LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Asumsi Masalah ... 6
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Budaya Organisasi ... 9
1. Pengertian Budaya Organisasi ... 9
2. Unsur-unsur Budaya ... 10
3. Unsur-unsur Budaya Organisasi ... 11
4. Karakteristik Budaya Organisasi ... 12
5. Peran Budaya Organisasi ... 14
6. Fungsi Budaya Organisasi ... 16
7. Mitos Budaya Organisasi ... 16
8. Tipe Budaya Organisasi ... 19
B. Konsep Budaya Sekolah ... 22
2. Manifestasi Budaya dan Karakteristik Budaya Sekolah... 22
3. Fungsi Budaya Sekolah ... 25
4. Aspek Budaya Sekolah ... 25
5. Menciptakan dan Mempertahankan Budaya ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31
B. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 32
C. Pengumpulan Data ... 33
1. Wawancara ... 41
2. Observasi ... 53
3. Studi Dokumentasi ... 59
D. Analisis Data ... 61
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 63
1. Temuan Umum (Deskripsi Lokasi Penelitian) ... 63
2. Temuan Khusus (Temuan Penelitian Di Lapangan)... 68
B. Pembahasan ... 98
1. Ciri Khas Nilai Budaya Sekolah Pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School ... 98
2. Pembentukan Budaya Sekolah Pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School ... 99
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 104
B. Implikasi ... 105
C. Rekomendasi ... 105
1. Bagi Yayasan Daarut Tauhiid... 106
2. Bagi Pihak Sekolah ... 106
3. Bagi Pihak Luar Sekolah ... 106
2.1 Manifestasi Budaya ... 22
3.1 Desain Penelitian ... 31
3.2 Kisi-kisi Penelitian ... 35
3.3 Pedoman Wawancara ... 44
3.4 Pedoman Observasi ... 59
DAFTAR GAMBAR
2.1 Tipe Budaya Organisasi ... 21
2.2 Proses Sosialisasi ... 29
2.3 Pembentukan Budaya Organisasi………....30
3.1 Tiga Komponen Pokok Dalam Observasi ... 54
3.2 Macam-macam Teknik Observasi Menurut Sugiyono ... 55
3.3 Tahap Observasi Menurut Sugiyono ... 57
4.1 Visi dan Misi SMK Daarut Tauhiid Boarding School ... 73
4.2 Peraturan Yayasan Daarut Tauhiid ... 80
4.3 Buku Mutabaah Harian Siswa ... 80
4.4 Kebiasaan Warga Sekolah... 84
4.5 Tes Wawancara Orang Tua ... 87
4.6 Tes Wawancara Siswa... 88
Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian ... 109
Lampiran 2 Pedoman Wawancara, Studi Dokumentasi dan Observasi ... 114
Lampiran 3 Hasil Pengolahan Studi Dokumentasi di Lapangan ... 130
Lampiran 4 Hasil Pengolahan Observasi di Lapangan ... 147
Lampiran 5 Hasil Pengolahan Wawancara di Lapangan ... 159
Lampiran 6 Administrasi Persuratan dan Catatan Bimbingan ... 219
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam suatu masyarakat, pendidikan memiliki visi kehidupan
dalam hidup di masyarakat. Pendidikan juga merupakan proses menaburkan
benih-benih budaya dam peradaban manusia yang hidup yang dinafasi
nilai-nilai atau visi yang berkembang dalam masyarakat. Transfer nilai-nilai-nilai-nilai budaya
paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern
proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara
formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan
pendidikan formal. Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan
yang erat yang berkenaan dengan hal nilai-nilai (HAR Tilaar, 1998, hal. 7).
Manusia diciptakan tuhan dengan sempurna dan memiliki akal dan
pikiran. Namun tuhan menciptakan manusia dengan berbeda-beda sekalipun
manusia tersebut terlahir dengan kembar. Begitu pun dengan organisasi yang
sejenis seperti sekolah, tidak dapat menampilkan budaya yang sama. Seperti
halnya pribadi seseorang, organisasi slalu unik dan ingin tampil khas. Masing
-masing organisasi memiliki budayanya sendiri-sendiri, oleh karena itu,
budaya organisasi juga dengan sifat-sifat internal organisasi yang dapat
membedakannya dengan organisasi lain. Budaya organisasi ini dapat tampil
melalui tradisi-tradisi, metode tindakannya sendiri yang secara keseluruhan
menciptakan suatu iklim (Keits Davis dan John Newstorm, 1985, hal. 21).
Sekolah merupakan sebuah organisasi formal dalam bidang
pendidikan. Setiap sekolah memiliki budaya masing-masing, yang di mana
setiap budaya sekolah membawa kearah yang positif untuk tercapainya tujuan
sekolahnya. Menurut Deal dan Kent (1999, hal. 26) mendefinisikan budaya
keyakinan dan nilai - nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga suatu masyarakat. Kualitas kehidupan sekolah, baik yang terwujud dalam kebiasaan kerja maupun kepemimpinan dalam hubungan tersebut tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan keyakinan tertentu yang dianut sekolah.
Kehidupan di sekolah serta norma-norma yang ada dan berlaku di
dalamnya dapat disebut sebagai budaya sekolah. Walaupun budaya sekolah
merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat luas, namun memiliki ciri-ciri
yang khas sebagai sebuah sub-culture. Sekolah memiliki tugas untuk
menyampaikan kebudayaan pada generasi berikutnya dan karena itu tetap
harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum. Di sekolah
itu sendiri muncul suatu pola kelakuan tertentu. Hal ini mungkin karena 3
sekolah mempunyai kedudukan yang agak terpisah dari arus umum
kebudayaan. Menurut S. Nasution (1999, hal. 64) munculnya kebudayaan
sekolah ialah menjadi tugas sekolah yang khas untuk mendidik anak-anak
dengan menyampaikan sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
sesuai dengan kurikulum dengan metode teknik kontrol tertentu.
Budaya sekolah diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sekolah
berfungsi, seperti apakah mekanisme internal sekolah terjadi. Karena warga
sekolah masuk ke sekolah dengan bekal budaya yang mereka miliki. Sebagian
bersifat positif, yaitu yang mendukung kualitas pembelajaran. Sebagian yang
lain bersifat negatif, yaitu yang menghambat usaha peningkatan kualitas
pembelajaran. Elemen penting budaya sekolah adalah norma, keyakinan,
tradisi, upacara keagamaan, seremoni, dan mitos yang diterjemahkan oleh
sekelompok orang tertentu. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan atau
perbuatan yang dilakukan oleh warga sekolah secara terus menerus. Bagi para
siswa, tidaklah diberikan mata pelajaran budaya sekolah. Tetapi secara tidak
langsung mereka akan memperolehnya melalui tindakan sehari-hari,
nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan yang baik maupun buruk dari berbagai
3
dari sesama siswa. Inilah yang akan diserap dan diyakini oleh siswa sebagai
budaya sekolah.
Sekolah wajib memperhatikan persepsi setiap orang yang berkunjung
ke sekolah. Sebab, seseorang yang datang berkunjung akan menganggap
kesan pertama yang dijumpainya sebagai budaya sekolah, yaitu ketika ia
melihat guru-guru saling berinteraksi, ketika ia melihat sikap siswa-siswa
yang dijumpai baik di dalam maupun di luar kelas, tidak terkecuali sikap
kepala sekolah saat berdialog dengannya. Perbaikan pada sistem
persekolahan, pada intinya adalah membangun sekolah dengan kekuatan
utama sekolah yang bersangkutan. Perbaikan mutu sekolah memerlukan
pemahaman oleh warga sekolah terhadap budaya sekolah. Melalui
pemahaman terhadapa budaya sekolah, maka fungsi sekolah dapat dipahami
pula dan pengalaman-pengalamannya dapat direfleksikan. Oleh sebab itu,
dengan memahami budaya sekolah akan dapat diusahakan tindakan nyata
pada peningkatan mutu sekolah.
Budaya sekolah bersifat dinamik, milik kolektif, merupakan hasil
perjalanan sejarah sekolah, produk dari interaksi berbagai kekuatan yang
masuk ke dalam sekolah. Untuk itu sekolah perlu menyadari keberadaan
aneka budaya sekolah yang bersifat positif, negatif maupun netral. Nilai-nilai
dan keyakinan yang merupakan bagian utama dari budaya sekolah ini tidak
akan hadir dalam waktu singkat. Tetapi butuh proses yang rumit dan waktu
yang cukup lama.
Budaya sekolah yang kondusif juga mensyaratkan adanya partisipasi
seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan. Secara
manajerial, kepala sekolah yang bertanggung jawab, tetapi secara operasional
menjadi tugas seluruh warga sekolah termasuk pemangku kepentingan
pendidikan. Implikasinya, semangat dan nilai-nilai kebersamaan, keterbukaan,
disiplin diri dan tanggung jawab harus senantiasa mewarnai 5 pembentukan
struktur organisasi sekolah, penyusunan deskripsi tugas, prosedur kerja,
antar warga sekolah, acara-acara ritual dan seremonial sekolah.
Keseluruhannya secara kooperatif akan menentukan bentuk perilaku sistem
sekolah, perilaku kelompok atau perorangan warga sekolah, yang meliputi
latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Boarding School Adalah SMK
yang mengajarkan IT (informatika dan Teknologi) dan Akuntansi serta telah
mendapat Akreditasi Baik Sekaligus Menerapkan nilai-nilai Tauhiid Dan
Akhlakul Karimah dengan Sistem Pondok Pesantren. SMK Daarut
Tauhiid Boarding School sebagai Lembaga pendidikan yang baru berupaya
untuk ikut Andil dalam ikhtiar mencerdaskan bangsa dengan memadukan
sistem pendidik (kurikukulum) formal dengan sistem pendidik (kurikulum)
pesantren Daarut Tauhiid.
SMK Daarut Tauhiid Boarding School memiliki peraturan dan tata
tertib yang cukup ketat. Budaya sekolah pada SMK ini sangat kental dengan
kedisiplinanya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di lapangan, bahwa SMK
ini menjunjung nilai-nilai agama yang kuat. Seperti kejujuran. Nilai kejujuran
ini ditanamkan pada kehidupan sehari- hari. Contohnya ketika di kelas adanya
budaya tidak mencontek. Budaya disiplin yang baik dilakukan dari hal- hal
kecil seperti : merapihkan sepatu sebelum masuk kelas, membaca doa
sebelum dan sesudah belajar, membersihkan ruang kelas sebelum belajar,
sholat berjamaah dan lain sebagainya. Setiap hari selasa sampai dengan hari
sabtu seluruh siswa melaksanakan apel pagi dengan di isi tausyiah agama.
Sedangkan setiap hari kamis guru, kepala sekolah dan staf-staf yang lain
melaksanakan pengajian.
Dari hasil studi pendahuluan di atas dapat disimpulkan banyaknya
temuan-temuan yang sangat unik dan mengingat pentingnya hal tersebut
5
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yaitu batasan atau ruang lingkup masalah yang akan diteliti agar
lebih jelas dan fokus dalam meneliti. Adapun fokus penelitian sebagai berikut :
1. Ciri khas budaya sekolah pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School
2. Pembentukan budaya sekolah pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan temuan
mengenai Budaya Sekolah pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini, meliputi :
2.1 Untuk mengetahui ciri khas budaya sekolah pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
2.2 Untuk mengetahui pembentukan budaya sekolah pada SMK Daarut
Tauhiid Boarding School
D. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan pasti adanya suatu manfaat tersendiri. Adapun
Manfaatnya yaitu :
1. Secara Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan dalam pengembangan ilmu
administrasi mengenai budaya sekolah.
2. Secara Praktis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar dapat menambah
wawasan pengetahuan dan pengembangan pola pikir serta mampu
menganalisis dalam mengkaji penelitian tentang budaya sekolah.
b. Bagi Pihak Lembaga (Sekolah)
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan dorongan
serta masukan yang relevan terkait dengan penelitian dan juga
mempertahankan ciri khas budaya sekolah yang sudah ada serta lebih
memajukan dan mengembangan budaya sekolahnya.
c. Bagi Departemen Administrasi Pendidikan
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan serta
referensi bagi Departemen Administrasi Pendidikan
E. Asumsi/Anggapan Dasar Masalah
Asumsi dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
berdasarkan berbagai sumber, yang akan dijadikan dasar untuk membuat hipotesis
yang harus dirumuskan secara jelas dan asumsi akan menjadi landasan teori dalam
laporan hasil penelitian. Berikut beberapa asumsi dasar yang mendasari
dilakukannya penelitian ini, diantaranya :
1. Setiap Sekolah memiliki budaya sekolah yang khas. Budaya sekolah dapat
dibedakan menjadi dua yaitu adanya budaya sekolah yang positif dan negatif.
Budaya sekolah yang positif bersumber dari keyakinan agama, adat istiadat dan
etika dan hal itu semua dapat dirumuskan dari visi dan misi dari sekolah
tersebut.Sedangkan budaya sekolah yang negatif bersumber dari
perilaku-perilaku yang negatif dan kebiasaan kebiasaan yang negatif.
2. Budaya Sekolah merupakan keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang
menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga suatu masyarakat. Mulai
dari nilai-nilai yang dianut, kebiasaan yang dilakukan, serta tindakan-tindakan
yang ditunjukan oleh personil sekolah sehingga dapat membentuk kesatuan dari
7
3. Budaya sekolah dapat dibentuk melalui visi dari seorang pendiri, proses
pemilihan, adanya proses manajemen puncak dan proses sosialisasi yang ada di
sekolah tersebut.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam struktur organisasi ini, penulis sajikan beberapa komponen yang
saling terintegrasi satu sama lain yang disusun secara terarah dan sistematis.
Struktur organisasi skripsi terdiri dari :
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Halaman Pernyataan
Kata Mutiara
Abstrak
Kata Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Bab 1 Pendahuluan
Bab II Kajian pustaka/Landasan Teori
Bab III Metode Penelitian
Bab IV Temuan dan Pembahasan
Bab V Simpulan, Implikasi & Rekomendasi
Daftar Pustaka
Lampiran
Berikut ini penulis uraikan kelima sistematika umum yang telah
Nomor 4518/UN40/HK/2014 Tentang Pedoman Pebulisan Karya Ilmiah
Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2014 yaitu :
Pada bagian awal, terdiri dari judul penelitian yang diambil, lembar
pengesahan, pernyataan keaslian skripsi dan bebas plagiarisme, kata mutiara,
ucapan terima kasih sebagai bentuk apresiasi serta ungkapan rasa syukur penulis
kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan skripsi, adanya
abstrak yang menggambarkan secara general atau uraian singkat dari keseluruhan
isi skripsi, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Pada bagian inti, struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab. Bab I
merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang menggambarkan
alasan rasional dan pentingnya permasalahan untuk diteliti, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, serta struktur organisasi
skripsi. Bab II terdiri dari kajian pustaka yang menjadi acuan penelitian dari segi
teoritis dan konseptual, hasil penelitian terdahulu.. Bab III membahas tentang
desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis
data. Pada bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan dan
mendeskripsikan hasil temua yang berada di lapangan dan pembahasan. Bab lima
memuat simpulan, implikasi & rekomendasi.
Terakhir adalah bagian penutup dari skripsi terdiri dari daftar pustaka
yang berisi sumber rujukan beserta lampiran-lampiran yang diperlukan untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2003, hal. 11) desain penelitian adalah “Semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, mulai tahap
persiapan sampai tahap penyusunan laporan.”
Sedangkan menurut Husein Umar (2005, hal. 54) desain penelitian adalah
“Rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa agar
diperoleh jawaban atas pertanyaan - pertanyaan penelitian.”
Dari uraian definisi di atas menurut Moh. Nazir dan Husein Umar, penulis
berasumsi bahwa desain penelitian merupakan keseluruhan proses dalam
pelaksanaan penelitian mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaksanaan dengan cara memilih, mengumpulkan dan menganalisis data yang
diteliti pada waktu tertentu.
Adapun desain penelitiannya yaitu :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Peneliti sebagai - Pengamatan - Data & informasi Instrumen - Wawancara - Kesimpulan
- Studi Dokumentasi - Rekomendasi
Studi Pendahuluan
MasukanM pProses
Penelitian
B. Partisipan dan Tempat penelitian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia partisipan adalah “orang yang ikut
berperan serta dalam suatu kegiatan”. Dalam melaksanakan penelitian harus
adanya orang-orang yang terlibat untuk membantu jalannya penelitian.
Adapun orang-orang yang terlibat dalam penelitiannya ini yaitu Direktur
pendidikan, kepala sekolah, guru, TAS, mudaris dan mudarisah serta siswa
SMK Daarut Tauhiid Boarding School.
Tempat penelitian merupakan lokasi dimana peneliti akan melakukan
penelitian untuk memperoleh data dan fakta berkenaan dengan permasalahan
yang akan diteliti dan tertuang pada fokus penelitian. Tempat ataupun
wilayah yang akan dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMK Daarut
Tauhiid Boarding School sebagai tempat penelitiannya.
C. Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil
penelitian yaitu : kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan
data. Instrument penelitian merupakan suatu hal yang paling krusial dalam
suatu penelitian. Hal ini karena instrument penelitian merupakan acuan yang
akan dijadikan sebagai guide line peneliti dalam melakukan penelitian.
Semenarik apapun permasalahan yang akan diteliti, jika peneliti tidak mampu
mengungkapkan apa yang terjadi dalam fenomena yang akan diteliti maka
penelitian itu tidak akan ada artinya. Djam’an Satori (2007, hal.9)
mengemukakan bahwa “instrument penelitian merupakan tumpahan teori dan
pengetahuan yang dimiliki si peneliti mengenai fenomena yang diharapkan
mampu mengungkap informasi-informasi penting dari fenomena yang
diteliti”.
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada instrument baku yang menjadi
acuan dalam penelitian. Disini yang berperan sebagai instrument penelitian
adalah si peneliti itu sendiri. Djam’an Satori (2007, hal.10) mengatakan
bahwa :
33
penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun secara logistiknya.
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa peneliti dalam
penelitian kualitatif memiliki peran yang sangat penting, semakin luas
penguasaan peneliti terhadap teori serta semakin luas wawasan peneliti maka
semakin banyak informasi yang dihasilkan. Peneliti harus mampu untuk
mendapatkan berbagai informasi penting dengan menggunakan pedoman
wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi yang dijabarkan
dari kisi-kisi penelitian yang telah dibuat sebelumnya sebagai acuan dalam
mendapatkan informasi yang dicari. Sehingga tidak salah jika Sugiyono
menyebutkan peran peneliti sebagai key instrument dalam proses penelitian
kualitatif (Djam’an Satori, 2007, hal.10).
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Bila dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat
dilakukan interview (wawancara), observasi (pengamatan) dan studi
dokumentasi.
Berikut perangkat-perangkat penelitian yang digunakan peneliti dalam
Tabel 3.2 Kisi-kisi penelitian
No Fokus
Penelitian
Indikator
( hal – hal yang diteliti ) Bentuk Pengumpulan Data
Sumber Data Kode
1. Ciri khas budaya sekolah
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Visi dan misi SMK Daarut
Tauhiid Boarding school
Wawancara Diperoleh dari Kepala
Sekolah, mudaris atau
mudarisah, TAS dan guru.
