(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
SKRIPSI
Oleh :
RESSA ANGGUN EKAWATI 05.13010246/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI,
KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR
TERHADAP OPINI AUDIT
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
yang diajukan :
RESSA ANGGUN EKAWATI 05.13010246/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
DRS. EC. Hero Priono. AK. MSi Tanggal : ……….
NIP. 030.217.165
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh
Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap
Opini Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya, dapat
terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak. DRS. EC. Hero Priono. AK. MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Mei 2010
Penulis
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Auditing ... 11
2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 11
2.2.1.2. Jenis – Jenis Auditing ... 13
2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor ... 14
2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 15
2.2.1.5. Standart Auditing ... 17
2.2.1.6. Standart Profesional Akuntan Publik... 19
2.2.2. Keahlian Audit... 20
2.2.3. Independensi ... 22
2.2.6. Opini Auditor... 30
2.2.6.1. Pengertian Opini Auditor ... 30
2.2.6.2. Jenis – Jenis Opini Auditor ... 31
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Opini Audit... 33
2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit... 34
2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Opini Audit... 35
2.2.10. Pengaruh Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit ... 35
2.2.11. Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit ... 36
2.3. Kerangka Pikir ... 37
2.4. Hipotesis ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 39
3.1.1. Definisi Operasional ... 39
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 40
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 44
3.2.1. Populasi... 44
3.2.2. Sampel... 44
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 45
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 46
3.4.3. Uji Normalitas... 47
3.5. Uji Asumsi Klasik... 47
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 49
3.6.1. Teknik Analisis ... 49
3.6.2. Uji Hipotesis ... 49
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model... 49
3.6.2.2. Uji Parsial... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 52
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 52
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 57
4.3.1. Uji Analisis Data... 57
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 57
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 57
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 59
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 60
4.3.2. Uji Asumsi Klasik... 61
4.3.3. Teknik Analisis ... 63
4.3.4. Uji Hipotesis ... 65
4.3.4.1. Uji Kesesuaian Model... 65
4.3.4.2. Uji Parsial ... 66
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 71
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan
Dan Manfaat... 72
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan... 73
5.2. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Halaman
Tabel. 1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1) 53
Tabel. 2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Independensi (X2). 54
Tabel. 3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X3)... 55
Tabel. 4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Pengetahuan Auditor (X4) ... 56
Tabel. 5 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Opini Audit (Y) .... 57
Tabel. 6 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows.. 58
Tabel. 7 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 59 Tabel. 8 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 60 Tabel. 9 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 61
Tabel. 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 62
Tabel. 11 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 63
Tabel. 12 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 65
Tabel. 13 Koefisien Determinasi (R Square / R2) … ... 65
Tabel. 14 Hasil Analisis Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat … ... 66
Halaman
Gambar. 1. Diagram Kerangka Pikir... 38
ix
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)
Oleh :
RESSA ANGGUN EKAWATI
Abstrak
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap opini audit
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 42 orang auditor yang tersebar pada 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 42 responden (auditor) dan kuesioner tersebut terdiri dari 29 pernyataan yang dibagi menjadi 5 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 1 yang menyatakan diduga keahlian audit berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya, Hipotesis 2 yang menyatakan diduga independensi berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya, Hipotesis 3 yang menyatakan diduga kompetensi berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya dan Hipotesis 4 yang menyatakan diduga pengetahuan auditor berpengaruh terhadap opini audit, teruji kebenarannya.
Keyword : Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, Pengetahuan Auditor
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia usaha semakin
pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan dalam berbagai bentuk
usaha berdiri, tumbuh dan berkembang. Untuk mempertahankan
eksistensinya, baik perusahaan perseorangan maupun berbagai perusahaan
berbadan hukum yang lain, membutuhkan penarikan dana dari pihak luar.
Dengan demikian, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi
meluas pada pihak-pihak diluar perusahaan seperti para investor dan kreditur,
calon investor dan calon kreditur, serta pemerintah.
Pihak-pihak diluar perusahaan memerlukan informasi mengenai
perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan
perusahaan. Umumnya mereka mengambil keputusan berdasarkan informasi
yang disajikan manajemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan
demikian, terdapat dua kepentingan yang berbeda dalam situasi yang
diuraikan diatas. Disatu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan
informasi mengenai pertanggungjawaban pengelolaan dana yang berasal dari
pihak luar, sedangkan pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi
yang andal dari manajemen perusahaan, mengenai pertanggungjawaban dana
yang mereka investasikan (Mulyadi, 2002: 1).
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan haruslah wajar,
kebutuhan masing-masing pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi. Guna
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan dan untuk
mengetahui kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan,
perlu adanya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh seseorang yang
independen. Hal ini dimaksudkan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan
hasil yang tidak memihak.
Disini akuntan publik mendapat kepercayaan baik dari perusahaan
yang diauditnya atau klien yang membayar fee, maupun dari pihak ketiga
yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut guna
melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan
opini (pendapat) apakah laporan keuangan perusahaan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Publik.
Suraida (2005) menyatakan bahwa hasil akhir dari audit akuntan
publik adalah pemberian opini akuntan publik yang dalam penulisan
selanjutnya ditulis opini akuntan. Pemberian opini akuntan harus didukung
oleh bukti audit kompeten yang cukup, dimana dalam mengumpulkan dan
menganalisa bukti audit, auditor harus mempunyai keahlian audit dan
kompetensi yang baik agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai
dasar dalam pemberian opini akuntan.
Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh
Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat
keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP
yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian
kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik
baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Di luar negeri
(AS) terjadi kasus Enron- Arthur Anderson; Word.Com–Arthur Anderson,
Xerox dan Merck. Enron, perusahaan raksasa dibidang energi dengan omzet
US$ 100 milyar pada tahun 2000, secara mendadak mengalami kebangkrutan
dan meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kasus tersebut
melibatkan Arthur Anderson, salah satu dari big five Certified Public
Accountant (CPA) firm, yang mengaudit laporan keuangan Enron.
Bagaimana mereka sampai tidak mengetahui adanya material misstatement
dalam laporan keuangan Enron selama bertahun-tahun. Apakah Arthur
Anderson ikut terlibat merekayasa laporan keuangan Enron, karena Enron
membayar fee sebesar US$ 52 juta pada Arthur Anderson pada tahun 2000,
tidak hanya untuk jasa audit tetapi juga jasa konsultasi. Sebetulnya fungsi
auditor KAP adalah bukan hanya menentukan bahwa laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku umum, tetapi juga memberikan
gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor
mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur
Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).
Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi
pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP
dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Wakil Ketua BPK RI, Abdullah
Zaini, SH, dari tahun 2004 sampai tahun 2008 terdapat 154 auditor yang telah
diberi sanksi. Pada tahun 2004 terdapat sembilan auditor yang diberi sanksi,
pada tahun 2005 (50 orang), tahun 2006 (8 orang), tahun 2007 (79 orang) dan
Menteri Keuangan Sri Mulyani membekukan izin dua akuntan publik
(AP) dan satu kantor akuntan publik (KAP). Mereka adalah AP Rutlat
Hidayat dan Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat
Hidayat dibekukan selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan
(KMK) Nomor 866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember
2008. Rutlat telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA)
saat melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal
Mandiri untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2006, sehingga berpengaruh
signifikan terhadap laporan auditor independen.
Sedangkan Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs.
Muhammad Zen dan Rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui
KMK Nomor 896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008.
Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah
melakukan pelanggaran terhadap SA-Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT Pura
Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh cukup signifikan
terhadap laporan auditor independen. Sementara KAP Atang Djaelani dikenai
pembekuan izin selama 3 bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008
terhitung mulai tanggal 17 Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai
sanksi peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan
masih melakukan pelanggaran berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan
kegiatan usaha dan laporan keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007
(Hukumonline.com).
Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas
untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat
pengaruh-pengaruh itu.
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor
dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali
terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan dalam SPAP.
Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan dan
berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi,
Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit (Studi
Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,
maka perumusan masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu
apakah keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor
berpengaruh terhadap opini audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini,
yaitu untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari
keahlian audit, independensi, kompetensi, dan pengetahuan auditor terhadap
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan agar pihak-pihak yang berkepentingan
dapat mengambil manfaat antara lain :
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan yang
bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami dan mengatasi
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap opini audit.
2. Bagi Universitas
Sebagai tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan
masukan bagi penelitian lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah
yang ada.
3. Bagi Peneleti
Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam
menulis karya ilmiah dan memperluas wawasan dalam bidang auditing.
Sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi KAP dan
kesesuaian teori yang diperoleh, sehingga dapat diperoleh pemecahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Mayangsari (2003)
a Judul
“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit : Sebuah Kuasieksperimen”
b Permasalahan
1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki
kedua karakteristik tersebut?
2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dan auditor yang tidak ahli?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat
perbedaan antara auditor yang ahli dan independen dengan
auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau sama sekali
karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen,
rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah kepada lemahnya
kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada
kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa
perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam
kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada kelompok ini
mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok lain.
2) Selanjutnya dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian
terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar
pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih
memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical.
2. Alim (2007) a Judul
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit
dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”
b Permasalahan
1) Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit?
2) Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit?
3) Apakah interaksi antara kompetensi dan etika auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit?
4) Apakah independensi dan etika auditor berpengaruh terhadap
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal
ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik dimana kompetensi tersebut
terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Hal
ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Libby dan Libby
(1989), Ashton (1991), Choo dan Trootman (1991), dalam
Mayangsari (2003).
2) Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dalam penelitian
ini tidak dapat diketahui karena dari hasil pengujian ternyata
kedua variabel tersebut keluar dari model (Excluded Variables).
Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Behn
et al. (1997) dalam Widagdo et al. (2002).
3) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Shockly (1981), De
Angelo (1981), Knapp (1985), Deis dan Giroux (1992),
Mayangsari (2003).
4) Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti
kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor
yang dimiliki. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nichols dan Price (1976), Deis dan Giroux
(1992).
3. Himahan (2008)
a Judul
“Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan
Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”
b Permasalahan
Apakah Kompetensi, Independensi dan Tingkat
Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja
Auditor ?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa model
regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh
Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor
terhadap Kualitas Kinerja Auditor
2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa
Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor
berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor
4. Setianingsih (2009)
a Judul
“Pengaruh Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi terhadap
b Permasalahan
Apakah Kualitas Audit, Kompetensi, dan Independensi
berpengaruh terhadap Opini Auditor ?
c Kesimpulan
1) Berdasarkan dari hasil penelitian membuktikan bahwa model
regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh Kualitas
Audit, Kompetensi, dan Independensi terhadap Opini Auditor
2) Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa Kualitas
Audit, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh terhadap
Opini Auditor
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu. Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah
definisi yang berasal dari American Accounting Association Commite on
Basic Auditing Concept (Guy, et.al. 2002: 5) yang mengemukakan
definisi auditing sebagai suatu proses sistematis yang secara obyektif
memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait mengenai tindakan atau
kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan
Menurut Mulyadi (2002: 9) definisi auditing secara umum adalah
suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah
pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut (Mulyadi, 2002: 11).
Sedangkan Arens dan Loebbecke (1997: 1) mendefinisikan
auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan
oleh seorang yang independent dan kompeten.
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing
adalah suatu proses yang sistematik untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti-bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi yang
bertujuan meberikan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
Tujuan auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2001: 110) dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan
oleh auditor independent adalah menyatakan pendapat atas kewajaran
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, serta arus
kas sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
2.2.1.2. Jenis – Jenis Auditing
Mulyadi (2002 : 30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :
1 Audit atas Laporan Keuangan (Financial audit)
Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam
audit laporan keuangan ini auditor independen mengevaluasi
kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen secara
keseluruhan dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara
umum merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah
disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang
dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti
prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan
keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan
audit yang kemudian dibagikan kepada para pemakai informasi
2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang
membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam
pemerintahan.
3 Audit Operasional / Manajemen (Operasional Audit)
Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan
metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi,
efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa
rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih
merupakan konsultasi manajemen.
2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditor
Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor
yang paling umum dikenal, yaitu.
1 Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan publik
yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit.
Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur,
2 Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit dimana
tugas pokonya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan
baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.
3 Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak
yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang berlaku.
4 Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi
keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2.2.1.4. Tahap-tahap Pelaksanaan Audit
Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan
meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu:
a Mengevaluasi integritas manajemen.
b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
d Menilai independensi.
e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah berikutnya
adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh,
yaitu:
a Memahami bisnis dan industri klien
b Melaksanakan prosedur analitik
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal
d Mempertimbangkan risiko bawaan
e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama
f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
g Memahami pengendalian intern klien.
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a Pengujian analitis (analytical tests).
b Pengujian pengendalian (tests of control).
c Pungujian substantive (substantive tests).
4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah
penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun
laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan
pendapat auditor.
2.2.1.5. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2001 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan
akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :
1 Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis yang terdiri
dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang
harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan
audit.
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik
yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah dalam
jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci
dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam penyediaan jasa
konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada hakikatnya berbeda
dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam
jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai
keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak
lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa konsultasi, para
praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi.
Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan
klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.2. Keahlian Audit
Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi
operasional yang tepat. Trotter (1986) dalam Mayangsari (2003)
mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya
mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau
Menurut Hayes-Roth, et. al. (1983) mendefinisikan keahlian sebagai
keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu,
pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan
ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
Pengertian keahlian audit menurut Hiro Tugiman dalam Qudus
(2004) adalah keahlian pemeriksaan internal dalam menerapkan standar,
prosedur dan teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam melaksanakan
pemeriksaan. Selain itu keahlian sendiri berarti kemampuan yang
menerapkan pengetahuan pada persoalan yang umumya dihadapi dan
menyelesaikan persoalan tersebut tanpa perlu belajar kembali secara luas
dan bantuan berarti dari pihak lain.
Menurut Tan dan Libby dalam Mayangsari (2003), keahlian audit
dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu : keahlian teknis dan
keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang
auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya
dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian
non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seseorang auditor yang
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.
Sedangkan hasil penelitian Murtanto (1998) dalam Mayangsari
(2003) menunjukkan bahwa komponen keahlian auditor di Indonesia, yaitu
1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kafer dan Acreman (1989)
juga mengatakan bahwa pengalaman akan memberikan hasil dalam
2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas
kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbins dan larocque’s
(1990) juga menunjukkan bahwa kepercayaan, komunikasi, dan
kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian
audit.
Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya,
keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain:
merencanakan program pemeriksaan, menyusun program kerja
pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas
kerja, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan.
Dari keterangan diatas maka kesimpulan yang dapat diambil dari
pengertian keahlian audit adalah seseorang yang memiliki tingkat
kemahiran dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan
standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan akuntansi secara tepat
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
2.2.3. Independensi
Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar
auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang
menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Dalam buku Standar Profesi Akunatan Publik 2001 seksi 220 PSA
No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa Independensi itu berarti tidak mudah
(dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor intern). Dengan demikian,
ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana
tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Mulyadi (2002: 26) menjelaskan bahwa independensi berarti sikap
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan
tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan
masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan
publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental, (2)
independensi penampilan. Independensi sikap mental berarti adanya
kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan
adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan
dalam menyatakan pendapatnya. Sedangkan independensi penampilan
berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi
penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap
Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam
bidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap
auditor. Auditor harus independen dari setiap kewajiban atau independen
dari pemilikan kepentingan dalam perusahaan yang diauditnya. Dalam
kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan
sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap
mental independen auditor adalah sebagai berikut:
1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor
dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.
2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan
untuk memuaskan keinginan kliennya.
3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat
menyebabkan lepasnya klien.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang ada dapat diambil
kesimpulan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk
bertindak secara objektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas
berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan sedangkan objektifitas
secara konsisten berhubungan dengan sikap netral dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan.
2.2.4. Kompetensi
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani
(1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar
seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu
pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)
mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari
seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Susanto
(2002) mendefinisikan tentang kompetensi yang sering dipakai adalah
karakteristik yang mendasari individu untuk mencapai kinerja superior.
Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin. Definisi kompetensi dalam
bidang auditing pun sering diukur dengan pendidikan dan pengalaman
(Mayangsari, 2003).
Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian
profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal,
ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar,
simposium dan lain-lain seperti:
1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant)
2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik)
4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern
5. Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain
Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijasah/sertifikat yang
dimiliki serta jumlah/banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam
pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat
yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau
seminar/simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin
cakap dalam melaksanakan tugasnya
Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik,
kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :
1. Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan
standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan,
dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan professional secara
berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.
b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing
dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
professional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan
kemudahan dan kecerdikan. Dalam penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaaan, anggota wajib melakukan konsultasi
atau menyerahkman klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing-masing
atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangan yang
diperlukan memadai untuk tanggung jawab yang harus dipenuhinya
(Mulyadi, 2002: 58).
2.2.5. Pengetahuan Auditor
Akuntan Publik diharapkan mempunyai tingkat pemahaman yang
tinggi baik mengenai permasalahan akuntansi maupun audit. Standar ini
menempatkan tanggung jawab pada auditor untuk memenuhi persyaratan
pelatihan serta keahlian melalui pendidikan dan pengalaman khusus dalam
bidang audit.
Pelatihan teknis dan keahlian tidak hanya mencakup pendidikan
formal tetapi juga pengalaman auditor dalam profesinya. Auditor selain
dengan perkembangan baru dalam bidang akuntansi, auditing, dan bisnis
serta harus menerapkan pernyataan autoritatif baru dibidang akuntansi dan
auditing.
Untuk melindungi masyarakat dari adanya praktek-praktek akuntan
publik yang tidak semestinya, pemerintah telah mengatur pemakaian gelar
akuntan dalam Undang - Undang No. 34 Tahun 1954. Undang –Undang
inilah yang mengatur syarat-syarat kecakapan dan kewenangan setiap orang
yang terjun dalam profesi akuntan public. Ada 3 Hal yang perlu dicatat dari
UU No. 34 Tahun 1954 ini:
1. Akuntan harus sarjana lulusan Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi
Negeri atau mempunyai ijasah yang disamakan. Pertimbangan
persamaan ini berada di tangan panitia ahli pertimbangan persamaan
ijasah apuntan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin
menggunakan gelar apuntan dari Departemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan auditor dengan memakai nama kantor akuntan,
biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau
akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor dan biro tersebut
dipegang oleh seseorang atau beberapa orang akuntan. Disamping
akuntan harus telah menjalani pendidikan formal sebagai akuntan
seperti diatur dalam UU No. 34 tahun 1954 tersebut, stándar umum
yang pertama mensyaratkan akuntan Publik harus menjalani pelatihan
Untuk berpraktik sebagai akuntan Publik di Indonesia, pada tahun
1997 pemerintah mengeluarkan aturan mengenai pemberian izin praktik
sebagai akuntan Publik, yang dituangkan dalam keputusan menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 43/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari
1997 tentang jasa akuntan Publik. Dalam surat keputusan tersebut, izin
menjalani praktek sebagai akuntan Publikdiberikan oleh menteri keuangan
jira seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Berdomisili di wilayah Indonesia
2. Lulus ujian sertifikasi akuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI.
3. Menjadi anggota IAI.
4. Telah memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai
akuntan dengan reputasi baik dibidang audit. Jadi untuk berpraktik
sebagai akuntan publik di Indonesia seorang akuntansi harus memiliki
pengetahuan dan keahlian yang telah diatur dalam UU No.34 tahun
1954 dan keputusan Menkeu RI No.43/KMK.017/97 tanggal 27
Januari 1997 tentang jasa akuntan publik. Karena dalam dunia usaha
selalu mengalami perubahan dan perkembangan, maka akuntansi yang
merupakan penyedia informasi keuangan bagi masyarakat bisnis tidak
harus selalu mengikuti perkembangan bidang akuntansi agar tetap
dapat menyediakan jasa yang bermanfaat bagi lingkungan
masyarakatnya. Pendidikan formal dan pelatihan tehnik pada awal
memasuki profesi akuntan publik yang telah dipenuhi oleh seorang
akuntan publik harus perlu diperbaharui setiap saat untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, organisasi profesi akuntan publik harus
senantiasa menyediakan kesempatan bagi anggota profesinya untuk
mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan (Continuing
Profesional Education).
2.2.6. Opini Auditor
2.2.6.1. Pengertian Opini Auditor
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor
tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor
melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 504.01) menyatakan
bahwa : “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal jika nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab auditor bersangkutan”.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan
pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting
sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai
pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa
Mulyadi (2002 : 19) menjelaskan dalam paragraph ini auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan,
dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan
keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu
menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian.
2.2.6.2. Jenis – Jenis Opini Auditor
Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan public
atas laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2002: 19). Opini-opini
tersebut adalah:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak
terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum
tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak,
Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:
a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.
b Lengkap informasinya.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory
Language).
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun
laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit
bentuk baku.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam
laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini:
a Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena
kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga akan
memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkup
auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi
pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak
dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk
pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.2.7. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Opini Audit
Trotter (1986) dalam artikel Choe dan Rice (1987) mendefinisikan
ahli sebagai orang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan
mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat
kesalahan (dikutuip dari Mayangsari, 2003).
Penelitian tentang keahlian yang berkaitan dengan proses
penelitian yang banyak berhubungan dengan aspek perilaku. Pada proses
pembuatan keputusan, seorang ahli harus melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan pada jumlah informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan. Menurut Einhorn (1972), pembuatan keputusan
oleh seorang ahli didasarkan pada paradigma Einhorn (dikutip dari
Mayangsari, 2003).
Einhorn mengatakan ada tiga hal penting yang harus
dipertimbangkan oleh seorang ahli dalam proses pembuatan keputusan :
1. Seorang ahli seharusnya cenderung untuk mengelompokkan
variabel-variabel dalam cara yang sama disaat mengidentifikasi dan
mengorganisasi faktor informasi.
2. Dalam menghitung jumlah informasi, seorang ahli seharusnya
menunjukkan pertimbangan reliabilitas yang tinggi sehingga terhindar
dari bias.
3. Seorang ahli seharusnya mempertimbangkan dan menggabungkan
faktor-faktor dalam cara yang sama.
2.2.8. Pengaruh Independensi Terhadap Opini Audit
Independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak
secara objektif dan dengan integritas yang tinggi dalam pengambilan
keputusan. Integritas berhubungan dengan kejujuran intelektual akuntan
sedangkan objektifitas secara konsisten berhubungan dengan sikap netral
dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditor.
Selain itu Independensi juga merupakan aspek yang penting dalam
opini yang objektif jika ia tidak independen. Meskipun auditor memiliki
kemampuan teknis yang cukup, masyarakat tidak akan percaya jika mereka
tidak independen.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya, Nampak bahwa opini auditor merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi pemilihan KAP dan faktor yang menyebabkan klien
berganti kantor akunatan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa pemberian opini oleh auditor dapat tidak objektif jika auditor tidak
independen.
2.2.9. Pengaruh Kompetensi Terhadap Opini Audit
Kompetensi adalah kemampuan individual/orang perorangan untuk
mengerjakan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sikap, sesuai untuk kerja yang dipersyaratkan.
Kompetensi didapatkan dari perpaduan pendidikan dan pengalaman.
Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus punya
kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit dan
dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten
digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan,
2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka,
mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup
untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.
2.2.10.Pengaruh Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit
Para Auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat
mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa. Auditor
dengan tanggungjawab akhir untuk satu perikatan harus mengetahui pada
tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing yang relevan dan
harus memiliki pengetahuan tentang kliennya ( SPAP, 230.1:05 ).
Menurut Boner Janual Ker (1994) dalam noviyani (2002),
Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan latihan formal
sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Jadi,
semakin tinggi pengetahuan seorang auditor maka keahliannya semakin
meningkat sehingga kinerjanya akan semakin berkualitas.
2.2.11.Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, Kompetensi, dan Pengetahuan Auditor Terhadap Opini Audit
Menurut Mutcheler (1985) berdasarkan hasil-hasil penelitian
sebelumnya mengenai adanya hubungan antara faktor keahlian audit dan
independensi dengan opini audit, maka hipotesis pertama menunjukkan
adanya hubungan yang saling bergantung antara keahlian audit dan
independensi terhadap pemberian opini audit. Artinya, auditor baik itu
kompeten maupun tidak kompeten akan cenderung memberikan opini
yang salah karena adanya faktor-faktor komersial, seperti kerugian jika
klien berpindah ke kantor akuntan publik yang lain atau auditor
menghadapi tekanan pada saat melakukan proses pemeriksaan (dikutip
dari Mayangsari, 2003).
Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi
oleh faktor keahlian audit, kompetensi dan independensi. Keahlian audit
perbedaan pendapat audit terhadap suatu kasus tertentu. Sedangkan
independensi merupakan cerminan tekanaan politik, sosial dan ekonomi
yang dihadapi oleh seorang auditor dalam proses pengambilan keputusan
dalam pemberian opini audit.
Berdasarkan keterangan tersebut, bahwa auditor harus mempunyai
keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum ia dapat menjadi
independen, karena seorang auditor yang tidak kompeten maka ia tidak
mungkin dapat bertindak independen dalam menyelesaikan tugas-tugas
auditnya. Auditor yang tidak kompeten cenderung bergantung pada
pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas auditnya, karena
sangat terbatas pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian
sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil
penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut :
Premis 1 : Proses pengambilan keputusan dalam bidang audit dipengaruhi
oleh faktor keahlian audit dan independensi (Mayangsari, 2003).
Premis 2 : Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Alim,
2007)
Premis 3 : Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor
berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja Auditor (Rizki, 2008).
Premis 4 : Kualitas audit, Kompetensi, dan Independensi berpengaruh
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat
digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar
1 sebagai berikut.
Keahlian Audit (X1)
Independensi (X2)
Kompetensi (X3)
Opini Audit (Y)
Uji Statistik : Regresi Linier Berganda Pengetahuan Auditor
(X4)
Gambar 1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Diduga keahlian audit berpengaruh terhadap opini audit
H2 : Diduga independensi berpengaruh terhadap opini audit
H3 : Diduga kompetensi berpengaruh terhadap opini audit
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 4 (empat)
variabel bebas (X) yaitu Keahlian Audit (X1), Independensi (X2),
Kompetensi (X3), dan Pengetahuan Auditor (X4), dan satu variabel terikat
(Y) yaitu Opini Audit
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X), yang terdiri dari :
a. Keahlian Audit (X1)
Merupakan keahlian pemeriksaan internal dalam
menerapkan standar, prosedur dan teknik pemeriksaan yang
diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan.
b. Independensi (X2)
Merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
c. Kompetensi (X3)
Merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor
sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun
keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, dan simposium.
d. Pengetahuan Auditor (X4)
Merupakan ilmu yang dimiliki oleh auditor yang sangat
berguna dalam melaksanakan pemeriksaan atau audit
2. Variabel Terikat (Y)
Opini Audit (Y)
Merupakan suatu kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit/
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval, yaitu suatu pemberian angka kepada set dari objek yang
mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu
jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama
dari ciri atau sifat objek yang diukur (Nazir, 2005 : 131).
Teknik pengukurannya menggunakan skala Likert yaitu merupakan
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2002
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Adapun Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Keahlian Audit (X1)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Setianingsih (2009).
Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan.
Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai
Keahlian Audit yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah
yang berarti seorang auditor mempunyai Keahlian Audit yang cukup.
Skala 5 (lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Keahlian
Audit yang tinggi.
2. Independensi (X2)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
penelitian Himahan (2008) dan diadaptasi lagi oleh Setianingsih
(2009).
Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan.
Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai
Independensi yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang
berarti seorang auditor mempunyai Independensi yang cukup. Skala 5
(lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Independensi yang
tinggi.
3. Kompetensi (X3)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Himahan (2008) dan diadaptasi lagi oleh Setianingsih
(2009).
Variabel ini diukur dengan 5 (lima) buah pernyataan.
Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai
berarti seorang auditor mempunyai Kompetensi yang cukup. Skala 5
(lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Kompetensi yang
tinggi.
4. Pengetahuan Auditor (X4)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Himahan (2008).
Variabel ini diukur dengan 6 (enam) buah pernyataan.
Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).
1 2 3 4 5
Sangat tidak setuju Sangat setuju
Skala 1 (satu) menunjukkan seorang auditor mempunyai
Pengetahuan yang rendah. Skala 3 (tiga) merupakan nilai tengah yang
berarti seorang auditor mempunyai Pengetahuan yang cukup. Skala 5
(lima) menunjukkan seorang auditor mempunyai Pengetahuan yang
tinggi.
5. Opini Audit (Y)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Setianingsih (2009).
Variabel ini diukur dengan 8 (delapan) buah pernyataan.
Responden diminta untuk memilih skala 1 (satu) sampai 5 (lima).
1 2 3 4 5