• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA SWASTA: Studi Kasus Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 1991/1992 Di SMA Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, Dan SMA Bina Taruna Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA SWASTA: Studi Kasus Penerimaan Siswa Baru Tahun Ajaran 1991/1992 Di SMA Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, Dan SMA Bina Taruna Bandung."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENERIMAAN SISWA BARU Dl SMA SWASTA

STUDI KASUS PENERIMAAN SISWA BARU TAHUN AJARAN 1991/1992

Dl SMA MADYA BANDUNG, SMA BHAKTI KALSUM BANDUNG,

DAN SMA BINA TARUNA BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

OLEH ASEP HIDAYAT Nomor Pokok : 8932096

FAKULTAS PASCA SARJANA

(2)

DISETUJUI UNTUK UJIAN TAHAP II

PEMBIMBING I

PROF. DR. ACHMAD SANUSI

PEMBIMBING II

, MEd

(3)

KATA PENGANTAR ,

UCAPAN TERIMA KASIH.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR FORMULA

BAB I PENDAHULUAN.

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah

1. Keadaan Sekolah Menengah'umum'Tinqkat

Atas

(SMA)

di

Jawa Barat

Selama

Pelita V

2. Sumber Pembiayaan SMA Swasta .*."."."."." ."."

^

3. Landasan Hukum Penyelenggaraan""Seko

lah Swasta.

B. Identifikasi Masalah..".".

1. Rumusan Masalah

2. Variabel Penelitian..

3. Pertanyaan Penelitian

9

C Pentingnya Masalah.

lt

D. Objek Penelitian..

..."

J"*

E- Tujuan Penelitian

. . . '

ix

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Ilmiah

Kegunaan Praktis

...

0.

F. Sistematika Pembahasan. .

'.

"**"

"

tT.

BAB

II TINJAUAN PUSTAKA.

A. Teori yang Relevan dengan Pertanyaan Pe

nelitian .

1. Analisis Situasi Intern"dan"Ekstern". ".

j-. Penetapan Tujuan...

3.

CsrA

Menetapkan Sasaran Strategi!!"""

4. Komponen Layanan Sekolah..

5. Biaya Pendidikan

'.'.'.".'.

6. Pertimbangan dalam Menetapkan Lokasi "

Sekolah.

7. Kegiatan Promosi...

B. Hasil Penelitian Sebelumnya! ".".]".

[".'. 'm'm'm'm \

%%

(4)

C Strategi Penerimaan Siswa Baru dalam

Ad-mimstrasi Pendidikan

=i6

1. Tindakan Strategis

\ \

"

\\\\ \ \

55

2. Strategi Penerimaan Siswa Baru

dalam

Administrasi Pendidikan

60

D- Kesimpulan Tinjauan Pustaka

..."

^,7

1. Kesimpulan Umum

A7

2. Kesimpulan Khusus

."

68

BAB 111 METODOLOGI PENELITIAN

74

A. Metoda Penelitian yang Digunakan

74

B. Responden

7S

C Tahap-tahap Penelitian^

."." "

7^

D. Alat Pengumpul Data

'.'.".'.'.".

80

E. Cara Memperoleh

Tingkat

Kepercayaan

Hasil Penelitian

Q^

F. Teknik Analisis Data

.".".".".""."""

87

BAB

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

89 89

A. Pendahuluan.

B. Hasil Penelitian

95

1. Analisis Situasi Intern dan Ekstern."

95

2. Tujuan Penerimaan Siswa Baru

127

3. Cara Menetapkan Calon Siswa Baru yang

Menj adi Sasaran

129

4. Komponen Layanan Sekolah

136

5. Biaya yang Dibebankan kepada Siswa

141

6. Pertimbangan dalam Menetapkan Lokasi

Sekolah

_

,„.

7. Kegiatan Promosi

149

C Pembahasan Hasil Penelitian

...[

164

1. Analisis Situasi Intern dan Ekstern..

174

2. Tujuan Penerimaan Siswa Baru

174

3. Cara Menetapkan Calon Siswa Baru yang

Men jadi Sasaran

17£

4. Komponen Layanan Sekolah, Biaya yang

Dibebankan kepada Siswa dan Pertim

bangan dalam Menetapkan Lokasi

Seko-lah

ISO

5. Kegiatan Promosi

iQ3

D. Pembahasan

Atas

Kasus

Kekeliruan "dan

Keberhasilan

188

1. Kasus Kekeliruan Strategis

".

j_89

2. Kasus Keberhasi 1an

207

(5)

BAB

V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

r?\r?

A. Kesimpulan

212

1. Kesimpulan Umum

212.

2. Kesimpulan Khusus

" 215

B. Implikasi Hasil Penelitian terhadap

Ad-ministrasi Pendidikan di Tingkat Sekolah 225

C. Rekomendasi

„07

1. Rekomendasi untuk SMA Madya

Bandung,

SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA

Bina Taruna Bandung •'" 227

2. Rekomendasi untuk Pengambil Kebijakan

'243

DAFTAR PUSTAKA

245

49

LAMPIRAN 1 0

LAMPIRAN 2

252

LAMPIRAN 3 ^54

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Proyeksi Lulusan SMP Negeri dan Swasta

Selama Pelita V di Jawa Barat 2

2.

Proyeksi Lulusan SMP yang Harus Ditampung

Setiap Tahun di SMA Negeri dan Swaasta

Selama Pelita V diJawa Barat... 2

3. Perbandingan Sebagian RAPBS 1990/1991 di SMA Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum

Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung 17

4. Perkembangan Jumlah Siswa Terdaftar di SMA

Maya Bandung, SMA Bhakti

Kalsum

Bandung,

dan SMA Bina Taruna Bandung 19

5. Kisi-kisi Alat Pengumpul Data 83*

6. Komposisi Guru SMA Madya Bandung 98.

7.

Komposisi Guru SMA Bhakti Kalsum Bandung..

^5

8.

Komposisi Guru SMA Bina Taruna Bandung....

116

9. Jumlah Peserta EBTA/EBTANAS Tahun Ajaran 1990/1991 di SMP yang Dijadikan Sasaran

Penerimaan Siswa Baru SMA

Madya

Bandung,

SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung

•• 1„

10. Perkembangan Jumlah Siswa Baru SMA Bina

Taruna Bandung 123

11.

Pengembangan Biaya di SMA

Madya

Bandung,

SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung 142

12.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Madya Bandung,

dan SMA Bhakti Kalsum Berdasarkan Asal

SMP-nya 167

13.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Madya Bandung,

dan SMA Bhakti Kalsum Bandung Berdasarkan

(7)

14.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Bhakti Kalsum

Bandung yang Berasal dari Calon Siswa Baru

Tidak

Diterima di

SMA Negeri

Buahbatu

Bandung Menurut Asal

SMP

dan

Tempat

Tinggal ^

172

15.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Madya Bandung

dan SMA Bhakti Kalsum Bandung

Berdasarkan

Asal SMP dan Tempat Tinggal

16.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Bhakti

Kalsum

Berdasarkan Tempat Tinggal dan Pilihan SMA

Negerinya...

Y , 179

17.

Sumber Informasi yang Digunakan Siswa Baru

SMA Madya Bandung.

185

18"

?^b^ Inf°™*i Yang Digunakan Siswa Baru

bMA Bhakti Kalsum Bandung

187

1*?.

Rekapitulasi Pendaftar Pilihan Pertama

di

SMA Negeri Buahbatu Bandung

Tahun

Ajaran

1991/1992

_

194

20.

Rekapitulasi Siswa Baru SMA Madya Bandung,

dan SMA Bhakti Kalsum Bandung

Berdasarkan

Tempat Tinggal dan Posisinya Terhadap SMA

Bina Taruna

Bandung

204

21-

Penetapan Potensi Kuantitatif Calon

Siswa

Baru SMA Madya Bandung, SMA Bhakti

Kalsum

Bandung, dan SMA

Bina Taruna Bandung...

235

22.

Contoh Penetapan Potensi Kuantitatif Calon

Siswa Baru SMA Madya Bandung.

SMA

Bhakti

Kalsum

Bandung,

dan

SMA

Bina

Taruna

Bandung

236

(8)

DAFTAR QAMBAR

Judul

Halaman

1-

Kerangka Berfikir..

9

2"

Bhakti "Iff*1 fMA ^^ Bandun9'

Bhakti Kalsum Bandung,

di

SMA

Banduna.

Mne,Un^ dan SMA ^ina Taruna

16

5"

Sf.S*rate9i ^nerimaan Siswa Baru dalam

Administrasi Pendidik

an,

63

4.

Tahap-tahap Peneliti

an 79

5.

Proses Penelitian Kualitatif,

6-

Langkah-langkah Strategis dalam Pencr

tsiswa Baru Tahun Ajaran 1991/1992 di SMA

a ySMABrdUnT'SMA Bhakt± Kalsum Bandung?

dan SMA Bina Taruna Bandung

'

7-

Peta Asal SMP dan Jurusan Kendaraan Umum.. 106

B.

Peta Lokasi SMA Bhakti Kalsum Bandung

11±

?-

Peta Lokasi SMA Bina Taruna Bandung

113

10"

SMa" MaJaranRS^tegi Pene-im**n Siswa Baru

SMA Madya Bandung, SMA Bhakti

Kalsum

Bandung Berdasarkan tempat tinggal San

jurusan Kendaraan Umum..

135

1±m

?2lLLOn*^

SMA Madya Bandun°> SMA Bhakti

Dfllh^ h

9/dan S<A Bina T*™naBandung

Dilihat dari Jurusan Kendaraan Umum yang

melalumya ya,,y

* 143

12"

Bhl^tf *S,PandUo SMA Madya Ban^ng, SMA

landung^?.SUm Band"ng' dan SMA ^n* Taruna

1521

13"

Bhlkti £°f^

tmakti Kalsum Bandung

T*

MadYa B*nd"^ dan SMA

14.

Layout Brosur SMA Madya Band

80 erimaan

91

- 157

ung

"'

«TZLB:°*"r™ B!»k" *«»••»

b»-u„0

160

dan SMA Bina Taruna Band

ung,

16o

(9)

16.

Peta Tempat Tinggal Siswa Baru SMA Madya

Bandung

dan

SMA

Bhakti

Kalsum

Bandung

Dilihat dari Jurusan Kendaraan

Umum

yang

digunakan

171

17-

Peta

Tempat

Tinggal

Siswa

SMA

Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung Dilihat

dari Posisinya Terhadap SMA Madya Bandung,

SMABhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung

178

18.

Peta Tempat Tinggal Siswa Baru Bandung dan

SMA Bhakti Kalsum yang Berada di Sekitar SMA Bina Tauna Bandung Dilihat dari

Kendaraan Umum yang Digunakan 205

19.

Cara

Menentukan

Calon

Siswa

Baru

yang

Dijadikan

Sasaran

Strategi

Penerimaan

Siswa Baru ~~«

- 2o>l

20.

Cara Menentukan Pendaftar ke

SMA Negeri

Buahbatu Bandung yang

berpotensi

menjadi

Siswa Baru SMA Bhakti Kalsum Bandung

237

(10)

DAFTAR FORMULA

Nomor

Judul

Halaman

1-

Perhitungan Potensi Calon Siswa Baru dari

SMP Sasaran

23^

2.

Perhitungan Potensi Calon Siswa Baru yang

Mendaftar dari SMP Sasaran

233

3.

Perhitungan Rata-rata Potensi Calon Siswa

Baru dari SMP Sasaran

233 |

4.

Perhitungan Rata-rata Potensi Calon Siswa

Baru dari SMP Sasaran yang Mendaftar

234

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Keadaan Sekolah Menengah Umum Tingkat

Ata*

<<5ma>

,<•

Jawa Barat Selama Pelita V*'

,in9Kat A*as

(SMA)

di

Lulusan SMP (Sekolah

Menengah

Umum

Tingkat

Pertama) negeri dan swasta di Jawa Barat pada tahun

1986/1987 sebanyak 224.367

orang.

Seluruh

lulusan

tersebut baru dapat ditampung di SMA (Sekolah Menengah

Umum Tingkat Atas) negeri sebanyak 52.988 orang dan di

SMA swasta sebanyak 56.021 orang. Secara keseluruhan baru

tertampung 109.009 orang (487.). Hal ini berarti bahwa

target daya tampung nasional untuk SMA di Jawa Barat

sebanyak 547. belum dapat tercapai dan perlu peningkatan

67- lagi selama Pelita V, yang berarti peningkatan setiap

tahunnya rata-rata 1,27.. Untuk analisis selanjutnya di

bawah ini dicantumkan proyeksi lulusan SMP negeri dan

swasta selama Pelita V di Jawa Barat.

*)

(12)

TABEL 1

PROYEKSI LULUSAN SMP NEGERI DAN SWASTA SELAMA PELITA V

DI JAWA BARAT

Tahun Ajaran 1988/1989 1989/1990 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994 Jumlah Lulusan 258.885 262.161 264.783 267.430 271.047 272.806

Sumber: Bahan Usul/Masukan Repelita V,

Departemen Pen

didikan dan Kebudayaan

Kantor Wilayah Propinsi

Jawa Barat, 1988

Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah lulusan SMP yang harus

ditampung setiap tahun di SMA negeri dan swasta selama

Pelita V di Jawa Barat, sebagaimana tampak pada Tabel 2

berikut ini.

TABEL 2

m°^SM™^SAN SMP YANG HARUS DITAMPUNG SETIAP TAHUN

DI SMA NEGERI DAN SWASTA SELAMA PELITA V DI JAWA BARAT

Tahun Ajaran 1988/1989 1989/1990 1990/1991 1991/1992 1992/1993 1993/1994

Jumlah Lulusan yang

harus ditampung 124.264 128.983 133.450 137.993 143.112 147.315 Persen 48,0 49,2 50,4 51,6 52,8 54,0

Sumber: Bahan Usul/Masukan Repelita V,

Departemen Pen

didikan dan Kebudayaan

Kantor Wilayah Propinsi

Jawa Barat, 1988

[image:12.595.43.493.100.676.2]
(13)

maka

potensi

SMA-SMA swasta di

Jawa

Barat

untuk

berkembang cukup besar. Hal ini dilihat dari daya tampung

SMA negeri dan swasta, baik secara sendiri-sendiri.maupun

bersama-sama. Daya tampung selama Pelita V diperkirakan

tidak lebih dari 607.

pertahunnya.

2. Sumber Pembiayaan SMA Swasta

Potensi lulusan SMP merupakan

salah

satu

faktor

yang cukup penting bagi keberadaan SMA-SMA swasta, karena

berrkaitan

dengan

jumlah siswa

terdaftar dan

sumber

pembiayaan

sekolah

tersebut.

Jumlah siswa

terdaftar

merupakan perhatian utama dari penyelenggaraan SMA swasta

pada khususnya, dan perguruan swasta pada umumnya.

Hal

ini disebabkan oleh posisi sumber pembiayaan

dari

siswa

yang

terdiri

atas

SPP

(Sumbangan

Penyelenggaraan

Pendidikan), uang dana

pembangunan,

dan

uang

evaluasi

hasil belajar menempati pos

yang

terbesar

dari

sumber

dana yang ada. Kepastian sumber pembiayaan

akan

menjadi

jaminan

terselenggaranya

proses

belajar

yang

berkelanjutan

di

sekolah

yang

bersangkutan.

Di

lain

fihak,

terjaminnya

pelaksanaan

proses

belajar

akan

menjadi

unsur

utama

dalam

menumbuhkan

kepercayaan

masyarakat

terhadap

sekolah

swasta

tersebut,

dan

sekaligus akan menjamin kelangsungan hidupnya.

Posisi sumber pembiayaan di atas, mendorong

fihak

(14)

kegiatan-kegiatan strategis tertentu yang pada prinsipnya

bertujuan untuk

meningkatkan

jumlah siswa terdaftar,

sesuai dengan daya

tampung

yang

dimilikinya.

Walaupun

demikian, tidak pernah ada anggapan apa yang dilakukannya

merupakan strategi

untuk

menarik

siswa

baru,

apalagi

dengan menggunakan strategi

pemasaran.

Padahal

menurut

McCarthy (1983), "prinsip-prinsip umum

pemasaran dapat

diterapkan

langsung

kepada

organisasi-organisasi

nonlaba."

Sementara itu menurut McConkey

(1975:

1),

adanya keengganan organisasi non-bisnis atau sosial untuk

melakukan

strategi

pemasaran

disebabkan

karena

"misi

sosial

yang

mereka

emban

dianggap sedemikian

mulia,

sehingga akan merusak citra jika

melaksanakan

tindakan

demikian." Lebih jauh McConkey

(1975:

1)

menyatakan,

bahwa:

Organisasi nonbisnis juga harus memperoleh

"laba"

dengan beroperasi secara

lebih

efisien

dan

efektif

demi mencapai prioritas yang tepat. Keuntungan

mereka

mungkin diberi cap yang berbeda, namun motif laba

harus ada jika ingin menghindarkan pemborosan

ekonomi

dan sosial.

3.

Landasan Hukum Penyelenggaraan SMA Swasta

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 51,

dan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

29 Tahun

1990

tentang

Pendidikan Menengah

pasal

6 ayat

2,

pengelolaan

SMA

(15)

berbentuk

yayasan.

Pengelola

y xuxa

SMA swa=ta

omh swasta

;„<

mi umumnya

berbentuk yayasan pendidikan.

Pengelola SMA swasta, menurut PP No. 29 pasal 13

ayat 2 berkewajiban atas pengadaan, pendayagunaan dan

pengembangan

tenaga

kependidikan,

kurikulum,

buku

pelajaran, peralatan pendidikan, tanah dan gedung serta

pemeliharaannya. Di samping itu, menurut PP No. 29 pasal

28 dan 29 pengelola SMA swasta berkewajiban

untuk

membiayai sekolah yang diselenggarakannya yang meliputi

gaji untuk tenaga edukatif dan

administratif,

dan

pengadaan, pemeliharaan serta pengembangan sarana dan

prasarana pendidikan. Sumber pembiayaan,

menurut UUSPN

pasal 36 ayat 2 dan 3 berasal dari penyelenggara SMA

swasta yang bersangkutan, pemerintah; dan menurut PP No.

29 pasal 28 ayat 1 dapat pula bersumber dari masyarakat

terutama dunia usaha dan para dermawan.

Survey pendahuluan mengenai biaya di SMA Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna

Bandung menunjukkan bahwa sumber biaya terbesar berasal

dari modal sendiri, dan dari siswa. Modal sendiri muncul

ketika akan mengeluarkan

pembiayaan

modal

seperti

pendirian dan pengembangan gedung, tanah, dan inventaris

kantor. Modal sendiri ini kemudian dilokasikan dalam

jangka waktu tertentu, dalam hitungan tahun anggaran,

(16)

mulai terdaftar di sekolah tersebut dalam bentuk

iuran

uang dana pembangunan. Biaya yang diperoleh dari siswa,

dalam bentuk SPP (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan),

terutama sekali ditujukan untuk pembiayaan rutin seperti

gaji

untuk

tenaga

edukatif

dan

administratif,

pemeliharaan sarana dan prasarana,

pelaksanaan

evaluasi

hasil belajar, dan biaya operasional

lainnya seperti

pembelian alat tulis menulis dan perlengkapan

kantor.

Keikutsertaan siswa membayar biaya

pendidikan

yang

diikutinya merupakan salah satu implikasi dari tanggung

jawab

keluarga

atas

penyelenggaraan

pendidikan

sebagaimana diisyaratkan UUSPN pasal 25 ayat 1,

dan PP

No. 29 pasal 18 ayat

1.

B. Identifikasi Masalah

1. Rumusan Masalah

Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa

jumlah siswa

terdaftar akan berkaitan dengan sumber pembiayaan dalam

menyelenggarakan

SMA

swasta.

Posisi

demikian

mengakibatkan jumlah siswa terdaftar menjadi

salah

satu

aspek

yang sangat sentral

dalam penyelenggaraan SMA

swasta.

Berdasarkan

hal

tersebut,

timbul

suatu

permasalahan:

"Strategi apa yang

dilaksanakan

oieh SW»

swasta untuk menarik siswa baru?"

(17)

dilakukan oleh SMA swasta untuk menarik siswa baru, maka

permasalahan

tersebut

di

atas

dipecahkan

secara

eksploratoris

dengan

maksud

untuk

menggali

strategi-strategi yang dilakukan oleh mereka.

2. Variabel Penelitian

Survey pendahuluan di SMA Madya Bandung, SMA

Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna_Bandung

memperlihatkan adanya sejumlah strategi yang diterapkan

dalam penerimaan siswa baru. Strategi yang dilaksanakan

berupa strategi komponen layanan sekolah yang terdiri

atas program pendidikan, fasilitas yang dimiliki, status

akreditasi sekolah, kualitas lulusan dengan tolok ukur

Jumlah lulusan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi

Negeri, dan kualitas guru dengan tolok ukur kualifikasi

akademis guru dan status kepegawaiannya di

sekolah

tersebut; strategi biaya yang terdiri atas penetapan

biaya yang lebih rendah dari pada sekolah swasta lain,

dan cara pembayaran dengan mencicil; strategi lokasi yang

terdiri atas lokasi yang jauh dari keramaian,

dan

kemudahan untuk mencapai lokasi tersebut; dan strategi

promosi yang dimaksudkan untuk menginformasikan

hal-hal

yang menonjol yang dimiliki oleh sekolah. Strategi yang

dipilih oleh tiga sekolah tersebut di atas

berupa

strategi

yang

memiliki

kemampuan

untuk

memicu

(18)

8

pengembangan strategi yang dilakukan disesuaikan dengan

situasi yang mendukung ke arah itu.

Situasi yang dihadapi, baik intern maupun ekstern

dianalisis untuk menentukan mendukung tidaknya terhadap

keberhasilan penerimaan siswa baru.

Hasil

analisis

terhadap sejumlah situasi dipergunakan untuk menetapkan

calon siswa baru yang

dijadikan

sasaran

strategi

penerimaan siswa baru, komponen layanan sekolah, biaya,

lokasi, dan kegiatan promosi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat ditetapkan

sejumlah

variabel

penelitian.

Variabel

penelitian

tersebut terdiri atas variabel sasaran strategi, variabel

komponen layanan sekolah, variabel

biaya,

variabel

lokasi,

dan variabel

promosi.

Variabel-variabel

ini

dikategorikan ke dalam variabel intern

yang

dapat

dikendalikan oleh sekolah. Di samping hal

tersebut di

atas, terdapat variabel-variabel ekstern yang tidak dapat

dikendalikan oleh sekolah.

Variabel-variabel

ini

harus

tetap dipantau dan dianalisis untuk diantisipasi

lebih

lanjut dalam pengembangan strategi penerimaan siswa baru.

Variabel-variabel tersebut terdiri atas daya tampung SMA

negeri dan SMA swasta lainnya yang menjadi "saingan",

jumlah peserta EBTA/EBTANAS di SMP yang menjadi sasaran

strategi, perubahan demografik yang menyangkut potensi

(19)

yang menyangkut cara pandang orang tua atau keluarga dan

masyarakat terhadap SMA; dan kebijakan

pemerintah dalam

bidang pendidikan. Berdasarkan hal tersebut di atas,

efektivitas strategi

penerimaan

siswa

baru

dalam

menjaring siswa

baru,

dipengaruhi

oleh

kemampuan

pengelola sekolah dalam mengantisipasi

variabel-variabel

tak terkendali.

Selanjutnya,

hal

tersebut di atas digambarkan

dalam suatu kerangka pemikiran di bawah ini.

GAMBAR 1

KERANGKA BERFIKIR

feed back

Variabel-variabel

Intern

Strategi Penerimaan

Siswa Baru

Variabel-variabel Ekstern

feed back

Calon Siswa Baru yang

Menjadi Sasaran Strategi

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan variabel-variabel penelitian di

atas,

[image:19.595.65.509.77.628.2]
(20)

10

seju.lah pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian

tersebut „enyan9kut analisis situasi, tujuan ps?neriniaan

5l5"a barU' "l0n "S"a «»™ /-a dijadikan sasaran

strategi, kcponen layanan sf>kolah ^ ditawarkanj ^^

yang dibebankan kepad, siswa, lokasi

sekclah,

dan

kegiatan

promosi.

Berikuf

r,^*.

eerikut

pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang dipergunakan dalam penelitian.

1-

Situasi apa, baik situasi in±ern msupun ekstern

y*ng dianalisis untuk kepentingan pengembangan strategi

penerimaan siswa baru tahun ajaran 1991/1992 di SMA Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna

Bandung?

2.

Apa yang menjadi tujuan penerimaan siswa baru

tanun ajaran 1991/1992 di SMA Madya Bandung, SMA Bnakti

Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung?

3.