BSCK-VM
Studi Dokumentasi Diperoleh dari data profil
sekolah berupa foto atau file
Pengamatan Diperoleh dari hasil
pengamatan kegiatan yang
dilakukan warga sekolah
Nilai - nilai yang dianut SMK
Daarut Tauhiid Boarding School
Wawancara Diperoleh dari kepala
sekolah, guru, mudaris dan
siswa
BSCK-NA
Studi Dokumentasi Diperoleh dari data sekolah
berupa renstras, RKAS, dan
35
Pengamatan Diperoleh dari hasil
pengamatan kegiatan yang
dilakukan warga sekolah
sehari-hari termasuk artifak
yang ada di lingkungan
sekolah.
Keberaturan cara bertindak
para warga sekolah di SMK
Daarut Tauhiid Boarding School
Wawancara Diperoleh dari kepala
sekolah, mudaris atau
mudarisah, guru, TAS dan
siswa
BSCK-KCB
Studi Dokumentasi Diperoleh dari hasil data
sekolah berupa rekapan data
kegiatan yang dilakukan
warga sekolah sehari - hari
Pengamatan Diperoleh dari hasil
pengamatan kegiatan yang
dilakukan warga sekolah
sehari-hari
SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
sekolah, mudaris atau
mudarisah, guru dan siswa
Pengamatan Diperoleh dari hasil
pengamatan kegiatan yang
dilakukan warga sekolah
sehari - hari
Keyakinan yang diyakini oleh
warga SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Diperoleh dari kepala
sekolah, mudaris atau
mudarisah dan guru
BSCK-KEY
Pengamatan Diperoleh dari perilaku
kerja warga sekolah sehari -
hari
Peraturan -peraturan yang ada
di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Diperoleh dari Kepala
Sekolah, mudaris atau
mudarisah, guru, TAS dan
siswa
BSCK-PER
Studi Dokumentasi Diperoleh dari data sekolah
berupa tata tertib sekolah
37
Pengamatan Diperoleh dari perilaku taat
atau menyimpang dari
warga sekolah terhadap
peraturan yang berlaku di
sekolah
Kebiasaan-kebiasaan yang
ada di SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Kepala sekolah, mudaris
atau mudarisah, guru, orang
tua, siswa
BSCK-KEB
Pengamatan Diperoleh dari cara
menganalisis
kebiasaan-kebiasaan warga sekolah
sehari hari
Studi Dokumentasi Diperoleh dari data sekolah
berupa catatan atau rekapan
terlambat bagi warga
sekolah
2. Pembentukan budaya sekolah
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Proses seleksi atau pemilihan
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Diperoleh dari Kepala
sekolah, ketua panitia
pemilihan untuk warga
sekolah
Studi Dokumentasi Diperoleh dari data sekolah
berupa dokumen PSB,
Penerimaan pegawai
Pembinaan yang ada pada
SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Diperoleh dari kepala
sekolah, mudaris atau
mudarisah, guru dan TAS
BSPB-PP
Studi Dokumentasi Diperolehnya dari ospek
sekolah, rapat kerja, rapat
koordinasi.
Pengamatan Diperoleh dari hasil
pengamatan dari tindakan
kepala sekolah untuk warga
sekolah
Proses pembiasaan yang pada
SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
Wawancara Diperoleh dari kepala
sekolah, mudaris atau
mudarisah, guru, TAS serta
siswa
39
Studi Dokumentasi Diperolehnya dari kegiatan
di sekolah
Pengamatan Diperolehnya pengamatan
dari kegiatan sosialisasi
Dari kisi-kisi yang telah disusun diatas, selanjutnya peneliti menguraikan
dalam bentuk perangkat-perangkat penelitian berupa pedoman wawancara,
pedoman dokumentasi, dan pedoman observasi sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Wawancara menurut Esterberg dalam Djam’an (2010, hal. 130)
yaitu “Interview, a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. (Wawancara merupakan suatu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu).
Esterberg dalam Sugiyono (2011, hal. 319) mengemukakan beberapa
macam-macam wawancara yaitu “wawancara terstruktur, semi terstruktur,
dan tidak terstruktur”.
a. Wawancara terstruktur (Structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa
mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau
evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah yang dikaji dalam
penelitian. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi
pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan
wawancara terstruktur ini pula, pengumpul data dapat menggunakan
41
pewawancara mempunyai keterampilan yang sama, maka diperlukan
training kepada calon pewawancara.
b. Wawancara Semi terstruktur (Semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth
interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak
yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tak berstruktur (Unstructured interview)
Menurut Sugiyono (2011, hal. 320) wawancara tidak terstruktur
adalah “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya”. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan
dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang subyek yang diteliti. Untuk mendapatkan informasi
yang lebih mendalam tentang responden, maka peneliti dapat juga
menggunakan wawancara tidak terstruktur.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui
secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih
banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut,
maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang
lebih terarah pada suatu tujuan.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menggunakan teknik
wawancara tidak terstruktur sebagai langkah awal untuk mengetahui
informasi yang ingin dicari. Dalam hal ini peneliti lebih banyak
mendengarkan cerita dari informan. Setelah peneliti mendapatkan sedikit
langkah dengan metode wawancara semi struktur. Tujuannya agar lebih
bebas dan mudah untuk mencari informasi dan permasalahan yang lebih
jelas dan mendalam lagi. Dalam hal ini, peneliti membuat pertanyaan
terbuka kepada responden untuk dimintai jawaban yang jelas, pendapat
serta ide-idenya. Berikut uraian informasi yang dibutuhkan dan akan digali
43
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara
No Indikator Sumber Data Informasi yang dibutuhkan
1. Visi dan misi SMK Daarut
Tauhiid Boarding School
Kepala
Sekolah
1. Siapa yang membuat visi dan misi di sekolah ?
2. Apa tujuan sekolah membuat visi dan misi ?
3. Apa fungsi visi dan misi untuk sekolah ?
4. Apa indikator untuk mengetahui bahwa visi dan misi difahami
dan dilaksanakan oleh warga sekolah ?
5. Bagaimana proses perumusan visi dan misi sekolah terbentuk ?
6. Bagaimana kita tahu jika visi dan misi difahami oleh warga
sekolah ?
7. Apa upaya yang dilakukan agar visi dan misi difahami dan
dilaksanakan oleh warga sekolah ?
2. Nilai-nilai yang dianut SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah sekolah ini memiliki nilai - nilai yang dianut bersama
oleh warga sekolah ?
2. Apa saja nilai-nilai yang dianut oleh warga sekolah ?
3. Apa tujuannya sekolah memiliki nilai - nilai tersebut ?
3. Bagaimana nilai - nilai yang dianut oleh warga sekolah
4. Bagaimana prosesnya sehingga nilai - nilai itu dianut oleh semua
warga sekolah ?
5. Apakah dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh warga
sekolah mengandung nilai - nilai yang dianut ?
6. Apakah dari adanya nilai - nilai yang dianut oleh seluruh warga
sekolah merupakan awal proses terbentuknya suatu budaya
sekolah ?
3. Keberaturan cara bertindak
para warga sekolah di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah ada kebijakan cara bertindak untuk warga sekolah ?
2. Apakah cara bertindak warga sekolah di sesuaikan dengan
peraturan dan norma yang berlaku ?
3. Bagaimana jika ada tindakan dari warga sekolah yang
menyimpang ?
4. Norma yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apa saja norma-norma yang harus dilaksanakan oleh warga
sekolah ?
2. Apakah seluruh warga sekolah wajib melakukan norma tersebut
?
3. Bagaimana norma tersebut agar di lakukan oleh warga sekolah ?
5. Keyakinan yang diyakini oleh
warga SMK Daarut Tauhiid
1. Apakah sekolah ini mempunyai nilai yang diyakini ?
45
Boarding School 3. Apakah sesuatu hal yang diyakini oleh warga sekolah ini
merupakan hal terpenting yang harus dilakukan oleh warga
sekolah ?
4. Bagaimana caranya agar warga sekolah meyakini sesuatu hal
tersebut ?
6. Peraturan yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Bagaimana peraturan-peraturan yang ada di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School ?
2. Mengapa harus adanya peraturan - peraturan di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School ?
3. Siapa yang membuat peraturan - peraturan tersebut ?
4. Apakah selama ini warga sekolah sudah mengikuti
peraturan-peraturan yang ada di SMK Daarut Tauhiid Boarding School ?
5. Apakah peraturan guru dan siswa dibedakan ?
6. Bagaimana dengan hukuman atas pelanggaran
peraturan-peraturan tersebut ?
7. Kebiasan yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah warga sekolah memiliki kebiasaan - kebiasaan yang
dilakukan secara bersama-sama?
2. Bagaimana agar kebiasaan-kebiasaan yang baik agar dilakukan
oleh warga sekolah ?
membiasakan diri dengan kegiatan - kegiatan yang positif ?
8. Proses seleksi atau pemilihan
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
1. Bagaimana proses seleksi pada SMK Daarut Tauhiid Boarding
School ?
2. Apakah ada kriteria khusus untuk masuk ke SMK Daarut
Tauhiid Boarding School ? sebutkan !
9. Pembinaan yang ada pada
SMK Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Bagaimana proses pembinaan yang dilakukan di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School untuk warga sekolah ?
2. Hal- hal apa saja yang dilakukan untuk pembinaan bagi warga
sekolah SMK Daarut Tauhiid Boarding School ?
10. Proses pembiasaan yang pada
SMK Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apa pembiasaan yang dilakukan warga sekolah di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School ?
2. Bagaimana pembiasaan itu dapat dijalankan oleh seluruh warga
sekolah ?
3. Apakah ada hambatan dalam melakukan pembiasaan yang
47
No Indikator Sumber Data Informasi yang dibutuhkan
1. Visi dan misi SMK Daarut
Tauhiid Boarding School
Guru, Mudaris
dan
Mudarisah,
TAS
1. Apakah bapak/ibu memahami dan melaksanakan visi dan misi
yang ada di sekolah ?
2. Apakah dalam setiap kegiatan di asrama merujuk pada visi dan
misi sekolah ? contohnya ?
3. Apa upaya yang dilakukan bapak/ibu agar visi dan misi difahami
dan dilaksanakan ?
4. Apakah ada hambatan dalam melaksanakannya ?
2. Nilai-nilai yang dianut SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa sekolah ini mempunyai
nilai - nilai yang dianut seluruh warga sekolah ?
2. Apa yang bapak/ibu ketahui adanya nilai - nilai yang dianut oleh
seluruh warga sekolah ?
3. Apakah dalam setiap kegiatan yang ada di sekolah mengandung
nilai - nilai ? sebutkan contohnya ?
4. Apa tujuan dari nilai - nilai yang dianut oleh warga sekolah ?
3. Keberaturan cara bertindak
para warga sekolah di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
1. Bagaimana cara bertindak bapak/ibu dalam kegiatan sehari-hari ?
2. Apakah cara bertindak bapak/ibu di sesuaikan oleh peraturan dan
School
4. Norma yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah bapak/ibu sudah mengikuti norma-norma yang ada di
SMK Daarut Tauhiid Boarding School ?
2. Apa saja norma - norma yang bapak/ibu ketahui ?
5. Keyakinan yang diyakini oleh
warga SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
1. Apakah bapak/ibu meyakini suatu nilai yang diyakini oleh
seluruh warga sekolah ?
2. Apa saja hal - hal yang yang diyakini oleh warga sekolah ?
3. Bagaimana prosesnya agar hal-hal yang diyakini tersebut dapat
diyakini oleh seluruh warga sekolah ?
6. Peraturan yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah bapak/ibu sudah mengikuti peraturan-peraturan yang ada
di SMK Daarut Tauhiid Boarding School ?
2. Apakah bapak/ibu pernah melanggar peraturan-peraturan yang
ada di SMK Daarut Tauhiid Boarding School ?
3. Apa saja pelanggaran yang pernah dilakukan bapak/ibu ?
4. Apa hukuman dari pelanggaran yang pernah dilakukan bapak/ibu
?
7. Kebiasan yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apa saja kegiatan yang biasa dilakukan bapak/ibu ?
2. Apakah kebiasaan - kebiasaan yang dilakukan bapak/ibu
diterapkan diluar sekolah ?
49
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
School sangat sulit ?
2. Apa hambatan yang dialami bapak/ibu untuk masuk ke SMK
Daarut Tauhiid Boarding School ?
3. Syarat-syarat apa saja untuk bisa masuk ke SMK Daarut Tauhiid
Boarding School ?
9. Pembinaan yang ada pada
SMK Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah kepala sekolah memberikan pembinaan untuk bapak/ibu
?
2. Apa pembinaan yang selama ini telah diberikan oleh kepala
sekolah ?
3. Apakah dengan adanya pembinaan tersebut membuat bapak/ibu
memiliki banyak wawasan ?
10. Proses pembiasaan yang pada
SMK Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apa pembiasaan yang dilakukan warga sekolah di SMK Daarut
Tauhiid Boarding School ?
No Indikator Sumber Data Informasi yang dibutuhkan
1. Visi dan misi SMK Daarut
Tauhiid Boarding School
Siswa 1. Apa tujuan anda masuk SMK DTBS ?
2. Apakah kalian tahu visi dan misi SMK DTBS ?
2. Nilai-nilai yang dianut SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Menurut anda, apakah setiap kegiatan yang dilakukan siswa baik
di sekolah maupun di asrama mengandung nilai-nilai ?
2. Apa saja nilai-nilai yang anda ketahui ?
3. Apakah dengan nilai-nilai itu menjadikan kalian mematuhi aturan
yang berlaku ?
3. Keberaturan cara bertindak
para warga sekolah di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Bagaimana cara bertindak anda dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah maupun di asrama ?
2. Apakah kalian merasa bahwa cara bertindak yang dilakukan di
sekolah maupun asrama sesuai dengan peraturan dan norma
yang berlaku ?
3. Bagaimana cara bertindak anda di luar lingkungan sekolah
maupun asrama ? sudah sesuai dengan peraturan dan norma
yang berlaku ? sebutkan alasan !
4. Norma yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Apakah anda sudah mengikuti norma-norma yang ada di SMK
DTBS ?
51
5. Kebiasan yang ada di SMK
Daarut Tauhiid Boarding
School
1. Sebutkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di sekolah dan
asrama ?
2. Apakah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di sekolah dan
asrama dilakukan juga di rumah ?
6. Proses seleksi atau pemilihan
pada SMK Daarut Tauhiid
Boarding School
1. Apakah proses seleksi pada SMK DTBS sangat sulit ?
2. Apa hambatan yang dialami untuk masuk ke SMK DTBS ?
3. Apa saja syarat-syarat untuk bisa masuk ke SMK DTBS ?
7. Proses pembiasaan yang pada
SMK Daarut Tauhiid Boarding
School
1. SMK DTBS memiliki budaya yang sangat kental, apakah kalian
sudah melaksanakan budaya tersebut dalam kegiatan di sekolah,
asrama maupun di luar lingkungan tersebut?
2. Apa saja budaya DT yang sudah dilakukan ?
2. Observasi ( Pengamatan )
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data
yang paling utama dalam penelitian kualitatif, karena observasi sangat
berbeda dengan interview. Dalam melakukan observasi diperlukan seorang
peneliti yang professional, pada teknik pengumpulan data melalui
observasi unsur subjektifitas sangat besar, hasil yang diperoleh melalui
observasi sangat tergantung dari kualitas seorang peneliti.
Menurut Syaodih N dalam Djam’an Satori (2010, hal. 105) bahwa observasi (observation) atau pengamatan merupakan “suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung”.
Dalam melakukan kegiatan observasi atau pengamatan itu tidaklah
mudah ketika dijalankan. Ada hal- hal yang pelik di dalamnya. Menurut
Nasution dalam Djam’an Satori (2011, hal. 106) hal- hal pelik dalam observasi yaitu :
a. Tidak ada pengamatan dua orang sama. Betapapun dilatih, pengamatan
dua orang selalu ada saja perbedaannya apa yang kita amati adalah
ekspresi pribadi kita, yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
pengalaman, pengetahuan, perasaan, nilai - nilai, harapan, dan tujuan
kita.
b. Mengadakan pengamatan bukan proses pasif di mana kita hanya
mencatat apa yang terjadi seperti halnya dengan kamera, seakan-akan
kita berada di luar dan terpisah dari dunia yang kita amati. Mengadakan
observasi adalah proses aktif. Kita berbuat sesuatu, kita memilih apa
yang kita amati.
Jika peneliti ingin mengungkapkan gerak-gerik, sikap, suasana dan
kesan yang akan ditangkap setelah melakukan observasi. Suatu usaha
pengamatan dikatakan sebagai teknik observasi karena memiliki kriteria
sebagaimana dikatakan oleh Seltiz dalam Bungin (2007, hal. 115) yaitu :
1. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius
53
3. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.
Menurut Marshall dalam Djam’an (2010, hal. 110) menyatakan
bahwa “ through observation learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ruang lingkup observasi berada pada data/ informasi
yang diungkap dari perilaku yang Nampak yang memberikan makna
tersendiri. Dalam kaitan ini Nasution (2003, hal. 57) menyatakan bahwa
dalam tiap pengamatan harus selalu kita kaitkan dua hal, yakni informasi
(misalnya apa yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang berkaitan di
sekitarnya). Segala sesuatu terjadi dalam dimensi waktu dan tempat
tertentu. Informasi yang dilepaskan dari konteksnya akan kehilangan
makna. Jadi makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi
dengan konteksnya.
Informasi Konteks
Makna
Gambar 3.1
Tiga Komponen Pokok Dalam Observasi Sumber : Nasution (2003, hal.57)
Ada beberapa jenis teknik observasi yang bisa dilakukan oleh
peneliti dalam penggalian data dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Sanafiah Faisal dalam Djam’an Satori (2007, hal.
74) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi
(participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan
yang tak terstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley
dalam Djam’an Satori (2007, hal. 74) membagi observasi berpastisipasi menjadi empat, yaitu “passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation”. Untuk memudahkan pemahaman tentang bermacam-macam observasi, maka
dapat digambarkan seperti gambar berikut :
Gambar 3.2
Macam-macam teknik observasi menurut Sugiyono (2011, hal:
311)
a. Observasi Partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2011, hal. 311) menyatakan
[image:37.595.138.509.229.467.2]55
dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka. Beberapa jenis observasi
partisipatif adalah :
1. Partisipasi pasif (passive participation) : means the research is
present at the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam hal ini peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang
diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
2. Partisipasi moderat (moderate participation) : means that the
researcher maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam
mengumpulkan data ikut obseservasi partisipatif dalam beberapa
kegiatan, tetapi tidak semuanya.
3. Partisipasi aktif (active participation) : means that the researcher
generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi
belum sepenuhnya lengkap.
4. Partisipasi lengkap (complete participation) : means researcher is
a natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi
suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan
penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi
terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus
terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.
c. Observasi tak terstruktur
Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak
berstruktur, karena focus penelitian belum jelas. Focus observasi akan
berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti
tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan penelitian tidak menggunakan instrument yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Terkait dengan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik
observasi, peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif pasif dan
observasi terus terang.
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2011, hal. 315) tahapan observasi
terdiri dari 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi
terseleksi yang ditunjukan seperti gambar berikut :
1 2 3
TAHAP DESKRIPSI
Memasuki situasi
sosial : ada tempat,
actor, dan aktivitas.
TAHAP REDUKSI
Menentukan focus :
memilih diantara yang
telah dideskripsikan
TAHAP SELEKSI
Mengurai focus :
menjadi komponen
[image:39.595.144.520.371.545.2]yang lebih rinci
Gambar 3.3
Tahap observasi menurut Sugiyono (2011, hal. 316)
1) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi
sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum
membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan
penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap
semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh
57
belum tertata. Observasi tahap ini sering disebut sebagai grand tour
observation, dan peneliti menghasilkan kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan analisis domain,
sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
2) Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation,
yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada
aspek tertantu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus,
karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga
dapat menemukan fokus.
3) Observasi terseleksi
Pada tahap observasi ini peneliti telah menguraikan focus yang
ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis
komponensial terhadap focus, maka pada tahap ini peneliti telah
menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan
antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan
kategori yang lain. Pada tahap ini diharapkan peneliti telah dapat
menemukan pemahaman yang mendalam atau hipotesis. Menurut
Spradley dalam Sugiyono (2011, hal. 317), observasi terseleksi ini
masih dinamakan mini tour observation.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melakukan observasi
partisipatif dan observasi terfokus. Untuk observasi partisipatif,
peneliti ikut terlibat langsung dalam kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai data penelitian. Namun
tidak semua kegiatan diikuti oleh penelitian. Ada kegiatan-kegiatan
yang memang intern dan tidak boleh diketahui oleh pihak luar
termasuk peneliti. Tapi peneliti mendapatkannya dari hasil wawancara.
Kemudian untuk observasi terfokus. Sebelumnya memang peneliti
sudah memfokuskan hal-hal apa saja yang akan diamati. Sehingga hal
ini mempermudah peneliti dalam melakukan observasi. Fokus yang
diamati oleh peneliti yaitu mengenai budaya sekolah yang ada pada
Berikut uraian informasi yang dibutuhkan dan akan digali melalui
[image:41.595.143.520.166.277.2]pengamatan :
Tabel 3.4 Pedoman Observasi
No Hal yang diamati
1. Kegiatan Rutin Harian Warga Sekolah
2. Kegiatan Insidental Warga Sekolah
3. Kegiatan Belajar Mengajar siswa
4. Kebiasaan Warga Sekolah
3. Dokumentasi
Menurut Gottschalk dalam Djam’an Satori (2010, hal. 147) mengungkapkan bahwa para ahli sering mengartikan dokumen dalam
dua pengertian, yaitu :
a. Sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada
kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan
petilasan-petilasan arkeologis.
b. Diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti
surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi dan lainnya.
Dokumen dalam pengertiannya yang lebih luas menurut Gottschalk
dalam Djam’an Satori (2010, hal. 147) dapat berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu
yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
Dengan adanya teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh
informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi mereka
memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau
dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan
budaya, karya seni dan karya pikir.
Studi Dokumentasi dalam penelitian merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut Djam’an
Satori (2010, hal.49) studi dokumentasi yaitu mengumpulkan
59
penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung
dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih
kredibel/dapat dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi
kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat,
dan autobiografi. “Publish autobiografi provide a readily available source of data for the discerning qualitative research” (Bogdan
dalam Djam’an 2010, hal. 149). Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik
dan seni yang telah ada.
Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibilitas tinggi. Sebagai contoh banyak foto-foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk
kepentingan tertentu. Demikian juga autobiografi yang ditulis
untuk dirinya sendiri, sehingga subyektif.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai studi dokumentasi,
peneliti mengumpulkan dokumen berdasarkan foto, artefak yang
digunakan sebagai bentuk konkrit seperti buku mutabaah yaumiyah
dan sebagainya kemudian file-file yang mendukung seperti file
reward guru dan sebagainya.
Berikut uraian informasi yang dibutuhkan dan akan digali melalui studi
[image:42.595.166.517.610.760.2]dokumentasi yaitu :
Tabel 3.5 Pedoman Studi Dokumentasi
No Jenis Dokumen yang dibutuhkan
1. Profil SMK Daarut Tauhiid Boarding School
2. Peraturan Yayasan Daarut Tauhiid Tentang Sumber Daya Insani
3. Buku Mutabaah Harian Siswa
5. Laporan Perkembangan Siswa 2015
6. Dokumen Tes Wawancara Orang Tua Calon Siswa SMK Daarut Tauhiid Boarding School
7. Dokumen Tes Wawancara calon Siswa SMK Daarut Tauhiid Boarding School
8. Jadwal Pelajaran SMK Daarut Tauhiid Boarding School Bandung Tahun Ajaran 2014-2015
D. Analisis Data
Dalam Ariesto (2010, hal.8) analisis data adalah “Proses analisis
kualitatif yang mendasarkan padanya hubungan semantik antar variable
yang sedang diteliti”. Tujuannya ialah agar peneliti mendapatkan makna
hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab
masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis
sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti tidak
menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok
teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang
terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan
mempunyai makna.
Metode analisis data kualitatif Menurut Miles dan Huberman dalam
Ariesto (2010, hal. 10) analisis data kualitatif terdiri dari tiga kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu :
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah. Oleh karenanya pilihan-pilihan
peneliti tentang bagian data mana yang dikode, mana yang dibuang, dan
pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar.
Kemudian cerita-cerita apa yang sedang berkembang, semuanya itu
merupakan pilihan-pilihan peneliti agar mempermudah dalam mencari
61
2. Penyajian data
Menurut Miles dan Huberman, alur terpenting yang kedua dari
kegiatan analisis adalah penyajian data. “Penyajian” maksudnya
sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
melihat penyajian-penyajian, peneliti akan mudah dalam memahami
apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh untuk
menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan pemahaman
yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
Dalam pelaksanaanya, bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik
merupakan suatu cara utama bagi analisis kualitatif yang valid. Oleh
karenanya catatlah dengan seksama, sebagaimana halnya dengan
reduksi data, penciptaan dan penggunaan penyajian data tidaklah
terpisah dari analisis.
3. Penarikan Kesimpulan
Menurut Ariesto (2010, hal. 14) penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Verifikasi itu
mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran
penganalisis selama menulis atau catatan-catatan di lapangan.
Telah dikemukakan tiga hal utama yaitu : reduksi data, penyajian data
serta penarikan kesimpulan/verifikasi sebagai suatu yang jalin-menjalin
pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk
yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut
“analisis”.
Dengan demikian, analisis kualitatif merupakan upaya yang
berlanjut, berulang, dan terus menerus. Masalah reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data penelitian yang berjudul “Analisis Budaya Sekolah Pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School Bandung” diperoleh kesimpulan berdasarkan fokus kajian yang dibahas sebagai berikut :
1. SMK Daarut Tauhiid Boarding School memiliki ciri khas nilai budaya
sekolah yang terdapat di dalam visi SMK Daarut Tauhiid yaitu adanya
nilai tauhiid. ada pula nilai-nilai yang mendukung dan sekolah
menamainya dengan sebutan KARAKTER BAKU (Ikhlas, jujur,
tawadhu, disiplin, berani dan tangguh) inilah nilai khas yang dimiliki
oleh SMK DT. Untuk mewujudkan nilai tersebut, sekolah
mengemasnya melalui peraturan/tata tertib baik peraturan untuk siswa
maupun untuk pendidik dan tenaga pendidik, kemudian sekolah
membuat jadwal kegiatan. Baik kegiatan akademik maupun kegiatan
kepesantrenan. Di dalam kegiatan tersebut terdapat
pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan setiap harinya seperti sholat wajib
berjamaah, puasa senin kamis, sholat dhuha, mengikuti berbagai macam kajian seperti kajian ma’rifatullah, kajian al-hikam itu untuk siswa serta halaqoh qur’an, Sedangkan untuk pendidik dan tenaga pendidik ada kajian bina ruhiyah dan tausyiah senin oleh Aa Gym.
Sekolah berupaya mencetak generasi yang tidak hanya cerdas dalam
urusan duniawi tetapi juga cerdas dalam urusan akhirat.
2. Pembentukan budaya pada SMK Daarut Tauhiid Boarding School
seluruh warga sekolah yang masuk ke SMK Daarut Tauhiid harus
melalui tahapan yaitu dengan cara tes. Dengan adanya tes, sekolah
dapat mempertimbangkan siapa saja yang sesuai kriteria yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Tahapan selanjutnya yaitu adanya proses
pembinaan. Tujuan dari proses pembinaan di sini yaitu dengan
diperkenalkannya wawasan mengenai SMK Daarut Tauhiid yang
memiliki kekhasan nilai religiusnya yang berlandaskan Tauhiid.
Seluruh warga sekolah dibimbing dan dibina serta dilatih melalui
pembiasaan-pembiasaan yang sudah ditetapkan sekolah melalui
peraturan ataupun tata tertib. Selanjutnya setelah adanya proses seleksi
dan proses pembinaan yaitu adanya proses pembiasaan. Pada proses
pembiasaan ini, seluruh warga sekolah dibiasakan untuk mengikuti
kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan sekolah untuk dilaksanakan.
Sehingga visi dan misi yang telah dibuat oleh sekolah bisa tercapai.
B. Implikasi
Berdasarkan data temuan di lapangan bahwa proses pembentukan
budaya sekolah SMK Daarut Tauhiid Boarding School belum optimal.
Karena ada beberapa kendala yang menghambat terjadinya pembentukan
budaya sekolah. Seperti masih banyak yang melakukan pelanggaran,
kurangnya kerjasama, kurang berfungsinya tim disipliner dalam
menjalankan tugasnya dan sebagainya.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh, maka peneliti
mengajukan beberapa Saran terkait hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Saran tersebut diharapkan dapat menjadi masukan,
khususnya bagi Sekolah yang dijadikan tempat penelitian yaitu SMK
105
1. Bagi Yayasan Daarut Tauhiid
Membentuk dan memfungsikan kembali Tim Bakorsan (Tim disipliner)
untuk seluruh santri karya (pendidik dan tenaga kependidikan).
Tujuannya karena masih banyak dari pendidik dan tenaga pendidik yang
ada di SMK Daarut Tauhiid Boarding School yang tidak disiplin seperti
terlambat datang ke sekolah.
2. Bagi pihak sekolah
a. Pengoptimalan kembali untuk budaya-budaya DT yang telah ada.
b. Pengoptimalan “Karakter Baku” di dalam setiap kegiatan sekolah dan ini
harus benar-benar dijalankan.
c. Sekolah harus lebih memantau kebiasaan-kebiasaan siswa khususnya.
Jangan sampai terjadi yang tidak diinginkan.
d. Kepala sekolah harus lebih tegas kepada pendidik dan tenaga
kependidikan terkait dengan kinerjanya.
3. Bagi pihak luar sekolah
a. Hendaknya wali siswa dan stakeholder lain selalu memberikan dukungan
atas saran yang bermanfaat terhadap program-program sekolah,
sehingga dapat selalu survive dan unggul di tengah-tengah globalisasi
b. Bagi wali siswa, masyarakat yang memasuki/bertamu ke sekolah
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal. 2013. Budaya Organisasi. [online]. Tersedia : (http: //zabidin1993.blogspot.com/2013/06/budaya-organisasi.html?m=1) (04
Februari 2015)
Alahlif, Manajemen Sekolah SMK Daarut Tauhiid Boarding School [online].
Tersedia :
(https://alahlif.wordpress.com/2011/10/31/manajemen-sekolah-hasil-onservasi-di-smk-dt-bandung/) (4 Mei 2015)
Djatmiko, Yayat Hayati. 2002. Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta
Indrawijaya, Adam Ibrahim. 1989. Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru
Indrawijaya, Adam Ibrahim. 2010. Teori Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung : PT. Refika Aditama
Komara, Sinsin Yasini. (2012). Rekrutmen Dan Seleksi Tenaga Administrasi Sekolah
Dasar Negeri Di Kecamatan Sukasari Kota Bandung. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Komariah, dan Triatna, (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Bandung : Bumi Aksara
Lako, Andreas. 2004. Kepemimpinan Dan Kinerja Organisasi. Yogyakarta : PT.
Amara Books
Luthans Fred, (2006), Perilaku Organisasi, Andi Yogyakarta
Nurlina, Hubungan Pendidikan Dengan Budayah. [online]. Tersedia :
(https://nurlina109.wordpress.com/2015/07/02/hubungan-pendidikan-dengan-budayah/) (15 Februari 2015)
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2015). Universitas Pendidikan Indonesia
Ramdan, (2010). Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Efektivitas Proses
Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Robbins, Stephen P. (2015) Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba empat
Satori, Djam’an. (2007). Metode Penelitian Kualitatif (Matakuliah Analisis Penelitian Kualitatif). Bandung : Tidak diterbitkan.
Satori, Djam’an. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Satori, Djam’an. dan Komariah, Aan. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D). Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sutopo, Ariesto Hadi. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVO. Jakarta: Kencana
Taliziduhu Ndraha. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta,
Van Peursen. 1984. Strategi Kebudayaan. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Yayasan Kanisius
Wahjono, Sentot Imam. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Graha Ilmu
Wibowo. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada