planning 60 3.1 Strategic Quality and Organization Performance Planning 35

3.2 Quality and Performance Plans 25

4.0 Human Resources Development and Management 150 4.1 Human Resources Planning and Management 20

4.2 Employee Involvement 40 4.3 Employee Education and Training 40 4.4 Employee Performance and Recognition 25 4.5 Employee Well – being and Satisfaction 25

5.0 Management of Process Quality 140

5.1 Design and Introduction of Quality Products and Services 40 5.2 Process Management : Product and Service Production and 35

Delivery Processes

5.3 Process Management : Business and Support Service Processes 30

5.4 Supplier Quality 20

5.5 Quality Assesment 15

6.0 Quality and Operational Result 180 6.1 Product and Service Quality Result 70

6.2 Organization Operational Result 50 6.3 Business and Support Service Result 25 6.4 Supplier Quality Result 35

7.0 Customer Focus and Satisfaction 300 7.1 Customer Expectations ; Current and Future 35

7.2 Customer Relationship Management 65 7.3 Commitment to Customer 15 7.4 Customer Satisfaction Determination 30 7.5 Customer Satisfaction Result 85 7.6 Customer Satisfaction Comparison 70

TOTAL POINT 1000

(50)

Tabel 2.6 Dimensi Kualitas dan Point EQA

1. Leadership ( 10 % )

1.a Leaders develop the mission, vision, and values and the role models of a culture of excellence

1.b Leaders are personally involved in ensuring the organization’s management system is developed, implemented, and continuously improved

1.c Leaders are involved with customers, partners, and representatives of society

1.d Leaders motivate, support, and recognize the organization’s people

2. Policy and Strategy ( 8 % )

2.a Policy and Strategy are based on the present and future needs and expectations of stakeholder

2.b Policy and Strategy are based on information from performance measurement, research,

learning , and creativity related activity

2.c Policy and Strategy are developed, reviewed, and updated

2.d Policy and Strategy are deployed trough a framework of key processes

2.e Policy and Strategy are communicated and implemented

3. People ( 9 % )

3.a People resources are planned, managed, and improved

3.b People’s knowledge and competencies are identified, developed, and sustained

3.c People are involved and empowered

3.d People and the organization have a dialogue

3.e People are rearded, recognize, and care for

4. Partnership and Resources ( 9 % )

4.a External partnership are managed

4.b Finance are managed

4.c Buildings, equipment, and materials are managed

4.d Information and knowledge are managed

5. Processes ( 14 % )

5.a Processes are systematically designed and managed

5.b Processes are improved as needed, using innovation in order to fully satisfy and generate

increasing value for customer and other stakeholders

5.c Products and services are designed and developed based on customer and other

stakeholder

5.d Products and services are produced, delivered, and services

5.e Customer relationship are managed and enhanced

6. Customer Result ( 20 % )

6.a Perception measure

6.b Performance indicator

7. People Result ( 9 % )

7.a Perception measure

7.b Performance indicator

8. Society Result ( 6 % )

8.a Perception measure

8.b Performance indicator

9. Key Performance Result ( 15 % )

9.a Perception measure

9.b Performance indicator

TOTAL POINT

(51)

Tabel 2.7 Dimensi Kualitas Crosby

1. Management Commitment Help management recognize that it must be personally

committed to participating in a quality improvement program

2. Quality Improvement Team Bring together representatives of each department to form

such a team

3. Quality Measurement Determine the status of quality throughout the company

4. Cost of Quality Evaluation Establish the cost of quality throughout the company

5. Quality Awareness Share with employees the measurements of what non – quality

is costing through training and communication material

6. Corrective Action Bring problems to light for all to see and resolve them on a

regular basis

7. Zero Defect Planning An ad hoc defects committee should be formed from members

of quality improvement team to start planning a zero defect program appropriate to the company and its culture

8. Supervisory Training A formal orientation of the zero defects program with all levels

of management should be conducted prior to its implementation

9. Zero Defect Day Zero defect day as the performance standard of the company is

establish in one day to provide emphasis and a long lasting impression

10. Goal Setting Regular meetings between supervisors and employees help

people to learn to think in terms of meeting goals and accomplishing specific task as a team

11. Error Cause Removal Individual are asked to describe any problems that keep them

from performing error free work. The appropriate functional group will develop an answer to those problems

12. Recognition Award programs are established to recognize those who met

their goals or perform outstanding acts

13. Quality Council Quality professionals and team chairpersons should meet

regularly to communicate and determine actions to upgrade and improve the quality improvement program

14. Do it All Over Again To emphasizes the never – ending process of quality

improvement, the program ( step 1 – 13 ) must be repeated

(52)

Tabel 2.8 Dimensi Kualitas Performansi Organisasi

(53)

a. Planning

Dimensi pertama, adalah Planning. Pengembangan kualitas performansi

pertama-tama memerlukan sebuah jawaban jelas atas pertanyaan :

“Pengembangan dilakukan kearah apa ?” . Hal ini sangat penting karena

sebuah perusahaan memerlukan perencanaan yang baik untuk dapat

menjalankan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkannya. Dimensi

Planning ini merupakan misi organisasi dan perencanaan perusahaan dalam

melakukan pengembangan terhadap kualitas organisasinya secara

keseluruhan. Dimensi ini terdiri atas dua sub dimensi yang disebut Mission

Clarity<

Gambar

Gambar 2.1 Manfaat Penerapan TQM Bagi Perusahaan (Muhandri dan Kadarisman, 2008)
Gambar 2.2 Siklus Deming
Tabel 2.1 Target Score Untuk Keadaan Perusahaan
Tabel 2.3 Target Score Untuk Alat Manajemen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deming Prize adalah penghargaaan yang diberikan kepada suatu organisasi atau perusahaan yang secara konsisiten yang menerapkan quality control.. Bisa didapatkan oleh organisasi

dengan hal tesebut, maka judul dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Total Quality Manajemen (TQM) Dan Kualitas Pelayanan Terhadap kepuasan.

Berdasarkan data yang ada dilampiran 3 score dari atribut-atribut pertanyaan sebagai berikut : Jaminan mutu disini berisi tentang usaha perusahaan untuk menjamin mutu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Total Quality Manajemen dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dan untuk mengukur faktor yang

Setelah diketahui kinerja pelayanan dalam menganalisis kepuasan konsumen unit usaha yang masih kurang, kemudian dibuat perencanaan analisis kepuasan konsumen dan strategi

Suatu sistem manajemen kualitas mengintegrasikan semua elemen organisasi yang diperlukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen secara berkelanjutan dengan jasa /

Deming Prize adalah penghargaaan yang diberikan kepada suatu organisasi atau perusahaan yang secara konsisiten yang menerapkan quality control.. Bisa didapatkan oleh organisasi

Dari definisi-definisi yang telah diuraikan dapat dipahami bahwa Total Quality Management merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi