• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS (BELAJAR DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR): Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka tahun Ajaran 2012-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS (BELAJAR DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR): Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka tahun Ajaran 2012-2013."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS ( BELAJAR

DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)

( Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH: NUNI JUNIASIH

1009007

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

==================================================================

MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS ( BELAJAR

DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)

( Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka Tahun Ajaran 2012-2013)

OLEH: NUNI JUNIASIH

1009007

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© NUNI JUNIASIH 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

INCREASE CHILDREN’S MOTIVATION IN PRE READING-WRITING

INSTRUCTION WITH BALS’S MODEL IMPLEMENTATION

(The Classroom Action Research to Group B in RA At-Taqwa Cicalengka Academic Year 2012-2013)

Nuni Juniasih 1009007

Pre Reading-writing skills is one of children development which need stimulation since young age. As a facility their need to recognize their environment, pre reading-writing skills is important of language development for young learners. Unfortunately, the instructions of pre reading-writing in RA At-Taqwa has not optimilized yet to increase children’s motivation to follow the class.

The probles source of the research are: 1) How is the condition of children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA At-Taqwa with using books

and children’s worksheet, 2) How is the steps of BALS model’s implementations to increase children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA

At-Taqwa, 3) how is the increasing of children’s motivation in pre reading-writing instructions in RA At-Taqwa with BALS model’s implementations. To knowing

the implementations of BALS model in increasing the children’s motivation in pre reading-writing instructions, the research used classroom action research with 3 siklus. The conclusion of the research that BALS model is able to increase

(6)

ABSTRAK

MENINGKATKAN MOTIVASI ANAK DALAM PEMBELAJARAN PRABACA-TULIS MELALUI PENERAPAN MODEL BALS (BELAJAR

DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)

(Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B RA At-Taqwa Cicalengka tahun Ajaran 2012-2013)

Nuni Juniasih 1009007

Keterampilan Prabaca-tulis merupakan salahsatu aspek perkembangan anak yang perlu distimulasi sejak dini. Selain untuk memfasilitasi perkembangan anak dan kebutuhannya, juga sebagai sarana bagi anak dalam menggali lingkungan sekitarnya. Keterampilan prabaca-tulis juga merupakan bagian dari aspek perkembangan bahasa yang sangat penting dalam perkembangan anak. Sayangnya, pembelajaran prabaca-tulis sebagai upaya stimulasi aspek perkembangan bahasa ini belum optimal sebagaimana yang terjadi di RA At-Taqwa, dimana anak-anak kurang memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis. Penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah penelitiannya, yaitu: 1) bagaimana kondisi motivasi anak RA At-Taqwa dalam pembelajaran prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS, 2) bagaimana bentuk implementasi penerapan model BALS dalam meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa, 3) bagaimana peningkatan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa melalui penerapan model BALS. Dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model BALS dalam meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dan dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing satu kali tindakan. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model BALS dapat meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis. Hal ini didasarkan pada perolehan hasil skor nilai motivasi yang diperoleh, dimana pada observasi awal diperoleh hasil dari 13 jumlah keseluruhan murid RA At-Taqwa, sebanyak 4 (empat) anak masih berada dalam kategori motivasi rendah dan 9 (Sembilan) anak bermotivasi sedang. Adapun peningkatan motivasi anak terlihat pada tiga siklus yang dilakukan, dimana dalam tiga siklus tersebut tidak lagi terdapat anak yang bermotivasi rendah. Pada siklus satu sebanyak 10 (sepuluh) anak sudah masuk dalam kategori motivasi tinggi dan hanya 2 (dua) anak yang bermotivasi sedang, dan pada siklus dua dan tiga, semua anak yang mengikuti kegiatan pembelajaran masuk dalam kategori motivasi tinggi, yaitu masing-masing 12 anak dan sembilan anak.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH………. iii

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GRAFIK……….. viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian………... 6

D. Manfaat Penelitian………. 6

E. Asumsi Dasar………. 7

F. Penjelasan Istilah………... 8

BAB II KONSEP KETERAMPILAN PRABACA-TULIS ANAK TK, MOTIVASI BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BALS (BELAJAR DENGAN ALAM DAN LINGKUNGAN SEKITAR)……… 10

A. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak………... 10

1. Karakteristik Anak Usia Taman Kanak-kanak………… 11

2. Metode dan Prinsip-prinsip Pembelajaran di Taman Kanak-kanak……… 12 3. Media dan Sumber Belajar di Taman Kanak-kanak…... 13

4. Belajar dengan Alam dan Lingkungan Sekitar………... 19

B. Motivasi dalam Pembelajaran Anak Taman Kanak-kanak.... 25

1. Pengertian Motivasi Belajar……… 25

2. Macam-macam Motivasi dan Faktor yang Mempengaruhinya………... 27

3. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran……….. 28

4. Upaya, Teknik dan Strategi untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Anak………. 29

C. Perkembangan Bahasa Anak Taman Kanak-kanak………... 32

1. Pengertian dan Fungsi Bahasa………. 33

2. Teori Pembelajaran Bahasa Anak……… 35

3. Aspek-aspek Perkembangan Bahasa………... 36

4. Keterampilan Prabaca-tulis Anak Taman Kanak-kanak……… 41

(8)

b. Tahapan Perkembangan Menulis Anak TK……….. 44

D. Penelitian-penelitian Terdahulu………. 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 48

A. Metode Penelitian……….. 48

B. Lokasi dan Subjek Penelitian……… 49

C. Desain Penelitian………... 50

1. Identifikasi Masalah……… 50

2. Perencanaan ……… 51

3. Pelaksanaan Tindakan………. 55

4. Observasi ……… 55

5. Refleksi ……….. 55

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data…….. 55

E. Teknik Analisis Data………. 59

F. Validasi Data………. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 61

A. Kondisi Obyektif………... 61

1. Sejarah RA At-Taqwa Cicalengka……….. 61

2. Profil Guru dan Murid RA At-Taqwa Cicalengka…….. 61

3. Kegiatan Rutin Proses Pembelajaran di RA At-Taqwa Cicalengka………... 62

4. Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………... 63

B. Tahap Implementasi PTK……….. 65

1. Siklus I………. 65

2. Siklus II………... 70

3. Siklus III……….. 76

C. Pembahasan ……….. 78

1. Kondisi Obyektif Motivasi Anak dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa dengan Menggunakan Media Buku Tulis dan LKS (Lembar Kerja Siswa)…... 79

2. Implementasi Penerapan Model BALS dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………... 80

3. Peningkatan Motivasi Anak dalam Pembelajaran Prabaca-tulis di RA At-Taqwa Cicalengka………. 82

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 84

A. Kesimpulan……… 84

B. Rekomendasi………. 85

(9)
(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek yang sangat penting

pada anak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan

alat/media anak untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Dengan bahasa,

anak dapat mengungkapkan kebutuhan, keinginan, perasaan dan pikirannya

kepada orang lain. Begitu pula sebaliknya anak belajar memahami pikiran,

perasaan dan keinginan orang lain. Karena itu kemampuan berbahasa harus

dikembangkan sejak dini.

Kemampuan bahasa, seperti dijelaskan Sugono (Dhieni dkk, dalam

Setyawati, 2011) meliputi kemampuan bahasa lisan dan kemampuan bahasa

tulisan. Kemampuan bahasa lisan terkait pada keterampilan menyimak dan

berbicara, sementara rumpun kemampuan bahasa tulisan adalah keterampilan

membaca dan menulis. Adapun untuk keterampilan membaca dan menulis, anak

usia TK berada pada tingkat pre-reading (Setyawati, 2011).

Membaca dan menulis dini (prabaca-tulis) sangat penting untuk

dikembangkan sejak dini salah satunya untuk membantu memfasilitasi

perkembangan anak, karena sebagaimana dikatakan Sholehuddin (2000) bahwa

anak pada usia ini lajimnya sudah menunjukkan suatu minat yang meningkat

terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis. Lebih lanjut lagi Sholehuddin

menyatakan:

anak-anak pada usia 4-5 tahun senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menuliskan kata-kata itu, seperti senang menuliskan namanya sendiri atau kata-kata lain yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.

Selain itu mereka juga memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap

bentuk tulisan yang dia ucapkan, hal ini ditegaskan Norton (Sumarni, 1994)

bahwa salah satu perkembangan kebahasaan anak usia 5-6 tahun yaitu anak sudah

(11)

2

Hal lain yang mendasari pentingnya perkembangan prabaca-tulis

dikembangkan sejak dini karena menurut Montessori (Maulani, 2007) kegiatan

membaca merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.

Menurut Montessori, anak usia 3 – 4 tahun sudah dapat diajarkan menulis dan di

usia 4-5 tahun anak lebih mudah belajar membaca dan mengerti angka.

Tampubolon (Maulani, 2007) menambahkan bahwa kegiatan membaca perlu

diberikan sebagai salah satu upaya menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca

sekaligus guna mempersiapkan anak dalam memasuki pendidikan dasar.

Sementara menurut Neuman (Setyawati, 2011) tujuan pembelajaran baca tulis

bagi anak usia 3-5 tahun adalah memberi kesempatan pada anak untuk

menyelidiki lingkungan mereka dan membangun dasar-dasar untuk belajar

baca-tulis.

Berdasarkan uraian di atas jelas tergambar pentingnya pengembangan

keterampilan prabaca-tulis sejak dini, di antaranya untuk memfasilitasi

perkembangannya, kebutuhananya, serta menumbuhkan minat dan kebiasaan

membaca pada anak. Selain sebagai bentuk permainan yang menyenangkan bagi

anak serta sebagai sarana bagi anak dalam menggali lingkungan sekitarnya, juga

untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan dasar.

Namun pada kenyataannya, hal yang ditemui di lapangan tidak

mendukung pada pentingnya upaya pengembangan prabaca-tulis tersebut. Pada

umumnya praktek pembelajaran yang dilakukan melalui proses drilling pada

anak, pembelajaran prabaca-tulis sering dilakukan dalam bentuk kegiatan

pembelajaran yang monoton, anak hanya duduk diam di kursi mengerjakan

baca-tulis sehingga tidak menarik minat anak, bahkan anak merasa frustasi. Hal ini pula

yang tergambar pada proses pembelajaran di RA At-Taqwa. Berdasarkan hasil

pengamatan, proses pembelajaran di RA At-Taqwa masih sangat konvensional, di

mana kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre).

Pembelajaran di RA At-Taqwa, khususnya pembelajaran prabaca-tulis, masih

mengandalkan penggunaan kertas-kertas dan majalah atau LKS saja sebagai

medianya. Anak-anakpun hanya difokuskan pada penguasaan membaca atau

(12)

3

yang dilakukan di RA tersebut seputar mengenal huruf alphabet, huruf tunggal

ataupun sukukata dan menyambungkannya sehingga menjadi sebuah kata, baik itu

kata yang mengandung makna seperti bo-la, bu-ku, namun kadang kata yang

dibentuknya tidak mengandung arti atau makna, seperti misalnya bo – ku, di – du.

Kegiatan lainnya seperti membentuk huruf di atas garis yang sudah ditentukan

atau menebalkan titik-titik membentuk huruf tertentu.

Kondisi-kondisi di atas jelas tidak memberikan suatu pengalaman belajar

yang menarik bagi anak-anak juga tidak memunculkan ketertarikan (interest) pada

anak untuk belajar. Anak-anak tidak tahu sedang belajar apa dan tidak faham

mengapa harus mempelajari hal tersebut. Dengan kata lain mereka kurang

termotivasi atau bahkan tidak memiliki motivasi untuk belajar. Dalam hal ini

Sardiman (2009) berpendapat bahwa persoalan motivasi seseorang tergantung

pada unsur pengalaman dan interest yang dimiliki orang tersebut. Untuk itu

penting sekali menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan motivasi belajar

anak.

Praktek pembelajaran seperti yang digambarkan di atas, sebagaimana

dinyatakan Santrock (Sessiani, 2007) tidak cocok diterapkan karena menekankan

keterampilan secara terpisah. Hal ini senada dengan NAEYC dan Megawangi,

dkk (2005) yang beranggapan jika anak belajar menulis hanya dengan mengikuti

titik-titik yang sudah dibuat guru, anak tidak mengerti apa yang ia tulis. Meskipun

begitu, guru-guru RA At-Taqwa juga melakukan upaya untuk membantu

mengembangkan keterampilan membaca anak, seperti dengan memajang

gambar-gambar yang disertai tulisannya, huruf-huruf tunggal dan suku kata, namun

anak-anak jarang sekali dilibatkan untuk lebih menggali dan mengerti apa yang dibaca

dan ditulisnya. Padahal menurut Katz dan Chard (dalam Megawangi dkk, 2005),

anak-anak memerlukan keterlibatan fisik untuk mencegah mereka dari kelelahan

dan kebosanan. Cara belajar yang memposisikan anak sebagai obyek pasif seperti

harus duduk diam dan mendengarkan dalam waktu yang lama, tidak baik untuk

perkembangan fisik dan akademik mereka. Sebaliknya pembelajaran yang aktif

(13)

4

baik. Perkembangan ini sangat berguna bagi perkembangan bahasa anak,

khususnya keterampilan prabaca-tulis.

