PROGRAM PELATIHAN ORANGTUA
UNTUK INTERVENSI DINI
ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Master Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
DORA ULI HERTIANNA 1007052
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
==========================================================
Program Pelatihan Orangtua
Untuk Intervensi Dini
Anak Dengan Gangguan Komunikasi
Oleh
Dora Uli Hertianna
S.Sos UNPAD Bandung, 1999
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Dora Uli Hertianna 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Penelitian yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan orangtua untuk intervensi dini anaknya, banyak orangtua merasa tidak mampu melaksanakan intervensi dini, diperlukan suatu program pelatihan yang dapat diaplikasikan oleh orangtua pada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses intervensi dini orangtua kepada anak dengan gangguan komunikasi pada saat ini, serta merumuskan sebuah program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anaknya.
Informan utama adalah dua orangtua yang masing-masing memiliki seorang anak dengan gangguan komunikasi bukan tunarungu, berusia antara tiga sampai enam tahun. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi.
Hasil penelitian yaitu: 1) Kedua anak memiliki hambatan pada setiap aspek komunikasi dengan variasi hambatan yang berbeda; 2) kedua orangtua lebih mengkhawatirkan kondisi kemampuan anak untuk mengikuti pelajaran di kelas. sehingga intervensi anak dengan materi pelajaran di sekolah; 3) Kurangnya kesadaran orangtua memberikan intervensi dan stimulasi pada anak khususnya untuk perkembangan bahasa, bicara dan komunikasi; 4) Pembuatan rumusan program pelatihan orangtua berdasarkan hasil penelitian terhadap kedua informan, dan studi pustaka.
Sangatlah perlu bagi orangtua untuk memiliki pengetahuan, pemahaman akan karakteristik perkembangan anaknya, terutama perkembangan bahasa, bicara dan komunikasi. dengan pemahaman dan pengetahuan yang dimilikinya diharapkan orangtua dapat mengubah sikap untuk intervensi dini anaknya yang mengalami gangguan komunikasi.
ABSTRACT
DAFTAR ISI A.Latar Belakang Penelitian……….. 1
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah.…………... 7
C.Tujuan Penelitian………... 9
D.Manfaat Penelitian………. 9
E.Definisi Konsep………. 10
F. Struktur Organisasi Tesis……….. 12
BAB II KAJIAN TEORI A.Komunikasi dan Anak Gangguan Komunikasi …...……. 14
1) Bahasa, Bicara, dan Komunikasi………... 14
2) Perkembangan Komunikasi Anak Usia Dini……….. 17
3) Anak dengan Gangguan Komunikasi…….…………. 21
B. Orangtua dan Intervensi Dini ……….………... 26
C. Gaya Pengasuhan Orangtua……….. 34
D. Program Pelatihan Orangtua ………... 39
BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Informan Penelitian... 45
B.Desain Penelitian... 46
C.Metode Penelitian... 45
D.Instrumen Penelitian... 49
E.Teknik Pengumpulan Data... 53
F.Teknik Analisis Data... 53
H. Validasi Data ………... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 56
1. Deskripsi Kondisi Objektif Anak Gangguan Komunikasi……… 56
a. Profil Anak dengan Gangguan Komunikasi………... 56
b. Kondisi Kemampuan Komunikasi Anak …………... 60
2) Kemampuan Komunikasi Reseptif……….. 65
3) Kemampuan Komunikasi Ekspresif dan Fungsi Komunikasi ………. 68
4) Interaksi Sosial………. 72
2. Deskripsi Kondisi Objektif Proses Intervensi Orangtua untuk Anak Dengan Gangguan Komunikasi. 75 a. Deskripsi Orangtua ……….. 75
b. Pemahaman Kemampuan Komunikasi Anak …... 78
c. Sikap dan Perlakuan Orangtua……….. 81
d. Proses Intervensi Dini pada saat ini……….. 84
B. Pembahasan………. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 123
A. Kesimpulan ……….. 123
B. Saran ………. 126
DAFTAR PUSTAKA……….. 129 LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Instrumen Penelitian………51
3.2 Kisi-Kisi Rumusan Program Pelatihan Orangtua………...52
4.1 Rangkuman Kemampuan Pra Bicara Anak ………65
4.2 Kemampuan Komunikasi Reseptif Anak ………...68
4.3 Kemampuan Bahasa Ekspresif dan Fungsi Bahasa ………...72
4.4 Kemampuan Interaksi Sosial Anak……….75
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Loop Proses Komunikasi………21
3.1 Desain Penelitian………48
4.1 Prosedur Dalam Program Pelatihan Orangtua………..111
4.2 Proses Tahap Perencanaan………...…….…114
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orangtua tentu akan memiliki perasaan berbahagia dan berbangga
bila memiliki anak sehat, cerdas, seperti kebanyakan anak lainnya, namun
bagaimana dengan perasaan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus?
Bagi orangtua anak berkebutuhan khusus, merawat, mendidik, dan mengasuh
anak ini memiliki tantangan tersendiri, dan tidak dapat disamaratakan dengan
orangtua lainnya. Tantangan ini dapat diartikan bahwa tidaklah ada orangtua yang
dipersiapkan menjadi orangtua anak berkebutuhan khusus karena orangtua
mempelajari bagaimana merawat, mengasuh dan mendidik anaknya terutama
berdasarkan pengalamannya menjadi seorang anak di dalam keluarga. Kesulitan
ini akan dirasakan seperti yang disebutkan Stoneman (Romski et al. 2011:135),
“parents raising a child with disability face challenges that maynot be shared by
parents of typically children.” Sebagai orangtua tentu akan sulit berbagi untuk
mendiskusikan permasalahan anaknya karena permasalahan anak berkebutuhan
khusus memang tidak luas dikenal. Terlebih lagi jika lingkungan sosial atau
keluarga lain memberikan kritikan kepadanya, seperti anak menjadi anak
berkebutuhan khusus karena orangtua kurang memperhatikan anak, kurang
mengajari anaknya atau terlalu memanjakan anaknya, sehingga permasalahan
Permasalahan-permasalahan yang muncul dan dirasakan sangat berat biasanya
ketika anak berkebutuhan khusus masih berusia dini.
Bagi seorang anak, belajar berkomunikasi menggunakan bicara serta
bahasa merupakan tugas perkembangan yang utama. Dalam kebanyakan
permasalahan perkembangan anak, terlambat dalam kemampuan berkomunikasi
merupakan indikator awal bahwa anak tersebut mengalami hambatan
perkembangan, pada kemampuan akademik, ataupun keterampilan sosial dalam
kehidupan selanjutnya. Judarwanto (2009) menyebutkan bahwa “beberapa peneliti mengungkapkan keterlambatan bicara sering dikaitkan dengan gangguan
perkembangan, gangguan perilaku, gangguan motorik oral dan gangguan fungsi
motorik lainnya”. Bila berbagai gangguan yang terjadi hampir bersamaan tersebut tidak disikapi dengan baik, maka akan mengganggu tumbuh dan berkembangnya
anak di masa depan.
Keterbatasan berkomunikasi yang dimiliki anak ini menyebabkan
orang-orang yang di sekitarnya tidak dapat memahami apa yang mereka rasakan atau
inginkan. Hal ini dapat menyebabkan anak berbicara menggunakan perilakunya,
mereka tidak dapat mengungkapkannya atau menjelaskannya dengan kata ataupun
kalimat. Sebagai contoh anak tiba-tiba menjerit atau menangis sejadi-jadinya,
setelah ditelusuri ternyata anak ingin minum jus jeruk, namun yang ia lihat di
meja jus alpukat. Dan orangtua seringkali menganggap bahwa perilaku
mengganggu (perilaku berteriak) itu merupakan hambatan/ masalah lain yang
tidak dapat berkomunikasi atau mengungkapkan apa yang ia inginkan, seperti
pernyataan Wilson (2010),
All too often, our sons and daughters communicate through their behavior
what they are not able to explain with words. We are given the difficult task of receiving the communication and responding to that message as well as providing an alternative way for them to let us know what the problem behavior is communicating. Sometimes misbehavior is just silliness taken to an extreme.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa seringkali anak-anak dan berbicara melalui
perilakunya untuk maksud yang tidak dapat mereka ungkapkan dengan
kata-kata. Dan akan menjadi suatu tugas yang sulit bagi kita untuk mengerti
komunikasinya menanggapi pesannya, sama seperti mereka menyediakan satu
cara alternatif supaya kita tahu perilaku mengganggu itu adalah komunikasi.
Kadang-kadang perilaku mengganggu itu „konyol‟ sampai pada yang ekstrim (membahayakan). Seringkali masalah yang dihadapi seorang anak adalah masalah
yang sebenarnya, kita anggap suatu masalah sederhana, akan menjadi sesuatu
masalah yang rumit karena ketidakmampuan anak berkomunikasi dengan
kata-kata dan akhirnya mereka menggunakan perilaku mengganggunya dengan tujuan
kita mengerti apa yang ia ingin disampaikan.
Orangtua akan merasa cemas ketika anaknya memasuki umur dua atau tiga
tahun namun perkembangan bicaranya tidak seperti anak tipikal lain. Kecemasan
akan terlambat perkembangan bicaranya, atau belum bicara sama sekali, atau
tidak mau bicara, menjadi hal yang sangat utama diperhatikan oleh orangtua.
Walaupun ada pula kemungkinan perkembangan yang terlambat pada aspek
alasan yang sering disampaikan orangtua sehubungan dengan kemampuan
anaknya berbicara yaitu:
1) mengganggap jika anak bisa bicara maka gangguan perkembangan lainnya akan terselesaikan, 2) kemampuan berbicara itu sangat penting bagi kehidupan sehingga anak yang belum mampu berbicara merupakan anak
“tidak normal”, 3) berharap anak bisa bicara mengingat anak akan masuk
kelompok bermain atau taman kanak-kanak dan jika tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana tentunya tidak banyak sekolah yang mau menerima anak mereka.
Kemampuan berbicara penting untuk kehidupan kita, namun perkembangan
bahasa juga tidak kalah penting untuk diperhatikan serta diketahui oleh setiap
orangtua. Pemahaman terhadap bahasa dan kemampuan berkomunikasi lebih
penting daripada hanya mampu berbicara, karena melalui bahasa kita dapat
mengekspresikan perasaan, ketakutan, kemarahan, kesenangan, dan kesedihan.
Oleh sebab itu, orangtua dan guru seharusnya tidak hanya fokus untuk melatih
kemampuan bicara saja, namun menekankan juga pada pemahaman akan bahasa
dan kemampuan berkomunikasi (Ginandjar, 2002:2). Dengan berbahasa dan
berkomunikasi kita akan dapat mentransmisikan (mengajarkan) konsep moral,
konsep iman kepercayaan, konsep pengharapan, adat istiadat.
Ketika mengetahui anaknya mengalami hambatan atau permasalahan pada
umumnya orangtua akan menemui dokter anak ataupun psikolog. Langkah
selanjutnya adalah mengupayakan pertolongan untuk menangani hambatan dan
mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak. Mengupayakan pertolongan
pada anak yang mengalami hambatan ini disebut dengan intervensi dini.
mempersiapkan anak dalam menghadapi kehidupan „yang sebenarnya‟ ….. (Hunt, &Marshall, 2005). Seringkali intervensi dini berarti upaya pertolongan
diberikan kepada anak dengan memberinya terapi-terapi yang dianjurkan oleh
dokter anak dan banyak orangtua merasa bahwa ia telah melakukan bagiannya
untuk menolong anaknya. Disisi lainnya kesadaran orangtua bahwa sesungguhnya
mereka adalah pendidik utama bagi anak-anaknya yang berusia nol sampai enam
tahun masih dirasakan kurang. Dengan kata lain bahwa orangtua seharusnya ikut
terlibat dalam intervensi dini. Bagaskorowati (2010:87) menyatakan bahwa
“pada dasarnya intervensi bertujuan menstimulasi perubahan sebuah sistem yang mencakup anak, orangtua, sekolah, masyarakat dan pemerintah yang
mengkehendaki hasil-hasil positif secara bersama-sama.”
