• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kontribusi Trait Kepribadian terhadap Self Compassion pada Anggota KMB Adhitana di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kontribusi Trait Kepribadian terhadap Self Compassion pada Anggota KMB Adhitana di Universitas "X" Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

v Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi trait kepribadian terhadap self compassion pada anggota KMB Adithana Universitas “X” di Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan jumlah keseluruhan sampel dalam penelitian ini 61 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur trait kepribadian yang dimodifikasi dari alat ukur Dr. Irene P.E,M.Si., yang terdiri dari 45 item dan alat ukur self compassion yang diterjemahkan oleh Missiliana, R,M.Si.,Psikolog, Drs. Paulus H, Prasetya, M.Si., Psikolog dan Eveline Sarintohe, M.Si yang terdiri dari 26 item.

Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas alat ukur trait kepribadian dengan bantuan SPSS 15.0 untuk Windows, terdapat 3 item yang ditolak dari keseluruhan 45 item, dengan validitas berkisar 0,359 sampai 0,790 dan reliabilitas sebesar 0,642 sampai 0,828. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur self compassion sudah dilakukan oleh Missiliana R., M.Si., Psikolog, dengan validitas berkisar 0.323 sampai 0.606, 26 item diterima dan reliabilitas sebesar 0.8181. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik regresi linear sederhana.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi trait conscientiousness terhadap self compassion sebesar 17%, signifikansi sebesar 0,001. Kemudian trait agreeableness dengan kontribusi sebesar 10,4% dan signifikansi sebesar 0,011, trait selanjutnya adalah trait extraversion, dengan kontribusi sebesar 9,3%, signifikansi sebesar 0,0017. Trait neuroticism dengan kontribusi sebesar 9% dan signifikansi sebesar 0,019, sedangkan Trait openness to experience tidak memiliki kontribusi terhadap self compassion.

(2)

vi Universitas Kristen Maranatha Abstract

The purpose of this research is to know about the contribution of the personality trait towards self compassion in members KMB Adithana University “X" in Bandung. The sample selection using purposive sampling method and the total number of samples in this research are 61 people.

Measuring instruments is a personality trait modified from the measuring instrument Dr. Irene PE, M.Si., Which consists of 45 items and measuring equipment self-compassion translated by Missiliana, R, M.Sc., psikolog., Drs. Paul H, Prasetya, M.Sc., Psikolog and Eveline Sarintohe, M.Si which consists of 26 items.

Based on the test results the validity and reliability of measuring instruments personality trait with SPSS 15.0 for Windows, there are three items were rejected from a total of 45 items, with a validity ranging from 0.359 to 0.790 and reliability of 0.642 to 0.828. Validity and reliability self compassion measuring instruments has been done by Missiliana R., M.Sc., Psychologist, with a validity ranging from 0323 to 0606, 26 items received and reliability of 0.8181. Data from this research were processed using simple linear regression technique.

The results of this study indicate that the contribution trait conscientiousness towards self compassion by 17%, a significance of 0.001. Then the agreeableness trait with a contribution of 10.4 % and a significance of 0.011, the next trait is a trait extraversion, with a contribution of 9.3 %, a significance of 0.0017. Trait neuroticism with a contribution of 9 % and a significance of 0.019, while trait openness to experience didn’t have a contribution to self compassion.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……….………...………..ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI………....iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN………..iv

ABSTRAK………v

ABSTRACT……….vi

KATA PENGANTAR ………...vii

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL ………xiv

DAFTAR BAGAN ………..………..xv

DAFTAR LAMPIRAN……….……….………….………..xvi

BAB I. PENDAHULUAN ……….……….…....1

1.1 Latar Belakang Masalah……..………...………...1

1.2 Identifikasi Masalah………...………...11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian.……...………...12

1.3.1 Maksud Penelitian………...12

1.3.2 Tujuan Penelitian………..12

1.4 Kegunaan Penelitian………...…………...12

1.4.1 Keguanaan Teoritis………..……..12

1.4.2 Kegunaan Praktis………..……….12

1.5 Kerangka Pikir……..………...………..…...13

(4)

x Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis Penelitian …..………...………...….…...23

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………...24

2.1 Self Compassion.………..………...24

2.1.1 Definisi Self Compassion ...………..……….…..……….….24

2.1.2 Komponen Self-Compassion………...……….25

2.1.2.1 Self-Kindness………..……….………..25

2.1.2.2 Common Humanity………...……...………...26

2.1.2.3 Mindfulness…...…...……….….…...27

2.1.3 Korelasi Antar Komponen……….……...28

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi……….30

2.1.4.1 Personality..………..………....30

2.1.4.2 The Role of Parents………..…………...30

2.1.4.3 Role of Culture & Values of Religion……….31

2.1.4.4 Jenis Kelamin………...……...32

2.1.4.5 Emotional Maturity………....………..32

2.2 Trait Kepribadian.………....33

2.2.1 Kepribadian………...……….………...…24

2.2.2 Big Five Teory………...…36

2.3 Teori Agama Buddha………...………..41

2.3.1 Cinta (Metta)………...………..42

2.3.2 Welas Asih (Karuna)………...………....…...………...…..42

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.3.4 Keseimbangan Batin (Upekkha)………..………....43

2.3.5 Meditasi……….43

2.4 Dewasa Awal………..……….44

2.4.1 Pengertian dewasa awal………....44

2.4.2 Transisi dari Masa Remaja ke Masa Dewasa Awal………....45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……….………...46

3.1 Rancangan Penelitian………..…………46

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………...46

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………...………...47

3.3.1 Variabel Penelitian..………...47

3.3.2 Definisi Konseptual………..47

3.3.2 Definisi Operasional………...48

3.4 Alat Ukur………...49

3.4.1 Alat Ukur Trait Kepribadian…….………..………..49

3.4.1.1 Cara Penilaian……….………...58

3.4.2 Alat ukur Self Compassion……..……….…....59

3.4.2.1 Cara Penilaian……….………....60

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………..………..61

3.4.3.1 Data Pribadi………....61

3.4.3.2 Data Penunjang……….61

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……….…..……….62

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ………...….………..……….62

(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel…....……….64

3.5.1 Populasi Sasaran………...……....64

3.5.2 Karakteristik Populasi………...………64

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel………...……..64

3.6 Teknik Analisis Data………...……….65

3.7 Hipotesis Statistik………...………..66

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………...68

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...68

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...68

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...69

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Keanggotaan...69

4.2 Gambaran Hasil Penelitian………..70

4.2.1 Uji Hipotesis………..70

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian.. ...75

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN………...………...……….83

5.1. Kesimpulan...83

5.2. Saran...84

5.2.1. Saran Teoritis...84

5.2.2. Saran Praktis...84

(7)
(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Sifat-Sifat Big 5 Theory………..….……….…...40

Tabel 3.1 Kisi-kisi AlatUkur Trait Kepribadian………...….…………....50

Tabel 3.2 Cara Penilaian Alat Ukur Trait Kepribadian………...…………...59

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Alat Ukur Self Compassion ………..….60

Tabel 3.4 Cara Penilaian Alat Ukur Self Compassion………...…...61

Tabel 3.5 Reliabilitas Alat Ukur Trait Kepribadian………..……63

Tabel 4.1 Gambaran Usia………..68

Tabel 4.2 Gambaran Jenis Kelamin………. .69

Tabel 4.3 Gambaran Gambaran Lama Keanggotaan ………...……….……….69

Tabel 4.4 Signifikansi Trait Extraversion terhadap Self Compassion………70

Tabel 4.5 Signifikansi Trait Agreeableness terhadap Self Compassion………..71

Tabel 4.6 Signifikansi Trait Conscientiousness terhadap Self Compassion………...72

Tabel 4.7 Signifikansi Trait Neuroticism terhadap Self Compassion ……….73

(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Agama merupakan suatu kepercayaan tentang konsep Tuhan. Indonesia memiliki 6 agama, yaitu agama Katolik, Kristen, Buddha, Islam, Hindu, dan Konghucu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dijelaskan bahwa agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan dan ibadat kita kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Agama sangat penting bagi kehidupan manusia. Agama merupakan petunjuk moral, petunjuk kebenaran, sumber informasi tentang masalah metafisika, dan bimbingan rohani bagi manusia baik dikala suka maupun duka (www.gallerydunia.com).

Salah satu agama yang ada di Indonesia adalah agama Buddha. Pada ajaran agama Buddha terdapat suatu ajaran yang unik, yang hanya dimiliki oleh agama Buddha yaitu Dhamma. Dhamma adalah ajaran Sang Buddha yang berisikan kebenaran tertinggi yang membimbing manusia untuk mencapai suatu kebebasan (http://www.samaggi-phala.or.id). Kebebasan yang dimaksud adalah bebas dari penderitaan dan kepemilikan. Bebas dari penderitaan berarti manusia bebas dari kehidupannya sebagai manusia, bebas dari rasa sedih dan kecewa. Bebas dari kepemilikan berarti manusia bebas dari kepunyaannya terhadap benda, dimana manusia tidak bergantung pada apa yang ia miliki.

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha Di dalam ajaran Brahmavihara terdapat 4 (empat) keadaan batin yang luhur, yaitu cinta kasih (metta), welas Asih (karuna), turut berbahagia (mudita), dan keseimbangan batin (upekkha). Menurut ajaran tersebut, apabila manusia menjalankan keempat ajaran itu maka manusia dapat mengatasi rintangan-rintangan yang datang, membangun interaksi yang harmonis dengan sesama, menjadikan manusia memiliki kemurahan hati, memberikan kebahagiaan dan harapan yang diinginkan oleh manusia, mendorong persaudaraan dan rasa kemanusiaan, serta menghindari sifat egois yang dimiliki oleh manusia (Thera, 2006).

Cinta kasih (metta) yang dimaksud pada ajaran ini adalah cinta kasih pada diri sendiri dan sesamanya. Umat yang beragama Buddha harus mempraktekkan cinta kasih (metta) kepada diri sendiri dan sesamanya. Sebelum memberikan cinta kasih (metta) kepada sesamanya, terlebih dahulu umat tersebut harus bisa memberikan rasa cinta kasih (metta) kepada diri sendiri. Dengan adanya rasa cinta kasih (metta) yang ada di dalam diri manusia, maka mereka akan mendapatkan kekuatan di dalam dirinya untuk mengatasi suatu permasalahan dan ketika menolong seseorang tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, suku, agama, dll, tetapi merangkul semua orang tanpa memihak (http://www.brahmaviharaarama.com).

Welas kasih (karuna) berwujud dalam memberikan kekuatan untuk mengatasi suatu permasalahan yang dialami oleh manusia. Manusia harus berwelas asih kepada dirinya sendiri dan sesamanya. Apabila manusia mempunyai suatu welas asih (karuna), maka manusia dapat memberikan kekuatan kepada dirinya sendiri untuk menerobos penghalang yang berat untuk maju, tidak larut dalam kesedihan yang mendalam, menyadari bahwa penderitaan akan selalu datang pada setiap manusia, dan mempunyai kekuatan untuk menghadapi suatu permasalahan tersebut (Thera,2006).

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha ketidak-senangan. Dengan adanya turut berbahagia (mudita) dalam diri manusia, maka manusia tidak memiliki rasa iri hati kepada orang lain, tetapi ikut merasakan kebahagiaan orang lain (Thera,2006).

Keseimbangan batin (Upekkha) yang terdapat dalam ajaran brahmavihara adalah suatu keseimbangan batin yang timbul akibat perenungan terhadap sebab-akibat/hukum karma, membuat pikiran menjadi tenang dan tidak tergoyahkan. Hal ini karena keseimbangan batin (Upekkha) berarti terlepas dari 8 keadaan duniawi, yaitu mendapatkan dan tidak mendapatkan, berkedudukan dan tidak berkedudukan, dipuja/disanjung dan dihujat/dicela, merasa bahagia dan merasa menderita. Ketika seseorang memiliki keseimbangan batin (upekkha), maka manusia akan berpikiran secara objektif dalam menilai kejadian atau permasalahan yang menimpa dirinya sehingga manusia tidak melebih-lebihkan kejadian atau permasalahan yang ia alami karena manusia telah terlepas dari 8 keadaan duniawi tersebut (Thera, 2006).

Umat beragama Buddha diharapkan dapat mengamalkan keempat ajaran tersebut sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Sang Buddha mengajarkan pada umatnya untuk mengamalkan ajaran tersebut agar mencapai nibanna (kebahagiaan tertinggi). Hal tersebut pula yang mendasari pembentukan KMB Adhitana. KMB Adhitana merupakan Keluarga Mahasiswa Buddist di salah satu Universitas ‘X’ . Visinya adalah untuk menjadikan KMB Adhitana sebagai keluarga yang peduli dan berpedoman kepada Buddha Dhamma.

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha agama dengan sesama dan terkadang mengundang bikhu setiap hari jumat, mengadakan latihan meditasi setiap bulannya.

Cara umat beragama Buddha dapat mengamalkan keempat ajaran brahmavihara adalah dengan melakukan dana, sila, dan meditasi. Dana dapat dilakukan dengan cara umat beragama Buddha memberikan sumbangan kepada sesamanya yang membutuhkan. Hal ini dapat mengamalkan cinta kasih (metta) dan welas asih (karuna). Dengan berdana, umat beragama Buddha dapat mengasihi sesamanya, merasa bahwa orang lain juga mengalami penderitaan yang sama dengan dirinya. Begitu pula dengan melakukan sila (http://www.academia.edu).

Sila merupakan ajaran moral dan etika dari ajaran agama Buddha. Isi dari sila yaitu bertekad akan melatih diri menghindari pembunuhan maupun menyakiti makhluk hidup, menghindari mengambil barang atau sesuatu yang tidak diberikan oleh pemiliknya, menghindari perbuatan asusila, menghindari berdusta atau menipu orang lain, dan menghindari memakai atau menggunakan sesuatu yang dapat memabukkan. Apabila manusia menjalankan sila tersebut, maka manusia akan mengamalkan ajaran brajmavihara (http://www.academia.edu).

Manusia yang menjalankan sila, tidak akan membunuh diri sendiri maupun orang lain, dengan melakukan hal tersebut manusia berarti telah mengamalkan cinta kasih (metta) dan welas asih (karuna). Manusia juga tidak merasa iri hati dengan sesamanya sehingga tidak mencuri barang milik orang lain. Manusia akan mengamalkan turut berbahagia (mudita) dengan tidak mencuri barnag orang lain dan tidak berdusta kepada sesamanya.

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha mengalami suatu permasalahan, manusia akan menerima dan mengatasi suatu permasalahan tersebut. Manusia tidak meminum minuman keras untuk menghindari permasalahan yang sedang terjadi.

Cara yang lainnya dengan melakukan meditasi. Meditasi adalah suatu cara melatih diri manusia untuk mencapai keadaan atau sikap yang tenang dan lebih bermanfaat. Meditasi dapat dilakukan dimana saja. Meditasi tersebut dilakukan berulang kali untuk mencapai keseimbangan batin (Tejaniya,2006).

Menurut Loe I (seorang yang sudah mendalami agama Buddha, dan sudah beberapa kali menjadi pembicara di kegiatan KMB), alangkah baiknya apabila manusia sampai melakukan meditasi. Dengan melakukan meditasi, pikiran manusia dapat menjadi lebih jernih, tenang, dan kosong. Apabila pikiran manusia menjadi lebih tenang, jernih, dan kosong maka manusia dapat berpikir secara objektif mengenai permasalahan yang sedang dihadapi seperti ajaran keseimbangan batin (upekkha). Dengan berpikiran yang objektif, maka manusia akan tidak merasa iri hati dengan manusia lainnya seperti ajaran turut berbahagia (mudita). Manusia akan terbuka pikirannya bahwa semua manusia memiliki penderitaan seperti ajaran welas asih (karuna) sehingga manusia dapat memberikan cinta kasih kepada diri sendiri seperti ajaran cinta kasih (metta). Anggota KMB Adhitana diharapkan tidak hanya mengetahui teori ajaran tersebut, tetapi dapat mengaplikasikan ajaran tersebut melalui latihan meditasi.

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha agama buddha. Selain itu, agar manusia dapat mencintai dirinya sendiri dan orang lain bagaimanapun keadaannya. Meskipun orang lain tidak mencintai “saya”, “saya” harus bisa memberikan rasa cinta pada diri sendiri. Ajahn Brahm mengatakan bahwa agama Buddha mengajarkan self compassion yang harus disalurkan kepada diri sendiri terlebih dahulu baru kepada orang lain.

Apabila manusia tidak memiliki self compassion pada dirinya sendiri, bagaimana dirinya bisa mengasihi orang lain maupun merasakan kasih sayang yang diberikan kepada diri sendiri. Menurut Ajahn Brahm, sebagai individu haruslah dapat mengasihani dirinya sendiri. Semua berawal dengan mengatakan pada diri sendiri bahwa “saya bisa”, “saya hebat”, dan tidak menyalahkan diri sendiri. KMB Adhitana menghadiri acara tersebut agar anggota-anggotanya dapat mendalami lagi ajaran agama Buddha khususnya ajaran brahmavihara.

Jika melihat ajaran agama Buddha tentang Brahmavihara, maka ajaran tersebut melatih individu untuk lebih self compassion. Self compassion adalah keterbukaan dan kesabaran terhadap penderitaan diri sendiri, tanpa menghindari penderitaan itu, memberikan pengertian pada diri sendiri tanpa menghakimi kekurangan dan kegagalan yang dialami, serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami oleh semua manusia (Neff,2011).

Self-compassion akan membuat individu lebih dapat memaknai, menghadapi, dan menyikapi setiap peristiwa dalam kehidupan ini secara adaptif, terutama saat menghadapi kegagalan. Terdapat tiga komponen yang membentuk self-compassion, yaitu self-kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff, 2009). Self-compassion akan membuat anggota KMB Adhitana dapat lebih memaknai, menghadapi, dan menyikapi setiap peristiwa dalam kehidupan ini secara adaptif, terutama saat menghadapi kegagalan.

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha kemudian kepada orang lain. Berbaik hati pada diri sendiri dan orang lain yang ada pada ajaran cinta kasih (metta) merupakan kompenen dari self compassion yaitu self kindness.

Welas kasih (karuna) memiliki arti yang sama dengan salah satu komponen self compassion yaitu common humanity. Apabila manusia memiliki welas kasih (karuna), maka manusia akan menyadari bahwa penderitaan akan selalu datang pada setiap manusia. Hal tersebut menyerupai common humanity. Common humanity berarti kemampuan untuk melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami semua manusia, bukan hanya dialami oleh dirinya sendiri.

Ajaran turut berbahagia (mudita) juga memiliki arti yang sama dengan salah satu komponen self compassion yaitu common humanity. Apabila manusia memiliki ajaran turut berbahagia (mudita) di dalam dirinya, maka manusia tidak memiliki rasa iri hati kepada orang lain. Turut berbahagia (mudita) mengajarkan bahwa manusia harus turut bahagia dan tidak boleh iri hati terhadap kebahagiaan orang lain.

Keseimbangan batin (Upekkha) akan membuat manusia melihat penderitaan yang ia alami secara objektif. Manusia tidak melebih-lebihkan penderitaan yang ia alami. Hal tersebut memiliki pengertian yang sama dengan salah satu aspek self compassion yaitu mindfulness. Apabila manusia memiliki mindfulness ia akan melihat segala kejadian secara objektif.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha acara-acara yang ada di dalam organisasi, dan dikucilkan oleh teman-teman yang berada di dalam suatu kelompok.

Survei tersebut menunjukkan bahwa komponen self compassion yang pertama adalah self kindness. Apabila dilihat dari komponen self kindness, terdapat 4 responden (66,7%) yang merasa bahwa mereka sulit untuk menghibur diri sendiri ketika mengalami suatu kegagalan. Mereka menghakimi diri mereka sendiri ketika mengalami suatu kegagalan. Misalnya, ketika ada orang tua yang berada di dalam suatu kesulitan, tetapi sebagai seorang anak tidak bisa membantu orang tuanya untuk keluar dari kesulitan tersebut. Hal tersebut membuat ia merasa bahwa dirinya lah yang membuat orang tuanya tidak bisa keluar dari permasalahan itu. Ia terus menghakimi dirinya sendiri, mengatakan bahwa “saya bego”, “saya tidak berguna”.

Sedangkan 2 responden (33,3%) mengatakan bahwa mereka akan menghibur diri mereka sendiri ketika mengalami suatu kegagalan. Misalnya, ketika mendapatkan nilai ujian yang jelek, salah satu responden merasa bahwa ia tidak terpuruk ketika mendapatkan nilai yang jelek, ia terima dengan nilai tersebut dan mencoba untuk mendapatkan nilai yang lebih baik di kemudian hari.

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha dikucilkan didalam suatu kelompok sehingga ia tidak memiliki teman didalam suatu kelompok. Ia merasa bahwa hanya dirinyalah yang merasakan hal yang demikian.

Terdapat juga yang mengatakan bahwa dirinya sulit untuk melakukan komunikasi dengan senior, ia merasa ada hambatan dalam komunikasi tersebut sehingga sering terjadi miskomunikasi dengan senior terhadap acara-acara yang ada di dalam KMB Adhitana tersebut. Ia merasa bahwa hanya dirinyalah yang mengalami masalah tersebut. Ia merasa bahwa teman-teman yang lain mudah untuk membangun interaksi dengan senior tetapi dirinya tidak bisa membangun komunikasi tersebut.

Berdasarkan komponen self compassion yang ketiga yaitu mindfulness, terdapat 4 responden (66,7%) yang mengatakan bahwa terkadang mereka melebih-lebihkan perasaan mereka dalam menghadapi kegagalan tersebut. Mereka mengeluarkan emosi yang berlebihan dalam menghadapi suatu permasalahan tersebut. Misalnya, ketika ada yang merasa ia dikucilkan oleh kelompoknya, ia merasa bahwa semua teman-temannya tidak ingin berteman dengannya dan berbicara dengan bahasa yang ia tidak mengerti untuk membicarakan dirinya. Tetapi 2 responden (33,3%) mengatakan bahwa dirinya tidak melebih-lebihkan kegagalan yang mereka rasakan. Misalnya ketika mendapatkan nilai yang jelek, ia menyadari bahwa nilai jelek tersebut akibat ia tidak belajar sebelum ujian. Ia tidak menyalahkan dosen yang memberikan nilai yang jelek tersebut.

Dari hasil survey awal yang dilakukan kepada ke 6 responden, terdapat derajat komponen-komponen self compassion yang bervariasi dari anggota KMB Adithana. Dengan ajaran brahmavihara dan praktek meditasi yang diajarkan kepada anggota KMB Adhitana tersebut, seharusnya anggota KMB Adhitana lebih mampu untuk menunjukkan derajat yang tinggi pada self compassion.

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha dari McCrae. Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.

Trait-trait yang terdapat dalam kepribadian yaitu neuroticism, agreeableness, extraversion, conscientiousness, dan openness to experience (Mc’Rae,2002). Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Extraversion dicirikan dengan afek yang positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, dan senang bergaul. Trait Agreebleness mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Openness to experience mengacu pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru. Trait yang terakhir Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh NEO-FFI (Neff, Rude et al., 2007), ditemukan bahwa salah satu trait kepribadian yaitu neuroticism berkaitan dengan derajat self-compassion yang rendah. Sementara itu, trait kepribadian agreeableness, extraversion, dan conscientiousness berkaitan dengan derajat self-compassion yang tinggi.

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha membantu individu untuk lebih memerhatikan kebutuhan mereka dan untuk merespons situasi yang sulit dengan sikap yang lebih bertanggung jawab, tanpa memberikan kritik diri yang berlebihan (self-kindness & mindfulness).

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti tentang kontribusi dari masing-masing trait kerpibadian (McCrae) terhadap self compassion pada anggota KMB Adhitana Universitas ‘X’ di Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui apakah terdapat kontribusi trait kepribadian terhadap self compassion anggota KMB Adithana pada Universitas ‘X’ di Bandung.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik mengenai kontribusi trait kepribadian terhadap self compassion pada anggota KMB Adithana pada Universitas ‘X’ di Bandung.

1.3.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai ada tidaknya kontribusi trait kepribadian terhadap self compassion pada anggota KMB Adithana pada Universitas ‘X’ di Bandung.

1.4 Kegunaaan Penelitian

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha Kegunaan teoritis penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai kontribusi trait kepribadian terhadap self compassion bagi disiplin ilmu Psikologi.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai kontribusi antara trait kepribadian dengan self compassion.

1.4.2 Kegunaan praktis

Kegunaan praktis penelitian ini adalah :

1. Memberi informasi kepada ketua organisasi KMB Adhitana Universitas ‘X’ di Kota Bandung mengenai derajat self-compassion dan trait kepribadian yang dimiliki para anggotanya. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam membuat program-program pengembangan diri para anggota KMB terutama dalam kaitannya dengan pengembangan ajaran brahmavihara yang erat kaitannya dengan self-compassion.

2. Menambah informasi bagi pembina kerohanian organisasi KMB Adhitana Universitas ‘X’ di Kota Bandung tentang derajat self-compassion dan trait kepribadian yang dimiliki para anggota KMB, sebagai bahan masukan untuk membina mahasiswa agar lebih mengenali dirinya dan mengaitkannya dengan ajaran-ajaran dalam agama Buddha untuk mengembangkan kualitas kepribadian dan spiritualitas para mahasiswa. 3. Menambah informasi untuk anggota KMB Adhitana dalam rangka mengembangkan

self compassion didalam dirinya.

1.5Kerangka pikir

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha luhur, yaitu cinta kasih (metta), welas asih (karuna), turut berbahagia (mudita), dan keseimbangan batin (upekkha). Dari ajaran brahmavihara yang diajarkan oleh ajaran agama Buddha, hal tersebut memiliki pengertian yang serupa dengan self compassion (Tera, 2006).

Self compassion (Neff,2011) adalah keterbukaan dan kesadaran anggota KMB Adhitana terhadap penderitaan diri sendiri, tanpa menghindar dari penderitaan itu, memberikan pemahaman dan kebaikan terhadap diri sendiri ketika menghadapi penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan tanpa menghakimi diri, serta melihat suatu kejadian sebagai pengalaman yang dialami semua manusia. Menurut Neff self compassion tidak dapat lepas dari tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu: self-kindness, common humanity, dan mindfulness.

Komponen pertama yaitu self kindness. Self kindness adalah kemampuan anggota KMB Adhitana untuk bersikap hangat, memahami diri sendiri saat menghadapi kegagalan dan kekurangan diri yang terjadi dalam hidupnya. Di dalam ajaran brahmavihara, terdapat ajaran cinta kasih (metta) yang memiliki pengertian yang serupa dengan self kindness. Di dalam ajaran tersebut diajarkan bahwa manusia harus dapat mencintai dirinya sendiri dan sesamanya.

Anggota KMB Adhitana yang mengamalkan ajaran cinta kasih (metta) akan memiliki self kindness yang tinggi. Self kindness yang tinggi pada anggota KMB Adhitana akan ditunjukkan melalui perilaku anggota KMB Adhitana ketika menghadapi suatu kegagalan, mereka tidak menyalahkan dirinya atas kegagalan tersebut. Anggota KMB Adhitana akan menerima kekurangan yang dimiliki dan lebih memahami dirinya sendiri.

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha memiliki sks yang cukup besar, anggota KMB Adhitana akan memahami kekurangan yang ada di dalam dirinya. Anggota KMB Adhitana akan menyadari bahwa dirinya tidak selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, tidak menghakimi dirinya sendiri secara terus-terusan. Anggota KMB Adhitana dapat menenangkan pikirannya dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kegagalan tersebut.

Anggota KMB Adhitana yang memiliki self kindness yang rendah, ketika menghadapi suatu kegagalan, misalnya, mendapatkan nilai yang jelek dalam suatu mata kuliah yang memiliki sks yang cukup besar, anggota KMB Adhitana tidak mudah untuk memahami kekurangan yang ada di dalam dirinya. Anggota KMB Adhitana akan meremehkan dirinya sendiri dan menghakimi kekurangan yang dimilikinya secara terus-menerus. Hal tersebut membuat anggota KMB Adhitana sulit untuk menenangkan pikirannya dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kegagalan tersebut.

Komponen kedua yaitu common humanity. Common humanity adalah kemampuan anggota KMB Adhitana menyadari kenyataan bahwa bukan hanya dirinya yang mengalami kegagalan, namun orang lain juga pernah merasakan dan memiliki kekurangannya masing-masing serta menganggap kegagalan dan kekurangan merupakan bagian hidup yang dialami oleh semua individu. Komponen ini sejalan dengan ajaran welas asih (karuna) dan turut berbahagia (mudita). Ajaran welas asih (karuna) dan turut berbahagia (mudita) mengajarkan kepada umat beragama Buddha bahwa setiap manusia pasti mengalami suatu penderitaan, sehingga manusia tidak boleh iri hati kepada menusia lain.

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha yang jelek dalam suatu mata kuliah yang memiliki sks yang cukup besar, anggota KMB Adhitana akan menyadari bahwa hal tersebut juga terjadi pada teman-temannya. Mereka tidak akan merasa terisolasi bahwa hanya diri mereka saja yang mendapatkan nilai yang jelek. Anggota KMB Adhitana tidak melihat diri mereka rendah daripada orang lain sehingga akan timbul rasa kebersamaan dengan temannya. Hal ini membuat anggota KMB Adhitana tidak merasa iri hati dengan temannya.

Common humanity yang rendah pada anggota KMB Adhitana akan membuat mereka merasa terisolasi dengan dirinya sendiri. Anggota KMB Adhitana kurang memiliki kesadaran akan kenyataan bahwa orang lain juga mengalami kesulitan dan kegagalan dalam hidupnya. Ketika anggota KMB Adhitana mendapatkan nilai yang jelek dalam suatu mata kuliah yang memiliki sks yang cukup besar, anggota KMB Adhitana sulit untuk menyadari bahwa hal tersebut juga terjadi dengan teman-temannya. Mereka akan merasa terisolasi bahwa hanya diri mereka saja yang mendapatkan nilai yang jelek. Anggota KMB Adhitana akan melihat diri mereka lebih rendah daripada orang lain sehingga akan timbul rasa iri hati dengan temannya.

Komponen terakhir dari self compassion yaitu mindfulness. Mindfulness menurut Neff (2011) yaitu kemampuan menerima dan menyadari kesalahan, kekurangan, dan kegagalan apa adanya, tanpa melebih-lebihkan kenyataan atau berusaha menghindari/menyangkal kenyataan yang ada. Mindfulness memiliki arti yang serupa dengan keseimbangan batin (uppekha). Keseimbangan batin (uppekha) mengajarkan bahwa manusia harus berpikir secara objektif mengenai penderitaan yang manusia alami.

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha cukup besar, mereka tidak akan merespon kegagalan tersebut secara berlebihan. Anggota KMB Adhitana akan merasa sedih ketika mendapatkan nilai yang jelek, setelah itu, mereka tidak terpuruk secara lama, tetapi mereka akan menerima kegagalan tersebut dan mencoba mengatasi kegagalan itu. Hal ini dapat menjadikan anggota KMB Adhitana tidak teridentifikasi dengan pikiran ataupun perasaan yang negatif.

Derajat mindfulness yang rendah pada anggota KMB Adhitana akan membuat mereka merespon suatu kegagalan secara berlebihan. Anggota KMB Adhitana akan bereaksi secara ekstrim ketika menghadapi kegagalan yang dialami. Misalnya, ketika mendapatkan nilai jelek pada mata kuliah yang memiliki sks yang cukup besar, angoota KMB Adhitana akan mengurung di dalam kamar berhari-hari sampai tidak mau makan, belajar dan membuat tugasnya.

Menurut Curry & Barnard (2011), terdapat kaitan antara ketiga komponen self compassion. Ketiga komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Jika anggota KMB Adhitana memiliki derajat yang tinggi dalam komponen self kindness, common humanity, dan mindfulness, ia akan memiliki self-compassion yang tinggi (Neff, 2011). Sebaliknya, jika anggota KMB Adhitana memiliki derajat yang rendah dalam self compassion, akan memunculkan self judgment, isolation, dan over identification/avoidance. Untuk dapat menyimpulkan bahwa individu memiliki self compassion yang tinggi atau rendah, harus dilihat melalui ketiga komponen yang saling terkait dalam self compassion (Barnard & Curry, 2011; Neff, 2011).

(27)

17

Universitas Kristen Maranatha Openness to experiences tidak sesuai dengan self compassion karena trait ini mengukur karakteristik individu yang memiliki imajinasi yang aktif, kepekaan secara aesthetic.

Trait yang pertama adalah extraversion. Extraversion, atau bisa disebut trait dominan-patuh (dominance-submissiveness). Menurut penelitian, individu yang memiliki trait extraversion yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan individu dengan tingkat extraversion yang rendah. Ciri-ciri anggota KMB Adhitana yang memiliki derajat trait extraversion yang tinggi adalah mudah bergaul, aktif, talkative, person-oriented, dan menyenangkan.

Apabila anggota KMB Adhitana memiliki ciri-ciri derajat trait extraversion yang tinggi, maka self compassion pada diri anggota KMB Adhitana akan cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan, apabila anggota KMB Adhitana yang memiliki ciri-ciri kepribadian extraversion yang mudah bergaul, aktif, dan talkative, akan membuat anggota KMB Adhitana memiliki komponen common humanity. Anggota KMB Adhitana yang memiliki sifat mudah bergaul akan memudahkan anggota KMB Adhitana untuk bergaul dengan orang lain. Ketika anggota KMB Adhitana mudah bergaul dengan orang lain, mereka akan banyak mendengarkan cerita dari teman-temannya mengenai kegagalan yang dialami. Dengan mendengarkan cerita dari teman mengenai kegagalan, anggota KMB Adhitana akan menyadari bahwa orang lain juga akan mengalami suatu kegagalan dalam hidupnya. Ketika anggota KMB Adhitana mengalami kegagalan, mereka tidak merasa bahwa hanya mereka yang mengalami hal tersebut (derajat common humanity tinggi).

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha dengan sifat mudah bergaul tersebut membuat mereka menjadi lebih terbuka terhadap suatu permasalahan, mereka tidak tertutup dan menghakimi diri mereka sendiri atas kegagalan yang terjadi (derajat self kindness tinggi).

Trait yang kedua adalah agreableness. Agreeableness dapat disebut juga social adaptibility yang mengindikasikan individu yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, menghindari konflik, dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Anggota KMB Adhitana yang memiliki derajat trait kepribadian agreableness yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain, berhati lembut, baik, suka menolong, dapat dipercaya, terus terang, patuh, dan kerendahan hati.

Apabila anggota KMB Adhitana memiliki derajat trait kepribadian agreeableness yang tinggi, maka self compassion pada diri akan cenderung tinggi. Hal ini dikarenakan sifat berhati lembut dan baik yang ada pada trait kepribadian agreablenes. Anggota KMB Adhitana yang memiliki sifat berhati lembut dan baik, ketika mengalami suatu kegagalan akan mudah untuk menerima kekurangan yang ada di dalam dirinya sendiri (derajat self kindness tinggi). Anggota KMB Adhitana tidak menghakimi dirinya secara berlebihan ketika mengalami suatu kegagalan karena sifat lembut yang ada di dalam dirinya.

(29)

19

Universitas Kristen Maranatha Trait yang ketiga adalah conscientiousness. Concientiousness menggambarkan keteraturan dan disiplin diri individu. Orang-orang tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai individu yang terorganisir dengan baik, tepat waktu, dan ambisius. Anggota KMB Adhitana yang memiliki derajat trait kepribadian conscientiousness yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain, teratur, pekerja keras, disiplin diri, teliti, ambisius, dan tekun.

Anggota KMB Adhitana yang memiliki derajat trait kepribadian conscientiousness yang tinggi akan memunculkan self compassion yang cenderung tinggi. Anggota KMB Adhitana yang memiliki sifat dapat dipercaya, akan memunculkan common humanity di dalam dirinya. Dengan sifat yang dapat dipercaya, membuat orang lain mau berbicara mengenai kegagalan yang pernah dialami. Dengan begitu, anggota KMB Adhitana akan mengetahui pengalaman akan kegagalan yang dialami oleh orang lain. Hal ini membuat anggota KMB Adhitana menyadari bahwa tidak hanya dirinya yang mengalami suatu kegagalan (derajat common humanity tinggi). Selain itu, akan memunculkan mindfulness yang ada di dalam diri anggota KMB Adhitana karena mereka mendengarkan pendapat orang lain sehingga mereka tidak over-idemtifikasi terhadap diri sendiri (derajat mindfulness tinggi). Anggota KMB Adhitana yang memiliki sifat dapat dipercaya, ketika menghadapi suatu kegagalan akan memunculkan sikap yang lebih bertanggung jawab dan bereaksi secara tidak berlebihan. Hal tersebut juga memunculkan derajat mindfulness yang tinggi dan derajat self kindness yang tinggi pula di dalam diri. Orang yang bertanggung jawab akan menerima konsekuensi dari kegagalan yang ia dapatkan. Anggota KMB Adhitana akan menerima kekurangan yang ada di dalam dirinya.

(30)

20

Universitas Kristen Maranatha emosional mereka labil, mereka juga mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Anggota KMB Adhitana yang memiliki derajat trait kepribadian neuroticism yang tinggi memiliki ciri-ciri antara lain, kuatir, cemas, emosional, merasa tidak nyaman, dan kesedihan yang tak beralasan. Apabila anggota KMB Adhitana memiliki ciri-ciri kepribadian yang seperti itu, maka derajat self compassion akan cenderung rendah.

Sifat cemas, kesedihan yang tak beralasan, emosional yang ada pada ciri-ciri tipe kepribadian neuroticism, akan membuat anggota KMB Adhitana memiliki derajat self kindness, common humanity, mindfulness yang rendah. Hal ini dikarenakan, anggota KMB Adhitana akan bereaksi berlebihan terhadap kegagalan yang dihadapi (derajat mindfulness rendah). Mereka juga akan merasa bahwa hanya mereka saja yang mengalami kegagalan tersebut (derajat common humanity rendah) dan mereka akan menyalahkan diri mereka atas terjadinya kegagalan tersebut serta kurang menerima kelemahan yang ada di dalam dirinya (derajat self kindness yang rendah).

(31)

21

Universitas Kristen Maranatha 1.1Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi

1. Terdapat 3 komponen di dalam self-compassion yaitu self-kindness, common humanity dan mindfulness

2. Pada Anggota KMB Adhitana memiliki derajat self compassion yang bervariasi. 3. Salah satu faktor yang berpengaruh pada self compassion adalah kepribadian. Teori

kepribadian yang dipakai adalah teori big five trait dari Mc’Rae, yang terdiri dari trait extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experiences

Self Compassion Trait Kepribadian

Anggota KMB Adhitana Ajaran agama

buddha

Dimensi

- Extraversion - Agreeableness - Conscientiousness - Neuroticism - Openness to experiences

(32)

22

Universitas Kristen Maranatha 4. Trait extraversion, agreeableness, conscientiousness, dan neuroticism memiliki

kontribusi terhadap self compassion.

5. Trait Opennesss to experience tidak kontribusi terhadap self compassion.

1.7Hipotesis Penelitian

Terdapat kontribusi agreeableness terhadap self compassion pada anggota KMB

Adhitana Universitas ‘X’ di kota Bandung.

Terdapat kontribusi extraversion terhadap self compassion pada anggota KMB

Adhitana Universitas ‘X’ di kota Bandung.

Terdapat kontribusi conscientiousness terhadap self compassion pada anggota KMB

Adhitana Universitas ‘X’ di kota Bandung.

Terdapat kontribusi neuroticism terhadap self compassion pada anggota KMB

Adhitana Universitas ‘X’ di kota Bandung.

Terdapat kontribusi openness to experience terhadap self compassion pada anggota

(33)

83 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Trait yang berkontribusi secara signifikan terhadap self compassion yaitu trait conscientiousness, agreeableness, neuroticism, dan extraversion.

2. Trait yang tidak berkontribusi secara signifikan terhadap self compassion adalah openness to experience.

3. Trait kepribadian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap self compassion adalah trait conscientiousness sebesar 17%.

(34)

84

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Saran teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Supaya memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai studi komparasi antara orang yang tidak melakukan meditasi dengan meditator terhadap derajat self compassion.

2. Melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang serupa dengan jumlah subjek penelitian yang lebih banyak. Hal ini dilakukan agar hasil yang didapat lebih akurat dan untuk mengetahui trait mana yang paling berkontribusi terhadap self compassion.

5.2.2 Saran Praktis

Saran praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pembina Organisasi KMB Adhitana dapat lebih membimbing anggota KMB Adhitana yang memiliki lama keanggotaan dibawah empat tahun.

2. Ketua Organisasi KMB Adhitana dapat membuat program mengenai sharing tentang ajaran brahmavihara dan membuat agenda rutin untuk mengajarkan kepada anggotanya cara bermeditasi yang benar untuk mengembangkan self compassion yang ada di dalam diri. mengenai ajaran brahmavihara menjadi agenda rutin bagi anggota KMB Adhitana untuk mengembangkan self compassion pada dirinya

(35)

85

(36)

85 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess, dan Gregory JF. 2013. Theories of Personality. Ed.8. Singapore : McGraw-Hill. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta :Grasindo.

Hidayat, Sianiwati S, dkk. 2015. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

McCrae, R.R., & Allik, J. 2002. The Five Factor Model of Personality Across Cultures. New York : Kluwer Academic/ Plenum Publishers.

Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Neff, Kristin. 2011. Self Compassion. New York : HaperCollins Publishers. Santrock, John W. 2003. Adolescence. Jakarta : Airlangga.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Tejaniya,nAshin. 2006. Jangan Remehkan Kekotoran Batin, Mereka Akan Menertawakan Anda. Ed.2. Ashin Tejaniya.

(37)

86 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Bhikkhu Uttamo. 2003. Ketuhanan dalam Agama Buddha. (Online), (http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/ketuhanan-dalam-agama-buddha/, diakses 7 Februari 2015) Edwina, O. I. 2012. Pengaruh Faktor Kepribadian (Trait), Proteksi, dan Risiko Terhadap

Resiliece pada Remaja Usia 15-18 Tahun di KotaMadya Bandung. Naskah Disertasi. Bandung : Universitas Padjadjaran

Gallerydunia. 2012. Mengapa Manusia Membutuhkan Agama. (Online), (www.gallerydunia.com/2012/06/mengapa-manusia-membutuhkan-agama.html?m=1, diakses 31 januari 2015).

Missiliana. 2014. Self –Compassion dan Compassion For Others pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UK. Maranatha. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Neff, Kristin. 2006. An examination of self-compassion in relation to positive psychological functioning and personality traits. (self-compassion.org/wp-content/.../JRPbrief.pdf, diakses 6 Mei 2015)

Neff, Kristin. 2015. Self Compassion. (Online), (http://www.self-compassion.org/what-is-self-compassion/definition-of-self-compassion.html, diakses 4 januari 2015)

Panatra, Giavanny. 2015. Studi Kontribusi Sumber-Sumber Self-Efiicacy terhadap Self-Eficacy untuk Mencapai Keberhasilan Terapi pada Pasien Pasca Stroke. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Rahoela,I. 2009.Makna Brahmavihara. (Online), (http://www.brahmaviharaarama.com/about/46-maknabrahmavihara.html, diakses 31 Januari 2015).

Soto, Christopher J. 2013. Five-Factor Model of Personality (Online),

(http://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780199828340/obo-9780199828340-0120.xml, diakses 4 April 2015)

Yuvina, Olivia. 2014. Kontribusi Five Factor of Personality Terhadap Psychological Well-being pada Anggota Komunitas Lansia Gereja Katolik di Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

Marina Ulfah (0800162), “Pengaruh Promosi Dalam Upaya Meningkatkan Keputusan Menggunakan Meeting Package di Golden Flower Hotel Bandung ” (Survei Pada Tamu Bisnis

“Srikandhy” karya Yazeed Djamin merupakan salah satu karya komponis Indonesia yang dibawakan dalam resital ini. Karya ini menggunakan

lapangan, secara umum dapat dikemukakan bahwa Manajemen pengembangan kemampuan profesional pengawas Sekolah Menengah Umum di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan

Sedangkan tidak banyak dari mereka yang mengetahui bahwa rasa kopi sebenarnya bermacam-macam, dari pahit,asam,memiliki aroma fruity, seperti yang dimiliki oleh biji kopi

[r]

[r]

Jadi perangkat lunak jaringan saraf tiruan akan memudahkan dalam menentuan hasil diagnosa melalui kemiripan dari pola iris mata yang mengalami penurunan kondisi2. fungsi

Untuk melihat gambaran partisipasi sekolah pada tingkat pendidikan wajar 9 tahun di Kabupaten Agam perlu dilakukan analisa crosstabulasi, pada penelitian ini partisipasi