NASKAH PUBLIKASI
EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING
ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SAWIT
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016
Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Diajukan Oleh:
LINDA PUSPITASARI
A 410122009
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
ii
HALAMAN PENGESAHAN
EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING
ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SAWIT
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016
Yang dipersiapkan dan disusunoleh: Linda Puspitasari
A410122009
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada hari Kamis, (6 Oktober 2016) Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
1. Dr. Sumardi, M.Si ( )
2. Dra. Sri Sutarni,M.Pd ( )
3. Drs.Slamet H.W,M.Pd ( )
Surakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum
1
EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN CORE (CONNECTING
ORGANIZING REFLECTING EXTENDING) DAN KONVENSIONAL
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SAWIT SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2015/2016 ABSTRAK
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan model pembelajaran CORE dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar, (2) pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa, (3) apakah ada interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penggunaan model pada kelompok eksperiman menunjukkan angka mean sebesar 79,18sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan angka 67,31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam penggunaan model pembelajaran CORE dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa, (2)kategori motivasi belajar siswa berkategori rendah dengan nilai 54,38, kategori motivasi belajar siswa berkategori sedang dengan nilai 63,sedangkan berkategori tinggi 64,68 (3) tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika.
Kata Kunci : CORE, motivasi belajar siswa, pendekatan kontekstual.
ABSTRACT
Abstract: This study aims to determine: (1) the effect of the use of learning
model CORE with a contextual approach to the learning outcomes, (2) influence student motivation toward student learning outcomes, (3) whether there is an interaction model of learning and student motivation for learning outcomes math students. Based on the research results show that: (1) the use of models in the experimental group showed a mean of 79.18, while the control group showed 67.31. These results indicate that there are differences in the use of CORE learning model with a contextual approach to student learning, (2) categories of student motivation low category with a value of 54.38, the category of student motivation being categorized with a value of 63, while the high category 64.68 (3) there is no interaction between the use of models of learning and students' motivation to learn math results.
Keywords: CORE, student motivation, contextual approach.
1. Pendahuluan
2
hasil belajar matematika yang optimal.Namun kenyataannya, hasil belajar matematika masih jauh dari harapan.
Pembelajran matematika di bangku sekolah merupakan proses belajar mengajar yang di dalamnya memuat unsur mendidik yang sangat kental ketika siswa sudah berada di dunia kerja. Menurut Suherma, dkk (2001: 59) salah satu fungsi matematika sekolah adalah sebagai pembentukan pola pikir dan pengembangan penalaran untuk mengatasi berbagai pengalaman, baik masalah dalam mata pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pendapat tersebut senada dengan Coernellius (dalam Marlina, 2004: 20) yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah untuk memberikan perangkat dan keterampilan yang perlu untuk penggunaan dalam duniannya, kehidupan sehari - hari, dan dengan mata pelajaran lain. Pendapat tersebut juga sejalan dengan Davis (dalam Marlina, 2004: 21) yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika salah satunya memberikan sumbangan pada permasalahan sains, teknik, filsafat, dan bidang-bidang lainnya.
Biggs dan Tefler (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengungkapkan motivasi belajar siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada siswa perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.
Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya.
3
ditemukan permasalahan seperti siswa ketika pelajaran sudah dimulai belum dapat memperhatikan guru saat mengajar, belum aktif dalam bertanya ketika proses belajar berlangsung, sistem komunikasi antara guru dan siswa belum baik saat proses belajar berlangsung, suasana saat proses belajar masih tegang, belum dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, belum aktif dalam menyelesaikan soal dan cenderung menunggu guru untuk menyelesaikan soal yang diberikan, dan masih banyak siswa yang belum berani bertanya maupun menyampaikan pendapat dalam kelas.
Persoalan lain yang muncul pada sekolah secara umum adalah siswa kurang senang khususnya pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru juga kurang menarik bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran CORE (Connecting Organizing Reflecting Extending) dan konvensional terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari motivasi belajar siswa kela VIII Smp Negeri 3 Sawit semester genap tahun ajaran 2015/2016. Model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan yang selama ini terjadi dalam motivasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Sawit.
2. Metode Penelitian
4
Terdapat dua variabel di dalam penelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu hasil belajar matematika dan variabel bebasnya yaitu model pembelajaran dan motivasi siswa. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa dan data mengenai motivasi belajar siswa, dan metode dokumentasi untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa dengan nilai Ujian Akhir Semester (UAS) ganjil tahun ajaran 2015/2016. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data nilai hasil belajar dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran matematika, kemudian di uji cobakan sebelum diberikan pada sampel untuk mengetahui apakah instrumen memenuhi syarat validitas dan realibilitas.
Teknik analisis data untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat menggunaakan metode Liliefors untuk uji normalitas dan metode
Bartlett untuk uji homogenitas variansi. Tindak lanjut dari analisis variansi
apabila menghasilkan �0 ditolak dilakukan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe.
3. Hasil Dan Pembahasan
5
Instrumen penelitian yang telah valid dan reliabel selanjutnya diberikan kepada sampel penelitian. Hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen yang tertinggi adalah 95 sedangkan terendah adalah 58, nilai rata-rata (mean) adalah 79,18, standar deviasi (SD) sebesar 8,50, median sebesar 80 dan modus sebesar 75. Hasil belajar matematika siswa kelas kontrol tertinggi adalah 88 sedangkan terendah adalah 40, nilai rata-rata (mean) adalah 67,31, standar deviasi (SD) sebesar 11,66, median sebesar 70 dan modus sebesar 75.
Untuk menentukan motivasi belajar siswa pada penelitian ini menggunakan angket motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil angket diperoleh pengelompokan data motivasi belajar siswa sebagai berikut.
Tabel 1. Deskripsi Data Motivasi Siswa Pendekatan
Pembelajaran
Motivasi Siswa Total
Tinggi Sedang Rendah
CORE 10 11 11 33
konvensional 10 10 12 31
Total 20 21 23 64
Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen diperoleh kategori tinggi 10 siswa, sedang 11 siswa, dan rendah 11 siswa, Sedangkan kelas kontrol diperoleh kategori tinggi 10 siswa, sedang 10 siswa, dan rendah 12 siswa. Dari hasil penelitian yang telah digolongan terhadap masing-masing kelompok dilakukan uji prasyarat analisis yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas menyimpulkan bahwa setiap sampel berasal dari populasi berdistribusi nomal. Sedangkan uji homogenitas menyimpulkan bahwa kedua variabel bebas dalam penelitian ini mepunyai variansi yang sama (homogen). Maka analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dapat dilakukan. Rangkuman hasil analisis variansi dua jalan sel tak sama tertera pada tabel 2
6
Berdasarkan tabel 2. Hasil perhitungan uji antar kolom (A) diperoleh kesimpulan bahwa FA> Ftabel = 64,44> 4,03 maka keputusan ujinya adalah
H0A ditolak. Ditolaknya H0A
Hasil perhitungan uji antar kolom (B) diperoleh F
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan model pembelajaran CORE dan konvensional terhadap hasil belajar matematika.
A> Ftabel = 20,89>3,18
maka keputusan ujinya adalah H0B ditolak. Ditolaknya H0B
Hasil uji komparasi antar kolom dengan menggunakan metode Scheffe’ tertera pada tabel 3.
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar matematika. Dengan demikian, ada pengaruh motivasi belajar matematis (tinggi, sedang, rendah) terhadap hasil belajar matematika. Dengan demikian paling tidak terdapat dua rataan yang sama, maka dilakukan uji komparasi ganda.
Tabel 3 Rangkuman Analisis Uji Komparasi Antar Kolom
7
sedang (2) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi belajar rendah (3) siswa yang memiliki motivasi belajar sedang lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Hasil perhitungan uji anava diperoleh ��� <��, maka keputusan uji �0 diterima. Artinya tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
Hasil uji hipotesis pada taraf signifikansi α = 5% diketahui bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa. Kondisi di atas dapat disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Rerata dan Rerata Marginal Prestasi Belajar Siswa Pendekatan
Pembelajaran
Motivasi Belajar Siswa Rerata Tinggi Sedang Rendah
Konvensional
Hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh keputusan ujinya adalah H0A
Pendekatan pembelajaran yang lebih baik dapat ditentukan dengan melihat reratanya. Rerata hasil belajar matematika siswa kelas CORE sebesar 252,34 lebih besar dibandingkan rerata siswa kelas konvensional sebesar 195,4.
ditolak. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelas yang diberi model pembelajaran CORE dan kelas yang diberi pendekatan konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa.
8
nilai rata-ratanilai kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol dan respon siswaterhadap pembelajaran dengan model CORE positif.
Penelitian senada juga dilakukan oleh Santi Yuniati (2013) dengan hasil penelitiannya adalah: (1) terdapat perbedaan kemampuan pemahaman matematik yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran matematika melalui model CORE berbasis kontekstual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa; (2) kemampuan pemahaman matematik siswa yang mengikuti pembelajaran matematika melalui model CORE berbasis kontekstual lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran biasa; (3) padaumumnya siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakanmodel CORE berbasis kontekstual.
Berdasarkan perbandingan terhadap penelitian ini dan kedua penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan yaitu terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran CORE (Connecting Organizing Reflecting Extending) dengan pendekatan kontekstual terhadap proses belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi guru matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika pada sekolah menengah pertama.
Dengan demikian, dalam penelitian ini model pembelajaran CORE jika diterapkan pada kompetensi luas permukaan kubus dan luas permukaan balok lebih efektif karena siswa lebih mudah memahami permasalahan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran dengan model pembelajaran CORE, motivasi belajar siswa akan terlihat. Melalui kegiatan diskusi, siswa akan bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan sehingga setiap anggota akan berperan aktif.
2. Hipotesis kedua
Hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh keputusan H0B
9
Kondisi ini didukung di lapangan bahwa motivasi belajar antara siswa yang satu dengan yang lain mempunyai motivasi yang berbeda-beda, ada yang tergolong tinggi, sedang dan rendah.
Siswa yang memiliki motivasi belajar siswa tinggi cenderung berperan aktif dalam hasil pembelajaran dan terlihat serius dalam menyelesaikan permasalahan dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Hal tersebut terlihat dalam kegiatan diskusi, siswa yang memiliki motivasi belajar siswa sedang terlihat serius dalam menyelesaikan permasalahan dan mengerjakan soal, namun terkadang masih kurang fokus. Siswa yang memiliki motivasi belajar siswa rendah cenderung kurang serius dalam menyelesaikan permasalahan dan mengerjakan soal, mereka tergolong siswa yang suka membuat kegaduhan di kelas sehingga siswa lainnya terganggu. Hal tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar siswa tinggi akan mempunyai kualitas belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar siswa sedang dan rendah.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Taufik (2014) bahwa penerapan pendekatan konvensional efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis sedangkan untuk motivasi belajar siswa terhadap matematika tidak efektif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran sehingga dapat berpengaruh pada aktivitas siswa dikelas. Siswa yang kurang termotivasi cenderung pasif dalam pembelajaran dan kurang serius dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.
10
matematika. Rata-rata motivasi siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar siswa tinggi tentunya memiliki rasa ingin tahu dan berperan aktif dalam belajar dan memahami permasalahan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar siswa sedang dan rendah.
Untuk nilai �2−3= 8,436 > (2)�0,05;2,67= 6,28 sehingga �0
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan keaktifan sedang dan rendah. Dengan membandingkan rata-rata marginal keaktifan siswa sedang yaitu 66,62 dan rata-rata marginal keaktifan siswa rendah yaitu 58,72 diperoleh kesimpulan bahwa keaktifan siswa sedang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan keaktifan siswa rendah.
Penelitian ini diperoleh hasil bahwa perbedaan keaktifan siswa tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan keaktifan sedang dan rendah, demikian halnya siswa dengan keaktifan siswa sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan keaktifan rendah. Perbedaan keaktifan siswa juga dapat terlihat pada saat penelitian atau pembelajaran berlangsung. Siswa yang memiliki keaktifan tinggi lebih teliti dalam memahami soal, mengetahui informasi yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam suatu permasalahan kemudian menyelesaikan dengan konsep dan prosedur penyelesaian persoalan, serta dapat menyelesaikan persoalan pada situasi baru dengan menggunakan konsep yang telah diperoleh sebelumnya.
11
persoalan. Sedangkan siswa yang memiliki keaktifan rendah cenderung mengerjakan soal dengan hapalan, tidak dapat memahami persoalan yang diberikan, selalu mengeluh kesulitan dan kurang percaya diri dalam menyelesaikan persoalan, serta mengalami kesulitan apabila diberikan persoalan yang berbeda dari contoh yang telah diberikan sebelumnya.
3. Hipotesis ketiga
Hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh keputusan ujinya adalah H0AB
Berdasarkan profil efek rerata pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa menunjukkan bahwa tidak ada efek interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa. Dapat dilihat antara profil CORE tidak berpotongan satu sama lain. Jika profil variabel bebas pertama dan kedua tidak berpotongan, maka cenderung tidak ada interaksi antara kedua variabel tersebut. Dengan kata lain, tidak terjadi interaksi antara pendekatan pembelajaran CORE dan konvensional dengan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
diterima. Dapat dikatakan bahwa tidak ada efek interaksi pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
12
dibentuk oleh kedua kelompok siswa terlihat relatif sejajar namun tidak berhimpit. Jadi dapat disimpulkan ada atau tidaknya interaksi antar variabel bebas dapat diduga dari kemiringan garis pada grafik interaksinya.
Hasil yang konsisten digambarkan pada gambar yaitu baik untuk siswa yang memiliki motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan rendah,model pembelajaran CORE memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan hasil belajar pada model pembelajarn konvensional.
Sama halnya pada model pemebelajaran CORE dan konvensional dengan motivasi belajar siswa tinggi menunjukkan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi belajar siswa yang sedang dan rendah. Siswa dengan motivasi sedang memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar siswa rendah pada kedua pendekatan tersebut.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada hasil penelitian tidak terjadi interaksi antara pendekatan CORE dan konvensional ditinjau dari motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
4. Penutup
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut.
1. Ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pemebelajaran CORE dan konvensional terhadap hasil belajar matematika. Hal ini berdasarkan pada hasil analisa data yang diperoleh yaitu nilai FA> Ftabel.
13
2. Ada pengaruh yang signifikan hasil belajar matematika ditinjau dari komunikasi matematis. Hal ini berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh yaitu nilai FB> F
a. Hasil belajar matematika kelompok motivasi belajar siswa tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa kelompok motivasi belajar siswa sedang.
tabel.
b. Hasil belajar matematika kelompok motivasi belajar siswa tinggi lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa kelompok motivasi rendah.
c. Hasil belajar matematika kelompok motivasi belajar siswa sedang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar matematika siswa kelompok motivasi rendah.
3. Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar matematika. Hal ini didasarkan pada hasil analisa data yang telah dilakukan, diperoleh nilai FAB< Ftabel
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pemebelajaran CORE dan model pemebelajaran konvensional ditinjau dari motivasi belajar siswa tinggi, sedang dan rendah terhadap hasil belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyono.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Gagne. http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/06/pengertian-pembelajaran/. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2016
M. Ngalim Purwanto. 2007. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Marlina. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Opeasi Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Koopeatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN Blang Iboih Kabupaten PidieJ-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014.
14
Ratna Wilis Dahar. 1989.Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Rustaman, N. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.
Santi Yuniarti. 2013.Pengaruh Model CORE Berbasis Kontekstual Terhadap KemampuanPemahaman Matematik Siswa, (Jurnal PRODI PMT STKIP Siliwangi Bandung)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharso dan Ana Retnoningsih. 2009.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: CV. Widya Karya.
Sumarmo, U. (2005). Berfikir Matematika Tingkat Tinggi: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. (Jurnal Makalah Disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Matematika FMIPA UNPAD tanggal 22 April 2005, Bandung).
Syaiful, Sagala. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.
Trianto. 2008. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.