• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model perolehan konsep (concept attainment) untuk meningkatkan hasil belajar Siswa kelas v sdn cisalasih dalam mata pelajaran ipa Konsep pesawat sederhana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model perolehan konsep (concept attainment) untuk meningkatkan hasil belajar Siswa kelas v sdn cisalasih dalam mata pelajaran ipa Konsep pesawat sederhana."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Cisalasih Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Muhamad Agustian Yunandar 1003497

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(CONCEPT ATTAINMENT) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS V SDN CISALASIH DALAM MATA

PELAJARAN IPA KONSEP PESAWAT

SEDERHANA

Oleh

Muhamad Agustian Yunandar

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Muhamad Agustian Yunandar 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Konsep (Concept Attainment) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Cisalasih Dalam Mata Pelajaran IPA Konsep Pesawat Sederhana” adalah sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEROLEHAN KONSEP (CONCEPT

ATTAINMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS V SDN CISALASIH DALAM MATA PELAJARAN IPA KONSEP PESAWAT SEDERHANA

Oleh

Muhamad Agustian Yunandar 1003497

Penelitian ini didasari oleh hasil kajian dan pengamatan langsung di SDN Cisalasih Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, yang menunjukkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana masih rendah yaitu hanya 13 (46%) siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 62, dan sisanya 15 (54%) siswa masih di bawah KKM. Banyaknya jenis-jenis pesawat sederhana membuat siswa kebingungan dan tidak memahami perbedaan satu jenis dengan jenis lainnya. Demikian pula cara guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan cara konvensional dengan hanya menggunakan metode ceramah tanpa melibatkan keaktifan siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengadaptasi model Kemmis & Mc. Taggart dengan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cisalasih yang berjumlah 28 orang. Perolehan nilai siswa dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana mengalami peningkatan. Pada siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 75%. Pada siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 92%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model perolehan konsep dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(6)

ABSTRACT

THE APPLICATION OF CONCEPT ATTAINMEN MODELS TO IMPROVING THE STUDENT LEARNING OUTCOMES IN THE FIFTH GRADE OF CISALASIH ELEMENTARY SCHOOL AT

SCIENCE LEARNING SIMPLE MACHINES CONCEPT By

Muhamad Agustian Yunandar 1003497

This study is based on the results of the study and direct observation in Elementary School of Cisalasih District Lembang West Bandung regency, which shows the results of student learning in science subjects simple machines material is still low at only 13 (46%) students who scored above a minimum completeness criteria (KKM ) 62, and the remaining 15 (54%) of students are still under KKM. The many types of simple machines make students confused and do not understand the differences in the types of the other types. Similarly, teachers in implementing learning how to still use the conventional way by using only the lecture method without involving the direct involvement of the student in learning activities. Based on these problems, the study aims to determine the development of the learning process and the learning outcomes of students in science learning materials simple plane. The method used in this study was Classroom Action Research (CAR), which adapt the model Kemmis & Mc. Taggart with two cycles. The subjects were fifth grade students of SDN Cisalasih 28 in total. Acquisition scores for students in materials science learning simple machines has increased. In the first cycle, the percentage of students passing grade is 75%. In the second cycle to increase the percentage of students passing grade is 92%. Based on the above results it can be concluded that the application of the concept acquisition in materials science learning simple machines can improve student learning outcomes.

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya kebijakan pemerintah tentang perubahan kurikulum yang semula KTSP menjadi kurikulum 2013 yang memicu guru untuk merubah prinsip dan

karakteristik kegiatan belajar mengajar. “ Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan

tersebut menjadi proses pembelajaran”(dalam pengembangan Kurikulum 2013).

Pemahaman guru mengenai kurikulum akan mengarahkan guru itu dalam merancang pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan kemudian dialih bahasakan kedalam bentuk serangkaian kegiatan proses pembelajaran. Peserta didik yang merupakan objek pembelajaran berhubungan langsung dengan apa yang diberikan guru dalam kegiatan belajar dan menjadi pengalaman belajar langsung yang diterima oleh peserta didik sehingga apa yang dialami dan didapatkan dari pengalaman tersebut akan menjadi hasil belajar peserta didik dan hasil kurikulum. Dengan demikian proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam standar kompetensi. Adapun pelaksanaan kurikulum tersebut belum sepenuhnya diterapkan pada sekolah dasar akan tetapi kesiapan kita dalam penerapan kurikulum 2013 harus dimulai dari sekarang. Mengacu pada salah satu prinsip

pengembangan kurikulum 2013 yaitu “Kurikulum berpusat pada potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada

posisi sentral dan aktif dalam belajar” (dalam pengembangan kurikulum 2013).

(8)

pembelajaran sudah seharusnya guru menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.

Mengacu pada tujuan umum setiap jenjang pendidikan, dimana tujuan dari

pendidikan sekolah dasar adalah “ meletakkan kecerdasan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut”(Mulyasa, 2011, hlm. 13). Pencapaian tujuan jenjang pendidikan sekolah dasar ini harus diupayakan seoptimal mungkin, agar tidak menjadi penghambat atau masalah pada pencapaian hasil belajar pada jenjang berikutnya. Hal ini merupakan tanggjung jawab bersama baik itu lembaga pendidikan dan masyarakat, terlebih guru yang berperan strategis untuk membantu siswa untuk mampu mengembangkan potensi dan pengetahuannya secara komperhensif dan terintegrasi pada setiap jenjang pendidikannya. Merujuk pada pendapat Roestiyah

dari buku Djamarah (2010, hlm.74) “bahwa guru sebagai fasilitator dan perancang

pembelajaran harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif

dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan”. Pemilihan strategi ataupun

metode haruslah dapat membantu peserta didik belajar secara tuntas dan mendapat konsep serta pengetahuan yang utuh tidak samar-samar.

Banyaknya jenis-jenis pesawat sederhana menuntut siswa untuk memahami semua jenis tersebut dan mampu membedakannya.. Siswa dituntut untuk dapat mempunyai konsep pokok yang berfungsi sebagai landasan berfikir untuk bekal proses belajar mengajar dijenjang pendidikan selanjutnya dan bahkan bekal dalam kehidupan. Apabila peserta didik hanya memiliki pemahaman yang samar mengenai konsep – konsep penting dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar akan menghambat perkembangan pengetahuan di jenjang selanjutnya. Dalam pembelajaran IPA juga, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA.

(9)

melakukan observasi di SDN Cisalasih Lembang, penulis melihat bahwa guru disekolah masih menggunakan metode konvensional berupa ceramah saja. Guru hanya memberikan pembelajaran melalui hafalan dan siswa hanya mencatat isi buku. Dengan pembelajaran seperti itu, tentu belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil test kemampuan siswa pada akhir pembelajaran yang menunjukan banyak siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari keseluruhan siswa yang berjumlah 28 orang, hanya 8 orang yang dapat mencapai KKM (62), sedangkan sisanya yang berujumlah 20 orang siswa masih belum mencapai KKM yang telah ditetapkan (Daftar nilai kelas V tahun ajaran 2013/2014 ).

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan adanya soal yang menuntut siswa untuk mengidentifikasi perbedaan dan memberikan contoh lain. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa siswa, mereka merasa kesulitan untuk menjawab soal tersebut karena memang mereka belum sama sekali paham. Dalam pengalaman belajarnya mereka belum diberi kesempatan untuk mengidentifikasi sendiri dan menemukan perbedaannya secara langsung.Hal tersebut tentu akan menghambat siswa untuk memahami konsep,karena pada proses pembelajaran guru menyampaikan secara verbal saja.Setelah melakukan wawancara dengan guru yang mengajar diketahui bahwa kondisi tersebut muncul akibat keterbatasan media pembelajaran dan kesibukan guru tersebut. (Cucu Suryana, Wali kelas V SDN Cisalasih, Wawancara tanggal 5 April 2014)

(10)

terfasilitasi oleh model ini karena sebagaimana yang dikemukakan Alma (2008:114) bahwa model perolehan konsep melalui pengkategorian dan proses mengklasifikasikan sesuatu kedalam kelompok – kelompok memberikan keuntungan dan kelebihan yaitu yang pertama cara itu mengurangi kerumitan lingkungan, kedua memberi kemungkinan untuk mengenali objek – objek disekeliling kita dan yang ketiga membuat belajar lebih efektif.

Berdasarkan kondisi dan uraian diatas, maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Perolehan Konsep Untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Kelas V SDN Cisalasih Dalam Mata

Pelajaran IPA Konsep Pesawat Sederhana”.Penelitian Tindakan Kelas di kelas

V SDN Cisalasih dengan menggunakan model perolehan konsep (concept attainment) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana, selain itu siswa diharapkan mampu menemukan sendiri konsep sehingga lebih memahami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum

permasalahan yang akan di teliti adalah “ Apakah penerapan model perolehan konsep dalam pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Cisalasih, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat? Masalah tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan proses pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan model perolehan konsep (concept attainment) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Cisalasih?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan model Perolehan konsep di kelas V SDN Cisalasih?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

(11)

pada pembelajaran IPA dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Cisalasih. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perkembangan proses pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan model Perolehan konsep (concept attainment) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Cisalasih

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA sederhana dengan menerapkan model perolehan konsep di kelas V SDN Cisalasih

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran dan manfaat diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, yaitu:

Dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan) IPA dengan menerapkan Model Perolehan konsep (concept attainment).

2. Bagi siswa, yaitu:

a. Meningkatkan motivasi dan belajar siswa sehingga siswa lebih aktif, kreatif dan terampil dalam kegiatan pembelajaran

b. Menambah wawasan dan pengalaman belajar yang berbeda dalam pembelajaran IPA

c. Mempermudah penguasaan konsep, dan lebih mendalami pengetahuan sehingga tidak bersifat samar – samar

3. Bagi guru, yaitu:

a. Menjadi contoh dan menambah wawasan dalam merancang dan menerapkan model/ metode yang tepat dan menarik serta mempermudah proses pembelajran dengan menggunakan Model Perolehan konsep (concept attainment)

(12)

c. Sebagai bahan perbaikan untuk pembelajaran 4. Bagi sekolah, yaitu:

a. Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim belajar di sekolah khususnya pembelajaran IPA da umumnya mata pelajaran yang ada di SDN Cisalasih

b. Memotivasi para guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan profesionalismenya sebagai pendidik.

E. Hipotesis Tindakan

Penelitian yang hendak dilakukan, direncanakan akan terbagi menjadi 3 siklus. Namun apabila tujuan penelitian telah tercapai sebelum 3 siklus maka perlakuan dihentikan. Begitupun sebaliknya, apabila setelah dilaksanakan 3 siklus tetapi belum mencapai tujuan, maka penelitian akan dilanjutkan. Melalui siklus-siklus tersebut diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA konsep Pesawat Sederhana di SDN Cisalasih. Oleh karena itu, hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut “Apabila pembelajaran IPA mengenai pesawat sederhana dilakukan dengan menerapkan Model Perolehan konsep (concept attainment), maka hasil belajar siswa kelas V

SDN Cisalasih Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat akan meningkat.”

F. Definisi Operasional 1. Model Perolehan Konsep

(13)

model perolehan konsep dalam pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas pembelajaran baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa dan kolom refleksi sebagai bahan perbaikan tindakan selanjutnya.

2. Hasil Belajar

Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran baik dari segi kognitif,afektif dan keterampilan.Hasil belajar siswa pada aspek kognitif diukur menggunakan tes uraian dan dinyatakan tuntas jika nilai siswa diatas KKM 62. Sedangkan hasil belajar afektif dan keterampilan observasi diukur menggunakan lembar observasi untuk melihat, keseriusan dalam melakukan pengamatan dan kerjasama dalam melakukan diskusi. Siswa dinyatakan baik dan terampil jika skor yang diperoleh 3 G. Indikator Keberhasilan

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan Classroom Action Research. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan kualitas pembelajaran secara langsung dengan memberikan tindakan-tindakan setelah mengetahui adanya permasalahan didalam kelas.

Kemmis ( dalam Wiriaatmadja 2008, hlm.12) menjelaskan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara

kemitraan mengenai situasi untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan”. Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2012, hlm. 3). Sedangkan Ebbutt

mengemukakan bahwa „penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya

perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan – tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan – tindakan tersebut ( Wiriaatmadja, 2012, hlm.12).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilakukan sekelompok pendidik untuk memperbaiki kualitas pembelajaran setelah mereka menemukan kekurangan dan permasalahan yang muncul didalam kelas, tindakan perbaikan ini dilakukan dengan cara mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan kekurangan yang ada pada pendidik tersebut dan permasalahan yang ada pada kelasnya.

(15)

pendekatan pembelajaran sebagai bentuk inovasi guru untuk menciptakan kondisi kelas yang efektif dan efisien. Permasalahan yang muncul didalam kelas merupakan permasalahan yang ditemukan oleh guru itu sendiri secara faktual dan aktual sehingga secara reflektif guru terpanggil untuk memberikan tindakan sebagai upaya memecahkan permasalahan tersebut.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengacu pada karakteristik PTK sebagaimana yang dikemukakan oleh Wardhani (2008, hlm. 15) yaitu sebagai berikut:

a. Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktek yang dilakukan selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan

b. Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial

c. PTK dilakukan didalam kelas, sehingga fokus penelitian berada dalam pembelajaran di kelas

d. PTK bertujuan untuk melakukan perbaikan pembelajaran didalam kelas. Karakteristik PTK diatas memberikan arahan prosedur utama PTK dengan empat kegiatan utamanya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini berlangsung secara bersamaan dengan pelaksanaan proses pembelajaran sesungguhnya. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru yang melakukan pengajaran dengan menerapkan model perolehan konsep (Concept Attainment) dalam pembelajaran

B. Model Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2012:66). Model ini menggunakan empat komponen penelitian tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu sistem spiral yang saling terkait antara satu langkah dengan langkah berikutnya.

(16)

tindakan. Secara skematis model penelitian tindakan kelas yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart Model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart inilah yang dijadikan acuan dalam merancang penelitian. Adapun alur penelitian yang direncanakan akan dilaksanakan dalam PTK ini adalah tiga siklus. Akan tetapi jika sebelum 3 siklus sudah memenuhi harapan maka siklus akan dihentikan, begitupun sebaliknya apabila penelitian belum memenuhi harapan maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya hingga tujuan yang diinginkan tercapai.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cisalasih yang terletak di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Jumlah siswa kelas V SDN Cisalasih adalah 28 orang, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Seluruh siswa mengikuti proses penelitian dari awal, selama proses tindakan sampai akhir.

(17)

Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi sasaran penelitian di Sekolah Dasar tersebut, karena sekolah tersebut merupakan tempat dimana peneliti melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP). Selain itu di sekolah tersebut, khususnya di kelas V banyak ditemukan masalah pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar prosedur atau pengembangan tindakan penelitian ini dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Dalam hal ini, penelitian tindakan kelas menggunakan tahap orientasi pada awal kegiatan, sedangkan pelaksanaan tindakan tiga siklus dimana setiap siklus dilakukan satu kali pembelajaran. Keempat tahap dari setiap siklus digambarkan sebagai berikut :

Kondisi Awal

Gambar 3.2 Bagan Rancangan Siklus Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang maksimal sesuai dengan tujuan yang di harapkan, maka penelitian ini dirancang sesuai dengan prosedur penelitian. Prosedur penelitian ini meliputi tahap – tahap sebagai berikut :

(18)

1. Tahap Awal/ Pra Perencanaan

Tahap awal disusun dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPAdi kelas. Tahap ini sebagai langkah awal membuat rancangan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksaan tindakan. Adapun adalah langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap awal, yaitu :

a. Mengadakan konsultasi dengan pembimbing penelitian (dosen) dan kepala sekolah mengenai kasus yang akan diangkat dalam pelaksanaan penelitian. b. Melakukan diskusi dengan guru kelas V untuk mendapatkan gambaran

bagaimana penggunaan model perolehan konsep dalam pengajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

c. Mengadakan observasi awal terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas, sekaligus memahami karakteristik pembelajaran.

2. Tahap Rencana Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melakukan persiapan, serta penyusunan beberapa rancangan yang diperlukan untuk tindakan penelitian. Langkah – langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu :

a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada pihak – pihak berwenang, baik pihak lembaga dalam hal ini Universitas Pendidikan Indonesia, pemerintahan daerah setempat (KESBANG), dinas pendidikan setempat, terutama kepada pihak SDN Cisalasih.

b. Menyamakan persepsi antara peneliti dan guru tentang model perolehan konsep yang akan dilakukan dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan kompetensi dasar: Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

c. Menyusun rancangan perencanaan pembelajaran untuk pokok bahasan pesawat sederhana dan menyusun rancangan penerapan langkah – langkah pembelajaran sesuai dengan model perolehan konsep (Concept Attainment). d. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian tes, lembar

observasi pembelajaran, lembar observasi afektif dan catatan lapangan. e. Mengkonsultasikan instrument kepada dosen pembimbing dan kemudian

(19)

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah tahap perencanaan selesai untuk mengimplementasikan tahapan perencanaan tersebut, kemudian dilaksanakan tahapan pelaksanaan tindakan. Rencana yang telah disusun secara kolaboratif antara beberapa pihak diantaranya peneliti, guru, dosen pembimbing dan observer mulai dilaksanakan oleh peneliti. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut :

a. Rencana Tindakan Siklus I 1) Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun skenario pembelajaran (RPP), yaitu tentang pembelajaran IPA materi pesawat sederhana menggunakan model perolehan konsep (concept attainment). Menyusun lembar kerja siswa, dan lembar evaluasi, rubrik penilaian serta lembar observasi dan instrumen pengamatan lainnya.

2) Tahap pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yag telah direncanakan. Pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model perolehan konsep (concept attainment) , serta dilanjutkan dengan pelaksanaan post test diakhir pembelajaran. Pada saat yang bersamaan dilakukan observasi terhadap dampak, setiap kejadian yang muncul saat pelaksanaan tindakan.

3) Tahap observasi

Bersamaan dengan proses pembelajaran atau tahap tindakan, dilaksanakan observasi atau pengamatan secara langsung mengenai situasi dan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Observasi dilakukan oleh beberapa orang observer partisipan, untuk mengamati aktivitas penerapan model perolehan konsep pada proses pembelajaran, maupun pada hasil pembelajaran kognitif maupun afektif. Dengan tujuan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan proses pembelajaran.

4) Tahap refleksi

(20)

mana yang masih harus ada perbaikan, dan telah mencapai target, dan menjadi bahan rekomendasi dalam penyusunan rancangan siklus berikutnya.

b. Rencana Tindakan Siklus II

Pada siklus II, perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus I, hasil refleksi pada siklus I menjadi catatan penting sebagai bahan kajian untuk melakukan perbaikan dalam penyusunan siklus tahap II. Hasil kajian tersebut berpengaruh pada tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi data, analisis serta refleksi. Apabila pada tindakan siklus II, masih belum mencapai target yang telah ditentukan, maka akan dilaksanakan tindakan siklus berikutnya, begitupun sebaliknya apabila sudah mencapai target yang ditentukan maka penelitian akan diberhentikan

c. Rencana Tindakan Siklus III

Pada siklus III, perencanaan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan siklus II. Tindakan dirancang dan dilaksanakan berdasarkan kajian dan kesimpulan hasil analisis data refleksi pada siklus II. Hasil kajian tersebut berpengaruh pada tahap pelaksanaan, observasi dan interpretasi data, analisis serta refleksi, sehingga ditemukan suatu solusi yang ideal guna perbaikan tindakan.

Berdasarkan alur model siklus yang dikemebangkan oleh Kemmis dan Taggart, pelaksanaan dan refleksi siklus I dijadikan pedoman untuk pelaksanaan tindakan pada siklus berikutnya. Begitupun seterusnya hasil refleksi tindakan pada pelaksanaan siklus II menjadi bahan pelaksanaan siklus ketiga, Akan tetapi jika pada siklus II telah mencapai target yang ditentukan maka penelitian akan di berhentikan.

E. Instrumen Penelitian

(21)

instrumen pengumpul data adalah perangkat yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.

a. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran adalah instrumen yang dipakai selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar evaluasi.

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP merupakan pedoman model dan langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan dikelas. RPP dibuat tiap siklus, sistematika dan konten RPP mengacu pada permendiknas no.41 tahun 2007.skenario pembelajaran mengacu pada langkah-langkah atau tahapan pada model perolehan konsep. Tujuan penggunaan RPP ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model perolehan konsep. RPP terlampir pada lampiran A.

2) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS diberikan kepada siswa sebagai tuntunan dalam pembelajaran IPA dan bagian dari serangkaian kegiatan yang mengacu pada model perolehan konsep. Didalamnya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan siswa agar bisa menemukan beberapa konsep tentang pesawat sederhana.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memeperoleh data yang diharapkan secara akurat dan objektif maka peneliti membuat instrumen yang tepat sehingga masalah yang akan diteliti akan terefleksi dengan baik.

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1) Tes

(22)

2) Pedoman Observasi Kemampuan Afektif dan Psikomotor

Pedoman observasi kemampuan afektif digunakan untuk mengukur ketercapaian ranah afektif siswa selama pembelajaran berlangsung terutama ketika siswa melakukan percobaan dan diskusi.

3) Pedeoman Observasi Guru dan Siswa

Pedoman observasi ini digunakan untuk melihat keterlaksanaan tahapan-tahapan pendekatan inkuiri oleh guru dan siswa. Dalam pengisian lembar

observasi ini dibuat kolom “ya” atau “tidak” yang dapat diisi dengan tanda

checklist (√) . Selain membuat tanda checklist (√), observer juga mengisi kolom deskripsi proses pembelajaran untuk mencatat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun saran-saran observer atau kekurangan-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran ditulis pada kolom refleksi yang dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan pada tindakan selanjutnya.

F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

“Pengolahan data adalah mengubah data mentah menjadi data yang lebih bermakna” (Arikunto, 2009, hlm. 54). Setelah data terkumpul dari proses pengumpulan data, data – data tersebut kembali diolah agar menjadi jelas dengan harapan untuk mendapatkan sebuah gambaran kesimpulan yang utuh sesuai dengan hipotesis penelitian. Pengolahan data dikelompokan berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari instrumen penelitian yang digunakan.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, diantaranya yaitu:

a. Data Kualitatif

(23)

untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang mencakup aktivitas guru dan siswa. Catatan deskripsi ini kemudian dianalisis dengan pembuatan matriks deskriptif, cara yang memberikan gambaran menyeluruh dari deskripsi pembelajaran, berikut analisisnya.

Tabel. 3.1 Analisis Catatan Deskripsi Proses Pembelajaran. Deskripsi Pembelajaran Analisis dan Refleksi

Adaptasi dari : Miles dan Huberman (Wiriatmadja, 2010, hlm.128) b. Data Kuantitatif

Untuk mengolah data kuantitatif, peneliti menggunakan statistik sederhana sebagai berikut, yaitu :

1) Hasil Tes

a) Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar

Persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal menggunakan rumus:

� = Σ S ≥62

n 100% ... (Persamaan 3.1)

Keterangan:

Σ S ≥62 = jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari atau sama dengan 62

n = banyak siswa 100% = bilangan tetap TB = ketuntasan belajar

(Pandeni, 2012, hlm. 48)

Tabel 3.2 Kategori persentase ketuntasan siswa

Persentase (%) Kategori

0 – 30 Gagal

31 – 54 Rendah

(24)

75 – 89 Tinggi 90 – 100 Sangat Tinggi

b) Hasil Observasi

Melalui kegiatan observasi, peneliti dapat mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru serta kemampuan siswa dalam ranah afektif. Analisis data yang dilakukan pada hasil observasi ini ialah analisis data kualitatif yang disertai pula dengan perhitungan persentase pencapaiannya.

(1) Menghitung Keterlaksanaan Pembelajaran (Kegiatan Guru dan Siswa )

Adapun cara untuk menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran menggunakan rumus :

(Persamaan 3.2)

Kemudian untuk menginterpretasikan keterlaksanaannya, dapat ditentukan berdasarkan kategori pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Interpretasi keterlaksanaan model pembelajaran

Persentase (%) Interpretasi

80 – 100 Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat Kurang

Yulianti ( Prihardina, 2012) % Keterlaksanaan Pembelajaran = � � � � �

(25)

(2) Menghitung Kemampuan Afektif Siswa

Data hasil belajar afektif siswa diolah dengan menghitung skor total hasil belajar afektif setiap jenjangnya dan menghitung presentase ketercapaian hasil belajar afektif siswa dengan persamaan rumus :

(Persamaan 3.3)

Tabel 3.4 Interpretasi hasil belajar afektif siswa Persentase (%) Interpretasi

80 – 100 Sangat Baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Rendah 0 – 20 Sangat Rendah

Ridwan (Prihardina, 2012) (3) Menghitung Kemampuan Psikomotor Siswa

Data hasil belajar psikomotor siswa diolah dengan menghitung skor total hasil belajar psiokomotor setiap jenjangnya dan menghitung presentase ketercapaian hasil belajar psikomotor siswa dengan persamaan rumus persamaan

Tabel 3.5 Interpretasi hasil belajar psikomotor siswa Persentase (%) Interpretasi

90-100 Sangat terampil

75 - 89 Terampil

55 - 74 Cukup terampil 31 - 54 Kurang terampil

0 - 31 Sangat kurang terampil Pangabean (Setiastuti 2013, hlm. 42) % aspek afektif = � � � � � �

(26)

2. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti. Dalam menjawab rumusan masalah, peneliti menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Analisis data kualitatif yang digunakan peneliti selama dilapangan adalah analisis model Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data tersebut terdiri atas : data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif untuk menganalisis aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan penerapan metode perolehan konsep (Concept Attainment).

Selain itu, analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan analisis statistik deskriptif. Sugiyono (2013, hlm. 147)

menjelaskan bahwa “statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan atau

generalisasi”. Analisis data kuantitatif digunakan peneliti untuk mengetahui

(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan analisis, temuan dan pembahasan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Cisalasih, diperoleh simpulan bahwa penerapan model perolehan konsep (concept attainment) pada pembelajaran IPA konsep pesawat sederhana dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(28)

pemahamannya terhadap konsep. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan percobaan mengenai penggunaan pesawat sederhana kemudian berdiskusi dalam kelompok. Pada saat melaporkan hasil percobaan guru memberikan pertanyaan yang menstimulus siswa agar berani mengeluarkan pemahamannya.

2. Hasil belajar siswa dalam setiap siklus mengalami peningkatan, baik pada aspek kognitif maupun afektif. Pada aspek kognitif, peningkatan dapat terlihat pada persentase jumlah siswa yang dapat mencapai KKM yaitu pada siklus I sebanyak 75% dan pada siklus II sebanyak 92%. Pencapaian persentase hasil belajar siswa pada aspek afektif di siklus pertama mencapai 74% (baik) dan di siklus ke II 88% (sangat baik). Pencapaian persentase hasil belajar siswa pada aspek psikomotor di siklus I mencapai 81% (terampil) dan di siklus II mencapai 88% (terampil). Dengan demikian penelitian dinyatakan berhasil dan terbukti bahwa melalui penerapan model perolehan konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V konsep pesawat sederhana.

B. Saran

Berdasarkan pada penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang diajukan, yaitu:

(29)

Meskipun banyaknya media yang harus disiapkan, tetapi tidak sulit dan tidak perlu mengeluarkan dana yang besar karena benda-benda menggunakan benda yang ada pada lingkungan siswa. Pada saat menguji pencapaian konsep siswa, guru dituntut dapat memberikan pertanyaan yang jelas sehingga menuntun siswa untuk menemukan contoh lain. Guru memberikan reward bagi siswa yang memberikan jawaban hal ini agar siswa lain termotivasi. Pada tahapan analisis berfikir, ketika melakukan percobaan guru harus memberikan LKS dengan pertanyaan yang jelas hal ini menjadi kunci percobaan akan berjalan baik atau tidak, kemudian guru juga harus membimbing siswa dalam percobaan kelompok. Untuk menstimulus siswa agar dapat mengeluarkan pemahaman mereka, beri pertanyaan yang menuntut siswa menjelaskan suatu fenomena dan mengomentari suatu benda. Hal ini akan membuktikan keberhasilan siswa dalam pembelajaran, karena siswa akan menguraikan penjelasannya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Secara umum untuk menerapkan model perolehan konsep ini, kemampuan guru dalam mengelola kelas dan menstimulus siswa sangat berpengaruh.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2008). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta

Arikunto,Suharsimi (2002) Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara Disdikbud, (2013) Pengembangan Kurikulum 2013 Sekolah Dasar / Madrasah

Ibtidaiyah. Jakarta: Cipta Jaya

Djamarah, S.B dan Zain, Aswan (2010). Strategi Belajar Mengajar.Jakarka :Rineka Cipta

Firman,Harry dan Widodo,Ari (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Harvey F, Silver (2012). Strategi-strategi pengajaran. Jakarta Barat; PT Indeks Haryanto. (2004). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: Erlangga

Indien.(2013). Model Penelitian Tindakan Kelas [Online].Tersedia: http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitian-tindakan-kelas.html#ixzz2nhbbrx5t

Joyce, Bruce, Weil,Marsha dan Calhoun, Emily (2009) Model of Teaching (eighth Edition). New Jersey: Pustaka Pelajar

Kesuma, D dan Salimi, M. (2011). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Tidak Diterbitkan

Majid,Abdul (2008). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Makmun ,A.S (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Mulyasa ,E.(2012). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Bandung : Rosda Muslihin. (2013) Pengertian Pemahaman dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.referensimakalah.com/2013/05/pengertian-pemahaman-dalam- pembelajaran.html [25 November 2013]

Moedjiono, S dan Hasibuan, J.J (1986) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya

(31)

Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya

Rishelcha.(2012). Instrumen penelitian. [Online]. Tersedia: Http:/rishelcha.blogspot.com/2012/10/penyusunan-instrumen

penelitian.html[10 Desember 2013]

Rosadi, Taufyani, (2012) Penerapan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Tentang Materi Pesawat Sederhana di Kelas V SDN Babakan Tarogong 2. Skripsi pada PGSD FIP UPI: tidak diterbitkan.

Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks Setiastuti, (2013) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball

Throwing Pada Pembelajaran IPA Materi Proses Daur Air Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi Pada PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sri, Pandeni. C. (2012). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Cibeunying Pada Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya. Skripsi pada PGSD FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudjana,N (2005).Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar .Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiono.(2012). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sulistyanto, Heri dan Wiyono, Edi (2008) Ilmu Pengetahuan Alam 5 SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Sumiati. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wardani, I. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Wiriatmadja,Rochiati.(2009) Metode Penelitian Tindakan Kelas. 2006. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Winataputra, Udin dkk.(2008) Teori belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart
Gambar 3.2 Bagan Rancangan Siklus Penelitian
Tabel. 3.1 Analisis Catatan Deskripsi Proses Pembelajaran.
Tabel 3.3  Interpretasi keterlaksanaan model pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

Keterkaitan antara Mutu Layanan program, Kompetensi Pedagogik dan Mutu Proses Pembelajaran dalam Kerangka Program TSE ………..... Pendekatan

Pengaruh Tipe Kepribadian Konvensional Dan Enterprising Terhadap Minat Kerja Karyawan Bank Rakyat Indonesia (Bri) Cabang Majalaya.. Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

APLIKASI MULTIMEDIA METODE PECS ( PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM ) UNTUK MENGEMBANGKAN KECAKAPAN KOMUNIKASI ANAK.. ASD ( AUTISME SPECTRUM

dapat berkomunikasi dengan baik, ramah dan sopan, adalah kemampuan soft skills. yang harus diberikan kepada pemustaka agar tercipta kepuasan yang

Kecernaan Pakan Berbentuk Pelet Mengandung Kulit Pisang Raja Fermentasi Dengan Mikroorganisme Lokal Dibandingkan Dengan Trichderma harzianum Pada Kelinci Rex Jantan Lepas

[r]