• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMILIHAN PRESIDEN RI TAHUN 2009 TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (Event Study pada Saham Anggota JII).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMILIHAN PRESIDEN RI TAHUN 2009 TERHADAP HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA (Event Study pada Saham Anggota JII)."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MARIA QIFTHIYAH ALKAFF 0513010350/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

Segala puji bagi Allah SWT, yang Maha Pertama Ketuhanan-Nya, yang Maha Lama Keazalian-Nya yang tiada serupa dalam zat dan ciptaan-Nya. Aku Memuji-Nya atas limpahan nikmat-Nya. Aku memohon pertolongan-Nya atas tolakan murka-Nya. Dialah Allah, Tuhanku Yang Esa yang tiada sekutu bagi-Nya.

Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada insan sempurna Muhammad Al-amin, manusia terbaik yang senantiasa rukuk dan sujud kepada Sang Khalik.

(3)

1. Ayah Bundaku yang selalu menyayangi dan menyertaiku dengan do’anya. Nanda tidak akan pernah dapat menggantikannya dengan apapun.

2. Bapak Dr. Ir. H. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veterab” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Ir. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembagunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec. Harymami, MM, selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus dan kesabaran memberikan bimbingan dan dorongan dalam penulisan penelitian ini.

6. Untuk Manda Alwi yang selalu menyemangatiku, Bunda Bahiyah yang dalam setiap munajadnya selalu ada do’a untukku. Terima kasih, Nanda sayang kalian.

(4)

dapat berguna bagi agama, nusa , dan bangsa.

Surabaya, Februari 2010

(5)

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... ix

Daftar Gambar... x

Daftar Lampiran... xi

Abstraksi... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 11

2.2. Landasan Teori... 18

2.2.1. Pasar Modal... 18

2.2.1.1. Bentuk Pasar Modal... 18

2.2.2. Saham... 20

2.2.2.1. Pengertian Saham... 20

(6)

2.2.2.5.1. Kriteria Pemilihan Saham yang

Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah... 28

2.2.2.5.2. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index... 29

2.2.2.5.3. Evaluasi Indeks Pergantian Saham... 30

2.2.3. Pendekatan Untuk Penilaian Investas Saham... 30

2.2.3.1. Pendekatan Tradisional... 32

2.2.3.2. Pendekatan Portofolio Modern... 35

2.2.3.3. Informasi Di Pasar Modal... 36

2.2.4. Event Study ... 38

2.2.5. Abnormal Return... 40

2.2.6. Trading Volume Activity... 44

2.2.7. Teori yang Menjelaskan Perubahan Harga Saham dan Volume Perdagangan Terhadap Event Study... 44

(7)

3.2.1. Populasi... 51

3.2.2. Sample... 52

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 53

3.3.1. Jenis Data... 53

3.3.2. Sumber Data... 54

3.3.3. Cara Pengumpulan Data... 54

3.4. Uji Normalitas... 54

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 55

3.5.1. Uji Hipotesis... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 61

4.1.1. Seajrah Singkat Perusahaan Sampel... 61

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 72

4.2.1. Penentuan Perusahaan dan Jumlah Sample... 72

4.2.2. Deskripsi Mengenai Return Saham Sesungguhnya (Actual Return)... 73

4.2.3. Deskripsi Mengenai Retun Ekspektasi (Expected return)... 74

(8)

4.2.7. Deskripsi Mengenai Average Trading Volume Activity... 79

4.2.8. Deskripsi Data Average Abnormal Return dan Average Trading Volume Activity... 80

4.3. Deskripsi Hasil Uji Normalitas... 85

4.4. Deskripsi Hasil Uji Hipotesis... 87

4.4.1. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Terjadinya Signifikasi Reaksi Pasar atau Abnormal Return yang Terjadi Di Periode Peristiwa Pemilihan Presiden 2009... 87

4.4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Average Abnormal Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden 2009... 92

4.4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Perbedaan Average Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden 2009... 94

4.5. Pembahasan Hasil... 96

4.5.1. Implikasi Penelitian... 96

4.5.2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu... 101

(9)
(10)

Tabel.2.2. Perbedaan Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal...34

Tabel. 4.1. Hasil Perhitungan Expected Return...75 Tabel 4.2. Data Average Abnormal Return (AAR) 30 Perusahaan

Sampel Selama Event Window... .81 Tabel 4.3. Data Average Trading Volume Activity (Average TVA) 30

Perusahaan Sampel Selama Event Window...83 Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data AAR Pada Masing-Masing Periode

Selama Event Window………..…86 Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Data AAR dan Average TVA Periode

Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden……….. .87 Tabel 4.6. Hasil One Sample t-test AAR Periode Sebelum,

Pada Saat dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden...89 Tabel 4.7. Hasil Paired Sample t-test AAR Periode Sebelum dan Sesudah

Peristiwa Pemilihan Presiden...93 Tabel 4.8. Hasil Paired Sample t-test Average TVA Periode Sebelum

dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden...95 Tabel 4.9. Rangkuman Penelitian Terdahulu dan Penelitian yang

Dilakukan Sekarang...102 Tabel 4.10. Lanjutan Rangkuman Penelitian Terdahulu dan Penelitian

(11)

Gambar 4.1. Grafik Average Abnormal Return (AAR) 30 Perusahaan

Sampel Selama Event Window... 82 Gambar 4.2. Grafik Average Trading Volume Activity (Average TVA) 30

(12)

Lampiran 2. Perhitungan Actual Return Lampiran 3. Indeks Harga Saham Gabungan Lampiran 4. Perhitungan Expected Return Lampiran 5. Perhitungan Abnormal Return

Lampiran 6. Perhitungan Average Abnormal Return Lampiran 7. Jumlah Saham yang Ditransaksikan Lampiran 8. Jumlah Saham yang Beredar

Lampiran 9. Perhitungan Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity) Lampiran 10. Perhitungan Average Trading Volume Activity

Lampiran 11 Uji Normalitas AAR Pada Masing-Masing Periode

Lampiran 12. Uji Normalitas AAR Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden

Lampiran 13 Uji Normalitas Average TVA Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden

Lampiran 14. One Sample t-Test AAR

Lampiran 15. Paired Samples t-Test AAR Sebelum dan Sesudah Peristiwa Pemilihan Presiden

(13)

Oleh :

Maria Qifthiyah Alkaff Abstrak

Pasar modal sebagai suatu instrument ekonomi tidak dapat lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, baik lingkungan ekonomi maupun non ekonomi. Peristiwa-peristiwa politik seperti adanya pergantian pemerintahan, pengumuman kabinet menteri, kerusuha politik pemilihan presiden akan sangat mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham di bursa efek (pasar modal). Hal ini dikarenakan peristiwa politik berkaitan erat dengan kestabilan perekonomian suatu negara. Salah satu peristiwa politik yang dapat diuji kandungan informasinya terhadap aktivitas bursa efek adalah adanya pemilihan presiden RI secara langsung pada tanggal 8 Juli 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan abnormal return saham dan volume perdagangan saham perusahaan antara periode sebelum dan sesudah pemilihan presiden RI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari 30 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan anggota dari Jakarta