Kaiser & Hancock (2003:10) menyebutkan bahwa ada beberapa argumentasi
yang menjadi perdebatan mengenai orangtua yang melaksanakan intervensi dini
untuk anaknya yaitu:
a. sebenarnya orangtua tidaklah menyerahkan peranan utama sebagai orangtua dalam tugasnya sebagai guru bagi anak-anaknya (Turnbull & Turnbull, 1990),
b. sangatlah penting jika pelayanan berpusat pada keluarga yang mendukung orangtua dan mengidentifikasi kebutuhan mereka (Dunst & Leet,1987)
c. pemberian stigma dari para professional bahwa orangtua tidak memiliki kemampuan dalam mendukung perkembangan anak kebutuhan khususnya. (Greenee, 1999)
Dan untuk mencapai hasil yang maksimal, setiap proses pendidikan selalu
membutuhkan adanya kerjasama dengan orangtua. Perlu kita ingat bahwa
pendidikan tidak hanya akan terjadi di sekolah saja, namun di rumahpun
efektivitas berbagai strategi penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak
yang memiliki kebutuhan khusus akan sangat tergantung pada peran serta dan
dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat (Hallahan dan Kauffman,2003).
Seperti juga pandangan dari teori ekologi yang menegaskan bahwa keluarga
merupakan ekologi perkembangan bagi manusia yang paling penting,
Bronfenbrenner menegaskan bahwa keluarga merupakan lingkungan pertama
dalam kehidupan anak untuk belajar, dan jika ia mendapatkan awal yang baik
dalam keluarga maka ia akan lebih mudah untuk memasuki lingkungan kehidupan
yang lebih luas.
Intervensi dini untuk anak berkebutuhan khusus hendaknya menempatkan
orangtua menjadi fokus utamanya. Sejalan dengan pernyataan dalam Individual
with Disabilities Education Act Amandement (IDEA) tahun 1997 yang
mengamanatkan orangtua adalah fokus dalam meningkatkan perkembangan
komunikasi, kognitif, sosial, emosional dan motorik anak.
Orangtua merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap
perkembangan anak-anaknya, orangtua berperan sebagai pengasuh dan pendidik
bagi anaknya. Oleh sebab itu orangtua sangat perlu untuk memiliki kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan agar mereka dapat memberikan pendidikan dan
pengasuhan yang optimal kepada anaknya. Proses pengasuhan dan pendidikan
yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh positif terhadap kehidupan
anak kelak. Dalam intervensi anak dengan gangguan komunikasi tentunya
keseriusan orangtua untuk melaksanakan intervensi dini sangat diperlukan, supaya
tentang pentingnya intervensi dini yang dilakukan orangtua, upaya apa yang dapat
kita lakukan sebagai guru pendidikan khusus bagi orangtua anak dengan
gangguan komunikasi, peran strategis orangtua sebagai tempat pertama dan utama
dalam kehidupan anak, masih kurangnya perhatian orangtua terhadap bimbingan
dan bantuan terhadap intervensi yang dilaksanakan pada anak, maka hal-hal
tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian
terhadap pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan
komunikasi.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat
diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan intervensi dini orangtua
untuk anak dengan gangguan komunikasi sebagai berikut:
1. Anak dengan gangguan komunikasi memerlukan intervensi sedini mungkin
2. Keterlibatan orangtua sangat diperlukan untuk intervensi dini anaknya
3. Orangtua merasa tidak bisa atau tidak memiliki kemampuan untuk memberi
intervensi dini pada anaknya
4. Perlu ada suatu upaya dalam meningkatkan kemampuan orangtua untuk
intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi
5. Diperlukan program pelatihan yang dapat diaplikasikan kepada orangtua anak
dengan gangguan komunikasi
6. Diperlukan materi-materi dari program pelatihan orangtua yang dapat
Dari uraian permasalahan tersebut di atas diperlukan suatu program pelatihan bagi
orangtua yang bertujuan meningkatkan kemampuan orangtua untuk intervensi dini
anaknya yang mengalami gangguan komunikasi, sehingga yang menjadi fokus
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah program pelatihan orangtua untuk
intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi? Anak dengan gangguan
komunikasi dalam penelitian ini dibatasi pada gangguan komunikasi yang terjadi
terhadap anak yang dapat mendengar dan bukan gangguan komunikasi akibat
masalah pendengaran/ ketunarunguan.
Adapun rumusan masalah ini dapat dinyatakan dengan
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi objektif intervensi dini orangtua untuk anak dengan
gangguan komunikasi saat ini?
a. Bagaimana kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi saat ini?
b. Bagaimana proses intervensi dini oranngtua untuk anak dengan gangguan
komunikasi saat ini?
2. Bagaimana program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan
gangguan komunikasi?
a. Bagaimana rumusan desain program pelatihan orangtua untuk intervensi
dini anak dengan gangguan komunikasi?
b. Bagaimana bentuk rumusan materi program pelatihan orangtua untuk
C. Tujuan Penelitian
Seperti yang telah diungkapkan pada latarbelakang permasalahan bahwa
keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam melaksanakan
tugas perkembangannya. Orangtua sebagai orang dewasa terdekat dengan anak
memiliki peranan sangat penting, mereka haruslah mendorong dan membuat anak
untuk terus menjalani tugas perkembangannya. Begitu pula peran orangtua untuk
intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi tentu sangat diperlukan, maka
dibutuhkan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan orangtua dalam
melakukan intervensi dini tersebut. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh gambaran tentang orangtua dalam intervensi anak dengan
gangguan komunikasi, dan secara khusus penelitian ini bertujuan merumuskan
suatu program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anaknya yang mengalami
gangguan komunikasi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis
yaitu adanya perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua dalam
mendidik anaknya yang berkebutuhan khusus dan memperbaiki pelaksanaan
intervensi dini orangtua terhadap anak dengan gangguan komunikasi di rumah.
Dan secara teoritis hendaknya penelitian ini dapat memberikan sumbangan
terhadap pengayaan disiplin ilmu pendidikan kebutuhan khusus serta mendorong
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman mengenai istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan penjelasan pada
istilah-istilah yang digunakan yaitu:
1. Definisi Anak dengan gangguan komunikasi
Menurut ASHA (1982), definisi gangguan komunikasi yaitu: ”gangguan
komunikatif meliputi gangguan berbicara dan gangguan berbahasa.”
