ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L. ) SEBAGAI ANALGETIK
TERHADAP MENCIT GALUR Swiss Webster
Defri Ferdiansyah N, 2011; Pembimbing I : Endang Evacuasiany,dra,Apt., MS, AFK
Pembimbing II : Prof. Dr. Susy Tjahjany, dr. Mkes
ABSTRACT
THE EFFECT OF BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) ETHANOL EXTRACT AS AN ANALGESIC
TO Swiss Webster MICE STRAIN
Defri Ferdiansyah N, 2011; 1st Tutor : Endang Evacuasiany,dra,Apt., MS, AFK 2nd Tutor : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes
Pain is a mechanism of body defense. One way to allay or decreasing the pain is using medicines that have analgesic effect. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) has used as traditional medicine to relieve pain. The aim of this research is to evaluate the analgesic effect of bandotan ethanol extract. This research was a prospective experimental studies with Complete Randomize Trial Design that has comparative characteristic. The trial of analgesic effect was accomplished with thermal method as a pain inducement. Twenty five Swiss Webster mice strain, 10-25 grams of weight were divided into five groups. The 1st, 2nd, 3rd groups were given bandotan ethanol extract with different doses 195, 585 and 975 (mg/ 25 gBW of mice). The 4thgroup was given asetosal 10,5 mg/ 25 gBW of mice as positive control and the 5th group was given CMC 1% as negative control. The reactions time of mice such as lick the forefoot or jump were measured at 10, 20, 30, 45, 60, 75 and 90 minutes after the treatments were given. The data is analyzed using one way ANOVA followed by Tukey HSD mean different test with = 0,05. The result of this research was the reaction time of the 3rd group was significantly different with negative control group. Conclusion: bandotan ethanol extract has an analgesic effect.
DAFTAR ISI
JUDUL……….i
LEMBAR PERSETUJUAN………..ii
SURAT PERNYATAAN………..iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan ... 2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 2
1.5 Kerangka Pemikiran ... 3
1.6 Hipotesis ... 3
1.7 Metodologi ... 3
1.8 Lokasi dan Waktu ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Rasa Nyeri ... 5
2.1.1 Definisi ... 5
2.1.2 Klasifikasi Nyeri ... 6
2.1.3 Reseptor Nyeri ... 6
2.1.4 Stimulus Nyeri ... 7
2.1.5 Jaras rangkap dua untuk Penjalaran sinyal nyeri ke dalam system saraf pusat ... 9
2.1.6 Sistem Penekanan Rasa Nyeri (Analgesia) Dalam Otak Dan Medulla Spinalis ... 13
2.2 Analgetik ... 15
2.2.1 Klasifikasi analgetika ... 15
2.2.2 Efek Samping NSAIDs ... 17
2.2.3 Asetosal ... 18
2.3 Bandotan ... 21
2.3.1 Morfologi Bandotan ... 21
2.3.2 Khasiat Bandotan ... 22
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Alat dan Bahan ... 24
3.2 Persiapan Penelitian ... 24
3.3 Metode Penelitian ... 25
3.3.1. Desain Penelitian ... 25
3.3.2. Variabel Penelitian ... 25
3.3.3. Metode Penarikan Sampel... 26
3.3.4 Prosedur Kerja ... 26
3.3.5 Metode Analisis ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Hasil Penelitian ... 29
4.2 Pembahasan ... 34
4.3 Uji Hipotesis ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
5.1 Kesimpulan ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Waktu Reaksi 10 Menit sebelum Perlakun……… Tabel 4.2 Hasil ANAVA Waktu Reaksi 10 Menit sebelum Perlakuan……..
Tabel 4.3 Rerata Waktu Reaksi Total setelah Perlakuan Selama 90 Menit ..
Tabel 4.4 Hasil ANAVA Rerata Waktu Reaksi Totsl setelah Perlakuan …..
Tabel 4.5 Uji Beda Tukey HSDWaktu Reaksi Total setelah Perlakuan…....
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kurva distribusi suhu kulit minimal yang menyebabkan
timbulnya rasa nyeri………...
Gambar 2.2 Penjalaran sinyal nyeri yang sifatnya tajam-akut dan kronik lambat menuju dan melewati medula spinalis untuk
selanjutnya ke batang otak ………….………
Gambar 2.3 Penjalaran sinyal nyeri menuju rombensefalon, talamus, dan
korteks melalui jaras nyeri tusuk dan jaras nyeri terbakar …. Gambar 2.4 Sistem analgesia dalam batang otak dan medula spinalis……..
Gambar 2.5 Ageratum conyzoidesL. ………..………..
Gambar 4.1 Diagram Perbedaan Waktu Reaksi Sebelum dan Setelah Perlakuan
……….
Gambar 4.2 Grafik Rerata Waktu Reaksi Setelah Perlakuan……… 8
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 DOSIS
Perhitungan dosis Asetosal
Penelitian sebelumnya (Pratiwi, 2006)
Dosis asetosal 30 mg/ 100 gBB tikus (Wahjoedi, Yun Astuti N., B. Nuratmi, 1997)
Konversi dari tikus dengan berat ±200 g ke mencit dengan berat ±20 g adalah 0,14
Mencit yang digunakan dalam penelitian beratnya ±25 g Volume lambung mencit ± 0,5 ml
Perhitungan :
Dosis asetosal untuk tikus = 30 mg/ 100 gBB tikus = 60 mg/ 200 gBB tikus Dosis asetosal untuk mencit = 60 mg x 0,14
= 8,4 mg/ 20 gBB = 10,5 mg/ 25 gBB
Dosis asetosal diberikan 10,5 mg/ 0,5 ml (volume lambung mencit) 105 mg asetosal dilarutkan dalam 10 ml aquadest
Perhitungan dosis Ekstrak Etanol Daun Bandotan (Ageratum conyzoides L.)
Penelitian sebelumnya (Rina, 2004)
Dosis Bandotan 1 (D1) = 156 mg/ 20 gBB mencit = 195 mg/ 25 gBB Dosis Bandotan 2 (D2) = 468 mg/ 20 gBB mencit = 585 mg/ 25 gBB Dosis Bandotan 3 (D3) = 780 mg/ 20 gBB mencit = 975 mg/ 25 gBB
Volume pemberian 0,5 ml
Untuk dosis 3 (975 mg/ 25 gBB mencit) = 975 x 10 = 9750 mg Ageratum conyzoides L. + 10 ml aquadest = larutan induk. Jadi 0,5 ml (pemberian untuk 1 mencit) = 975 mg/ 25 gBB mencit.
Untuk dosis 2 (585 mg/ 25 gBB mencit) = ambil 3 ml dari larutan induk kemudian diencerkan 3x (+ 6 ml aquadest ). Jadi 0,5 ml (pemberian untuk 1 ekor mencit) = 585 mg/ 25 gBB mencit.
Untuk dosis 1 (195 mg/ 25 gBB mencit) = ambil 1,5 ml dari larutan induk kemudian diencerkan 5x (+ 7,5 ml aquadest). Jadi 0,5 ml (pemberian untuk 1 ekor mencit) = 195 mg/ 25 gBB mencit.
Suspensi CMC 1% :
LAMPIRAN 2
OUTPUT HASIL PENGAMATAN
Waktu Reaksi 10 Menit sebelum Perlakuan
Oneway
Descriptives
waktu reaksi (detik)
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
bandotan dosis 1 5 4.5800 1.03730 .46390 3.2920 5.8680
bandotan dosis 2 5 3.8880 .86317 .38602 2.8162 4.9598
bandotan dosis 3 5 3.5660 .53158 .23773 2.9060 4.2260
kontrol + 5 3.6620 .83206 .37211 2.6289 4.6951
kontrol - 5 3.3240 .83710 .37436 2.2846 4.3634
Total 25 3.8040 .87961 .17592 3.4409 4.1671
Descriptives
waktu reaksi (detik)
Minimum Maximum
bandotan dosis 1 3.00 5.59
bandotan dosis 2 3.08 5.15
bandotan dosis 3 3.00 4.06
kontrol + 2.77 4.57
kontrol - 2.17 4.51
Total 2.17 5.59
Test of Homogeneity of Variances
waktu reaksi (detik)
Levene Statistic df1 df2 Sig.
ANOVA
waktu reaksi (detik)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.582 4 1.146 1.638 .204
Within Groups 13.987 20 .699
Total 18.569 24
Waktu Reaksi Total setelah Perlakuan Selama 90 Menit
Oneway
Descriptives
waktu reaksi (detik)
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
bandotan dosis 1 7 6.6186 1.21192 .45806 5.4977 7.7394
bandotan dosis 2 7 6.4400 1.33806 .50574 5.2025 7.6775
bandotan dosis 3 7 7.4329 .85679 .32384 6.6405 8.2253
kontrol + 7 9.2286 3.57556 1.35144 5.9217 12.5354
kontrol - 7 4.3071 .39348 .14872 3.9432 4.6710
Total 35 6.8054 2.36595 .39992 5.9927 7.6182
Descriptives
waktu reaksi (detik)
Minimum Maximum
bandotan dosis 1 5.11 7.79
bandotan dosis 2 4.51 8.25
bandotan dosis 3 6.16 8.94
kontrol + 5.93 13.50
kontrol - 3.71 4.81
Test of Homogeneity of Variances
waktu reaksi (detik)
Levene Statistic df1 df2 Sig.
35.792 4 30 .000
ANOVA
waktu reaksi (detik)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 88.726 4 22.182 6.550 .001
Within Groups 101.596 30 3.387
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
waktu reaksi (detik)
Tukey HSD
(I) pemberian bandotan
dosis 1, 2, 3, kntrol +/-
(J) pemberian bandotan
dosis 1, 2, 3, kntrol +/-
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
dimension2
bandotan dosis 1
dimension3
bandotan dosis 2 .17857 .98366 1.000
bandotan dosis 3 -.81429 .98366 .920
kontrol + -2.61000 .98366 .086
kontrol - 2.31143 .98366 .157
bandotan dosis 2
dimension3
bandotan dosis 1 -.17857 .98366 1.000
bandotan dosis 3 -.99286 .98366 .849
kontrol + -2.78857 .98366 .058
kontrol - 2.13286 .98366 .219
bandotan dosis 3
dimension3
bandotan dosis 1 .81429 .98366 .920
bandotan dosis 2 .99286 .98366 .849
kontrol + -1.79571 .98366 .378
kontrol - 3.12571* .98366 .026
kontrol +
dimension3
bandotan dosis 1 2.61000 .98366 .086
bandotan dosis 2 2.78857 .98366 .058
bandotan dosis 3 1.79571 .98366 .378
kontrol - 4.92143* .98366 .000
kontrol -
dimension3
bandotan dosis 1 -2.31143 .98366 .157
bandotan dosis 2 -2.13286 .98366 .219
bandotan dosis 3 -3.12571* .98366 .026
kontrol + -4.92143* .98366 .000
Multiple Comparisons
waktu reaksi (detik)
Tukey HSD
(I) pemberian bandotan
dosis 1, 2, 3, kntrol +/-
(J) pemberian bandotan
dosis 1, 2, 3, kntrol +/-
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
dimension2
bandotan dosis 1
dimension3
bandotan dosis 2 -2.6746 3.0318
bandotan dosis 3 -3.6675 2.0389
kontrol + -5.4632 .2432
kontrol - -.5418 5.1646
bandotan dosis 2
dimension3
bandotan dosis 1 -3.0318 2.6746
bandotan dosis 3 -3.8461 1.8603
kontrol + -5.6418 .0646
kontrol - -.7203 4.9861
bandotan dosis 3
dimension3
bandotan dosis 1 -2.0389 3.6675
bandotan dosis 2 -1.8603 3.8461
kontrol + -4.6489 1.0575
kontrol - .2725 5.9789
kontrol +
dimension3
bandotan dosis 1 -.2432 5.4632
bandotan dosis 2 -.0646 5.6418
bandotan dosis 3 -1.0575 4.6489
kontrol - 2.0682 7.7746
kontrol -
dimension3
bandotan dosis 1 -5.1646 .5418
bandotan dosis 2 -4.9861 .7203
bandotan dosis 3 -5.9789 -.2725
Homogeneous Subsets
waktu reaksi (detik)
Tukey HSDa
pemberian bandotan
dosis 1, 2, 3, kntrol +/- N
Subset for alpha = 0.05
1 2
dimension1
kontrol - 7 4.3071
bandotan dosis 2 7 6.4400 6.4400
bandotan dosis 1 7 6.6186 6.6186
bandotan dosis 3 7 7.4329
kontrol + 7 9.2286
Sig. .157 .058
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
RIWAYAT HIDUP
Nama : Defri Ferdiansyah Noor
NRP : 0810181
Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 6 Desember 1989
Alamat : Jl. Raya Cipager no. 1110 Kuningan-Jawa Barat
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1996 lulus TK PGRI Kuningan-Jawa Barat
Tahun 2002 lulus SD Negeri 7 Kuningan-Jawa Barat
Tahun 2005 lulus SMP Negeri 2 Kuningan-Jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasa nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya. Rasa nyeri antara lain dapat ditimbulkan dengan rangsangan suhu (Guyton and Hall, 2007). Nyeri merupakan pengalaman indrawi yang digambarkan sebagai perasaan tidak menyenangkan terhadap stimulus yang berbahaya dimana berpotensi menyebabkan kerusakan jaringan tubuh. Individu dapat mengenali nyeri melalui luka atau sakit yang biasanya dirasakan sehari-hari atau kadang-kadang melalui luka yang lebih serius (Donald D. Price, 2002).
pankreatitis akut, dizziness, vertigo, depresi, psikosis, dan meningkatkan waktu pembekuan darah (Hardman et al, 2001).
Berbagai penelitian tentang tanaman obat terus dikembangkan. Tanaman obat dipercaya sebagai sumber penting substansi kimia baru dengan kemampuan efek terapeutik (Franthworth, 1988). Salah satunya penelitian mengenai efek analgetik dari tanaman bandotan untuk mengatasi nyeri. Tanaman bandotan merupakan salah satu tanaman obat yang berdasarkan penggunaannya secara empiris oleh masyarakat bermanfaat untuk mengatasi nyeri dan sebagai anti inflamasi. Peneliti tertarik untuk meneliti efek tanaman bandotan sebagai analgetik mengingat tanaman obat yang berasal dari alam bersifat alamiah sehingga lebih aman (Poppy dan Marline, 2007).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut apakah Ekstrak Etanol Daun Bandotan mempunyai efek analgetik
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk pemanfaatan Ekstrak Etanol Daun Bandotan sebagai alternatif pengobatan khususnya sebagai analgetik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgetik Ekstrak Etanol Daun Bandotan.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat praktis karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengembangkan penggunaan tanaman obat sebagai alternatif pengobatan, khususnya tanaman bandotan sebagai analgetik
1.5 Kerangka Pemikiran
Tanaman bandotan mengandung polyhydroxyflavones yaitu antara lain
quercetin, kaempferol, glycosides, cytosterol, stigmasterol, lycopsamine,
echinatine, sesamine, fumaric acid, phytol (Okunade, 2002). Daun bandotan mempunyai kandungan antara lain asitri oil, organic acid, cumarin,
ageratochromene, friedelin, sitosterol, stigmasterol, potassium chlorida, tannin (Ririn, 2009). Daun dan bunga mengandung saponin, flavonoid dan polifenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Kandungan tanaman bandotan yang berperan dalam mengurangi rasa nyeri salah satunya adalah quercetin. Quercetin menghambat COX-2 secara selektif sehingga menghambat prostaglandin yang menyebabkan rasa nyeri dan menghambat lipoksigenase sehingga menghambat LTB4 (leukotrien B4, faktor kemotaktik) (Sonia de pascual et al, 2004). Salah satu mediator kimiawi yang berperan dalam merangsang nyeri adalah prostaglandin (Guyton and Hall, 2007). Dengan penelitian ini diharapkan tanaman bandotan dapat menghilangkan rasa nyeri.
1.6 Hipotesis
Ekstrak etanol daun bandotan mempunyai efek analgetik terhadap mencit.
1.7 Metodologi
menggunakan plat panas dengan hewan coba mencit galur Swiss Webster,
dengan berat badan 20-25 g. Penelitian ini menilai efek pemberian ekstrak tanaman bandotan sebagai analgetik terhadap mencit untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan oleh rangsangan termis.
Data yang diamati adalah waktu reaksi (dalam detik) respon mencit yang muncul terhadap rangsangan termis sebelum dan sesudah pemberian perlakuan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) satu arah yang dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey
HSD. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.
1.8 Lokasi dan Waktu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak Etanol Daun Bandotan memiliki efek analgetik.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang dosis efektif, mula kerja, dan lama kerja tanaman bandotan sebagai analgetik dengan mengunakan hewan coba lain dan sampel yang lebih besar.
ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BANDOTAN (Ageratum conyzoides L. ) SEBAGAI ANALGETIK
TERHADAP MENCIT GALUR Swiss Webster
Endang Evacuasiany1, Susy Tjahjani2, Defri Ferdiansyah Noor3
1Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
2Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
Jl. Prof. drg. Duria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164
Abstrak
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri adalah dengan menggunakan obat- obat yang berefek analgetik. Secara empiris Bandotan (Ageratum conyzoides L.) digunakan antara lain untuk mengatasi rasa nyeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek analgetik Ekstrak Etanol Daun Bandotan pada mencit yang dirangsang nyeri secara termis. Desain penelitian adalah prospektif eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Rasa nyeri pada mencit diinduksi dengan lempengan panas. Dua puluh lima ekor mencit dengan berat badan 20-25 gram dibagi 5 kelompok masing-masing dengan perlakuan: kelompok I, II, dan III masing-masing diberi larutan Ekstrak Etanol Daun Bandotan dengan dosis 195 mg/25 gBB mencit, 585 mg/25 gBB mencit dan 975mg/ 25 gBB mencit. Kelompok IV diberi larutan pembanding Asetosal dosis 10,5 mg/ 25 gBB mencit dan kelompok V diberi CMC 1% sebagai kontrol negatif. Waktu reaksi berupa menjilat kaki atau melompat setelah perlakuan diukur tiap menit ke-10, 20, 30, 45, 60, 75 dan 90. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji beda Tukey HSD, = 0,05. Hasil penelitian
THE EFFECT OF BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) ETHANOL EXTRACT AS AN ANALGESIC
TO Swiss Webster MICE STRAIN
Abstract
Pain is a mechanism of body defense. One way to allay or decreasing the pain is using medicines that have analgesic effect. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) has used as traditional medicine to relieve pain. The aim of this research is to evaluate the analgesic effect of bandotan ethanol extract. This research was a prospective experimental studies with Complete Randomize Trial Design that has comparative characteristic. The trial of analgesic effect was accomplished with thermal method as a pain inducement. Twenty five Swiss Webster mice strain, 10-25 grams of weight were divided into five groups. The 1st, 2nd, 3rd groups were given bandotan ethanol extract with different doses 195, 585 and 975 (mg/ 25 gBW of mice). The 4thgroup was given asetosal 10,5 mg/ 25 gBW of mice as positive control and the 5th group was given CMC 1% as negative control. The reactions time of mice such as lick the forefoot or jump were measured at 10, 20, 30, 45, 60, 75 and 90 minutes after the treatments were given. The data is analyzed using one way ANOVA followed by Tukey HSD mean different test with = 0,05. The result of this research was the reaction time of the 3rd group was significantly different with negative control group. Conclusion: bandotan ethanol extract has an analgesic effect.
Keywords: Bandotan, Analgesic
Pendahuluan
Rasa nyeri merupakan
mekanisme perlindungan. Rasa nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi tubuhnya. Rasa nyeri antara lain dapat ditimbulkan dengan rangsangan suhu1.
proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psikis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit2. Namun masing-masing obat tersebut
mempunyai kelemahan
tersendiri. Obat analgetik opioid yang merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin dapat menimbulkan adiksi3. Beberapa obat analgetik non-opioid, dapat menimbulkan efek samping yang serius, yaitu ulserasi, perforasi, perdarahan saluran pencernaan bagian atas, pankreatitis akut, dizziness, vertigo, depresi, psikosis, dan meningkatkan waktu pembekuan darah4.
Berbagai penelitian tentang
tanaman obat terus
dikembangkan. Tanaman obat dipercaya sebagai sumber penting substansi kimia baru
dengan kemampuan efek
terapeutik5. Salah satunya penelitian mengenai efek analgetik dari tanaman bandotan untuk mengatasi nyeri. Tanaman
bandotan merupakan salah satu tanaman obat yang berdasarkan penggunaannya secara empiris oleh masyarakat bermanfaat untuk mengatasi nyeri dan sebagai anti inflamasi. Dalam
pembahasan ini akan
disampaikan tentang efek tanaman bandotan sebagai analgetik mengingat tanaman obat yang berasal dari alam bersifat alamiah sehingga lebih aman6.
Bahan dan Cara
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah Ekstrak etanol daun bandotan, asetosal, CMC (Carboxy Methyl Cellulose), akuades, plat panas 55C, Stop watch, Mortir dan stamper
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih galur Swiss Webster sebanyak 25 ekor dengan berat rata-rata 20-25 gram. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor mencit.
Lengkap (RAL) dengan ruang lingkup penelitian Laboratorium Eksperimental bersifat komparatif.
Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji beda rata Tukey HSD, = 0,05.
Prosedur penelitian ini
sebelum percobaan mencit
diadaptasikan terlebih dahulu pada lingkungan percobaan selama lebih kurang 7 hari. Mencit dipuasakan 16-18 jam, minum tetap diberikan. Kemudian mencit dikelompokkan secara acak dengan setiap kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok I-III adalah kelompok uji, kelompok IV
sebagai kelompok kontrol positif dan kelopmpok V adalah sebagai kelompok control negatif. Waktu reaksi diamati pada 10 menit sebelum pemberian obat uji. Rata-rata dari waktu reaksi pada pengamatan ini merupakan waktu reaksi normal. Waktu reaksi diamati pada 10, 20, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit setelah perlakuan. Waktu reaksi adalah waktu dari saat hewan diletakkan di atas plat panas (55C) sampai tepat timbul respon yang pertama kali (kaki depan diangkat atau dijilat). Waktu reaksi dari tiap tahap pembacaan dan tiap hewan dicatat, ditabulasi dan dievaluasi.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Rerata Waktu Reaksi Total setelah Perlakuan Selama 90 menit Waktu
Pengamatan (menit)
Waktu Reaksi (detik)
D1 D2 D3 Kontrol (+) Kontrol (-)
10 5,11 5,04 7,41 5,98 4,46
20 7,79 4,51 7,29 6,49 3,95
30 7,07 7,14 8,94 7,15 4,70
45 5,60 5,87 7,23 12,94 3,71
60 7,69 8,25 6,16 13,50 4,19
75 5,36 7,12 7,97 12,61 4,81
90 7,71 7,15 7,03 5,93 4,33
Rata-rata 6,62 6,44 7,43 9,23 4,31
Keterangan :
D1 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 195 mg/ 25 gBB mencit D2 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 585 mg/ 25 gBB mencit D3 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 975 mg/ 25 gBB mencit Kontrol (+) = Asetosal dengan dosis 10,5 mg/ 25 gBB mencit
Kontrol (-) = CMC 1 %
Rerata waktu reaksi mencit setelah perlakuan untuk seluruh kelompok perlakuan berkisar antara 3,71 detik sampai 13,50 detik.
Data rerata waktu reaksi setelah perlakuan kemudian dilanjutkan dengan uji ANAVA, yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil ANAVA Rerata Waktu Reaksi Total setelah Perlakuan Kelompok Perlakuan
D1 D2 D3 Kontrol (+) Kontrol (-) Rerata Waktu Reaksi
Standar Deviasi 6,62 1,21 6,44 1,34 7,43 0,86 9,23 3,58 4,31 0,39
F hitung : 6,550 F0,05;(4,30) = 2,69 p = 0,001
Keterangan :
D1 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 195 mg/ 25 gBB mencit D2 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 585 mg/ 25 gBB mencit D3 = Kelompok yang diberi Ekstrak Etanol Daun Bandotan 975 mg/ 25 gBB mencit Kontrol (+) = Asetosal dengan dosis 10,5 mg/ 25 gBB mencit
Kontrol (-) = CMC 1 %
berarti terdapat perbedaan yang signifikan rerata waktu reaksi total minimal 1 pasang kelompok hewan coba setelah perlakuan.
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Ekstrak Etanol Daun Bandotan memiliki efek analgetik.
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang dosis efektif, mula kerja, dan lama kerja tanaman bandotan sebagai analgetik dengan mengunakan hewan coba lain dan sampel yang lebih besar.
1
DAFTAR PUSTAKA
Anief Moh. 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada University Press.
Ann Waugh.,Allison Grant. 2001. Anatomy and Phisiology in Health and Illness. Edinburgh: Churchill Livingstone. p. 174-175
Borthakur, N. and A.K.S. Baruah. 1987. Search for precocenes in Ageratum conyzoides Linn. of North-East India. J. Indian Chem. Soc. 64:580–581. Brasil, Ministério da Saúde, Central de Medicamentos. 1989. Ageratum
conyzoides. In: Programa de pesquisas de plantas medicinais: Primeiros resultados. Brasília.
Conqruist, A. (1981). An Integral System of Classification of Flowering Plants. New York: Columbia University Press.
Dahl JB., Moiniche S. 2004. Pre-emptive analgesia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pain, 23 Mei 2008
De Padua L.S., et al. (2003). Plant resources of south-east asia. No. 12 (1), Medical and poisonous plants 1.. R.H.M.I. (Eds).
Dhawale SC. 2009. Wadodkan SG, Dorle AK. Behavior suspending and wetting agents in aqueous environment. Asian J Pharm.
Donald D. Price. 2002. Cental Neural Mechanisms That Interrelate Sensory and Affective Dimension of Pain. http://en.wikipedia.org/wiki/Pain, 23 Mei 2008
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. h. 85
Franthworth, N.R., 1988. Screening Plants for New Medicines. In: Biodiversity, Wilson, E.D. (Ed.). National Academy Press, Washington, pp: 83-97. Freddy Wilmana. 2003. Analgetik-Antipiretik Analgesik Anti-Inflamasi
Nonsteroid dan Obat Pirai: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia. h. 207-213
Ganong W. F. 2003. Sensasi Somatovisera (Perasaan Kulit, Dalam & Visera):
2
Guyton A. C., Hall. 2007. Sensasi Somatik: Sensasi Nyeri, Nyeri Kepala, dan Sensasi Suhu: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta.: EGC. h. 761-767
H. Sardjono, O. Santoso dan Hedi R. Dewoto.2003. Analgesik Opioid Dan Antagonis: Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia.h. 189-190
Hardman, J.G., Limbird L. E., dan Gilman, A. G. 2001. Analgesic-Antipyretic and Antiinflamatory agents and drugs employed in treatment of gout. In: Roberts, L.J. and Morrow, J.D. eds. Goodman and Gillman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics. 10th edition. New york: Mc Graw Hill Companies.p: 687-691, 706.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Badan Litbang Departemen Kehutanan.
Katzung BG. 1998. Farmakologi dasar dan klinik.. Edisi 6. Jakarta: EGC. h. 486 Merskey H. and Bogduk N. 1994. IASP pain terminology.
http://www.iasp-pain.org/terms-p.html#Peripheral%20neuropathic%20pain, 21 Agustus 2006.
Midian Sirait. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam. h. 4-5 Midian Sirait.1995. Indeks Tumbuh- tumbuhan Obat di Indonesia. Edisi 2.
Jakarta: PT Eisai Indonesia. h. 162
Ming, L.C. (1999). Ageratum conyzoides: A. topical source of medicinal and agricultural products. P. 469-473 In: J. Janick (ed), Perspectives on new crops and new uses. ASHS Press, Alexandria, VA.
Nurul Fajri Ramdani. 2011. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Alkaloid Ageratum conyzoides L. terhadap Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa Secara in vitro. Skripsi. Jember: Universitas Pendidikan Indonesia.
Okunade, A.L. (2002). Ageratum conyzoides L. (Asteraceae). Elsevier Science B.V. Fitoterapia 73:1-16.
Oladejo, O.W. Imosemi, I.O. Osuagwu, F.C. Oluwadara, O.O. Aiku, A. Adewoyin, O. Ekpo, P.E. Oyedele, O.O. Akang, E.E.U. (2003). “Enhancement of Cutaneus Wound Healing by Methanolic Extract of
Ageratum conyzoides in The Wistar Rat”. African Journal of Biomedical
Research Vol 6(1).p. 27-31. [online]. Tersedia:
3
Perry, L.M. (1980). Medical Plants of East and Southeast Asia and Uses.
Cambridge, Massachusetts and London England: The MIT Press.
Phyto Medica. 1993. Analgetika. Dalam: Penapisan farmakologi pengujian fitofarmaka dan pengujian klinik. Jakarta: Yayasan Pengembangan Bahan Obat Alami Phyto Medica. h. 4-5.
Poppy Anjelisa Z. Hasibuan dan Marline Nainggolan. 2007. Penentuan Sefat Kimia Fisika Senyawa Alkaloid Hasil Isolasi Dari Daun Bandotan (Ageratum conyzoides Linn.). Skripsi. Jember: Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi USU, hal: 20-21.
Puspitasari U. 2008. Pengaruh pemberian perasan daun biduri (calotropis gigantea) terhadap jumlah neutrofil polymorfonuklear (pmn) pada jaringan granulasi pasca pencabutan (penelitian eksperimental laboratoris pada tikus putih wistar jantan). Skripsi. Jember : FKG UNJ.
Rina Hastuti. 2004. Perbandingan Efek Analgesik Air Rebusan Tanaman Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dengan Aspirin Dosis Terapi Pada Mencit. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Ririn Janibah. 2009. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Herba Bandotan (Ageratum
conyzoides L.) Terhadap Sel T47D dan Profil Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi. Jember: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadyah Surakarta, hal: 5-6.
Ruiter J.D. 2002. Principles of drugs action; Non-steroidal antiinflamatory drugs (NSAID). web6.duc.auburn.edu/~deruija/nsaids_2002.pdf, 27 Agustus 2006. Samekto Wibowo., Abdul Gofir. 2001. Farmakoterapi Nyeri Inflamasi:
Farmakoterapi dalam Neurologi. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika. h. 113-119
Schalkwyk J. V. 1999. Pain physiology.
http://www.anaesthetist.com/icu/pain/pain3.htm. August 20th, 2006.
Sukamto. (2007). Babadotan (Ageratum conyzoides) Tanaman Multi Fungsi yang Menjadi Inang Potensial Virus Tanaman. [online]. Tersedia : http://balittro.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=79&Itemid=38 (13 November 2008).
4
Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.
The International Association for Study of Pain. 2005
http://www.pelvicfloordigest.org/pain01.htm, 23 Mei 2008.
Tiruppathi C. 2006. Opioid analgesic drug.
http://www.uic.edu/classes/pcol/pcol331/dentalpharmhandouts2006/lecture5 1.pdf#search='opioid%20analgesic'. 25 Agustus 2006.
Tjay T. H, dan Kirana Rahardja. 2002. Analgetika Perifer. Dalam: Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi ke 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wijayakusuma, H.M. (1994). Tanaman Berkhasiat Obat. Jilid III. Jakarta: Pustaka Kartini.