Islamic Index di tahun 2009, yang terdiri dari harga saham harian, volume

perdagangan saham, dan Indeks Harga Saham Gabungan harian selama 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pemilihan presiden RI. Analisis statistik yang digunakan adalah uji beda dua sampel berpasangan (paired sample t-test) dengan menggunakan program SPSS.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa dari 15 periode pengamatan terdapat signifikansi reaksi pasar atau abnormal return saham pada 4 periode sebelum (t-4, t-3, t-2, t-1) dan 2 periode setalah (t+6, t+7) pemilihan presiden RI tanggal 8 Juli 2009. Disimpulkan pula bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam abnormal return dan volume perdagangan antara periode 7 hari sebelum dengan 7 hari sesudah peristiwa pemilihan presiden RI tanggal 8 Juli 2009, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam abnormal return saham dan volume perdagangan antara periode 7 hari sebelum dengan 7 hari sesudah pemilihan presiden RI tanggal 8 Juli 2009 tidak terbukti kebenarannya.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang No. Tahun 1995, tentang Pasar Modal, pasar modal memiliki arti sebagai suatu “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Komoditi yang diperjual belikan berupa surat berharga jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas”.

(15)

Pengaruh lingkungan non ekonomi, walaupun tidak terkait secara langsung dengan dinamika yang terjadi di pasar modal tidak dapat dipisahkan dari aktivitas bursa saham. Lingkungan non ekonomi tersebut seperti berbagai isu mengenai kepedulian terhadap lingkungan hidup, hak asasi manusia, serta peristiwa-peristiwa politik kerap kali menjadi faktor utama pemicu fluktuasi harga saham di bursa efek seluruh dunia. Makin pentingnya peran bursa saham dalam kegiatan ekonomi, membuat bursa semakin sensitif terhadap berbagai peristiwa disekitarnya, baik yang berkaitan atau yang tidak berkaitan secara langsung dengan isu ekonomi.

Peristiwa-peristiwa politik, seperti adanya pergantian pemerintahan, pengumuman kabinet menteri, kerusuhan politik, peperangan dan peristiwa lainnya sangat mempengaruhi harga dan volume perdagangan di bursa efek karena peristiwa-peristiwa politik berkaitan erat dengan kestabilan perekonomian negara. Selain itu peristiwa politik juga menyebabkan tingkat kepercayaan yang negatif dari para investor, sehingga adanya peristiwa politik yang mengancam stabilitas negara cenderung mendapat respon negatif dari pelaku pasar.

Salah satu peristiwa politik yang hendak diuji kandungan informasinya terhadap aktivitas bursa efek adalah peristiwa pemilihan presiden RI secara langsung untuk kedua kalinya pada tanggal 8 Juli 2009.

(16)

terhadap peristiwa pemiligan RI-1 dan RI-2 yang dapat diukur dengan menggunakan abnormal return.

Menurut Jogiyanto (1998), pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman tersebut mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan

return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan

abnormal return. Jika digunakan abnormal return maka dapat dikatakan

bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return kepada pasar.

Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar modal terhadap informasi juga dapat dilihat melalui parameter pergerakan aktivitas perdagangan di pasar (Trading Volume Activity), dimana bila investor menilai suatu peristiwa mengandung informasi maka peristiwa tersebut akan mengakibatkan keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan yang normal.

(17)

1. Tingkat suku bunga (Interest rate) 2. Kondisi ekonomi

3. Nilai tukar

4. Harga minyak dunia. 5. Sosial politik, dll.

Faktor-faktor tesebut diatas merupakan faktor diluar kendali perusahaan. Sedangkan faktor internal perusahaan meliputi:

1. Manajemen perusahaan 2. Operasional perusahaan. 3. Jenis produk, dll.

Faktor-faktor internal tersebut diatas, merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan. (www.google.com)

Ada Dua pendekatan yang dikenal dalam pasar modal, yaitu fundamental analisis dan teknikal analisis. Pemilihan presiden merupakan suatu peristiwa demokrasi yang dilakukan 5 tahun sekali, di beberapa negara lain ada yang 4 tahun sekali atau lebih. Pemilihan presiden merupakan peristiwa politik, yang merupakan faktor ekstenal dari perusahaan dan diluar kendali manajemen perusahaan. Sehingga analisis yang dilakukan adalah analisa teknikal bukan analisis fundamental.

(18)

manajemen terus berjalan seperti biasa. Misalnya PT. Telekomunikasi Tbk. dengan Telkomselnya, masyarakat tetap menggunakan jasa telepon selular yaitu pulsa untuk berbicara yang dikeluarkan telekomsel selama periode tersebut. Demikian juga dengan Indofood, yang terkenal dengan mie instant, masyarakat tetap mengkonsumsinya, juga Saham INCO, Aneka Tambang dll. Harga saham-saham tersebut di pasar tetap dihantam bearish sentimen atau sentimen negatif, berupa turunnya harga saham-saham yang bersangkutan pada periode tesebut.

Selama periode pemilihan presiden data-data fundamental perusahaan tidak ada yang dikeluarkan oleh perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan atau data public

expose lainnya. Berdasarkan peraturan yang berlaku umum, listed

companny hanya mengeluarkan laporan keuangan, berupa neraca,

laporan laba-rugi dan lain-lain secara priodical bukan untuk memenuhi peristiwa-peristiwa tertentu seperti pada saat pemilihan presiden. Laporan keuangan dipublikasikan antara lain:

1. Laporan keuangan tahunan per 31 Desember, tahunan sebelumnya.

2. Laporan keuangan tiga bulanan tahun berjalan.

3. Laporan keuangan keuangan enam bulanan/semester pertama tahun berjalan.

(19)

5. Laporan lainnya yang bekaitan dengan emiten (penerbit saham),

laporan kepemilikan saham, laporan disclosure lainnya.

( www.idx.co.id )

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka analisis harga saham dibatasi hanya pada perusahaan publik atau perusahaan yang sahamnya telah diperdagangkan di pasar modal Bursa Efek Indonesia. Demikian pula data hanya terbatas pada pergerakan hariannya saham dengan mengabaikan faktor-faktor fundamental atau internal perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa penelitian mengenai event study sebelumnya telah dilakukan. Dalam penelitian C. Wahyu Estining (2007) yang menganalisis apakah pasar modal bereaksi terhadap pengumuman perombakan terbatas kabinet Indonesia bersatu meunjukkan reaksi positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya average abnormal

return yang positif di sekitar tanggal pengumuman, yaitu pada saat 9

hari, 8 hari, 2 hari dan 1 hari sebelum pengumuman dan pada saat 1 hari, 4 hari, 5 hari dan 9 hari sesudah pengumuman muncul.

(20)

return saham dan cumulative abnormal return saham berpengaruh secara

signifikan terhadap teragedi WTC AS sebelum dan sesudah peristiwa. Dengan kata lain peristiwa tragedi WTC AS tidak mengandung informasi bagi para investor. (Hary Mami, 2004)

Penelitian dengan menggunkan pendekatan event study yang dilakukan oleh Treisye Ariance (2002) mengenai pengaruh peristiwa pergantian persiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 terhadap return saham LQ-45 menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia bereaksi terhadap peristiwa di luar kegiatan ekonomi yang memiliki skala nasional.