Bagaimana cara SMA Madya Bandung,

SMA Bhakti

Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung menetapkan

calon siswa bsru ysng

aAfa„

diJadi^n

safiaran penerifl>aan

siswa baru tahun ajaran 1991/1992?

4.

Komponen layanan sekolah

apa

saja

ysng

dijadikan pemicu keberhasilan strategi penerimaan siswa

baru tahun ajaran 1991/1992 di SMA Madya Bandung, SMA

Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung?

5.

Biaya apa dan berapa besarnya yang dibebankan

(21)

11

Bandung, dan SMA

Bina

Taruna

Bandung

pada

penerimaan

siswa

baru tahun ajaran 1991/1992?

6.

Pertimbangan apa yang digunakan oleh SMA Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA

Bina

Taruna

Bandung dalam menetapkan lokasi sekolah?

7.

Kegiatan promosi

apa

dilakukan SMA

Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA

Bina

Taruna

Bandung dalam strategi penerimaan siswa baru tahun ajaran

1991 /1992"?

C. Pentingnya Masalah

Pentingnya

penelitian

mengenai

permasalahan

strategi penerimaan siswa baru di SMA swasta, erat

kaitannya dengan hakikat manusia sebagai subyek dalam

menghadapi realitas kehidupan, dan pendidikan sebagai

salah satu upaya mempersiapkan manusia untuk memiliki

daya dan kemampuan untuk itu.

Menurut Drijarkara (1990: 10),

^,^r,Sia ment9alami diri da" barang-barang:

sebagai

subyek

Subyek,

artinya;

berdiri

sendiri,

ambil

tempat (posisi) dan sikap, Jadi: menghadapi. Yang

dihadapi: din sendiri dan realitas. Dia menghadapi

Jadi punya

daya,

punya

kemampuan

yang menyebabkan dia

DISS ltlii

Sementara

itu

menurut

Sastrapratedja

(Dick

Hartoko, 1990: 15) dalam menghadapi realitas,

"manusia

selalu memiliki

model kogmtif

tentang kenyataan,

yang

menyebabkan apa bentuk kemanusiaan yang dipilihnya, untuk

(22)

berharga". Dengan demikian, ditemukan berbagai macam

Utopia: masa depan macam apakah yang dikehendaki? Disini

kita mendapatkan arti dari segala macam mitos:

"memberi

makna dan orientasi pada hidup." (Sastrapratedja dalam

Dick Hartoko, 1990: 15)

Berdasarkan hal tersebut di atas,

manusia adalah

makhluk badani, dan sebagai makhluk badani dia harus

menjalankan hidupnya di dunia ini. Menurut Drijarkara

(1990: 19), manusia harus bersikap, bertindak dan bekerja

untuk mengolah dunianya, "semua ini hanya mungkin berkat

badannya (= bentuk konkrit dari kebadanian)". Drijarkara

(1990: 19) menambahkan, bahwa

badan manusia itu semula tak berdaya, sehingqa

seluruh manusia tak berdaya karenanaya. Daya-daya dan

kemampuan-kemampuan insani hanya tumbuh lambat laun:

dengan dan dalam pertumbuhan badan. Anak kecil

belum

£™ ber*lkir> ka™a otaknya belum berkembang. Dan

manuka U'

^'^ bel"m biSa berti™^ sebagai

Berdasarkan uraian tersebut

di

atas,

untuk

mengembangkan daya-daya dan

kemampuan-kemapuan

insani

diperlukan pendidikan. Drijarkara (1990: 19) berpendapat

bahwa

"mendidik

selalu

berarti

mendidik

badan'

(sebetulnya bukan hanya badan, tetapi badan sebagai

bentuk konkrit dari kemanusiaan)".

Mengenai

pendidikan,

Ki

Hadjar

Dewantoro

(Hardjono, 1951: 41) mengungkapkan, bahwa "pendidikan,

(23)

(instinct), dalam hidup manusia Jang beradab bersifat

usaha kebudajaan". Ki Hadjar Dewantoro menunjukkan bahwa

pendidikan

yang

berlaku

"instinct"

itu,

berupa

pemeliharaan terhadap kanak-kanak, serta latihan-latihan

tingkah laku agar anak-anak itu kelak sanggup dan mampu

melaksanakan segala apa yang perlu untuk hidup dan

penghidupannja. sedangkan

pendidikan

sebagai

usaha

kebudayaan bermaksud memberi tuntutan di dalam hidup

bertumbuhnja tubuh dan jiwa kanak-kanak, agar kelak dalam

garis-garis kodrat -pribadinya dan

pengaruh

segala

keadaan yang mengelilingi dirinya- kanak-kanak dapat

kemajuan dalam hidupnya lahir dan batin, menuju kearah

adab—kemanusiaan.

Dengan demikian, menurut Ki Hadjar

Dewantoro

(Hardjono, 1951: 11), pendidikan merupakan

salah

satu

usaha

untuk

membaikkan

segala

mlai-nilai kebatinan, yang ada pada hidupnya rakyat

yang berkebudayaan, kepada tiap-tiap turunan blru

cultuur

overdracht),

tidak

hanya

berupa

memadjukan" serta "memperkembangkan" kebudayaan,

menudju ke arah keluhuran hidup manusia.

Menurut Mardiatmaja (Dick Hartoko,

1990: 33),

"pendidikan itu bersendikan pendidikan nilai; sedangkan

pendidikan nilai bertumpu pada pandangan dasar seseorang

terhadap

alam,

sesama

manusia,

dan

Tuhannya".

Selanjutnya

Mardiatmaja

(Die

Hartoko,

1990:

35)

(24)

14

ada

tiga

segi

yang

perlu

diusahakan

dalam

pendidikan,

yaitu

segi

konyitif,

afektif,

dan

konativ, masing-masing agar budi peserta didik

lebih

berkembang,

agar sikap

hatinya

semakin

tumbuh

seimbang dan agar kehendak berikut tingkah lakunya

menjadi

kian

baik.

Bila

begitu,

maka

tujuan

pendidikan

bukanlah

pertama-tama

pengalihan

pengetahuan, melainkan membantu

agar

peserta

didik

mampu

mengembangkan

potensi-potensinya

untuk

tahu

lebih banyak dan

belajar

terus

dalam

arti

seluas

mungkin.

Sementara Drijarkara

(Dick Hartoko,

1990:

36)

mengartikan pendidikan sebagai pemanusiaan manusia

muda.

Dengan demikian, pendidikan harus membantu agar seorang

secara tahu dan mau bertindak sebagai manusia

dan

bukan

hanya secara instinktif saja.

Pemanusiaan manusia muda melalui pendidikan formal

melibatkan

aspek-aspek

manusia,

sumber

belajar

atau

kurikulum, dan fasilitas. Keberhasilan proses pemanusiaan

manusia muda bergantung

pada cara-cara yang ditempuh

dalam penataan aspek-aspek tersebut di atas.

Salah satu

cara

untuk

mencapai

hal

tersebut

dilakukan

melalui

administrasi

pendidikan.

Administrasi

pendidikan

berfungsi

untuk

merencanakan,

mengorganisasikan,

menggerakkan,

dan

mengendalikan

sumberdaya

manusia,

sumber belajar dan fasilitas pendidikan guna melayani dan

memberi

kemudahan

bagi

peserta didik dalam mencapai

tujuan pendidikannya.

(25)

15

layanan pendidikan, baik fisik maupun akademik oleh

sekolah swasta. Dengan terdaoatnya strategi penerimaan

siswa baru, maka calon peserta didik atau calon siswa

baru yang menjadi sasaran strategi memiliki sejumlah

alternatif layanan pendidikan yang

ditawarkan

oleh

sekolah-sekolah swasta. Dengan demikian, peserta didik

atau calon peserta didik dapat memilih alternatif yang

menurutnya terbaik atau berkualitas untuk melaksanakan

proses

pendidikannya

guna

menghadapi

realitas

kehidupannya kelak.

Berdasarkan uraian di atas, pentingnya penelitian

menganai strategi penerimaan siswa baru terletak pada

munculnya "kompetisi sosial" di antara sekolah-sekolah

swasta. Sumber daya yang bersaing harus dibentuk untuk

mengadakan layanan pendidikan yang berkualitas. Dengan

demikian, setiap sekolah swasta bersaing satu sama lain

untuk memberikan layanan pendidikan terbaik.

Sebab,

peserta didik harus disediakan berbagai pilihan.

D. Objek Penelitian

SMA swasta yang menjadi objek penelitian terdiri

atas SMA Madya Bandung di Jl. Sekelimus Utara Bandung,

SMA Bhakti Kalsum Bandung di Jl. Komplek Baturaden

Ciwastra Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung yang

beralamat di Jl. Ciganitri Buahbatu Kabupaten Bandung.

(26)

•re-ILSUM BANDUNG.

SMA MADYA

SMA BHAKTI KALSUM

SMAN BUAHBATU

SMPN 1 BUAHBATU

SMA BINA TARUNA

(27)

17

Survey pendahuluan di SMA Madya Bandung dan SMA

Bhakti Kalsum Bandung menunjukkan bahwa sember pembiayaan

dari siswa sebesar 707., dan di SMA Bina Taruna Bandung

sebesar 757. dari seluruh jumlah penerimaan. Biaya rutin

dan operasional seperti gaji untuk tenaga edukatif dan

administratif di tiga SMA tersebut mengandalkan sumber

dari siswa. Berikut sebagian kutipan dari RAPBS (Rencana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) tahun ajaran

1990/1991 di tiga sekolah tersebut di atas.

TABEL 3

PERBANDINGAN SEBAGIAN RAPBS 1990/1991 DI

*MA

maova

BANDUNG, SMA BHAKTI KALSUM BANDUNG^DAN sSa BINA TArSnT

BANDUNG

(dalam ribuan rupiah)

I tern

Sekolah

SMA Madya SMA Bhak

ti Kalsum

SMA Bina Taruna

Penerimaan dari Siswa:

1. SPP

2. Uang Pendaftaran

3. Uang Dana Pembangunan

4. Uang Tes Sumatif

Jumlah Penerimaan 26.244 315 2.205 3.645 35.496 415 6.225 4.872 4.694 25 125 560

32.409 47.008 5.404

Pengeluaran Rutin untuk

Biaya Gaji Guru dan Tena

ga Administratif 16.362 17.965

4.816

Prosentase Pengeluaran

Rutin untuk Gaji terhadap

1. Seluruh Penerimaan 2. Penerimaan dari SPP

. _: 50.497. 62.007. 37.967. 50.337. 89.117. 102.607.

[image:27.595.56.517.61.710.2]
(28)

18

Keadaan di

atas,

menempatkan

jumlah

siswa

terdaftar pada posisi kunci dari sumber pembiayaan. Oleh

karena itu, pemikiran mengenai penerimaan siswa baru

menjadi

salah

satu

prioritas

dalam

pengelolaan

pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ketiga SMA

tersebut melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk dapat

menarik siswa baru secara maksimal

untuk

memenuhi

kapasitas daya tampungnya. Tindakan-tindakan tersebut

dilakukan pada pengembangan kegiatan kurikuler, ekstra

kurikuler, dan promosi pada saat penerimaan siswa baru.

Tindakan yang menyangkut pengembangan kegiatan

kurikuler dan ekstrakurikuler di ketiga SMA tersebut ada

beberapa perbedaan. Pengembangan kegiatan kurikuler di

SMA Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA

Bina Taruna Bandung dilakukan melalui pendalaman materi

menjelang

EBTA/EBTANAS

untuk

mata-mata

pelajaran

tertentu.

Di

samping

itu

SMA

Madya

Bandung

menyelenggarkan pelajaran Agama Islam di

luar kurikulum

pelajaran Agama Islam yang berlaku, dan SMA Bina Taruna

Bandung memberikan mata pelajaran keterampilan Akuntasi

pada mata pelajaran Keterampilan

pada

jurusan

A2

(biologi). Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler di SMA

Madya Bandung berkaitan dengan pendidikan agama Islam,

(29)

19

Paket Keterampilan Komputer; dan SMA Bina Taruna Bandung

mengembangkan kegiatan olah raga. Tindakan yang dapat

dikategorikan ke dalam kegiatan promosi di ketiga SMA

tersebut menggunakan bentuk yang hampir sama seperti

menggunakan spanduk, menyebarkan brosur ke SMP-SMP di

sekitarnya, dan

menawarkan

keringanan

biaya yang

dibebankan pada saat pendaftaran kepada calon siswa yang

berasal dari SMP di bawah yayasan masing-masing.

Ketiga sekolah tersebut berdiri pada tahun yang

hampir bersamaan, dengan lokasi yang relatif berdekatan,

dan SMP sasaran saling bersinggungan. Perkembangan jumlah

siswa sejak masing-masing SMA berdiri tampak di bawah

ini.

TABEL 4

PSMAKEBHAKTrKAr?«^LISWA TERDAF™R DI SMA MADYA BANDUNG,

SMA BHAKTI KALSUM BANDUNG, DAN SMA BINA TARUNA BANDUNG

Tahun Ajaran 1983/1984 1984/1985 1985/1986 1986/1987 1987/1988 1988/1989 1989/1990 1990/1991 SMA Madya 95 121 100 80 63

Sumber: Didah dari Papan Kohort SMA Madya Bandung, SMA

Bhakti

Kalsum Bandung,

dan

SMA Bina

Taruna

Bandung

Dilihat dari perkembangan siswa,

tampak sekolah

[image:29.595.55.505.86.713.2]
(30)

20

yang berdiri belakangan memperoleh siswa lebih banyak

dari pada sekolah yang berdiri lebih dahulu.

Ketika SMA

Bhakti Kalsum Bandung berdiri, dia memperoleh siswa lebih

banyak dari pada SMA Bina Taruna Bandung yang memperoleh

siswa lebih sedikit dibandingkan tahun ajaran sebelumnya.

Demikian pula halnya dengan kondisi jumlah siswa SMA

Bhakti Kalsum Bandung ketika SMA Madya Bandung Berdiri.

Akhirnya, SMA Bina Taruna Bandung sampai pada jumlah

siswa baru yang cukup riskan dalam suatu penyelenggaraan

sekolah, karena akan dihadapkan pada ketidakefisienan

penyelenggaraan pendidikannya. Dua SMA swasta lainnya,

mengalami pula penurunan jumlah siswa baru yang cukup

berarti. Secara keseluruhan,

tiga sekolah tersebut di

atas mengalami penurunan jumlah siswa mulai tahun ajaran

1989/1990.

Berdasarkan

survey

pendahuluan,

diperkirakan

penurunan jumlah siswa tersebut disebabkan

berbagai

faktor. Faktor-faktor tersebut terdiri atas:

adanya

penambahan kapasitas daya

tampung

SMA Negeri

Buahbatu

Bandung sebanyak dua kelas pada tahun-tahun

ajaran

terakhir, lokasi SMA swasta yang berdekatan,

kegiatan

promosi yang ditempuh, dan pengembangan wilayah kotamadya

(31)

21

diberikan oleh tiga sekolah tersebut di atas.

Penambahan kapasitas daya tampung SMA

Negeri

Buahbatu Bandung mengakibatkan calon siswa baru lebih

banyak terserap ke sekolah ini, karena cenderung ada

amggapan dari calon siswa baru atau orang tuanya bahwa

sekolah negeri lebih berkualitas dibandingkan dengan

sekolah swasta.

Masalah biaya tidak terlalu menjadi

alasan, sebab besarnya biaya yang harus dibayar selama

mengikuti pendidikan di SMA Negeri Buahbatu Bandung

relatif tidak jauh berbeda dibandingkan dengan tiga

sekolah tersebut di atas. Sejumlah kasus ditunjukan oleh

sekolah-sekolah swasta "favorit", di mana daya tampung

sekolah telah terpenuhi sebelum pengumuman penerimaan

siswa baru di SMA negeri diumumkan.

Lokasi

tiga

sekolah

tersebut

yang

saling

berdekatan, mengakibatkan jumlah calon siswa baru terbagi

diantara ketiganya. Hal tersebut, diperkirakan disebabkan

oleh meratanya kualitas sekolah tersebut, yang apabila

dibandingkan dengan sekolah swasta favorit atau sekolah

negeri dapat dikategorikan biasa-biasa saja.

Kegiatan promosi yang ditempuh oleh tiga sekolah

tersebut pada tahun ajaran 1989/1990 dan tahun ajaran

1990/1991 dilakukan

terbatas,

sehingga

menyebabkan

(32)

22

kalau sekolah tersebut sudah punya "nama" dalam arti

berkualitas, informasi akan beredar dengan sendirinya.

Pengembangan

wilayah

kotamadya

Bandung

dan

perubahan rayonisasi sekolah, mengakibatkan SMA Madya

Bandung dan SMA Bhakti Kalsum Bandung harus "bersaing"

dengan sekolah-sekolah di kotamadya Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung "kehilangan" sumber calon siswa_baru yang

dulunya berada di wilayah kabupaten Bandung. Di samping

hal tersebt di atas, ada kecenderungan dari calon siswa

baru, yang beranggapan bahwa sekolah di kotamadya Bandung

lebih berkualitas daripada di kabupaten Bandung.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh

suatu deskripsi

tentang

penerapan strategi

pemasaran

dalam penerimaan siswa baru di SMA swasta, yang

kemudian

dianalisis guna memperoleh suatu kesimpulan,

sehingga

ditemukan maknanya dalam konteks administrasi pendidikan.

Penelitian ini

diharapkan

pula

dapat

menemukan

suatu strategi penerimaan siswa baru yang efektif, sesuai

dengan

potensi

yang

dimiliki

masing-masing

sekolah

swasta.

Efektivitas

suatu

strategi

akan

menentukan

kemampuan sekolah swasta dalam

menghimpun

jumlah

siswa

terdaftar. Jumlah siswa yang dimiliki

merupakan

jaminan

(33)

satu sumber pembiayaan yang paling utama. Di samping itu,

dari penelitian ini diharapkan

dapat

mengungkapkan

mengenai pentingnya anilisis startegi pada saat pendirian

suatu sekolah seperti analisis potensi input siswa, yaitu

lulusan sekolah pada jenjang yang

lebih rendah dan

wilayah layanan sekolah. Tanpa ini semua, penyelenggaraan

sekolah menjadi tidak efisien karena fasilitas yang ada

tidak termanfaatkan sebagai akibat dari jumlah siswa

terdaftar di

bawah

kapasitas

daya

tampung

yang

dimilikinya.

Di samping itu,

investasi

yang

telah

ditanamkan penyelenggara sekolah

akan

sulit,

atau

setidaknya relatif lama, untuk dapat kembali.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Ilmiah

Hasil

penelitian

ini

akan

bermanfaat

untuk

mengembangkan wawasan tentang administrasi pendidikan,

khususnya dalam penyelenggaraan sekolah swasta.

Di

mana

pada umumnya,

penyelenggaraan

sekolah-sekolah

swasta

berhubungan dengan jumlah siswa yang

terdaftar.

Jumlah

siswa yang terdaftar akan

berkaitan

dengan

salah satu

sumber pembiayaan.

Di samping itu, pemahaman dan pemaknaan strategi

(34)

24

konsep dalam pengembangan dan

peningkatan

kualitas

penyelenggaraan pendidikan. Pengembangan dan pelaksanaan

strategi penerimaan siswa baru pada

akhirnya

akan

menuntut peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan.

2. Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini dikaji tentang strategi

penerimaan siswa baru di SMA yang diselenggarakaTT oleh

swasta, sehingga

hasilnya

dapat

bermanfaat

dalam

menyempurnakan sistem perencanaan pendidikan

tingkat

mikro yaitu untuk membantu penyelenggara

pendidikan

swasta dalam menentukan program pendidikan, besarnya

biaya yang dibebankan kepada siswa, lokasi sekolah, dan

kegiatan promosi sesuai dengan potensi kuantitatif calon

siswa baru yang diberikan oleh SMP-SMP di wilayahnya.

Secara keseluruhan, penelitian ini berguna bagi

pejabat yang berwenang dalam menetapkan perlu tidaknya

suatu sekolah swasta,

khususnya SMA swasta diizinkan

berdiri

di

suatu

tempat.

Hal

tersebut

dengan

mempertimbangkan

kejenuhan

suatu

daerah

terhadap

kebutuhan suatu jenis sekolah.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan tesis ini dibagi

ke dalam lima bab

berikut ini.

Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi

mengenai

latar

(35)

25

pertanyaan penelitian,

tujuan

penelitian,

kegunaan

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi mengenai

teori dan konsep yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan.

Bab 3 Prosedur Penelitian.

Bab ini

membahas

mengenai prosedur yang ditempuh daTam penelitian yang

meliputi metode penelitian yang digunakan,

sumber data

penelitian, tahap-tahap penelitian, alat pengumpul data,

dan teknik analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini

berisi mengenai deskripsi, analisis dan evaluasi terhadap

hasil penelitian.

Bab 5 Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.

Bab

ini berisi mengenai kesimpulan dan implikasi

hasil

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian yang Digunakan

Penelitian tentang strategi penerimaan siswa

baru

di SMA swasta ini menggunakan metode kualitatif.

Hakekat

dari metode ini adalah "mengamati orang dalam lingkungan

hidupnya, berinteraksi dengan mereka,

berusaha memahami

bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya."

(Nasution,

1988:

5). Dengan metode ini,

penelitian

dilakukan dalam situasi wajar atau dalam

natural

setting

dan bersifat induktif.

Metode penelitian kualitatif ini

digunakan

untuk

memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang strategi

penerimaan siswa baru di SMA Madya

Bandung,

SMA Bhakti

Kalsum Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung

di

mana

peristiwa dipandang

secara

keseluruhan dalam konteksnya

dan mencoba

memperoleh

pemahaman

yang

holistik

untuk

memahami

maknanya.

Selanjutnya,

hasil

penelitian

dianalisis

dan

dievaluasi

dengan

menggunakan

konsep-konsep administrasi

pendidikan

dan

strategi

pemasaran

kemudian

disimpulkan,

sehingga

secara

spekulatif diperoleh suatu pola strategi

yang

digunakan

dan dianggap efektif oleh tiga SMA tersebut.

Penelitian

dengan

metode

kualitatif

ini

akan

(37)

75

menghasilkan suatu generalisasi dalam arti

yang

berbeda

dengan generalisasi pada

hasil

penelitian

kuantitatif.

Generalisasi

dalam

penelitian

kuantitatif

berarti

menemukan prinsip-prinsip yang berlaku

secara

universal

dan dapat mencakup semua

kasus,

sedangkan

generalisasi

dalam

penelitian

kualitatif

berarti,

"apakah

hasil

penelitian yang

diperoleh

berdasarkan

studi

mendalam

mengenai sampel yang sangat terbatas dapat

diaplikasikan

atau

berlaku

dalam

situasi

di

luar

kasus

yang

diselidiki." (Nasution, 1988:15).

B. Responden

Berdasarkan permasalahan, yang dijadikan responden

dalam penelitian strategi penerimaan siswa baru di SMA

Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung,

dan

SMA

Bina

Taruna Bandung terdiri atas calon siswa baru

atau

orang

tuanya yang mendaftar pada saat

penerimaan

siswa

baru,

siswa baru, siswa kelas dua

dan

tiga,

kepala

sekolah,

guru,

dan

panitia

penerimaan

siswa

baru.

Responden

penelitian tersebut dipilih secara purposif atau dipilih

menurut tujuan pemecahan masalah. Jumlah

yang

dijadikan

responden bertambah sesuai dengan keperluan dan untuk

kepentingan

triangulasi,

baik

ditetapkan

oleh

peneliti

(38)

76

C Tahap-tahap Penelitian

Penelitian tentang strategi penerimaan siswa

baru

di SMA Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan

SMA

Bina Taruna Bandung menggunakan tahap-tahap yang diadopsi

dari tahap-tahap penelitian kualitatif menurut Bogdan dan

Biklen. Menurut Bogdan dan Biklen

(Nasution,

1988;

33-34), tahap-tahap

penelitian

kualitatif

dibedakan

atas

tiga fase, yang tidak mempunyai batas yang

tegas,

yaitu

tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap

member chek.

Tahap orientasi.

Tahap

orientasi

di

SMA Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung dan

SMA

Bina

Taruna

Bandung dilakukan untuk mengetahui

apa

sebenarnya

yang

harus dicari, karena belum

nyata

benar

apa

yang

akan

dipilih sebagai fokus penelitian, meskipun gambaran

umum

mengenai apa yang akan diteliti sudah dipunyai.

Sebagai

pedoman,

digunakan

rurausan

masalah sebagai

berikut:

Aspek-aspek

apa

yang

dianggap

strategis

dalam

pengembangan strategi penerimaan siswa baru, dan strategi

apa yang digunakan dalam penerimaan siswa

baru

di

tiga

sekolah tersebut?

