• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN BLORA"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU

DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

SRI PERTIWI

S.850809218

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU

DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

Disusun oleh:

SRI PERTIWI

S 850809218

Telah Disetujui Tim Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. 1. ……… ………… NIP. 19530915 197903 1 003

2. Drs. Suyono, M.Si. 2. ……… ………… NIP. 19500301 197603 1 002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana

(3)

commit to user

iii

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN JIGSAW

PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU

DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

DI KABUPATEN BLORA

Disusun oleh:

SRI PERTIWI

S 850809218

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal: ... Maret 2011

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Dr. Mardiyana, M.Si. ... NIP. 19660225 199302 1002

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. ... NIP. 19670116 199402 1001

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ... NIP. 19530915 197903 1 003

2. Drs. Suyono, M.Si. ... NIP. 19500301 197603 1 002

Surakarta, ... Maret 2011 Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

(4)

commit to user

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : SRI PERTIWI

NIM : S850809218

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EFEKTIVITAS MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

(TGT) DAN JIGSAW PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP DI KABUPATEN

BLORA adalah betul–betul karya saya sendiri.

Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Maret 2011 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO

1. Jika suatu pekerjaan dapat dikerjakan pada hari ini, janganlah ditunda hingga hari esok.

2. Kehilangan yang paling besar adalah kehilangan keyakinan terhadap diri sendiri.

(6)

commit to user

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak Suwarno, Suamiku yang tercinta. 2. Ibu Sunarmi, Orang tuaku yang kuhormati. 3. Ibu Simah, Mertuaku yang kuhormati. 4. Bapak Parto, Mertuaku yang kuhormati.

5. Tutut Putri Gatot Suwarno, Mokti Wijaya Nagara dan Gradieni Sigmawarni Pertiwi, anak–anakku yang ku sayangi.

6. Rekan-rekanku Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana UNS.

7. Rekan–rekan guru Matematika SMP se Kabupaten Blora khususnya guru Matematika SMP 2 Blora, SMP 3 Cepu dan SMP 1 Jiken.

8. Almamater.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunianya kepada kita bersama dan khususnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi–tingginya dan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas–luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

4. Drs. Suyono, M.Si Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini yang telah memberikan petunjuk bimbingan dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Bupati Kabupaten Blora yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(8)

commit to user

8. Kepala SMP 2 Blora yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

9. Kepala SMP 3 Cepu yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

10.Kepala SMP 1 Jiken yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya Tesis ini.

Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai suatu amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala.

Surakarta, Maret 2011 Penulis

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xvi

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pemilihan Masalah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Perumusan Masalah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 21

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) .. 24

(10)

commit to user

6. Prestasi Belajar Matematika ... 31

7. Motivasi Belajar Matematika ... 34

8. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

B. Kerangka Berpikir ... 40

C. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Jenis Penelitian ... 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

C. Rancangan Penelitian ... 46

D. Populasi dan Sampel ... 47

1. Populasi ... 47

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 47

E. Variabel Penelitian ... 48

1. Variabel Bebas ... 48

2. Variabel Terikat ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Metode Dokumentasi ... 51

2. Metode Tes ... 52

3. Metode Angket ... 52

G. Instrumen Penelitian ... 53

H. Teknik Analisis Data ... 60

1. Uji Prasarat ... 60

2. Uji Keseimbangan ... 62

3. Uji Hipotesis ... 64

4. Uji Komparasi Ganda ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 71

1. Soal Tes Prestasi Belajar ... 71

2. Soal Angket Motivasi Belajar ... 73

B. Penyajian Data Hasil Penelitian ... 74

(11)

commit to user

xi

2. Skor Angket Motivasi Belajar Siswa ... 75

C. Hasil Analisis Data ... 76

1. Kemampuan Awal ... 76

2. Analisis Variansi ... 78

3.Uji Anava ... 80

4. Uji Komparasi Ganda ... 82

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

E. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Implikasi ... 93

C. Saran ... 94

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok ... 30

Tabel 2.3 Perbedaan Model Pembelajaran TGT dengan Jigsaw ... 30

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Desain faktorial Penelitian ... 46

Tabel 3.4 Kriteria penilaian Angket ... 53

Tabel 3.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua jalan ... 69

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika ... 75

Tabel 4.2 Hasil Pengelompokan Motivasi Belajar Siswa ... 76

Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Kemampuan Siswa ... 77

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 77

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... 78

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar ... 79

Tabel 4.7 Uji Homogenitas pada Masing-masing Kelompok ... 80

Tabel 4.8 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan ... 81

Tabel 4.9 Rataan masing-masing sel dari data hasil penelitian ... 82

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

(14)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data nilai rata-rata UNAS matematika SMP Kabupaten Blora tahun 2010 .... 100

2. Silabus ... 103

3. RPP Teorema Pythagoras ... 107

4. LKS dan Materi Teorema Pythagoras ... 189

5. Kartu soal ... 207

6. Lembar Ahli ... 213

7. Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Kemampuan awal ... 222

8. Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ... 228

9. Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ... 238

10.Uji Keseimbangan Data Kemampuan Awal Prestasi Belajar Matematika ... 241

11.Validitas Butir Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ... 244

12.Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ... 246

13.Instrument Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ... 248

14.Data Siswa Uji Coba, kelompok eksperimen 1 dan 2 ... 257

15.Analisis DP dan TK Soal Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ... 264

16.Analisis Reliabilitas Test Prestasi Belajar Matematika Uji Coba ... 266

17.Validitas Angket Motivasi Belajar Uji Coba ... 268

18.Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Uji Coba ... 270

19.Instrument Angket Motivasi Belajar Uji Coba ... 271

20.Uji Reliabilitas dan Konsistensi Angket Motivasi Belajar ... 283

21.Kisi-kisi Test Prestasi Belajar Matematika ... 287

22.Instrument Test Prestasi Belajar Matematika ... 289

23.Kisi-kisi Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ... 296

24.Instrument Angket Motivasi Prestasi Belajar matematika ... 297

25.Data Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Berbagai Kategori Motivasi Belajar Eksperimen 1 ... 307

(15)

commit to user

xv

27.Data Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Berbagai Kategori Motivasi

Belajar ... 313

28.Komputasi Statistik Diskriptif Data Prestasi Belajar Matematika ... 330

29.Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen Dengan TGT ... 333

30.Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperuimen Dengan JIGSAW ... 337

31.Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Rendah ... 341

32.Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Sedang ... 344

33.Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika Kategori Motivasi Berprestasi Tinggi ... 348

34.Uji Homogenitas Prestasi Belajar MatematikaKelas Eksperimen Dengan TGT Dan Jigsaw ... 352

35.Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematikauntuk Motivasi Berprestasi Tinggi, Sedang dan Rendah ... 355

36.Uji Anava ... 358

37.Uji komparasi lanjutan ... 362

38.Surat Keterangan Penelitian ... 365

(16)

commit to user

ABSTRAK

Sri Pertiwi, S850809218. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa SMP Di Kabupaten Blora. Tesis. Komisi Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc dan Pembimbing II: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw padasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai

motivasi belajar rendah.

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2×3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan Desember 2010 dengan populasi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Blora. Sampel penelitian ini diperoleh dengan gabungan Stratified Random Sampling dan Cluster Random Sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1 (penyajian materi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT) sebanyak 83 siswa, sedangkan banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw) sebanyak 84 siswa.

(17)

commit to user

xvii

Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama dan dilanjutkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelum data dianalisis dengan uji anava terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dengan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan

uji Bartlett.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) sama dengan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah (3) Tidak terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar matematika siswa. Diperoleh sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah; Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) padasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawpadasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

(18)

commit to user

ABSTRACT

Sri Pertiwi, S850809218. The effectiveness of Cooperative Learning Model by Team Games Tournament (TGT) and Jigsaw Type in the Student Learning Mathematics Achievement of Learning Motivation Junior High School Students Blora Regency. Thesis. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., And Co-advisor: Drs. Suyono, M.Si. Surakarta: Mathematics Education Study Program Postgraduate Program of Sebelas Maret University in Surakarta, 2011.

The aims of this research are to know: (1) Which gives the student learning achievement is better than mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type. (2) Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. Which gives the student learning achievement is better than who have high of learning motivation or who have middle and low of learning motivation. (3) Is better than using of mathematics cooperative learning model Team Games Tournament (TGT) type or Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high, middle and low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Team Games Tournament (TGT) type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation. Is better than using of mathematics cooperative learning model by Jigsaw type to give the student learning achievement for student have high or middle and low of learning motivation, students have middle of learning motivation who are their the student learning achievement is better than low of learning motivation.

This research is a quasi experiment with 2×3 factorial design. The research was conducted in June 2010 to December 2010 with a population of state junior high school students grade VIII in Blora. This sample obtained by the combination of Stratified Random Sampling and Cluster Random Sampling. The number of respondent in this research was 83 students as the first experimental group (using cooperative learning method by TGT). Meanwhile, the number of Respondent in this research was 84 students as the second experimental group (using cooperative learning method by jigsaw).

Collecting data is done with students' learning motivation questionnaire, review school documents and math achievement test. Instrument analysis test used is content validity test by expert’s judgment and reliability test used is KR-20; while analysis of test points used is differential force and difficult level test. Instrument analysis of questioner used content validity by expert’s judgment and reliability of questioner used Cronbach Alpha; while analysis of questioner points used internal consistency.

(19)

commit to user

xix

previously, they are normality test with Lilliefors method and homogeneity test

with using Bartlett test.

The conclusion of this research are: (1) Mathematics learning achievement of the student whose cooperative learning model of TGT type is the same as the using of cooperative learning method of Jigsaw type. (2) Mathematics learning achievement of the student whose high motivation is better than mathematics learning achievement of student whose is middle and low motivation. Mathematics learning achievement of the students whose middle learning of motivation is better than mathematics learning achievement with low learning of motivation. (3) No interaction between using cooperative learning model TGT and Jigsaw type also the learning motivation. Got the following: Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement is same as the using of cooperative learning model Jigsaw type for student who has high, middle and low learning of motivation; Using cooperative learning model TGT type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation; Using cooperative learning model jigsaw type gives mathematics learning achievement of the students who has high learning of motivation is better than the student who has middle and low learning of motivation, the student who has middle learning of motivation is better than the student who has low learning of motivation.

(20)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(21)

commit to user

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada pendidikan formal. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena matematika merupakan akar dari semua ilmu. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa masih sangat rendah dibandingkan dengan prestasi mata pelajaran lain. Sudah banyak usaha yang dilakukan pemerintah kabupaten Blora dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran matematika. Namun belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya hasil pendidikan matematika dengan ditunjukkan adanya kenyataan, sebagai berikut:

1. Prestasi siswa SMP negeri se-kabupaten Blora untuk mata pelajaran matematika dalam UN tahun 2009 dan 2010 menempati urutan 3 di bawah mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPA.

2. Nilai UN mata pelajaran matematika SMP dua tahun terakhir mengalami penurunan, hal ini ditunjukkan pada 2009 nilai rata-rata matematika kurang dari 6,00 nilai terendah 3,25 dan nilai tertinggi 10,00 sedangkan tahun 2010 nilai rata-rata matematika kurang dari 6,00 nilai terendah 2,50 dan nilai tertinggi 10,00 ( Sumber Diknas Kabupaten Blora ).

(22)

commit to user

terdapat mata pelajaran matematika yang belum tercapai batas minimal kelulusan paling banyak dibandingkan tiga mata pelajaran yang lainnya yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (Sumber Diknas Kabupaten Blora).

(23)

commit to user

Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapainya tujuan. Bagi siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga akan dapat meningkatkan prestasi belajar.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah:

1. Masih rendahnya prestasi belajar matematika siswa, ada kemungkinan disebabkan pola belajar mengajar yang selama ini dilakukan pendidik adalah cara belajar siswa rutinitas, yang tidak ada kreativitasnya sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan. Terkait dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh pola belajar mengajar terhadap prestasi belajar matematika.

2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar siswa dikarenakan kurang optimalnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika. Terkait dengan hal ini muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu mengenai pengaruh besarnya usaha yang dilakukan siswa untuk belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.

(24)

commit to user

dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa disebabkan oleh kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada prestasi belajar siswa.

5. Rendahnya hasil belajar matematika mungkin karena sarana dan prasarana yang kurang. Terkait dengan masalah tersebut dapat dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh sarana dan prasarana belajar  terhadap prestasi

belajar matematika.

C.Pemilihan Masalah

Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak masalah dalam waktu yang sama. Berdasarkan identifikasi masalah peneliti akan melakukan penelitian dengan masalah sebagai berikut:

1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika pada siswa mungkin karena siswa mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar sehingga perlu dilakukan penelitian, apakah tinggi rendahnya motivasi belajar akan berpengaruh terhadap prestasi belajar belajar matematika.

(25)

commit to user

masalah tersebut perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw pada prestasi belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari apa yang menjadi tujuan dilaksanaknnya penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan-batasan permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa yang diteliti adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas VIII di Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011.

2. Materi pembelajaran matematika yang diteliti difokuskan pada pembelajaran matematika pada standar kompetensi tentang menggunakan teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah. Materi ini dipilih untuk penelitian karena waktu penelitian disesuaikan dengan program semester yang telah peneliti susun yang bertepatan dengan materi tersebut, dan materi ini menarik karena selain mengandung beberapa konsep yang dapat diterapkan ke materi lain atau dalam pemecahan masalah tetapi juga memerlukan daya kreativitas untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan teorema Pythagoras, misalkan diterapkan pada permasalahan garis singgung antara dua lingkaran, hubungan apotema dan tali busur lingkaran, dan sebagainya.

(26)

commit to user

4. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan pada penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw. Model ini dipilih dengan asumsi bahwa:

a. Pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) mempunyai karakteristik yaitu pelaksanaannya melalui suatu turnamen dan langkah-langkahnya mudah sehingga menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran. Siswa bergerak dalam sebuah kegiatan kompetitif, mereka berdiskusi dan berpikir secara kelompok. Siswa berpeluang untuk meraih kemenangan dalam kompetitif secara positif, sehingga mereka termotivasi untuk belajar matematika.

b. Model pembelajaran kooperatif jigsaw mempunyai karakteristik yaitu siswa dikelompokkan kedalam kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan hasil diskusinya pada teman–teman di kelompoknya. siswa aktif dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.

(27)

commit to user

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang motivasi belajar rendah?

3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah?

(28)

commit to user

c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawpadasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah?

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah? Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

3. a. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.

(29)

commit to user

lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

c. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsawpadasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasinya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah: 

1. Memberikan informasi kepada guru matematika tentang model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar matematika.

2. Memberi contoh dan acuan bagi guru lain untuk mencoba model ini atau termotivasi untuk mencoba menciptakan model pembelajaran yang baru.  

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian pendidikan matematika selanjutnya.

(30)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Abdul Hadis (2008:60) bahwa perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi pesera didik dengan lingkungan pendidikan dan dengan guru disebut belajar. Pengertian belajar secara psikologis, juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(31)

commit to user

 

dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual.

Menurut Depdiknas (2005:3) pada teori Piaget, Piaget menjelaskan bahwa manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif sebagian besar tergantung kepada seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada tiga aspek perkembangan intelektual yaitu:

a. Struktur atau skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Isi merupakan pola perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi.

(32)

commit to user

dihadapi dalam lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.

Bagi guru matematika, teori Piaget jelas sangat relevan, karena dengan menggunakan teori itu akan bisa mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu pada kemampuan berpikir anak-anak di kelas atau di sekolahnya. Guru bisa memberikan perlakuan yang tepat bagi para siswanya, misalnya dalam memilih cara penyampaian materi bagi siswa, penyediaan alat-alat peraga, dan sebagainya, sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa masing-masing.

Menurut Agus Suprijono (2010:163) bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu. Seseorang dikatakan belajar matematika jika pada diri orang tersebut terjadi perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika, misalnya dari tidak tahu matematika menjadi tahu tentang matematika dan mampu menerapkan dalam diri kehidupan sehari-hari.

(33)

commit to user

 

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika hendaknya menerapkan model pemecahan masalah, seperti yang telah ada dalam prinsip dan standar matematika di sekolah. Pemecahan masalah bukan hanya untuk metode dalam pembelajaran matematika tetapi juga sebagai cara dan tindakan sehingga dengan belajar pemecahan masalah pada matematika maka siswa dapat memperoleh cara berpikir, kebiasaan, ketekunan, rasa ingin tahu dan percaya diri dalam situasi yang baru.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:84) bahwa adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.

c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

(34)

commit to user

pemikiran secara umum dan interaksi dengan objek yang dipelajari secara nyata dengan menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam belajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Depdiknas (2005:3) model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun teknik.

Menurut Agus Suprijono (2010:46) model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Maull and Berry (2001:78) bahwa: Developing modelling skill should be an important part of an undergraduate degree programme but it often over looked as course concentrate on teaching mathematical knowledge and skill and introducing standar models. The modelling process is often characterised as a cyclic process in which one start with a”real problem set in words”

Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan model bisa menjadi bagian penting pada program yang disetujui tetapi itu sering keliru seperti program di sekolah pada pengetahuan dan kemampuan pengajaran matematika. Proses model adalah sering dikhususkan seperti proses pada permasalahan nyata.

(35)

commit to user

 

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:

a. Meningkatkan hasil akademik yang mana siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.

b. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.

c. Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

a. Bertujuan menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk mempelajari materi dan menyelesaikan masalah pada materi yang dibahas.

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa dengan memperhatikan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa yaitu kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

(36)

commit to user

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Menurut Agus Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Kelompok di sini merupakan kelompok siswa yang ada interaksi. Setiap anggota kelompok berinteraksi berdasarkan peran-perannya sebagaimana norma yang mengatur perilaku anggota kelompok. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif yang benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan:

a. ”Memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama. b. Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai.

(37)

commit to user

 

keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Effandi Zakaria dan Zanaton Iksan (2007:36) bahwa: Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when student are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both and instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran adalah paling efektif yang mana siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas belajar. Pembelajaran kooperatif telah digunakan sebagai model pembelajaran pada berbagai jenis tingkat pendidikan dan berbagai jenis  mata pelajaran.

(38)

commit to user

dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya.

b. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

c. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

e. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

(39)

commit to user

 

[image:39.612.139.520.220.695.2]

konvensi yang merupakan suatu cara khas untuk menyajikan ide-ide matematika dalam bentuk kata atau simbol. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk melakukan klasifikasi atau penggolongan. Model CL juga dapat memberikan pengalaman belajar dan kecakapan hidup (life skill), karena terbukti mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa secara individu dan membangun kerjasama antar anggota dalam kelompok. 

Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif

Fase Keterangan Tingkah Laku Guru Tingkah Laku Siswa

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa Memperhatikan penjelasan guru 2 Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi melalui penjelasan,

demonstrasi atau buku bacaan

Memperhatikan informasi yang disampaikan guru, melalui demonstrasi atau menyimak buku

3

Mengorgisasikan siswa dalam kelompok belajar

Guru membentuk kelompok secara heterogen

Membentuk kelompok sesuai dengan model yang diterapkan 4 Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok belajar sesuai tugas dengan tugas siswa

Bekerja secara kelompok

5

Evaluasi Guru meminta siswa dalam

kelompok maupun klasikal untuk mempresentasikan hasil diskusi belajarnya

Mempresentasikan hasil diskusi di kelompok maupun secara

6

Memberikan penghargaan

Pemberian penghargaan bagi individu maupun kelompok

(40)

commit to user

Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa dikelompokkan ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu yang berbeda dengan anggota lainnya dari kelompok itu mengenali latihan yang diberikan itu. Para siswa bertemu dengan anggota–anggota dari kelompok lain yang mempelajari topik yang sama untuk saling bertukar pendapat dan informasi. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya semula untuk mempresentasikan yang ia telah pelajari dan didiskusikan pada teman–teman kelompoknya. Setelah itu seluruh siswa diberi kuis secara individual tentang materi belajar yang sudah dipelajari. Skor pemerolehan dari kuis tersebut digunakan untuk menentukan skor kelompoknya disamping sebagai skor individu.

(41)

commit to user

 

kepada kelompok untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman satu kelompok. Akhirnya, akan ada kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik, skor yang diperoleh merupakan skor individu dan kemudian dijumlahkan dengan skor anggota lainnya dalam satu kelompok sehingga menjadi skor kelompok.

Menurut Agus Suprijono (2010:89) bahwa pembelajaran dengan penerapan model Jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang dibahas oleh guru. Selanjutnya kelas dibagi menjadi kelompok kecil sebagai kelompok asal. Guru membagikan materi kepada tiap-tiap anggota kelompok siswa. Setiap anggota dalam kelompok itu bertanggung jawab atas materi yang berbeda. Berikutnya membentuk expert teams (kelompok ahli) untuk diskusi tentang topik yang sama dan kemudian mereka kembali ke kelompok asal untuk mepresentasikan hasil diskusinya di expert teams (kelompok ahli). Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli.

(42)

commit to user

satu dengan yang lainnya. Kelompok expert beranggotakan 10 orang siswa dengan satu topik yang sama. Langkah-langkah tipe Jigsaw terdiri 5 fase yaitu:

Fase 1: Reading

Guru mengingatkan materi sebelumnya, menyampaikan tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan pokok materi berikut contoh menyelesaikan masalah sesuai materi tersebut. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan awal siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Setelah kelompok belajar terbentuk sebagai kelompok asal, tiap siswa diberi Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk dipelajari dan didiskusikan bersama dalam kelompok. Langkah selanjutnya siswa diberi lembar ahli untuk didiskusikan di kelompok ahli atau expert. Masing-masing siswa membentuk expert sesuai topik di lembar ahli.

Fase 2: Expert Group Discussions

Di dalam kelompok expert, siswa berdiskusi membahas dan memecahkan masalah atau soal yang terdapat dalamlembar ahli. Setelah diskusi kelompok expert selesai, semua anggota kelompok expert kembali ke kelompok belajar semula.

Fase 3: Team reports

(43)

commit to user

 

dari expert yang lain menjelaskan kepada teman-teman sekelompok tentang apa yang dibahas dan dikerjakan selama di dalam kelompok expert. Pada saat diskusi expert inilah, guru dapat memberikan bimbingan, validasi materi dan jawaban siswa dari masing-masing expert.

Fase 4: Assessment

Guru mengadakan kuis yang harus dikerjakan oleh siswa secara individual. Hasilnya berupa nilai individu dan masing-masing nilai prestasi belajar matematika yang diperolehnya kemudian sebagai dasar nilai kelompok.

Fase 5: Team recognition

Guru bersama siswa menghitung perubahan nilai awal (base score) siswa dengan nilai hasil kuis secara individual. Kemudian nilai semua siswa anggota masing-masing kelompok dijumlahkan dan dirata-rata sebagai nilai kelompok.

4. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)

(44)

commit to user

siswa yang berprestasi tinggi bermain dengan siswa yang berprestasi tinggi dan yang berprestasi rendah bermain dengan siswa yang prestasi rendah juga. keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk sukses dan menentukan skor bagi kelompoknya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menambahkan dimensi kegembiraan bagi siswa yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Menurut Slavin (2010:166) bahwa game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaannya kerja Tim. Game tersebut dimainkan di atas meja turnamen dengan tiga siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

(45)

commit to user

 

[image:45.612.142.510.221.600.2]

dan seterusnya. Setelah turnamen pertama selesai, para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja turnamen akan naik tingkat ke meja turnamen berikutnya yang lebih tinggi. Siswa dengan skor tertinggi kedua tetap tinggal di meja yang sama dan yang memperoleh skor terendah diturunkan tingkatnya ke meja turnamen yang lebih rendah, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya. Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Ilustrasi hubungan antara tim heterogen dan meja

turnamen homogen

Menurut Pahyono (2004:6) bahwa model pembelajaran kooperatif melalui suatu turnamen, lebih banyak dipilih karena memberikan tantangan

TIM A

TIM B TIM C

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah 

Meja Turnamen 

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

4 Meja

Turnamen 3

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

A‐1   A‐2    A‐3          A‐4 

(46)

commit to user

yang menarik bagi siswa dalam bentuk permainan dan cara melakukannya relatif lebih mudah dibanding Jigsaw. Setiap siswa berperan sesuai dengan kemampuannya dan menentukan peringkat kelompoknya. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (TGT), sebagai berikut:

Fase 1: Penjelasan guru (Teacher presentation).

Penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi, penjelasan materi dan pembagikan LKS ke setiap siswa. Pembagian kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin (gender), etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 4–5 orang, tiap siswa diberi nomor dada dari 1, 2, 3, 4, 5.

Fase 2: Menempatkan para siswa ke dalam Tim.

Penyediaan lembar penempatan meja turnamen berdasarkan peringkat pada ulangan sebelumnya. Jika jumlah siswa habis dibagi 3, semua meja turnamen akan mempunyai 3 peserta. Jika ada siswa yang tersisa setelah dibagi tiga, satu atau dua dari meja turnamen, akan beranggotakan 4 orang. Penentuan nomor meja ini hanya untuk diketahui oleh guru dengan nomor meja dalam urutan yang acak, supaya para siswa tidak tahu bagaimana cara penyusunan penempatan meja tersebut.

Fase 3: Belajar Tim (Team study).

(47)

commit to user

 

Fase 4: Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding).

Guru membimbing kerja kelompok maupun secara klasikal.

Fase 5: Tournament (Quizzes)

Kompetisi dengan tiga peserta, meja turnamen dengan kemampuan homogen dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membagikan satu lembar permainan, satu lembar jawaban, satu kotak kartu bernomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja.

b. Untuk memulai permainan, para siswa menarik kartu untuk menentukan pembaca pertama, permainan berlangsung sesuai waktu dimulai dari pembaca pertama.

c. Pembaca pertama mengambil kartu bernomor dan menjawab sesuai kartu tersebut pada lembar permainan.

(48)

commit to user

e. Permainan berlanjut hingga periode kelas berakhir atau kotaknya telah kosong.

f. Masing-masing peserta mencatat skor pada lembar skor permainan.

g. Jika waktu yang tersedia masih ada maka dilanjutkan game kedua.

h. Selanjutnya siswa dengan skor tertinggi bergeser ke meja turnamen yang lebih tinggi grade-nya, urutan kedua tetap di tempat dan ketiga bergeser ke meja turnamen dengan grade lebih rendah.

Fase 6: Validation

Guru melakukan validasi, penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis dan memberi kesempatan untuk tanya jawab bagi siswa yang belum memahami soal yang menjadi tanggung jawabnya. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

Fase 7: Penghargaan kelompok (Team recognition).

Penentuan skor tim dan dari skor yang diperoleh masing-masing kelompok maka selanjutnya adalah pemberian penghargaan lainnya.

Fase 8: Menentukan skor Tim

(49)

commit to user

 

Tabel 2.2 Penentuan skor Tim berdasarkan skor rata-rata kelompok.

NO PEROLEHAN SKOR RATA-RATA PREDIKAT

1 85 atau lebih Super Team

2 75 – 84 Great Team

3 65 - 74 Good Team

5. Perbedaan model pembelajaran TGT dengan Jigsaw

[image:49.612.131.509.136.661.2]

Perbedaan antara kelompok belajar dalam Tabel berikut ini:

Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw

NO Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1 Kepemimpinan bersama. Tidak ada pemimpin

2 Saling ketergantungan yang positif.

Tidak ada saling ketergantungan.

3

Seluruh anggota kelompok bertanggungjawa terhadap hasil belajar.

Tidak semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap hasil belajar.

4 Menekankan pada tugas dan hubungan kooperatif.

Menekankan pada tugas individu dan kelompok.

5 Guru sebagai fasilitator. Guru membimbing secara klasikal maupun individual.

6 Skor yang diperoleh adalah hasil skor kelompok.

(50)

commit to user

6. Prestasi Belajar Matematika

Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:723) diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan untuk penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:3) matematika dalam GBPP adalah matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya telah dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan kemampuan siswa. Walaupun objek matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek yang kongkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah deduktif dan konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah juga disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Matematika menurut Marsigit (2002:2) adalah sebagai berikut: a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan.

c. Matematika adalah kegiatan problem solving. d. Matematika adalah alat untuk komunikasi.

(51)

commit to user

 

beautiful lies outside the bounds of ordinary program is, surely, an alarm signal. It is an important challenge for the mathematical community to reorganize the ordinary course in mathematics so as to make the teachers see the bauty in it. Then the student has the chance to see it there as well.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang cantik, dimana harus dikuasai oleh guru matematika untuk ditransferkan ke siswa dengan cara yang indah. Dalam menyelesaikan permasalahan matematika perlu cara khusus. Pada kenyataannya bahwa beberapa guru tidak memanfaatkan keindahan matematika tetapi mereka dibatasi oleh kurikulum yang harus dicapai. Ini sebuah perubahan penting bagi masyarakat matematika untuk memberikan masukan ke lembaga pendidikan agar membuat guru matematika mau melihat keindahan matematika. Harapannya siswa dapat juga menyaksikan keindahan itu sehingga mereka tertarik belajar matematika.

Begitu pula menurut Ernest (2008:6) bahwa: Routine mathematical activity typically involves relatively simple initial texts and deployment of restricted transformation rules in the production of sequences of text. Less routine or creative mathematical activities, such as problem solving, applications, or investigational work, tipically involve more complex task formulations and require some novelty and insight in selecting which transformations to apply and which elements to apply them to, the producing the sequence.

(52)

commit to user

Menurut Agus Suprijono (2010:5) bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:895) prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan. Sedangkan belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai melalui penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Prestasi belajar lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan pengetahuan atau nilai–nilai kecakapan.

(53)

commit to user

 

matematika yang di tunjukkan dengan hasil yang berupa nilai dan perubahan motivasi belajar matematika.

7. Motivasi Belajar matematika

Menurut Abdul Hadis (2008:29) bahwa motif/motivasi secara umum diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan. Motif juga dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong dia untuk melakukan aktivitas tertentu demi untuk mencapai tujuan.

Menurut Agus Suprijono (2009:163) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi belajar siswa ada dua macam yaitu yang berasal dari dalam (instrinsik) misalnya keinginan untuk mencapai cita-citanya dan yang berasal dari luar (ekstrinsik) misalnya adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan dan membuat siswa mudah belajar.

(54)

commit to user

siswa bekerja. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa akan termotivasi untuk belajar baik dalam kelompok atau secara termotivasi untuk belajar baik dalam kelompok atau secara individu. Jika ada penghargaan dari guru bila berhasil dalam belajarnya. Ciri–ciri Motivasi Belajar Siswa adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus untuk waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.

d. Ingin mendalami bahan/ bidang pengetahuan yang diberikan di kelas.

e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya).

f. Menunjukkan minat terhadap masalah orang dewasa (misalnya terhadap pembangungan agama, politik, korupsi, keadilan dan sebagainya).

g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat.

h. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan pendapat tersebut).

i. Cepat bosan dengan tugas rutin.

j.Mengejar tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat untuk sesuatu yang ingin dicapai kemudian).

(55)

commit to user

 

a. Pemberian penghargaan secara verbal.

b. Memberikan pujian terhadap siswa yang memperoleh peningkatan prestasi belajar selain menyenangkan siswa juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara guru dan siswa sehingga merupakan suatu penghargaan.

c. Pemberian nilai. Memberi nilai dengan disertai ulasan berupa pujian dan koreksi menggambarkan hasil belajar siswa juga merupakan cara efektif menumbuhkan motivasi siswa.

d. Pemberian perhatian secara positif.

e. Dalam pembelajaran matematika guru berperan sebagai fasilitator dengan memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk sehingga anak merasa diperhatikan, sehingga siswa juga akan termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan baik.

f. Pemberian ulangan harian terstruktur. Ulangan harian hendaknya diberikan minimal setelah satu kompetensi dasar selesai dan sebelum pelaksanaan ulangan supaya ada pemberitahuan kepada siswa sehingga mereka bisa mempersiapkan diri dengan baik, dan diadakan remidi bagi siswa yang belum tuntas dan pengayaan bagi siswa yang sudah tuntas.

(56)

commit to user

sopan, bijaksana dan hati–hati agar tidak menyinggung perasaan dan harga diri siswa.

Menurut Ngalim Purwanto (2010:103) bahwa motif merupakan pendorong bagi suatu organisma untuk melakukan sesuatu. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu.

Jadi motivasi belajar matematika adalah keinginan yang ada pada diri siswa untuk mau belajar matematika dalam rangka mencapai prestasi belajar matematika yang lebih baik. Sebagai indikatornya adalah suasana kelas, harapan orang tua,  penghargaan, kritik membangun  ganjaran, kebutuhan pelajaran matematika  keinginan belajar matematika, ketertarikan terhadap pelajaran matematika, minat belajar matematika, cita–cita masa depan yang menyangkut pelajaran matematika.

8. Hasil Penelitian yangRelevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran matematika, seperti yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Terdapat 4 penelitian yang relevan, yaitu:

(57)

commit to user

 

kooperatif tipe Team Game Tournament (TGT). Perbedaannya pada penelitian Eko ditinjau dari minat belajar peserta didik sedangkan pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar. Hasil penelitiannya adalah prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe ekspositori, terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, pada masing-masing kategori minat belajar terdapat perbedaan dengan model kooperatif tipe TGT dengan ekspositori.

(58)

commit to user

c. Ngadiyono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Jigsaw dan Direct Instruction berbantuan komputer ditinjau dari motivasi belajar siswa. Persamaan antara penelitian yang dilakukan Ngadiyono dengan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Perbedaannya pada penelitian Ngadiyono untuk model pembelajaran yang lainnya adalah dengan tipe Direct Instruction, sedangkan pada penelitian ini dengan model kooperatif tipe TGT. Hasilnya prestasi belajar matematika siswa yang menerapkan model kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada Direct Instruction berbantuan komputer, motivasi belajar peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar peserta didik terhadap prestasi belajar matematika.

(59)

commit to user

 

peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika,  tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa.

B. Kerangka Berpikir

1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) dan Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika.

(60)

commit to user

dan saling bekerja sama dalam mempelajari suatu materi pelajaran sehingga siswa mudah untuk mengingat materi tersebut.

Penerapan model pembelajaran TGT dan Jigsaw membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran akan tetapi dalam penerapan model pembelajaran TGT lebih menekankan pembelajaran yang bermakna dan terdapat kompetisi yang menarik sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari lebih mendalam karena materi yang mereka selesaikan sesuai dengan pilihan kemampuan berprestasi siswa, dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

(61)

commit to user

 

memahami materi. Kadang untuk materi tertentu perlu dilakukan secara berulang-ulang untuk bisa dimengerti mereka. Dengan begitu diduga prestasi belajar pada siswa dengan motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa dengan siswa motivasi sedang dan rendah, prestasi belajar pada siswa dengan motivasi sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi rendah. 3. Pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dan Jigsaw serta motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

Dari penjelasan di atas dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa dan motivasi belajar matematika berpengaruh juga. Penggunaan model pembelajaran dan motivasi belajar matematika secara bersama-sama akan

(62)

commit to user

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan nuansa kompetitif bagi siswa untuk menjadi juara dari tiap tim. Setiap anggota tim mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi juara, sehingga setiap siswa termotivasi untuk ambil peranan dalam kelompoknya. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam kompetisi dengan skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menjadi nara sumber yang mempresentasikan hasil diskusinya dengan Tim ahli ke semua anggota kelompoknya, sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikan permasalahan dengan sebaik-baiknya. Bagi siswa dengan motivasi belajar tinggi kemungkinan lebih mudah dan cepat menyelesaikan soal dalam Tim ahli dan mempresentasikan hasilnya di kelompok awal serta kemungkinan memperoleh skor yang lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi sedang dan rendah. Begitu pula bagi siswa dengan motivasi belajar sedang kemungkinan memperoleh skor lebih tinggi daripada siswa dengan motivasi rendah.

D. Hipotesis Penelitian

(63)

commit to user

 

1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) lebih baik daripada prestasi matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. 3. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi siswa

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah.

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang dan rendah, siswa yang mempunyai motivasi belajar sedang lebih baik prestasi belajarnya daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. c. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa yang

(64)
(65)

commit to user

(66)
(67)

commit to user

45

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (quasi experimental research). Menurut Sudarwan Danim (2002:47) bahwa penelitian eksperimental semu dimaksudkan untuk memperoleh informasi tertentu, berupa prakiraan bagi informasi yang dapat diperoleh bagi eksperimen yang sebenarnya. Penelitian ini dilakukan dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.

B. Tempat dan

Gambar

Gambar  2.1 Ilustrasi Hubungan antara Tim Heterogen dan Meja Homogen ......... 26
Table 2.1 Fase pembelajaran kooperatif
gambar berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan Model pembelajaran TGT dengan Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang sah bagi seluruh rakyat Korea Selatan yang kemudian dipimpin oleh Rhee Syng-Man 4 , presiden Korea Selatan yang pertama, pada masa pemerintahannya disusun juga

Jika persegi panjang ABCD sebangun dengan persegi panjang KLMN yang sisi terpanjangnya memiliki ukuran 24 cm, maka ukuran lebar dari persegi panjang KLMN adalah ......

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul Pembuatan Film Animasi 2 Dimensi “ Legenda Jaka Linglung ”

Mata ajar keperawatan maternitas II merupakan kelanjutan dari mata ajar keperawatan maternitas I, di mana mata ajar keperawatan maternitas II menekankan pada penerapan

Setiap pemanfaatan ruang diwajibkan mengacu pada rencana pengembangan sistem pusat pelayanan yang telah ditetapkan; Pada pusat pelayanan kota, kegiatan berskala kota

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk

Beberapa anggota Team bola basket putra Universitas Katolik Soegijapranata Semarang di dalam aktivitas latihan dan waktu luang menunjukan ciri-ciri kohesivitas yang