• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU EKS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI BALAI Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Eks Pekerja Seks Komersial Di Balai Rehabilitasi Sosial“Wanita tama”Surakarta- I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP PERILAKU EKS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI BALAI Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Eks Pekerja Seks Komersial Di Balai Rehabilitasi Sosial“Wanita tama”Surakarta- I."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN AKHLAK TERHADAP

PERILAKU EKS PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI BALAI

REHABILITASI SOSIAL“WANITA UTAMA”SURAKARTA

- I

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Heni Sri Wijayanti NIM: G000100056 NIRM: 10/X/02.2.1/T/4391

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)

ABSTRAK

Pengaruh Pendidikan Akhlak terhadap Perilaku Eks Pekerja Seks Komersial di Balai Rehabilitasi

Sosial “Wanita Utama” Surakarta – I Tahun 2014 Oleh: Heni Sri Wijayanti

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan akhlak terhadap pembentukan perilaku eks pekerja seks komersial. dan faktor pendukung dan penghambat perubahan perilaku eks pekerja seks komersial. Metode penelitian ini menggunakan metode penulisan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap para informan yang dipilih secara purposive. Analisis deduktif dipilih untuk menguji teori dengan pendapat, pengamatan dan dokumentasi di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak yang diajarkan pada Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta merupakan pendidikan non-formal yang dibimbing langsung oleh para fasilitator dan beberapa lembaga lainya. Pendidikan akhlak di Balai Rehabilitasi Sosial diajarkan kepada para penerima manfaat untuk memahami pendidikan akhlak Islam secara sebenar-benarnya, yaitu dengan menjalani segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya yang di dalamnya termasuk meninggalkan perzinaan. Adapun faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap perilaku penerima manfaat antara lain (1) Dukungan dari Pemerintah dan masyarakat, (2) Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan lingkungan yang mendukung, (3) Kinerja yang baik dari pihak Balai dalam setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan dan pembinaan khususnya pembinaan pendidikan akhlak, (4) Sarana dan prasarana yang mendukung, (5) Suasana yang senantiasa ditumbuhkan dan dijaga oleh pihak balai untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi penerima manfaat.

Sedangkan faktor penghambatnya antara lain (1) Kurang maksimalnya penggunaan sarana multimedia di dalam kegiatan kegiatan pembinaan, (2) Ketidakcocokan yang dirasakan oleh beberapa penerima manfaat terhadap penerima manfaat yang lain dan pembina, (3) Rasa bosan para penerima manfaat dikarenakan terjadinya pengulangan di dalam metode yang disampaikan, (4) Tidak dibedakannya pemberian materi kepada penerima manfaat yang baru datang.

(4)

1

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya. Tanpa pendidikan, manusia sulit dari mana, untuk apa, dan hendak ke mana manusia pergi. Pentingnya pendidikan menjadikan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi pembangunan bangsa dan negara. Salah satu tujuanya adalah pembentukan akhlak mulia.

Akhlak adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Jika manusia akan sehat, jika didukung oleh akhlak yang baik, oleh demikian akhlak merupakan faktor yang sangat penting di dalam pemunculan tingkah laku, dengan dasar akhlak yang ada pada diri manusia maka akan membentuk pandangan hidup yang positif dan berorientasi pada dasar akhlak yaitu al-Qur’an dan Hadits.1 Pembentukan akhlak ditujukan kepada setiap orang termasuk orang-orang yang dipandang rendah seperti eks wanita tuna susila.

Rehabilitasi tuna susila adalah usaha penanggulangan pelacuran dengan mengembalikan keadaan dan kehidupan orang yang terlibat dalam pelacuran agar

1

Yusuf Burhanudin, Kesehatan Mental. (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 23.

mereka itu menjadi manusia yang berkepribadian baik, berfungsi dengan situasi dan keadaan sehat, mental kuat, bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, serta mencintai jalan hidup yang benar.

Kasus prostitusi yang begitu membludak menjadikan Balai Rehabilitasi Wanita Utama Surakarta sebagai tempat penampungan para pekerja seks komersial yang terjaring razia aparat yang nantinya akan diberikan bekal dan pengarahan sebagai pegangan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat selanjutnya, panti memeberikan konstribusi berupa pembinaan agama Islam dan keterampilan-keterampilan yang dimaksudkan untuk bekal dalam menjalani kehidupan usai terlepas dari panti. “Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap Perilaku Eks-Pekerja Seks Komersial

Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama

Surakarta – I Tahun 2014”

(5)

2

Tinjauan Pustaka yang dijadikan rujukan diantaranya sebagaimana yang telah dilakukan oleh:

1. Khoristina Martha Khoirunnisa (UMS, 2011) dalam skripsinya yang berjudul Pembinaan Agama Islam pada Eks pekerja Seks Komersial di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama

Surakarta-1 tahun 2011, menyimpulkan, pembinaan agama merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam upaya untuk memperbaiki mental dan cara berfikir serta bertingkah laku pada diri seseorang yang tadinya belum sesuai dengan tuntunan di dalam agama.2 2. Marganus Satya Negara (UMS, 2005)

dalam skripsinya yang berjudul Peran Pendidikan Akhlak terhadap Pembentukan Perilaku Ihsan Kepada Orang Tua pada Siswa – Siswi MI PLUS AT TAQWA Ngunter Sukoharjo, menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak berperan positif terhadap perilaku ihsan kepada kedua orang tua yang diterima kebenaranya.3

2

Khoristina Martha Khoirunnisa, Pembinaan Agama Islam pada Eks Pekerja Seks Komersial di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta-1 tahun 2011, (UMS, 2011), Unpublished.

3

Marganus Satya Negara, Peran Pendidikan Akhlak terhadap Pembentukan Perilaku Ihsan Kepada Orang Tua pada Siswa – Siswi MI PLUS AT TAQWA Ngunter Sukoharjo, (UMS, 2005), Unpublished.

3. Muhammad Arifin (UMS, 2012) dalam skripsinya Strategi Dakwah Terhadap Eks Pekerja Seks Komersial di Balai

Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama”

Surakarta-1 Tahun 2012. Menyimpulkan bahwa strategi dakwah dapat digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai kerohanian bagi pekerja eks komersial.4

Akhlak merupakan sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Oleh sebab itu, akhlak tidak dapat dipisahkan dari akidah maupun ibadah. Karena itu, ruang lingkup akhlak meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang kehidupan. Akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap makhluk. Akhlaq terhadap makhluk, terdiri dari diri sendiri maupun orang lain5.

Dengan demikian pendidikan akhlak adalah merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik dan terpuji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

Pendidikan akhlak yang diajarkan pada Balai Rehabilitasi sosial Wanita Utama

4

Muhammad Arifin, Strategi Dakwah Terhadap Eks Pekerja Seks Komersial di Balai

Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta-1 Tahun 2012, (UMS, 2012), Unpublished.

5

(6)

3

Surakarta merupakan pendidikan non formal yang dibimbing langsung oleh para fasilitator dari bahersos dan beberapa lembaga lainnya. Pendidikan nonformal adalah pendidikan sepanjang hayat yang wilayah jangkau yang tak terbatas dan kelompok sasaran yang sangan heterogen, baik dari sisi status sosial maupun wilayah tempat tinggalnya.6

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7

Subyek penelitian berdasarkan sumber data primer dan sekunder, sumber data primer di dapatkan dari penerima manfaat atau Eks pekerja seks komersial di balai rehabilitasi sosial wanita utama, dan data skunder diperoleh dari ketua, fasilitator dan

6

Ishak Abdulhak, Penelitian Tindan dan Pendidikan Nonformal (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hlm. 2.

7

Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.

petugas yang ada di balai rehabilitasi sosial wanita Utama.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk mengetahui data dari sumber yang diwawancarai, metode observasi untuk mengamati bagaimana kegiatan itu berjalan, dan metode dokumentasi untuk memperkuat hasil dari wawancar dan observasi.

Peneliti menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif dengan metode deduktif yang peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan.8 Metode ini dipilih untuk menguji teori dengan pendapat, observasi dan dokumentasi di lapangan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Balai Rehabilitasi sosial “Wanita Utama” Surakarta-I sudah ada sejak Pemerintahan Keraton Surakarta pada waktu itu terkenal dengan sebutan wangkung, yaitu tempat penampungan bagi orang-orang yang

(7)

4

mengalami permasalahan kesejahteraan social. Pada periode selanjutnya hingga sekarang sebagai balai rehabilitasi bagi para eks pekerja seks komersial, yang disebut sebagai penerima manfaat.

Balai Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama” Surakarta-I berupaya memulihkan harga diri serta kemandirian para penerima manfaat dengan program pelayanan dan rehabilitasi social melalui kegiatan-kegiatan penyantunan dan pembinaan agar kedepan para penerima manfaat dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Program pelayanan dan rehabilitasi yang dilaksanakan ini tentunya tidak lepas dari aktifitas pembinaan pendidikan akhlak yang dijadikan sebagai salah satu jenis pembinaan yang diterapkan untuk membentuk perilaku islami para penerima manfaat di Bahersos wanita utama Surakarta –I.

A.Pengaruh Pendidikan Akhlak Terhadap

Perilaku Eks Pekerja Seks Komersial

Bahersos Wanita Utama Surakarta - I

Pengertian akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan apabila dibutuhkan, tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu dan tidak membutuhkan dorongan dari luar.

Sesuai dengan pengertian tersebut balai rehabilitasi sosial wanita utama Surakarta- I

telah mengupayakan pelaksanaan pendidikan akhlak agar para penerima manfaat dapat berperilaku dan berakhlak yang baik sehingga menjadi sebuah kebiasaan para penerima manfaat untuk melakukannya secara spontan.

Akhlak merupakan sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Oleh sebab itu, akhlak tidak dapat dipisahkan dari aqidah maupun ibadah. Karena itu, ruang lingkup akhlak meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang kehidupan. Sesuai dengan pernyataan tersebut balai rehabilitasi telah menanamkan sikap dan perbutan yang nantinya menjadi cerminan akhlak yang baik bagi penerima manfaat, seperti dalam kegiatan sholat berjamaah di Musola Khoirunnisa dan pemberian materi pada sore harinya oleh pembimbing keagamaan.

Sesuai yang tercantum di bab II pendidikan akhlak merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik dan terpuji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.

(8)

5

usaha untuk membimbing para penerima manfaat dengan cara melakukan sholat berjamaah, bekerja bakti membersihkan lingkungan asrama, saling menghormati dan menghargai, bertingkah laku yang baik sehingga menjadi suatu kebiasaan.

Masalah akhlak menjadi barometer tinggi rendahnya derajat seseorang. Sekalipun orang pandai setinggi langit, tetapi jika suka melanggar norma agama atau melanggar peraturan pemerintah, maka ia tidak dapat dikatakan seorang yang mulia.

Dasar pendidikan akhlak bersumber

pada kitab suci al Qur’an disertai Sunnah Rasul Muhammad SAW. Di Balai

Rehabilitasi Sosial “Wanita Utama”

Surakarta I sangat dibutuhkan perhatian khusus untuk pembenahan mental para Eks Pekerja Seks Komersial yang terdaftar sebagai penerima manfaat, karena mental, akhlak dan perilaku mereka yang masih labil,

dan belum bersumber pada al Qur’an dan

Sunnah Rasul.

Pada dasarnya penanganan masalah tuna susila dalam balai merupakan serangkaian pelayanan proses penyantunan dan rehabilitasi didalam balai. Kegiatan yang ada didalam panti diharapkan dapat merubah pandangan dan cara berfikir para penerima manfaat agar sesuai dengan ajaran Islam dan berakhlak mulia ketika kembali di

masyarakat dan mengembalikan citra diri dalam pandangan masyarakat.

Pendidikan akhlak dibalai rehabilitasi sosial diharapkan kepada para penerima manfaat memahami pendidikan akhlak Islam secara sebenar-benarnya, yaitu dengan melakukan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya yang didalamnya termasuk meninggalkan perzinaan. Pendidikan akhlak dikatakan berhasil jika alumni Balai yang pernah tinggal di panti rehabilitasi sosial tidak terjun lagi dalam bisnis asusila tersebut.

1. Evaluasi di Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta -1

Evaluasi pendidikan akhlak dibalai rehabilitasi dilakuakan untuk mengetahui perubahan para penerima manfaat sebelum datang dibalai sampai keluar dari balai selama 6 bulan dengan cara non tes yang dilakukan dengan wawancara dan pengamatan terhadap perilaku penerima manfaat.

(9)

6

yang sesuai dengan tuntunan AlQur’an

dan tidak kembali pada dunia prostitusi. Disamping itu ada bimbingan langsung antara pembimbing dan penerima manfaat secara individu atau konseling, biasanya para penerima manfaat selalu menuangkan segala keluh kesah mereka kepada pembimbing masing-masing terutama tentang masalah yang dihadapi didalam asrama antara penerima manfat satu dengan yang lain, dan bagaimana terealisasinya perkembangan materi yang telah disampaikan oleh fasilitator kepada penerima manfaat baik di gunakan dalam kegiatan sehari-hari di balai sebagai upaya untuk perubahan perilaku para eks dari yang sebelumnya bersikap arogan dan seenaknya menjadi mempunyai akhlak yang baik bersopan santun dan saling menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain.

Dari hasil evaluasi tersebut kendala pertama para penerima manfaat biasanya mengeluhkan tentang hubungan antar sesama penerima manfaat yang satu dengan yang lain dan rasa jenuh dan bosan dengan kegiatan yang ada dan orang-orang yang sama, telah disebutkan bahwa berakhlak baik terhadap orang lain adalah keharusan

tapi pola lingkungan hidup mereka yang berbeda sebelumnya, sehingga dibalai mereka diwajibkan secara perlahan bisa saling bertoleransi dalam kegiatan apaun di asrama dari ketidak cocokan antara yang satu dengan yang lain.

B.Faktor Pendukung dan Penghambat

dalam Pendidikan Akhlak di Bahersos

“Wanita Utama” Surakarta-1

1. Faktor Pendukung dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak terhadap perilaku penerima manfaat

a. Dukungan dari pemerintah dan Masyarakat, pemerintah Jawa Tengah memberikan kewenangan penuh terhadap Balai Rehabilitasi Wanita Utama untuk membimbing dan mengarahkan para eks agar nantinya tidak kembali pada dunia prostitusi. Masyarakat disekitar juga mendukung penuh kegiatan pembinaan para eks di Balai Rehabilitasi Sosial sehingga para penerima manfaat dapat mengembalikan citra diri mereka dalam pandangan masyarakat setelah kelur dari Balai.

(10)

7

manfaat senantiasa ditumbuhkan dan dijaga oleh pihak Balai untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi penerima manfaat.dan Lingkungan yang mendukung dalam kegiatan pelaksanaan pembinaan akhlak yang dilakukan di sore hari membuat penerima manfaat lebih rileks dalam menyerap materi-materi yang diberikan

c. Kinerja yang baik dari pihak Balai dalam setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan dan pembinaan khususnya pembinaan pendidikan akhlak , terlihat dari turut andilnya semua karyawan/ karyawati bahersos didalam suatu program pembinaan rutin harian.

d. Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pada kegiatan keagamaan ruangan yang luas di aula dan metode yang digunakan membuat para penerima manfaat dapat menyerap materi yang diberikan secara baik.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan akhlak terhadap perilaku penerima manfaat:

a. Ketidakcocokan yang dirasakan oleh beberapa penerima manfaat terhadap pembimbing, penerima manfaat

terkadang mengeluhkan ketidakcocokan pada metode yang diberikan saat pemberian materi ataupun saat bertegur sapa.

b. Rasa bosan para penerima manfaat dikarenakan terjadinya pengulangan di dalam metode yang disampaikan. Dilihat dari Tidak dibedakannya pemberian materi kepada penerima manfaat yang baru datang dan penerima manfaat yang lama, sehingga materi yang disampaikan diberikan secara berulang-ulang. c. Belum adanya klasifikasi

penyampaian materi berdasarkan umur/ kedewasaan penerima manfaat.

Pembinaan pendidikan akhlak yang dijalankan Bahersos bukanlah hal yang mudah. Bahersos harus memberikan pengertian yang besar kepada penerima manfaat bahwa untuk menjalankan kehidupan haruslah sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan dalam agama dan juga sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

(11)

8

dalam kehidupan sehari-hari serta mengembangkan diri mereka pada kegiatan yang lebih bermanfaat untuk bekal kehidupan di akhirat kelak

Perubahan perilaku membutuhkan waktu yang cukup panjang dan lama, apalagi merubah perilaku para eks pekerja seks komersial yang sebelumnya tidak mengenal Tuhan dan yang sudah tau tapi tidak percaya sangangatlah sulit, sehingga pendidikan Akhlak dirasa sangat dibutuhkan dan penting untuk para penerima manfaat dibalai.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan akhlak terhadap perilaku eks pekerja seks komersial di Balai Rehabilitasi Sosial (Bahersos) Wanita Utama Surakarta I, maka dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh Pendidikan Akhlak terhadap Perilaku Penerima Manfaat

Pendidikan akhlak yang diajarkan pada Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Surakarta merupakan pendidikan non-formal yang dibimbing langsung oleh para fasilitator dari Balai

Rehabilitasi Sosial dan beberapa lembaga lainnya. Meskipun ada beberapa penerima manfaat yang belum menerapkan kegiatan-kegiatan yang diajarkan dan menerapkannya, tetapi fasilitator selalu berusaha memberikan pengarahan tentang pentingnya memiliki akhlak yang baik, dan berperilaku yang baik sesuai ajaran Islam kepada para penerima manfaat.

Pendidikan akhlak di Balai Rehabilitasi Sosial diajarkan kepada para penerima manfaat untuk memahami pendidikan akhlak Islam secara sebenar-benarnya, yaitu dengan menjalani segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya yang di dalamnya termasuk meninggalkan perzinaan.

(12)

9

Penerima Manfaat mulai merubah sifat-sifat yang tidak sesuai menjadi lebih baik berakhlak dan bermoral, sehingga setelah keluar dari balai para penerima manfaat telah memiliki bekal untuk kembali pada masyarakat dan tidak kembali pada dunia Prostitusi. Perubahan perilaku dibutuhkan waktu yang cukup lama dan panjang sehingga waktu 6 bulan masih belum cukup untuk mengetahui perubahan perilaku penerima manfaat.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Pendidikan Akhlak terhadap Perilaku Penerima Manfaat Faktor pendukung pendidikan akhlak di bahersos meliputi: Pertama, dukungan dari Pemerintah dan Masyarakat. Kedua, pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi dan Lingkungan yang mendukung. Ketiga, kinerja yang baik dari pihak Balai dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Keempat sarana dan prasarana yang mendukung, Kelima, suasana senantiasa ditumbuhkan dan dijaga oleh pihak balai dalam menciptakan suasana yang nyaman.

Adapun faktor penghambatnya meliputi: Pertama, ketidakcocokan yang dirasakan oleh beberapa penerima manfaat terhadap penerima manfaat yang lain dan pembina. Kedua, rasa bosan para penerima

manfaat dikarenakan metode yang disampaikan. Ketiga, tidak dibedakannya pemberian materi sehingga materi yang disampaikan diberikan secara berulang-ulang.

B.SARAN – SARAN

1. Kepala Balai

Berhasilnya pelayanan dan Rehabilitasi Sosial yang diberikan kepada pihak penerima manfaat akan terlihat pada perubahan tingkah laku, cara berfikir, hasil keputusan yang diambil dan tidak terjunnya lagi para penerima manfaat pada dunia prostitusi setelah kembali kemasyarakat setelah mengikuti bimbingan di Balai. Adapun kegiatan pelayanan dan rehabilitasi menjadi baik jika pada pelaksanaaannya di dukung dengan memaksimalkan kembali kegiatan-kegiatan yang belum berjalan optimal dan selanjutnya dilakukan pengawasan secara kontinyu, tidak hanya pengawasan perubahan perilaku para Penerima Manfaat di Balai tetapi juga untuk dilakukan tinjauan setelah para penerima manfaat keluar dari Balai

Rehabilitasi “Wanita Utama” untuk

(13)

10

C. Fasilitator

Fasilitator merupakan public figur bagi penerima manfaat, dimana setiap tingkah laku, tutur kata serta pembawaan fasilitator akan diperhatikan. Oleh karena itu alangkah baiknya bagi seorang fasilitator untuk lebih memberi contoh dan perilaku yang baik sebagai upaya perubahan perilaku penerima manfaat. Selain itu juga perlu mematangkan kembali dalam penyusunan materi yang akan disampaikan selama satu periode, sehingga dalam penyampaian materi tidak terjadi pengulangan, terutama materi akhlak. Alangkah baiknya jika materi akhlak tidak hanya dituangkan dan diberikan dalam bentuk cerita yang mengandung hikmah karena mengingat pentingkan pendidikan akhlak bagi para penerima manfaat, perlu menambah metode pembinaan Akhlak. Misalnya dengan cara berdiskusi dibentuk kelompok dan dilakukan diluar Musola sebagai upaya untuk menciptakan komunikasi dan suasana kekeluargaan antar penerima manfaat selalu terjaga dan kompak sehingga tercipta akhlak yang baik bagi sesama penerima manfaat dan warga Balai.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi. Minhajul Muslim. 2010. Malang: PT. Megatama Sofwa Pressindo Terjemah oleh Mustofa aini, Amir Hamzah Fachrudin, Kholif Mutaqin Andry Pramudya. Konsep Islam. Dasar

pendidikan akhlak.(http://www. Konsep Islam - ميهافملاةيماسإا - Islamic Concept Dasar Pendidikan Akhlak.html) diakses tanggal 2 Agustus 2014.

Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Burhanudin, Yusuf. 1999. Kesehatan mental. Bandung : Pustaka Setia

Daud, Muhammad ali. 1998. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Grafindo persada

Harirotunnadhiroh. Fungsi dan tugas Tutor Fasilitator dalam Pendidikan Orang Dewasa.

(14)

11

Ilyas,Yanuar. 1999. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.

Ishak, Abdulhak, 2012. Penelitian Tinadan dan pendidikan nonformal. Jakarta: Rajawali pers

Kitab Undang-undang Hukum Pidana Buku Kedua Pasal 296

Koentjoro. 1999. Pelacur dan Resosialisasi antara patologi dan Rehabilitasi Sosial.

Laporan penelitian. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Moleong J, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nata, Abudin. 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Shobron, Sudarno, dkk. 2013. Studi Islam 1. Surakarta: Lembaga Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Soekarno. 2012. Pendidikan Akhlak.(http://naimsoekarno81.blogspot .com/2012/03/pendidikan-akhlak.html) diakses tanggal 18 November 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Sarana Penyediaan air kebakaran ( reservoir , tangki/ tandon, kolam renang yang berdekatan dengan tempat kejadian kebakaran) harus diberi tanda petunjuk yang mudah terlihat.

Di dalam bidang pemerintahan, Administrator Pelabuhan/Kepala Pelabuhan bertindak selaku koordinator atas seluruh kegiatan baik menyangkut instansi pemerintah

Atraksi wisata air dilihat sebagai jenis atraksi yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh kawasan Rowo Jombor Permai yang sebagian besar berupa kawasan wisata air.. Cukup

dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pemberian mulsa, kedalaman saluran. drainase, dan jarak antar saluran

Output dari moot court, diharapkan mengantarkan peserta didik mahasiswa fakultas hukum dapat menggali potensi diri dalam penguasaan materi yang diajarkan dengan

penelitian ini akan saya pergunakan untuk tujuan ilmiah yaitu untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga dan Suasana Cafe Terhadap

4.6.2 Pengaruh Management Accounting System dalam Memoderasi Hubungan Antara Process Quality Management dengan Kinerja Kualitas Internal Produk

Tingkat kelangsungan hidup larva ikan patin yang diberi pakan artemia dan kombinasi artemia-pakan campuran yang berbeda pada hari ke-18... Namun tidak berbeda nyata dengan