Selain itu media yang digunakan guru kurang menarik bagi anak-anak,

bahkan sama sekali tidak menggunakan media yang membantu anak-anak untuk

memahami apa yang dibaca atau ditulisnya, seperti penggunaan benda-benda

nyata (kongkrit). Pembelajaran sangat bersifat akademis, hanya menekankan pada

penguasaan kemampuan membaca dan menulis tanpa makna ataupun

mengesankan bagi anak. Faktor lain adalah sikap guru yang terlalu memaksakan

anak untuk mengerjakan tugas sesuai instruksi yang diharapkan guru, misalnya

anak dipaksa menulis huruf atau angka dengan cara yang ditentukan guru, bahkan

tidak jarang guru ikut membimbing tangan anak agar mau menuliskan huruf atau

angka tersebut. Padahal seperti dikatakan Musfiroh (2009) bahwa anak pada usia

tersebut berada pada fase perkembangan bahasa yang ekspresif bebas. Terlebih

bila memperhatikan aspek perkembangan anak, bahwa tidak semua anak sama,

ada anak yang kebutuhan geraknya lebih banyak, ada pula anak yang tidak

menyukai kegiatan yang berkaitan dengan pensil dan kertas, sehingga diperlukan

metode atau cara-cara yang lebih menantang atau menarik agar anak bersedia

mengikuti pembelajaran tersebut, dalam arti anak termotivasi untuk megikuti dan

melakukan kegiatan pembelajaran prabaca-tulis tersebut.

Pembelajaran prabaca-tulis pada anak Taman Kanak-kanak harus

memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran pada anak TK. Steinberg (Hartati,

1999) menjelaskan bahwa salah satu dari prinsip pokok pembelajaran membaca

dini yaitu pengajaran membaca haruslah menyenangkan bagi anak dan materi

bacaan harus terdiri dari kata-kata, frase, dan kalimat yang bermakna, terutama

dari segi pengalaman anak. Begitupun dengan pembelajaran menulis, karena

menulis sebagaimana halnya membaca dan dua aspek keterampilan berbahasa

lainnya merupakan suatu proses perkembangan (Tarigan, 2008). Untuk belajar

menulis dan membaca diperlukan pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,

keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung. Sebagaimana

diutarakan oleh Seefeldt & Wasik (Setyawati, 2011) bahwa untuk membina

(14)

5

yang mendorong mereka untuk membuat tanda-tanda di kertas untuk menulis,

seperti menuliskan namanya sendiri, menuliskan nama barang atau benda.

Sessiani (2007) menjelaskan bahwa praktek pembelajaran prabaca-tulis yang

berpedoman pada Developmentally Appropriate Practices (DAP) yaitu dengan

membiarkan anak bereksplorasi sendiri, mencoba menulis huruf atau kata yang ia

inginkan dan guru hanya memberi contoh bila perlu. Selain harus memperhatikan

prinsip-prinsip pembelajaran pada anak TK, pembelajaran prabaca-tulis juga harus

memperhatikan perbedaan tingkat kemampuan anak serta tipe pembelajaran pada

tiap anak.

Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran

prabaca-tulis dapat dilakukan melalui penerapan model BALS (Belajar pada Alam

dan Lingkungan Sekitar). Model pembelajaran BALS diatur secara khusus untuk

mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull), menyenangkan (fun)

dan dapat mengoptimalkan keseluruhan potensi dan perkembangan anak

(Rachmawati, 2012). Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa untuk belajar

menulis dan membaca diperlukan pengalaman, waktu, kesempatan, latihan,

keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung. Keterampilan

prabaca-tulis juga menuntut penguasaan beberapa aspek kemampuan yang lain

seperti kemampuan motorik kasar dan motorik halus, kordinasi mata dan tangan,

kemampuan mengenal huruf dan bunyinya, memahami kata, dan lain-lain. Dalam

pembelajaran BALS anak diajak untuk aktif dan mendapat pengajaran langsung

kegiatan prabaca-tulis secara bermakna. Kegiatan prabaca-tulis itu dilakukan baik

sebelum kegiatan inti, saat kegiatan inti berlangsung maupun sesudahnya. Karena

dalam pembelajaran BALS menggunakan alam dan lingkungan sekitar sebagai

media atau sumber belajarnya sehingga sangat cocok dan sesuai dengan

prinsip-prinsip pembelajaran anak serta karakteristik belajar anak.

(15)

6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah secara umum yang ingin dikaji dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran

prabaca-tulis melalui penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan Lingkungan

Sekitar)?”

Secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini dijabarkan sebagai

berikut:

1. Bagaimana kondisi motivasi anak di RA At-Taqwa dalam pembelajaran

prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS?

2. Bagaimana bentuk implementasi penerapan model BALS dalam pembelajaran

prabaca-tulis di RA At-Taqwa?

3. Bagaimana peningkatan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA

At-Taqwa melalui penerapan model BALS?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

model pembelajaran BALS dalam meningkatkan motivasi anak khususnya dalam

pembelajaran prabaca-tulis.

Adapun tujuan khususnya yaitu :

1. Mengetahui kondisi obyektif motivasi belajar anak di RA At-Taqwa dalam

pembelajaran prabaca-tulis dengan menggunakan media buku tulis dan LKS

2. Mengetahui bentuk implementasi model BALS dalam pembelajaran

prabaca-tulis

3. Mengetahui peningkatan motivasi belajar anak dalam pembelajaran

prabaca-tulis di RA At-Taqwa melalui penerapan model BALS

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan dengan

penelitian ini dapat menambah keilmuan tentang penerapan model pembelajaran

yang berbasiskan alam dan lingkungan sekitar, khususnya dalam meningkatkan

(16)

7

Adapun manfaat secara praktis yang dapat diambil dari penelitian ini

adalah :

1. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepala

sekolah dalam menerapkan sebuah model pembelajaran untuk meningkatkan

motivasi anak di Taman Kanak-kanak khususnya berkaitan dengan

pembelajaran prabaca-tulis.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan bagi guru

dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kegiatan yang tepat dan

menarik terutama dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam

pembelajaran prabaca-tulis di Taman Kanak-kanak

3. Bagi Anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif kegiatan yang

menarik bagi anak TK khususnya dalam pembelajaran prabaca-tulis sehingga

dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar

E. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Anak-anak belajar dan membangun pengetahuannya melalui interaksi langsung

dengan obyek-obyek yang ada di sekitarnya (benda mati, tumbuhan, hewan),

dengan cara mengeksplorasi lingkungannya (Piaget dalam Masitoh, 2011).

