• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Operator Seluler sebagai Landlord terhadap Kerugian Pelanggan sebagai Penyewa (Tenant)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Operator Seluler sebagai Landlord terhadap Kerugian Pelanggan sebagai Penyewa (Tenant)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N No. 2995 K/Pdt/2012

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut

dalam perkara :

PROF. DR. FAROUK MUHAMMAD, bertempat tinggal di Jl. H. Mursid No. 33, RT.007/RW.004, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada:

MUHAMMAD JUSRIL, SH, dan kawan-kawan,Para Advokat dan Para

Kandidat Advokat, berkantor di Satori Cakra Optima, Jalan Ciparahiang No.1, Cidangiang, Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Tengah, Kota Bogor 16124, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 10 Juli 2012;

Pemohon Kasasi dahulu Penggugat/Pembanding; m e l a w a n :

PT. TELEKOMUNIKASI SELLULAR (TELKOMSEL),

berkedudukan di Gedung Wisma Mulia Lantai G, Jl. Gatot Subroto No. 42 Jakarta 12710, dalam hal ini memberi kuasa kepada: MARSELINUS

KURNIA RAJASA, S.H., LL.M., dan kawan-kawan, Para Advokat pada Kantor Hukum “Rajasa Supriyadi & Hartanto”, berkantor di Atrium Setiabudi Lantai 2, Suite 206 B, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 62,

Jakarta 12920;

Termohon Kasasi dahulu Tergugat/Terbanding; Mahkamah Agung tersebut ;

Membaca surat-surat yang bersangkutan ;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat telah menggugat sekarang Termohon Kasasi dahulu sebagai Tergugat di muka persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada pokoknya atas dalil-dalil :

Bahwa Penggugat adalah pelanggan Kartu Halo Pasca Bayar dengan Nomor 0811969697 (disebut Kartu Halo) terhitung sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu dan Tergugat adalah pengelola operator selular terbesar di Indonesia yang mengeluarkan

produk Kartu Halo tersebut;

Hal. 1 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa sejak Penggugat menggunakan Kartu Halo tersebut, Penggugat tidak

pernah mempunyai masalah yang berarti mengenai pembayaran dan selalu membayar tagihan tepat waktu, artinya bahwa Penggugat adalah pelanggan yang bertanggungjawab akan kewajiban-kewajibannya terhadap Tergugat;

Bahwa kemudian Penggugat dikejutkan dengan tagihan bulan September 2009

sebesar Rp 7.750.764,00 (tujuh juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah), sedangkan biasanya hanya sebesar Rp 1. 500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah), pembengkakan biaya tersebut ternyata kemudian diketahui oleh Penggugat

dikarenakan biaya roaming internasional di luar negeri, yaitu selama seminggu ketika Penggugat menjalankan ibadah umrah di Mekkah;

Bahwa terhadap tagihan tersebut, Penggugat telah menugaskan 2 (dua) orang staf dari kantor Penggugat yaitu Hendri dan Katim untuk menyampaikan keberatan

Penggugat dan meminta keringanan pembayaran kepada Tergugat di Kantor Grapari Telkomsel, Jalan Gatot Subroto. Dalam hal ini, Penggugat tidak memperoleh informasi

atau tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang besarnya biaya roaming internasional di luar negeri, tetapi Tergugat melalui petugasnya hanya menyatakan bahwa pencarian informasi dimaksud menjadi kewajiban pelanggan (dalam hal ini

menjadi kewajiban Penggugat);

Bahwa pada akhirnya pada tanggal 21 Oktober 2009 Penggugat dengan penuh kesadaran dan itikad baik bersedia untuk membayar tagihan tersebut di atas, yaitu berupa pembayaran penuh sebesar Rp 7.750.764,00 (tujuh juta tujuh ratus lima puluh

ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah), akan tetapi berdasarkan aturan pada

Costumer Service pihak Tergugat, kemudian disepakati antara Penggugat dan Tergugat, pembayaran tagihan Penggugat dimaksud dapat dilakukan dengan cicilan maksimal

sebanyak 3 (tiga) kali pembayaran, dalam waktu 3 (tiga) bulan;

Bahwa atas hal tersebut di atas, maka pada tanggal 21 Oktober 2009, Penggugat

dengan kesadaran dan itikad baik melakukan pembayaran cicilan pertama sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah), maka untuk itu sisa tagihan dari pembayaran Penggugat

tinggal sebesar Rp 2.750.764,00 (dua juta tujuh ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah);

Bahwa dengan kesadaran dan itikad baik dari Penggugat untuk memenuhi kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat dalam hal cicilan sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas, pembayaran oleh Penggugat ditindaklanjuti kembali pada tanggal 20 November 2009 sebagai pembayaran cicilan kedua, sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta

2

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

lima ratus ribu rupiah), dan sisa pembayaran Penggugat sebesar Rp 1.250.764,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah);

Bahwa setelah pembayaran cicilan kedua tersebut, Tergugat baru memberikan formulir layanan pelanggan atas nama Penggugat yang diterima pada tanggal 20

November 2009 (saat pembayaran cicilan kedua sebagaimana di atas), yang intinya secara tertulis baik Penggugat maupun Tergugat menyatakan bahwa Penggugat diberikan waktu untuk mencicil kewajibannya tersebut dalam waktu 3 (tiga) kali cicilan

pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran pertama tanggal 21 Oktober 2009. Dari formulir layanan pelanggan dimaksud maka dapat diketahui bahwa batas terakhir cicilan yang harus dibayarkan Penggugat kepada Tergugat adalah selambat-lambatnya pada tanggal 21 Desember 2009 (3 bulan terhitung sejak 21

Oktober 2009);

Bahwa ternyata formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009 yang menjadi Perjanjian dalam hal cicilan pembayaran antara Penggugat dan Tergugat

tersebut disimpangi oleh Tergugat, karena pada tanggal 14 Desember 2009 (sebelum jatuh tempo pembayaran cicilan ketiga), Kartu Halo milik Penggugat diblokir tanpa ada

penjelasan dan pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak Tergugat, padahal menurut ketentuan Tergugat, bahwa batas akhir pembayaran untuk Kartu Halo Penggugat jatuh

tempo pada setiap tanggal 20 bulan berjalan, bahkan jika sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam formulir layanan pelanggan di atas, batas waktu cicilan

pembayaran selama 3 bulan tagihan terhitung sejak pembayaran pertama tanggal 21 Oktober 2009, maka Penggugat masih mempunyai waktu sampai dengan tanggal 21 Desember 2009;

Bahwa dengan demikian jelas perbuatan Tergugat sebagai pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha mereka telah beritikad tidak baik dalam melakukan kegiatan usahanya, tidak memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur, atau informasi yang cukup khususnya tentang biaya roaming internasional. Selanjutnya jelas Tergugat tidak beritikad baik, tidak konsekuen dan konsisten untuk mematuhi janjinya kepada Penggugat sebagaimana yang dimaksud di atas, sehingga atas hal tersebut tindakan Tergugat sangat nyata-nyata telah merugikan Penggugat;

Bahwa selanjutnya atas kejadian tersebut, pada tanggal 16 Desember 2009,

Penggugat telah mengirimkan faksimile kepada Tergugat, atas saran petugas Costumer Service dari Tergugat (melalui layanan 116 milik Tergugat), untuk membuka blokir tersebut sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh petugas Costumer Service yang tertuang dalam formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009;

Hal. 3 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa kemudian permintaan Penggugat agar Tergugat membuka blokir Kartu Halo milik Penggugat tersebut tidak ditanggapi sesuai dengan komitmen antara

Tergugat dan Penggugat, terlebih-lebih Tergugat memaksa Penggugat untuk membayar sisa cicilan terakhir terlebih dahulu kalau blokir Kartu Halo milik Penggugat hendak

dibuka;

Bahwa dari uraian di atas jelas para Tergugat dapat dikualifikasi telah melakukan perbuatan yang melanggar hak-hak Penggugat selaku konsumen sebagaimana yang

diatur secara tegas dalam Undang-Undang R.I. No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf a, c, d, dan g karena Penggugat:

a Kehilangan hak atas kenyamanan, keamanan dalam mengkonsumsi jasa yang diperdagangkan oleh para Tergugat ;

b Tidak mendapat hak informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi jasa yang telah diperjanjikan oleh Tergugat kepada Penggugat;

c Kehilangan hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas jasa yang

digunakan;

d Kehilangan hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur;

Bahwa atas perbuatan Tergugat yang tidak memegang komitmen dengan kesepakatan tersebut di atas, jelas telah menginjak-injak hak Penggugat selaku

konsumen yang telah beritikad baik dalam penyelesaian pembayaran tagihan Kartu Halo Penggugat, dengan dibuktikannya pembayaran Tergugat sebagaimana telah diuraikan di

atas;

Bahwa akibat perbuatan semena-mena Tergugat kepada Penggugat, dengan pemblokiran sepihak Kartu Halo tersebut, sangat menimbulkan rasa yang tidak nyaman

kepada Penggugat, terlebih-lebih Penggugat adalah termasuk pelanggan corporate dari Kartu Halo dalam jajaran Perwira Tinggi pada Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Selanjutnya, nomor Kartu Halo Penggugat sudah lama dikenal di kalangan kolega Penggugat sejak saat Penggugat menjadi Guru Besar sekaligus

Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian/Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, dan terlebih lagi nomor Kartu Halo Penggugat pun telah dikenal oleh khalayak ramai karena kedudukan Penggugat yang pernah menjadi staff pada Dewan Pertimbangan Presiden.

Bahkan saat ini nomor Kartu Halo Penggugat dikenal lebih luas lagi oleh para kolega,

konstituen, serta khalayak umum karena Penggugat saat ini adalah Anggota dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia;

4

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa karena kedudukan Penggugat sebagaimana terurai di atas, maka telah tergambar jelas betapa besar dan betapa penting nomor Kartu Halo milik Penggugat

(0811969697) terhadap kelancaran pengabdian Penggugat kepada bangsa dan negara ini, sehingga pemblokiran sepihak terhadap nomor Kartu Halo milik Penggugat yang telah

dilakukan oleh Tergugat, semakin nyata menimbulkan kerugian citra bagi Penggugat, bahkan berpotensi menjadi penghambat tugas-tugas negara yang diemban oleh Penggugat sebagai akibat terputusnya saluran komunikasi terhadap Penggugat karena

pemblokiran nomor Kartu Halo milik Penggugat secara sepihak yang dilakukan oleh Tergugat, yang juga mengakibatkan kerugian selain terhadap Penggugat juga kerugian negara sebagai terhambatnya aktivitas Penggugat karena perbuatan sepihak Tergugat dimaksud;

Bahwa secara nyata, akibat perbuatan semena-mena Tergugat kepada Penggugat, dengan pemblokiran sepihak Kartu Halo tersebut, Penggugat sebagai public figure yang mempunyai citra baik pada jaringan–jaringan perkenalannya telah kehilangan

opportunity/kesempatan/peluang untuk mendapatkan penguatan dukungan – dukungan moril sebagai public figure yang kredibel. Hal ini terjadi karena Penggugat yang sudah memang sering kali menjadi nara sumber bagi media baik cetak maupun elektronik, akibat perbuatan Tergugat seperti yang dimaksud dalam gugatan ini, sejak pemblokiran

nomor Kartu Halo sepihak oleh Tergugat, hingga saat ini banyak media baik cetak maupun elektronik yang tidak dapat menghubungi Penggugat untuk dimintai

pendapatnya akan kasus-kasus atau isu-isu yang sedang hangat dalam pemberitaan Pers, sehingga Penggugat kehilangan peluang untuk memperkuat dukungan publik yang telah menimbulkan potensi dampak politik akan menurunnya popularitas dan kredibilitas citra

Penggugat dihadapan umum. Selanjutnya, sejalan dengan itu juga Penggugat telah kehilangan peluang popularitas di mata para orang-orang penting (VIP/Very Important Person, para pejabat yang menjabat pada lembaga eksekutif, lembaga legislatif, maupun lembaga yudikatif) yang selama ini telah mempunyai hubungan baik dan hubungan yang

sangat spesifik dengan Penggugat. Lagi-lagi tindakan sepihak Tergugat telah menimbulkan dampak negatif terhadap citra Penggugat, pada hal justru Penggugat tengah membangun penguatan citra akan kredibilitas dan popularitasnya juga di hadapan

orang-orang penting (VIP);

Bahwa yang lebih parah lagi, Penggugat sampai saat ini, sebagai akibat pemblokiran sepihak Kartu Halo oleh Tergugat, sangat susah menghubungi kolega

sejawatnya baik yang berada dan menjabat pada lembaga eksekutif, lembaga legislatif,

Hal. 5 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

maupun lembaga yudikatif, yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada Penggugat. Hal ini terjadi karena Penggugat sudah tidak dapat lagi menghubungi koleganya dimaksud

melalui nomor Kartu Halo yang diblokir oleh Tergugat. Padahal hanya nomor Kartu Halo Penggugat lah, yang dikenal oleh kolega-koleganya dimaksud. Walaupun

Penggugat sudah memberitahukan koleganya melalui sms akan nomor barunya, akan tetapi karena Penggugat tetap mengalami kesulitan bahwa koleganya mau membaca atau menerima pesan dari nomor baru Penggugat karena merupakan nomor yang tidak

dikenal ataupun yang bukan terdaftar pada koleganya seperti nomor Kartu Halo Penggugat. Begitu juga sebaliknya, keluhan datang dari kolega Penggugat yang tidak dapat menghubungi Penggugat ke nomor Kartu Halo Penggugat;

Bahwa berdasarkan uraian di atas, semakin jelas akibat perbuatan semena-mena

Tergugat kepada Penggugat, dengan pemblokiran sepihak Kartu Halo tersebut, maka Penggugat telah mengalami kerugian immaterial yang sangat besar, bahkan kehilangan potensi/peluang mempertahankan citra bahkan memperkuat citranya sebagai seorang

public figure yang akan didapatnya jika nomor Kartu Halo Penggugat tidak diblokir sepihak oleh Tergugat, sehingga perbuatan Tergugat pun telah menimbulkan image

negatif tehadap Penggugat, sehingga timbul perasaan tidak nyaman dan bahkan kerugian immateril yang sangat besar bagi Penggugat;

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perbuatan Tergugat yang telah memblokir secara sepihak Kartu Halo milik Penggugat tanpa ada alasan yang jelas,

tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada Penggugat, serta tanpa dasar hukum yang kuat, maka Perbuatan Tergugat merupakan wanprestasi/ cedera janji terhadap Penggugat selaku Konsumen sebagaimana yang diisyaratkan oleh Undang Undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen;

Bahwa selain itu Tergugat selaku penyelenggara telekomunikasi di Indonesia juga telah melanggar ketentuan seperti yang diisyaratkan Pasal 7 huruf a, b, dan c jo. Pasal 26 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen jo Pasal

17 huruf a. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

Pasal 7 huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:

“beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.”

Pasal 7 huruf b Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:

“memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barnag dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.”

6

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pasal 7 huruf c Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen:

“memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.”

Pasal 26 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen : “pelaku usaha yang memperdagangkan jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau garansi yang disepakati dan/atau yang diperjanjikan.”

Pasal 17 huruf a Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi:

“Penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggaraan jasa telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip : a. perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua pengguna.”

Bahwa akibat perbuatan semena-mena dari Tergugat, maka Penggugat pada tanggal 8 Maret 2010 telah mengadukan dan menempuh upaya konsiliasi dalam

penyelesaian permasalahan Penggugat dengan Tergugat di Badan Perlindungan Sengketa Konsumen (BPSK) DKI Jakarta dengan Nomor Register

012/REG/BPSK-DKI/III/2010 tertanggal 12 Maret 2010. Akan tetapi upaya rekonsialisasi antara Penggugat dan Tergugat yang difasilitasi oleh BPSK DKI Jakarta, sebelum masuk ke dalam pokok materi pembahasan perkara, proses penyelesaian melalui konsiliasi

tersebut telah dinyatakan tidak berhasil, sebelum masuk kepada pokok perkara, karena BPSK DKI Jakarta menyatakan ganti rugi immaterial seperti yang utamanya dimohonkan oleh Penggugat adalah bukan kompetensi dari BPSK DKI Jakarta. Hal mana ganti rugi immaterial yang merupakan tuntutan utama ganti rugi yang diminta oleh

Penggugat terhadap Tergugat pada proses rekonsiliasi di BPSK DKI Jakarta adalah berupa permohonan maaf dari Tergugat kepada Penggugat yang diumumkan melalui beberapa harian media nasional. Tujuan Penggugat akan permohonan maaf dimaksud

adalah sebagai pembelajaran dan pendidikan bagi para Pelaku Usaha umumnya dan Tergugat khususnya dalam menghormati hak-hak Konsumen, sehingga dikemudian hari

Penggugat berharap tidak ada lagi korban timbul seperti yang dialami oleh Penggugat, karena para Pelaku Usaha umumnya dan Tergugat khususnya lebih memperhatikan

hak-hak Konsumen;

Bahwa kemudian BPSK DKI Jakarta juga menyarankan bahwa permohonan

ganti rugi immaterial dapat dimintakan jika penyelesaian perkaranya melalui Pengadilan Negeri, maka karena dan untuk itu berdasarkan Pasal 45 ayat (4) Undang-undang

Perlindungan Konsumen Gugatan, gugatan Wanprestasi dalam Perlindungan Konsumen ini diajukan oleh Penggugat;

Hal. 7 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa sementara itu, kewajiban Penggugat terhadap Tergugat atas sisa pembayaran tagihan Kartu Halo telah terselesaikan dibayar oleh Penggugat pada tanggal

14 Mei 2010 sebesar Rp 3.314.462,00 (tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiah), sebelum diajukan dan ditandatanganinya gugatan ini. Hal mana

pembayaran ini merupakan pelunasan sisa pembayaran biaya tagihan Kartu Halo Penggugat. Jumlah pembayaran seperti dimaksud dalam posita ini (Rp 3.314.462,00) telah membuktikan terjadinya peningkatan jumlah tagihan dari sisa tagihan terakhir

yaitu dari sebesar Rp 1.250.764,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah) menjadi Rp 3.314.462,00 (tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiah);

Bahwa alasan Penggugat untuk menyelesaikan kewajiban Penggugat terhadap

Tergugat atas sisa pembayaran tagihan Kartu Halo telah terselesaikan dibayar oleh Penggugat pada tanggal 14 Mei 2010 sebesar Rp 3.314.462,00 (tiga juta tiga ratus empat belas ribu empat ratus enam puluh dua rupiah), sebelum diajukan dan ditandatanganinya

gugatan ini dikarenakan Penggugat merasa hak-haknya sebagai konsumen yang sedang mengajukan keluhan Tergugat tidak terlindungi. Hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan jumlah tagihan dari sisa kewajiban Penggugat yang diantaranya berupa denda dan/ atau bunga dan/atau tambahan tagihan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi

dan tidak dibebankan oleh Tergugat kepada Penggugat jika pemblokiran sepihak oleh Tergugat tidak dilakukan dan/atau Tergugat segera menyelesaikan kelalaian dalam

pelayanan jasanya tersebut kepada Penggugat;

Bahwa berdasarkan uraian di atas jelas-jelas Tergugat tidak mempunyai itikad baik, maka dalam konteks itu jelas Tergugat mengingkari relevan spirit lahirnya

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menjadi payung hukum bagi terciptanya perlindungan terhadap Konsumen;

Bahwa terbukti secara hukum berdasarkan uraian di atas, formulir layanan

pelanggan atas nama Penggugat yang diterima pada tanggal 20 November 2009 adalah bentuk Perjanjian antara Penggugat dan Tergugat yang sah dan mengikat secara hukum;

Bahwa dari fakta hukum dan uraian yang dikemukakan di atas, jelas sikap dan

perbuatan Tergugat dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan wanprestasi yang menimbulkan kerugian pada Penggugat baik secara materiil maupun secara immaterial;

Bahwa atas wanprestasi/cedera janji yang dilakukan Tergugat tersebut di atas,

jelas telah menimbulkan kerugian-kerugian moril (immateril) dan/atau materiil terhadap

8

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

diri Penggugat. Adapun kerugian - kerugian moril (immateril) dan/atau materiil yang harus diderita Penggugat adalah:

a Akses telekomunikasi Penggugat dengan Nomor 0811969697 tidak dapat digunakan karena diblokir yang dilakukan oleh Tergugat, sehingga Penggugat

harus mengeluarkan sejumlah uang untuk pembelian Kartu GSM nomor perdana baru beserta pulsanya;

b Penggugat harus kecewa dan lelah fisik serta psikis untuk mengurus blokir

nomor selularnya;

c Bahwa Penggugat terpaksa harus mengeluarkan tenaga, waktu, pikiran dan biaya untuk mengajukan gugatan terhadap Tergugat guna mempertahankan dan menuntut hak-hak Penggugat dalam perkara ini sesuai dengan undang-undang

yang berlaku ;

d Tergugat telah menjanjikan kepada Penggugat mau membayar kewajibannya terhadap tergugat dengan cara mencicil, yang pembayar cicilan pertama

dilakukan oleh Penggugat kepada Tergugat pada tanggal 21 Oktober 2009. Lalu kemudian untuk meyakinkan Penggugat akan keleluasaan Penggugat dalam

menyelesaikan kewajiban terhadap Tergugat, maka Tergugat telah membuat janji-janjinya akan cicilan dimaksud ke dalam sebuah tulisan sebagaimana yang

tercantum dalam formulir layanan pelanggan yang pada akhirnya pada tanggal 21 Oktober 2009 ditandatangani oleh Penggugat dan Tergugat. Akan tetapi

ternyata Tergugat hanya memberikan janji-janji palsu sehingga Penggugat sebelum jatuh tempo pelunasan cicilan kewajiban sebagaimana yang dijanjikan oleh Tergugat pada tanggal 21 Oktober 2009 jo. tanggal 20 November 2009

tidak dapat lagi menggunakan nomor kartu halonya. Bahwa jelas-jelas Penggugat sebagai korban atas rangkaian janji-janji palsu atau kata-kata bohong yang diperbuat oleh Tergugat, sehingga Penggugat mencari keadilan melalui gugatan ini;

e Bahwa Penggugat merasa harkat martabatnya tercoreng, karena pemblokiran dimaksud menimbulkan image yang negatif bagi Penggugat. Dalam hal ini harga diri Penggugat telah jatuh karena perlakuan Tergugat. Semula Penggugat yang

seharusnya mendapat perlakuan khusus (privillage) sebagai pelanggan korporat yang berasal dari kelompok Perwira Tinggi Mabes Polri, akan tetapi faktanya, Penggugat telah diperlakukan oleh Tergugat tidak lebih dari pelanggan biasa. Hal ini terbukti karena faktanya, terhadap penyelesaian permasalahan Penggugat,

oleh Tergugat, Penggugat tetap harus mengurusnya kesana kemari, harus

Hal. 9 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

menelepon nomor tertentu milik Penggugat, dan bahkan harus membayar dulu, agar blokir nomor milik Penggugat yang dilakukan sepihak oleh Tergugat dapat

dibuka;

f Bahwa pemblokiran sepihak oleh Tergugat, telah menimbulkan dampak negatif

lainnya terhadap Penggugat, berupa pandangan khalayak ramai yang menilai dengan diblokirnya nomor Penggugat, Penggugat dianggap “bersalah” dan/atau “melakukan pelanggaran” dan telah “dihukum” dan/atau “dikenai sanksi” oleh

Tergugat dengan cara pemblokiran nomor Penggugat. Pandangan khalayak ramai telah menganggap Penggugat, bahwa Penggugat dianggap telah lalai dan/ atau tidak mampu melunasi kewajibannya kepada PT. Telkomsel (Tergugat); Bahwa oleh karena kerugian kerugian-kerugian moril (immateril) yang dialami

Penggugat sangat sulit dinilai dengan sejumlah uang, namun dikarenakan Tergugat adalah para pelaku usaha yang melayani kepentingan umum, agar para pelanggannya (para konsumen) termasuk Penggugat tidak selalu dikecewakan di kemudian hari oleh

sikap dan tindakan yang tidak profesional serta sewenang-wenang dari Tergugat, dan agar Tergugat lebih memiliki rasa bertanggungjawab serta lebih-lebih berhati-hati di

kemudian hari dalam melayani para pelanggannya, kiranya cukup beralasan hukum bagi Penggugat untuk menuntut agar para Tergugat membuat dan memuat suatu

pengumuman pernyataan minta maaf kepada Penggugat selaku pelanggan dan konsumen dari Tergugat di 3 (tiga) Harian Nasional, yakni Harian Kompas, Harian

Tempo dan Harian Media Indonesia dengan ukuran ½ (setengah) halaman pada bagian halaman terakhir selama 3 (tiga) hari berturut-turut dengan redaksi dan isi pengumuman sebagaimana tersebut dalam gugatan;

Bahwa akan tetapi apabila Tergugat tidak berkenan melaksanakan isi keputusan hukum tentang pengumuman pernyataan minta maaf sebagaimana yang diuraikan di atas, setelah 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan hukum ini dapat dilaksanakan, kiranya sangat beralasan hukum bagi Penggugat memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan menghukum para Tergugat untuk membayar kepada Penggugat uang kompensasi secara tunai sebanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dengan memberi hak kepada Penggugat untuk

memakai dan menyalurkan uang tersebut kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

atau Lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya;

Bahwa selain itu, dengan kerugian-kerugian sebagaimana dimaksud dalam gugatan ini, yakni adanya perbuatan Tergugat yang merugikan Penggugat, antara lain

Penggugat telah kehilangan opportunity/peluang/ kesempatan untuk menjaga citra

10

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

bahkan meningkatkan citra akan popularitas dan kredibilitasnya. Perbuatan Tergugat juga telah menimbulkan image negatif terhadap Penggugat yang sedang menjaga dan membangun citra dan reputasinya seperti dimaksud dalam gugatan ini, sehingga menimbulkan kerugian immateril dimaksud, termasuk dan tidak terbatas juga terhadap

perasaan yang tidak nyaman dalam diri Penggugat, maka Penggugat menuntut ganti rugi terhadap Tergugat atas kerugian immateril tersebut sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);

Bahwa selanjutnya atas kerugian materiil yang harus dialami Penggugat akibat wanprestasi/cedera janji yang dilakukan Tergugat seluruhnya berjumlah Rp 5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

1 Tranportasi Penggugat mengurus aktifasi:

Kartu Halo pada Grapari Rp 500.000,00; 2. Biaya Penggugat untuk membeli Kartu Perdana

Baru Rp 1.000.000,00;

3. Pembelian Voucher Pulsa Rp 1.000.000,00; 4. Biaya Transportasi ke BPSK Rp 3.000.000,00;

Bahwa oleh karena itu Penggugat berhak menuntut agar Tergugat membayar kembali kepada Penggugat seluruh uang yang telah dikeluarkan oleh Penggugat dalam

mempertahankan hak-hak dan kepentingan hukum Penggugat yang seluruhnya berjumlah Rp 5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah) ditambah dengan bunga

1% per bulan sejak gugatan ini didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai Tergugat secara sempurna melaksanakan isi keputusan hukum dalam perkara ini, serta ditambah seluruh biaya yang timbul di tingkat banding, di tingkat kasasi serta di tingkat

peninjauan kembali;

Bahwa selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 4 huruf h, Pasal 7 huruf f dan g,

Pasal 19 ayat (1), (2), (3), dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen jo Pasal 15 ayat (1) Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi jo Pasal 68 dan 69 Peraturan Pemerintah tentang

Penyelenggaraan Telekomunikasi No. 52 tahun 2000, Penggugat berhak menuntut Tergugat membayar ganti kerugian, dan Tergugat wajib membayar kerugian kepada

Penggugat, sebagaimana yang dimaksud dalam gugatan ini;

Bahwa untuk menjamin gugatan ini, Penggugat mohon agar diletakkan sita

jaminan (conservatoir beslag) atas harta benda kepunyaan para Tergugat, baik yang bergerak dan atau tidak bergerak secukupnya;

Hal. 11 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa selanjutnya gugatan Penggugat adalah berdasarkan bukti-bukti otentik dan tidak terbantah oleh Tergugat, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 191 RBg.

sangat beralasan hukum bagi Penggugat memohon agar berkenan menjatuhkan keputusan hukum yang dapat dijalankan serta merta walaupun ada perlawanan, banding,

kasasi dan atau peninjauan kembali (uitvoerbaar bij voorraad);

Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar memberikan putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu

sebagai berikut :

1. Mengabulkan seluruh gugatan Penggugat dalam perkara ini ;

2. Menyatakan sah dan berharga sita penjagaan dan sita jaminan (conservatoir beslag) yang dijalankan dalam perkara ini ;

3. Menyatakan syah dan mengikat secara hukum formulir layanan pelanggan atas nama Penggugat yang diterima pada tanggal 20 November 2009, adalah sebagai bentuk Perjanjian antara Penggugat dan Tergugat;

4. Menyatakan bahwa Tergugat telah cedera janji/wanprestasi atas formulir layanan pelanggan tertanggal 20 November 2009;

5. Menyatakan Tergugat selaku pelaku usaha telah melakukan perbuatan yang bertentangan dan melanggar Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen;

6. Menghukum Tergugat mengembalikan kepada Penggugat, atas seluruh uang yang

telah dikeluarkan oleh Penggugat sebesar Rp 5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah) ditambah dengan bunga 1% per bulan sejak gugatan ini didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sampai Tergugat secara sempurna melaksanakan

isi keputusan hukum dalam perkara ini, dan ditambah seluruh biaya yang timbul di tingkat banding, di tingkat kasasi serta di tingkat peninjauan kembali;

7. Menghukum Tergugat agar membuat dan memuat pengumuman pernyataan minta maaf kepada Penggugat di 3 (tiga) harian nasional, yakni Harian Kompas, Harian

Tempo dan Media Indonesia dengan ukuran ½ (setengah) halaman pada bahagian halaman terakhir selama 3 (tiga) hari berturut-turut dengan redaksi dan isi pengumuman sebagai berikut:

“PENGUMUMAN PERNYATAAN MINTA MAAF”

Kami yang bertandatangan di bawah ini : PT. TELEKOMUNIKASI SELLULAR (TELKOMSEL) badan hukum yang berkedudukan di Indonesia,

12

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

yang beralamat di Gedung Wisma Mulia Lantai G, Jl. Gatot Subroto No.42 Jakarta 12710;

Dengan ini secara tegas menyatakan/menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada : PROF. DR. FAROUK MUHAMMAD, Dosen dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI, sehubungan dengan sikap dan perbuatan kami selaku pelaku usaha yang tidak professional, telah melakukan hal-hal yang merugikan terhadap PROF. DR. FAROUK MUHAMMAD, selaku pelanggan dan konsumen, karena kami melakukan kegiatan usaha dengan cara yang tidak

sesuai dengan Undang-Undang R.I. No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Pemerintah R.I.

Untuk itu kami berjanji tidak akan mengulangi hal-hal tersebut di kemudian hari yang dapat merugikan konsumen;

Demikian pengumuman pernyataan minta maaf kami sampaikan, agar diketahui oleh masyarakat luas ;

Hormat Kami,

P.T. Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL)

d.t.o.

Direksi

8. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) kepada Penggugat sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hari keterlambatan Tergugat dalam melaksanakan petitum butir 6, 7 dan 8 dalam perkara a quo;

9. Menghukum Tergugat membayar kepada Penggugat uang kompensasi secara tunai

sebanyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) apabila Tergugat tidak berkenan melaksanakan petitum gugatan Penggugat pada butir 6, 7 dan 8 dalam

perkara ini setelah 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan hukum ini dapat dilaksanakan, dengan memberi hak kepada Penggugat untuk memakai dan menyalurkan uang tersebut kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau

Lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya;

10. Menghukum Tergugat membayar kepada Penggugat ganti rugi immateril atas ganti rugi akibat hilangnya opportunity/peluang/kesempatan untuk menjaga citra bahkan

Hal. 13 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

meningkatkan citra akan popularitas dan kredebilitasnya bagi Penggugat, sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah);

11. Menyatakan keputusan hukum dalam perkara ini dapat dijalankan serta merta walaupun ada perlawanan, banding, kasasi dan atau peninjauankembali

(uitvoerbaar bij voorraad);

12. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh ongkos yang timbul dalam perkara ini;

Atau:

Apabila yang terhormat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang mengadili dan memutus perkara a quo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan eksepsi yang pada pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :

A Eksepsi Mengenai Surat Kuasa Khusus Penggugat

untuk Mengajukan Gugatan dalam Perkara a quo

Tidak Memenuhi Syarat sebagai Surat Kuasa Khusus

Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 1994 tanggal 14 Oktober 1994 tentang Surat

Kuasa Khusus (“SEMA No. 6/1994”)

1 Bahwa secara hukum apabila suatu gugatan diajukan oleh kuasa hukum

yang ditunjuk oleh Penggugat, maka surat kuasa tersebut haruslah memenuhi ketentuan mengenai Surat Kuasa Khusus. Ketentuan mengenai Surat Kuasa Khusus tersebut di dalam Hukum Acara Perdata Indonesia

diatur dalam Pasal 123 HIR dan diatur lebih lanjut dalam beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung yaitu sebagai berikut :

i Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 1959, tanggal 19 Januari 1959 tentang Surat Kuasa Khusus (“SEMA No. 2/1959”);

ii Surat Edaran Mahkamah Agung No. 5 Tahun 1962, tanggal 30 Juli 1962 tentang Surat Kuasa (“SEMA No. 5/1962”);

iii Surat Edaran Mahkamah Agung No. 01 Tahun 1971, tanggal 23

Januari 1971 tentang Surat Kuasa Khusus (“SEMA No.

01/1971”); serta iv SEMA No. 6/1994.

2 Bahwa SEMA No. 6/1994 yang menjadi pedoman sampai saat ini,

notabene memiliki substansi dan jiwa yang sama dengan SEMA No.

14

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

2/1959 dan SEMA No. 01/1971, dan sebagaimana ditegaskan dalam doktrin yang disampaikan oleh M. Yahya Harahap, SH., yaitu bahwa

surat kuasa khusus yang sah adalah yang memenuhi syarat secara kumulatif berupa:

a Menyebut dengan jelas dan spesifik surat kuasa, untuk berperan di pengadilan;

b Menyebut kompetensi relatif;

c Menyebut identitas dan kedudukan para pihak (sebagai penggugat dan tergugat);

d Menyebut secara ringkas dan konkret pokok dan objek sengketa yang diperkarakan.

(vide. M. Yahya Harahap, SH;Hukum Acara Perdata” Tentang Gugatan Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan; Penerbit Sinar Grafika; Jakarta. Cetakan Ketiga, Desember 2005, halaman 14 – 15)

3 Bahwa dalam perkara a quo, pada bagian “khusus” dalam Surat Kuasa Khusus yang diberikan oleh Penggugat kepada kuasanya, disebutkan

sebagai berikut :

Bertindakuntuk dan atas nama Pemberi Kuasa untuk mewakili dan membela kepentingan hukum pemberi kuasa guna menyusun, menandatangani dan mendaftarkan gugatan perdata melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan sehubungan dengan adanya perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selluler (PT. Telkomsel) terhadap Pemberi Kuasa, berkenaan dengan pemblokiran sepihak atas Kartu Hallo nomor 0811969697 milik Pemberi Kuasa yang dilakukan oleh PT. Telekomunikasi Selluler (PT. Telkomsel).”

4 Bahwa dari uraian bagian “khusus” dalam Surat Kuasa Khusus

Penggugat sebagaimana dikutip di atas, terlihat jelas bahwa Penggugat tidak menyebutkan secara tegas tentang (i) siapa yang akan bertindak sebagai Penggugat dan (ii) siapa yang berkedudukan sebagai Tergugat,

disamping itu, Surat Kuasa Khusus Penggugat juga tidak menyebutkan

secara tegas identitas dari Tergugat karena sama sekali tidak disebutkan alamat dari pihak yang akan digugat;

5 Bahwa dengan demikian, Surat Kuasa Khusus Penggugat tidak sesuai

dengan ketentuan butir 1 huruf a SEMA No. 6/1994 yang berbunyi sebagai berikut: “Surat Kuasa harus bersifat khusus dan menurut

Hal. 15 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Undang-Undang harus dicantumkan dengan jelas bahwa Surat Kuasa itu

hanya dipergunakan untuk keperluan tertentu, misalnya: a. Dalam perkara perdata harus dengan jelas disebut antara A sebagai penggugat dan B sebagai tergugat, misalnya dalam perkara waris atau hutang piutang tertentu dan sebagainya”.

6 Bahwa karena Surat Kuasa Khusus Penggugat tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku yang mengatur mengenai syarat dan

formulasi surat kuasa khusus, khususnya SEMA No. 6/1994, maka Surat Kuasa Khusus Penggugat adalah tidak sah menurut hukum, oleh karena

itu gugatan dalam perkara a quo yang diajukan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tersebut juga menjadi cacat dan sudah seharusnya menurut hukum dinyatakan untuk tidak dapat diterima;

B Eksepsi Mengenai Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel), karena Uraian Jumlah Tuntutan Ganti Kerugian Immateriil yang disampaikan Oleh

Penggugat Dalam Posita Gugatan Tidak Sejalan (Tidak Sinkron) dengan Petitum Gugatan;

1 Bahwa dalam gugatan Penggugat, terdapat ketidaksinkronan atau

ketidaksesuaian antara Posita Gugatan dengan Petitum Gugatan terkait uraian jumlah kerugian immaterial yang dituntutkan oleh Penggugat;

2 Bahwa dalam Posita Gugatan, tepatnya pada Posita butir 32 halaman 9 Gugatan, disebutkan sebagai berikut :

“… yakni adanya perbuatan Tergugat yang merugikan Penggugat, antara lain Penggugat telah kehilangan opportunity/peluang/ kesempatan untuk menjaga citra bahkan meningkatkan citra akan popularitas dan kredibilitasnya. Perbuatan Tergugat juga telah menimbulkan image negatif terhadap Penggugat yang sedang menjaga dan membangun citra dan reputasinya seperti dimaksud dalam gugatan ini, sehingga menimbulkan kerugian immateril dimaksud, termasuk dan tidak terbatas juga terhadap perasaan yang tidak nyaman dalam diri Penggugat, maka Penggugat menuntut ganti rugi terhadap Tergugat atas kerugian immateriil tersebut sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”;

3 Bahwa namun demikian, dalam Petitum Gugatan butir 10 halaman 11, Penggugat menyatakan sebagai berikut:

16

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

“Menghukum Tergugat membayar kepada Penggugat ganti rugi immateriil

atas ganti rugi akibat hilangnya opportunity peluang/ kesempatan untuk menjaga citra bahkan meningkatakan citra akan popularitas dan kredibilitasnya bagi Penggugat sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah);”

4 Bahwa dari uraian di atas, tampak jelas bahwa terdapat ketidak-sinkronan atau tidak sejalannya antara Posita dan Petitum dalam gugatan Penggugat

terkait jumlah nilai tuntutan ganti kerugian immateriil, dimana dalam posita gugatan disebutkan bahwa pada pokoknya terdapat kerugian immateriil atas hilanggnya opportunity/ peluang/kesempatan untuk

menjaga citra bahkan meningkatkan citra akan popularitas dan kredibilitasnya sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) namun

pada Petitum gugatan, kerugian immaterial tersebut oleh Penggugat disebutkan dan dituntutkan untuk dibayar sebesar Rp 2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah);

5 Bahwa ketidaksesuaian atau ketidaksinkronan tersebut telah membuat gugatan Penggugat menjadi tidak jelas dan kabur karena besaran ganti kerugian immateriil menjadi tidak pasti. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa sebenarnya tuntutan ganti kerugian immateriil

tersebut hanyalah dicari-cari karena Penggugat sendiripun bahkan tidak bisa memastikan secara tegas berapa taksiran jumlah kerugian immateriil tersebut, apakah sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ataukah sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah);

6 Bahwa dengan telah terbukti adanya ketidak-sinkronan atau tidak sejalannya posita dan petitum gugatan sebagaimana dimaksud di atas, maka secara hukum gugatan Penggugat mengandung cacat berupa

obscuur libel atau kabur yang oleh karenanya harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard), sebagaimana telah diberikan kaidah oleh Yurisprudensi Mahkamah Agung sebagai berikut:

i Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 67K/Sip/1975 tanggal

13 Mei 1975, yang pada pokoknya menyatakan bahwa petitum yang tidak sejalan dengan posita adalah mengandung cacat berupa

obscuur libel;

ii Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1075 K/Sip/1980

tanggal 8 Desember 1982 yang pada intinya Mahkamah

Hal. 17 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Agung RI memberikan pertimbangan hukum bahwa “... karena petitum bertentangan dengan posita gugatan, maka gugatan tidak dapat diterima”.

C Eksepsi Mengenai Gugatan Penggugat Kabur

(Obscuur Libel), karena Mencampuradukkan Gugatan Wanprestasi dengan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum;

1 Bahwa secara garis besar, terdapat 2 (dua) jenis gugatan yang dapat diajukan dalam perkara perdata, yaitu Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dimana keduanya masing-masing adalah jenis gugatan yang berbeda, dimana Gugatan Wanprestasi berkaitan

adanya hubungan hukum yang bersumber dari perjanjian diantara para pihak, sedangkan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum berkaitan dengan adanya perbuatan yang melanggar hukum maupun ketentuan peraturan

perundang-undangan yang dilakukan salah satu pihak yang menimbulkan suatu kerugian bagi pihak lainnya;

2 Bahwa dalam gugatan yang diajukan oleh Penggugat dalam perkara a quo, ternyata Penggugat telah mencampuradukkan antara dalil-dalil Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Judul atau titel dari gugatan yang diajukan oleh Penggugat dalam perkara ini

adalah “Wanprestasi terhadap Perlindungan Konsumen”, selanjutnya dalam posita butir 5 s/d. 12 halaman 2-3 gugatan, Penggugat mendalilkan bahwa telah terjadi perjanjian antara Penggugat dan Tergugat mengenai

pembayaran tagihan telepon yang dipergunakan Penggugat, namun Tergugat ingkar janji (quod non) dan kemudian oleh Penggugat dimohonkan dalam petitum butir 4 halaman 10 yang pada intinya meminta kepada Majelis Hakim menyatakan bahwa Tergugat telah

cedera janji/wanprestasi. Dalam gugatan wanprestasi, tidak dikenal adanya “kerugian immateriil”, dimana “kerugian immateriil” dikenal dalam suatu gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Ironisnya, dalam

Gugatannya, Penggugat menuntut adanya “kerugian immateriil”, dimana

hal ini mempertegas kenyataan bahwa sesungguhnya Penggugat telah mengajukan gugatan yang obscuur karena tidak jelas apakah gugatan yang diajukan Penggugat merupakan gugatan Wanprestasi atau gugatan

Perbuatan Melawan Hukum sehingga gugatan Penggugat terbukti telah

18

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

mencampuradukkan gugatan Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum;

3 Bahwa pencampuradukkan tersebut semakin nyata dengan adanya fakta bahwa pada bagian lain ternyata Penggugat juga menyampaikan

dalil-dalil adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Tergugat (quod non), dimana dalil tersebut merupakan dalil-dalil untuk suatu Gugatan Perbuatan Melawan Hukum. Tepatnya pada

posita butir 13 halaman 3, serta butir 21 halaman 5 dari gugatan, Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat telah melanggar beberapa ketentuan dalam Undang Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Undang-Undang No. 8/1999 ) dan Undang

Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (“Undang-Undang No. 36/1999”), selanjutnya dalam Petitum butir 5 halaman 10 gugatan, Penggugat juga meminta kepada Majelis Hakim untuk menyatakan

bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan yang melanggar Undang-Undang No. 8/1999;

4 Bahwa berdasarkan uraian di atas, telah terbukti bahwa dalam gugatannya, Penggugat telah mencampuradukkan atau menggabungkan

antara Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dalam perkara a quo;

5 Bahwa terkait pencampuradukkan atau penggabungan antara Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana dimaksud di atas, Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 K/

Pdt/1997 Tanggal 29 Januari 2001 (Termuat dalam Varia Peradilan, Tahun XVIII, No. 208, Januari 2003 halaman 14) pada pokoknya memberikan kaidah bahwa “Penggabungan PMH dengan wanprestasi dalam satu gugatan, melanggar tata tertib beracara karena keduanya harus diselesaikan tersendiri, konstruksi gugatan seperti itu mengandung kontradiksi, dan gugatan dikategorikan obscuur libel, sehingga tidak dapat diterima”.

6 Bahwa dengan demikian, berdasarkan fakta yang ada, dimana dalam perkara a quo, Penggugat telah menggabungkan atau mencampuradukkan Gugatan Wanprestasi dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, serta mengacu pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 879 K/Pdt/1997,

tanggal 29 Januari 2001 sebagaimana tersebut di atas, maka secara

Hal. 19 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

hukum Gugatan Penggugat dalam perkara ini telah mengandung cacat berupa obscuur libel, dan sudah seharusnya dinyatakan untuk tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard);

Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah

menjatuhkan putusan, yaitu putusan No. 557/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel tanggal 17 Maret 2011 yang amarnya sebagai berikut :

Dalam Eksepsi :

• Menolak eksepsi Tergugat seluruhnya;

Dalam Pokok Perkara :

1 Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menghukum Penggugat untuk membayarkan biaya perkara sebesar Rp 221.000,00 (dua ratus dua puluh satu ribu rupiah);

Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jakatra dengan putusan No. 18/PDT/2012/PT.DKI tanggal 29 Maret 2012;

Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada Penggugat/Pembanding pada tanggal 10 Juli 2012 kemudian terhadapnya oleh Penggugat/Pembanding (dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 10 Juli 2012) diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 23 Juli

2012 sebagaimana ternyata dari akte permohonan kasasi No. 557/Pdt.G.2010/ PN.Jkt.Sel yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan permohonan tersebut diikuti oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di

Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 3 Agustus 2012;

Bahwa setelah itu oleh Tergugat/Terbanding yang pada tanggal 30

Agustus 2012 telah diberitahu tentang memori kasasi dari Penggugat/ Pembanding diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan pada tanggal 12 September 2012 ;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah

diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

kasasi tersebut formal dapat diterima ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/

Penggugat dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah :

1 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan telah tidak mempertimbangkan Replik Pemohon Kasasi/Penggugat yang

20

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

diserahkan pada tanggal 21 Desember 2010 dimuka persidangan yang terbuka untuk umum. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus

Jakarta Selatan seolah-olah menganggap Replik Pemohon Kasasi/ Penggugat tidak pernah ada, padahal menurut Agenda Persidangan pada tanggal 21

Desember 2010, jelas bahwasanya acara Persidangan adalah Replik dari Pemohon Kasasi/Penggugat terhadap Jawaban Gugatan Termohon Kasasi/ Tergugat;

Bahwa seharusnya Majelis Hakim Pengadilan Klas 1A Khusus Jakarta Selatan

mempertimbangkan Replik Pemohon Kasasi/Penggugat tersebut, akan tetapi di dalam Putusan No.: 557/Pdt/G/2010/PN.JKT.Sel tertanggal 17 Maret 2011, Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A sama sekali tidak mempertimbangkan Replik Pemohon Kasasi/Penggugat, sehingga mengakibatkan Putusan tidak cukup

pertimbangan hukumnya (onvoldoende gemotiveerd) dan Putusan tersebut harus dibatalkan. Bahwa berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas sangat jelas, terang dan tidak terbantahkan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta

Selatan telah tidak seksama dan rinci menilai segala fakta, sehingga bertentangan dengan Pasal 178 ayat (1) HIR dan Pasal 53 Undang-Undang No 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, yang mana ditegaskan pula dalam : Putusan MA No. 2461 K/Pdt/1984, yang menegaskan: “putusan yang dijatuhkan tidak cukup pertimbangan karena hakim tidak seksama dan rinci menilai segala fakta yang ditemukan dalam persidangan”;

2 Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Klas 1A Khusus Jakarta Selatan,

dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya telah mengandung kelalaian-kelalaian, karena telah tidak mempertimbangkan dalil-dalil Gugatan, Replik, bukti-bukti dan fakta-fakta, sehingga menghasilkan keputusan yang keliru dan tidak benar dalam memberikan putusannya, yaitu memberikan Putusan

menolak formulir layanan pelanggan sebagai bentuk Perjanjian yang sah dan mengikat secara hukum, sebagaimana dikemukakan sebagai berikut :

Bahwa pertimbangan Judex Facti tingkat pertama pada paragraf 6 halaman 63,

paragraf 1 dan 2 halaman 64 yang menyatakan :

Menimbang, bahwa Majelis telah mempertimbangkan sebelumnya jika awal perjanjian antara Penggugat adalah sebagaimana bukti P – 1 yang diakui Penggugat telah dibuat dan dilaksanakan oleh Penggugat dan Tergugat sepuluh tahun yang lalu, bukti P- 6/ T – 1 judulnya adalah Formulir Layanan Pelanggan,

Hal. 21 dari 31 hal. Put. No. 2995 K/Pdt/2012

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

bukti P – 6/ T – 1 tersebut adalah merupakan bentuk layanan administratif

sebagaimana diatur dalam Pasal 5 tentang hak dan kewajiban”;

“Menimbang, bahwa bentuk perjanjian haruslah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, suatu sebab yang halal”;

“Menimbang, bahwa dengan memperhatikan bukti P – 6 tesebut, ternyata dibuat/ ditandatangani oleh Pengugat dan petugas Tergugat yang adalah tidak mempunyai kewenangan untuk menandatangani suatu perjanjian akan tetapi yang bersangkutan hanya sebagai pencatat atas suatu keluhan dari pelanggan/Pengugat, tidak ada kata-kata yang menunjukan adanya kesepakatan diantara Penggugat dan petugas pencatat dari Tergugat, materi yang dituliskan pun bukan sesuatu yang pasti akan tetapi berupa permintaan yang masih digantungkan pada suatu keputusan dari otoritas yang berwenang, oleh karena itu bukti P- 6/T – 1 tersebut tidak dapat dikatakan sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu dilakukan pengukuran kapasitas antioksidan total, dengan cara ditimbang sampel ekstrak etanol buah merah (Pandanus conoideus Lam.) sebanyak 50 mg, kemudian

Halaman 13 Menimbang, bahwa memperhatikan apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sebagaimana yang telah tercantum dalam perjanjian pembiayaan murabahah

Pencalonan diri sendiri tidak diperbolehkan sebagai ketentuan umum, akan tetapi pencalonan diri sendiri diperbolehkan jika dituntut suatu keterpaksaan (keadaan

Secara umum, hasil modifikasi penambahan katalis LTS LK-821 sebagai sulfur guard pada unit Desulfurizer pabrik Amoniak K-2 menunjukkan hasil yang signifikan dalam

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

55 Ibid., hal.. alat komunikasi yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak. Sebagai contoh apabila terjadi kontrak diantara dua pihak dimana kedua pihak tersebut

Data penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik cerpen yang terdiri dari alur, tokoh, latar, sudut pandang penceritaan, gaya bahasa, tema dan amanat yang terdapat di Koran