Alat

pengumpul

data

yang

digunakan

terdiri atas dokumen RAPBS (Rencana

Anggaran

Pendapatan

dan Belanja Sekolah) tahun 1990/1991

dan

Papan

Kohort;

wawancara dengan kepala sekolah, guru, dan siswa kelas dua dan tiga; dan observasi terhadap lokasi dan situasi

(39)

77

SMA

Bina

Taruna

Bandung.

Data

yang

diperoleh

dari

dokumen, wawancara, dan hasil observasi dianalisis dan

ditemukan hal-hal

yang

dapat

dijadikan

sebagai

fokus

penelitian yaitu penetapan

sasaran

strategi

penerimaan

siswa

baru,

komponen

layanan

sekolah,

biaya

yang

dibebankan kepada siswa, kegiatan promosi, dan lokasi

sekolah.

Tahap eksplorasi. Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pengumpulan data dari responden berkenaan dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan fokus penelitian. Informasi digali secara lebih terstruktur dan mendalam mengenai aspek-aspek yang menonjol dan penting yang diperoleh berdasarkan informasi pada tahap orientasi.

Permasalahan yang digunakan

sebagai

pedoman

menyangkut

pengembangan sasaran strategi, komponen layanan sekolah,

biaya yang dibebankan kepada siswa, dan lokasi sekolah

dalam strategi penerimaan siswa baru di SMA Madya

Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina Taruna

Bandung. Alat pengumpul data yang digunakan terdiri atas

dokumen RAPBS (Rencana Anggaran Pendapat dan Belanja

Sekolah) tahun 1991/1992, Buku Penerimaan Siswa Baru tahun 1991/1992, dan Data Kepegawaian; observasi terhadap

lokasi sekolah, pelaksanaan penerimaan siswa baru, tempat

pemasangan media advertensi spanduk dan poster,

(40)

78

publisitas; wawancara mengenai strategi-strategi yang

digunakan dalam penerimaan siswa baru dengan kepala

sekolah dan panitia penerimaan siswa baru, dan

wawancara

mengenai alasan memasuki sekolah yang bersangkutan dengan

calon siswa baru atau orang tuanya yang mendaftar pada

saat penerimaan siswa baru;

dan

angket

yang

diedarkan

kepada siswa baru dengan maksud untuk mengecek

kebenaran

data, dan memperoleh data yang

bersifat

spesifik.

Data

yang diperoleh dianalisis melalui langkah-langkah reduksi

data, display data, dan verifikasi.

Tahap member chek.

Tahap

member

chek

dilakukan

untuk

mengkonfirmasikan

kesesuaian

hasil

pengumpulan

data, yang disusun ke dalam

laporan sementara,

kepada

masing-masing responden yang menjadi

sumber.

Kekeliruan

yang terjadi dikoreksi, dan apabila

ada

informasi

atau

penjelasan

baru

ditambahkan

pada

hasil

penelitian

tersebut dan bila perlu dapat dicari data baru.

Tahap

member check

ini dilakukan selama penelitian berlangsung,

sehingga data yang diperoleh sesuai dengan informasi yang

diberikan

responden.

Data

yang

diperoleh

kemudian

dianalisis melalui tahap reduksi data, display data,

dan

verifikasi.

Tahap

terakhir

yaitu

merumuskan

kesimpulan-kesimpulan dan penyusunan laporan penelitian.

Tahap

penelitian

mengenai

strategi

penerimaan

(41)

79

Bandung, dan SMA Bina Taruna Bandung di atas digambarkan

di bawah ini.

Tahap Orientasi

Dokumen

Tahap Eksplorasi

GAMBAR 4

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Perumusan Masalah

Wawancara

Pemilihan Fokus

dan Penyusunan Disain

Perumusan Masalah

Observasi

Dokumen Observasi Angket

Terbuka

Wawancara Pemilihan Fokus dan

Perumusan Masalah

Reduksi data, display data,

dan verifikasi

Tahap Member Check

Laporan Sementara < >

Teori

Responden

Revisi-revisi «—• Teori

Kesimpulan

[image:41.595.69.507.178.733.2]
(42)

80

Tahap yang ditempuh dalam penelitian

tersebut di

atas, sebenarnya tidak dapat secara tegas dipisahkan,

karena "disain penelitian kualitatif

bersifat sirkuler"

(Nasution, 1988: 27), sehingga apabila digambarkan dalam

bentuk proses penelitian kualitatif tampak pada gambar di

bawah ini.

GAMBAR 5

PROSES PENELITIAN KUALITATIF Mengumpulkan Data Analisis Data

Permasalahan

T

Laporan Berdasarkan Catatan dan Ingatan

Verifikasi Data

D. Alat Pengumpul Data

Menurut Nasution (1988: 34):

Instrumen penelitian

yang

utama

ialah

peneliti

sendiri. Namun setelah penelitian

berlangsung

selama

waktu tertentu, diperoleh fokus yang lebih jelas, maka

ada kemungkinan untuk mengadakan angket dan

wawancara

yang lebih

berstruktur untuk

memperoleh data

yang

lebih spesifik. Angket yang

lebih

berstruktur dapat

pula digunakan untuk

mengecek

kebenaran

data,

asal

saja sudah grounded.

Berdasarkan hal tersebut di atas,

alat

pengumpul

data

yang

digunakan

terdiri

atas

peneliti

sendiri

(participant

observation),

wawancara,

dan angket.

Di

[image:42.595.59.483.267.712.2]
(43)

81

dokumen sebagai alat pengumpul data lainnya.

Peneliti sebagai

alat

pengumpul

data

ditujukan

untuk mempelajari organisasi sosial, mulai dari

kelompok

kecil sampai kelompok besar

(Krudder,

1981).

Alat

ini

ditujukan untuk memperoleh gambaran prilaku manusia dalam

kehidupan

yang

sebenarnya melalui

observasi.

Menurut

Krudder (1981),

observasi dilakukan melalui

langkah

pemilihan perilaku yang akan diobservasi, memilih

setting

yang tepat berdasarkan pertimbangan teoritis dan praktis,

dan memilih

alat

pencatat

hasil

observasi.

Pemilihan

perilaku yang

akan diobservasi disusun dalam

pedoman

observasi yang berkembang sesuai dengan

data

yang

terkumpul. Apabila muncul suatu

situasi

di

mana

tidak

mungkin

atau

tidak

praktis untuk

mengumpulkan

data

melalui observasi,

maka digunakan

angket

terbuka dan

wawancara.

Angket

terbuka

birisi

pertanyaan

terbuka

secara tertulis yang dijawab secara tertulis

pula,

sedangkan wawancara pada prinsipnya sama dengan

angket

terbuka,. hanya ada satu kelebihan yaitu adanya kesempatan

untuk berkomunikasi secara langsung,

sehingga meliput

situasi yang terjadi pada

saat

itu.

Selain

itu

untuk

memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai

pokok

penelitian

dan

bahan

triangulasi

digunakan

dokumen.

Menurut Nasution

(1988:

87)

"banyak

yang

dapat

(44)

s:

tersirat." Sementara itu menurut Krudder (1981), studi

dokumen disebut pula concent

analysis

yang

membuat

kesimpulan secara sistematis dan objektif

terhadap

informasi yang ada.

Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian strategi penerimaan siswa baru di SMA

Madya Bandung, SMA Bhakti Kalsum Bandung, dan SMA Bina

Taruna Bandung terdiri atas dokumen-dokumen yang meliputi

RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah)

tahun 1990/1991 dan 1991/1992, Buku Induk Siswa, Buku

Penerimaan Siswa Baru tahun 1991/1992, Papan Kohort, dan

Data Kepegawaian; pedoman wawancara untuk kepala sekolah,

guru, calon siswa baru atau orang tuanya yang mendaftar

pada penerimaan siswa baru, dan panitia penerimaan siswa

baru; pedoman observasi untuk kegiatan penerimaan siswa

baru dan penggunaan media advertensi; dan angket terbuka

untuk siswa yang dimaksudkan untuk memperoleh

data

spesifik tentang efektivitasy ""vitas ^i-r-^i-^,,;strategi penerimaan siswa

baru yang dikembangkan.

