i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Pertanyaan Penelitian ... 12
D. Tujuan Penelitian ... 13
E. Hipotesis Penelitian ... 15
F. Manfaat Penelitian ... 20
G. Asumsi Penelitian ... 21
BAB II LANDASAN TEORI ... 23
A. Model Pembelajaran Quantum Teaching ... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 23
2. Pengertian Quantum Teaching ... 26
3. Asas Quantum Teaching ... 29
4. Tujuan Quantum Teaching ... 30
5. Landasan Quantum Teaching ... 30
6. Karakteristik Quantum Teaching ... 32
ii
8. Sintak Quantum Teaching ... 38
9. Model Quantum Teaching ... 48
B. Pembelajaran Ekspositori ... 50
a. Strategi Pembelajaran Eskpositori ... 50
b. Karakteristik Pembelajaran Eskpositori ... 52
c. Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori ... 53
C. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori .... 54
D. Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 56
1. Hakikat Pembelajaran IPA ... 56
2. Landasan Pembelajaran di Sekolah Dasar ... 58
3. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 61
E. Teori Belajar Terkait Quantum Teaching ... 67
a. Teori Belajar Kognitivisme ... 67
b. Teori Belajar Konstruktivisme ... 68
c. Teori Belajar Humanisme ... 69
F. Hasil Belajar Siswa ... 71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 76
A. Desain Penelitian ... 76
B. Variabel Penelitian ... 80
C. Definisi Operasional ... 81
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 86
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 89
F. Teknik Pengolahan Data ... 97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 98
1. Skor Tandur Siswa ... 98
2. Hasil Belajar Siswa ... 103
B.Uji Hipotesis ... 107
iii
2. Uji Perbedaan Hasil Belajar Siswa MIN Level Tinggi,sedang dan Rendah antara yang Mengikuti Model Pembelajaran Quantum
Teaching dengan Pembelajaran Ekspositori ... 129
C.Pembahasan ... 139
1. Korelasi Sintak Quantum Teaching dengan Hasil Belajar Siswa 139 2. Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pembelajaran Ekspositori ... 151
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 157
A. Simpulan ... 157
B. Rekomendasi ... 158
DAFTAR PUSTAKA ... 161
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kategori MIN berdasarkan Cluster dan lokasi ... 88
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Tes Hasil Belajar ... 93
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Reliabelitas THB ... 95
Tabel 4.1 Skor TANDUR pada Siswa MIN Level Tinggi ... 99
Tabel 4.2 Skor TANDUR pada Siswa MIN Level Sedang ... 100
Tabel 4.3 Skor TANDUR pada Siswa MIN Level Rendah ... 101
Tabel 4.4 Skor TANDUR pada MIN Level Tinggi, Level Sedang dan Level Rendah ... 102
Tabel 4.5 Nilai Pretest dan Posttest Siswa MIN Level Tinggi ... 103
Tabel 4.6 Nilai Pretest dan Posttest Siswa MIN Level Sedang... 104
Tabel 4.7 Nilai Pretest dan Postest Siswa MIN Level Rendah ... 105
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi, Sedang dan Rendah ... 106
Tabel 4.9 Korelasi Sintak Tumbuhkan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 108
Tabel 4.10 Korelasi Sintak Tumbuhkan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 109
Tabel 4.11 Korelasi Sintak Tumbuhkan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah ... 110
Tabel 4.12 Korelasi Sintak Alami dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 111
Tabel 4.13 Korelasi Sintak Alami dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 112
Tabel 4.14 Korelasi Sintak Alami dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah... 114
Tabel 4.15 Korelasi Sintak Namai dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 115
Tabel 4.16 Korelasi Sintak Namai dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 116
Tabel 4.17 Korelasi Sintak Namai dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah... 117
Tabel 4.18 Korelasi Sintak Demonstrasikan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 118
v
Tabel 4.20 Korelasi Sintak Demonstrasika dengan Hasil Belajar Siswa
pada MIN Level Tinggi ... 120
Tabel 4.21 Korelasi Sintak Ulangi dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 121
Tabel 4.22 Korelasi Sintak Ulangi dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 122
Tabel 4.23 Korelasi Sintak Ulangi dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah... 123
Tabel 4.24 Korelasi Sintak Rayakan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 124
Tabel 4.25 Korelasi Sintak Rayakan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 125
Tabel 4.26 Korelasi Sintak Rayakan dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah... 126
Tabel 4.27 Korelasi Sintak TANDUR dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Tinggi ... 127
Tabel 4.28 Korelasi Sintak TANDUR dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Sedang ... 128
Tabel 4.29 Korelasi Sintak TANDUR dengan Hasil Belajar Siswa pada MIN Level Rendah ... 129
Tabel 4.30 Normalitas Data Hasil Belajar Siswa pada Min Level Tinggi ... 130
Tabel 4.31 Perbedaan Hasil Belajar pada MIN Level Tinggi ... 131
Tabel 4.32 Normalitas Data pada MIN Level Sedang ... 133
Tabel 4.33 Perbedaan antara Nilai Pretest dan Posttest pada MIN Level Sedang ... 133
Tabel 4.34 Normalitas Data Hasil Belajar pada MIN Level Rendah ... 135
Tabel 4.35 Perbedaan antara Nilai Pretest dan Posttest pada MIN Level Rendah ... 136
Tabel 4.36 Perbedaan Nilai Posttest Kelompok Eksperimen pada MIN Level Tinggi, Level Sedang dan Level Rendah ... 137
Tabel 4.37 Homogenitas Data Posttest pada MIN Level Tinggi, Level Sedang dan Level Rendah ... 138
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Desain penelitian ... 79
Gambar 3.2 Alur Penelitian Pembelajaran Model Quantum Teaching ... 81
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3.1 Kisi-kisi Pretest dan Posttest ... 168
Lampiran 3.2 Soal Konstruksi Tes Hasil Belajar yang Diuji Coba ... 171
Lampiran 3.3 Rekap Skor Hasil Uji Validitas THB ... 176
Lampiran 3.4 Normalitas Data Uji Validasi Hasil Ujicoba THB dengan SPSS ... 177
Lampiran 3.5 Uji Validtas Tes Hasil Belajar dengan SPSS ... 178
Lampiran 3.6 Konstruksi Tes Hasil Belajar yang Diuji Reliabelitasnya ... 181
Lampiran 3.7 Hasil Uji Normalitas Data Uji Reliabelitas Terhadap Hasil Belajar ... 185
Lampiran 3.8 Hasil Uji Homogenitas Data Uji Reliabelitas Terhadap Hasil Belajar ... 186
Lampiran 3.9 Hasil Uji Reliabelitas Terhadap Hasil Belajar ... 187
Lampiran 3.10 Soal Pretest pertemuan 1 sampai dengan 5 ... 188
Lampiran 3.11 Soal Posttest pertemuan 1 sampai dengan 5 ... 193
Lampiran 3.12 Kisi-kisi Angket TANDUR ... 198
Lampiran 3.13 Angket TANDUR yang Digunakan dalam Penelitian ... 204
Lampiran 4.1 Rekapitulasi Skor TANDUR MIN Level Tinggi ... 206
Lampiran 4.2 Rekapitulasi Skor TANDUR MIN Level Sedang ... 207
Lampiran 4.3 Rekapitulasi Skor TANDUR MIN Level Rendah ... 208
Lampiran 4.4 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest di MIN Level Tinggi ... 209
Lampiran 4.5 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest di MIN Level Sedang ... 210
Lampiran 4.6 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest di MIN Level Rendah... 210
Lampiran 4.7 Hasil Uji Korelasi Sintak Tumbuhkan pada MIN Level Tinggi ... 212
Lampiran 4.8 Hasil Uji Korelasi Sintak Tumbuhkan pada MIN Level Sedang ... 213
Lampiran 4.9 Hasil Uji Korelasi Sintak Tumbuhkan pada MIN Level Rendah ... 214
Lampiran 4.10 Hasil Uji Korelasi Sintak Alami pada MIN Level Tinggi ... 215
Lampiran 4.11 Hasil Uji Korelasi Sintak Alami pada MIN Level Sedang ... 216
Lampiran 4.12 Hasil Uji Korelasi Sintak Alami pada MIN Level Rendah ... 217
viii
Lampiran 4.14 Hasil Uji Korelasi Sintak Namai pada MIN Level
Sedang ... 219 Lampiran 4.15 Hasil Uji Korelasi Sintak Namai pada MIN Level
Rendah ... 220
Lampiran 4.16 Hasil Uji Korelasi Sintak Demonstrasikan pada MIN
Level Tinggi ... 221 Lampiran 4.17 Hasil Uji Korelasi Sintak Demonstrasikan pada MIN
Level Sedang ... 222
Lampiran 4.18 Hasil Uji Korelasi Sintak Demonstrasikan pada MIN
Level Rendah ... 223
Lampiran 4.19 Hasil Uji Korelasi Sintak Ulangi pada MIN Level
Tinggi ... 224 Lampiran 4.20 Hasil Uji Korelasi Sintak Ulangi pada MIN Level
Sedang ... 225
Lampiran 4.21 Hasil Uji Korelasi Sintak Ulangi pada MIN Level
Rendah... 226 Lampiran 4.22 Hasil Uji Korelasi Sintak Rayakan pada MIN Level
Tinggi ... 227
Lampiran 4.23 Hasil Uji Korelasi Sintak Rayakan pada MIN Level
Sedang ... 228
Lampiran 4.24 Hasil Uji Korelasi Sintak Rayakan pada MIN Level
Rendah... 229 Lampiran 4.25 Hasil Uji Korelasi TANDUR dengan Hasil Belajar MIN
Level Tinggi ... 230
Lampiran 4.26 Hasil Uji Korelasi TANDUR dengan Hasil Belajar MIN
Level Sedang ... 231 Lampiran 4.27 Hasil Uji Korelasi TANDUR dengan Hasil Belajar MIN
Level Rendah ...232 Lampiran 4.28 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar MIN Level
Tinggi ... 233
Lampiran 4.29 Hasil Uji Beda Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen MIN Level Tinggi dengan Uji - T ... 234 Lampiran 4.30 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar MIN Level
Sedang ... 235
Lampiran 4.31 Hasil Uji Beda Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan
Kelompok Eksperimen MIN Level Rendah dengan Uji T... 236 Lampiran 4.32 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar MIN Level
Rendah... 237
Lampiran 4.33 Hasil Uji Beda Hasil Belajar Kelompok Kontrol dan
ix
Lampiran 4.34 Hasil Perbedaan Rata-rata Nilai Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen di MIN Level Tinggi, Sedang dan
Rendah dengan Anova One way ... 239
Lampiran 4.35 SK-KD IPA SD/MIN ... 240
Lampiran 4.36 Silabus di MIN Kota Madya Medan ... 241
Lampiran 4.37 RPP Kelas Eksperimen ... 243
Lampiran 4.38 RPP Kelas Kontrol ... 282
Lampiran 4.39 Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1-5 ... 303
Lampiran 4.40 Lirik Lagu Energi ... 315
Lampiran 4.41 Surat Ket. Telah Melakukan Penelitian dari MIN Medan ... 316
Lampiran 4.42 Surat Ket. Telah Melakukan Penelitian dari MIN Sunggal ... 317
Lampiran 4.43 Surat Ket. Telah Melakukan Penelitian dari MIN Belawan ... 318
Lampiran 4.44 Jadwal Penelitian ... 319
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia saat ini adalah
rendahnya mutu pendidikan. Menurut hasil survey dari beberapa lembaga
internasional, perkembangan pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan.
Hal ini tercermin dari hasil TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and
Science Study) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam
bidang IPA berada pada urutan ke-38 dari 40 negara.
Lembaga yang mengukur hasil pendidikan Science dan Mathematics di dunia
ini , melaporkan hasil Third (kini Trends) International in Matemathics and
Science Study (TIMSS), Survei dilakukan oleh TIMSS terhadap pencapaian sains
anak kelas 4 (9 tahun saat di tes) dan kelas 8 (13 tahun saat dites) . Survai untuk
TIMSS menunjukkan bahwa dari 38 negara yang berpartisipasi pada tahun 1999
dan dari 46 negara yang berpartisipasi pada tahun 2003, masing-masing anak
Indonesia menempati peringkat 32 dan 37. Skor rata-rata perolehan anak
Indonesia untuk IPA mencapai 420,421, skor ini tergolong ke dalam katagori low
benchmark artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar dalam Fisika
dan Biologi (Rustaman, 2006a).
Sementara survey untuk TIMSS tahun 2007 menunjukkan bahwa Indonesia
adalah 427, skor ini masih tergolong ke dalam katagori low benchmark. Jika kita
bandingkan dengan hasil-hasil sebelumnya yaitu 421 (1999-2003) prestasi ini
nampak statis tidak mengalami peningkatan yang signifikan (Rank Positions and
Grade 82 Science and Mathematics) (http://nces.ed.gov/timss/results07.asp)
Organisasi internasional yang lain juga menguatkan hal itu, seperti Human
Development Index (HDI) tahun 2007/2008, bahwa dalam sumber daya manusia
Indonesia masuk dalam ranking 107 (kategori medium high human development)
hanya selisih dua nomor di bawah negara Vietnam (105), dan jauh berada di
bawah Philipina (90) dan Thailand (78) bahkan negara yang terdekat yaitu
Singapura yang berada di posisi yang ke 25 dalam kategori high human
development. Data tersebut hasil dari survey 176 negara di dunia
(http://hdr.undp.org/en/statistics/).
Pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu
diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif
terhadap perubahan zaman. Mulyasa (2007) menegaskan bahwa “ Perubahan dan
perkembangan berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan
yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan
yang damai, terbuka dan berdemokrasi, kreatif dan mandiri, serta mampu bersaing
secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh
warga Indonesia. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang
tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini. Kondisi
studi reflektif dan evaluatif terhadap isi (content), pelaksanaan, dan hasil keluaran
dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah (khususnya IPA) hingga periode
Kurikulum Tahun 1994 memberikan temuan sejumlah kelemahan yang berujung
dengan kesimpulan perlunya penyempurnaan kurikulum sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang cenderung berubah.
Sehubungan dengan temuan itu upaya pengembangan kurikulum mutakhir
(Kurikulum tahun 2004 dan disempurnakan menjadi kurikulum 2006) yang
beralih dari kurikulum berbasis isi atau materi (content-based curriculum) ke
kurikulum berbasis kemampuan (competency-based curriculum) di mana terdapat
keseimbangan peningkatan kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural
merupakan langkah maju Kementrian Pendidikan Nasional dalam mengantisipasi
kecenderungan pembelajaran IPA selama ini.
Pemerintah melalui Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas juga
melakukan Kajian kebijakan Kurikulum khususnya Mata Pelajaran IPA secara
menyeluruh mulai dari identifikasi permasalahan dalam memaknai dokumen
standar isi (SK dan KD mata pelajaran); pengembangannya sebagai silabus dan
RPP serta di evaluasi dalam implementasinya. Kajian Kebijakan Kurikulum ini
bertujuan mensejajarkan mutu pendidikan IPA dengan mutu pendidikan IPA
negara-negara lain baik regional dan internasional.
Dengan demikian sangat jelas pentingnya pembelajaran (termasuk IPA) di
SD/MI dilaksanakan secara profesional. Harus diakui, masih banyak persoalan
yang dihadapi dunia pendidikan kita. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak
anak mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang
diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara
mendalam substansi materinya
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ditekankan tentang kualitas
pendidikan Indonesia yang seharusnya dicapai, yakni mengenai keinginan untuk
mewujudkan masyarakat yang cerdas, yang tertuang dalam tujuan dan fungsi
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah: “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (UUSPN Tahun 2003 pasal 3).
Berdasarkan rumusan di atas, maka sudah seharusnya pemerintah tidak
hanya mengejar kuantitas dengan berusaha memberikan kesempatan belajar pada
masyarakatnya saja, tetapi juga harus berupaya menyelenggaran pendidikan yang
bermutu.Tentunya rumusan tujuan tersebut akan terwujud dalam implementasinya
pembelajaran. Implementasi UU No. 20 tahun 2003, dan Permen Diknas No. 22
tahun 2006 serta pemenuhan tuntutan Permen Diknas No. 23 sepertinya tidaklah
mudah. Banyak faktor yang berpengaruh diantaranya profesionalisme guru, intake
siswa, ketersediaan sarana-prasaran, sistem kepemimpinan, dan lingkungan
menimbulkan permasalahan penyelenggaraan pendidikan. Dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanal nomor 23 tahun 2006 tentang SKL, maka
seluruh muatan dalam proses pembelajaran harus mengacu pada aturan ini. Tujuan
yang tak kalah penting lainnya adalah untuk mempersiapkan lulusan agar dapat
mengikuti jenjang pendidikan yang ada diatasnya. Artinya bahwa pendidikan
dasar merupakan lembaga yang menentukan kualitas pendidikan secara
keseluruhan, pengertian ini diambil dari sebuah konsep berfikir yaitu dimana
tinggi rendahnya kualitas pendidikan secara keseluruhan akan sangat ditentukan
oleh kualitas pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan lembaga pendidikan
formal pertama, yang berfungsi memberikan dasar-dasar yang kuat bagi
pembentukan kepribadian, pengembangan segi fisik, moral, sikap, dan nilai,
pengembangan potensi dan kemampuan-kemampuan dasar bagi pemenuhan
kebutuhan, keamanan dan kesejahteraan pribadinya. (Sukmadinata dkk, 2009: 18).
DePoter dan Hernachi (2010:22) dalam buku quantum teaching, mengatakan
bahwa setiap anak dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan,
beliau mengatakan bahwa setiap kita semua memiliki peralatan yang memadai
untuk mencari tau, bahwa setiap anak memiliki potensi saintis yang di bawa
dalam kegiatan sehari-hari, ketika berhadapan dengan dunia IPA yang sederhana
sampai yang membutuhkan pemikiran kompleks. Anak secara intrinsik terdorong
ingin mengerti dan menelusuri apa saja, termasuk yang berkaitan dengan IPA.
Anak ingin mengerti mengapa benda-benda bergerak, mengapa tumbuhan dan
hewan beragam, mengapa matahari hanya nampak pada siang hari, mengapa jika
Masih banyak lagi fenomena-fenomena alam lainnya yang mengusik rasa ingin
tahunya. Beliau mengatakan bahwa inilah yang disebut potensi saintis dalam diri
anak, salah satu anugerah terbesar dari Tuhan bagi manusia yang sekaligus
membedakannya dari makhluk lainnya, untuk itu merupakan tugas utama seorang
pendidik untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini
melalui proses pembelajaran IPA yang dikelola secara profesional.
(http://www.scribd.com/doc/17087298/Karakteristik-Pembelajaran-IPA-SD)
Pembelajaran IPA bertujuan menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep
sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari meliputi (1) menanamkan rasa
ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi (2) mengembangkan
keterampilan proses untuk penyelidikan alam sekitar, memecahkan masalah dan
membuat keputusan.(3) ikut serta dalam memelihara menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.(4) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat dan (5)
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
(Mariana dan Praginda , 2009: 28)
Melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri pada pembelajaran
IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan
perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi
keperluan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki
dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.
Meskipun demikian, hasil pengamatan terhadap realitas di lapangan, pada
beberapa SD/MIN yang ada di kota Madya Medan, dalam hal ini peneliti
mengambil sampel pada MIN Medan sekolah dengan level tinggi, MIN Sunggal,
sekolah dengan level sedanng dan MIN Belawan sekolah dengan level rendah,
pembelajaran IPA di sekolah ini masih menunjukkan sejumlah kelemahan.
Keseluruhan tujuan dan karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA di SD,
sebagaimana tertuang dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum
telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian
menjadi bahan hapalan bagi siswa.
Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk
latihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target
nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan
kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran.
Keberhasilan dan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh faktor proses
belajar mengajar, karena proses belajar mengajar merupakan upaya paling
langsung dan realistis untuk menciptakan kualitas pendidikan. Proses belajar
mengajar merupakan penjabaran dari tujuan, konsep dan strategi yang didesain
oleh sebuah pendidikan.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
prestasi yang optimal. (Aunurrahman, 2009: 140)
Model quantum teaching merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan secara luas, nyaman dan menyenangkan kepada siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran
harus diciptakan suasana menggairahkan dengan menyajikan materi
pembelajaran yang bersifat menyenangkan, sera memberi kesan nyaman
mengesankan dan dapat menumbuhkan minat serta meningkatkan daya kreatif.
(Hernowo (2007: 12).
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif setiap guru
harus memiliki pemahaman terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.
Secara psikologis, anak usia SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah
menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga
menjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Pembelajaran
IPA diharapkan akan efektif jika guru mampu mencitrakan kegiatan belajar
kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk
ancaman dan hambatan psykologis, serta mampu memfasilitasi siswa secara lugas
mengemukakan dan mencobakan ide-idenya. ( Mariana dan Praginda , 2009).
Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia
sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak usia dini artinya bahwa anak
belajar dari apa yang ada disekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta
diperlukan siswa. Untuk itu, pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan SD harus
menggunakan pendekatan serta model yang mampu menciptakan pembelajaran
yang aktif, efektif, kreatif serta menyenangkan. Pembelajaran yang efektif secara
umum diartikan sebagai kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan potensi
siswa (peserta didik) serta mengacu pada pencapaian kompetensi individual
masing-masing peserta didik. (Depdiknas, 2003:7-11).
Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran quantum
teaching yang lebih mengedepankan kepentingan perkembangan pribadi siswa,
dan kebebasan berpikir dan berkreasi serta memberikan rasa senang dan nyaman
mengikuti proses pembelajaran, sehingga menimbulkan minat belajar siswa dan
menjadikan pencapaian kompetensi belajar siswa meningkat.
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian di MIN Kota Madya
Medan, mengingat bahwa berdasarkan hasil observasi awal dilapangan peneliti
menemukan bahwa rata-rata guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
masih banyak yang belum beranjak dari model pembelajaran lama, seperti ekspositori
yang cenderung teacher centered learning, siswa lebih banyak bersikap pasif,
mereka lebih banyak menerima informasi dari guru dalam bentuk ceramah, dan
tanya jawab, kemudian melakukan peningkatan pemahaman melalui pemberian
tugas yang di berikan oleh guru. Hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa
materi pelajaran IPA yang seharusnya diajarkan secara menyeluruh yaitu IPA
dengan pendapat Sund dalam Mariana (2008) menyebutkan bahwa unsur-unsur
sains terdiri dari tiga macam ; (1) Proses, atau metode meliputi pengamatan,
membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan
proses-proses pemahaman kealaman lainnya, akan tetapi dalam pelaksanaan di kelas justru
disampaikan dalam bentuk ceramah. Semua rancangan pembelajaran sudah
dipersiapkan sepenuhnya oleh guru, dan siswa tinggal menerima dan mengikuti
saja dan menurut apa yang diperintahkan guru, kondisi ini sangat tidak
menguntungkan karena menimbulkan rasa bosan, masa bodoh, dan rasa malas
siswa dalam mengikuti pelajaran bahkan cenderung sekedarnya, tidak berminat
mengikuti pelajaran dan bahkan merasa bosan yang akibatnya pencapaian
kompetensinya kurang baik., guru belum berani mencobakan model pembelajaran
lain seperti model quantum teaching yang lebih mengedepankan kepentingan
perkembangan pribadi siswa, dan kebebasan berpikir dan berkreasi serta
memberikan rasa senang dan nyaman mengikuti proses pembelajaran, yang
menjadikan pencapaian kompetensi belajar siswa meningkat.
Penelitian tentang model pembelajaran quantum juga pernah dilakukan oleh
Yusrah Joniawan Harahap (2009) berjudul Pengembangan model Pembelajaran
Kuantum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa dalam Pembelajaran
IPS Pada MI. Irmina Titik Purwanti (2009). Penelitiannya berjudul Pelaksanaan
Model quantum teaching dengan Study Group Untuk Peningkatan Sikap Percaya
Diri Siswa dan Prestasi Belajar Fisika Kelas X Tkk Smk Negeri 2 Sragen Jurusan
berjudul Pengaruh Pembelajaran quantum teaching Terhadap Hasil Belajar IPA
Biologi Siswa Kelas VII SMPN 24.
Seluruh penelitian tersebut memberikan hasil yang positif ditandai dengan
peningkatan hasil belajar siswa . Oleh karena itu , peneliti juga berharap agar
penerapan pembelajaran dengan menggunakan model quantum teaching
berdampak positif terhadap hasil belajar siswa di MIN di Kota Madya Medan.
B. Rumusan Masalah
Model Pembelajaran quantum teaching merupakan salah satu model
pembelajaran yang dilakukan dengan adanya modifikasi bermacam-macam
interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar, antara lain dengan
menerapkan metode pembelajaran bervariasi serta pengkondisian suasana
pembelajaran yang menyenangkan yang memungkinkan siswa, baik secara
individual maupun secara kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prinsip keilmuwan secara holistik, bermakna, dan otentik, sehingga
diharapkan dapat merangsang minat siswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah : “ Apakah penerapan model pembelajaran quantum teaching
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di MIN kota
Madya Medan?”. Melalui penerapan pembelajaran dengan model quantum
teaching ini diharapkan nantinya hasil belajar siswa dapat meningkat secara
signifikan.
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian
yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
sebagai berikut:
(1) Mengetahui ada tidaknya korelasi antara hasil belajar siswa dengan :
a) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level tinggi .
b) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level sedang .
c) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level rendah.
d) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level tinggi.
e) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level sedang.
f) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level rendah.
g) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level tinggi.
h) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level sedang.
i) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level rendah.
j) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level tinggi.
k) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level sedang.
l) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level rendah.
m) sintak quantum teaching “Ulangi “ pada MIN level tinggi.
n) sintak quantum teaching “Ulangi “ pada MIN level sedang.
o) sintak quantum teaching “Ulangi “ pada MIN level rendah.
p) sintak quantum teaching “ Rayakan“ pada MIN level tinggi.
q) sintak quantum teaching “ Rayakan “ pada MIN level sedang.
r) sintak quantum teaching “ Rayakan “pada MIN level rendah.
t) sintak TANDUR pada MIN level sedang.
u) sintak TANDUR pada MIN level rendah.
(2) Mengukur perbedaan hasil belajar siswa :
a) MIN level tinggi antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
b) MIN level sedang antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
c) MIN level rendah antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
d) MIN level tinggi, sedang dan rendah yang sama-sama mengiuti
pembelajaran model quantum teaching.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran quantum teaching terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA dengan memperhatikan sintak pada quantum
teaching.
Tujuan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut adalah tujuan penelitian berdasarkan kedua klasifikasi
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan pembelajaran dengan quantum teaching dengan memperhatikan
sintak TANDUR pada quantum teaching mampu meningkatkan hasil belajar
IPA siswa di MIN di Kota Madya Medan.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan yang ingin dijabarkan didalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara hasil belajar siswa dengan :
a) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level tinggi .
b) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level sedang .
c) sintak quantum teaching “Tumbuhkan “ pada MIN level rendah.
d) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level tinggi.
e) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level sedang.
f) sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level rendah.
g) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level tinggi.
h) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level sedang.
i) sintak quantum teaching “ Namai” pada MIN level rendah.
j) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level tinggi.
k) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level sedang.
l) sintak quantum teaching “Demonstrasikan “ pada MIN level rendah.
n) sintak quantum teaching “Ulangi “ pada MIN level sedang.
o) sintak quantum teaching “Ulangi “ pada MIN level rendah.
p) sintak quantum teaching “ Rayakan“ pada MIN level tinggi.
q) sintak quantum teaching “ Rayakan “ pada MIN level sedang.
r) sintak quantum teaching “ Rayakan “pada MIN level rendah.
s) sintak TANDUR pada MIN level tinggi.
t) sintak TANDUR pada MIN level sedang.
u) sintak TANDUR pada MIN level rendah.
2. Mengukur perbedaan hasil belajar siswa :
a) MIN level tinggi antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
b) MIN level sedang antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
c) MIN level rendah antara yang mengikuti pembelajaran model quantum
teaching dengan yang mengikuti pembelajaran ekspositori.
d) MIN level tinggi, sedang dan rendah yang sama-sama mengiuti
pembelajaran model quantum teaching.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan prediksi atau dugaan terhadap hasil penelitian
(McMillan, 2008:44). Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2006:71) dan
tehadap permasalahan penelitian. Hipotesis merupakan kebenaran yang masih
pada tataran teoritik yang diperoleh dari hasil membaca literatur. Hipotesis akan
menjadi kebenaran pada tataran paraktik setelah penelitian selesai dilakukan.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ho : Tidak ada korelasi signifikan antara hasil belajar siswa dengan :
a. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level tinggi.
b. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level sedang.
c. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level rendah .
d. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level tinggi.
e. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level sedang.
f. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level rendah.
g. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level tinggi.
h. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level sedang.
i. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level rendah.
j. sintak quantum teaching “Demonstrasikan” pada MIN Level
tinggi.
k. sintak quantum teaching “Demonstrasikan” pada MIN Level
sedang.
l. sintak quantum teaching “Demonstrasikan” pada MIN level
m. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level tinggi.
n. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level sedang.
o. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level rendah.
p. sintak quantum teaching “ Rayakan” pada MIN level tinggi.
q. sintak quantum teaching “Rayakan” pada MIN level sedang.
r. sintak quantum teaching “Rayakan” pada MIN level rendah.
s. sintak TANDUR pada MIN level tinggi
t. sintak TANDUR pada MIN level sedang
u. sintak TANDUR pada MIN level rendah
Ha : Ada korelasi signifikan antara hasil belajar siswa dengan :
a. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level tinggi.
b. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level sedang.
c. sintak quantum teaching “Tumbuhkan” pada MIN level rendah.
d. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level tinggi.
e. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level sedang.
f. sintak quantum teaching “Alami” pada MIN level rendah.
g. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level tinggi.
h. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level sedang.
i. sintak quantum teaching “Namai” pada MIN level rendah.
tinggi.
k. sintak quantum teaching “Demonstrasikan” pada MIN Level
sedang.
l. sintak quantum teaching “Demonstrasikan” pada MIN level
rendah.
m. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level tinggi.
n. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level sedang.
o. sintak quantum teaching “Ulangi” pada MIN level rendah.
p. sintak quantum teaching “ Rayakan” pada MIN level tinggi.
q. sintak quantum teaching “Rayakan” pada MIN level sedang.
r. sintak quantum teaching “Rayakan” pada MIN level rendah.
s. sintak TANDUR pada MIN level tinggi.
t. sintak TANDUR pada MIN level sedang.
u. sintak TANDUR pada MIN level rendah.
2. Ho : Tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa :
a. MIN level tinggi antara yang mengikuti pembelajaran model
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
c. MIN level rendah antara yang mengikuti pembelajaran model
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
d. MIN level tinggi, sedang dan rendah yang sama-sama mengiuti
pembelajaran model quantum teaching.
Ha : Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa :
a. MIN level tinggi antara yang mengikuti pembelajaran model
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
b. MIN level sedang antara yang mengikuti pembelajaran model
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
c. MIN level rendah antara yang mengikuti pembelajaran model
quantum teaching dengan yang mengikuti pembelajaran
ekspositori.
d. MIN level tinggi, sedang dan rendah yang sama-sama mengiuti
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada siswa, guru, serta kepala sekolah . Berikut adalah manfaat yang diharapan untuk masing-masing
elemen pendidikan tersebut.
1. Bagi Siswa
Memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran, mengikuti pembelajaran yang menyenangkan, serta tidak membosankan.
2. Bagi Guru Mata Pelajaran
Bagi para guru IPA sebagai pencerahan/wahana baru dalam penerapan model pembelajaran di sekolah, sehingga pengajaran akan lebih bervariasi dan lebih
menarik. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan renungan atau refleksi
bagi guru mata pelajaran IPA di MIN yang hendaknya selalu berusaha dan
berupaya membenahi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya sesuai dengan
tuntutan kebutuhan siswa. Hal ini dapat dilakukan secara terus menerus dan
dijadikan sebagai wujud aktivitas dalam mengajar, sehingga dengan demikian
pembelajaran akan tepat sasaran yakni tercapainya tujuan pendidikan yang
diinginkan.
3. Bagi Kepala Madrasah
yang pengaruhi proses pengembangan model pembelajaran, sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.
G. Asumsi Penelitian
Asumsi merupakan anggapan dasar penelitian. Menurut Winarno (Arikunto,
2006:65), anggapan dasar merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik. Menurut Danim (2007:113-114), asumsi
didefinisikan sebagai “hasil abstraksi pemikiran yang oleh peneliti dianggap benar
dan dijadikan pijakan untuk mengkaji satu atau beberapa gejala”. Asumsi
merupakan sebuah pernyataan yang kebenarannya diterima oleh penyelidik dan
dibangun atas dasar teori-teori yang terkait. Adapun asumsi penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Model quantum teaching, menurut Bobbi DePorter adalah konsep yang
menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses belajar mengajar,
lewat pemaduan unsur seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun
mata pelajaran yang diajarkan. Quantum teaching adalah suatu model
pembelajaran yang senantiasa diawal pembelajaran berusaha menumbuhkan
minat siswa dengan mendatangkan manfaat bagi apa yang mereka pelajari
dengan AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Quantum Teaching mempunyai
sintak; Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan dan Rayakan yang
disingkat dengan “TANDUR”. Sintak “TANDUR” ini menjadi kelebihan
dibanding dengan model pembelajaran lain. Melalui TANDUR ini, siswa
mendemonstrasikan mengulangi kedalam bentuk yang lain serta memberi
penghargaan terhadap setiap usaha ketekunan dan kesuksesan siswa,
TANDUR ini secara keseluruhan memberikan umpan balik terhadap
kemajuan dan menumbuhkan minat belajar, sehingga belajar bukan lagi
sebagai beban bagi siswa tetapi belajar adalah hal yang menyenangkan, dan
pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.
2. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran
yang diindikasikan dengan kemampuan siswa dalam memahami berbagai
konsep atau materi pelajaran, yang merupakan cerminan dari keberhasilan
76
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian metodologi penelitian ini akan disampaikan beberapa hal,
diantaranya desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan
instrumen pegumpulan data, serta teknik pengolahan data.
A. Desain Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penerapan pembelajaran dengan model Quantum Teaching dengan memperhatikan sintak Quantum Teaching
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di MIN
Kota Madya Medan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode quasi eksperimental. Menurut Sukmadinata (2009: 194),
penelitian eksperimen (eksperimental research), merupakan pendekatan penelitian
kuantatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk
menguji hubungan sebab akibat. Dalam desain eksperimen terutama
true-eksperimental pengontrolan variabel dilakukan secara ekstra agar memenuhi
validitas internal. Sedangkan praktik pendidikan yang memerlukan terjadinya
interaksi dalam kelas baik antara siswa dengan siswa atau guru maupun siswa
dengan lingkungan sangat sulit melakukan pengontrolan yang sedemikian ketat.
demikian pula pemberian perlakuan dalam eksperimen secara teratur, melakukan
harus dilakukan pengelompokan subjek secara acak ke dalam kelompok
eksperimen atau kelompok kontrol yang disebut dengan (random assignment) dan
yang diacak adalah subjek eksperimen ( satuan analisis). Jika satuan analisis pada
suatu studi adalah peserta didik yang harus diacak ke kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol. Sementara dalam konteks sosial dan pendidikan, pengacakan
subyek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (random
assignment) sering sekali sulit dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan desain eksperimen dengan pengontrolan yang sesuai dengan kondisi
yang ada atau yang sering disebut dengan desain eksperimen semu (quasi
exsperiment) dengan desain sebagaimana yang dikembangkan McMillan
(2008:230) dengan istilah Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.
Desain yang dikembangkan McMillan (2008:230) dengan istilah
Nonequivalent-Group Pretest-Posttes Design.
Group Pretest Treatment Posttest
Acak A (KE) O X1 O
Acak B (KK) O X2 O
[image:33.595.110.513.241.629.2]
kelompok kontrol. Kelompok kontrol maupun eksperimen akan diambil dari MIN
dengan level rendah, sedang dan tinggi.
Dalam desain ini, kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan tes yang
sama. Selanjutnya , kelompok eksperimen diberi perlakukan pembelajaran IPA
dengan metode diskusi kelompok dengan quantum teaching, sedangkan kelompok
kontrol juga diberi perlakukan pembelajaran IPA dengan metode diskusi
kelompok tanpa quantum teaching. Pretest dan Posttest di berikan pada setiap
awal dan akhir setiap proses pembelajaran. Tes awal (pretest) serta tes akhir
(Posttest) dilakukan sebanyak lima kali sesuai dengan jumlah tatap muka baik
pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen. Hasil kedua tes (kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen) diambil rata-ratanya dan diperbandingkan
berikut.
[image:35.595.114.507.164.688.2]Menyusun laporan
Gambar 3.2: Alur Penelitian quantum teaching Identifikasi Masalah
Kajian Literatur
Pembuatan Proposal
Instrumen
Penentuan Sampel
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Pretest Pretest
Proses Pembelajaran
Ekspositori
Proses pembelajaran
Quantum Teaching
Angket Tandur
Pengumpulan Data
Posttest Posttest
Untuk mengetahui hubungan antara dua hal, segi, aspek, komponen atau
lebih. Hal segi asfek atau komponen tersebut memiliki kualitas atau karakteristik
yang bervariasi sehingga sering disebut sebagai variabel (Sukmadinata
,2009:194). Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang
oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi (Best, 1982:82).
Penelitian Variabel utama yang akan menjadi fokus pada penelitian ini adalah
variabel perlakuan (treatment variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Treatment Variabel adalah variabel yang mempengaruhi dan digunakan untuk
memprediksi variabel lain, dalam hal ini variabel dependen, dan variabel
dependen sendiri adalah variabel yang terpengaruh atau varabel yang diprediksi.
Penelitian ini memiliki tujuh variabel yang terdiri dari enam variabel bebas
(independent variable) yaitu sintak pembelajaran quantum teaching dan satu
penelitian seperti gambar berikut:
Gambar 3.3 : Peta Variabel Penelitian.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional ialah suatu definisi yang di dasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah
konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan prilaku atau
gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh
orang lain.(Sukmadinata,2009: 299). Tumbuhkan
Alami
Namai
Demonstrasikan
Rayakan Ulangi
HASIL BELAJAR
Pembelajaran dengan Ekspositori
(X )
HASIL BELAJAR Quasi
Eksperimen
berikut:
1. Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaatnya bagiku (AMBAK)”, dan manfaatkan kehidupan pelajar (DePorter, 2010: 39, Miftahul
2010: 34).
Selanjutnya, yang dimaksud “tumbuhkan” dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa memahami manfaat materi yang ia pelajari dalam
kehidupannya, yang diukur dengan menggunakan angket TANDUR.
2. Alami
Menurut DePorter, (2010: 39). “Alami” adalah menciptakan atau mendatangkan
pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar, (Miftahul, 2010:35).
memberikan pengalaman belajar, menciptakan atau mendatangkan pengalaman
umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa, sehingga tumbuh ”kebutuhan
untuk mengetahui”. Dari pengalaman ini nantinya akan muncul pertanyaan mental
yang harus di jawab, seperti Mengapa? Bagaimana? Apa? Jadi, pengalaman
menciptakan keingin tahuan siswa menciptakan pertanyaan-pertanyaan tersebut
dalam benak mereka, membuat mereka penasaran lalu kita giring mereka ke pada
“namai”.
Selanjutnya yang dimaksud “alami” dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa untuk mengalami langsung proses pembelajaran IPA dari abstrak menjadi
Menurut DePorter, (2010: 39), “Namai” adalah sediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi, sebuah “masukan”. Sejalan degan pendapat diatas, (Miftahul,
2010:37) “namai” adalah penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk
memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan. Kemampuan siswa
menamai yaitu seperti menemukan konsep, model, rumus, strategi sebagai sebuah
masukan bagi mereka.
Selanjutnya yang dimaksud “namai” dalam penelitian ini adalah kemampuan
siswa memberikan identitas atau simbol, mengurutkan, dan mendefinisikan yang
diukur dengan menggunakan angket TANDUR.
4. Demonstrasikan
Menurut DePorter (2010: 39), “Demonstrasikan” adalah sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Sejalan dengan pendapat
Miftahul (2010: 37). Demonstrasikan yaitu memberi siswa peluang untuk
menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran
yang lain, dan kedalam kehidupan mereka. Memberi kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan apa yang mereka bisa.
Selanjutnya yang dimaksud “demonstrasikan” dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajari yang
Menurut DePorter (2010: 39). “Ulangi” adalah tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.
Sejalan dengan pendapat Miftahul, (2010: 39) bahwa pengulangan yaitu
bagaimana cara siswa mematrikannya dalam ingatan mereka. “Saya tahu”, dapat
dilakukan dengan multimodalitas dan multikecerdasan, dan boleh dilakukan
dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan drama dan
sebagainya) seperti kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru
mereka kepada orang lain.
Selanjutnya yang dimaksud “ulangi” dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa mengulangi materi pelajaran yang sudah diajarkan diukur dengan
menggunakan tes angket TANDUR.
6. Rayakan
Menurut DePorter (2010; 39). Rayakan adalah pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Sejalan dengan
pendapat Miftahul (2010: 39). Rayakan yaitu memberi rasa rampung dengan
menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan siswa. Bagaimana setiap usaha
diakui, dihargai, ketika siswa telah berhasil menyelesaikan tugasnya dan
menunjukkan bahwa mereka bisa.
Selanjutnya yang dimaksud rayakan dalam penelitian ini adalah bahwa siswa merasa senang/gembira/ diberi penghargaan/pujian ketika ia berhasil dalam
Menurut Dimyati & Mudjiono (1999:250-251), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari sisi guru,
hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Hamalik (2006:30) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang bila seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Lebih spesifik lagi, Sudjana (2009:
243) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar. Hasil belajar (achievement) ini menurut Gagne
(1988) merupakan hasil yang nyata dan dapat di ukur. Dari pengertian hasil
belajar diatas dapat di simpulkan bahwa hasil belajar merupakan
kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi
dapat diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur dan
diamati.
Penilaian terhadap kompetensi hasil belajar sering disebut sebagai penilaian hasil belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah menerima pengalaman belajar dalam hal ini hasil yang diperoleh
menggunakan model pembelajaran quantum teaching.
D. Populasi dan Sampel Penelitian.
Sampling sangat menentukan keabsahan data suatu penelitian. Jika salah dalam melakukan sampling maka hasil penelitian akan menjadi sia-sia. Oleh
karena itu, pada bagian ini akan diuraikan mengenai populasi penelitian dan
bagaimana proses penentuan sampel dari populasi tersebut.
1. Populasi Penelitian.
Menurut Sukardi (2008:53), populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam
satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu
penelitian. Menurut Sukmadinata (2009:250), populasi merupakan kelompok
besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi yang besar dalam
suatu penelitian biasanya dibatasi untuk mempermudah penarikan sampel.
Menurut Sukmadinata pembatasan populasi dilakukan dengan membedakan
populasi target (target population) dan populasi terukur (accesible population).
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan
penelitian. Sedangkan populasi terukur adalah populasi yang secara riil dijadikan
dasar dalam penentuan sampel, dan secara langsung menjadi lingkup sasaran
penelitian ini adalah seluruh siswa MIN di Kota Madya Medan yang berjumlah 12
sekolah dengan jumlah siswa 5185 siswa (Sumber:
http://nisn.diknas.go.id/data.php). Sedangkan populasi targetnya adalah siswa
kelas IV MIN di Kodya Medan.
2. Sampel Penelitian.
Kelompok subjek atau partisipan yang mana dari mereka data penelitian
diperoleh disebut dengan sampel (McMillan, 2008:110). Sampel diambil dari
populasi dengan teknik yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Sukmadinata
(2009: 252), pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan
penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi
subjek atau objek penelitian. Sampel yang secara nyata akan diteliti harus
representatif dalam arti mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun
jumlahnya. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa agar dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya melalui teknik pengambilan
sampel atau teknik sampling tertentu.
Dalam penelitian ini digunakan dua teknik sampling yaitu stratified random
sampling. Stratified random sampling adalah teknik sampling acak sederhana
dimana setiap sampling unit terdiri dari kumpulan atau kelompok elemen
berdasarkan strata (Supranto, 2007: 226). Dasar pengelompokan yang digunakan
adalah level sekolah tinggi, sedang dan rendah. Penentuan level ini didasarkan
telah dikelompokkan kedalam tiga level tersebut.
[image:44.595.117.511.227.633.2]
Tabel 3.1 Kategori MIN berdasarkan Level dan Lokasi
Penentuan sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah dengan
menggunakan sampling acak atau random. Menurut Sukmadinata (2009: 253),
pengambilan sampel secara random berarti setiap individu dalam populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Individu-individu
tersebut punya peluang yang sama, bila mereka memiliki karakteritik yang sama
atau diasumsikan sama.
Setelah dilakukan pengundian maka yang terpilih menjadi objek penelitian
adalah MIN Medan untuk sekolah level tinggi , MIN Sunggal untuk sekolah level
sedang, dan MIN Belawan untuk sekolah level rendah. Pada masing-masing
sekolah tersebut selanjutnya akan dipilih dua kelas untuk dijadikan sampel , yang
No Cluster Nama MIN Lokasi
(Kecamatan)
1 Tinggi
MIN Medan Medan Kota
MIN Sei Agul Medan Sei Agul MIN Medan Barat Medan Barat MIN Medan Tembung Medan Tembung MIN Gelugur Darat II Gelugur Darat
2 Sedang
MIN Sei Mati MIN Sei Mati MIN Medan Maimun Medan Maimun MIN Medan Sunggal Sunggal
MIN Medan Petisah Medan Petisah
3 Rendah
MIN Belawan Belawan
dengan mempertimbangkan faktor kesetaraan. Menurut (McMillan, 2008:221),
dalam sebuah penelitian eksperimen akan ada kelompok kontrol dan kelompok
ekperimen yang sepadan. Sepadan berarti antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen berada pada kondisi homogen atau diasumsikan sama.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan instrumen. Instrumen ini sangat berhubungan dengan variabel yang
hendak diukur. Pengukurannya dapat dilakukan dengan cara tertulis, pengamatan,
wawancara, dan dokumen (Purwanto, 2010:6). Instrumen dalam dunia pendidikan
atau yang diistilahkan oleh Sudjana (2009: 234) sebagai alat penilaian proses
belajar-mengajar dalam penelitian pendidikan dapat dikategorikan ke dalam tes
dan non tes.
Data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian ini adalah
data tentang: (1) skor skala sikap siswa terhadap kemampuan Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi serta Rayakan yang dimiliki siswa dan , (2) data
pretest dan posttest pada kelompok kontrol, (3) data pretest dan posttest pada
kelompok eksperimen.
Berdasarkan data yang dibutuhkan di atas, maka instrumen pengumpulan
data yang akan digunakan adalah angket respon siswa terhadap TANDUR dan
tes hasil belajar berupa pretest dan posttest. Berikut akan dijelaskan cara
Jenis tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif. Jenis tes objektif berbentuk tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Item-item
soal yang dipakai dalam pengukuran hasil belajar siswa diambil dari materi
pelajaran IPA. Soal diberikan pada setiap awal pertemuan sebelum pembelajaran
dimulai pretest dan posttest diberikan setiap akhir pembelajaran.
Pretest yang terkadang disebut dengan tes awal, diberikan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
Sedangkan, posttest yang terkadang disebut dengan tes akhir diberikan untuk
melihat kemajuan dan perbandingan peningkatan hasil belajar siswa pada kedua
kelompok.
Tujuan penggunaan teknik tes objektif adalah untuk mengetahui hasil belajar
siswa (ranah kognitif) setelah mengikuti pembelajaran dengan model quantum
teaching. Dalam penelitian ini, pemberikan tes awal pada kelompok eksperimen
dan kontrol dilakukan untuk memastikan bahwa kemampuan awal siswa dalam
penguasaan materi pelajaran yang terlibat dalam penelitian adalah homogen.
a. Validitas Tes
Validitas tes ada tiga jenis, yaitu validitas isi (content validity), validitas
konstruk (construct validity), dan validitas criteria (criterion validity). Karena
keterbatasan waktu dan biaya, maka validitas penelitian yang dipertimbangkan
hanyalah validitas isi. Metode yang akan digunakan untuk menjaga validitas isi
kesesuaian antara kisi-kisi dengan butir item yang dibuat. Kisi-kisi tes hasil
belajar dalam penelitian ini disajikan pada Lampiran 3.1.
Pengujian validitas isi juga dapat dilakukan dengan melihat korelasi skor
butir dengan skor total. Korelasi ini menunjukkan sumbangan butir terhadap
totalnya. Sebuah butir soal dikatakan valid apabila berkorelasi tinggi dengan
totalnya. Butir yang berkorelasi tinggi dengan totalnya menunjukkan bahwa butir
tersebut merupakan isi dari instrumen karena mempunyai sumbangan yang besar
membentuk skor total dari test hasil belajar (Purwanto, 2010:123).
Penghitungan koefisien korelasi pada penelitian ini menggunakan SPSS
(Statistical Package for the Social Sciences) versi 18, dengan cara
mengkorelasikan skor item tiap pertanyaan dengan skor total untuk seluruh
pertanyaan. Untuk menginterpretasi kriteria dari besarnya koefisien korelasi,
Arikunto (2006: 75) memberikan pedoman sebagai berikut: 0,00 – 0,20 =
validitas soal sangat rendah; 0,21 – 0,40 = validitas soal rendah; 0,41 – 0,60 =
validitas soal sedang; 0,61 – 0,80 = validitas soal tinggi; dan 0, 81 – 1,00 =
validitas soal sangat tinggi. Ketentuan lain yang dapat digunakan adalah
ketentuan yang diberikan oleh Sugiyono (2006:179), yaitu apabila koefisien
korelasinya > 0.3 maka butir instrumen valid, koefisien korelasinya < 0.3 maka
butir instrumen tidak valid dan harus di revisi atau di buang.
Pada penelitian ini, ujicoba dilakukan pada 30 orang siswa yang berasal di
MIN Medan, yang tidak terlibat dalam pengambilan data penelitian. Jumlah soal
dan rekapitulasi skor hasil ujicoba disajikan pada Lampiran 3.3. Skor yang
dihasilkan ini selanjutnya ditentukan koefisien korelasi antar butir dengan skor
total untuk melihat apakah soal valid ataukah tidak. Namun, sebelum itu harus
dipastikan dulu prasyarat dari uji korelasi yaitu data harus berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data validitas tes hasil belajar dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada Lampiran 3.4 dan dari hasil uji tersebut diperoleh
harga Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,144, lebih besar dari 0,05. Dengan
demikian, data berdistribusi normal dan telah memenuhi syarat untuk dilakukan
uji korelasi.
Setelah dipastikan data berdistribusi normal, langkah selanjutnya adalah
menentukan validitas instrumen melalui uji korelasi. Hasil uji korelasi disajikan
pada Lampiran 3.5, dan berikut adalah rangkuman hasil uji korelasi terhadap hasil
Soal Nomor Koefisien Korelasi Kriteria Validitas
Tingkat Validitas Keterangan
SR R S T ST
1 ,506 Valid √ Dipakai
2 ,420 Valid √ Dipakai
3 ,391 Valid √ Tidak
4 ,506 Valid √ Dipakai
5 ,253 Tidak Valid - - - Tidak
6 ,506 Valid √ Dipakai
7 ,391 Valid √ Dipakai
8 ,506 Valid √ Dipakai
9 ,789 Valid √ Dipakai
10 ,796 Valid √ Dipakai
11 ,599 Valid √ Dipakai
12 ,527 Valid √ Dipakai
13 ,360 Valid √ Tidak
14 ,614 Valid √ Dipakai
15 ,530 Valid √ Dipakai
16 ,263 Tidak Valid - - - Tidak
17 ,584 Valid √ Dipakai
18 ,376 Valid √ Tidak
19 ,834 Valid √ Dipakai
20 ,834 Valid √ Dipakai
21 ,827 Valid √ Dipakai
22 ,811 Valid √ Dipakai
23 ,688 Valid √ Dipakai
24 ,825 Valid √ Dipakai
25 ,723 Valid √ Dipakai
26 ,801 Valid √ Dipakai
27 ,648 Valid √ Dipakai
28 ,548 Valid √ Dipakai
29 ,481 Valid √ Dipakai
30 ,404 Valid √ Dipakai
Soal yang tidak dipakai karena tidak valid atau validitasnya rendah adalah
soal nomor 3, 5, 13, 16 dan 18. Konstruksi soal yang akan diuji reliabilitasnya
[image:49.595.118.509.127.626.2]Reliabilitas berkenaan dengan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran
(Sukmadinata, 2009:229). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung
dengan koefesien reliabilitas.
Penghitungan reliabilitas tes pada pembelajaran IPA adalah dengan
menghitung harga koefisien Alfa dengan bantuan SPSS 18. Menurut Sudarmanto
(2005), pengkorelasian dapat dilakukan pada dua skor yang dihasilkan dari dua
kali tes.
Untuk menginterpretasikan harga koefisien reliabilitas tersebut mengacu pada
katagori yang diajukan Guilford (Ruseffendi, 2005: 160), dengan ketentuan
sebagai berikut: 0.00 - 0.20 = Kecil; 0.20 - 0.40 = Rendah; 0.40 - 0.70 = Sedang;
0.70 - 0.90 = Tinggi; 0.90 - 1.00 = Sangat Tinggi
Dalam melakukan uji korelasi yang membandingkan dua kelompok data,
maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal dan
bervarian homogen. Hasil uji normalitas data uji reliabilitas disajikan pada
Lampiran 3.7 dan dari hasil uji tersebut diperoleh harga Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,080 dan 0,561. Kedua harga signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05,
sehingga dipastikan bahwa data berdistribusi normal.
Prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas data. Uji homogenitas data ini
menggunakan uji Lavene Statistic yang terdapat pada uji anova. Hasil pengujian
demikian, kedua data memiliki varian yang homogen.
Setelah kedua syarat terpunuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
reliabilitas tes hasil belajar . Hasil pengujian reliabilitas tes hasil belajar secara
lengkap disajikan pada Lampiran 3.9, dan rangkuman hasil pengujiannya adalah
[image:51.595.112.513.241.612.2]sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Soal Harga
r
Kriteria
Keterangan
Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Test Hasil Belajar 0,902 √ Reliabel
Dari Tabel 3.3 diketahui bahwa harga koefisien reliabilitas hasil
penghitungan dengan SPSS adalah 0,902, dan tes hasil belajar dinyatakan reliabel
dan layak digunakan sebaga