• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA."

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI

REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Desi Ambarsari NIM 12108247009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Wahai orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang

sabar.

(QS Al Baqarah 153)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya, melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas skipsi ini dengan lancar.

2. Orang tua dan suamiku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, pengorbanan, dukungan untukku.

(7)

vii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI

REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA Oleh:

Desi Ambarsari NIM 12108247009

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi pembelajaran yang menggunakan kembali Kurikulum KTSP menunjukkan bahwa prestasi belajar IPA dan keterampilan mengkomunikasikan siswa masih rendah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini siswa kelas IV A sejumlah 26 orang. Objek penelitian adalah peningkatan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan aktivitas dan tes prestasi belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA meningkat setelah diberikan tindakan melalui penerapan pendekatan saintifik. Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa meningkat dari pra tindakan, ke siklus I, ke siklus II yaitu 58,38% (kriteria cukup), 75,76% (kriteria baik), dan 79,42% (kriteria sangat baik). Adapun rata-rata prestasi belajar IPA siswa meningkat dari pra tindakan, ke siklus I, ke siklus II yaitu 57,08 atau 26,92%, 60,80 atau 42,30%, dan 79,23 atau 73,07%. Perbaikan yang dilakukan pada siklus I, yaitu pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa mengamati video, wawancara dengan narasumber, dan melakukan percobaan proses erosi, kemudian mengkomunikasikannya dengan membuat poster hasil percobaan. Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus II, yaitu mengganti objek yang diamati dengan benda kongkrit di sekitar kelas dan melakukan kegiatan langsung memilah sampah. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih memahami tentang konsep yang didapat dari hasil pengamatan melalui benda konkrit di sekitar kelas. Pada siklus II rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa sudah mencapai >70% masuk kriteria baik, dan persentase keberhasilan prestasi belajar sudah mencapai >70% siswa mendapatkan ≥ KKM 72, sehingga proses pembelajaran dinyatakan sudah berhasil dan siklus dihentikan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil`alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta“ ini dengan baik. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penyusuanan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ridho Allah SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan uuntuk menempuh studi di prodi PGSD FIP UNY.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta.

4. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD) Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astuti, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah memberikan banyak bimbingan, arahan, bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Drs. Susmiyanto, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

(9)

ix

9. Kedua orang tuaku (Bapak Sarijo dan Ibu Painem) yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi.

10.Suami (Amin Yusup) yang telah memberikan doa dan dukungan di setiap langkahku.

11.Semua teman PKS PGSD Kelas J angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan.

12.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal baik yang telah mereka berikan senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Yogyakarta, 11 April 2016

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... HALAMAN PERSETUJUAN ……… HALAMAN PERNYATAAN ……… HALAMAN PENGESAHAN ………. MOTTO ………... PERSEMBAHAN ………... ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……….

B. Identifikasi Masalah ………....…

C. Batasan Masalah ………..

D. Rumusan Masalah ………

E. Tujuan Penelitian ……….

F. Manfaat Penelitian ………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Mengkomunikasikan ……….

B. Prestasi Belajar ………

1. Pengertian Prestasi Belajar ………

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ………

C. Pendekatan Saintifik ………

1. Pengertian Pendekatan Saintifik ………

2. Tujuan Pendekatan Saintifik ………..

3. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ……

(11)

xi

4. Prinsip-prisip Pendekatan Saintifik ………...

5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ……….

6. Kelebihan Pendekatan Saintifik ……….

7. Kekurangan Pendekatan Saintifik ……….

8. Penerapan Pendekatan Saintiifik pada Pembelajaran …………

D. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ………

E. Kerangka Pikir ……….

F. Hipotesis Tindakan ………..

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ………

B. Seting Penelitian ………..

C. Subyek dan Obyek Penelitian ………..

D. Desain Penelitian ……….

E. Teknik Pengumpulan Data ……….

F. Instrumen Penelitian……….

G. Teknik Analisis Data ………...

H. Indikator Keberhasilan ………

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………

1. Deskripsi Kondisi Awal ……….

2. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ………... 3. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ………..

B. Pembahasan ……….

C. Keterbatasan Penelitian ………...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………..

B. Saran ………

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa dalam Pembelajaran IPA ………... Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan

Pendekatan Saintifik ……….. Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Individu ……… Tabel 4. Konversi Skor ……… Tabel 5. Hasil Pengamatan Pra Tindakan Keterampilan Mengkomunikasi- kan Siswa ……….. Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa ….. Tabel 7. Rekapan Nilai IPA Siswa Pada Tahap Awal atau Pra Tindakan ... Tabel 8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPA Pra Tindakan ………... Tabel 9. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I Keterampilan Mengkomu- nikasikan Siswa ………. Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Siklus I ………. Tabel 11. Perolehan Nilai IPA Siswa pada Tindakan Siklus I ……… Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPA Tindakan Siklus I ….. Tabel 13. Ketercapaian Indikator Keterampilan Mengkomunikasikan pada Siklus I ……… Tabel 14. Hasil Refleksi Tindakan Siklus I ………. Tabel 15. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II Keterampilan

(13)

xiii

Tabel 22. Perbandingan Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ………. Tabel 23. Ketercapaian Indikator Keterampilan Mengkomunikasikan pada Siklus II ………... Tabel 24. Hasil Refleksi Tindakan Siklus II ………....

82

83

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Tindakan Siklus I ……… Lampiran 2. Ringkasan Materi Siklus I ………... Lampiran 3. LKS Siklus I Pertemuan 1 ………... Lampiran 4. LKS Siklus I Pertemuan 2 ………... Lampiran 5. LKS Siklus I Pertemuan 3 ………... Lampiran 6. Soal Tes Individu Siklus I ………... Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Tes Individu Siklus I ………. Lampiran 8. RPP Tindakan Siklus II ………... Lampiran 9. Ringkasan Materi Siklus II ………. Lampiran 10. LKS Siklus II Pertemuan 1 ………... Lampiran 11. LKS Siklus II Pertemuan 2 ………... Lampiran 12. LKS Siklus II Pertemuan 3 ………... Lampiran 13. Soal Tes Individu Siklus II ……… Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Tes Individu Siklus II ……….. Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan

Mengkomunikasikan Siswa pada Pra Tindakan ……… Lampiran 16. Hasil Pengamatan Pra Tindakan Keterampilan Mengko- munikasikan ………... Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan

Mengkomunikasikan Siswa pada Siklus I ………. Lampiran 18. Hasil Pengamatan Siklus I Keterampilan Mengkomunika- sikan………... Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan

Mengkomunikasikan Siswa pada Siklus II ……… Lampiran 20. Hasil Pengamatan Siklus II Keterampilan Mengko-

munikasikan ………... Lampiran 21. Perkembangan Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Lampiran 22. Nilai IPA Siswa pada tahap Awal atau Pra Tindakan ……... Lampiran 23. Nilai IPA Siswa pada Siklus I ………...

(16)

xvi

Lampiran 24. Nilai IPA Siswa pada Siklus II ………. Lampiran 25. Perkembangan Perolehan Nilai IPA ………. Lampiran 26. Instrumen Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Siklus I ……… Lampiran 27. Instrumen Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Siklus II ……….. Lampiran 28. Media Gambar Siklus I Pertemuan 1 ……… Lampiran 29. Media Gambar Siklus II Pertemuan 2 ……….. Lampiran 30. Gambar Urutan Proses Pembuatan Gerabah ………. Lampiran 31. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ………... Lampiran 32. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ………... Lampiran 33. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 ………... Lampiran 34. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ………. Lampiran 35. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ………. Lampiran 36. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3 ………. Lampiran 37. Surat-surat ……….

181 182 183

184

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan tujuan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, yaitu “Berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggungjawab” (Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003). Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang sudah berlaku

pada tahun-tahun sebelumya, diharapkan dengan kurikulum ini dapat menghasilkan output yang dapat menjawab tantangan global dan bersaing pada abad 21. Penerapan Kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma peran

guru, peran siswa, dan proses belajar. Pada kurikulum sebelumnya peran guru sebagai sumber belajar, siswa menerima pengetahuan, dan proses belajar

bertujuan untuk menguasai pengetahuan, sedangkan pada Kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator, siswa menyelesaikan permasalahan, dan proses belajar bertujuan untuk menyelesaikan masalah (Ridwan Abdullah Sani, 2014: 3).

Siswa dilatih untuk belajar mengobservasi (mengamati), mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, menganalisis (mengolah informasi), dan

(18)

2

yang dirancang demikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep,

hukun atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,

menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Penerapan Pendekatan Saintifik berkaitan erat dengan pengusaan keterampilan mengkomunikasikan. Pada saat siswa menemukan suatu konsep dibutuhkan komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan kepada orang lain.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 19-20) mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar.

Pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran yang baru dan

kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar sangatlah berpengaruh pada proses belajar dan prestasi belajar. Menurut Oemar Hamalik (1995: 36) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Adapun prestasi belajar menurut Nana Sudjana

(19)

3

mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah

afektif, dan ranah psikomotorik.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dalam proses pembelajaran dipandu dengan

kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Hal ini sejalan dengan penerapan Kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Permendikbud

Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu : 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan informasi/eksperimen; 4) mengasosiasikan/mengolah informasi; dan 5)

mengkomunikasikan.

Berdasarkan observasi pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas IV A

Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1, kegiatan pembelajaran semester 1 sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik. Pada penerapan pendektan saintifik, ternyata memperoleh hasil yang cukup baik. Siswa

cukup aktif dan punya banyak kesempatan untuk melakukan eksperimen.

Pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat kendala. Siswa belum

dapat mencari informasi secara mandiri karena masih banyak peran guru dalam membimbing siswa untuk mendapatkan informasi. Pada saat kegiatan eksperimen, siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan.

Keterampilan mengkomunikasikan masih rendah, siswa mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama dalam membuat laporan hasil percobaan.

(20)

4

Berdasarkan kebijakan pemerintah pada bulan Februari per tanggal 20

Februari 2015, sekolah yang baru menerapkan satu semester kurikulum 2013 harus kembali ke kurikulum KTSP 2006. SD N Rejowinangun 1 juga termasuk sekolah yang pada semester II kembali menggunakan kurikulum KTSP 2006.

Setelah kembali ke kurikulum KTSP 2006, SD N Rejowinangun 1 terdapat permasalahan pada pembelajaran IPA.

Permasalahan yang pertama, siswa kurang melakukan eksplorasi. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran lebih banyak mendengarkan ceramah guru. Kegiatan eksperimen jarang dilakukan lagi. Sumber belajar hanya pada buku

paket IPA.

Proses pembelajaran yang dilakukan berpengaruh terhadap prestasi belajar.

Setelah 3 bulan kembali ke kurikulum lama KTSP, prestasi belajar IPA tergolong rendah. Hal ini terbukti dengan rata-rata hasil Ulangan Tengah Semester II masih rendah dan banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.

Dengan permasalahan di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan

prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik kembali. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1) pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat kendala: siswa belum dapat

(21)

5

2) keterampilan mengkomunikasikan rendah: siswa masih kesulitan dalam

membuat laporan hasil percobaan, saat diskusi ada beberapa siswa yang pasif, dan pada saat presentasi masih malu;

3) prestasi belajar IPA rendah, terbukti dengan rata-rata hasil UTS semester II

masih rendah dan banyak siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan banyaknya masalah di atas maka peneliti membatasi pada masalah peningkatan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui pendekatan saintifik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: Bagaimana meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta?

E. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah

(22)

6 F. Manfaat

Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu: 1. Teoritis

Dengan penelitian tindakan kelas ini dapat menambah wawasan tentang

pendekatan saintifik. 2. Praktis

a. Bagi Sekolah

1) Meningkatan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.

2) Mengimplementasikan pendekatan saintifik pada pembelajaran. b. Bagi Guru

1) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran dan melaksanakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

2) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran

dalam mata pelajaran yang diampunya. c. Bagi Siswa

1) Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan melalui pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara individu maupun kelompok.

(23)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Mengkomunikasikan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 19-20) mengkomunikasikan

merupakan kegiatan untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi

yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar.

Kemampuan untuk membangun jaringan atau berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman. Bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil maupun kelompok besar merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi (Ridwan Abdullah

Sani, 2014:70).

Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik tersebut (Daryanto, 2014:80).

Kegitan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan

(24)

8

Komunikasi dimulai dengan bercerita ketika seseorang bertemu dengan orang

yang ditemui. Banyak orang yang pintar tetapi tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Untuk menjadi komunikator yang baik harus mempunyai kosakata yang memadai, selain itu harus bisa mengkoordinasikan antara sudut pandang kita

dengan orang yang diajak berbicara atau pendengar. Dalam berkomunikasi juga harus ada sikap empati dan perhatian terhadap orang yang diajak berbicara, selain

itu komunikator harus siap memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan dari orang yang dajak berbicara (Ann C. Howe, 1993: 133). Begitu pula siswa juga harus menjadi komunikator yang baik, maka perlu dibekali dengan kosakata yang

memadai dan dilatih untuk bisa berempati dan perhatian, mengkoordinasikan antara sudut pandangnya dengan orang yang mendengar, baik itu dengan

temannya maupun dengan guru yang diajak untuk berkomunikasi.

Komunikasi sangat penting dalam ilmu pengetahuan, tanpa komunikasi orang lain tidak tahu apa yang dilakukan atau direncanakan, mengetahui alasan

seseorang, dan pemikiran seseorang. Komunikasi diperlukan untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang orang pikirkan. Keterampilan

mengkomunikasikan sangat penting dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan pengamatan dan klasifikasi. Ketika siswa mengamati atau mengidentifikasi sesuatu, siswa akan menyampaikan kepada teman maupun guru dengan

komunikasi. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang suatu informasi, seorang guru dapat mendengarkan penjelasan dari siswa tersebut.

(25)

9

sharing, menggambar, bercerita, memberikan presentasi secara lisan, bermain

peran, pantomim, bernyanyi, dan sebagainya. Selama di kelas siswa berkomunikasi di kelompok kecil maupun kelompok besar. Selain itu siswa juga berkomunikasi secara individu dengan teman maupun dengan guru. Untuk

mengungkapkan apa yang ditemukan selama observasi dan investigasi, siswa menyampaikannya melalui berbagai media seperti grafik, diagram, peta konsep,

poster, simbol, peta, dan persamaan matematika (David Jerner Martin, 2006:

101-102).

Berbagai kegiatan sains harus dirancang guru untuk mendorong pemahaman yang lengkap dan akurat siswa. Keuntungan yang didapat dari kegiatan tersebut

adalah meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa. Peningkatan keterampilan mengkomunikasikan siswa yang terjadi yaitu siswa dapat menulis

deskripsi kegiatan yang dilakukan untuk dipublikasikan pada buku kelas, dapat menulis jurnal secara teratur, menjelaskan dan menggambarkan kegiatan sains

mereka. Mereka juga dapat berbagi jurnalsatu sama lain, maupun dengan guru

untuk melihat apakah deskripsi mereka jelas dan akurat. Selain itu, mereka

dapat menggambarkan kegiatan mereka dan hasil investigasi secara lisan satu

sama lain, dengan guru, dan dalam bentuk presentasi kelas. Keterampilan

mengkomunikasikan akan semakin meningkat apabila semakin banyak kegiatan

sains seperti pembahasan dan menjelaskan sering dilakukan (David Jerner

Martin, 2006: 103).

(26)

10

dan bentuk, 2) mendeskripsikan bebatuan yang ditemukan, 3) bermain tebak koin,

4) bermain tebak dadu, 5) menyajikan dengan gambar kandungan makanan yang dimakan siswa.

Saat kegiatan tebak warna dan bentuk, dua siswa duduk berdampingan dan di

meja mereka dibatasi dengan papan tinggi agar tidak bisa saling melihat. Kegiatan ini dimulai dengan salah satu siswa membuat bentuk dan mewarnainya, kemudian

dia menceritakan apa yang dilakukannya kepada teman yang berada di sebelahnya. Siswa yang kedua juga melakukan hal yang sama membentuk dan mewarnai sesuai dengan penjelasan dari siswa pertama. Apabila siswa yang kedua

mengalami kesulitan atau tidak paham dengan penjelasan temannya, maka boleh berhenti dan meminta temannya tersebut untuk menjelaskan lebih jelas lagi. Siswa

pertama bertanya apa yang harus dijelaskan agar siswa kedua lebih paham. Kedua siswa mendiskusikan kesulitan yang dialaminya, kemudian menemukan alternative cara lain untuk menjelaskan agar bisa mengatasi masalah tersebut (Ann

C. Howe, 1993: 133-134). Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa menjadi komunikator yang baik. Menyampaikan apa yang ada di pikirannya dan yang dia

lakukan kepada orang lain.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu siswa ke luar kelas untuk mencari bebatuan yang ada 10 – 12 batu. Kemudian siswa satu persatu menyeleksi batu itu

untuk dipilih batu yang menjadi favorit. Siswa harus memberikan alasan mengapa batu itu menjadi favoritnya. Dengan berpasangan siswa satu mendeskripsikan batu

(27)

11

lagi sampai batu yang dimaksud terjawab (David Jerner Martin, 2006: 105).

Kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih siswa menjadi komunikator yang baik. Selain dari kedua kegiatan di atas siswa juga dapat berlatih keterampilan mengkomunikasikan dengan membuat grafik, diagram lingkaran, dan piramida.

Pertama membuat grafik melalui bermain tebak dadu, mata dadu yang muncul dicatat pada tabel. Kemudian disajikan dalam bentuk grafik histogram. Kedua

membuat diagram lingkaran melalui bermain tebak koin, siswa mencatat kemungkinan koin yang terjadi pada tabel untuk dihitung frekuensinya. Kemudian berdasarkan tabel tersebut siswa membuat diagram lingkaran. Ketiga membuat

piramida melalui kegiatan menjelaskan makanan yang dimakannya saat makan siang. Siswa menggolongkan kandungan makanan misal sayuran, buah, minyak,

susu, daging, karbohidrat. Kemudian siswa memperkirakan banyaknya kalori pada setiap kandungan makanannya. Siswa membuat piramida sesuai dengan jenis kandungan makanan dan kalori.

Selain grafik, diagram, dan piramida siswa dalam berkomunikasi juga bisa berupa laporan secara lisan dan tertulis. Secara lisan siswa menyampaikan

kegiatan yang dilakukan, diskusi dengan teman apa yang dilihatnya. Adapun secara tertulis siswa bisa membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan, peta konsep, dan poster.

Bagian-bagian laporan pengamatan terdiri dari nama pengamat, waktu pengamat, objek yang diamati, dan hasil pengamatan. Adapun bagian-bagian

(28)

12

Peta konsep digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi

yang dipelajari, dari peta konsep itu guru dapat mengukur kemampuan kognitif siswa. Adapun langkah membuat peta konsep yang baik yaitu mengidentifikasikan semua konsep yang akan dipetakan, mengurutkan konsep

dari yang umum ke khusus, menetapkan kemungkinan hubungan konsep satu dengan yang lain dengan garis (http://journal.unipdu.ac.id).

Poster merupakan salah satu cara berkomunikasi, apa yang ada dalam pikiran dapat disampaikan lewat poster. Adapun poster yang baik harus memiliki kriteria berikut: mudah dilihat, menarik dan berwarna, terstruktur, mudah dipahami,

komunikatif dan informatif. (http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur.)

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa

keterampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan siswa dalam membuat jaringan dan berkomunikasi untuk menyampaikan hasil pengetahuan yang ditemukan dari kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan

(29)

13 B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Berdasarkan istilah atau tata bahasa yang benar atau EYD atau Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2014: 390) prestasi adalah hasil yang telah

dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

Adapun belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.belajar adalah berusaha, memperoleh kepandaian atau ilmu; membaca; menulis; berlatih;

berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Slameto, 2013: 3).

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk, 2007:74).

Oemar Hamalik (1995: 36) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.

Prestasi belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar (2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah

dibukukan dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif

(30)

14

Adapun prestasi belajar menurut Nana Sudjana (2009: 22) adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 23) mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotorik.

Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar ada tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi: faktor jasmani dan psikologi, sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(Sugihartono, 2007: 76-77)

Faktor intern sangat berpengaruh terhadap belajar karena faktor tersebut ada

di dalam diri individu yang sedang belajar. Sebagai contohnya kondisi fisik anak yang mengalami kelelahan akan memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar. Selain itu, psikologi anak juga memberikan sumbangan terhadap kesiapan

siswa untuk mengikuti kegiatan belajar. Meskipun faktor eksternal hanya cukup memberikan pengaruh terhadap belajar, kondisi lingkungan di luar individu juga

(31)

15

Di samping kedua faktor di atas, Muhibbinsyah (Sugihartono, 2007: 77) juga

menambahkan faktor pendekatan belajar yang digunakan saat pembelajaran berlangsung. Faktor pendekatan ini merupakan jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari

materi-materi pelajaran.