(21)

statistik tidak terdapat perkembangan yang signifikan antara rata-rata

abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa.

Berdasarkan uraian serta pendahuluan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian menganai apakah Pemilihan Presiden RI tahun 2009 berpengaruh terhadap harga saham yang oleh penulis proksikan dengan abnormal return dan volume perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia pada Saham Anggota JII.

Bukti adanya hubungan antara pemilihan presiden dengan harga saham dan volume perdagangan adalah adanya kenaikan volume pedagangan pada hari-hari menjelang pemilihan prediden, seperti yang diungkap dalam Kontan pada edisi Juli minggu ke II, yakni :

Tabel 1.1. Transaksi di Bursa Masih Sepi

Tanggal Volume transaksi Nilai transaksi 7/7/2009 5,1 miliar saham Rp. 3,55 triliun 6/7/2009 3,1 miliar saham Rp. 2,98 triliun 3/7/2009 3,82 miliar saham Rp. 2,5 triliun

Sumber: Kontan, Minggu II, Juli 2009, hal : 8

(22)

IHSG sesi pertama ditutup turun tipis 0,18 persen atau 3,811 poin pada 2.079,436. Sektor pertambangan menyeret indeks di jalur negatif. Adapun indeks Kompas100 melemah 0,12 persen, kemudian indeks LQ45 berkurang 0,32 persen serta Jakarta Islamic Index melorot 1,29 persen.

Perdagangan pada sesi ini terdapat 100 saham turun, 65 saham naik, dan 59 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 4,890 triliun dari 73.929 kali transaksi dengan volume 5,271 miliar saham. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS siang ini masih stabil di bawah level 10.200. Mata uang RI ini berada di posisi Rp 10.195 per dollar AS (Kompas, Kamis, 9 Juli 2009).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan penulis, mengenai pengaruh peristiwa politik dalam negeri terhadap reaksi pasar modal Indonesia, maka dapat dirumuskan suatu masalah penelitian sebagai berikut :

(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Bedasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah :

“Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya peristiwa pemilihan presiden tahun 2009 terhadap harga saham dan volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.”

1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai reaksi pasar modal di Indonesia terhadap suatu peristiwa politik dan merupakan pengaplikasian secara nyata untuk pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

b. Bagi Universitas

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi pihak lain untuk melakukan penelitian mengenai reaksi pasar modal Indonesia terhadap suatu peristiwa politik di dalam negeri.

c. Bagi Investor

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat

digunakan sebagai masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan

penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut dilakukan oleh :

a. Marwan Asri dan Faizal Arief Setiawan (1998) dengan penelitian

berjudul “Reaksi Pasar modal Indonesia terhadap peristiwa Politik

Dalam Negeri (Event Study pada peristiwa 27 Juli 1996)”

Permasalahan yang dikemukakan :

Apakah terdapat perubahan harga dan aktivitas volume perdagangan

saham di Bursa Efek Jakarta pada peristiwa politik 27 juli 1996?

Hipotesis :

1. Peristiwa 27 Juli 1996 menghasilkan abnormal return bagi

investor

2. Rata-rata abnormal return sebelum berbeda dengan sesudah

peristiwa 27 Juli 1996

3. Rata-rata aktivitas volume perdagangan saham sebelum berbeda

(25)

Kesimpulan :

1. Abnormal return terjadi secara spontan pada event date pada

tanggal 27 Juli 1996 dengan nilai negatif selama tiga hari. Hal ini

terjadi karena peristiwa murni politik ini sama sekali tidak diduga

para pelaku pasar memiliki dampak ekonomis.

2. Tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap rata-rata

abnormal return saham sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa

27 Juli 1996, karena harga saham (yang diceminkan oleh rata-rata

return yang diterima investor) secara cepat menyesuaikan dengan

perkembangan yang terjadi.

3. Terjadi perbedaan yang signifikan atas rata-rata aktivitas volume

perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa 27 Juli 1996.

b. Jogiyanto Hartono (2000) dengan penelitian berjudul “ Perilaku

Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap

Pengumuman Deviden 2 Juli 2000”.

Permasalahan yang dikemukakan :

1. Apakah deviden mempengaruhi harga dan volume perdagangan

2. Terdapat hubungan antara reaksi volume dan harga saham

Hipotesis :

1. Reaksi harga dan volume independen, dan

(26)

Kesimpulan :

1. Reaksi harga dan reaksi volume perdagangan secara statistik

terjadi secara dependen, dan hubungan antara reaksi harga dan

volume perdagangan lebih dekat pada dependensi daripada

keeratan hubungan keduanya.

2. Pengumuman deviden menghasilkan reaksi volume yang berbeda

dengan reaksi harga, hal ini terlihat dari proporsi reaksi “berbeda”

lebih tinggi daripada reaksi “sama” atas pengumuman deviden.

Temuan penelitian ini mendukung teori tentang reaksi harga dan

reaksi volume, bahwa keduanya berbeda.

c. Treisye Ariance Lamasigi (2002) dengan penelitian berjudul “Reaksi

Pasar Modal terhadap Peristiwa Pergantian Presiden Republik

Indonesia 23 Juli 2001 : Kajian Terhadap Return Saham LQ-45 Di

PT. Bursa Efek Jakarta”.

Permasalahan yang dikemukakan :

Bagaimana kekuatan muatan informasi dari suatu peristiwa politik

terhadap aktivitas di bursa Efek Jakarta (reaksi pasar modal terhadap

peristiwa pergantian Presiden)?

Hipotesis :

1. Terdapat signifikansi abnormal return yang diperoleh pasar atas

peristiwa pergantian Presiden pada tanggal 23 Juli 2003

2. Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan

(27)

Kesimpulan :

1. Terdapat signifikansi abnormal return yang diperoleh pasar atas

peristiwa pergantian Presiden pada tanggal 23 Juli 2003, karena

pasar mengkategorikan informasi ini sebagai berita baik (good

news)

2. Tidak terdapat perkembagangan yang signifikan antara rata-rata

abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa, karena tampak

variabel harga saham yang dicerminkan oleh rata-rata abnormal

return yang diterima oleh investor secara cepat menyesuaikan

dengan perkembangan yang terjadi.

d. Inda Kristiana dan Sri Suranta (2005) dengan judul penelitian “Reaksi

Pasar Modal terhadap Peristiwa Pemilu Legislatif dan Peristiwa

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahub 2004 (event Study

Peristiwa Pemilu 5 April 2004 dan Pemilu 20 September 2004)

Permasalahan yang dikemukakan :

Apakah peristiwa pemilihan umum legislatif 5 April 2004 dan

pemilihan umum presiden dan wakil presiden 20 September 2004

mempunyai kandungan informasi yang cukup kuat untuk membuat

pasar bereaksi (adanya perubahan harga dari sekuritas yang

bersangkutan)?

Hipotesis :

1. Peristiwa pemilu legislatif 5 April 2004 menghasilkan abnormal

(28)

2. Peristiwa pemilu presiden dan wakil presiden 20 September 2004

menghasilkan abnormal return yang signifikan bagi investor.

Kesimpulan :

Peristiwa pemilu legislatif 5 April 2004 dan peristiwa pemilu

presiden dan wakil presiden 20 September 2004 menghasilkan

abnormal return yang signifikan yang berarti mengandung informasi

bagi investor.

e. Ade Noviansyah (2005) dengan judul penelitian “Reaksi Pasar Modal

Indonesia Terhadap Politik Dalam Negeri (Event Study Peristiwa

Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2004)

Permasalahan yang dikemukakan :

Apakah terdapat perubahan abnormal return dan aktivitas volume

transaksi saham pada peristiwa politik pemilihan presiden putaran II

tanggal 20 september 2004?

Hipotesis :

1. Ada perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa

pemilihan presiden putaran II tanggal 20 September 2004.

2. Ada perbedaan volume transaksi saham sebelum dan sesudah

peristiwa pemilihan presiden putaran II tanggal 20 September

(29)

Kesimpulan :

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return

sebelum dan sesudah peristiwa pemilihan presiden putaran II

tanggal 20 Sepetember 2004.

2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan trading volume acrivity

sebelum dan sesudah peristiwa pemilihan presiden putaran II

tanggal 20 Sepetember 2004.

f. C.Wahyu Estining Rahayu (2007) dengan judul penelitian “Reaksi

Pasar Modal Terhadap Pengumuman Perombakan (Reshuffle)

Terbatas Kabinet Indonesia Bersatu (Studi Empiris Pada

Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”

Permasalahan yang dikemukakan :

Bagaimanakan reaksi pasar modal, yang dicerminkan melalui harga

saham, terhadap pengumumaan perombakan (reshuffel) terbatas

Kabinet Indonesia bersatu?

Hipotesis :

Pasar modal bereaksi positif terhadap pengumuman perombakan

(reshuffle) terbatas Kabinet Bersatu.

Kesimpulan :

Pasar modal bereaksi positif dan signifikan terhadap pengumuman

resuffle anggota kabinet terbatas. Average abnormal return yang

(30)

Tabel.2.1 Perbedaan dan Persamaan Dengan Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Objek Penelitian Variabel Alat Uji

1. Marwan Asri dan Faizal Arief Setiawan (1998)

Reaksi Pasar modal Indonesia terhadap peristiwa Politik Dalam Negeri (Event Study pada peristiwa 27 Juli 1996)

30 saham yang

Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham

Reaksi Pasar Modal terhadap Peristiwa Pergantian Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 : Kajian Terhadap Return Saham LQ-45 Di PT. Bursa Efek

Reaksi Pasar Modal terhadap Peristiwa Pemilu Legislatif dan Peristiwa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahub 2004 (event Study Peristiwa Pemilu 5 April 2004 dan Pemilu 20 September 2004)

Reaksi Pasar Modal Indonesia Terhadap Politik Dalam Negeri (Event Study Peristiwa Pemilihan Presiden RI Putaran II Tahun 2004)

Reaksi Pasar Modal Terhadap Pengumuman Perombakan (Reshuffle) Terbatas Kabinet Indonesia Bersatu (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta

Pengaruh Pemilihan Presiden RI tahun 2009 berpengaruh terhadap harga saham dan volume perdagangan saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia pada Saham Anggota JII.

Saham anggota JII Harga saham dan volume perdagangan

paird sample t-test

(31)

Berdasarkan perbedaan dan persamaan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan

pengembangan dari penelitian terdahulu dan tidak plagiat.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Bentuk Pasar Modal

Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat

dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan

sesuai dengan jenis atau bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut

diperjual-belikan. Jenis – jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam

(Sunariyah, 2006: 12-14), yaitu :

1) Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang

menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang

ditetapkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar

sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana

merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham – saham

atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya

(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa.

Pada pasar perdana, hasil penjualan saham keseluruhannya masuk

(32)

2) Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah

melewati masa penawaran pada pasar perdana. Oleh karena itu

pasar sekunder merupakan tempat di mana saham dan sekuritas lain

diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di

pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh

permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya

permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu ; (a) faktor internal perusahaan, yang berhubungan dengan

kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah

dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal – hal yang seharusnya dapat

dikendalikan oleh manajemen, seperti: pendapatan per lembar

saham, besaran deviden yang dibagi, kinerja manajemen

perusahaan, dan prospek perusahaan di masa yang akan datang, (b)

faktor eksternal perusahaan, yaitu hal – hal lain yang tidak dapat

dikendalikan manajemen perusahaan, seperti: munculnya gejolak

politik pada suatu negara, perubahan kebijakan moneter, dan laju

inflasi yang tinggi. Perdagangan pasar sekunder, bila dibandingkan

dengan perdagangan pasar perdana mempunyai volume

perdagangan yang jauh lebih besar. Hasil penjualan saham pada

pasar sekunder biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan,

melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang

(33)

3) Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga merupakan pasar perdagangan surat berharga pada saat

pasar kedua tutup (Jogiyanto, 2003). Pasar ketiga dijalankan oleh

broker (dapat diterjemahkan sebagai makelar atau wali amanat atau

pialang) yang mempertemukan pembeli dan penjual pada saat pasar

kedua tutup.

4) Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal

atau dengan kata lain pengalihan saham dari suatu pemegang

saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang

efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini dilakukan

dalam jumlah besar.

2.2.2. Saham

2.2.2.1. Pengertian Saham

Menurut Darmadji (2001: 5) saham dapat didefinisikan sebagai

tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu

perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas

yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan

ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di

(34)

Saham dapat diartikan sebagai surat berharga yang memberikan

penghasilan berupa deviden, yaitu pembagian laba yang dibagikan

kepada pemegang saham apabila perusahaan penerbit saham mampu

menghasilkan laba yang besar, maka ada kemungkinan para pemegang

sahamnya akan menikmati keuntungan yang besar untuk dibagikan

sebagai deviden. Penentuan besarnya dana dialokasikan untuk

pembayaran deviden, tergantung pada RUPS.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Saham

Ada beberapa sudut pandang untuk membedakan saham (Darmadji

dan Fakhruddin, 2001: 6) :

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim

a. Saham Biasa (common stock), saham ini mewakili klaim

kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki

perusahaan. Pemegang saham biasa memiliki kewajiban yang

terbatas. Artinya, jika perusahaan bangkrut, kerugian maksimum

yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi

pada saham tersebut.

b. Saham Preferen (Preferred Stock), yaitu saham yang memiliki

karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena

bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi),

tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang

(35)

kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo

yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan membayar

deviden. Persamaannya dengan obligasi adalah adanya klaim atas

laba dan aktiva sebelumnya, devidennya tetap selama masa

berlaku dari saham, dan memiliki hak tebus dan dapat

dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

2. Ditinjau dari cara peralihannya

a. Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks), pada saham tersebut tidak

tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari

satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapa yang

memegang saham tersebut, maka dialah yang diakui sebagai

pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

b. Saham Atas Nama (Registered Stocks), merupakan saham yang

ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara

peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangan

a. Blue – Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang

memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis,

memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar

dividen.

b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki

kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen

(36)

biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan

secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka

menekan laba dan tidak mementingkan potensi.

c. Growth Stocks

1. (Well – Known), yaitu saham – saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai

leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

2. (Lesser – Known), yaitu saham dari emiten yang tidak

sebagai leader dalam industri, namun memiliki ciri

growth stock. Umumnya saham ini berasal dari daerah

dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative Stock, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa

secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,

akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di

masa mendatang, meskipun belum pasti.

e. Counter Cyclical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh

kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada

saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, dimana

emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat

dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang

(37)

2.2.2.3. Jenis Harga Saham

Harga saham sangatlah bergantung dari berbagai macam faktor,

seperti kondisi manajemen perusahaan, pendapatan saat ini, pendapatan

di masa yang akan datang serta lingkungan ekonomi yang mempengaruhi

pasar modal. Di samping itu, harga saham juga dipengaruhi faktor-faktor

eksternal seperti perilaku investor, kebijakan pemerintah,

masalah-masalah di luar negeri dan sebagainya.

Menurut Widoatmojo (1996:46) harga saham adalah nilai dari

penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam suatu perusahaan. Dalam

pasar modal terdapat beberapa jenis harga saham yaitu :

1. Harga Nominal

Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk

menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal

ini tercantum dalam lembar saham tersebut.

2. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga sebelum harga tersebut dicatat di

bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan

antara emiten dan penjamin emisi.

3. Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu ke investor

yang lain. Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatat di

(38)

4. Harga Pembukaan

Harga pembukaann adalah harga yang diminta penjual dari pembeli

pada saat jam bursa dibuka

5. Harga Penutupan

Harga yang diminta oleh penjual dan pembeli saat akhir hari buka

6. Harga Tertinggi

Harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetapi

bisa berkali dan tidak terjadi pada harga saham yang lama. Dari

harga-harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada

satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi.

7. Harga Terendah

Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu

harga yang paling rendah pada satu hari bursa.

8. Harga Rata-rata

Harga rata-rata merupakan rata-rata dari harga tertinggi dan

terendah. Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan,

atau tahunan.

2.2.2.4. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham menurut Darmadji (2001: 95) merupakan

indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Di pasar

modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi :

(39)

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio

4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif

5. Memfasilitasi berkembangnya produk detivatif.

PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam indeks harga saham

yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun

elektronik, sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi

di pasar modal. Ke delapan macam indeks tersebut adalah :

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua

emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam

masing-masing sektor.

3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan

kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang

telah ditentukan.

4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk

dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki

kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.

5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 saham yang dipilih

berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

6. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam

(40)

7. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk

dalam kriteria papan pengembangan.

8. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.

Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan

yang sama, yaitu metode rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham

tercatat. Perbedaan utama pada masing-masing indeks jumlah emiten dan

nilai dasar yang digunakan untuk penghitungan indeks. Misalnya untuk

Indeks LQ45 menggunakan 45 saham untuk perhitungan indeks

sedangkan Jakarta Islamic Index (JII) menggunakan 30 saham untuk

perhitungan indeks.

2.2.2.5. Jakarta Islamic Index

Tanggal 3 Juli 2000, PT. Bursa Efek Indonesia bekerja sama

dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan

indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta

Islamic Index (JII).

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari

saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal

peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah

melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment

Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan

saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam - LK, bekerja sama

(41)

Bapepam - LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek

Syariah.

2.2.2.5.1. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah

Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,

terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan

syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat

dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index.

Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan

Bapepam - LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis

kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah

Islam adalah:

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan

yang dilarang.

2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi,

jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.

3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau

menyediakan :

a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram

li-dzatihi)

b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram

(42)

c. Barang atau jasa yang meruska moral dan bersifat mudarat.

4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat

(nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih

dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan

kesyariahannya oleh DSN-MUI.

Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah

adalah:

1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di

atas.

2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan

penyerahan barang / jasa dan perdagangan dengan penawaran dan

permintaan palsu.

3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:

a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total

ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga

dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%)

b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya

dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari

10%

2.2.2.5.2. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index

Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan

(43)

1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah

(DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam - LK.

2. Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan

urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.

3. Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat

likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.

2.2.2.5.3. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham

Jakarta Islamic Index akan direview setiap 6 bulan, yaitu setiap

bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh

Bapepam-LK. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan

dimonitor secara terus menerus berdasarkan data public yang tersedia.

Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000.

Akan tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang,

hari dasar yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai

indeks sebesar 100.

2.2.3. Pendekatan Untuk Penilaian Investasi Saham

Syamsyir (2008 : 2), adanya anggapan bahwa pasar modal

hanyalah ajang spekulasi tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar atau

salah. Sebenarnya ada persamaan dan perbedaan yang paling mendasar

(44)

Persamaan yang paling mendasar diantara kuduanya adalah bahwa

baik dalam kegiatan investasi maupun spekulasi ada peluang untuk

menerima keuntungan dan kemungkinan untuk menderita kerugian.

Perbedaanya adalah dalam kegiatan investasi, peluang untuk menerima

keuntungan harus lebih besar dari dibandingkan dengan peluang untuk

menderita kerugian. Sebaliknya, dalam spekulasi peluang untuk menerima

keuntunga akan lebih kecil dibanding peluang untuk menderita kerugian.

Penggolongan kegiatan di pasar modal termasuk spekulasi atau

bukan, sebenarnya berpulang kepada investor itu sendiri, jika mereka

mengambil keputusan beli atau jual hanya dengan melihat pergerakan

harga terakhir (last done) tanpa melakukan analisa yang mencukupi

terlebih dahulu tentang saham yang mereka minati, maka tentu saja kita

bisa mengatakan bahwa mereka termasuk golongan spekulator. Namun

jika keputusan pembelian atau penjualan yang dilakukan investor

didahului dengan melakukan analisa yang memadai, sehingga mereka bisa

mengkakulasi peluang atas keuntungan atau kerugian, maka tentu saja kita

tidak bisa mengatakan bahwa kegiatan pembelian atau penjualan tersebut

sebagai kegiatan spekulasi.

Secara garis besar, terdapat dua jenis analisa yang dapat digunakan

dalam pasar modal, yaitu analisis dengan pendekaltan tradisional dan

(45)

2.2.3.1. Pendekatan Tradisonal

Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan

tradisional digunakan dua analisis, yaitu (Sunariyah, 2006:168-178) :

1.Analisis Teknikal, teknik analisis yang mengunakan data atau catatan

mengenai pasar untuk mengetahui permintaan dan penawaran suatu

saham tertentu atau pasar secara keseluruhan.

Data untuk melakukan analisis teknikal adalah :

a) Harga saham yang dikeluarkan emiten

b) Volume perdagangan di bursa

c) Indeks Harga Saham Gabungan

Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah :

a) Terdapat ketergantungan sistematik di dalam return yang

dapat dieksploitasi ke abnormal return.

b) Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga

masa lalu diamati ketika memprediksi distribusi return

sekuritas.

c) Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan

penawaran saham.

Akurasi dari analisis teknikal adalah :

a) Di dasarkan pada data pasar yang di publikasikan.

b) Fokus pada ketepatan waktu

(46)

d) Fokus pada faktor – faktor internal yang mempengaruhi

harga suatu saham.

e) Mendeteksi perubahan harga saham dalam jangka pendek

2.Analisis Fundamental, pendekatan yang didasarkan pada suatu

anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Estimasi nilai

intrinsik saham dibandingkan dengan harga pasar saham sekarang.

Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel

perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return

yang diharapkan dan suatu risiko yang melekat pada saham tersebut.

Pendekatan yang di gunakan dalam analisis fundamental :

a. Penilaian Saham berdasarkan Pendekatan Laba (Price – Earning

Ratio Aproach), Pendekatan ini paling banyak digunakan oleh

para pemodal dan analis sekuritas. Pendekatan ini didasarkan

hasil yang diharapkan pada perkiraan laba perusahaan di masa

yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa lama

investasi saham akan kembali

Formula 1

Dimana :

DIV = Dividen yang diharapkan per lembar per tahun

P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun

P0 = Harga saham sekarang

(47)

Formula 3

b. Pendekatan Nilai Sekarang (Present Value), nilai suatu saham

diestimasi dengan cara mengkapitalisasi pendapatan. Nilai

sekarang suatu saham sama dengan nilai sekarang dari arus kas

di masa yang akan datang yang pemodal harapkan diterima dari

investasi saham tersebut.

Berikut ini adalah gambaran keunggulan dan lememahan

masing-masing alat analisa (Syamsier, 2008 : 3-6) :

Tabel.2.2. Perbedaan Analisa Fundamental dan Analisa Teknikal Analisa Fundamental Analisa Teknikal

Keunggulan Keunggulan

1. Bisa meramalkan harga dengan tepat

(pada pasar yang sangat efisien atau setidaknya semi efisien).

2. Mampu memberikan dasar yang logis

dalam mengambil keputusan investasi.

3. Mampu memberikan gambaran yang

sangat jelas tentang oprasional perusahaan .

1. Waktu yang dibutuhkan sedikit.

2. Bisa mengakomodasi kebutuhan

analisa yang sesuai dengan time-horizone masing-masing investor.

3. Mampu memberikan gambaran

psikologis pasar.

4. Maemiliki daya fleksibelitas

dalam analisa sesuai dengan periode waktu yang diinginkan.

Kelemahan Kelemahan

1. Memakan banyak waktu.

2. Cenderung subjektif karena banyaknya asumsi yang digunakan.

3. Sulit berfungsi pada pasar yang tidak efisien.

4. Umumnya dilakukan untuk mendukung

keputusan investasi jangka panjang.

1. Melibatkan banyak orang dengan ekspektasi berbeda.

2. Membutuhkan banyak data time

series.

(48)

2.2.3.2. Pendekatan Pertofolio Modern

Pendekatan portofolio menekankan pasa aspek sikologi bursa

dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien.

Pasar Efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan

secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa.

Terlepas dari pendekatan fundamental mana yang digunakan, bila

seorang pemodal atau analis ingin menggunakan pendekatan analis

secara cermat, maka dia memerlukan kerangka kerja (frame work).

Kerangka kerja tersebut berupa tahapan anlisis yang harus dilakukan

secara sistematik. Tahapan analisis diantaranya (Sunariyah, 1997:163):

1. Analisis Ekonomik

Analisis ekonomik bertujuan untuk mengetahui jenis prospek bisnis

suatu perusahaan. Aktivitas ekonomik akan mempengatuhi laba

perusahaan. Jadi, lingkungan ekonomi yang sehat akan sangat

mendukung perkembangan perusahaan. Dalam analisis ekonomik ini

terdapat banyak variabel yang bersifat makro, antara lain pendapatan

nasional, kebijakan moneter, dan fiskal, tingkat suku bunga, dan

sebagainya.

2. Analisis Industri

Analisis industri diperlukan untuk mengetahui kelemahan dan

kekuatan jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Hal-hal penting

(49)

seperti penjualan dan laba perusahaan, permanen industri, sikap dan

kabijakan pemerintah terhadap industri, kondisi persaingan dan harga

saham perusahaan yang sejenis

3. Analisis Perusahaan

Analisis perusahaan untuk mengetahui kenrja perusahaan. Para

penanam modal memerlukan informasi tentang perusahaan yang

relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi. Informasi

tersebut termasuk baik informasi intern dan ekstern perusahaan.

Informasi tersebut antara lain tentang informasi laporan keuangan

periode tertentu . Disamping itu, dapat pula dianalisis mengenai

solvabilitas, rentabilitas, dan likuiditas perusahaan.

2.2.3.3. Informasi Di Pasar Modal

Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang berarti

bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini

atau masa yang akan datang. Informasi ini dapat dianggap sebagai suatu

sumber daya olah, karena informasi seperti sumber daya yang lain di

dalam organisasi (men, money, material dan machine) yang dapat

di“managed”. Selain itu informasi merupakan unsur penting bagi

investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan

keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini,

(50)

perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,

relevan, akurat, dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar

modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.

Informasi merupakan hal yang sangat mempengaruhi perdagangan

surat berharga di pasar modal. Undang-undang No. 8 tahun 1995 tentang

pasar modal memberi batasan mengenai informasi (pasal 1 ayat 4)

sebagai berikut: “informasi atau fakta material adalah informasi atau

fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang

dapat mempengaruhi harga saham di bursa efek dan atau merupakan

keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan

atas informasi atau fakta tersebut”.

Berdasarkan pengertian informasi di atas, tampak bahwa informasi

yang relevan dengan kondisi pasar modal berpengaruh dalam melakukan

pengambilan keputusan investasi. Kecepatan reaksi antara suatu kejadian

dengan pengaruhnya terhadap harga saham di bursa tergantung pada

kekuatan efisiensi suatu bursa.

Menurut Jogiyanto (2008:392) informasi yang dipublikasikan

sebagai pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam

pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut

mengandung nilai, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu

pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan

(51)

mempengaruhi dalam memutuskan tindakan atau sikap dalam seluruh

aktivitas jual beli (perdagangan) saham di Bursa Efek. Informasi

mutakhir (misal : profil baru perusahaan, informasi akuntansi atau

peristiwa, dan sebagainya) sangat mempengaruhi jumlah transaksi saham

dan sensitifitas terhadap terjadinya fluktuasi membuat para investor

mampu mengantisipasi keadaan. Hal ini menyebabkan jumlah transaksi

saham atau volume saham yang diperdagangkan mengalami perubahan.

2.2.4. Event Study

Studi peristiwa merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar

terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai

suatu pengumuman. Event study digunakan untuk menguji kandungan

informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga

digunakan untuk menguji effisiensi pasar bentuk setengah kuat.

(Jogiyanto, 2008:529)

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi

dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka

diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima

oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga

sekuritas yang dapat diukur dengan return sebagai nilai perubahan harga

atau dengan abnormal return. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi

(52)

Selain itu, Event Study dapat diartikan sebagai suatu pengamatan

mengenai pergerakan harga saham di pasar modal untuk mengetahui

apakah ada abnormal return yang diperoleh pemegang saham akibat dari

suatu peristiwa tertentu dan bertujuan mengukur hubungan antara suatu

peristiwa yang mempengaruhi peristiwa surat berharga dan pendapatan

(return) dari surat berharga (Marwan Asri, 1998).

Berdasarkan pengertian tersebut, tampak bahwa sebenarnya event

study dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal dengan

pendekatan pergerakan harga saham terhadap suatu peristiwa tertentu.

Sejalan dengan tujuan itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji

hipotesis pasar modal efisien pada bentuk setengah kuat seperti yang

dilakukan oleh Fama (1991) yang kemudian diikuti oleh berbagai peneliti

pasar modal lainnya.

Event study memiliki sejarah panjang dalam penelitian terhadap

pasar modal. Penelitian yang dilakukan oleh Dolley (1930) yang meneliti

tentang pengaruh stock splits terhadap kekayaan pemegang saham

merupakan event study yang pertama kali dilakukan, meski tidak

menggunakan metodologi event study seperti yang dikenal sekarang.

Berbagai penelitian berikutnya dilakukan oleh Myers dan Bakay (1948),

Barker (1965), Ashley (1962) serta Fama (1969) makin menyempurnakan

(53)

Event study memiliki jangkauan yang luas, namun sebagian besar

dari penelitian-penelitian yang ada meneliti kaitan antara pergerakan harga

saham dengan peristiwa ekonomi seperti stock splits, pengumuman

deviden, marger, tingkat bunga tabungan dan lainnya. Baru sekitar dua

dekade terakhir ini banyak dilakukan event study terhadap

peristiwa-peristiwa di luar isu-isu ekonomi.

Beberapa isu di luar isu ekonomi yang diteliti diantaranya isu

lingkungan, kecelakaan reactor nuklir di Chernobly oleh Kalra, Henderson

dan Raines (1993); kecelakaan penerbangan karena tidak terbangnya

pesawat DG 10 oleh Mansur, Conhran dan Froiro (1989) dalam Marwan

Asri (1998).

Indikasi makin banyaknya penelitian yang berbasis pada event

study yang mengambil kaitan antara perubahan harga saham dengan

berbagai peristiwa atau informasi yang tidak terkait laingsung aktivitas

ekonomi menunjukkan makin terintegrasinya peran pasar modal dalam

kehidupan sosial masyarakat dunia.

2.2.5. Abnormal Return

Abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari

return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal

(54)

return sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi, dengan rumus

sebagai berikut:

RTNi,t = Ri,t − E [Ri,t]

Dimana :

RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i

pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i

pada periode peristiwa ke-t

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa

ke-t

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu

ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga

sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pi,t − Pi,t-1)/ Pi,t-1.

Sedang return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Ada

tiga model untuk mengestimasi return ekspektasi yaitu model estimasi

mean-adjusted model, market model, dan market adjusted model

(Jogiyanto, 2008:550).

a) Mean-Adjusted Model

Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) ini menganggap

bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata

return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation

(55)

(Jogiyanto, 2008:550)

Dimana :

E [Ri,t] = return ekspektasi sekuritas i pada periode peristiwa

ke-t.

Ri,j = return realisasi sekuritas i pada periode peristiwa

ke-j.

T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan

t2.

b) Market Model

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model)

ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model

ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode

estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk

mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model

ekspektasi ini dapat dibentuk dengan teknik OLS (Ordinary Least

Square) dengan persamaan:

(Jogiyanto, 2008: 555)

Dimana :

Rit = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t

(56)

βi = koefisien slope yang merupakan beta untuk sekuritas

ke-i

Rmt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t yang

dapat dihitung dengan rumus:

Dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan.

εit : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t

c) Market-Adjusted Model

Model disesuaikan-pasar (market-adjusted model) menganggap

bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu

sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan

menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode

estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas

yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

Misalnya pada hari pengumuman peristiwa, return indeks pasar

adalah sebesar 18%, dengan model disesuaikan-pasar (

market-adjusted model) ini, maka return ekspektasi semua sekuritas di hari

yang sama tersebut adalah sama dengan return indeks pasarnya,

yaitu sebesar 18% tersebut. Jika return suatu sekuritas pada hari

pengumuman peristiwa adalah 35%, maka besarnya abnormal

return yang terjadi adalah 17% (35% − 18%). (Jogiyanto, 2008:

(57)

2.2.6.Trading Volume Activity

Trading Volume Activity (TVA) merupakan instrumen yang dapat

digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter pergerakan volume perdagangan di pasar. Ditinjau dari

fungsinya, maka dapat dikatan bahwa TVA merupakan suatu variasi dari

event study. Perbedaan dari keduanya adalah pada parameter yang

digunakan untuk mengukur reaksi pasar terhadap suatu kejadian.

Pendekatan TVA ini dapat juga digunakan untuk menguji hipotesis pasar

efisiensi pada bentuk lemah. Hal ini karena pada pasar yang belum

efisien atau efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum

mencerminkan informasi yang ada, sehingga penelitian hanya dapat

mengamati reaksi pasar modal melalui pergerakan volume perdagangan

pada pasar modal yang diteliti (Marwan Asri, 1998).

Perhitungan TVA dilakukan dengan membandingkan jumlah

saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu

dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada kurun waktu

yang sama.

2.2.7. Teori yang Menjelaskan Pengaruah Harga Saham dan Volume Perdagangan Terhadap Event Study

Pengujian kandungan informasi suatu pengumuman hanya

melibatkan sebuah faktor saja, yaitu faktor abnormal return, sedangkan

(58)

faktor, yaitu abnormal return dan kecepatan reaksi (Jogiyanto, 2008 :

530).

Dihubungkan dengan volume, suatu laporan yang diumumkan

(event) memiliki kandungan informasi, apabila jumlah saham yang

diperdagangkan menjadi lebih besar ketika earning dimumkan dari pada

saat waktu lain di tahun tersebut (Beaver,1968) Di lain pihak suatu

laporan yang diumumkan memiliki kandungan informasi apabila harga

berubah, yang mengakibatkan investor memperoleh abnormal return.

Perubahan harga merefleksikan perubahan rata-rata pasar secara

agregat, sebaliknya volume perdagangan merupakan jumlah tindakan

atau perdagangan investor individual. Reaksi harga atas informasi publik

merefleksikan revisi kepercayaan dalam pasar agregat yang merupakan

akibat dari adanya informasi tersebut.(Jogiyanto dan Bandi, 2000)

Menurut Karpoff (Ambar dan Bambang, 1998:242) bahwa

meskipun para investor memberikan interpretasi yang sama terhadap

public announcement, transaksi perdagangan dapat tetap terjadi di antara

para investor dalam melakukan perdagangan guna melepaskan posisi

spekulasi mereka.

Holthousan dan Verrocchia (Ambar dan Bambang, 1998:242)

bahwa suatu pengumuman yang tidak membawa informasi baru tidak

akan mengubah kepercayaan investor, sehingga mereka tidak akan

melakukan perdagangan. Hal senada juga diungkapkan oleh Kim dan

(59)

Holthausan bahwa volume perdagangan merupakan suatu fungsi

peningkatan (increasing function) dari perubahan harga merefleksikan

revisi kepercayaan dalam pasar agregat yang merupakan akibat dari

adanya informasi baru tersebut.

Francis 1992, menurut random-walk theory, harga pasar sekuritas

seharusnya berfluktuasi secara random di sekitar nilai intrinsiknya,

karena (1) karena informasi baru datang pada interval yang random

setiap hari, (2) informasi baru ini menyebabkan analisis sekuritas

mengevaluasi kembali nilai sekuritas-sekuritas yang dipengaruhi oleh

informasi tersebut, (3) perdagangan di pasar sekuritas yang didasarkan

pada aturan jual-beli (buy-sell rule), yang menyebabkan harga sekuritas

berfluktuasi secara random sebagaimana mereka mengikuti perubahan

nilai intrinsik secara konstan dan tidak dapat diprediksi. Sedangkan,

volume perdagangan saham dipandang sebagai indikator dari kuat atau

lemanhnya pasar. Jika volume perdagangan meningkat sejalan dengan

pergerakan harga saham, baik naik atau turun, maka kemungkinan harga

saham akan bertahan pada trend harga yang sedang berlaku pada saat itu.

Sebaliknya, penurunan volume perdagangan dianggap sebagai indikator

bahwa trend harga yang sedang berlaku akan berubah (Sri Lestarai,

2002).

Karporf (Ambar dan Bambang, 1998:242) menyatakan bahwa

(60)

harga yang disepakati oleh pihak penjualan dan pembeli selama periode

transaksi. Kesempatan bertransaksi muncul karena pembeli dan penjual

terdapat tingkat permintaan dan penawaran yang berbeda.

Tingkat permintaan saham yang berbeda dengan penawaran saham

dipengaruhi oleh pengharapan investor terhadap suatu saham apakah

optimis atau pesimis. Apabila investor mengartikan sebagai isyarat

positif atas suatu informasi maka tingkat permintaan saham akan lebih

tinggi dari pada penawaran saham yang ada, sehingga volume

perdagangan saham diperkirakan meningkat. Sebaliknya, apabila muncul

isyarat negatif atas suatu informasi, maka tingkat permintaan saham yang

terjadi akan lebih rendah dibandingkan dengan tingkat penawaran saham

yang ada, sehingga diperkirakan terjadi penurunan dalam volume

perdagangan saham.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa volume

perdagangan saham berubah-ubah mengikuti harapan investor atas

informasi yang mereka peroleh. Perubahan volume perdagangan saham

di pasar modal ini dapat menunjukkan aktivitas perdagangan saham di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mencerminkan keputusan investor.

Menurt Beaver, 1968 dan Baron, 1995, Perbedaan penting antara

pengujian harga dan volume adalah bahwa harga merefleksikan

(61)

volume merefleksikan perubahan dalam pengharapan investor individual

(Jogiyanto dan Bandi, 2000).

Suatu informasi, misalnya peristiwa politik mungkin netral dalam

artian tidak mengubah pengharapan tentang pasar sebagai suatu

keseluruhan, tetapi mungkin mengubah pengharapan secara individual.

Dalam situasi seperti ini tidak ada reaksi harga, tetapi mungkin ada

pergantian dalam posisi portofolio yang merefleksikan reaksi volume.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Peristiwa pemilihan Presiden RI  8 Juli 2009 

Pasar Modal Bereaksi 

Terjadi Abnormal Return dan perubagan aktiviats  perdanganan 

Abnormal Return dan Trading Volume 

Activity Sebelum Peritiwa Pemilihan  Presiden  

Abnormal Return dan Trading Volume 

Activity Setelah Peritiwa Pemilihan  Presiden  

(62)

2.3. Hipotesis

Berdasarkan teori dan kerangka pikir tersebut disusun hipotesis

sebagai berikut :

1. Terjadi perubahan harga (abnormal return) pada saat pemilihan presiden

tahun 2009

2. Diduga ada perbedaan harga saham (abnormal return) sebelum dan

sesudah peristiwa pemilihan presiden tanggal 8 Juli 2009.

3. Ada perbedaan traidingvolume activity sebelum dan sesudah pemilihan

(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variable

Definisi operasional dan pengukurran variabel berisi pernyataan

tentang pengoperasian dan pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi

variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran

variabelnya.(Anonim, 2008: IV-10)

Mengetahui reaksi pasar modal akibat suatu peristiwa dapat diuji

dengan melihat return tidak normal (abnormal return) yang terjadi dan

untuk melihat reaksi pasar modal terhadap suatu informasi dapat digunakan

pengujian melalui parameter aktivitas volume perdagangan (TVA) di pasar

yang merupakan suatu variasi dari event study (Marwan Asri , 1998 :

141-142).

Berdasarkan uraian di atas, maka variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Retun Tidak Normal (Abnormal Return)

Abnormal return adalah kelebihan atau selisih dari return yang

sebenarnya (actual return) dengan return yang diharapkan oleh investor

(expected return). Perhitungan abnormal return dengan rumus :

(64)

Dimana :

AR

i,t = abnormal return saham j pada hari ke -t

R

i,t = actual return saham j pada hari ke -t

E [R

i,t] = expected return saham j pada hari ke –t

2. Aktivitas Volume Perdagangan Saham (Trading Volume Activity)

Aktivitas volume perdagangan adalah salah satu pendekatan yang

digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui

parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar.

Perhitungan TVA dengan cara membandingkan saham yang

ditransaksikan pada periode event window dengan saham yang beredar

pada periode yang sama.

3.2. Teknik Penentual Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek (satuan-satuan atau

individu-individu) yang memiliki ciri atau karakteristik yang sama

Gambar

Tabel 1.1. Transaksi di Bursa Masih Sepi
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel. 4.1. Hasil Perhitungan Expected Return
Tabel 4.2.  Data Average Abnormal Return (AAR) 30 Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Penghitungan Uji

Menurut Sudarsono (1996), untuk keperluan menetralkan Al 3+ dalam kompleks jerapan tanah, maka jumlah dolomit yang diperlukan adalah 1 ton / ha untuk setiap me Al 3+ yang

Pelaksanaan discharge planning yaitu tindakan yang dilakukan perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mempersiapkan pasien dan keluarga dalam perawatan lanjutan di rumah

This study aims to determine the efficiency of the use of mud crab shells as raw material for chitosan and to determine the most optimal chitosan concentration and stirring time

Latar belakang kelompok 2201 KKN UNY merumuskan program Sosialisasi Program Kerja adalah ingin memperkenalkan anggota kelompok KKN 2201 yang akan melaksanakan program kerja

Webcam Monitoring Ruangan Menggunakan Sensor Gerak PIR ( Passive.. Infra

Pengurus sepakbola liga bank mandiri dalam memberikan informasi hasil pertandingan, klasemen sementara serta profil team, bisa melalui media internet dengan membuat web site

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa semua Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit Tanpa Kelas mempunyai kewajiban untuk