• Tidak ada hasil yang ditemukan

Representasi Kekerasan Anak di Media (Studi Semiotika Kekerasan pada Anak yang direpresentasikan dalam Film Slumdog Millionaire)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Representasi Kekerasan Anak di Media (Studi Semiotika Kekerasan pada Anak yang direpresentasikan dalam Film Slumdog Millionaire)"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

Representasi Kekerasan Anak di Media

(Studi Semiotika Kekerasan pada Anak yang direpresentasikan dalam Film

Slumdog Millionaire)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan guna mencapai

gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret program studi

Ilmu Komunikasi

Oleh :

Diyah Ayu Iswari

D1208552

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan

kelancaran dalam mengerjakan skripsi.

2. Bapak dan Ibu tersayang, untuk do’a,

kasih sayang dan semangatnya selama

ini.

3. Untuk Mba Tyas dan adikku Monic,

yang membuatku nyaman dirumah.

4. Untuk suamiku tercinta, Mas Fauzan

yang selalu memberikan dukungan dan

semangat tanpa hentinya.

5. Teman-teman Komunikasi Non Reguler

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb,

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah,

rahmat dan segala karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini. Skripsi

ini disusun guna memenuhi persyaratan kelulusan penyelesaian studi pada Jurusan

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentunya tidak akan memberikan hasil yang

memuaskan apabila tidak disertai dengan bimbingan dan bantuan baik moril dan

materiil kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta, juga sebagai

Ketua penguji yang telah memberikan bantuan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Ibu Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris penguji yang telah

memberikan bantuan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA selaku Pembimbing I yang telah

(7)

commit to user

vii

5. Bapak Drs. Alexius Ibnu Muridjal, M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah

membantu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Komunikasi yang telah memberikan bimbingan

serta ilmunya selama masa perkuliahan demi kelancaran penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Ayah dan Ibu yang telah memberikan segalanya, doa dan kesabaran yang amat

berarti untuk penulis juga yang menjadi semangat utama penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Mba Tyas, adikku Monic serta Suamiku, Mas Fauzan yang telah memberikan

dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung yang

tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Untuk itu penulis hanya bisa memanjatkan doa semoga Allah SWT akan

membalas semua budi baik yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis pun menyadari bahwa dalam membuat Skripsi, tidak terlepas dari

kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan sebagai masukan yang sangat berarti.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Surakarta, 21 Juni 2011

(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Diyah Ayu Iswari. D1208552. Presentasi Kekerasan pada Anak di India melalui Film Slumdog Millionaire (Studi Pesan Komunikasi dalam Film menggunakan Analisis Semiologi Komunikasi). Skripsi (S-1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011.

Film adalah bentuk komunikasi antara pembuat dan penonton. Film merekam realitas yang berkembang dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa film berhubungan langsung dengan masyarakat atau massa. Para pembuat film mempunyai pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton yang bertujuan untuk memproduksi makna. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau berbagai segmen sosial membuat film kerap mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan dibaliknya.

Film Slumdog Millionaire menggambarkan kekerasan yang masih terjadi pada

anak-anak gelandangan di Juhu, Mumbai, India. Penulis tertarik menganalisis

simbol-simbol kekerasan pada anak-anak gelandangan dalam Film Slumdog Millionaire,

karena film tersebut mengungkap realitas gelap di India; kemiskinan, pemukiman kumuh dan anak-anak gelandangan yang harus hidup dalam keadaan memprihatinkan dan kerap menerima perlakuan tidak manusiawi.

Penelitian ini menggunakan metode analisis semiologi komunikasi yang diperkenalkan oleh Andrik Purwasito, yaitu tafsir ditujukan untuk menginterpretasikan pesan dalam tindak komunikasi. Ketika terjadi proses interaksi, maka di sana terjadi pertukaran tanda-tanda (pesan) antar partisipan komunikasi. Penginterpretasian tanda-tanda berdasarkan kaidah-kaidah tertentu. Kaidah tersebut terdiri atas 7 pengujian utama, yaitu; partisipan komunikasi, konteks komunikasi, fungsi tanda, bentuk fisik dan non fisik tanda, intertekstual tanda, intersubyektivitas makna, dan intelektualitas penafsir.

(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Diyah Ayu Iswari. D1208552. The Violence Presentation on Indian’s Juvenile through Slumdog Millionaire (Message Studies of the Film By Using Semiology of Communication’s Analysis). Thesis. Department of Communication Science. Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2011.

Film is a form of communication between its maker and the audiences. Films captured the unfold reality and project it on to the screen. Therefore it can be said that film is directly related to the mass society. In order to produce certain meanings, film makers needs to deliver their message to the audiences. Through its strength and ability to reach various social segmentation, film has often sucedeed to affect and establish the society according to its containing messages.

Slumdog Millionaire portray the violence behaviour which still receives by the homeless juvenile in Juhu, Mumbai, India. Slumdog Millionaire’s violence symbols was analyze by researcher because the film revealed the dark truth of India; poverty, slums issues and vagrant juvenile who lives desperate life and often be treated arbitrarily.

This research used the analytical semiology of communication which was introduced by Andrik Purwasito, the commentation are intend to interpret the message in the act of communication. When the interaction is being process, the exchange signs (message) between communication participants are occur. The signs interpretation are based by certain principles. The principles consist 7 major test, namely; communication participants, communication context, attributes function, the form of physical attributes, intertextual attributes, intersubjectivity signification, and interpreter intelectuality.

(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 22

C. Tujuan Penelitian ... 22

D. Manfaat Penelitian ... 23

E. Kerangka Teori ... 23

1. Film dan Komunikasi Massa ... 23

2. Studi Pesan dan Analisis Semilogi ... 30

F. Terminologi ... 34

(11)

commit to user

xi

H. Metodologi Penelitian ... 39

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Objek Penelitian ... 40

3. Teknik Pengumpulan Data ... 40

4. Analisis Data ... 41

BAB II. SINOPSIS DAN KORPUSISASI A. Sinopsis ... 45

B. Korpusisasi ... 58

BAB III. ANALISIS DATA A. Kekerasan Fisik ... 82

B. Kekerasan Simbolik ... 101

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Kritik dan Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, media massa merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari aktifitas masyarakat. Dari media massa masyarakat mendapat segala

informasi dan hiburan. Media massa yang berkembang seperti surat kabar, televisi,

radio, film dan internet adalah contoh media favorit masyarakat.

Media massa menyelenggarakan kegiatannya dalam lingkungan publik, pada

dasarnya media massa dapat dijangkau oleh segenap anggota masyarakat secara

bebas, sukarela, umum dan murah.

Dikemukakan oleh McQuail, masyarakat kini telah mengalami perubahan

menjadi masyarakat informasi. Pada dasarnya masyarakat informasi (masyarakat

pascaindustri) adalah masyarakat yang menilai informasi sebagai sumberdaya, sarana

produksi dan produk utama yang paling berharga. Oleh karena itu, mayoritas tenaga

kerjanya adalah pekerja informasi.1

Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk

memperolah gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan

kelompok secara kolektif; media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif

yang dibaurkan dengan berita dan hiburan. 2

1

Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta, 1996, hal. 75.

2

(13)

commit to user

2

Salah satu media yang popular adalah film. Film berperan sebagai sarana baru

yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan

terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik drama, lawak dan sajian teknis

lainnya kepada masyarakat.3

Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan

semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan

sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas,

film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Kekuatan dan

kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki

potensi untuk mempengaruhi khalayak.

Film tidak hanya mengandalkan tampilan audio visual saja untuk

menyampaikan pesan sebagai proses komunikasi. Namun melalui alur cerita dan

karakter yang menarik, sebuah film mampu membuat penonton betah duduk selama

berjam-jam untuk menonton film tersebut.

Pada awal kemunculannya film dijadikan alat propaganda oleh negara-negara

adikuasa untuk membentuk opini karena alur cerita dan tokoh dalam sebuah film

mampu menyentuh penonton secara emosional. Film dapat membuat penonton

tertawa, menangis, marah atau ketakutan. Film dapat membuat kita merasakan apa

yang dirasakan dan melihat apa yang dilihat tokoh utama yang ditampilkan dalam

sebuah film.

Pada awal kemunculannya di akhir abad ke sembilan belas tampilan dan

teknik pembuatan masih sangat sederhana, tampilannya masih hitam putih dan tidak

3

(14)

commit to user

3

bersuara. Namun dengan perkembangannya kini film lebih bersifat komersial,

teknologi yang digunakan lebih canggih dan tampilan sebuah film menjadi lebih

menarik.

Proses pembuatan film dapat menghabiskan waktu yang cukup lama dan

biaya yang besar. Dibutuhkan juga kerjasama tenaga ahli seperti sutradara, aktor dan

aktris, kameramen, penulis skenario, editor dan masih banyak lagi untuk

menghasilkan film yang berkualitas dan sukses.

Sedangkan dari sisi produksi, penyajian film sekarang lebih praktis. Kita tidak

perlu antri tiket di bioskop untuk melihatnya, karena film-film tersebut sudah

diformat dalam bentuk LD, VCD dan DVD yang dapat kita nikmati dirumah. Mulai

dari film lama atau terbaru tersedia di tempat peminjaman film. Biaya

peminjamannya juga relatif murah sekitar Rp 3000,- untuk 1, 2 atau 3 hari. Atau kita

dapat mengunduh lewat internet dengan biaya yang juga murah.

Walau kini tujuan utama sebagian besar dari pembuatan film adalah

keuntungan secara komersil, namun tidak sedikit pula film yang sukses berisi

informasi mendidik, pesan-pesan moral, masalah sosial, budaya, agama atau realitas

sosial yang dapat menjadi sarana pendidikan dan pewarisan budaya.

Pada dunia perfilman, sebagai salah satu produk budaya yang tumbuh disuatu

wilayah tertentu tidak dapat terlepas dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat

karena persoalan nilai-nilai cerita yang ditawarkan dalam film melalui adegan

kekerasan, kekayaan, serta ilmu pengetahuan sebagai sebuah fantasi tidak

semata-mata keluar dengan begitu saja, melainkan akibat adanya realitas nilai-nilai yang

(15)

commit to user

4

Seorang sutradara asal Inggris, Danny Boyle yang sukses memfilmkan cerita

para pemadat pada akhir 1980-an di Edinburgh, Skotlandia, surga yang hilang di Asia

Tenggara, hingga kekeringan di benua Afrika, kini lewat film Slumdog Millionaire,

sutradara itu berupaya memotret keseharian penduduk daerah kumuh di Mumbai,

India dan hasilnya adalah gambaran yang nyata dan kelam.

India merupakan negara yang memiliki populasi 1,2 miliar jiwa dan ber ibu

kota di New Delhi. Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme dan pluralisme

budaya.4 Kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari

penjajah dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan dan

menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia.

Kebudayaan tradisional India memiliki hirarki sosial yang relatif ketat. Sejak

usia dini, anak-anak diajari tentang peran dan kedudukan mereka dalam masyarakat.

Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa dan roh yang dianggap

berperan penting dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Dalam sistem kasta di

India ditetapkan stratifikasi sosial dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak

benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang

mempraktikkan endogami, yang umum disebut jati atau kasta.

Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional.

Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami

oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi dan sosial untuk hidup

bersama dalam sebuah keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai

anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap.

4

(16)

commit to user

5

Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara

patriarkisme.

Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua

mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin

pria dan pengantin wanita. Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup, dan

angka perceraian sangat rendah. Walaupun demikian, pernikahan dini masih

merupakan tradisi yang umum. Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum

mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.

Kebiasaan pernikahan anak-anak adalah sebuah kejahatan, baik dari tinjauan

moral maupun kemampuan fisik. Kebiasaan ini telah meruntuhkan moral kita dan

menyebabkan kerusakan fisik. Dengan melakukan persetujuan terhadap

praktek-praktek serupa, kita telah terjauhkan dari Tuhan, juga dari Swaraj ( perjuangan

menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan bangsa).5

Beberapa akibat pernikahan anak-anak tidak hanya berpengaruh pada ibu

tetapi juga pada anak, atau lebih jauh lagi pada generasi. Di India, pada setiap 1000

orang bayi yang dilahirkan, 181 diantaranya menemui kematian. Angka ini adalah

angka rata-rata, pada beberapa tempat di India angka kematian itu mencapai 400 dari

setiap 1000 kelahiran.6

India selalu digambarkan sebagai gajah gemuk dengan gerak lambat karena

senang bermalas-malasan. Bahkan kemiskinan yang menyeret beragam akibat malah

sering dianggap menyatu dalam takdir. Hal ini tercermin dalam angka harapan hidup

5

Mahatma Gandhi, Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, hal. 65.

6

(17)

commit to user

6

yang hanya 30 tahun (pada tahun 1930) dilengkapi tingkat buta huruf sekitar 70%

penduduk.

Mumbai adalah kota terbesar di India, metropolitan ini berpenduduk 14 juta

jiwa. Sejumlah warga super kaya hidup berdampingan dengan dengan jutaan warga

sangat miskin. Diantara mereka yang tinggal dalam kondominium mewah bangunan

pencakar langit dikepung ribuan kampung kumuh, tempat Mumbaikars, warga

Mumbai hidup berdesakan beratapkan kertas bekas dan selalu disergap kelaparan.

Dalam kehidupan sehari-hari yang sangat keras, tidak aneh kalau film

kemudian tampil sebagai media hiburan utama sebab mampu membawa penontonnya

terbuai untuk lari dari kepahitan hidup. Setiap tahun, Bollywood menghasilkan seribu

judul film dalam 20 bahasa lokal dan menjadi industri film terbesar di dunia. Dengan

demikian juga tidak mengherankan di tengah himpitan kehidupan semacam itu, acara

TV paling digemari Kaun Banega Corepati, judul lokal untuk program Who Wants

To Win 10 Million Rupees.

Dalam hal jumlah penduduk India merupakan negara dengan jumlah

penduduk terbanyak di dunia. Tetapi ekonomi India adalah terbesar keempat di dunia,

sehingga merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat didunia

terutama dalam industri teknologi informasi. Mumbai hari ini memang bukan

Bombay semasa Mahatma Gandhi (1869-1948) masih tinggal disana. Bapak Bangsa

India tersebut mengajarkan semangat Satyagraha dan Ahimsa, mencukupi diri sendiri

dan berjuang tanpa kekerasan. Namun manusia hidup di bawah norma-norma yang

standar adalah warna utama India. Setelah China dan Benua Arfika, India adalah

(18)

commit to user

7

Dalam bidang pendidikan, pemerintah pusat memberikan subsidi pendidikan

pada pemerintah negara bagian. Di level pendidikan dasar pemerintah India harus

menghadapi tantangan cukup serius. Dengan angka melek huruf sebesar 65 persen,

India jauh berada di bawah bukan saja negara maju, tetapi bahkan negeri-negeri

berkembang seperti Vietnam (90%), Zambia (80%), Tanzania (77%) dan Kamboja

(70%).

Selama delapan periode rencana pembangunan lima tahun, Pemerintah India

berusaha memberikan akses kepada anak-anak untuk mengenyam pendidikan paling

dasar. Menurut catatan, pada tahun 1950-1951 hanya sekitar 3,1 juta murid mendaftar

di sekolah dasar. Dua dekade berikutnya, angka ini telah menjadi 39,5 juta anak. Pada

tahun 2002-2003 bahkan ada sekitar 82 persen anak usia 6-14 tahun telah mendaftar

ke sekolah-sekolah dasar yang dibangun.7

Dari tes kemampuan yang cukup mudah diketahui bahkan 35 persen anak usia

7-14 tahun tidak lolos tes ini, 65,5 persen tidak dapat mengerjakan hitungan

sederhana bahkan mereka yang sudah duduk di kelas II. Apabila persentase itu

dihitung dari jumlah anak usia sekolah yang mencapai kemampuan membaca yang

rendah dan sekitar 124 juta anak memerlukan bantuan untuk menghitung.8

Satu persoalan yang cukup mengemuka akhir-akhir ini adalah menurunnya

peran pendidikan publik dan meningkatnya institusi pendidikan swasta. Beralihnya

anak-anak ke sekolah swasta tidak bisa dilepaskan dari gambaran suram

7

Irwan Suhanda, India Bangkitnya Raksasa Baru Asia, Calon Pemain Utama di Dunia Era Globalisasi, Cetakan Kedua, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2007, hal. 173.

8

(19)

commit to user

8

sekolah yang dikelola pemerintah. Sekolah-sekolah negeri sering kali memiliki

sumber daya material terbatas dan manajemen buruk.

Berdasarkan studi yang dilakukan Anuradha De et al (Economic and Political Weekly, 28 Desember, 2002) di wilayah Uttar Pradesh, Bihar dan Rajasthan tak ada sekolah negeri yang dibangun di wilayah perkotaan selama 10 tahun terakhir. Disitu

sebagian besar sekolah pemerintah berupa gedung yang disewa dengan kondisi

menyedihkan serta bobrok karena tak dipelihara (Frontline Vol 21, 2004).9

Meningkatnya peran sekolah swasta juga bisa dilacak dari kenyataan bahwa

anak-anak yang pergi ke sekolah negeripun harus merogoh koceknya. Survei yang

dilakukan Public Report on Basic Education in India menunjukkan bahwa di wilayah utara India, seorang anak harus membayar 9 dollar AS hingga 27 dollar AS per tahun.

Bahkan diwilayah Karnataka, orangtua murid harus mengeluarkan uang ekstra untuk

membayar alat tulis, transport ataupun seragam yang jumlahnya mencapai 18 dollar

AS di wilayah pedesaan dan 27 dollar AS di perkotaan.10

Salah satu alasan yang sering kali dikemukakan atas buruknya pengelolaan

sekolah pemerintah adalah kurangnya dana. Dalam kenyataan, belanja pemerintah

untuk pendidikan memang terus menurun dari yang dijanjikan pemerintah sebesar 6

persen dari produk domestik bruto menjadi hanya berturut-turut 4 persen

(2001-2002), 3,8 persen (2002-2004) dan 3,5 persen (2004-2005). 11

Di balik kemajuan dan pertumbuhan ekonominya yang luar biasa, perilaku

masyarakat India masih banyak yang menjadi tertawaan orang. Tipu-tipu India juga

(20)

commit to user

9

masih kerap kita dengar. Perilaku berlalu lintas juga masih seenaknya. Dilhat dari

heterogenitas masyarakat India yang terbagi atas kasta, agama, dan kelas sering kali

membuat partisipasi komunitas ataupun individu tidak mudah terwujud.

Ditengah kemodernan nasib perempuan India bisa dibilang miris. Contoh

kasus seorang perempuan, Nirmala Ram dan anak laki-lakinya yang berumur enam

tahun. Ayush, membakar diri, kemungkinan besar untuk menyudahi semua

penyiksaan yang dilakukan oleh saudara-saudara iparnya atas tuntutan mahar. Cerita

diatas adalah cuplikan berita di situs indianews tentang kekerasan terhadap

perempuan yang terjadi di India berkaitan dengan dowry atau mahar.

Catatan yang dihimpun dari statistik pengaduan kepada National Commission

for Women, India (NCW) tahun 1999-2004 memperlihatkan bahwa selama lima

tahun terakhir kekerasan dan kematian perempuan yang berkaitan dengan mahar

menduduki peringkat kedua tertinggi setelah kasus pelecehan.12

Mahar adalah sejenis pembayaran dalam bentuk uang ataupun barang oleh

keluarga pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki bersamaan

dengan penyerahan pengantin perempuan kepada keluarga pengantin laki-laki dalam

tradisi penikahan India.13

Mahar merupakan simbol seorang perempuan yang diterima secara penuh

sebagai anggota keluarga suaminya dan memasuki kehidupan perkawinan dengan

harta bendanya sendiri. Namun dalam perkembangannya tradisi ini berubah bentuk

saat di bawah tekanan ekonomi penjajahan Inggris. Dengan beban pajak yang cukup

12

Ibid. hal. 205.

13

(21)

commit to user

10

berat. Keluarga-keluarga petani di India mengharapkan adanya uang untuk kehidupan

sehari-hari mereka. Akibatnya mahar secara berangsur-angsur dilihat sebagai sumber

pemasukan penting bagi keluarga.

Pada momen itu mahar telah diselewengkan bentuknya dari sebuah jaring

pengaman ekonomi menjadi jebakan mematikan. Aspek sukarela dari mahar,

maknanya sebagai bentuk cinta kepada anak perempuan perlahan tapi pasti memudar

dan berubah bentuk menjadi pembayaran wajib yang mengikuti ikatan perkawinan

seorang perempuan.

Kasus kekerasan terhadap perempuan berkaitan dengan mahar hanya

merupakan salah satu masalah yang saat ini harus dihadapi kaum perempuan India.

sistem patriarki yang mengambil bentuk diskriminasi terhadap perempuan membuat

sebagian besar kaum perempuan India harus tertatih-tatih mengejar ketertinggalan

dibandingkan dengan kaum perempuan di bagian dunia lain.

Secara mendasar, perempuan adalah ibu rumah tangga. Pria adalah pencari

nafkah, perempuan adalah penjaga dan pembagi makanan. Dia adalah seseorang yang

mengambil alih setiap persoalan. Seni mengasuh tunas bangsa merupakan tugas

utama perempuan dan satu-satunya hak istimewa. Tanpa pengasuhan seorang

perempuan, suatu bangsa pasti akan mati.14

India belumlah benar- benar merdeka apabila kaum perempuan mereka masih

menjadi obyek kekerasan baik di ranah publik maupun domestik serta mengalami

14

(22)

commit to user

11

diskriminasi disegala bidang. Seperti ungkapan Jawaharlal Nehru: “ Kamu dapat

menilai sebuah bangsa melalui status kaum perempuan bangsa tersebut”.15

Di India miskin berarti lapar. Miskin juga bukan hanya tidak bisa makan tiga

kali sehari tetapi juga dikejar-kejar penagih utang, terancam terusir dari tempat

tinggal, sakit tidak mampu berobat, harus menyaksikan anak meninggal karena

kurang gizi, tak bisa membaca, tak bisa menyekolahkan anak tak punya pekerjaan,

tak punya hak suara dan ketakutan akan masa depan. Seperti diungkapkan Goldman

Sachs, Negara ini pemilik sepertiga dari insinyur di bidang perangkat lunak

(software) yang ada di dunia ini tetapi ironisnya ia sekaligus juga rumah bagi sepertiga penduduk miskin di dunia ini.

Mumbai dengan sekitar 2 juta penduduk miskin sebagian besar (54 persen)

tinggal di perkampungan kumuh di tengah perkotaan (shanty towns) merupakan

etalase bagaimana pembangunan yang gegap gempita terutama di sector IT dan jasa

Business processing oursourcing (BPO) beberapa tahun terakhir ini menyisakan

orang yang termarjinalisasi dalam derap pembangunan.

Bank Dunia menyebut Mumbai the capital of global slum. Ibu kotanya

perkampungan kumuh dunia. Penduduk kampung kumuh ini mewakili semua

gambaran kemiskinan India yaitu tak memiliki akses ke pekerjaan, pendidikan,

fasilitas kesehatan, sanitasi dan air bersih serta tempat tinggal yang layak. Akan tetapi

sebenarnya Mumbai hanya salah satu wajah kemiskinan di India. Kemiskinan bukan

hanya fenomena di pedesaan tetapi juga perkotaan.

15

(23)

commit to user

12

Di perkotaan dari 290 juta penduduk kota (28 persen dari total penduduk

India, sekitar 62 juta atau 21 persen diantaranya tinggal di pemukiman kumuh

(slums). Enam kota besar di India yakni Mumbai, Delhi, Kalkuta, Chennai, Bangalore dan Hyderabad sekarang menjadi rumah bagi 18 persen penduduk pemukiman kumuh

India. India menurut komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (UNHCR)

memiliki populasi anak jalanan terbesar di dunia mencapai sekitar 18 juta anak. India

juga tertinggi dalam hal jumlah pekerja anak.16

Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi

tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.17 Kawasan

kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh umumnya

dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan

kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan

terlarang dan minuman keras.

Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah

kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis. Di berbagai kawasan kumuh,

khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang sangat

berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan seperti ambulans dan

pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga

mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk.

Kemiskinan biasanya berkaitan dengan kekerasan, di India sekitar 18 juta

anak menjadi anak jalanan. Kementrian Perempuan dan Perkembangan Anak

16

Ibid. hal. 219.

17

(24)

commit to user

13

[KPPA], Pemerintah India mengumumkan laporan Penelitian Nasional Mengenai

Pelecehan Anak Berjudul “Penelitian tentang Pelecehan Anak: India 2007″, yang

diluncurkan oleh Yang Mulia Menteri Negara, Renuka Chowdhury.

Penelitian Nasional tentang Pelecehan Anak adalah salah satu penelitian

empiris dalam negeri yang terbesar dalam bidang tersebut di dunia. Penelitian ini juga

melengkapi Penelitian Global Sekretaris Jenderal PBB tentang Kekerasan terhadap

Anak 2006.

Penelitian tersebut telah memberikan data statistik yang mengungkapkan

derajat dan besaran berbagai bentuk pelecehan anak, sebuah bidang yang tidak

tereksplorasi. Penelitian juga mengungkapkan data tentang variasi di antara berbagai

kelompok usia, variasi jender, variasi keadaan, variasi kelompok bukti.

Temuan-temuan juga akan membantu memperkuat pemahaman semua stakeholder termasuk

keluarga, masyarakat, organisasi masyarakat dan pemerintah.

Temuan utamanya ialah di antara berbagai bentuk pelecehan, dan di antara

berbagai kelompok bukti, anak-anak dalam rentang usia 5-12 tahun telah melaporkan

tingkat pelecehan yang lebih tinggi dibanding dua kelompok usia lainnya. Anak

laki-laki, dibanding anak perempuan, sama beresiko menjadi korban pelecehan. Biasanya

orang-orang yang dipercayai dan yang berwenang adalah pelaku pelecehan utama.

Namun 70% responden anak yang dilecehkan tidak pernah melaporkannya kepada

siapapun. 18

Data pelecehan fisik bisa dilihat bahwa dua dari tiap tiga anak dilecehkan

secara fisik. Dari 69% anak yang dilecehkan secara fisik di 13 negara bagian sampel,

18

(25)

commit to user

14

54.68% adalah anak laki-laki. Lebih dari 50% anak di 13 negara bagian menjadi

korban satu bentuk pelecehan fisik atau bentuk pelecehan lainnya. Dari anak-anak

yang dilecehkan secara fisik di lingkungan keluarga, 88.6% dilecehkan secara fisik

oleh orangtuanya, 65% dari anak-anak yang bersekolah dilaporkan mengalami

hukuman fisik yaitu 2 dari 3 anak menjadi korban hukuman fisik. 19

Negara bagian Andhra Pradesh, Assam, Bihar dan Delhi secara konsisten.

melaporkan angka tingkat pelecehan lebih tinggi dalam segala bentuk dibanding

negara bagian lainnya. Kebanyakan anak tidak melaporkan kejadian tersebut kepada

siapapun dan 50.2% anak bekerja tujuh hari seminggu. 20

Sedangkan 53.22% anak dilaporkan mengalami satu bentuk atau lebih

pelecehan seksual. Andhra Pradesh, Assam, Bihar dan Delhi dilaporkan sebagai

negara bagian yang memiliki prosentasi pelecehan seksual tertinggi baik terhadap

anak laki-laki juga perempuan. Angka 21.90% responden anak yang dilaporkan

mengalami bentuk pelecehan seksual yang parah dan 50.76% bentuk pelecehan

seksual lainnya. Dari semua responden anak, 5.69% dilaporkan mengalami kekerasan

seksual. Anak-anak di Assam, Andhra Pradesh, Bihar dan Delhi dilaporkan

mengalami insiden kekerasan seksual tertinggi. Korbannya adalah anak-anak jalanan,

anak-anak dalam pekerjaan dan anak-anak di layanan asuhan institusi dilaporkan

mengalami insiden kekerasan seksual tertinggi. Angka 50% pelaku pelecehan adalah

orang yang dikenal anak atau dalam posisi yang dipercaya dan yang

19

Ibid.

20

(26)

commit to user

15

bertanggungjawab atas anak. Dan kebanyakan anak tidak melaporkan kejadian

tersebut kepada siapapun. 21

Data dari pelecehan Emosional dan Penelantaran Anak Perempuan. Setiap

anak kedua dilaporkan mengalami pelecehan secara emosional. Prosentase setara dari

anak perempuan dan anak laki-laki dilaporkan mengalami pelecehan secara

emosiona, di 83% kasusnya, orangtua adalah pelaku pelecehan dan 48.4% anak

perempuan berharap mereka adalah anak laki-laki.

Beratnya situasi tersebut menuntut isu pelecehan anak ditempatkan pada

agenda nasional. Kementrian, pada pihaknya, telah mengambil tindakan-tindakan

seperti memberlakukan undang-undang untuk menetapkan Komisi Nasional dan

Negara untuk Perlindungan Hak-hak Anak, Skema Perlindungan Anak yang

Terintegrasi, rancangan Pelanggaran terhadap Hukum Anak dan lain-lain.

Slumdog Millionaire adalah film Inggris yang disutradarai oleh Danny Boyle , ditulis oleh Simon Beaufoy , dan diarahkan di India oleh Loveleen Tandan . Film ini

di adaptasi dari novel Q & A (2005) oleh penulis India dan diplomat Vikas Swarup .

Film yang berdurasi 120 menit ini bercerita tentang Jamal Malik (Dev Patel) ,

seorang pemuda dari Juhu, daerah kumuh di Mumbai yang menjadi peserta pada versi

India Who Wants To Be A Millionaire ( Kaun Banega Crorepati) dan berhasil

menjawab semua pertanyaan dengan benar , sehingga menimbulkan kecurigaan dari

pembawa acara dan aparat penegak hukum apakah ia melakukan kecurangan.

Slumdog Millionaire berhasil meraih empat Golden Globes dan delapan piala Oscar, termasuk penghargaan paling bergengsi Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.

21

(27)

commit to user

16

Sedangkan Penghargaan lain yang diterimanya adalah lima Critics' Choice Awards,

dan tujuh piala BAFTA Awards.

Film Slumdog Millionaire dibuat pada tahun 2007 di Mumbai, walaupun tidak menyebut lokasi syuting, sejumlah orang mengenali daerah kumuh itu sebagai

Dharavi, di pinggiran Mumbai. Daerah ini sering disebut sebagai pemukiman kumuh

terluas di Asia. Di Mumbai, sekitar 2,6 juta anak-anak tinggal di daerah kumuh dan

sekitar 400.000 orang bekerja menjajakan diri dalam bisnis prostitusi.

Dharavi memang daerah kumuh, namun memegang peranan penting dalam

perekonomian kota Mumbai. Sebagian besar penduduk Dharavi merupakan

pendatang. Profesi mereka bermacam-macam, mulai dari pekerja di pabrik tekstil,

makanan, perhiasan imitasi, dan kerajinan kulit. Beberapa produk karya penduduk

Dharavi bahkan diekspor ke Italia. Dharavi juga merupakan pusat daur ulang limbah

industri plastik. Sebanyak 100.000 orang Dharavi bekerja dan menghasilkan

pendapatan hingga mencapai US$ 500 juta per tahun.22

Namun seorang penduduk Dharavi, Anusaya Ramdan Mane menyatakan

bahwa ia berusaha keras memperbaiki hidupnya. Dharavi, menurut perempuan yang

telah menghabiskan 51 tahun hidupnya di kawasan ini, bukan lokalisasi prostitusi,

mafia dan pengemis, seperti digambarkan dalam film Slumdog Millionaire.

Komunitas Dharavi merupakan rumah bagi setiap keluarga yang hidup dalam

(28)

commit to user

17

Slumdog Millionaire menceritakan perjalanan hidup seorang anak dari daerah kumuh di Mumbai yang bernama Jamal, ia harus menjalani kehidupan yang keras

bersama Salim kakaknya. Saat ia ingin menemukan Latika, cinta pertamanya, ia

mengikuti kuis Who Wants to be a Millionaire dan diduga melakukan kecurangan

karena hampir semua pertanyaan bisa ia jawab dengan benar. Ternyata

jawaban-jawaban dari pertanyaan itu merupakan pengalaman hidup Jamal semasa kecil hingga

remaja. Bersama Kakaknya, Salim, mereka hidup dalam kemiskinan dan rentan

terhadap kekerasan.

Kekerasan adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat

Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun

secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada

kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau

sekelompok orang umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila

diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa

mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan kesewenang-wenangan itu dapat

pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.24

Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang

terbuka (overt) atau tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive)

atau bertahan (deffensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.

Oleh karena itu ada, ada empat jenis kekerasan yang dapat diidentifikasi: (1)

kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian; (2) kekerasan

tertutup, kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan langsung, seperti perilaku

24

(29)

commit to user

18

mengancam; (3) kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk

perlindungan, tetapi untuk mendapatkan sesuatu, seperti penjabalan; dan (4)

kekerasan defensive, kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.

Baik kekerasan agresif maupun defensive bisa bersifat terbuka atau tertutup.

Dalam pengertian luas, kekerasan kolektif dilakukan oleh segerombolan orang

(mob) dan kumpulan orang banyak (crowd) dan dalam pengertian sempitnya dilakukan oleh gang. Kemudian bentuk kekerasan yang bersifat kolektif maupun

individual, seperti serangan dengan memukul (assault and battery), pembunuhan

(homicide) dan pemerkosaan (rape) dan akhirnya tindak kekerasan individu, seperti bunuh diri.

Perilaku mengancam lebih menonjol dari kekerasan terbuka, dan kekerasan

defensive lebih menonjol dari kekerasan agresif. Perilaku mengancam

mengkominikasikan pada orang lain suatu maksud untuk menggunakan kekersan

terbuka bila diperlukan. Orang yang melakukan ancaman sesungguhnya tidak

bermaksud melakukan kekerasan; orang hanya mempercayai kebenaran ancaman dan

kemampuan pengancam mewujudkan ancamannya.

Dengan ancaman, ada sedikit orang yang bisa mengontrol orang lain.

Ancaman, dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan

(power), kemampuan untuk mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi

keinginan yang berlawanan (Weber, 1958). 25 Ancaman menjadi efektif jika

seseorang mendemonstrasikan keinginan untuk mewujudkan ancamannya.

25

(30)

commit to user

19

Kekerasan gang melibatkan suatu kelompok yang bertindak bersama.

Penjelasan menyangkut kekerasan gang sering disebabkan oleh sifat jahat individu

atau sering dikaitkan dengan beberapa cacat pribadi. Lewis Yablonsky dalam

bukunya The Violent Gang (1962) memberi contoh yang jelas tentang penjelasan ini :

"Perilaku kekerasan zaman sekarang adalah orang yang tersisihkan-penuh curiga, penuh ketakutan dan tidak mau atau tidak mampu membentuk suatu hubungan kemanusiaan yang konkrit. Pembentukan gang yang terbiasa dengan kekerasan, bersamaan dengan sifatnya yang sementara, kemungkinan akan pemujaan palsu, ekspektasi terbatas anggota gang terhadap tanggung jawab, semuanya merupakan daya tarik bagi kaum muda yang menghadapi kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan dunia lain yang lebih terintegrasi dan lebih jelas."26

Serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori hukum

yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman dan aplikasi aktual

kekuatan fisik kepada orang lain. Bentuknya bisa berupa serangan verbal sampai

pembunuhan.

Pembunuhan (homicide) adalah setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan

oaring itu sendiri. Pembunuhan legal atau yang dibenarkan secara hukum adalah

tindakan yang umumnya dilakukan sebagai pembelaan diri, pembelaan terhadap

orang lain, atau harta milik. Pembunuhan kriminal adalah semua pembunuhan yang

dilarang hukum. 27

Ada 3 bentuk pembunuhan kriminal. (1) Murder (membunuh) adalah

pembunuhan seseorang secara illegal dengan "maksud buruk yang dipikirkan

sebelumnya" (malice aforethought) dengan suatu "pikiran bersalah" (guilty mind), baik dengan atau tanpa pertimbangan atau perencanaan terlebih dahulu. (2)

26

Ibid. hal. 21.

27

(31)

commit to user

20

Volumtary manslaughter (pembunuhan terencana) adalah setiap pembunuhan illegal

tanpa "maksud buruk yang dipikirkan sebelumnya", tetapi seseorang benar-benar

"bermaksud/ sengaja" menyerang korban. (3) Involuntary manslaughter (pembunuhan

tak terencana) melibatkan kematian orang lain yang disebabkan kelalaian, tetapi

bukan disebabkan oleh serangan dengan sengaja.28

Pemerkosaan merupakan suatu topik bemuatan nilai, baik bagi publik umum

maupun ilmu sosial. Ia bisa menjadi kompleks dan ambigu, karena melibatkan unsur

seks maupun kekerasan. Emosi dan ambiguitas, bersamaan dengan kurangnya bukti

yang valid dan rinci, membuat perkosaan menjadi topic yang sulit bagi studi

sosiologi. Dalam bukunya The Victim And His Criminal (1968) Schafer melakukan

studi hubungan kriminal-korban.

"Kejahatan bukan semata suatu tindak individu, tetapi juga merupakan fenomena social…Adalah jauh dari kebenaran bahwa kejahatn dilakukan secara "kebetulan"; seringkali kelalaian korban, tindakan menggoda, atau provokasi berpengaruh bagi lahirnya atau terwujudnya suatu kejahatan."29

Disini hal pentingnya bukan terletak pada pandangan korban "dipersalahkan"

atas terjadinya kekerasan, tetapi bahwa kekerasan timbul dalam "interaksi antar"

pelaku dan korban.

Forcible rape (pemerkosaan dengan paksaan) ialah tindakan hubungan seksual dimana salah satu partner menggunakan beberapa bentuk kekerasan agar

partner lainnya menyerah kalah.30 Kontroversi social menyangkut pemerkosaan

dengan paksaan telah dikemukakan khususnya di media massa, dalam kosakata yang

(32)

commit to user

21

sangat membingungkan dan sangat melukai. Ada dua citra berbeda yang sangat

popular, yakni "pemerkosaan gila" dan pemerkosa "pria normal".

Citra "pemerkosa gila" sangat popular di media massa, menyangkut gagasan

pemerkosaan dengan kekrasan oleh orang asing, tindak kekerasan yang getarannya

bias menjadi komoditas berita. Korban-korban pemerkosaan ini tidak akan bias

bersembunyi dari incaran pers. Pemerkosaan massal, mereka yang memperkosa

beberapa wanita, mendapatkan liputan media paling besar dan tampaknya berfungsi

sebagai model untuk citra "pemerkosa gila".

Citra kedua untuk pemerkosa adalah pria normal, yang difokuskan pada

korban sebagai penghasut atau perayu dan si pemerkosa hanya merespon

sebagaimana yang akan dilakukan setiap "pria normal". 31 Citra ini popular di masa

lalu dan sering diterima dalam pemikiran umum. Namun, banyak kaum pria

yangmasih berpegang pada pandangan seperti ini menganggap bahwa pandangan ini

tidak berlaku kalau isteri, pacar, atau saudari mereka menjadi korban pemerkosaan.

Sesuai dengan asumsi Foucault (1978) yang mengatakan bahwa tindak

kekerasan perlu dilihat sebagai suatu kontes adu kekuatan antara dua pihak yang

sejajar. Dengan kata lain, perkosaan mungkin dilakukan sebagai reaksi tingkah laku

atau penampilan korban. Tingkah laku korban yang dianggap memancing pemerkosa

ini sering dipresentasikan sebagai kekerasan simbolik. 32

Menurut I. M. Hendrarti dan Herudjati Purwoko, kekerasan memiliki empat

macam sifat kekerasan antara lain : (1) Fisik, tindakan yang benar-benar merupakan

31

Ibid. hal. 31.

32

(33)

commit to user

22

gerakan fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain,33 (2)

Simbolik, tindakan yang memanfaatkan berbagai sarana (media) untuk menyakiti hati

dan merugikan kepentingan orang lain, (3) Birokratik, tindakan yang memanfaatkan

institusi formal yang legal untuk menyakiti perasaan atau merugikan kepentingan

orang lain,34 dan (4) Struktural, tindakan yang memanfaatkan nilai-nilai (pandangan

hidup, struktur sosial atau norma budaya) dari kelompok tertentu yang sedang

memgang hegemoni kekuasaan untuk mendiskreditkan orang (kelompok) lain. 35

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kekerasan anak secara fisik direpresentasikan dalam film Slumdog

Millionaire?

2. Bagaimana kekerasan anak secara simbolik direpresentasikan dalam film Slumdog Millionaire?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan

1. Untuk mendeskripsikan kekerasan fisik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire.

2. Untuk mendeskripsikan kekerasan simbolik pada anak dalam Film Slumdog Millionaire.

33

Ibid. hal.vi.

34

Ibid. hal. viii.

35

(34)

commit to user

23

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bertambahnya pemahaman tentang bagaimana

menyikapi kekerasan pada anak di India, dan diharapkan penelitian ini berguna bagi

penelitian selanjutnya.

E. Kerangka Teori

1. Film dan Komunikasi Massa

Sebuah kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa

dipisahkan dari aktifitas seorang manusia, tentu masing-masing mempunyai cara

sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada siapa. Dalam

formulasinya Harold D.Laswell itu biasa disebut who (siapa), says what (mengatakan apa), in which cnannel (lewat saluran mana), to whom (kepada siapa), with what effect (efek apa yang diharapkan).36

Menurut John Fiske, komunikasi sebagai pembangkitan dan pertukaran

makna. Penekanannya di sini bukan pada tahapan-tahapan proses, namun pada teks

dan interaksi teks dengan budaya yang memproduksi/menerima teks tersebut.

Fokusnya adalah peran komunikasi dalam membentuk dan menjaga nilai-nilai serta

pada cara nilai-nilai tersebut memungkinkan komunikasi menjadi bermakna.37

Dalam komunikasi, terdapat pula 5 (lima) unsur utama yang terlibat, yaitu:

Source (sumber), Message (pesan), Channel (media), Receiver (penerima), dan Effect

(efek). Dalam proses komunikasi, pesan adalah elemen yang utama. Hal ini

36

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 27.

37

(35)

commit to user

24

disebabkan karena komunikasi sendiri adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan. Pengertian isi pesan selanjutnya mengacu pada

pengertian makna.

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis yang berarti sama, dalam arti kata sama

makna, yaitu sama makna menegenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan diantara

orang-orang yang terlibat di dalamnya.38

Komunikasi dikatakan sebagai interaksi sosial melalui pesan-pesan, dan

pesan-pesan itu mengandung makna. Lawrence dan Schramm mengartikan makna

sebagai jalinan asosiasi pikiran dan konsep yang diterapkan. Pertalian jalinan asosiasi

dan pikiran yang diberikan pada simbol-simbol komunikasi akan mempermudah dan

menguatkan orang-orang yang terlibat komunikasi dalam meng-encode dan

men-decode simbol menjadi pengertian bermakna.39

Lawrence dan Schramm lebih lanjut menjelaskan bahwa makna akan muncul

jika orang mulai menafsirkan isyarat atau simbol dan berusaha memahami aspek

pikiran, perasaan, dan konsep. Dalam hal ini komunikasi dilihat sebagai proses

produksi dan pertukaran pesan yaitu dengan memperhatikan bagaimana suatu pesan

(teks) berinteraksi dengan masyarakat yang bertujuan untuk memproduksi makna.

Adapun fungsi komunikasi secara menyeluruh dapat dirinci kembali sebagai berikut :

38

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.87

39

(36)

commit to user

25

a. Informasi, yakni kegiatan mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini

dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar

dirinya.

b. Sosialisasi, yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana

bersikap sesuai nilai-nilai yang ada serta bertindak sebagai anggota masyarakat

secara efektif.

c. Motivasi, yakni mendorong seseorang untuk mengikuti kemajuan orang lain

melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar melalui media massa.

d. Bahan diskusi, yakni menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk

mencapai persetujuan dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang

menyangkut orang banyak.

e. Pendidikan, yakni membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara

luas, baik untuk pendidikan formal maupun informal.

f. Memajukan kebudayaan, media massa menyebarkan hasil-hasil kebudayaan

melalui aneka program siaran atau penerbitan buku.

g. Hiburan, media massa telah menyita banyak waktu luang dari semua golongan

usia dengan difungsikannya media komunikasi sebagai alat hiburan dalam rumah

tangga.

h. Integrasi, menjembatani perbedaan antarsuku bangsa maupun antarbangsa dalam

upaya memperkokoh hubungan dan pemerataan informasi.

Definisi komunikasi massa datang dari Littlejohn yang mengatakan

(37)

commit to user

26

proses di mana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience.”40 Ini artinya, proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audience.

Namun demikian, surat kabar, radio, atau televisi sebenarnya hanya

merupakan alat teknis. Komunikasi massa yang dimaksud di sini bukan semata-mata

komunikasi dengan bantuan teknologi radio, televisi, atau teknik-teknik modern

lainnya. Meskipun teknologi modern selalu digunakan dalam proses komunikasi

massa, tetapi penggunaan alat-alat teknis ini tidak selalu menunjukkan komunikasi

yang disebut komunikasi massa.41 Komunikasi massa, sebagaimana digunakan di

sini, bukan semata-mata suatu sinonim untuk komunikasi dengan bantuan radio,

televisi, atau teknik-teknik modern lainnya.

Film adalah gambar bergerak dan bentuk dominan dari komunikasi massa.

Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton

televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai

1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi

imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.

Secara umum, 80% dari informasi yang didapatkan oleh manusia

diperolehnya dari indra pengelihatan. Oleh karena itulah film-film dan informasi

40

Stephen W. Littlejohn. Theories of Human Communication, Wardsword Publishing, Belmont, 1999. hal 562

41

(38)

commit to user

27

televisi lebih berpengaruh dalam menyampaikan propaganda, dibandingkan dengan

makalah atau media cetak.42

Dalam perjalanan sejarah, banyak film yang sengaja dibuat sebagai alat

propaganda karena memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk opini umum.

Frank Kapra, sutradara film Amerika membuat 7 film seri yang berjudul Why We

Fight selama Perang Dunia II. Begitu pula Jepang membuat film propaganda yang

mendukung alasannya berperang, salah satunya The Story of Tank Commander.

Termasuk rezim orde baru membuat film G-30S-PKI, untuk mengukuhkan

kekuasannya dan membunuh karakter lawan-lawan politiknya.

Di Jerman sebelum Perang Dunia II, Nazi amat konsisten dalam konsep

maupun implementasinya agar fungsi film sebagai alat propaganda menonjol. Mereka

aktif dalam mengontrol skenario, pemilihan pemain, musik, pembuatan film dan

distribusinya dengan menyediakan 70.000 buah proyektor 16 mm pada sekolah dan

universitas di negeri itu sejak tahun 1936.

Film merupakan salah satu bentuk media massa yang menarik. Melaluinya

kita mendapat berbagai hal, baik aspek hiburan maupun aspek informasi ssperti

kebudayaan, politik, dan lain sebagainya. Keistimewaannya yang tidak terikat ruang

dan waktu, membuat film mudah ditonton kapan dan dimana saja. Tak dapat

dipungkiri lagi bahwa film adalah alat komunikasi massa yang paling dinamis dewasa

ini.

42

(39)

commit to user

28

Seperti yang diungkapkan Marselli Sumarno bahwa film adalah bentuk

komunikasi antara pembuat dan penonton.43 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

film berhubungan langsung dengan masyarakat atau massa. Para pembuat film

mempunyai sesuatu yang ingin disampaikan kepada penonton. “Sesuatu” itu

merupakan pesan-pesan yang berinteraksi dengan penonton yang bertujuan untuk

memproduksi makna.

Film memiliki keunggulan sebagai salah satu bentuk media komunikasi

massa. Dalam hal ini ciri-ciri film itu sendiri, antara lain:

a. Sifat informasi. Film lebih dapat menyajikan informasi yang matang dalam

konteks yang relatif lebih utuh dan lengkap. Pesan-pesan film tidak bersifat

topical dan terputus-putus tetapi dapat ditunjang oleh pengembangan masalah

yang tuntas.

b. Kemampuan distorsi. Sebagai media informasi, film dibatasi oleh ruang dan

waktu tertentu. Untuk mengatasinya, media ini menggunakan distorsi dalam

proses konstruksinya, baik di tingkat fotografi ataupun pemaduan gambar

yang dapat menempatkan informasi, membesarkan ruang atau melompat batas

waktu.

c. Situasi komunikasi. Film dapat membawakan situasi komunikasi yang khas

dan menambah intensitas dan keterlibatan khalayak. Film dapat menimbulkan

keterlibatan yang seolah-olah sangat intim dengan memberikan gambaran

wajah atau bagian badan yang sangat dekat.

43

(40)

commit to user

29

d. Kredibilitas. Situasi komunikasi film dan keterlibatan emosional penonton

dapat menambah kredibilitas pada suatu produk film. Karena penyajian film

disertai oleh perangkat kehidupan yang mendukung (pranata sosial manusia

dan perbuatannya serta hubugan antar peran dan sebagainya), umumnya

penonton dengan mudah mempercayai keadaan yang digambarkan walaupun

kadang-kadang tidak logis atau tidak berdasar kenyataan.

Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial. Lantas

membuat para ahli bahwa film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.44

Dalam banyak penelitian tentang dampak film terhadap masyarakat, hubungan antara

film dan masyarakat selalu dipahami secara linier. Artinya, film selalu mempengaruhi

dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan (message) dibaliknya, tanpa

pernah berlaku sebaliknya. Kritik yang muncul terhadap perspektif ini didasarkan

atas argument bahwa film adalah potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film

selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan

kemudian memproyeksikannya ke atas layar.45

Berbeda lagi dengan perspektif Graeme Turner yang menolak film sebagai

refleksi masyarakat, menurutnya makna film adalah sebagai representasi dari realitas

masyarakat. Bagi Turner, jika film sebagai refleksi dari realitas, maka film sekedar

“memindah” realitas ke layar tanpa mengubah realitas itu. Sementara jika film

sebagai representasi dari realitas, maka berarti film membentuk dan “menghadirkan

44

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal.127

45

(41)

commit to user

30

kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari

kebudayaannya.46

2. Studi Pesan dan Analisis Semiologi Komunikasi

Pada dasarnya Studi Pesan merupakan temuan teoritis dan metodologis oleh

Andrik Purwasito sebagai upaya membangun teori komunikasi versi Asia. Yakni

bagaimana mengkaji proses rekayasa pesan (message engineering) dari realitas sosial menjadi realitas media atau realitas simbolik. Dalam hal ini Empat Pilar Saka Guru

(fundamental pillar) Studi Pesan yaitu:47

(1) bahwa komunikasi sebagai pertukaran simbol didefinisikan sebagai sarana

mendapatkan kekuasaan, (2) bahwa dalam proses rekayasa pesan (encoding process)

komunikator membangun pesan berdasar atas referensi budaya dan ideologinya, (3)

bahwa pesan komunikasi berwujud tanda dan berkarakter simbolik bersifat

presentatif (penggambaran), imajeri (pencitraan) dan representatif (keterwakilan),

(4) dan arena bersifat Tanda simbolik (verbal dan non verbal).

Maka analisis Studi Pesan menggunakan teori semiologi dan metode tafsir.

Dalam Message Studies, kajian pesan berfungsi sebagai:48

• Sarana untuk mengkomunikasikan dan mempertukarkan gagasan dengan

tujuan memperoleh kekuasaan.

46

Ibid, hal.14

47

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan,

http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150362961485024, diunduh tanggal 25 Januari 2011 pukul 19:30 WIB

48

Andrik Purwasito, Metode Analisis dan Sistematika Studi Pesan,

(42)

commit to user

31

• Cara mengintrodusir identitas individu, dan kelompok serta mempertegas

eksistensi.

• Alat menjelaskan masalah, peristiwa, gejala, warisan budaya sampai pada

tingkat kedalaman tertentu.

• Manifestasi gagasan, representasi pembatinan resistensial dan support maupun

keindahan.

• Signal tanda-tanda zaman dari alam semesta.

Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiologi komunikasi yaitu

kaidah tafsir terhadap tanda-tanda. Semiologi komunikasi diperkenalkan oleh Andrik

Purwasito, suatu tafsir yang digunakan dalam studi komunikasi. Ia mengambil

pembagian Roland Barthes, dalam L’Aventure Semiologie.49 Semiologi menurut

Ferdinand de Saussure adalah mendefinisikan tanda terdiri dari signifier dan signified

atau concept. Artinya bahwa tanda-tanda selalu mengacu pada reference

(rujukannya). Kata Pohon, menunjuk pada pohon dalam kenyataannya.

Sedangkan semiologi komunikasi adalah memberi makna pada tanda Pohon

dalam perspektif bukan saja rujukan (pohon yang sebenarnya) tetapi fungsi itu

digunakan oleh partisipan komunikasi. Seperti dalam istilah semiotika sendiri yang

berasal dari bahasa Yunani Kuno “semion” yang berarti tanda, yang pada dasarnya mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Jadi ada

perbedaan antara memaknai (to signify) dalam dengan mengkomunikasikan (to

communicate). Memaknai berarti dalam hal mana obyek itu dijelaskan, tetapi juga

49

(43)

commit to user

32

sistem atau struktur dari tanda. Sedangkan mengkomunikasikan berarti obyek-obyek

memuat informasi (pesan) kepada komunikan, demikian sebaliknya.

Uraian di atas membagi semiologi menjadi dua pengertian mendasar.

Pertama, semiologi signifikansi dan yang kedua adalah semiologi komunikasi atau

semiologi pragmatik. Semiologi signifikansi adalah alat tafsir yang digunakan

masyarakat untuk memberi makna tanda-tanda sebagai pesan komunikasi, jadi tanda

mempunyai maksud tertentu yaitu pesan kepada komunikan, khalayak atau publik.

Jika komunikasi adalah produksi simbol-simbol oleh manusia, maka semiologi

komunikasi adalah tafsiran pesan dari seluruh produk komunikator yang ditujukan

secara jelas kepada komunikan dengan subyek berupa simbol-simbol komunikasi.50

Tanda-tanda (signs) adalah basis dari seluruh komunikasi. Proses komunikasi ada dua tahap, yaitu:51 Primer, artinya Proses penyampaian pikiran dan atau perasaan

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.

Dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dsb yang mampu

menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sekunder,

artinya proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media pertama.

Pengertian semiotik juga diungkapkan oleh Charles Sanders Pierce yang

menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sebuah kumpulan dari tanda atau sign,

bahwa obyek berhubungan dengan tempat dimana tanda itu berada, konsep

50

Andrik Purwasito, Semiology on Communication Studies, http://andrikpurwasito.blog.com, diunduh tanggal 22 Desember 2010 pukul 20:25 WIB

51

(44)

commit to user

33

pengamatan terhadap tanda. Tanda-tanda berkaitan dengan obyek-obyek yang

menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda

tersebut. Pierce sendiri menggunakan istilah simbol, lambang, indeks, ikon untuk

memilah-milah apa itu tanda, yaitu :52

a. Lambang

Lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat

kultural, situasional, dan kondisional yang ditentukan oleh suatu aturan yang berlaku

umum, kesepakatan bersama atau konvensi.

Contoh:

1. Gerakan tubuh atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.

2. Bendera merah putih: Simbol dari negara Republik Indonesia; Makna “berani

dan suci”

b. Ikon

Ikon adalah sebuah tanda yang memiliki kemiripan rupa (resembalance)

antara tanda dengan hal yang diwakili atau sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai

penanda yang serupa dengan bentuk obyek, bunyi, atau suaranya. Ikon merupakan

representasi dari suatu benda fisik yang mempunyai sifat menyerupai.

Contoh: Peta dan Wilayah Geografisnya, foto dengan obyeknya (foto

peristiwa,foto wajah,dsb), lukisan dengan gagasannya (lukisan alam).

c. Indeks

52

(45)

commit to user

34

Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang

mengisyaratkan pertandanya. Suatu tanda disebut indeks apabila terdapat hubungan

fenomenal atau eksistensi diantara tanda dan yang ditandai.

Indeks merupakan tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya

hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap.

Contoh:

- Kata ‘rokok’ memiliki indeks ‘asap’.

- Orang yang lewat memiliki indeks 'Jejak Kaki'

Pada dasarnya, semiotika merupakan sebuah teori umum tentang tanda dan

simbolisme, yaitu studi tentang tanda dan simbol sebagai elemen perilaku

komunikatif, analisis sistem komunikasi, sebagai bahasa, gerak tubuh, atau pakaian.

Linda Rogers dalam International Journal of Applied Semiotics mengungkapkan,53

“Saya suka berpikir tentang semiotika sebagai fungsi alami dari membaca tanda-tanda yang ada di alam dan dibuat oleh dan untuk masyarakat. Kita melihat jejak kaki di salju, awal musim semi, alis seorang teman yang terangkat, dan mendengar nada suara orang yang dicintai. Kita bertindak dalam sebuah jalinan tanda dan sistem simbol. Ketika kita menelaah mereka, kita dapat mengetahui mengapa dan kemudian kita membuat pilihan.”

F.Terminologi

Untuk membatasi beberapa pengertian yang mungkin bisa menimbulkan

interpretasi, maka dalam skripsi ini secara khusus dibutuhkan penjelasan pengertian

53

Linda Rogers, International Journal of Applied Semiotics,

(46)

commit to user

35

(terminologi) yang digunakan dalam karya ini. Beberapa istilah yang dianggap

penting diuraikan secara rinci sebagai berikut :

1. Presentasi

Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin.

Berbeda dengan pidato yang lebih sering dibawakan dalam acara resmi dan acara

politik, presentasi lebih sering dibawakan dalam acara bisnis.

Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk

(biasanya dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh

seorang pakar), atau untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang

ingin membantah pendapat tertentu).54

2. Kekerasan

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence berasal dari (bahasa Latin:

violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip dasar dalam hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah

ekspresi baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan

pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang

dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orangumumnya berkaitan dengan

kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan

kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.55

(47)

commit to user

36

Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga sering

disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari

hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda

(termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.56

G. Kategorisasi

Kategorisasi adalah tahapan yang penting dalam penelitian. Kategorisasi

memberikan arahan dalam mengungkapkan masalah yang dirumuskan dalam

penelitian. Selain itu, kategorisasi merupakan logika peneliti dalam memahami dan

menganalisa permasalahan yang dihadapi dalam penelitian. Dalam hal ini, kekerasan

terhadap anak-anak dalam film “Slumdog Millionaire” dapat dilihat melalui simbol-simbol komunikasi verbal dan non-verbal, yang disampaikan antara lain melalui

percakapan dan sikap para pemain film. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap

anak-anak dapat dilihat dalam kategori-kategori antara lain, sebagai berikut:

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan Fisik ialah tindakan yang benar-benar merupakan gerakan

fisik manusia untuk menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain.57

Kekerasan fisik menyebabkan korban yang babak belur atau harta yang

lenyap dijarah.

56

http://id.wikipedia.org/wiki/Film

57

(48)

commit to user

37

a. Pembunuhan (homicide) adalah setiap pembunuhan orang lain oleh

tindakan orang itu sendiri.58

b. Serangan dengan memukul (assault and battery) merupakan kategori

hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan anacaman

dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain.59

c. Forcible rape (pemerkosaan dengan paksaan) ialah tindakan hubungan

seksual dimana salah satu partner menggunakan beberapa bentuk

kekerasan agar partner lainnya menyerah kalah.60

d. Menyiksa ialah menghukum dengan menyengsarakan (menyakiti,

menganiaya, dsb)

e. Sadisme ialah kekejaman, kebuasan, keganasan dan kekasaran.

f. Melukai ialah membuat luka pada atau menyakiti hati.

g. Mengemis ialah meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh

harapan.

h. Menangkap ialah memegang (binatang, pencuri, penjahat, dsb) dengan

tangan atau alat.

i. Mengurung ialah membiarkan ada didalam saja.

2. Kekerasan Simbolik

Kekerasan Simbolik ialah tindakan yang memanfaatkan berbagai

sarana (media) untuk menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain. 61

58

Ibid. hal. 24.

59

Thomas Santoso, Teori- Teori Kekerasan, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 24.

60

(49)

commit to user

38

Akibat dari kekerasan simbolik memang tidak langsung mengenai fisik

korban namun sangat menyakitkan hati dan berlangsung sangat lama, bahkan

beberapa dekade.

Berbagai sarana (media) yang dipakai orang untuk berinteraksi dengan

orang lain bervariasi. Sarana itu bisa bersifat non linguistik, saperti gerak

isyarat, kontak badan, ekspresi wajah, sikap tubuh, jarak antara badan, benda

sebagai alat peraga atau sarana linguistik yang berupa bahasa verbal.

Kekerasan simbolik, menurut Bourdieu, dilakukan untuk mendapatkan

imbalan berupa kepercayaan, kewajiban, kesetiaan, ketaatan dan keramah

tamahan.62

Dalam film Slumdog Millionaire ada beberapa bentuk kekerasan

simbolik antara lain :

a. Menghina ialah merendahkan; memandang rendah (hina, tidak

penting): memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan

orang (seperti memaki-maki, menistakan). 63

b. Ancaman dianggap sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur

penting kekuatan (power), kemampuan untuk mewujudkan

keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang

berlawanan (Weber, 1985).64

61

I.M Hendrarti, M.A. Ph.D. dan Herudjati Purwoko M.Sc. Ph.D., op.cit, hal. 7.

62

Ibid. hal. 50.

63

http://www.artikata.com/arti-menghina

64

Gambar

Gambar. 4 Deskripsi : Cuplikan adegan yang memperlihatkan Prem, si pembawa acara kuis
Gambar 5. Deskripsi : Cuplikan dari adegan yang memperlihatkan pertemuan Jamal dan Latika

Referensi

Dokumen terkait

Namun setelah adanya pengajian rutin yang diadakan oleh Majelis Taklim Matla’ul Anwar, dan setelah mereka mengikutinya kondisi akhlak msayarakat yang tadinya suka dan

Iuran kepada negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya (Wajib Pajak) berdasarkan' undang-undang, dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali se~

This thesis entitled “An Analysis on The Students’ Ability in Using Simple Present and Present Progressive Tenses at The Second Year Students of SMP Negeri 15 Mataram in

Kekerasan dalam prinsip dasar hukum publik dan privat Romawi yang merupakan sebuah ekspresi baik dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya proporsi utang terhadap modal dan untuk mengetahui besarnya perbandingan antara

Flight controller adalah suatu pengendali terbang dalam quadcopter yang berfungsi untuk melakukan pengolahan data yang didapat dari berbagai jenis sensor pada quadcopter lalu

Ini adalah nada dasar dari nyanyian tiga srikandi Unika Atma Jaya yang mengajak kita semua menjadi keluarga bagi para korban pecandu narkoba/ napza karena hanya di dalam

Masalah yang terdapat pada siswa kelas IV MI Miftahul Huda Soga Desa Tenajar Kidul Kecamatan Kertasemaya Kabupaten Indramayu adalah rendahnya hasil belajar siswa pada mata