Gangguan berbahasa yaitu kerusakan pada pemahaman dan/ atau penggunaan
dari bicara, tertulis ataupun sistem simbol lainnya. Gangguan berbahasa
termasuk variasi keterlambatan atau ketidakmampuan anak memahami
(bahasa reseptif) dan/ atau menggunakan kata-kata/ bicara ataupun gesture
(bahasa ekspresif). Gangguan ini melibatkan bentuk bahasa (fonologi,
morfologi dan sistem sintaksis), isi bahasa (sistem semantik) dan/atau, fungsi
bahasa dalam komunikasi (sistem pragmatis). Dan ataupun kombinasi dari
ketiganya. Di dalam penelitian ini anak dengan gangguan komunikasi
adalah anak yang memiliki hambatan kemampuan dalam bertukar informasi
dengan orang lain, anak bermasalah dalam berbahasa dan berbicara, anak yang
memiliki hambatan dalam komunikasi reseptif maupun komunikasi ekspresif
dengan usia antara tiga sampai enam tahun.
2. Definisi Intervensi Dini
Conrad dan Novick (1996) menegaskan bahwa program intervensi dini
dari kelainan yang menyertai dan untuk memberikan kesempatan yang luas
bagi tercapainya perkembangan yang sehat dan optimal. Dalam penelitian ini,
intervensi dini merupakan suatu usaha ataupun upaya yang dilakukan orangtua
untuk meningkatkan kualitas hidup anak yang beresiko memiliki kebutuhan
khusus antara umur nol sampai enam tahun.
3. Definisi Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak
dengan Gangguan Komunikasi
Suatu program menurut Suherman dan Sudrajat (1998:1) adalah rencana
kegiatan yang disusun secara operasional dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya, sedangkan pelatihan menurut
Moekijat (1993:3) adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode
yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Merujuk dari pengertian
tersebut di atas maka program pelatihan orangtua untuk intervensi dini
anak dengan gangguan komunikasi merupakan suatu upaya pendidikan bagi
orangtua yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam waktu tertentu, dan lebih banyak praktek daripada
teori serta mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan
pelaksanaannya sehingga orangtua dapat melaksanakan intervensi pada
F. Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan tesis
selanjutnya, berikut akan dideskripsikan bagian-bagian yang menjadi pokok
bahasan:
Bab I Membahas tentang latar belakang penelitian. Adapun latar belakang dari
penelitian ini adalah mengungkap kondisi banyak orangtua anak dengan gangguan
komunikasi yang merasa tidak mampu untuk intervensi anaknya. Di sisi yang
lain, anak dengan usia antara tiga sampai enam tahun merupakan usia dini yang
masih berada di lingkungan rumah dan keluarga. Orangtua merupakan orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, orangtua sebagai
pengasuh, dan pendidik bagi anaknya sangat perlu memiliki kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan
yang optimal kepada anaknya. Kemauan, pengetahuan dan pemahaman tentang
pentingnya intervensi dini yang dilakukan orangtua dan upaya apa yang dapat
kita lakukan sebagai guru pendidikan khusus bagi orangtua anak dengan
gangguan komunikasi, peran strategis orangtua sebagai tempat pertama dan utama
dalam kehidupan anak, masih kurangnya perhatian orangtua terhadap bimbingan
dan bantuan terhadap intervensi yang dilaksanakan pada anak, maka hal-hal
tersebut mendorong penulis untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian
terhadap program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan
akan mengungkap tentang fokus dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian juga struktur organisasi penulisan tesis.
Bab II Membahas tentang landasan teoritis atau kajian teoritis yaitu konsep yang
berhubungan dengan judul dan permasalahan penelitian khususnya mengenai
teori tentang komunikasi, anak gangguan komunikasi, orangtua dan intervensi
dini serta pelatihan. Adapun fungsi dari kajian teoritis yaitu sebagai landasan
dalam analisis temuan di lapangan dan panduan untuk merumuskan program
pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.
Bab III Membahas tentang metode penelitian. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kualitatif. Untuk memperoleh data penelitian digunakan
beberapa teknik pengumpulan data seperti; wawancara mendalam dan observasi.
Selain itu pada bab ini juga akan dibahas mengenai instrumen penelitian, subyek
penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data penelitian.
Bab IV Membahas hal-hal yang penting dalam penelitian. Adapun hal pokok
yang disajikan di antaranya; hasil penelitian dan analisis, temuan-temuan
penelitian serta pembahasan yang terkait dengan rumusan program pelatihan
orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi sebagai hasil
dari penelitian ini.
Bab V Membahas penafsiran dan pemaknaan penulis terhadap hasil analisis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Informan Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah tempat tinggal (rumah) dari
masing-masing informan penelitian. Informan sumber data adalah orangtua dari anak
dengan gangguan komunikasi dan anak dengan gangguan komunikasi yang
berusia antara tiga sampai enam tahun.
Dalam penelitian ini informan/ subyek ditentukan atau ditunjuk secara
purposive yaitu penentuan i nforman sebagai sumber data didasari pertimbangan
dan adanya tujuan tertentu. Adapun penentuannya sebagai berikut: informan
merupakan orangtua yang mempunyai anak dengan gangguan komunikasi, anak
dengan gangguan komunikasi berusia antara tiga sampai enam tahun, anak
dengan gangguan komunikasi bukan akibat ketunarunguan. Pertimbangan atau
alasan mengapa anak yang dipilih anak yang berumur antara tiga sampai enam
tahun adalah pertama, karena pada usia ini semestinya anak sudah dapat
merespon komunikasi sederhana, kedua, anak usia ini dalam masa perkembangan
komunikasi yang cepat, ketiga, kebanyakan anak belum memasuki usia sekolah
dasar, dan keempat, dalam melaksanakan tugas perkembangannya anak masih
B. Desain Penelitian
Nazir (2009:84) menyatakan bahwa ”desain penelitian adalah semua
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Maka
desain dalam penelitian ini direncanakan dan dirancang menggunakan dua tahap
penelitian, dimana setiap tahap memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan pada
tahap satu adalah untuk memotret kondisi objektif kemampuan anak dengan
gangguan komunikasi, kondisi objektif orangtua dan intervensi dini yang
dilakukan saat ini. Dan tujuan dari tahap kedua adalah merumuskan program
pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.
1. Tahapan I adalah Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan diawali dengan adanya permasalahan yang dihadapi
orangtua anak dengan gangguan komunikasi dalam intervensi dini anaknya di
rumah dan masih adanya potensi-potensi yang masih dapat dikembangkan. Dan
hal ini ditindaklanjuti dengan memotret kebutuhan orangtua dan kondisi
kemampuan orangtua dalam intervensi anaknya serta kondisi objektif anak
tersebut. Peneliti memotret kondisi objektif atau penampilan nyata kebutuhan
orangtua dalam rangka intervensi anak dengan gangguan komunikasi dan kondisi
objektif anak dengan gangguan komunikasi berumur antara tiga sampai enam
tahun. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka upaya
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data kondisi objektif anak dengan gangguan komunikasi
orang terdekat lainnya, serta observasi partisipasif dilakukan terhadap
anak.
b. Mengumpulkan data tentang kondisi objektif orangtua dalam intervensi
dini anak dengan gangguan komunikasi saat ini, upaya yang telah
dilakukan saat ini, faktor-faktor yang menjadi penunjang dan
penghambatnya dengan wawancarai orangtua dan teknik observasi pada
saat orangtua sedang melakukan intervensi pada anak.
2. Tahapan II adalah Tahap Merumuskan Program Pelatihan Orangtua
Tahapan ini bertujuan untuk menganalisis data kualitatif hasil temuan di
lapangan, studi literature, analisis permasalahan kebutuhan orangtua dalam
intervensi anak dengan gangguan komunikasi dan tinjauan konseptual digunakan
sebagai dasar untuk merumuskan program. Program yang dimaksudkan adalah
berupa program pelatihan orangtua untuk intervensi anak dengan gangguan
komunikasi. Selanjutnya setelah mendapatkan rumusan program, peneliti
melakukan validasi desain program. Validasi dilakukan sebagai salahsatu cara
untuk mengetahui kelayakan dari program yang telah dirumuskan. Adapun alur
Gambar 3.1 Desain Penelitian
C. Metode Penelitian
Dalam sebuah penelitian, sebagai seorang peneliti sangat perlu untuk
menentukan metode yang akan digunakannya, sebab metode berhubungan erat
dengan prosedur, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Adapun pengertian
metode penelitian menurut Sukmadinata (2010:52) “metode penelitian merupakan
rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh
asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis pertanyaan dan isu-isu
yang dihadapi.” Kemudian Sugiyono (2010:2) menyatakan bahwa “metode
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.” Berdasarkan kedua pernyataan di atas yang
dimaksud dengan metode penelitian merupakan langkah-langkah atau prosedur
yang ditempuh dalam penelitian secara ilmiah untuk mencapai suatu tujuan
tertentu berdasarkan isu-isu yang dihadapi.
Penelitian dengan judul “Program Pelatihan Orangtua untuk
Intervensi Dini Anak dengan Gangguan Komunikasi” ini merupakan sebuah
produk hipotetik yang dihasilkan dari penelitian yang bersifat analisis dari
kebutuhan orangtua dan anak dengan gangguan komunikasi. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek
alamiah tidak dimanipulasi oleh peneliti. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
meliputi memotret kondisi objektif apa adanya, mengkonstruksi dan menganalisa
selanjutnya mendeskripsikan jawaban-jawaban informan menjadi lebih
bermakna.
D. Instrumen Penelitian
Teknik yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data pada sebuah
penelitian sangatlah berkaitan dengan instrumen yang dipergunakan untuk
memperoleh data di lapangan. Hal ini seperti yang diungkapkan Zuriah (2009)
bahwa “instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam
mengumpulkan data dan kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang
terkumpul.” Selanjutnya seperti yang dikemukakan Nasution (Sihadi, 2007:54)
bahwa „penelitian naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan peneliti
itu sendiri sebagai instrumen penelitian utamanya‟. Instrumen dalam penelitian ini
terdiri dari: 1. pedoman observasi; 2. pedoman wawancara; 3. Pedoman asesmen
1. Pedoman Observasi,
Instrumen ini terdiri dari pedoman observasi komunikasi orangtua dan anak,
Pedoman observasi perlakuan orangtua terhadap anak, pedoman observasi
sikap orangtua,
2. Pedoman wawancara,
Instrumen ini terdiri dari: pedoman wawancara kepada orangtua mengenai
kondisi anaknya, pedoman wawancara tentang pemahaman orangtua
mengenai perkembangan anak, pedoman observasi kondisi objektif anak
dengan gangguan komunikasi.
3. Pedoman Asesmen informal
Instrumen ini dibuat mengikuti tugas perkembangan yang seharusnya dilalui
oleh setiap anak (milestones). Dilakukan dengan lebih banyak observasi
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Rumusan Program Pelatihan Orangtua Untuk Intervensi Dini Anak Dengan Gangguan Komunikasi
E. Teknik Pengumpulan Data
Berkenaan dengan penelitian ini terdapat teknik pengumpulan data yaitu:
1. Teknik observasi berperan serta dengan mencatatkan segala sesuatu yang
terjadi pada saat anak dan orangtua berkomunikasi, keadaan rumah, mainan
yang digunakan, dan perilaku anak.
2. Teknik wawancara mendalam, wawancara yang dilakukan secara mendalam
kepada orangtua, dilakukan dalam beberapa waktu yang berbeda.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan secara terus menerus sejak penelitian dimulai
sampai setiap perolehan data dari catatan-catatan observasi. Analisis data secara
kualitatif dilakukan dengan cara melihat, memeriksa, membandingkan, dan
menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang muncul dalam data
penelitian (Frechtling&Sharp, 1997).
Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:246), yang terdiri dari
tiga fase, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan
penarikan konklusi dan verifikasi.
1) Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan,
mengabstraksikan, dan mentrasformasikan data yang tercantum dalam
transkrip wawancara.
2) Penyajian data, analisis data ini adalah menentukan bagaimana data itu akan
terorganisasi untuk memudahkan penarikan konklusi. Di dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan bentuk sajian data yang berupa tabel.
3) Penarikan konklusi dan verifikasi, penarikan konklusi dilakukan dengan
melihat kembali data untuk menimbang-nimbang makna dari data yang
sudah dianalisis itu dan untuk menimbang implikasinya bagi pertanyaan
penelitian terkait. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Bloland (1992: 4) bahwa verifikasi di dalam penelitian kualitatif sama
fungsinya dengan reliabilitas dan validitas di dalam penelitian kuantitatif.