(45)

TABEL 5

KISI-KISI ALAT PENGUMPUL DATA

Variabel

Penelitian

Penetapan

s a s a r a n

strategi

Data yang Akan

Dikumpulkan 1. Calon siswa

baru yang di

jadikan

sasa-saran strategi

Sumber Data

Kepala SMA s w a s t a

Alat Pengumpul

Data Pedoman Wawan

c a r a

Nomor Item

Pd Instrumen

Komponen layanan

sekolah

2. Realisasi sa saran strategi

penerimaan

siswa baru

1. Penetapan kom

ponen layanan

sekolah

2. Komponen la yanan sekolah yang menjadi pemicu keber-hasilan stra tegi Kepala SMP s a s a r a n

Kepala SMA swasta Siswa baru SMA swasta Kepala SMA swasta Siswa baru SMA swasta Biaya pen didikan yang dibe bankan ke pada siswa

1. Jenis biaya Kepala SMA

swasta

Lokasi se

kolah

Kegiatan

Promosi

2. Kriteria pene

tapan biaya Kepalaswasta SMA

3. Persepsi siswa Siswa baru terhadap biaya SMA swasta

pendidikan

yang' dibeban

kan kepadanya

1. Pertimbangan

•.strategis 2. Biaya trans

portasi

3. Pertimbangan

biaya trans

portasi dalam pemilihan SMA

s w a s t a

1. Kegiatan pro

mosi yang di— jalankan oleh SMA swasta Kepala SMA swasta Siswa baru SMA swasta Siswa baru SMA swasta

Kegiatan pe- Observasi ner i maan

siswa barii di SMA swas

ta Kohor t Dokumen Buku Induk Siswa Angket Terbuka Pedoman

Wawan-c a r a

Angket Terbuka

Pedoman Wawan

c a r a

Dokumen RAPBS Pedoman Wawan

c a r a

;Dokumen RAPBS

Angket Terbuka

Pedoman Wawan

c a r a

Angket Terbuka

Angket Terbuka

2. Kegiatan pro mosi yang efekti f

Siswa baru SMA swasta

Angket Terbuka

01. 02, 03

01, 02

04, 05

03, 04, 05

06

07, 08

06, 07, 08

09, 10, 11

[image:45.595.49.482.77.653.2]
(46)

84

Berdasarkan kisi-kisi tersebut di atas, disusun

rancangan alat pengumpul data sementara (lihat lampiran

1) yang terdiri

atas

pedoman

observasi,

pedoman

wawancara, dan angket terbuka, yang akan berkembang

sesuai dengan data yang terkumpul.

Pedoman observasi digunakan untuk mencari data

mengenai pelaksanaan penerimaan siswa baru,

kegiatan

promosi yang dilakukan, dan lokasi sekolah.

Pelaksanaan

penerimaan siswa baru yang diobservasi yaitu proses

"transaksi" antara calon siswa baru atau orang tuanya

dengan petugas penerima siswa baru; kegiatan promosi

meliputi

media

advertensi

yang

digunakan,

dan

kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk mempublikasikan

sekolah; dan lokasi sekolah yang diobservasi meliputi

situasi umum

lokasi,

pemukiman di

sekitarnya,

dan

kendaraan umum yang dapat menjangkau lokasi tersebut dari

berbagai arah.

Pedoman

wawancara

digunakan

untuk

mecari

data

tentang penetapan calon siswa baru yang dijadikan sasaran

strategi penerimaan siswa baru;

pengembangan

komponen

layanan

sekolah;

pengembangan

biaya

yang

dibebankan

kepada siswa; kegiatan promosi yang menyangkut kelompok

(47)

85

pengembangan lokasi sekolah. Pedoman wawancara ini

ditujukan kepada kepala sekolah, guru, calon siswa baru

atau orang tuanya yang mendaftar pada saat penerimaan

siswa baru, dan panitia penerimaan siswa baru sekolah

yang bersangkutan.

Angket terbuka dimaksudkan untuk mencari data yang

spesifik mengenai asal SMP; tempat tinggal dan kendaraan

yang digunakan untuk mencapai sekolah; dan alasan

memasuki sekolah yang bersangkutan dikaitkan dengan komponen layanan sekolah, biaya, lokasi sekolah, dan sumber informasi mengenai sekolah yang bersangkutan.

E. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil Penelitian

Menurut Nasution (1988: 114-118), tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian diperoleh dengan cara

memperpanjang masa observasi, pengamatan yang terus

menerus, triangulasi, membicarakan dengan orang lain

(peer

debriefing),

menganalisis

kasus

negatif,

menggunakan bahan referensi, dan mengadakan member check.

Observasi dilakukan dalam masa yang relatif cukup untuk betul-betul mengenai lingkungan, mengadakan

hubungan

baik

dengan

orang-orang

di

sana,

mengenai

kebudayaan lingkungan dan mengecek kebenaran informasi.

Berada di suatu lokasi dalam waktu yang cukup lama

dapat

(48)

86

kehadiran di sana dianggap wajar, dan tidak mempengaruhi

kelakukan orang yang dipelajari. Akan tetapi, tetap

membatasi diri untuk tidak terlampau akrab dan

mengidentifikasikan diri sepenuhya dengan mereka, yang mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk melihat hal-hal yang menarik karena menganggap segala sesuatu sebagai

hal-hal yang biasa.

Pengamatan yang terus menerus terhadap fokus

penelitian dapat menghasilkan sesuatu secara lebih

cermat, terinci dan mendalam. Selain itu, dengan

pengamatan yang terus menerus ini dapat membedakan

hal-hal yang bermakna dan tidak bermakna dari suatu

gejala tertentu.

Triangulasi ditujukan untuk mengecek kebenaran

data tertentu dengan membandingkannya dengan data lain

yang diperoleh dari sumber dengan metode berlainan, salah

satunya dengan angket terbuka. Selain itu, dengan

triangulasi dapat menemukan perbedaaan informasi yang

mendorong pemikiran lebih mendalam.

Pembicaraan dengan orang lain, khususnya yang

memahami permasalahan tetapi tidak terlibat dalam penelitian akan memberikan pandangan lebih netral atau

objektif. Pembicaraan bertujuan untuk memperoleh kritik

(49)

87

kelemahan, bias, atau tafsiran yang tidak cukup didukung

oleh data.

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai

dengan hasil penelitiaan hingga saat tertentu. Selama masih ada kasus-kasus demikian, peneliti merumuskan

kembali permasalahan dan penelitian dilanjutkan sampai

semua kasus secara tuntas tercakup dalam kesimpulan yang

diambil.

Bahan referensi yang digunakan untuk meningkatan

kepercayaan akan kebenaran data berupa hasil rekaman wawancara dan bahan dokumentasi. Alat perekam digunakan sedemikian rupa dan tidak mengganggu atau menarik perhatian responden, sehingga kelakuannya tidak

terpengaruh.

Member check dilakukan pada akhir wawancara. Hasil wawancara atau apa yang telah dikatakan oleh responden,

secara garis besar, dibacakan kembali dihadapannya dengan

maksud untuk mengecek kebenaran informasi yang telah

diberikannya. Apabila ada kekeliruan diperbaiki atau

menambahkan apa yang masih kurang. Member check dilakukan

terus-menerus selama penelitian, sehingga informasi yang

diperoleh dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai

dengan apa yang dimaksud responden.

F. Teknik Analisis Data

(50)

88

dimulai sejak merumuskan dan

menjelasan

masalah

sampai

penulisan

hasil

penelitian.

Analisis

<

Gambar

TABEL1
GAMBAR1
TABEL3
TABEL4
+7

Referensi

Dokumen terkait

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI

Ozon di Atmosfir: Erosi pada Lapisan Ozon Mengancam Kehidupan di Permukaan Bumi.Buletin Ilmiah Universitas Surabaya : Vol.1 No.1... Skin

Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan masalah di atas, maka

Penerapan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (lvq) Untuk Pengenalan Wajah Dengan Citra Wajah Gaussian Blur.. Universitas Pendidikan Indonesia

IPv6 Tunnel Broker merupakan salah satu mekanisme transisi dari IPv4 ke IPv6 dengan cara menyediakan konfigurasi secara otomatis untuk melakukan Tunneling IPv6

Instruksi :Nyatakan penilaian Anda sesuai dengan keterangan berikut ini dalam bentuk numerik pada tiap-tiap contoh yang

DIAN 1 adalah Data Isian Akta Notaris yang berupa format isian untuk permohonan pengesahan status badan hukum Perseroan, setelah pemesanan nama yang sebelumnya

Asumsikan Sam memiliki peluang yang sama untuk memilih kedua buku tersebut, berapa banyak kesalahan cetak yang diharapkan yang akan Sam temukan?... Peluang Bersama Peluang