2. Anak-anak menyerap informasi dengan cara pengalaman nyata termasuk

melalui alat indra penciuman, perasa, pendengaran, penglihatan dan peraba

(multisensoris) (Elkind, 1987 dalam Masitoh, 2011)

3. Alam dan lingkungan sekitar merupakan media pembelajaran yang kongkrit

bagi anak dan merupakan sumber pengembangan multi aspek perkembangan

anak ( Rachmawati, 2012)

4. Keterampilan membaca dan menulis merupakan bagian dari aspek

perkembangan anak yang harus distimulasi. Keduanya (prabaca-tulis)

(17)

8

kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran

langsung (Tarigan, 2008).

5. Anak usia TK sudah memiliki dasar-dasar untuk mengembangkan

keterampilan membaca dan menulis (Sholehuddin, TT)

6. Anak dapat memahami dan mengingat suatu informasi jika mereka mendapat

kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya dan

memanipulasinya (Dhieni dkk, 2007)

7. Seseorang akan berhasil dalam belajar jika pada dirinya ada motivasi belajar

(Sardiman, 2009)

8. Anak yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar ( Sardiman, 2009)

F. Penjelasan Istilah

Untuk membatasi istilah dalam penelitian ini, maka dipandang perlu dibuat

suatu penjelasan. Adapun penjelasan istilah yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang menggerakkan anak untuk

melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2009). Motivasi belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan/motivasi untuk mengikuti dan

melakukan kegiatan pembelajaran prabaca-tulis.

2. Prabaca-tulis adalah keterampilan pra membaca dan menulis (baca tulis awal)

yang diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah khususnya anak

usia TK. Dalam beberapa literatur istilah ini dikenal juga dengan istilah pra

membaca, baca tulis awal atau membaca atau menulis dini, seperti yang

dikutip oleh Hartati (1999) bahwa

(18)

9

Sedangkan Sholehuddin (2000) menggunakan istilah "baca tulis awal" untuk

menunjukkan kegiatan pengembangan keterampilan tersebut bagi anak usia

4-5 tahun (usia TK), sebagaimana dalam penjelasannya bahwa

"anak usia 4-5 tahun lajimnya sudah memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis….., guna mengembangkan aspek keterampilan baca-tulis awal, para guru dan/atau orangtua dapat melakukannya dengan menyediakan lingkungan kelas dan rumah yang kaya dengan bahan-bahan tulisan dan bacaan yang menstimulasi perkembangan bahasa dan keterampilan baca-tulis anak dalam suatu konteks yang bermakna"

Sementara dalam istilah asing prabaca-tulis ini dikenal dengan banyak istilah,

di antaranya pre-reading skills, emergent literacy, emergent reading, emergent

writing. Ada juga yang menggunakan istilah early reading and writing dan

early literacy (Roskos, et all, 2003). Sebagaimana dalam jurnalnya, Roskos, et

all (2003) menyatakan bahwa

"we hope to show that well-considered early literacy instruction is certainly not a bramble-bush for our very young children, but rather a welcoming environment in which to learn to read and write".

Lebih lanjut Roskos menyatakan

"today a variety of terms are used to refer to the preschool phase of literacy development__emerging literacy, emergent reading, emergent writing, early reading, symbolic tools, and so on."

"children's early reading and writing learning, in other words, is embedded in a larger developing system of oral communication. Early literacy is an emerging set of relationships between reading and writing" (Roskos, et all, 2003).

Adapun dalam penelitian ini penulis akan menggunakan istilah prabaca-tulis

untuk mengacu pada definisi variabel di atas.

3. BALS (Belajar dengan alam dan lingkungan sekitar) adalah suatu model

pembelajaran di PAUD yang menjadikan alam dan lingkungan sekitar anak

sebagai sumber belajar dimana prinsip dan prosedur pelaksanaannya diatur

secara khusus untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna (meaningfull

learning) dan menyenangkan (fun) dan dapat mengoptimalkan keseluruhan

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (classroom action research). Berangkat dari permasalahan di

lapangan terkait dengan pembelajaran prabaca-tulis dimana kegiatan-kegiatan

yang dilakukan kurang bervariasi dan kurang menarik sehingga anak-anak tidak

merasa antusias bahkan tidak mau mengikuti kegiatan tersebut, maka sebagai

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar tersebut, dilakukan suatu tindakan

untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa (Arikunto dkk, 2011), dalam

hal ini penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak-anak kelompok

B dalam mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di TK (Taman

Kanak-kanak)/RA At-Taqwa Cicalengka. Adapun alternatif pemecahan masalahnya yaitu

melalui penerapan model pembelajaran BALS (Belajar dengan Alam dan

lingkungan Sekitar).

Untuk mengatasi permasalahan di atas, sesuai tujuan penelitiannya, maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan

Kelas (classroom action research). Hal ini selaras dengan pendapat Grundy dan

Kemmis (Sanjaya, 2011) yang menyatakan bahwa tujuan penelitian tindakan

adalah untuk peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan

situasi tempat praktik berlngsung. Lebih spesifik lagi, Suyanto (1997) menyatakan

bahwa tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan atau

memperbaiki praktek pembelajaran di kelas.

Penelitian Tindakan Kelas itu sendiri merupakan suatu bentuk penelitian

yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas

secara lebih professional (Suyanto, 1997), dilakukan oleh guru, bekerjasama

dengan peneliti atau guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti (Suhardjono

(20)

49

Merujuk pada pengertian di atas, penelitian tindakan kelas dilakukan

sebagai bentuk refleksi guru terhadap permasalahan yang terjadi sehari-hari

berkaitan dengan praktek pembelajaran di kelas. Penelitian tersebut dilakukan

untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan atau memperbaiki praktek

pembelajaran sehingga lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.

Pengertian lain sebagaimana diungkapkan Sanjaya (2011) yang

memandang Penelitian tindakan kelas sebagai proses pengkajian masalah

pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan

masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi

nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RA At-Taqwa Desa Cicalengka kecamatan

Cicalengka Kab. Bandung. Dasar pemilihan RA tersebut sebagai lokasi penelitian

adalah karena di RA tersebut cukup memiliki lahan/area yang dapat dimanfaatkan

untuk menunjang pembelajaran, namun hal tersebut belum dioptimalkan sebagai

media atau sumber belajar. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan yang dibuat guru,

termasuk kegiatan prabaca-tulis lebih banyak mengandalkan penggunaan kertas,

lembar kerja siswa atau majalah-majalah sehingga anak kurang termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan lebih diarahkan pada

penguasaan akademik dalam bentuk drilling.

Adapun yang menjadi subjek penelitiannya adalah anak-anak kelas

kelompok B yang berjumlah 13 orang. Jumlah ini sama dengan jumlah populasi

yang ada dalam kelas tersebut. Berikut adalah rincian jumlah subjek dalam

penelitian ini:

Tabel 3.1

Jumlah Murid Kelompok B RA At-Taqwa Tahun Ajaran 2012-2013

Kelompok Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

(21)

50

C. Desain dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh

Hopkins karena teknis pelaksanaannya dinilai lebih simpel dengan

tahapan-tahapan yang terdiri dari identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan

tindakan/aksi, observasi, refleksi, kemudian perencanaan ulang. Jika digambarkan

model tersebut membentuk spiral seperti di bawah ini (Sanjaya, 2011)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Model Hopkins

Adapun prosedur penelitian berpijak pada desain penelitian di atas, yaitu:

1. Identifikasi masalah

Kegiatan mengidentifikasi masalah yang dirasakan guru dalam proses

pembelajaran. Dalam hal ini masalah di lapangan berkaitan dengan kurangnya Identifikasi

masalah

Tindakan/aksi perencanaan

observasi refleksi

Perencanaan ulang

Tindakan/aksi observasi

(22)

51

motivasi anak-anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis yang

terindikasikan sebagai berikut:

 Anak terlihat tidak antusias mengikuti atau mengerjakan tugasnya

 Anak mengikuti kegiatan tanpa ada interaksi seperti bertanya atau

berkomentar

 Anak tidak mau mengerjakan tugas  Anak malah berkegiatan lain

2. Perencanaan

a. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (guru, kepala sekolah), peneliti

menjelaskan tentang penerapan Model BALS yang berpijak pada empat

prinsip berikut:

1) Mengangkat Tema/topik bahasan dari alam dan lingkungan sekitar

anak.

2) Bercerita, berdiskusi tentang topik bahasan

3) Menggunakan alam atau lingkungan sekitar sebagai media

pembelajaran, dalam hal ini halaman sekolah dengan tanaman yang

ada sebagai media dan sumber belajar

4) Mengaktifkan multisensoris (panca indera)

b. Merancang kegiatan dan menjabarkan prinsip implementasi Model BALS

ke dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH) sebagai berikut:

Tabel 3.2

Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS

Siklus 1 Hari/tanggal:

Tema/subtema: tanaman/Bagian-bagian Tanaman Bentuk kegiatan : Eksplorasi

Indikator Langkah-langkah kegiatan Media/sumber belajar

1.Guru menerangkan topik

belajar hari ini

2.Guru menunjukkan gambar

bagian-bagian tanaman yang

Halaman sekolah, akar,

batang, daun yang

tersedia di halaman

(23)

52

sudah tertera tulisannya dan

mengajak anak berdiskusi

tentang bagian-bagian

tanaman, meminta anak

menunjukkan gambarnya

3.Guru memperlihatkan lembar

tabel yang masih kosong dan

yang sudah isi sebagai

contoh, menerangkan tujuan

kegiatan hari ini (mengisi

lembar tabel)

4.Guru mengajak anak keluar

halaman dan mendorong

anak untuk mencari dan

menemukan bagian-bagian

tanaman

5.Anak-anak diminta

menempelkan bagian-bagian

tanaman pada lembar Tabel

lalu menuliskannya sesuai

contoh

(karton duplek, kertas

warna), spidol, gambar

Tanaman

(bagian-bagian

Tanaman),selotif,

gunting, lup (kaca

pembesar)

Tabel 3.3

Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS

Siklus 2 Hari/Tanggal:

Tema/Subtema : Tanaman/berkebun Bentuk kegiatan : Sosiodrama jual-jualan

Indikator Langkah-langkah Kegiatan Media/Sumber Belajar

1.Guru bercakap-cakap tentang

berkebun, apa saja yang biasa

Buku/gambar

(24)

53

ditanam petani dan

macam-macam hasil kebun, seperti

kebun bunga, kebun buah

dan sayur.

2.Guru memperlihatkan

gambar macam-macam hasil

kebun dan benda aslinya

sambil mendorong anak-anak

menyebutkan namanya.

3.Guru memberitahukan

kegiatan hari ini, (bisa

dengan sebuah pertanyaan

penggugah) guru mengajak

anak untuk bermain

sosiodrama jual-jualan,

menunjukkan lembar daftar

belanja anak-anak dan

menjelaskan cara bermainnya

4.Anak-anak memainkan

perannya sebagai pembeli,

membeli buah dan sayur

sesuai daftar belanjanya

dengan cara menuliskan

nama buah dan sayur pada

lembar uang-uangan yang

disediakan.

benda aslinya, lembar

daftar belanja anak,

lembar uang-uangan,

keranjang belanja

5.Guru berperan sebagai

penjual, memberikan barang

yang dibeli anak-anak lalu

menempelkan lembar

(25)

54

lembar daftar belanjanya.

Tabel 3.4

Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan Model BALS

Siklus 3 Hari/Tanggal:

Tema/Subtema : Tanaman/Manfaat Tanaman Bentuk kegiatan : Fun Cooking (Memasak)

Indikator Langkah-langkah Kegiatan Media/Sumber Belajar

1.Guru bertanya jawab tentang

manfaat tanaman, mendorong

anak untuk menyebutkannya,

salahsatunya untuk dimakan.

2.Guru memperlihatkan

salahsatu contoh makanan

yang diolah dari hasil kebun,

lalu mengajak anak untuk

membuatnya bersama-sama.

3.Guru memperlihatkan buku

resep dan mengajak anak

untuk menuliskan dahulu

bahan-bahan yang diperlukan

di buku resep tersebut.

4.Setelah semua anak

menuliskan resepnya,

kegiatan cookingpun dimulai.

5. Anak-anak diatur sesuai

kebutuhan (misal dibagi

kelompok dan dibagi tugas)

6.Hasil cooking bisa dicicipi

bersama atau dibawa pulang

Contoh makanan, buku

resep, spidol,

bahan-bahan untuk cooking

sesuai resepnya,

wadah/cup/plastik

(26)

55

c. Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan

termasuk alat, media yang diperlukan, instrumen penelitian

3. Pelaksanaan tindakan

Peneliti berkolaborasi dengan guru menerapkan tindakan yang sudah disusun

dalam perencanaan.

4. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas belajar anak selama tindakan diberikan, mencatat

segala hal yang berkaitan kelemahan dan kekuatan tindakan yang dilakukan guru

dan mendokumentasikannya

5. Refleksi

Kegiatan mengamati berbagai kekurangan dari pelaksanaan tindakan, hal-hal

yang harus diperbaiki, untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen atau teknik penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian, dimana alat ini

mencerminkan juga cara pelaksanaannya (Sanjaya, 2011).

Ada banyak jenis instrumen yang dapat digunakan untuk pengambilan

data (Sanjaya, 2011), namun dalam penelitian ini alat/instrumen yang akan

digunakan adalah observasi, wawancara, catatan harian dan dokumentasi.

Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang berlangsung kemudian mencatatnya dengan alat

observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti tersebut (Sanjaya, 2011),

yang selanjutnya disebut instrumen observasi. Dalam penelitian ini observasi

dilakukan dalam bentuk observasi partisifatif dan instrumen observasi yang

digunakan berupa rating scale (Sanjaya, 2011).

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen

(27)

56

Tabel 3.5

Instrumen Motivasi Belajar Anak Usia Dini

Variabel Sub variabel Indikator Skor Catatan

Motivasi Durasi

(berapa lama waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas

Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >15 menit

3

Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >10 menit

2

Anak bertahan dalam mengerjakan tugas >5 menit 1 Persistensi (ketetapan dan kelekatannya (fokus) pada pembelajaran prabaca-tulis yang diajarkan)

Anak asyik mengerjakan kegiatan (tidak teralihkan pada kegiatan lain)

3

Anak asyik mengerjakan kegiatan namun mudah teralihkan

konsentrasinya

2

Anak lebih banyak memperhatikan objek lain (kegiatan lain)

1 Kesabaran, keuletan dan ketekunan dalam mengikuti pembelajaran

Mengikuti kegiatan hingga tuntas

3

Tidak menyelesaikan kegiatan

2

Tidak mengikuti kegiatan 1 Tingkatan Aspirasi (aktif bertanya, berpartisifasi, mengambil peran dalam pembelajaran)

Berperan aktif (banyak bertanya, riang gembira dalam pembelajaran, membantu teman)

3

Berpartisifasi (ikut mengerjakan tugas saja)

2

Tidak menunjukkan minat (lesu, memilih kegiatan lain, memperhatikan objek lain)

1

Tingkatan

kualifikasi produk yang dicapai dari kegiatannya

Dikerjakan dengan sungguh-sungguh

(menyelesaikan tugas dengan menambahkan

(28)

57

kreasi baru/inovasi/nilai tambah

Hanya menyelesaikan tugas (target tuntas)

2

Tidak selesai dalam mengerjakan tugas 1 Tingkatan kualifikasi pencapaian aspek perkembangan (prestasi) yang dicapai dari kegiatannya

Anak menyelesaikan tugas dengan benar tanpa bantuan

3

Anak menyelesaikan tugas dengan bantuan

2

Anak tidak dapat mengerjakan tugas (anak mengeluh tidak bisa) 1 Frekuensi (berapa sering kegiatan dilakukan dalam waktu tertentu)

Anak mengulang dan atau meminta untuk mengulang kegiatan

3

Anak cukup

mengerjakan 1x

2

Anak tidak

menyelesaikan pekerjaan

1

Sumber : Rachmawati (2009)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk

memperjelas permasalahan yang akan diteliti dan untuk mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam dari responden (Sugiyono, 2010). Mengutip pendapat Sanjaya

(2011) wawancara juga dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih luas,

juga untuk mengecek kebenaran data yang sudah didapat. Dalam hal ini

wawancara dilakukan kepada guru kelas dan kepala sekolah.

Tabel 3.6

Pedoman wawancara untuk guru sebelum tindakan No Aspek yang

ditanyakan

pertanyaan catatan

1. Masalah di kelas Masalah apa yang dirasakan/yang muncul dalam kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di kelas?

(29)

58

mengajar dilakukan guru dalam

kegiatan pembelajaran prabaca-tulis?

3. Media pembelajaran Media apa yang biasa

digunakan untuk

pembelajaran prabaca-tulis dikelas?

4. Motivasi siswa Bagaimana partisifasi dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran prabaca-tulis di kelas?

Tabel 3.7

Pedoman wawancara untuk guru sesudah tindakan

No Pertanyaan Jawaban

1 Bagaimana pendapat ibu mengenai penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan

Lingkungan Sekitar) dalam pembelajaran prabaca-tulis di kelas yang ibu bina?

2 Apakah penerapan model BALS dapat

meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran di kelas?

3 Apakah model pembelajaran BALS dapat diterapkan untuk meningkatkan aspek perkembangan yang lainnya?

4 Hambatan/kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan model BALS di kelas yang ibu bina?

Adapun catatan harian dilakukan dengan mencatat segala peristiwa yang

terjadi berkaitan dengan tindakan yang dilakukan guru, sehingga akan terlihat

perkembangan dari tindakan yang diberikan tersebut dan perkembangan siswa

dalam melakukan proses pembelajaran (Sanjaya, 2011).

Kegiatan lain yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data yaitu

melalui dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah pengumpulan

data-data peristiwa yang sudah lalu/sudah dilakukan, bisa berupa tulisan, hasil

(30)

59

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul selama penelitian kemudian dianalisis untuk

memberikan gambaran sejauhmana upaya/tindakan yang sudah dilakukan guru

dalam meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, dengan kata lain data atau

informasi tersebut sudah dapat menjawab rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian. Dalam hal ini Sanjaya (2011) menegaskan bahwa menganalisis data

adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data untuk mendudukkan

berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang

jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Sementara itu, Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit dan menyusunnya ke

dalam pola, kemudian dipilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami semua.

Dari paparan di atas, proses analisis data dilakukan melalui tiga tahap

(Sanjaya, 2011; Sugiyono, 2010), yaitu:

1. Reduksi data: kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah.

Langkah teknisnya yaitu dengan mengumpulkan semua data kemudian

dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok dan dikelompokkan sesuai

fokus masalah.

2. Penyajian data/ data display: mengorganisasikan atau mendeskripsikan

data yang disajikan baik dalam bentuk tabel, grafik atau uraian singkat

sehingga data tersebut lebih bermakna dan mudah difahami.

3. Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data yang diperoleh.

F. Validasi Data

Validasi data dilakukan untuk menguji keabsahan atau kesahihan data

(31)

60

peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Pengujian

data dilakukan dengan langkah:

1. Triangulasi

Kegiatan memeriksa kembali data-data atau informasi dengan berbagai

teknik (Sanjaya, 2011). Dalam hal ini triangulasi dilakukan dengan dua

cara yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik (Sugiyono, 2010).

Triangulasi sumber dilakukan untuk mengecek data yang diperoleh

melalui beberapa sumber, selain kepada guru kelas yang bersangkutan

juga kepada guru yang lain dan kepala sekolah.

Sedangkan triangulasi teknik yaitu pengecekan data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda, selain wawancara dan

observasi juga melihat hasil karya/pekerjaan anak seperti LKS atau

foto-foto kegiatan (dokumentasi).

2. Membercheck

Proses pengecekan kembali data yang sudah diperoleh kepada pemberi

data, untuk mengetahui seberapa jauh kesesuaian data yang diperoleh

dengan yang diberikan oleh pemberi data. Kegiatan membercheck ini

dilakukan baik secara individual bersama guru kelas yang

bersangkutan setiap selesai melakukan tindakan siklus, juga dengan

guru dan kepala sekolah dalam forum diskusi setelah semua tindakan

siklus selesai dilakukan.

3. Audit Trail (Komariah, 2011)

Kegiatan memeriksa kesalahan-kesalahan dalam prosedur yang

digunakan oleh peneliti dalam mengambil kesimpulan

4. Expert Opinion (Komariah, 2011)

Pemeriksaan data atau pelaksanaan penelitian kepada ahlinya atau

(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian tentang

meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti pembelajaran prabaca-tulis melalui

penerapan model BALS pada anak kelompok B di RA At-Taqwa ini yaitu:

1. Keadaan motivasi anak dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa

masih belum sesuai dengan yang diharapkan, dimana dari jumlah keseluruhan

murid RA At-Taqwa, anak-anak belum satupun yang termasuk kategori

motivasi tinggi. Sebanyak empat anak masih berada pada kategori motivasi

rendah dan sembilan anak berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil

pengamatan terhadap anak dan wawancara dengan guru kelas dimana dalam

mengikuti kegiatan prabaca-tulis sikap yang dimunculkan anak-anak seperti

tidak bersemangat, terlihat lemas, kurang aktif bertanya tentang isi

pembelajaran. Dalam mengerjakan tugas, beberapa anak mengeluh tidak bisa

atau lelah, atau kalaupun mengerjakan hanya sekedar tuntutan, bahkan ada

yang tidak mau menyelesaikan tugasnya. Hal ini salahsatunya dikarenakan

bentuk kegiatan atau metode yang digunakan guru kurang bervariasi dan

terkesan monoton, dimana anak hanya duduk, memperhatikan lalu

mengerjakan tugas sesuai instruksi guru, sementara media yang digunakanpun

terbatas pada kertas-kertas, buku majalah/Lembar Kerja Siswa. Anak-anak

belum faham terhadap apa yang sedang dikerjakannya dan mengapa ia harus

mengerjakan hal tersebut.

2. Implementasi penerapan model BALS dalam pembelajaran prabaca-tulis di

RA At-Taqwa dilakukan dalam tiga siklus yang masing-masing satu kali

tindakan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan model BALS antara

lain: mengangkat tema dari alam dan lingkungan sekitar, selalu diawali

dengan berdiskusi tentang tema, menggunakan media dari bahan alam dan

lingkungan sekitar, dan mengaktifkan seluruh panca indra anak

(33)

85

sesuai dengan konsep pendidikan bermakna dan menyenangkan (Contextual

Learning, Hands On Experience dan Joyfull Learning), juga sesuai dengan

karakteristik dan perkembangan anak (pendekatan DAP dan Konstruktivis).

3. Penerapan model BALS (Belajar dengan Alam dan Lingkungan Sekitar)

dalam pembelajaran prabaca-tulis di RA At-Taqwa menunjukkan adanya

peningkatan motivasi belajar anak. Dapat dilihat dari hasil setiap siklus,

dimana ketika observasi awal ada 4 anak yang masih dalam kategori rendah

dan 9 anak berada dalam kategori sedang. Kondisi motivasi anak meningkat

pada tiap siklus, dimana pada siklus 1 tidak ada lagi anak yang dalam kategori

rendah. hanya 2 anak yang berada pada kategori sedang dan 10 anak berada

pada kategori tinggi. Pada siklus kedua semua anak yang hadir yaitu 12 orang

berada pada kategori tinggi. Begitu juga pada siklus ketiga, sebanyak 9 anak

yang hadir saat itu, berada dalam kategori tinggi.

B. Rekomendasi

Mengacu pada temuan-temuan hasil penelitian ini, maka peneliti bermaksud

menyampaikan beberapa usulan yang diharapkan dapat menjadi masukan atau

manfaat bagi pihak-pihak terkait. Adapun usulan tersebut antara lain ditujukan

kepada:

1. Pihak Sekolah

a. Dapat menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai untuk anak

usia dini khususnya anak TK dalam program kerjanya.

b. Menyediakan alat, sumber belajar dan fasilitas-fasilitas yang dapat

mendukung proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan di

sekolahnya.

2. Guru

a. Dapat menciptakan kegiatan yang menarik dengan penggunaan media

yang bervariatif dan sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan tingkat

perkembangan anak sehingga anak dapat belajar dengan bermakna dan

(34)

86

b. Dapat merubah ruang kelas menjadi ruang untuk eksplorasi dan penemuan

bagi anak dengan memasukkan konsep/model BALS ke dalam program

pembelajaran di kelas sehingga anak akan terus termotivasi untuk belajar.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dengan lingkup yang lebih

luas, tidak hanya pada aspek prabaca-tulis saja, sehingga dapat

memberikan sumbangan ilmu yang lebih kaya baik bagi mahasiswa,

pendidik, lembaga, anak-anak dan masyarakat.

b. Mengadakan kajian-kajian lebih mendalam mengenai konsep

pembelajaran anak khususnya Taman Kanak-kanak, sehingga dapat

(35)

DAFTAR PUSTAKA

A.M Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rajawali Pers.

Anifah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: Yuma Pustaka.

Aptisoma. (2011). Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.[online]. Tersedia:http://simbos,web.id/berita-pendidikan/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar/[22 Oktober 2012]

Arikunto, Suharsimi, dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Cobine, Gary R. (1995). Writing as a Response to Reading. ERIC Clearinghouse on Reading English and Communications Bloomington IN. Tersedia:

http://www.vtaide.com/png/ERIC/Write-Read.htm (akses tgl 21

Sept'2012)

Dhieni, Nurbiana, dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Eliyawati, Cucu. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas.

Hariyanto. (2010). Motivasi Belajar. [online].

Tersedia:http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/[7 Maret 2013]

Hartati, Tatat. (1999). Program Membaca Dini bagi Anak Prasekolah. Bandung. FIP IKIP Bandung.

Hendriani, Yeni. (TT). Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. P4TK IPA Bandung.[online]. Tersedia:http://ilmuwanmuda. Wordpress. Com/Pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-dini/[5 Februari 2013].

Hidayanti, Maria. (2011). Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak TK melalui Pembelajaran Sains berbasis Pemanfaatan Lingkungan Sekitar. Skripsi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kartono, Kartini. (1995). Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.

(36)

Masitoh. (2011). Cerdas dan Cermat Menyiapkan Generasi Unggul di Masa Depan Melalui Peduli Pendidikan Sejak Dini. Bandung. UPI.

Maulani, S. (2007). Penerapan Pendekatan Pengalaman Berbahasa (Language Experience Approach) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Dini Anak Taman Kanak-kanak. Skripsi pada UPI Bandung:Tidak Diterbitkan.

Megawangi, Ratna dkk. (2005). Pendidikan Holistik. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Musfiroh, T. (2009). Menumbuhkembangkan Baca-tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo.

Rachmawati, Yeni. dkk. (2009). Pengaruh Realistic Mathematic Education (RME) dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini. Laporan Penelitian. LPM UPI.

Rachmawati, Yeni. (2012). “BALS” (Belajar pada Alam dan Lingkungan Sekitar) untuk Anak Usia Dini”. Bandung. PGPAUD FIP UPI

Roskos, Kathleen A et all. (2003). The Essentials of Early Literacy Instruction.[online].

Tersedia:http://www.naeyc.org/files/yc/file/200303/Essentials.pdf.[5 Februari 2013]

Sanjaya, Wina. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, W. John. (2007). Perkembangan Anak. Edisi Kesebelas Jilid 1. Erlangga.

Saptiah, Siti. (2008). Penerapan Metode De Bono dalam Pembelajaran Bahasa di TK. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Sessiani, Ade Lucky. (2007). Pengaruh Metode Multisensori Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Taman

Kanak – Kanak (Studi Eksperimental di TK ABA 52 Semarang).[online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/10438/1/Lucky_Ade_S._M2A_003_037.pdf

Setyawati, Lusi. (2011). Penerapan Teknik Membaca Melalui Mind Map dalam Pembelajaran Membaca Dini pada Anak Usia Dini. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

(37)

S. L Fuad, Nenden. (1990). Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan Menulis. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sriningsih, Nining. (2010). Belajar dan Pembelajaran untuk Anak Usia Dini. Makalah. UPI Bandung.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Sumber Belajar. [online].

Tersedia:http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/15/sumber-belajar-untuk-mengefektifkan-pembelajaran-siswa.[22 Oktober 2012].

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukandar, Muldiani. Dini. (2011). Penggunaan Media Pembelajaran berbasis Alam dalam Penyelenggaraan Program Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) di Kelompok Bermain Kinanti. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.

Sumarni, S. (1994). Perkembangan Kemampuan Membaca pada Anak Usia Prasekolah. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suyanto. (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). IKIP Yogyakarta.

Tarigan, H.G. (1987). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

TN. (2009). Lingkungan sebagai Sumber dan Media Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://ekohs.wordpress.com/2009/09/01/lingkungan-sebagai-sumber-dan-media-pembelajaran.html[5 Februari 2013].

TN. (2011). Media dan Sumber Belajar. [online]. Tersedia: http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html[22

Oktober 2012].

TN. (TT). Implementasi Pembelajaran Experiential Learning di TK Sekolah Alam Bandung. [online]. Tersedia:http://repository.upi. edu/operator/upload/t pd 0704849 chapter 1.pdf[5 Februari 013]

(38)

Wuryandani, Wuri. (TT). Lingkungan sebagai Sumber Belajar untuk Mengembangkan Aspek Sosioemosional Anak. UNY. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C-Lingkungan%20Sebagai%20Sumber%20Belajar%20Untuk%20Mengemb

angkan%20Aspek%20Sosio%20Emosional%20Anak_1.pdf (akses tgl 22

okt'2012).

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.

.

.

(39)

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C-Lingkungan%20Sebagai%20Sumber%20Belajar%20Untuk%20M engembangkan%20Aspek%20Sosio%20Emosional%20Anak_1.p df

Menurut Sanjaya (2008, tersedia:

http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html)

media pembelajaran adalah "segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat

dirumuskan (Rusman, 2008 dalam tersedia: http://info-makalah.blogspot.com/2011/07/media-dan-sumber-belajar.html

Beaty, JJ.(1996). Skill For Preschool Teacher. New Jersey. Ohio. Merill

Hernawan, Wawan. (2009). Peningkatan Kompetensi Menulis Melalui Model

Pembelajaran Menulis Berbasis Budaya. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Leonhardt, Mary. (1997). Parents Who Love Reading, Kids Who Don’t. Jakarta:

Grassindo.

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Murid Kelompok B RA At-Taqwa Tahun Ajaran 2012-2013
Gambar 3.1 Desain Penelitian Model Hopkins
Tabel 3.2 Rancangan Kegiatan Pembelajaran Prabaca-tulis menggunakan
tabel yang masih kosong dan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Modal kerja Perusahaan Dengan Rasio Keuangan Pada PT.. Gudang Garam,Tbk Tahun 2005 -2009.Jurnal Ekonomi Bisnis dan

Hampir semua aspek kehidupan menngunakan jaringan internet.dari yang awalnya menggunakan jaringan kabel sekarang berkembang menjadi dengan adanya teknologi tanpa kabel

Bab ini membahas mengenai ERD yang digunakan dalam pembuatan aplikasi, DFD berisi rincian cerita dari awal proses sampai akhir proses, PSPEC, kamus data dan rancangan UI

b. Kelemahan lainnya adalah Phonics atau pembelajaran bunyi huruf yang digunakan di Cahaya Bangsa menggunakan pelafalan bunyi huruf bahasa Inggris. Bahasa pengantar

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalti-Free Right)

Namun, karena masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi jus maka dalam penelitian ini akan digunakan puree dan jus tomat sebagai pembanding puree yang bertujuan

Tidak ada pelamar dari Formasi Cumlaude/Lulusan Terbaik, akan diisi dari pelamar lain yang mendaftar pada jabatan ini dan memenuhi nilai ambang batas (Passing Grade)

Sehubungan dengan telah dilakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka sesuai jadwal LPSE Pembuktian Kualifikasi atas Dokumen Penawaran yang saudara ajukan untuk