Dia mengemukakan, “Verification performs for qualitative research what
reliability and validity perform for quantitative research”. Di dalam
penelitian kualitatif, yang dimaksud dengan validitas adalah kepastian
bahwa konklusi yang ditarik dari data itu dapat dipercaya, dapat
dipertahankan, dijamin kebenarannya, dan mampu bertahan terhadap
penjelasan alternatif.
G. Validasi Data
Di dalam sebuah penelitian uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap
data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif dan membercheck (Sugiono, 2011:270).
Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. meningkatkan ketekunan
dalam mengamati interaksi anak dengan gangguan komunikasi dan orangtuanya,
aktivitas-aktivitas yang diberikan oleh orangtua terhadap anak, dengan
yang telah ditemukan salah atau tidak, 2. triangulasi teknik, mengecek data
tentang kemampuan anak dengan gangguan komunikasi dengan wawancara
mendalam ke orangtua, melihat catatan intervensi yang dilaksanakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian dalam penulisan tesis.
Uraian yang akan dikemukakan pada bab ini meliputi dua bagian yaitu simpulan dan
saran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan terdapat tiga kesimpulan,
yaitu: kesimpulan pertama berkaitan dengan kondisi objektif anak dengan gangguan
komunikasi, kesimpulan kedua berkaitan dengan kondisi objektif proses intervensi
orangtua untuk anak dengan gangguan komunikasi, kesimpulan ketiga berkaitan
dengan rumusan program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan
gangguan komunikasi. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berlaku
umum, tetapi hanya berlaku bagi kedua anak dengan gangguan komunikasi dan kedua
orangtua dari masing-masing anak tersebut. Berikut ini kesimpulan berdasarkan
temuan di lapangan dan hasil pembahasan:
1. Kedua anak J (4 tahun) dan M (6 tahun), memiliki hambatan perkembangan
gangguan komunikasi, walaupun dengan tingkat hambatan yang berbeda,
keduanya mengalami hambatan pada aspek pra bicara, komunikasi reseptif,
komunikasi ekspresif dan interaksi sosialnya. Pada dua tahun awal kehidupan
mereka, kedua anak kurang mendapat stimulasi dari orangtuanya, hal ini
keadaan tengkorak kepala yang belum sempurna. Padahal stimulasi pada
awal kehidupan ini sangat penting untuk mengembangkan dasar-dasar
kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Kedua anak memiliki
kemampuan komunikasi reseptif yang sama-sama masih berkembang. J
masih memperluas daftar kosa katanya, sementara M masih perlu untuk
mengembangkan kemampuan untuk memahami makna dari frasa atau
kalimat-kalimat. Keduanya memiliki kemampuan bahasa ekspresif, namun
keduanya masih tertinggal dengan kemampuan perkembangan bahasa, bicara
dan komunikasi anak tipikal seusianya. J masih sebatas untuk
merespon/menanggapi orang yang berbicara dengannya menggunakan satu
dua kata, sementara M belum mampu untuk menggunakan bahasa
ekspresifnya sesuai dengan fungsi bahasa tersebut. Untuk kemampuan
berinteraksi sosialnya, J masih berkembang pada permainan yang
menggunakan mimik muka bergiliran seperti permainan “ciluk ba”,
sedangkan M sudah tertarik untuk bermain bersama teman seumurnya, namun
ia belum dapat menggunakan kemampuan interaksi sosialnya, seperti kapan ia
harus menunggu temannya menjawab, kapan M harus memanggil temannya.
Keduanya memerlukan intervensi, dan pada usianya ini keterlibatan orangtua
sangat dibutuhkan. Masihlah cocok jika intervensi dilakukan oleh orangtua
dengan bantuan guru pendidikan khusus dan setting intervensi dapat dimulai
2. Kedua pasang orangtua dari J dan M memiliki beberapa kesamaan, dimana
pekerjaan ayah tidak terikat dengan waktu yang ketat, demikian pula dengan
ibu yang bekerja paruh waktu dan memutuskan untuk mengasuh
anak-anaknya dan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan intervensi
anaknya. Kedua orangtua memberikan intervensi kepada anak-anaknya seperti
keteraturan dalam jadual sehari-hari, menonton tivi yang sedikit, keluarga J
menerapkan jalan pagi dengan ayah atau bersepeda dengan ibu. Keluarga M
lebih menerapkan kegiatan di dalam rumah saja, dan lebih mengulang
pelajaran-pelajaran sekolah dengan ayah atau ibu.
Kondisi intervensi pada saat ini, J mengikuti terapi si suatu klinik terapi yang
jaraknya sangat jauh dari rumah sebanyak 3 kali seminggu, sementara untuk
M, intervensi yang diberikan lebih menekankan mengejar kemampuan
akademik sekolah. Kedua ibu ini juga sangat memperhatikan kebutuhan
anak-anaknya, mereka juga merasa khawatir untuk perkembangan J dan M,
terutama masalah sekolah dan mengikuti pelajaran disekolah.
Kedua orangtua merasa perlu mengetahui bagaimana melaksanakan intervensi
untuk anaknya. Suasana bermain di kedua keluarga ini terlihat kurang, mereka
memiliki mainan yang hanya disenangi anaknya, mereka kurang mau
mencoba untuk mengenalkan permainan lainnya.
Pada akhirnya intervensi yang diberikan Orangtua J dan M lebih menekankan
menyadari bahwa kemampuan penerimaan akademik ini juga berhubungan
dengan kemampuan pemahaman bahasa. Intervensi yang diberikan masih
kurang tepat jika hanya selalu melatih kemampuan akademik tanpa melatih
atau memberi stimulasi pada kemampuan bahasanya (reseptif, ekspresif dan
pragmatik)
3. Berdasarkan kondisi anak dan kondisi intervensi yang diberikan orangtua
kepada anaknya pada saar ini maka diperlukan suatu kegiatan yang dapat
membantu untuk merubah pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua menjadi
lebih baik untuk intervensi anaknya. Berdasarkan temuan dan pembahasan
penelitian terhadap kasus J dan kasus M disusunlah suatu rumusan program
pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.
Dan Rumusan Program Pelatihan orangtua ini terbagi menjadi dua yaitu
rumusan prosedur program pelatihan orangtua untuk intervensi dini anak
dengan gangguan komunikasi dan rumusan materi program pelatihan orangtua
untuk intervensi dini anak dengan gangguan komunikasi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada beberapa hal
yang ingin penulis sampaikan:
1. Saran untuk anak
Kedua anak masih dalam proses menjalankan tugas perkembangannya, dan pada
yang baik dan tepat bagi dirinya sendiri, mereka masih memerlukan bantuan
untuk dapat berkembang dengan baik dan optimal, terutama dalam perkembangan
bahasa, bicara dan berkomunikasi. Tentunya bantuan dari orangtua sangat
dibutuhkan oleh anak. Bantuan itu dapat berupa kesempatan-kesempatan untuk
dapat berkomunikasi dalam setiap kegiatan/rutinitas di rumah dengan anggota
keluarga lainnya, kesempatan untuk berinteraksi dengan teman-teman
seumurannya.
Kemudian secara khusus saran yang dapat diberikan adalah:
a. Untuk anak J
Dalam berkomunikasi J, bila ia sangat membutuhkan maka ia akan berusaha
untuk bicara, namun untuk kesehariannya jarang ia gunakan. J memerlukan
latihan terutama untuk yang lebih ke fungsional seperti latihan untuk menjawab
ketika dipanggil namanya, berkata “minta” untuk mengubah perilaku langsung
mengambil dari tangan yang lain, berlatih untuk menggunakan gestural
menunjuk, menggangguk atau menggeleng, karena J suka bernyanyi, sebaiknya
pergunakan waktu-waktu senggang untuk diisi dengan bernyanyi atau melakukan
gerakan badan. Dengan bernyanyi J dapat melatih kemampuannya dalam
mengucapkan kata-kata menjadi lebih jelas, dan bernyanyi merupakan kegiatan
b. Untuk M
M berusia enam tahun dan ia sudah bersekolah di kelas satu SD, dan M sudah
memiliki kemampuan bicara dengan suara yang terdengar jelas. Pada saat ini
yang sangat diperlukan adalah berlatih bagaimana membuat inisiasi jika M mau
mengajak teman bermain. Bagi M latihan yang diperlukan lebih mengejar
ketertinggalannya pada kemampuan bercakap-cakap, dan mengetahui kapan
gilirannya mendengar dan kapan gilirannya berbicara, kapan M perlu memanggil
temannya, bagaimana memulai pembicaraan, bagaimana M berkomentar. M juga
perlu untuk memperluas kosakatanya, bisa dengan membiasakan membaca buku
bersama atau menggambar dengan tema yang ditentukan bersama, M juga perlu
untuk diberi kesempatan bermain dengan teman-teman di luar rumahnya,
sehingga pengalamannya akan terus bertambah.
2. Saran untuk orangtua
Kedua orangtua dari kedua anak telah memiliki kebiasaan atau rutinitas yang baik
di dalam keluarganya, dimana keteraturan sehari-hari telah terjadi, anak-anaknya
diminta untuk menaruh pakaian kotor di tempatnya, membuka sepatudan menaruh
ditempatnya dan lainnya. Untuk lebih meningkatkan kemampuan orangtua dan
pengetahuannya, hendaknya orangtua perlu memiliki kesadaran bahwa anak-anak
belajar berkomunikasi selama aktivitas sehari-hari dan percakapan yang terjadi
adalah percakapan dengan orang terpenting dalam diri anak yaitu orangtua. Perlu
orangtua, kesempatan untuk melakukannya sangatlah banyak. Dan kepercayaan
diri orangtua bahwa ia adalah orang yang paling tahu tentang anaknya.
Keterlibatan orangtua sangat diperlukan untuk mengurangi rasa cemas anak
karena hambatan yang dimilikinya. Betapa pentingnya orangtua memiliki
pengetahuan tentang perkembangaan seorang anak dan karakteristik dari anaknya
sendiri untuk membuat rencana dalam intervensi dan stimulasi anaknya.
3. Rumusan program dan rumusan materi yang disusun ini bertujuan untuk membantu
orangtua untuk dapat melaksanakan intervensi dini kepada anaknya. Kelemahan
rumusan program ini adalah belum diujicobakan, sehingga apakah rumusan
prosedur program ini dapat diaplikatifkan, efektif atau efisienkah bagi orangtua.
Sangatlah diperlukan ujicoba terhadap program ini, sehingga bisa saja terungkap
aspek-aspek lainnya yang belum terungkap pada penelitian saat ini.
4. Bagi guru pendidikan khusus, pelatihan orangtua dan intervensi dini merupakan
bidang yang perlu untuk di kaji dan dikembangkan, dimana kita sepakat bahwa
semakin cepat intervensi dini diberikan kepada anak yang beresiko tentunya
memberikan kesempatan untuk anak meraih potensi optimal yang anak miliki.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.(2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S.(2004). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bredekamp, S. & Copple, C.(1997). Developmentally Appropriate Practice in
Early Childhood Programs. Washington:NAEYC
Bronfenbrenner, U.(2004).Making Human Beings Human: Bioecological
Perspectives on Human Development.[Online].Tersedia:
http://www.hfrp.org/content/download/1181/48685/file/earlychildhood [15 Oktober 2011]
Brown, B.(2011).What Is Effective Communication.[Online].Tersedia:
http://www.livestrong.com/article/69309-effective-communication/ [15 Oktober 2011]
Cangara, H.(2005).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rineka Cipta
Conrad, N. & Novick, R.(1996).The Ecology of The Family: A Background
Paper For A Family Centered Approach To Education and Social ServiceDelivery.[online].Tersedia:
http://www.nrel.org/cfc/publications/ecology2.html
Creswell, J.(2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajaran
Demchak, M.; Rickard, C. & Elquist, M.(2002). Tips for Home or School Using
Cues to Enhance Receptive Communication.[online].Tersedia:
http://www.unr.edu/ndsip/tipsheets/expressivecommunication.pdf
Dubois, D.(1996).The Executive Guide to Competency-Based Performance
Education.com.[online].Tersedia:http://www.education.com/definition/early-intervention/&answers
Ginandjar, A.(2002).”Komunikasi pada Anak Autis”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi pada Anak Autis, Jakarta.
Hallahan, D. P.; Kauffman, J. M.& Lloyd, J.W.(1999). Introduction to learning
disabilities.Boston: Allyn and Bacon.
Hallahan, D.P. & Kauffman, J.M. (2003). Exceptional learners: Introduction to
special education (9th edn).Boston, MA: Allyn & Bacon.
Harvard Family Research Project. (2006). Family involvement in early childhood
education.Cambridge,MA:Harvard University.
Hunt, N. & Marshall, K. (2002). Exceptional children and youth (3rd edn). Boston:Houghton Mifflin.
Individual with Disabilities Education Act Amandement (IDEA).(1997).[online].
Tersedia: http://www.ed.gov/policy/speced/guid/idea/idea2004.html
Juwardono.(2009). “Tanda dan Gejala Gangguan Perkembangan Fungsi Motorik
Oral dan Gangguan Perilaku yang sering Dikaitkan pada Anak dengan
Gangguan Bicara dan Bahasa” . [Online]. Tersedia:
http://speechclinic.wordpress.com/2009/04/25/tanda-dan-gejala-gangguan-perkembangan-fungsi-motorik -motorik-oral-dan-gangguan- perilaku-yang-sering-dikaitkan-pada-anak-dengan-gangguan-bicara-dan-bahasa/.[29 Desember 2011]
Kaiser, A.; Peggy, P.; Hester, and McDuffie, A.(2002).Supporting
Communication In Young children With Developmental Disabilities. Department of Special Education, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee Child Study Center, Old Dominion University, Norfolk, Virginia. [Online].Tersedia:
Kaeiser, A. & Hancock.(2003). “Teaching Parents New Skill to Support Their
Young Children’s Development”. Infant and Young Children.vol.16. 9
-21. [Online].Tersedia:
http://depts.washington.edu/isei/iyc/kaiser_16_1.pdf [15 Oktober 2011]
Lanza, J. & Flahive, K.(2009).Guide to Communication Milestones 2009 edition.[Online].Tersedia:
http://.columbian.gwu.edu/speechhearing/sites/default/files/u10/Mileston esguide.pdf.[Oktober 2012]
Meliala, A.(2010). Successful Parenting. [Online].Tersedia: http://www.resourceful-parenting.com.[19 Oktober 2011]
Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas Bandung: Mandar Maju
Nurihsan, J. & Agustin, M. (2011).Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja,
Tinjauan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.Bandung:Refika
Aditama
Soetjiningsih, C.(2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan sampai dengan
Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Pranada
Van Tiel, J.(2011).Pendidikan Anakku Terlambat Bicara.Jakarta: Prenada Media Grup
Walker, K.(2010).Parenting, A Practical Gllide To Raising Preschool And
Primary-School Children. Australia: Penguin Group
Woolfson, R.C.(2005).Perbincangan Ringan dengan Anak Anda.Batam: Kharisma Publishing Group.
Pierangelo,R. dan Giuliani,G.(2007).EDM TheEducator’s Diagnostic Manual of
Disabilities &Disorder.San Fransisco:John Wiley.
Puspita, D.( 2003).“Komunikasi dengan Alat Bantu bagi Individu dengan Autism
Spectrum Disorder”. Makalah Seminar Meningkatkan Keterampilan
Puspita, D.(2010).”Anakku Sudah Bicara Tapi Belum Komunikatif?”.Makalah
Pada Seminar dan Pelatihan Yayasan Autisme Indonesia. Jakarta.
Rush, D.;Shelden,M.; Hanft, B.(2003).”Coaching Families and Colleagues A
Process for Collaboration in Natural Settings”.Journal.Vol 16, number 1,
pp 33-47.Lippincott Williams &Wilkins,Inc. [onlone].Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp?_nfpb=tru e&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ667878&ERICExtSearch_Sea rchType_0=no&accno=EJ667878 [20 Desembert 2012]
Santrock, I.(2004). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Kencana Prenada MediaGrup
Santrock, J.(2007).Perkembangan Anak.Jakarta: Erlangga
Siagian, S.P. (1995).Manajemen Sumber Daya Manusia,Jakarta:Bumi Aksara
Sihadi. (2007).Program Pembelajaran Membaca Permulaan Bagi Siswa
Berkesulitan Membaca Di SD X. Tesis Pada Prodi PPKhUPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Smith,A.; Romski,M.;Sevcik,R.;Adamson,L.;Bakemon,R.(2011). “Parent Stress and Its Relation to Parent Perceptions of Communication Following Parent Coached Language Intervention“.Journal of Early Intervention.vol.33.[online].Tersedia:
http://jei.Sagepun.com/content/33/2/135.refs.html. [09Februari2012]
Smith, J.(2009).Inklusi, Sekolah Ramah Untuk Semua.Bandung: NUANSA
Stephens, W.(2011).Effects Of Parent Interventions On Children With
Communication Disorders.Research Papers.Paper 114.[Online]. Tersedia: http://opensiuc.lib.siu.edu/gs_rp/114. [2 Januari 2012]
Sudrajat, A.(2009). 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa.[Online].Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-pendidikan-orang-dewasa/. [2 Januari 2012]
Sunardi.(2012).Model Pendekatan Konseling Keluarga untuk Intervensi Dini
Anak Berkebutuhan Khusus.Prosiding pada Seminar Internasional Pasca
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta
Suherman, U dan Sudrajat, D.(1998).Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Bandung:JPPB FIP IKIP
Tempel, A. B.; Wagner, S. M.; McNeil, C. B.(2009). “Parent-child interaction
therapy and language facilitation: the role of parent-training on
language development”. Jurnal. Free Library by Farlex.[Online].
Tersedia:
http://www.thefreelibrary.com/Tempel,+Ashley+B.;+Wagner,Stephanie +M.;+McNeil,+Cheryl+B.-a1911ilson,P. [15 Oktober 2011]
Wilson, P.(2010).Communication Alternatives-Childhood Disability.In BellaOnline.[Online].Tersedia:
http://www.bellaonline.com/articles/art32521.asp.[20Maret2012]
Zuriah, N.(2009). Metodelogi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
--tn.Overview of Early Intervention.[Online].Tersedia:
http://nichcy.org/babies/overview. [15 Oktober 2011]
--tn.(2004).Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs.[Online].Tersedia: http://www.its299.ed.psu.[15Oktober 2011]
--tn.(2012). Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa pada Anak.[Online].Tersedia: