SEJARAHPARTUANON SIPOLHASEBAGAI BAGIAN
KERAJAAN SIANTAR ( 1907
–
1946 )
DI SIMALUNGUN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
RIZMIRANI YUDHATYASSIH RAHMI NIM. 3113121065
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
RIZMIRANI YUDHATYASSIH RAHMI. NIM 3113121065. SEJARAH PARTUANON SIPOLHA SEBAGAI BAGIAN KERAJAAN SIANTAR ( 1907 – 1946 ) DI SIMALUNGUN. SKRIPSI S-1 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL. UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinyaPartuanon Sipolha dan mengetahui bagaimana perkembangan Partuanon Sipolha dari tahun 1907 – 1946, berakhirnya Partuanon Sipolha dan peninggalan sejarah yang masih ada hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan metode Heuristik dengan tekhnik pengumpulan data berupa Penelitian Lapangan ( Field Research ) dan Studi Kepustakaan ( Library Research ). Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data dilakukan pengumpulan dengan meninjau langsung situs peninggalan sejarah dan memperoleh keterangan-keterangan yang berkaitan dengan penelitian melalui wawancara langsung keturunan Tuan Sipolha. Hasil dari lapangan kemudian ditelaah kembali melalui buku – buku atau literature yang berkaitan dengan judul penelitian. Kemudian memilah – milah data primer dan data sekunder dan mengintrepretasikan data. Pada tahap akhir dengan menganalisis dan menuangkan dalam bab pembahasan dalam suatu cerita sejarah.Dari hasil peneltian dapatlah diketahui bahwa sebelum menjadi sebuah partuanon, Sipolha ada sebuah wilayah kerajaan negeri dengan ibu negeri Pamatang Sipolha. Kemudian sang raja mengembara lagi dan berhasil mendirikan sebuah kerajaan baru yakni Kerajaan Siantar. Kemudian Sipolha dijadikan wilayah partuanondan Tuan dari Sipolha berkedudukan sebagai Tuan Kaha dalam Kerajaan Siantar. Setelah ditandatangani Korte Verklaring pada tahun 1907, oleh dua orang Petinggi Kerajaan Siantar, Kerajaan Siantardibagi kedalam 3 distrik dan 37 partuanon. Untuk wilayah Sipolha dibagi kedalam 4 van / daerah. Sistem partuanon ini berlangsung hingga tahun 1946. Ada beberapa peninggalan dari Partuanon Sipolha hingga kini yang berada di Kelurahan Sipolha Horisan.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti haturkan kehadirat Allah SWT dimana atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : “Sejarah Partuanon Sipolha sebagai Bagian Kerajaan Siantar (
1907 – 1946 ) di Simalungun”. Shalawat berangkaikan salam tak lupa juga
dihadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana
syafa’atnya di harapkan di yaumil mahsyar kelak.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari sempurna baik isi, tehknik penulisan, maupun ilmiahnya, mengingat
keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, dengan
segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan. Maka dalam
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih serta pengharapan yang
sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan beserta stafnya.
2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta
stafnya.
3. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Dosen Pembimbing Akademik, dan juga Penguji yang telah banyak
iii
4. Bapak Yushar Tanjung, M.Si selaku Sekretaris jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah membantu peneliti dalam studi.
5. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
terima kasih sebesar – besarnya penulis ucapkan karena kesabaran dalam
membimbing dan mengarahkan penulis sehingga terselesaikannya skripsi
ini serta pengetahuan dan pengalaman dalam dunia pendidikan.
6. Ibu Dr. Samsidar Tanjung, M.Pd dan Bapak Pristi Suhendro, S.Hum,M.Si
selaku Dosen Penguji.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman kepada peneliti selama masa studi.
8. Ayahanda tersayang Rizali Hardi dan Ibunda tercinta Misikem, B.A yang
telah mengajarkan dan menerapkan makna kehidupan dan arti penting
kekeluargaan kepada ananda serta telah berusaha memberikan bantuan
berupa moril maupun materiil sehingga ananda dapat menyelesaikan studi
dengan baik.
9. Bapak Bistok Manik selaku Lurah Sipolha beserta stafnya terima kasih
atas bantuan tenaga dan waktu yang diberikan saat melakukan penelitian.
10.Bapak Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun dan seluruh
staffnya yang telah memberikan data guna penelitian.
11.Seluruh Narasumber yang telah memberikan informasi kepada peneliti
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
12.Terkhusus buat Dwi Kurnia Dinata yang telah memberikan semangat,
iv
13.Buat adinda Rizmitunsasri Dwipatma Rahma terimakasih atas
dukungannya selama ini.
14.Buat sahabat peneliti, Desi Jumanisa dan Merry Desyana Dolok Saribu,
seluruh teman – teman stambuk 2011, terutama buat Reguler B Pendidikan
Sejarah, teman – teman sekontrakan di Jln.Gunung Sibayak No.30 dan
teman – teman PPL di SMAN1 Bandar terima kasih buat waktu,
pengalaman yang diberikan, suka duka yang pernah kita lewati selamaini.
Akhir kata peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak –
pihak yang telah membantu dan jika ada pihak yang terlewatkan mendapatkan
ucapan terima kasih, peneliti meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafan.
Semoga skripsi ini benrmanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi masukan bagi
yang membutuhkan.
Medan, Januari 2015
Peneliti
Rizmirani YudhatyassihRahmi
vi BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 22
1. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Simalungun ... 22
2. Iklim di Simalungun ... 23
3. Kondisi Penduduk di Simalungun ... 23
4. Pendidikan di Simalungun ... 24
5. Agama di Simalungun ... 25
6. Keadaan Sosial di Simalungun ... 26
7. Gambaran Umum Desa Sipolha ... 26
B. Pembahasan ... 28
1. Latar Belakang Berdirinya Partuanon Sipolha ... 28
2. Perkembangan Partuanon Sipolha Tahun 1907 – 1946 ... 43
3. Faktor Penyebab Berakhirnya Partuanon Sipolha ... 59
4. Peninggalan Partuanon Sipolha ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Pendidikan di Simalungun ... 27
Tabel 1.2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera
Utara. Nama Simalungun menurut sumber lisan turun – temurun berasal dari kata
“sima – sima” dan “ lungun” ; sima – sima artinya peninggalan dan lungun
artinya yang dirindukan. Namun berdasarkan arsip kolonial Belanda, nama
Simalungun sendiri baru dipergunakan secara resmi pada awal abad ke – 20 (
1906 ) sebagai nama wilayah administratif pemerintahan. Agustono ( 2012:1 )
Sebelum kolonial masuk ke daerah Simalungun, wilayah Simalungun
merupakan wilayah kerajaan. Diantaranya berdiri Kerajaan Nagur dan Batanghio,
Kerajaan Raja Maropat dan Kerajaan Marpitu. Nagur merupakan kerajaan tertua
di wilayah Simalungun Kerajaan ini merupakan cikal bakal kerajaan di
Simalungun berikutnya. Rajanya yang pertama bernama Datuk Parmanik – manik
yang selanjutnya berubah menjadi Damanik ( Da artinya sang dan Manik artinya
berwibawa ). Inilah marga penguasa di Simalungun yang kelak keturunannya
mendirikan Kerajaan Siantar sekitar abad ke – 16. Tideman dalam Agustono
(2012:41) mencatat bahwa selanjutnya Nagur pecah menjadi empat bagian yakni
Dolog Silou, Panei, Siantar, dan Tanah Jawa. Pembagian wilayah kerajaan ini
berdasarkan pembagian besar marga yang membentuk masyarakat Simalungun
yakni Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba. Marga yang empat ini merupakan
2
marga Simalungun asli yang menjadi marga pemilik tanah di Simalungun sejak
zaman dahulu.
Kerajaan Siantar merupakan penerus Kerajaan Nagur, yakni rajanya
bermarga Damanik yang muncul pada masa penghujung abad ke-15 ( awal abad
ke-16 ). Pendiri Kerajaan Siantar adalah Tuan Parmata Manunggal.Tuan Parmata
Manunggal merupakan anak tunggal dari Raja Nagur yang terakhir yakni
Marahsilu. Kerajaan Siantar tidak berdiri sendiri. Kerajaan ini memiliki beberapa
subkerajaan yang dibentuk secara konfederasi yang masing – masing memiliki
hubungan kekerabatan. Konfederasi tersebut adalah Siantar, Sidamanik, Bandar
dan Sipolha. Wilayah ini dikenal dengan sebutan partuanon.
Sipolha yang wilayahnya berada di horison ( pesisir ) Danau Toba ini
ternyata menyimpan sejarah. Sipolha yang dipimpin oleh seorang tuan ini
merupakan daerah asal pendiri Kerajaan Siantar, Tuan Parmata Manunggal.
Awalnya Sipolha merupakan wilayah kerajaan negeri yang dipimpin oleh Tuan
Parmata Manunggal yang bergelar Datu Parmata Mamunjung yang menempatkan
ibu negerinya di Pamatang Sipolha dan kemudian kawin dengan putri sahabat
karibnya Raja Mangatur Manurung dari Sionggang / Uluan bernama Siboru
Napuan Manurung. Damanik ( 1987: 39)
Tuan Parmata Manunggal kemudian mengembara dan berhasil
menaklukkan daerah Siantar dikuasai oleh marga Damanik dari Jumorlang yakni
Tuan Jumorlang Damanik dan mendirikan kerajaan di Siantar dan menikahi janda
Tuan Jumorlang, Puang Bolon boru Saragih Silampuyang.Kemudian Sipolha
3
Partuanon Sipolha mendapatkan kedudukan sebagai Tuan Kaha di Kerajaan
Siantar sebab mereka adalah saudara tertua dari Raja Siantar ( sanina sikahanan )
dan mempunyai hak menobatkan Raja Siantar.
Tahun 1865 kolonialisme Belanda mulai memasuki wilayah Simalungun.
Sejak masuk intervensi Pemerintahan Kolonial banyak terjadi perubahan –
perubahan yang signifikan di Simalungun. Memasuki tahun 1888 pemerintahan
kolonial mulai campur tangan terhadap wilayah Simalungun. Hingga akhirnya
satu – satu persatu raja – raja Simalungun dinyatakan tunduk kepada pemerintah
kolonial. Maka sebagai bukti pengakuan dilanjutkan dengan penandatangan Korte
Verklaring atau Plakat Pendek. Setelah penandatangan perjanjian itu, kerajaan di
Simalungun bukan lagi empat melainkan tujuh ( harajaon na pitu ), dimana Raya,
Silimahuta, dan Purba menjadi kerajaan yang otonom. Wilayah administrasi
Simalungun dikepalai Controleuryang membawahi 7 kerajaan yang terbagi dalam
16 distrik dan setiap distrik dibagi ke dalam partuanon yang membawahi
beberapa nagori ( kampung ) atau kepenghuluan.
Pada tanggal 16 Oktober 1907, dua Petinggi Kerajaan Siantar yakni Tuan
Marihat, Tuan Torialam Damanik dan Tuan Sidamanik, Tuan Riahata Damanik
menandatangani Korte Verklaring tersebut. Saat itu Siantar dipimpin oleh Tuan
Sang Na Ualuh Damanik yang telah ditangkap Belanda akibat tidak tunduk
kepada mereka. Sejak saat itu, Kerajaan Siantar memiliki batas – batas yakni
sebelah timur dengan Asahan – Batubara, sebelah barat dengan Panei, sebelah
utara dengan Panei dan Raya, dan sebelah selatan dengan Tanah Jawa. Kerajaan
4
partuanon. Sedangkan untuk wilayah Sipolha terbagi menjadi 4, Sipolha, Manik
Sipolha, Pagar Batu dan Repa.
Kemudian pada tahun 1946 terjadi Revolusi Sosial di Sumatera Timur,
sehingga mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kerajaan-kerajaan yang ada di
Sumatera Timur termasuk Partuanon Sipolha yang merupakan bagian dari
Kerajaan Siantar. Masih ada beberapa peninggalan dari partuanon ini walaupun
sudah kebanyakan hancur. Penelitian ini berada didaerah Kabupaten Simalungun
tepatnya di daerah Kelurahan Sipolha Horisan, Kecamatan Pamatang Sidamanik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik akan membuat suatu penelitian
dengan judul penelitian : “Sejarah Partuanon Sipolha Sebagai Bagian
Kerajaan Siantar ( 1907–1946 ) di Simalungun”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi diantaranya adalah :
1. Latar belakang berdirinya Partuanon Sipolha
2. Perkembangan Partuanon Sipolha dari tahun 1907 – 1946
3. Faktor yang menyebabkan berakhirnya Partuanon Sipolha.
5
C. Pembatasan Masalah
Dikarenakan pada saat itu wilayah Kerajaan Siantar sangat luas, sehingga
membuat luasnya masalah yang harus dibahas, maka peneliti membatasi masalah
kepada “Sejarah Partuanon Sipolha Sebagai Bagian Kerajaan Siantar ( 1907
–1946 ) di Simalungun” .
D. Rumusan Masalah
Sesuai batasan masalah di atas, maka dapat dikemukakan yang menjadi
rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana latar belakang berdirinyaPartuanon Sipolha ?
2. Bagaimana perkembangan Partuanon Sipolha dari tahun 1907 – 1946 ?
3. Apa faktor yang menyebabkan berakhirnya Partuanon Sipolha ?
4. Apa saja bukti peninggalanPartuanon Sipolha yang masih ada hingga saat ini?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui latar belakang berdirinya Partuanon Sipolha.
2. Untuk mengetahui perkembangan Partuanon Sipolha dari tahun 1907 – 1946.
3. Mengetahui faktor penyebab berakhirnya Partuanon Sipolha.
4. Mengetahui bukti peninggalan Partuanon Sipolha yang masih ada hingga saat
6
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi Pemerintah Daerah setempat
khususnya Desa Sipolha Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun untuk
tetap melestarikan dan menjaga peninggalan sejarah sebagai bagian dari kekayaan
cagar budaya lokal yang ada di Kabupaten Simalungun.
2. Bagi penyusun berguna sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan
yang secara teori telah dipelajari di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Negeri Medan.
3. Bagi para pembaca sebagai bahan pengembangan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan metode lain yang lebih mendalam dan alat ukur penelitian yang
berbeda.
4. Bagi Universitas Negeri Medan untuk menambah perbendaharaan penulisan karya
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sipolha sebagai tanah pusaha keturunan Raja Namartuah Damanik Bariba
awalnya merupakan sebuah Kerajaan Negeri dengan Pamatang Sipolha
sebagai Ibu Kota Negeri. Raja Namartuah mempersunting, putri temannya
Raja Mangatur Manurung yakni Si boru Napuan Manurung sebagai istrinya
dan sekaligus Puang Bolon di Kerajaan negeri tersebut. Anak dari Raja
Namartuah dengan Puang Bolon Boru Manurung, yakni Raja Uluan
Damanik yang kemudian generasi – genarasinya menjadi Tuan di Sipolha.
Latar belakang berdirinya Partuanon Sipolha adalah karena pemimpinnya,
Raja Namartuah Damanik gelar Datu Parmata Manunggal dari Partuanon
Sipolha mendirikan sebuah Kerajaan baru yakni Kerajaan Siantar dan
menjadikan kerajaan lama yang didirikannya menjadi kerajaan di bawahnya.
Karena sebelumnya Sipolha merupakan sebuah wilayah kerajaan negeri
yang didirikan dengan orang yang sama yang mendirikan Kerajaan Siantar.
Kedudukan pemerintahan sama dengan yang ada di Siantar yakni pusat
pemerintahan berkedudukan di Pamatang.Tuan Sipolha bertindak sebagai
Tuan Kaha dalam kerajaan Siantar. Tuan Sipolha juga bertindak sebagai
penasehat kerajaan. Wilayah kekuasaan Partuanon Sipolha meliputi : Huta
71
Bolon, Tiga Sihalekkang, Pulo Bosar, Lumban Gorat, Lumban Tindang,
Lumban Suhunan, Baringin, Parumbanan, Bangun Raja, Gubba, Siattar
Matio, Sijambur, Binanga Joring, Ujung Mauli, Tuktuk Naholhol, Huta
Bandar, Hubuan, Jambur Nabolak, Dolok Maraja, Tuktuk Rihit, Saribu
Dolok, Saribupasir, Paribuan, Portibi, Sosor Gambiri, Pasir Matambun, Urut
Nagodang, Pagar Batu dan Repa.
2. Setelah Belanda menguasai Simalungun dan dengan di tandatanganinya
Korte Verklaring pada tanggal 16 Oktober 1907 wilayah administrasi
Kerajaan Siantar dibagi kedalam 3 distrik ( Siantar, Bandar dan Sidamanik
) dan 37 partuanon . Untuk wilayah Sipolha, Controleur Simalungun
membagi menjadi 4 van / daerah yakni :
- Sipolha yang dipimpin oleh Tuan Si Tahan Batoe
- Manik Sipolha yang dipimpin oleh Tuan Si Ria Kadi
- Repa yang dipimpin oleh Tuan Ganjang
- Pagar Batoe yang dipimpin oleh Tuan Juanghata.
Meskipun telah dibagi menjadi empat daerah namun pemerintahan pusat
tetap berada di tangan Tuan Sipolha selaku Partongah Partuanon Sipolha
dengan Ibu Negeri Pamatang Sipolha.
Dalam periodesasi 1907 – 1946 atau selama 39 tahun Partuanon Sipolha
dipimpin oleh tiga Tuan yang memegang tampuk kepemimpinan yakni Tuan
Tahan Laen Tahan Batu ( 1907 – 1915 ), Tuan Djukkar Damanik ( 1917 –
1935 ) dan Tuan Humala Sahkuda Damanik ( 1939 – 1946 ). Selama
72
Tuan Laen Tahan Batu ( 1907 – 1915 ) , dibangunnya rumah tukkup
sebagai tempat persemayaman Tuan sebelum ada pengganti untuk
memangku wilayah Sipolha yang menandai adanya perkembangan tata
cara atau prosesi pemakaman karena sebelumnya Tuan Sipolha yang
sudah meninggal langsung dikubur tanpa harus disemayamkan begitu
lama. Pada masa Tuan Djukkar Damanik ( 1917 – 1935 ) agama mulai
masuk ke wilayah ini yakni agama Kristen diterima di wiayah Sipolha dan
perkembangannya cukup pesat bahkan Tuan Djukkar Damanik sendiri pun
juga memeluk agama Kristen. Sebelumnya agama Kristen dilarang masuk
ke wilayah ini dan kepercayaan yang dianut berupa animisme dan
dinamisme. Selain perkembangan agama, pada masa kepemimpinan Tuan
Djukkar Damanik juga terjadi perkembangan pariwisata di Sipolha. Wilayah
ini sering dikunjungi para pejabat Belanda untuk tempat rekreasi.
Perkembangan selanjutnya yakni pada masa kepimpinan Tuan Humala
Sahkuda Damanik ( 1939 – 1942 ), yakni dibangunnya jalan raya oleh
pemerintah Jepang yang menandakan perkembangan transportasi di
wilayah ini.
3. Pada tahun 1946 terjadi peristiwa berdarah di Simalungun yang dikenal
dengan revolusi Sosial. Peristiwa ini yang menyebabkan dihapuskan
semua bentuk feodalisme di Simalungun dengan merampas segala harta
benda kerajaan bahkan sampai menghabisi seluruh kerabat perangkat
kerajaan dan keluarga raja. Hal senada juga terjadi di Sipolha dengan
73
tewas yang di eksekusi dalam peristiwa berdarah tersebut dan juga
beberapa kaum bangsawan lain di Sipolha yang merupakan wilayah
sentrum kebangsawanan Simalungun. Sejak saat itu tamat sudah riwayat
sistem kerajaan di Simalungun, termasuk juga sistem partuanon di
Sipolha. Dengan begitu, penyebab berakhirnya Partuanon Sipolha adalah
peristiwa berdarah revolusi sosial tahun 1946.
4. Sipolha, sebuah kelurahan di pesisir Danau Toba ternyata menyimpan
banyak sejarah. Terdapat beberapa peninggalan sejarah sebagai jejak
kebesaran yang pernah ada di sini. Beberapa peninggalan itu adalah :
- Jerat Partongah Naitukkup
- Gua Marhosa
- Gua Singir – ngir
- Makam Tuan – Tuan Damanik
- Pohon hariara
- Peninggalan adat, berupa pantangan
A.SARAN
Adapun saran yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Melalui skripsi ini, peneliti mengharapkan agar masyarakat Simalungun
terkhusus yang ada di Sipolha mengetahui bagaimana perjalanan sebuah
kerajaan di daerah ini yang kemudian berubah menjadi partuanon sampai
74
2. Diharapkan melalui penelitian ini masyarakat di Simalungun khususnya di
Sipolha dengan merefleksi kisah sejarah masa lampau tetap mempertahankan
peninggalan – peninggalan sejarah , budaya dan istiadat ciri khas setempat.
3. Diharapkan Pemerintah Kabupaten Simalungun memberikan perhatian dan
apresiasi terhadap wilayah Sipolha dengan membukanya sebagai tempat
wisata sejarah dengan berbekal peninggalan – peninggalan sejarah Partuanon
Sipolha dan sekaligus wisata alam dengan daya dukung Danau Toba guna
mengingat bahwa di Sipolha pernah menjadi sebuah sentrum kebangsawanan
Simalungun.
4. Agar masyarakat membuka diri untuk menambah wawasan dan terus
menggali lagi potensi tentang sejarah Partuanon Sipolha dari sebuah kerajaan
DAFTAR PUSTAKA
Agustono, Budi, et al. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Siantar : Yayasan Museum Simalungun
Budiardjo, Miriam. 2008 . Dasar – Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Damanik, DJahutar. 1987. Raja Sang NaualuhSejarah Perjuangan Kebangkitan Bangsa Ini. Medan : Kalangan Sendiri
Damanik, DJahutar. 1990. Partongah Naitukkup In Memoriam Tuan Laen Tahan Batu elar Partongah Naitukkup ( Tuan Sipolha ke XIV ). Medan : Kalangan Sendiri
Damanik, Sahat. 2010. Sejarah Berdirinya Kerajaan Siantar / Kota Pematang Siantar . Pematang Siantar : Kalangan Sendiri
Dasuha, Juanda Raya Purba dan Erond L. Damanik. 2011 . Kerajaan Siantar
“Dari Polou Holang ke Kota Pematang Siantar”. Pematang Siantar : I
Hutan Bolon Hasadaon Damanik Boru Pakon Panagolan Siantar Simalungun
Guan, et al. 2000. Sejarah Lisan di Asia Tenggara. Jakarta : Penerbit Pustaka LP3ES Indonesia
Kartidihardjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Loeb, Edwin M. Sumatera Sejarah dan Masyarakatnya. 2013. Yogyakarta : Penerbit Ombak
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah . Yogyakarta : Penerbit Ombak
Sumber Internet :
Damanik, Erond. 2008. Keruntuhan Monarchi Simalungun : website .http://simetri.wordpress.com/2008/02/20, diakses 05 November 2014 : 13.20 WIB
Saragih, Simon. 2014. Apakah Jotingam terlibat dalam Revolusi Sosial 1946? : website. www.beritasimalungun.com, diakses 05 November 2014 : 13.45 WIB
Sihotang, Tagor. 2013. Sejarah Sipolha dan Oppung Tuan Parmata Manunggal Damanik : website. http://lintaspublic.blogspot.com, diakses 22 April 2014 : 15.25 WIB
http://wikimapia.org/24101269/Wilayah-wilayah-yang-pernah-ditundukkan-