MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS ( BELAJAR
DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)
( Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka Tahun Ajaran 2012-2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
OLEH: NUNI JUNIASIH
1009007
PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
==================================================================
MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS ( BELAJAR
DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)
( Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka Tahun Ajaran 2012-2013)
OLEH: NUNI JUNIASIH
1009007
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© NUNI JUNIASIH 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRACT
INCREASE CHILDREN’S MOTIVATION IN PRE READING-WRITING
INSTRUCTION WITH BALS’S MODEL IMPLEMENTATION
(The Classroom Action Research to Group B in RA At-Taqwa Cicalengka Academic Year 2012-2013)
Nuni Juniasih 1009007
Pre Reading-writing skills is one of children development which need stimulation since young age. As a facility their need to recognize their environment, pre reading-writing skills is important of language development for young learners. Unfortunately, the instructions of pre reading-writing in RA At-Taqwa has not optimilized yet to increase children’s motivation to follow the class.
The probles source of the research are: 1) How is the condition of children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA At-Taqwa with using books
and children’s worksheet, 2) How is the steps of BALS model’s implementations to increase children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA
At-Taqwa, 3) how is the increasing of children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA At-Taqwa with BALS model’s implementations. To knowing
the implementations of BALS model in increasing the children’s motivation in pre reading-writing instructions, the research used classroom action research with 3 siklus. The conclusion of the research that BALS model is able to increase
ABSTRAK
MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS (BELAJAR
DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)
(Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka tahun Ajaran 2012-2013)
Nuni Juniasih 1009007
Keterampilan Prabaca-tulis merupakan salahsatu aspek perkembangan anak yang perlu distimulasi sejak dini. Selain untuk memfasilitasi perkembangan anak dan kebutuhannya, juga sebagai sarana bagi anak dalam menggali lingkungan sekitarnya. Keterampilan prabaca-tulis juga merupakan bagian dari aspek perkembangan bahasa yang sangat penting dalam perkembangan anak. Sayangnya, pembelajaran prabaca-tulis sebagai upaya stimulasi aspek perkembangan bahasa ini belum optimal sebagaimana yang terjadi di RA At-Taqwa, dimana anak-anak kurang memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis. Penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah penelitiannya, yaitu: 1) bagaimana kondisi motivasi anak RA At-Taqwa dalam pembelajaran prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS, 2) bagaimana bentuk implementasi penerapan model BALS dalam meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa, 3) bagaimana peningkatan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa melalui penerapan model BALS. Dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model BALS dalam meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dan dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing satu kali tindakan. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model BALS dapat meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis. Hal ini didasarkan pada perolehan hasil skor nilai motivasi yang diperoleh, dimana pada observasi awal diperoleh hasil dari 13 jumlah keseluruhan murid RA At-Taqwa, sebanyak 4 (empat) anak masih berada dalam kategori motivasi rendah dan 9 (Sembilan) anak bermotivasi sedang. Adapun peningkatan motivasi anak terlihat pada tiga siklus yang dilakukan, dimana dalam tiga siklus tersebut tidak lagi terdapat anak yang bermotivasi rendah. Pada siklus satu sebanyak 10 (sepuluh) anak sudah masuk dalam kategori motivasi tinggi dan hanya 2 (dua) anak yang bermotivasi sedang, dan pada siklus dua dan tiga, semua anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran masuk dalam kategori motivasi tinggi, yaitu masing-masing 12 anak dan sembilan anak.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR……….. ii
UCAPAN TERIMAKASIH………. iii
DAFTAR ISI………. v
DAFTAR TABEL………. vii
DAFTAR GRAFIK……….. viii
DAFTAR GAMBAR……… ix
BAB I PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian………... 6
D. Manfaat Penelitian………. 6
E. Asumsi Dasar………. 7
F. Penjelasan Istilah………... 8
BAB II KONSEP KETERAMPILAN PRABACA-TULIS ANAK TK, MOTIVASI BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BALS (BELAJAR DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)……… 10
A. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak………... 10
1. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-kanak………… 11
2. Metode dan Prinsip-prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-kanak……… 12 3. Media dan Sumber Belajar di Taman Kanak-kanak…... 13
4. Belajar dengan Alam dan Lingkungan Sekitar………... 19
B. Motivasi dalam Pembelajaran Anak Taman Kanak-kanak.... 25
1. Pengertian Motivasi Belajar……… 25
2. Macam-macam Motivasi dan Faktor yang Mempengaruhinya………... 27
3. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran……….. 28
4. Upaya, Teknik dan Strategi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak………. 29
C. Perkembangan Bahasa Anak Taman Kanak-kanak………... 32
1. Pengertian dan Fungsi Bahasa………. 33
2. Teori Pembelajaran Bahasa Anak……… 35
3. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa………... 36
4. Keterampilan Prabaca-tulis Anak Taman Kanak-kanak……… 41
b. Tahapan Perkembangan Menulis Anak TK……….. 44
D. Penelitian-penelitian Terdahulu………. 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 48
A. Metode Penelitian……….. 48
B. Lokasi dan Subjek Penelitian……… 49
C. Desain Penelitian………... 50
1. Identifikasi Masalah……… 50
2. Perencanaan ……… 51
3. Pelaksanaan Tindakan………. 55
4. Observasi ……… 55
5. Refleksi ……….. 55
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data…….. 55
E. Teknik Analisis Data………. 59
F. Validasi Data………. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 61
A. Kondisi Obyektif………... 61
1. Sejarah RA At-Taqwa Cicalengka……….. 61
2. Profil Guru dan Murid RA At-Taqwa Cicalengka…….. 61
3. Kegiatan Rutin Proses Pembelajaran di RA At-Taqwa Cicalengka………... 62
4. Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………... 63
B. Tahap Implementasi PTK……….. 65
1. Siklus I………. 65
2. Siklus II………... 70
3. Siklus III……….. 76
C. Pembahasan ……….. 78
1. Kondisi Obyektif Motivasi Anak dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa dengan Menggunakan Media Buku Tulis dan LKS (Lembar Kerja Siswa)…... 79
2. Implementasi Penerapan Model BALS dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………... 80
3. Peningkatan Motivasi Anak dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………. 82
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 84
A. Kesimpulan……… 84
B. Rekomendasi………. 85
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting
pada anak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan
alat/media anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Dengan bahasa,
anak dapat mengungkapkan kebutuhan, keinginan, perasaan dan pikirannya
kepada orang lain. Begitu pula sebaliknya anak belajar memahami pikiran,
perasaan dan keinginan orang lain. Karena itu kemampuan berbahasa harus
dikembangkan sejak dini.
Kemampuan bahasa, seperti dijelaskan Sugono (Dhieni dkk, dalam
Setyawati, 2011) meliputi kemampuan bahasa lisan dan kemampuan bahasa
tulisan. Kemampuan bahasa lisan terkait pada keterampilan menyimak dan
berbicara, sementara rumpun kemampuan bahasa tulisan adalah keterampilan
membaca dan menulis. Adapun untuk keterampilan membaca dan menulis, anak
usia TK berada pada tingkat pre-reading (Setyawati, 2011).
Membaca dan menulis dini (prabaca-tulis) sangat penting untuk
dikembangkan sejak dini salah satunya untuk membantu memfasilitasi
perkembangan anak, karena sebagaimana dikatakan Sholehuddin (2000) bahwa
anak pada usia ini lajimnya sudah menunjukkan suatu minat yang meningkat
terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis. Lebih lanjut lagi Sholehuddin
menyatakan:
anak-anak pada usia 4-5 tahun senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menuliskan kata-kata itu, seperti senang menuliskan namanya sendiri atau kata-kata lain yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.
Selain itu mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap
bentuk tulisan yang dia ucapkan, hal ini ditegaskan Norton (Sumarni, 1994)
bahwa salah satu perkembangan kebahasaan anak usia 5-6 tahun yaitu anak sudah
2
Hal lain yang mendasari pentingnya perkembangan prabaca-tulis
dikembangkan sejak dini karena menurut Montessori (Maulani, 2007) kegiatan
membaca merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.
Menurut Montessori, anak usia 3 – 4 tahun sudah dapat diajarkan menulis dan di
usia 4-5 tahun anak lebih mudah belajar membaca dan mengerti angka.
Tampubolon (Maulani, 2007) menambahkan bahwa kegiatan membaca perlu
diberikan sebagai salah satu upaya menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca
sekaligus guna mempersiapkan anak dalam memasuki pendidikan dasar.
Sementara menurut Neuman (Setyawati, 2011) tujuan pembelajaran baca tulis
bagi anak usia 3-5 tahun adalah memberi kesempatan pada anak untuk
menyelidiki lingkungan mereka dan membangun dasar-dasar untuk belajar
baca-tulis.
Berdasarkan uraian di atas jelas tergambar pentingnya pengembangan
keterampilan prabaca-tulis sejak dini, di antaranya untuk memfasilitasi
perkembangannya, kebutuhananya, serta menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca pada anak. Selain sebagai bentuk permainan yang menyenangkan bagi
anak serta sebagai sarana bagi anak dalam menggali lingkungan sekitarnya, juga
untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar.
Namun pada kenyataannya, hal yang ditemui di lapangan tidak
mendukung pada pentingnya upaya pengembangan prabaca-tulis tersebut. Pada
umumnya praktek pembelajaran yang dilakukan melalui proses drilling pada
anak, pembelajaran prabaca-tulis sering dilakukan dalam bentuk kegiatan
pembelajaran yang monoton, anak hanya duduk diam di kursi mengerjakan
baca-tulis sehingga tidak menarik minat anak, bahkan anak merasa frustasi. Hal ini pula
yang tergambar pada proses pembelajaran di RA At-Taqwa. Berdasarkan hasil
pengamatan, proses pembelajaran di RA At-Taqwa masih sangat konvensional, di
mana kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre).
Pembelajaran di RA At-Taqwa, khususnya pembelajaran prabaca-tulis, masih
mengandalkan penggunaan kertas-kertas dan majalah atau LKS saja sebagai
medianya. Anak-anakpun hanya difokuskan pada penguasaan membaca atau
3
yang dilakukan di RA tersebut seputar mengenal huruf alphabet, huruf tunggal
ataupun sukukata dan menyambungkannya sehingga menjadi sebuah kata, baik itu
kata yang mengandung makna seperti bo-la, bu-ku, namun kadang kata yang
dibentuknya tidak mengandung arti atau makna, seperti misalnya bo – ku, di – du.
Kegiatan lainnya seperti membentuk huruf di atas garis yang sudah ditentukan
atau menebalkan titik-titik membentuk huruf tertentu.
Kondisi-kondisi di atas jelas tidak memberikan suatu pengalaman belajar
yang menarik bagi anak-anak juga tidak memunculkan ketertarikan (interest) pada
anak untuk belajar. Anak-anak tidak tahu sedang belajar apa dan tidak faham
mengapa harus mempelajari hal tersebut. Dengan kata lain mereka kurang
termotivasi atau bahkan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dalam hal ini
Sardiman (2009) berpendapat bahwa persoalan motivasi seseorang tergantung
pada unsur pengalaman dan interest yang dimiliki orang tersebut. Untuk itu
penting sekali menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan motivasi belajar
anak.
Praktek pembelajaran seperti yang digambarkan di atas, sebagaimana
dinyatakan Santrock (Sessiani, 2007) tidak cocok diterapkan karena menekankan
keterampilan secara terpisah. Hal ini senada dengan NAEYC dan Megawangi,
dkk (2005) yang beranggapan jika anak belajar menulis hanya dengan mengikuti
titik-titik yang sudah dibuat guru, anak tidak mengerti apa yang ia tulis. Meskipun
begitu, guru-guru RA At-Taqwa juga melakukan upaya untuk membantu
mengembangkan keterampilan membaca anak, seperti dengan memajang
gambar-gambar yang disertai tulisannya, huruf-huruf tunggal dan suku kata, namun
anak-anak jarang sekali dilibatkan untuk lebih menggali dan mengerti apa yang dibaca
dan ditulisnya. Padahal menurut Katz dan Chard (dalam Megawangi dkk, 2005),
anak-anak memerlukan keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan
dan kebosanan. Cara belajar yang memposisikan anak sebagai obyek pasif seperti
harus duduk diam dan mendengarkan dalam waktu yang lama, tidak baik untuk
perkembangan fisik dan akademik mereka. Sebaliknya pembelajaran yang aktif
4
baik. Perkembangan ini sangat berguna bagi perkembangan bahasa anak,
khususnya keterampilan prabaca-tulis.
Selain itu media yang digunakan guru kurang menarik bagi anak-anak,
bahkan sama sekali tidak menggunakan media yang membantu anak-anak untuk
memahami apa yang dibaca atau ditulisnya, seperti penggunaan benda-benda
nyata (kongkrit). Pembelajaran sangat bersifat akademis, hanya menekankan pada
penguasaan kemampuan membaca dan menulis tanpa makna ataupun
mengesankan bagi anak. Faktor lain adalah sikap guru yang terlalu memaksakan
anak untuk mengerjakan tugas sesuai instruksi yang diharapkan guru, misalnya
anak dipaksa menulis huruf atau angka dengan cara yang ditentukan guru, bahkan
tidak jarang guru ikut membimbing tangan anak agar mau menuliskan huruf atau
angka tersebut. Padahal seperti dikatakan Musfiroh (2009) bahwa anak pada usia
tersebut berada pada fase perkembangan bahasa yang ekspresif bebas. Terlebih
bila memperhatikan aspek perkembangan anak, bahwa tidak semua anak sama,
ada anak yang kebutuhan geraknya lebih banyak, ada pula anak yang tidak
menyukai kegiatan yang berkaitan dengan pensil dan kertas, sehingga diperlukan
metode atau cara-cara yang lebih menantang atau menarik agar anak bersedia
mengikuti pembelajaran tersebut, dalam arti anak termotivasi untuk megikuti dan
melakukan kegiatan pembelajaran prabaca-tulis tersebut.
Pembelajaran prabaca-tulis pada anak Taman Kanak-kanak harus
memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran pada anak TK. Steinberg (Hartati,
1999) menjelaskan bahwa salah satu dari prinsip pokok pembelajaran membaca
dini yaitu pengajaran membaca haruslah menyenangkan bagi anak dan materi
bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase, dan kalimat yang bermakna, terutama
dari segi pengalaman anak. Begitupun dengan pembelajaran menulis, karena
menulis sebagaimana halnya membaca dan dua aspek keterampilan berbahasa
lainnya merupakan suatu proses perkembangan (Tarigan, 2008). Untuk belajar
menulis dan membaca diperlukan pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung. Sebagaimana
diutarakan oleh Seefeldt & Wasik (Setyawati, 2011) bahwa untuk membina
5
yang mendorong mereka untuk membuat tanda-tanda di kertas untuk menulis,
seperti menuliskan namanya sendiri, menuliskan nama barang atau benda.
Sessiani (2007) menjelaskan bahwa praktek pembelajaran prabaca-tulis yang
berpedoman pada Developmentally Appropriate Practices (DAP) yaitu dengan
membiarkan anak bereksplorasi sendiri, mencoba menulis huruf atau kata yang ia
inginkan dan guru hanya memberi contoh bila perlu. Selain harus memperhatikan
prinsip-prinsip pembelajaran pada anak TK, pembelajaran prabaca-tulis juga harus
memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan anak serta tipe pembelajaran pada
tiap anak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran
prabaca-tulis dapat dilakukan melalui penerapan model BALS (Belajar pada Alam
dan Lingkungan Sekitar). Model pembelajaran BALS diatur secara khusus untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull), menyenangkan (fun)
dan dapat mengoptimalkan keseluruhan potensi dan perkembangan anak
(Rachmawati, 2012). Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa untuk belajar
menulis dan membaca diperlukan pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,
keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung. Keterampilan
prabaca-tulis juga menuntut penguasaan beberapa aspek kemampuan yang lain
seperti kemampuan motorik kasar dan motorik halus, kordinasi mata dan tangan,
kemampuan mengenal huruf dan bunyinya, memahami kata, dan lain-lain. Dalam
pembelajaran BALS anak diajak untuk aktif dan mendapat pengajaran langsung
kegiatan prabaca-tulis secara bermakna. Kegiatan prabaca-tulis itu dilakukan baik
sebelum kegiatan inti, saat kegiatan inti berlangsung maupun sesudahnya. Karena
dalam pembelajaran BALS menggunakan alam dan lingkungan sekitar sebagai
media atau sumber belajarnya sehingga sangat cocok dan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran anak serta karakteristik belajar anak.
6
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah secara umum yang ingin dikaji dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran
prabaca-tulis melalui penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan Lingkungan
Sekitar)?”
Secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kondisi motivasi anak di RA At-Taqwa dalam pembelajaran
prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS?
2. Bagaimana bentuk implementasi penerapan model BALS dalam pembelajaran
prabaca-tulis di RA At-Taqwa?
3. Bagaimana peningkatan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA
At-Taqwa melalui penerapan model BALS?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran BALS dalam meningkatkan motivasi anak khususnya dalam
pembelajaran prabaca-tulis.
Adapun tujuan khususnya yaitu :
1. Mengetahui kondisi obyektif motivasi belajar anak di RA At-Taqwa dalam
pembelajaran prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS
2. Mengetahui bentuk implementasi model BALS dalam pembelajaran
prabaca-tulis
3. Mengetahui peningkatan motivasi belajar anak dalam pembelajaran
prabaca-tulis di RA At-Taqwa melalui penerapan model BALS
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dengan
penelitian ini dapat menambah keilmuan tentang penerapan model pembelajaran
yang berbasiskan alam dan lingkungan sekitar, khususnya dalam meningkatkan
7
Adapun manfaat secara praktis yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah :
1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepala
sekolah dalam menerapkan sebuah model pembelajaran untuk meningkatkan
motivasi anak di Taman Kanak-kanak khususnya berkaitan dengan
pembelajaran prabaca-tulis.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi guru
dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kegiatan yang tepat dan
menarik terutama dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam
pembelajaran prabaca-tulis di Taman Kanak-kanak
3. Bagi Anak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif kegiatan yang
menarik bagi anak TK khususnya dalam pembelajaran prabaca-tulis sehingga
dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar
E. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Anak-anak belajar dan membangun pengetahuannya melalui interaksi langsung
dengan obyek-obyek yang ada di sekitarnya (benda mati, tumbuhan, hewan),
dengan cara mengeksplorasi lingkungannya (Piaget dalam Masitoh, 2011).
2. Anak-anak menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata termasuk
melalui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan dan peraba
(multisensoris) (Elkind, 1987 dalam Masitoh, 2011)
3. Alam dan lingkungan sekitar merupakan media pembelajaran yang kongkrit
bagi anak dan merupakan sumber pengembangan multi aspek perkembangan
anak ( Rachmawati, 2012)
4. Keterampilan membaca dan menulis merupakan bagian dari aspek
perkembangan anak yang harus distimulasi. Keduanya (prabaca-tulis)
8
kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran
langsung (Tarigan, 2008).
5. Anak usia TK sudah memiliki dasar-dasar untuk mengembangkan
keterampilan membaca dan menulis (Sholehuddin, TT)
6. Anak dapat memahami dan mengingat suatu informasi jika mereka mendapat
kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya dan
memanipulasinya (Dhieni dkk, 2007)
7. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika pada dirinya ada motivasi belajar
(Sardiman, 2009)
8. Anak yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar ( Sardiman, 2009)
F. Penjelasan Istilah
Untuk membatasi istilah dalam penelitian ini, maka dipandang perlu dibuat
suatu penjelasan. Adapun penjelasan istilah yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang menggerakkan anak untuk
melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2009). Motivasi belajar yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan/motivasi untuk mengikuti dan
melakukan kegiatan pembelajaran prabaca-tulis.
2. Prabaca-tulis adalah keterampilan pra membaca dan menulis (baca tulis awal)
yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah khususnya anak
usia TK. Dalam beberapa literatur istilah ini dikenal juga dengan istilah pra
membaca, baca tulis awal atau membaca atau menulis dini, seperti yang
dikutip oleh Hartati (1999) bahwa
9
Sedangkan Sholehuddin (2000) menggunakan istilah "baca tulis awal" untuk
menunjukkan kegiatan pengembangan keterampilan tersebut bagi anak usia
4-5 tahun (usia TK), sebagaimana dalam penjelasannya bahwa
"anak usia 4-5 tahun lajimnya sudah memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis….., guna mengembangkan aspek keterampilan baca-tulis awal, para guru dan/atau orangtua dapat melakukannya dengan menyediakan lingkungan kelas dan rumah yang kaya dengan bahan-bahan tulisan dan bacaan yang menstimulasi perkembangan bahasa dan keterampilan baca-tulis anak dalam suatu konteks yang bermakna"
Sementara dalam istilah asing prabaca-tulis ini dikenal dengan banyak istilah,
di antaranya pre-reading skills, emergent literacy, emergent reading, emergent
writing. Ada juga yang menggunakan istilah early reading and writing dan
early literacy (Roskos, et all, 2003). Sebagaimana dalam jurnalnya, Roskos, et
all (2003) menyatakan bahwa
"we hope to show that well-considered early literacy instruction is certainly not a bramble-bush for our very young children, but rather a welcoming environment in which to learn to read and write".
Lebih lanjut Roskos menyatakan
"today a variety of terms are used to refer to the preschool phase of literacy development__emerging literacy, emergent reading, emergent writing, early reading, symbolic tools, and so on."
"children's early reading and writing learning, in other words, is embedded in a larger developing system of oral communication. Early literacy is an emerging set of relationships between reading and writing" (Roskos, et all, 2003).
Adapun dalam penelitian ini penulis akan menggunakan istilah prabaca-tulis
untuk mengacu pada definisi variabel di atas.
3. BALS (Belajar dengan alam dan lingkungan sekitar) adalah suatu model
pembelajaran di PAUD yang menjadikan alam dan lingkungan sekitar anak
sebagai sumber belajar dimana prinsip dan prosedur pelaksanaannya diatur
secara khusus untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull
learning) dan menyenangkan (fun) dan dapat mengoptimalkan keseluruhan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (classroom action research). Berangkat dari permasalahan di
lapangan terkait dengan pembelajaran prabaca-tulis dimana kegiatan-kegiatan
yang dilakukan kurang bervariasi dan kurang menarik sehingga anak-anak tidak
merasa antusias bahkan tidak mau mengikuti kegiatan tersebut, maka sebagai
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar tersebut, dilakukan suatu tindakan
untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa (Arikunto dkk, 2011), dalam
hal ini penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak-anak kelompok
B dalam mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di TK (Taman
Kanak-kanak)/RA At-Taqwa Cicalengka. Adapun alternatif pemecahan masalahnya yaitu
melalui penerapan model pembelajaran BALS (Belajar dengan Alam dan
lingkungan Sekitar).
Untuk mengatasi permasalahan di atas, sesuai tujuan penelitiannya, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan
Kelas (classroom action research). Hal ini selaras dengan pendapat Grundy dan
Kemmis (Sanjaya, 2011) yang menyatakan bahwa tujuan penelitian tindakan
adalah untuk peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan
situasi tempat praktik berlngsung. Lebih spesifik lagi, Suyanto (1997) menyatakan
bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan atau
memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas itu sendiri merupakan suatu bentuk penelitian
yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas
secara lebih professional (Suyanto, 1997), dilakukan oleh guru, bekerjasama
dengan peneliti atau guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti (Suhardjono
49
Merujuk pada pengertian di atas, penelitian tindakan kelas dilakukan
sebagai bentuk refleksi guru terhadap permasalahan yang terjadi sehari-hari
berkaitan dengan praktek pembelajaran di kelas. Penelitian tersebut dilakukan
untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan atau memperbaiki praktek
pembelajaran sehingga lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.
Pengertian lain sebagaimana diungkapkan Sanjaya (2011) yang
memandang Penelitian tindakan kelas sebagai proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan
masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RA At-Taqwa Desa Cicalengka kecamatan
Cicalengka Kab. Bandung. Dasar pemilihan RA tersebut sebagai lokasi penelitian
adalah karena di RA tersebut cukup memiliki lahan/area yang dapat dimanfaatkan
untuk menunjang pembelajaran, namun hal tersebut belum dioptimalkan sebagai
media atau sumber belajar. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan yang dibuat guru,
termasuk kegiatan prabaca-tulis lebih banyak mengandalkan penggunaan kertas,
lembar kerja siswa atau majalah-majalah sehingga anak kurang termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan lebih diarahkan pada
penguasaan akademik dalam bentuk drilling.
Adapun yang menjadi subjek penelitiannya adalah anak-anak kelas
kelompok B yang berjumlah 13 orang. Jumlah ini sama dengan jumlah populasi
yang ada dalam kelas tersebut. Berikut adalah rincian jumlah subjek dalam
penelitian ini:
Tabel 3.1
Jumlah Murid Kelompok B RA At-Taqwa Tahun Ajaran 2012-2013
Kelompok Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
50
C. Desain dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh
Hopkins karena teknis pelaksanaannya dinilai lebih simpel dengan
tahapan-tahapan yang terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan
tindakan/aksi, observasi, refleksi, kemudian perencanaan ulang. Jika digambarkan
model tersebut membentuk spiral seperti di bawah ini (Sanjaya, 2011)
Gambar 3.1 Desain Penelitian Model Hopkins
Adapun prosedur penelitian berpijak pada desain penelitian di atas, yaitu:
1. Identifikasi masalah
Kegiatan mengidentifikasi masalah yang dirasakan guru dalam proses
pembelajaran. Dalam hal ini masalah di lapangan berkaitan dengan kurangnya Identifikasi
masalah
Tindakan/aksi perencanaan
observasi refleksi
Perencanaan ulang
Tindakan/aksi observasi
51
motivasi anak-anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis yang
terindikasikan sebagai berikut:
Anak terlihat tidak antusias mengikuti atau mengerjakan tugasnya
Anak mengikuti kegiatan tanpa ada interaksi seperti bertanya atau
berkomentar
Anak tidak mau mengerjakan tugas Anak malah berkegiatan lain
2. Perencanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (guru, kepala sekolah), peneliti
menjelaskan tentang penerapan Model BALS yang berpijak pada empat
prinsip berikut:
1) Mengangkat Tema/topik bahasan dari alam dan lingkungan sekitar
anak.
2) Bercerita, berdiskusi tentang topik bahasan
3) Menggunakan alam atau lingkungan sekitar sebagai media
pembelajaran, dalam hal ini halaman sekolah dengan tanaman yang
ada sebagai media dan sumber belajar
4) Mengaktifkan multisensoris (panca indera)
b. Merancang kegiatan dan menjabarkan prinsip implementasi Model BALS
ke dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS
Siklus 1 Hari/tanggal:
Tema/subtema: tanaman/Bagian-bagian Tanaman Bentuk kegiatan : Eksplorasi
Indikator Langkah-langkah kegiatan Media/sumber belajar
1.Guru menerangkan topik
belajar hari ini
2.Guru menunjukkan gambar
bagian-bagian tanaman yang
Halaman sekolah, akar,
batang, daun yang
tersedia di halaman
52
sudah tertera tulisannya dan
mengajak anak berdiskusi
tentang bagian-bagian
tanaman, meminta anak
menunjukkan gambarnya
3.Guru memperlihatkan lembar
tabel yang masih kosong dan
yang sudah isi sebagai
contoh, menerangkan tujuan
kegiatan hari ini (mengisi
lembar tabel)
4.Guru mengajak anak keluar
halaman dan mendorong
anak untuk mencari dan
menemukan bagian-bagian
tanaman
5.Anak-anak diminta
menempelkan bagian-bagian
tanaman pada lembar Tabel
lalu menuliskannya sesuai
contoh
(karton duplek, kertas
warna), spidol, gambar
Tanaman
(bagian-bagian
Tanaman),selotif,
gunting, lup (kaca
pembesar)
Tabel 3.3
Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS
Siklus 2 Hari/Tanggal:
Tema/Subtema : Tanaman/berkebun Bentuk kegiatan : Sosiodrama jual-jualan
Indikator Langkah-langkah Kegiatan Media/Sumber Belajar
1.Guru bercakap-cakap tentang
berkebun, apa saja yang biasa
Buku/gambar
53
ditanam petani dan
macam-macam hasil kebun, seperti
kebun bunga, kebun buah
dan sayur.
2.Guru memperlihatkan
gambar macam-macam hasil
kebun dan benda aslinya
sambil mendorong anak-anak
menyebutkan namanya.
3.Guru memberitahukan
kegiatan hari ini, (bisa
dengan sebuah pertanyaan
penggugah) guru mengajak
anak untuk bermain
sosiodrama jual-jualan,
menunjukkan lembar daftar
belanja anak-anak dan
menjelaskan cara bermainnya
4.Anak-anak memainkan
perannya sebagai pembeli,
membeli buah dan sayur
sesuai daftar belanjanya
dengan cara menuliskan
nama buah dan sayur pada
lembar uang-uangan yang
disediakan.
benda aslinya, lembar
daftar belanja anak,
lembar uang-uangan,
keranjang belanja
5.Guru berperan sebagai
penjual, memberikan barang
yang dibeli anak-anak lalu
menempelkan lembar
54
lembar daftar belanjanya.
Tabel 3.4
Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS
Siklus 3 Hari/Tanggal:
Tema/Subtema : Tanaman/Manfaat Tanaman Bentuk kegiatan : Fun Cooking (Memasak)
Indikator Langkah-langkah Kegiatan Media/Sumber Belajar
1.Guru bertanya jawab tentang
manfaat tanaman, mendorong
anak untuk menyebutkannya,
salahsatunya untuk dimakan.
2.Guru memperlihatkan
salahsatu contoh makanan
yang diolah dari hasil kebun,
lalu mengajak anak untuk
membuatnya bersama-sama.
3.Guru memperlihatkan buku
resep dan mengajak anak
untuk menuliskan dahulu
bahan-bahan yang diperlukan
di buku resep tersebut.
4.Setelah semua anak
menuliskan resepnya,
kegiatan cookingpun dimulai.
5. Anak-anak diatur sesuai
kebutuhan (misal dibagi
kelompok dan dibagi tugas)
6.Hasil cooking bisa dicicipi
bersama atau dibawa pulang
Contoh makanan, buku
resep, spidol,
bahan-bahan untuk cooking
sesuai resepnya,
wadah/cup/plastik
55
c. Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan
termasuk alat, media yang diperlukan, instrumen penelitian
3. Pelaksanaan tindakan
Peneliti berkolaborasi dengan guru menerapkan tindakan yang sudah disusun
dalam perencanaan.
4. Observasi
Peneliti mengamati aktivitas belajar anak selama tindakan diberikan, mencatat
segala hal yang berkaitan kelemahan dan kekuatan tindakan yang dilakukan guru
dan mendokumentasikannya
5. Refleksi
Kegiatan mengamati berbagai kekurangan dari pelaksanaan tindakan, hal-hal
yang harus diperbaiki, untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen atau teknik penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian, dimana alat ini
mencerminkan juga cara pelaksanaannya (Sanjaya, 2011).
Ada banyak jenis instrumen yang dapat digunakan untuk pengambilan
data (Sanjaya, 2011), namun dalam penelitian ini alat/instrumen yang akan
digunakan adalah observasi, wawancara, catatan harian dan dokumentasi.
Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang berlangsung kemudian mencatatnya dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti tersebut (Sanjaya, 2011),
yang selanjutnya disebut instrumen observasi. Dalam penelitian ini observasi
dilakukan dalam bentuk observasi partisifatif dan instrumen observasi yang
digunakan berupa rating scale (Sanjaya, 2011).
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen
56
Tabel 3.5
Instrumen Motivasi Belajar Anak Usia Dini
Variabel Sub variabel Indikator Skor Catatan
Motivasi Durasi
(berapa lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas
Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >15 menit
3
Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >10 menit
2
Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >5 menit 1 Persistensi (ketetapan dan kelekatannya (fokus) pada pembelajaran prabaca-tulis yang diajarkan)
Anak asyik mengerjakan kegiatan (tidak teralihkan pada kegiatan lain)
3
Anak asyik mengerjakan kegiatan namun mudah teralihkan
konsentrasinya
2
Anak lebih banyak memperhatikan objek lain (kegiatan lain)
1 Kesabaran, keuletan dan ketekunan dalam mengikuti pembelajaran
Mengikuti kegiatan hingga tuntas
3
Tidak menyelesaikan kegiatan
2
Tidak mengikuti kegiatan 1 Tingkatan Aspirasi (aktif bertanya, berpartisifasi, mengambil peran dalam pembelajaran)
Berperan aktif (banyak bertanya, riang gembira dalam pembelajaran, membantu teman)
3
Berpartisifasi (ikut mengerjakan tugas saja)
2
Tidak menunjukkan minat (lesu, memilih kegiatan lain, memperhatikan objek lain)
1
Tingkatan
kualifikasi produk yang dicapai dari kegiatannya
Dikerjakan dengan sungguh-sungguh
(menyelesaikan tugas dengan menambahkan
57
kreasi baru/inovasi/nilai tambah
Hanya menyelesaikan tugas (target tuntas)
2
Tidak selesai dalam mengerjakan tugas 1 Tingkatan kualifikasi pencapaian aspek perkembangan (prestasi) yang dicapai dari kegiatannya
Anak menyelesaikan tugas dengan benar tanpa bantuan
3
Anak menyelesaikan tugas dengan bantuan
2
Anak tidak dapat mengerjakan tugas (anak mengeluh tidak bisa) 1 Frekuensi (berapa sering kegiatan dilakukan dalam waktu tertentu)
Anak mengulang dan atau meminta untuk mengulang kegiatan
3
Anak cukup
mengerjakan 1x
2
Anak tidak
menyelesaikan pekerjaan
1
Sumber : Rachmawati (2009)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk
memperjelas permasalahan yang akan diteliti dan untuk mengetahui hal-hal yang
lebih mendalam dari responden (Sugiyono, 2010). Mengutip pendapat Sanjaya
(2011) wawancara juga dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih luas,
juga untuk mengecek kebenaran data yang sudah didapat. Dalam hal ini
wawancara dilakukan kepada guru kelas dan kepala sekolah.
Tabel 3.6
Pedoman wawancara untuk guru sebelum tindakan No Aspek yang
ditanyakan
pertanyaan catatan
1. Masalah di kelas Masalah apa yang dirasakan/yang muncul dalam kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di kelas?
58
mengajar dilakukan guru dalam
kegiatan pembelajaran prabaca-tulis?
3. Media pembelajaran Media apa yang biasa
digunakan untuk
pembelajaran prabaca-tulis dikelas?
4. Motivasi siswa Bagaimana partisifasi dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di kelas?
Tabel 3.7
Pedoman wawancara untuk guru sesudah tindakan
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana pendapat ibu mengenai penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan
Lingkungan Sekitar) dalam pembelajaran prabaca-tulis di kelas yang ibu bina?
2 Apakah penerapan model BALS dapat
meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran di kelas?
3 Apakah model pembelajaran BALS dapat diterapkan untuk meningkatkan aspek perkembangan yang lainnya?
4 Hambatan/kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan model BALS di kelas yang ibu bina?
Adapun catatan harian dilakukan dengan mencatat segala peristiwa yang
terjadi berkaitan dengan tindakan yang dilakukan guru, sehingga akan terlihat
perkembangan dari tindakan yang diberikan tersebut dan perkembangan siswa
dalam melakukan proses pembelajaran (Sanjaya, 2011).
Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yaitu
melalui dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah pengumpulan
data-data peristiwa yang sudah lalu/sudah dilakukan, bisa berupa tulisan, hasil
59
E. Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul selama penelitian kemudian dianalisis untuk
memberikan gambaran sejauhmana upaya/tindakan yang sudah dilakukan guru
dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, dengan kata lain data atau
informasi tersebut sudah dapat menjawab rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. Dalam hal ini Sanjaya (2011) menegaskan bahwa menganalisis data
adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data untuk mendudukkan
berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
jelas sesuai dengan tujuan penelitian.
Sementara itu, Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit dan menyusunnya ke
dalam pola, kemudian dipilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan
membuat kesimpulan sehingga mudah difahami semua.
Dari paparan di atas, proses analisis data dilakukan melalui tiga tahap
(Sanjaya, 2011; Sugiyono, 2010), yaitu:
1. Reduksi data: kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.
Langkah teknisnya yaitu dengan mengumpulkan semua data kemudian
dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan dikelompokkan sesuai
fokus masalah.
2. Penyajian data/ data display: mengorganisasikan atau mendeskripsikan
data yang disajikan baik dalam bentuk tabel, grafik atau uraian singkat
sehingga data tersebut lebih bermakna dan mudah difahami.
3. Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data yang diperoleh.
F. Validasi Data
Validasi data dilakukan untuk menguji keabsahan atau kesahihan data
60
peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Pengujian
data dilakukan dengan langkah:
1. Triangulasi
Kegiatan memeriksa kembali data-data atau informasi dengan berbagai
teknik (Sanjaya, 2011). Dalam hal ini triangulasi dilakukan dengan dua
cara yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik (Sugiyono, 2010).
Triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek data yang diperoleh
melalui beberapa sumber, selain kepada guru kelas yang bersangkutan
juga kepada guru yang lain dan kepala sekolah.
Sedangkan triangulasi teknik yaitu pengecekan data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda, selain wawancara dan
observasi juga melihat hasil karya/pekerjaan anak seperti LKS atau
foto-foto kegiatan (dokumentasi).
2. Membercheck
Proses pengecekan kembali data yang sudah diperoleh kepada pemberi
data, untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian data yang diperoleh
dengan yang diberikan oleh pemberi data. Kegiatan membercheck ini
dilakukan baik secara individual bersama guru kelas yang
bersangkutan setiap selesai melakukan tindakan siklus, juga dengan
guru dan kepala sekolah dalam forum diskusi setelah semua tindakan
siklus selesai dilakukan.
3. Audit Trail (Komariah, 2011)
Kegiatan memeriksa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang
digunakan oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan
4. Expert Opinion (Komariah, 2011)
Pemeriksaan data atau pelaksanaan penelitian kepada ahlinya atau
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang
meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis melalui
penerapan model BALS pada anak kelompok B di RA At-Taqwa ini yaitu:
1. Keadaan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa
masih belum sesuai dengan yang diharapkan, dimana dari jumlah keseluruhan
murid RA At-Taqwa, anak-anak belum satupun yang termasuk kategori
motivasi tinggi. Sebanyak empat anak masih berada pada kategori motivasi
rendah dan sembilan anak berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap anak dan wawancara dengan guru kelas dimana dalam
mengikuti kegiatan prabaca-tulis sikap yang dimunculkan anak-anak seperti
tidak bersemangat, terlihat lemas, kurang aktif bertanya tentang isi
pembelajaran. Dalam mengerjakan tugas, beberapa anak mengeluh tidak bisa
atau lelah, atau kalaupun mengerjakan hanya sekedar tuntutan, bahkan ada
yang tidak mau menyelesaikan tugasnya. Hal ini salahsatunya dikarenakan
bentuk kegiatan atau metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan
terkesan monoton, dimana anak hanya duduk, memperhatikan lalu
mengerjakan tugas sesuai instruksi guru, sementara media yang digunakanpun
terbatas pada kertas-kertas, buku majalah/Lembar Kerja Siswa. Anak-anak
belum faham terhadap apa yang sedang dikerjakannya dan mengapa ia harus
mengerjakan hal tersebut.
2. Implementasi penerapan model BALS dalam pembelajaran prabaca-tulis di
RA At-Taqwa dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing satu kali
tindakan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan model BALS antara
lain: mengangkat tema dari alam dan lingkungan sekitar, selalu diawali
dengan berdiskusi tentang tema, menggunakan media dari bahan alam dan
lingkungan sekitar, dan mengaktifkan seluruh panca indra anak
85
sesuai dengan konsep pendidikan bermakna dan menyenangkan (Contextual
Learning, Hands On Experience dan Joyfull Learning), juga sesuai dengan
karakteristik dan perkembangan anak (pendekatan DAP dan Konstruktivis).
3. Penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan Lingkungan Sekitar)
dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa menunjukkan adanya
peningkatan motivasi belajar anak. Dapat dilihat dari hasil setiap siklus,
dimana ketika observasi awal ada 4 anak yang masih dalam kategori rendah
dan 9 anak berada dalam kategori sedang. Kondisi motivasi anak meningkat
pada tiap siklus, dimana pada siklus 1 tidak ada lagi anak yang dalam kategori
rendah. hanya 2 anak yang berada pada kategori sedang dan 10 anak berada
pada kategori tinggi. Pada siklus kedua semua anak yang hadir yaitu 12 orang
berada pada kategori tinggi. Begitu juga pada siklus ketiga, sebanyak 9 anak
yang hadir saat itu, berada dalam kategori tinggi.
B. Rekomendasi
Mengacu pada temuan-temuan hasil penelitian ini, maka peneliti bermaksud
menyampaikan beberapa usulan yang diharapkan dapat menjadi masukan atau
manfaat bagi pihak-pihak terkait. Adapun usulan tersebut antara lain ditujukan
kepada:
1. Pihak Sekolah
a. Dapat menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai untuk anak
usia dini khususnya anak TK dalam program kerjanya.
b. Menyediakan alat, sumber belajar dan fasilitas-fasilitas yang dapat
mendukung proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan di
sekolahnya.
2. Guru
a. Dapat menciptakan kegiatan yang menarik dengan penggunaan media
yang bervariatif dan sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan tingkat
perkembangan anak sehingga anak dapat belajar dengan bermakna dan
86
b. Dapat merubah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan
bagi anak dengan memasukkan konsep/model BALS ke dalam program
pembelajaran di kelas sehingga anak akan terus termotivasi untuk belajar.
3. Peneliti Selanjutnya
a. Dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan lingkup yang lebih
luas, tidak hanya pada aspek prabaca-tulis saja, sehingga dapat
memberikan sumbangan ilmu yang lebih kaya baik bagi mahasiswa,
pendidik, lembaga, anak-anak dan masyarakat.
b. Mengadakan kajian-kajian lebih mendalam mengenai konsep
pembelajaran anak khususnya Taman Kanak-kanak, sehingga dapat
DAFTAR PUSTAKA
A.M Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rajawali Pers.
Anifah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Yuma Pustaka.
Aptisoma. (2011). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.[online]. Tersedia:http://simbos,web.id/berita-pendidikan/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar/[22 Oktober 2012]
Arikunto, Suharsimi, dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Cobine, Gary R. (1995). Writing as a Response to Reading. ERIC Clearinghouse on Reading English and Communications Bloomington IN. Tersedia:
http://www.vtaide.com/png/ERIC/Write-Read.htm (akses tgl 21
Sept'2012)
Dhieni, Nurbiana, dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas.
Hariyanto. (2010). Motivasi Belajar. [online].
Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/[7 Maret 2013]
Hartati, Tatat. (1999). Program Membaca Dini bagi Anak Prasekolah. Bandung. FIP IKIP Bandung.
Hendriani, Yeni. (TT). Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. P4TK IPA Bandung.[online]. Tersedia:http://ilmuwanmuda. Wordpress. Com/Pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/[5 Februari 2013].
Hidayanti, Maria. (2011). Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak TK melalui Pembelajaran Sains berbasis Pemanfaatan Lingkungan Sekitar. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
Masitoh. (2011). Cerdas dan Cermat Menyiapkan Generasi Unggul di Masa Depan Melalui Peduli Pendidikan Sejak Dini. Bandung. UPI.
Maulani, S. (2007). Penerapan Pendekatan Pengalaman Berbahasa (Language Experience Approach) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi pada UPI Bandung:Tidak Diterbitkan.
Megawangi, Ratna dkk. (2005). Pendidikan Holistik. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
Musfiroh, T. (2009). Menumbuhkembangkan Baca-tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.
Rachmawati, Yeni. dkk. (2009). Pengaruh Realistic Mathematic Education (RME) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini. Laporan Penelitian. LPM UPI.
Rachmawati, Yeni. (2012). “BALS” (Belajar pada Alam dan Lingkungan Sekitar) untuk Anak Usia Dini”. Bandung. PGPAUD FIP UPI
Roskos, Kathleen A et all. (2003). The Essentials of Early Literacy Instruction.[online].
Tersedia:http://www.naeyc.org/files/yc/file/200303/Essentials.pdf.[5 Februari 2013]
Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock, W. John. (2007). Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas Jilid 1. Erlangga.
Saptiah, Siti. (2008). Penerapan Metode De Bono dalam Pembelajaran Bahasa di TK. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.
Sessiani, Ade Lucky. (2007). Pengaruh Metode Multisensori Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman
Kanak – Kanak (Studi Eksperimental di TK ABA 52 Semarang).[online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/10438/1/Lucky_Ade_S._M2A_003_037.pdf
Setyawati, Lusi. (2011). Penerapan Teknik Membaca Melalui Mind Map dalam Pembelajaran Membaca Dini pada Anak Usia Dini. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.
S. L Fuad, Nenden. (1990). Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sriningsih, Nining. (2010). Belajar dan Pembelajaran untuk Anak Usia Dini. Makalah. UPI Bandung.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Sumber Belajar. [online].
Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa.[22 Oktober 2012].
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukandar, Muldiani. Dini. (2011). Penggunaan Media Pembelajaran berbasis Alam dalam Penyelenggaraan Program Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) di Kelompok Bermain Kinanti. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.
Sumarni, S. (1994). Perkembangan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Prasekolah. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). IKIP Yogyakarta.
Tarigan, H.G. (1987). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
TN. (2009). Lingkungan sebagai Sumber dan Media Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://ekohs.wordpress.com/2009/09/01/lingkungan-sebagai-sumber-dan-media-pembelajaran.html[5 Februari 2013].
TN. (2011). Media dan Sumber Belajar. [online]. Tersedia: http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html[22
Oktober 2012].
TN. (TT). Implementasi Pembelajaran Experiential Learning di TK Sekolah Alam Bandung. [online]. Tersedia:http://repository.upi. edu/operator/upload/t pd 0704849 chapter 1.pdf[5 Februari 013]
Wuryandani, Wuri. (TT). Lingkungan sebagai Sumber Belajar untuk Mengembangkan Aspek Sosioemosional Anak. UNY. Tersedia:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C-Lingkungan%20Sebagai%20Sumber%20Belajar%20Untuk%20Mengemb
angkan%20Aspek%20Sosio%20Emosional%20Anak_1.pdf (akses tgl 22
okt'2012).
Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
.
.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C-Lingkungan%20Sebagai%20Sumber%20Belajar%20Untuk%20M engembangkan%20Aspek%20Sosio%20Emosional%20Anak_1.p df
Menurut Sanjaya (2008, tersedia:
http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html)
media pembelajaran adalah "segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat
dirumuskan (Rusman, 2008 dalam tersedia: http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html
Beaty, JJ.(1996). Skill For Preschool Teacher. New Jersey. Ohio. Merill
Hernawan, Wawan. (2009). Peningkatan Kompetensi Menulis Melalui Model
Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
Leonhardt, Mary. (1997). Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t. Jakarta:
Grassindo.