Dari berbagai pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari pengaruh diluar siswa (ekstern). Sehubungan dengan hal tersebut agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang seoptimal mungkin,

maka siswa perlu meningkatkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong

dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting

yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa, setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga.

C. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Daryanto (2014: 51) menyatakan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik

adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukun atau prinsip melalui

(32)

16

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang

dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui

pengamatan atau percobaan (Ridwan Abdullah Sani, 2014: 50-51).

Kemendikbud (2014: 18-19) menyatakan bahwa peoses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, pendekatan atau proses kerja yang

memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive

reasioning).

Dari pendapat dia atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang mengedepankan proses ilmiah. Siswa

mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan mengamati dan mengidentifikasi untuk mengumpulkan data. Kemudian siswa merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan.

2. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan

(33)

17

b. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa

c. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik

d. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan

e. Doperolehnya hasil belajar yang tinggi

f. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel

g. Untuk mengembangkan karakter siswa. (Daryanto, 2014: 54)

Jadi tujuan pendekata saintifik yaitu untuk meningkatkan intelek siswa

untuk berpikir tingkat tinggi. Selain itu, pendekatan ini juga mengembangkan sikap dan karakter siswa, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah.

3. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan

kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini mempunyai ciri menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan

(34)

18

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengann logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah

yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. (Daryanto, 2014: 56-58)

4. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi

konsep, hukum atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir

tingkat tinggi siswa, dan dapat mengembangkan karakter siswa. (Daryanto, 2014: 53)

Sejalan dengan karakeristik di atas, prinsip pendekatan saintifik dalam

kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran juga berpusat pada siswa, pembelajaran membentuk student self concept, pembelajaran terhindar dari verbalisme. Selain

itu dalam pembelajaran harus memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, serta adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa

dalam struktur kognitifnya. Pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, peningkatan kemampuan

(35)

19

Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat dipahami bahwa dalam

pembelajaran saintifik mempunyai karakteristik yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia SD. Pembelajaran berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan sains dalam mengkonstruk pengetahuan, melibatkan proses kognitif

yang dapat merangsang perkembangan intelek khusnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, serta dapat mengembangkan karakter siswa.

5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yakni: mengamati;

menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.

Sejalan dengan pernyataan di atas, dalam kegiatan pengamatan bisa dilakukan dengan mengamati gambar, objek yang berada di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang objek yang diamati.

Kemudian siswa melakukan kegiatan mencoba dengan melakukan eksperimen/percobaan, atau mencari informasi dari berbagai kegiatan seperti

membaca teks referensi, wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Setelah melalui rangkaian kegiatan di atas, siswa melakukan kegiatan mengasosiasikan/menalar informasi, fakta-fakta yang diperoleh untuk

disimpulkan. Kegiatan yang paling pokok untuk mengetahui pemahaman siswa adalah kegiatan mengkomunikasikan dimana siswa membangun atau

(36)

20

Urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik

ada juga yang lain yaitu dengan diawali kegiatan mengamati, menanya, mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar, baru dilanjutkan kegiatan mencoba dan menarik kesimpulan, kemudian diakhiri dengan kegiatan

mengkomunikasikan (Daryanto, 2014: 60-80).

Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan saintifik ada 5 M yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunikasikan.

6. Kelebihan Pendekatan Saintifik

Pendekatan scientific menggunakan pembelajaran discovery learning siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,

membandingkan, mengaktegorikan, menganalisis, mengintergrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran discovery

learning adalah sebagai berikut:

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(37)

21

5) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh

kepercayaan bekerjasama denagn yang lainnya.

6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.

7) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

8) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

9) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 10) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

11) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan

manusia seutuhnya.

12) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

13) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

14) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. (Kemendikbud, 2014:

32)

Secara umum pendekatan saintifik mempunyai banyak kelebihan yang sangat

bermanfaat bagi perkembangan siswa dalam hal pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), sebagai bekal siswa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di lingkungannya.

7. Kekurangan Pendekatan Saintifik

Adapun kelemahan dari pendekatan scientific adalah sebagai berikut:

(38)

22

berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang

tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena

membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan

teori atau pemecahan masalah lainnya.

3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar

berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

5) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan. (Kemendikbud, 2014: 32-33)

Berdasarkan pernyataan di atas peneliti berpendapat bahwa semua

pendekatan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan saintifik juga mempunyai kelemahan yaitu: tidak semua siswa siap berpikir sehingga bagi siswa

yang kurang pandai akan mengalami banyak hambatan. Selain itu kurang efektif jika jumlah siswa banyak karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan teori atau pemecahan masalah.

8. Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajarann IPA

Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik terpadu meliputi

(39)

23 1) Mengamati

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

2) Menanya

Kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi

yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang

perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. 3) Mencoba

Kegiatan belajar yang dilakukan antara lain melakukan eksperimen, membaca

sumber lain selain buku teks, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan sikap teliti, jujur, sopan,

menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

4) Mengasosiasikan

Kegiatan belajar yang dilakukan adalah mengolah informasi yang sudah

(40)

24

Kompetensi yang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, disiplin, taat pada

aturan, kerja keras, kemapuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kompetensi yang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar

(Kemendikbud, 2014: 64-71).

D. Karakteristik Siswa Kelas IV SD

Jean Piaget (Sugihartono dkk, 2007: 109) menyatakan bahwa tahap perkembangan berpikir individu melalui empat stadium yaitu: 1) Sensorimotorik (0-2 tahun), 2) Praoperasional (2-7 tahun), 3) Operasional kongkrit (7-11 tahun),

dan 4) Operasional formal (12-15 tahun).

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan

intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung ( Syamsu Yusuf, 2004: 178).

Anak kelas IV SD termasuk ke dalam tahap operasional kongkrit, kemampuan anak masih terbatas pada hal-hal yang kongkrit. Kemampuan

(41)

25

daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti

membaca, menulis, dan berhitung. Anak juga dapat diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Daya nalar anak juga dapat terlihat dalam hal mengungkapkan pendapat, gagasan

atau penilaiannya terhadap ha-hal yang terjadi di lingkungannya (Syamsu Yusuf, 2004: 179).

Perkembangan sosial anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan yaitu membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang kooperatif

(bekerjasama), berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (Syamsu Yusuf,

2004: 180).

Pada anak usia Sekolah Dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk

mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, rasa ingin tahu akan mempengaruhi

individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajarnya. Sebaliknya, apabila yang menyertai adalah emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah maka proses belajar akan mengalami hambatan

(Syamsu Yusuf, 2004: 181).

Selain itu Syamsu Yusuf (2004: 184) juga mengemukakan bahwa usia

(42)

26

sehingga usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang

berkaitan dengan motorik.

Dengan bertolak uraian karakteristik dan perkembangan siswa di atas, guru seharusnya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bermakna bagi

siswa, serta mampu menumbuhkan karakter positif siswa. Guru mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan

baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk aktif dan

mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.

E. Kerangka Pikir

IPA merupakan pelajaran yang memiliki tiga dimensi yaitu proses, produk dan dimensi pengembangan sikap. Pembelajaran IPA bukan hanya menyampaikan

kumpulan materi ajar saja tetapi dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah

serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Realita saat ini dalam belajar IPA siswa kurang aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri, hanya banyak membaca buku teks, dan kurang dalam

pengalaman belajar secara langsung. Siswa masih sungkan dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-idenya, masih minim dalam hal menyajikan hasil

(43)

27

pekerjaannya dengan percaya diri. Prestasi belajar IPA juga masih rendah, masih

di bawah KKM. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah cara mengajar misalnya dalam mengajar guru lebih menekankan penggunaan

pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1)

mengamati, 2) menanya, 3) mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunikasikan. Dengan demikian pendekatan saintifik yang mengedepankan proses ilmiah, siswa dapat bereksplorasi menemukan pengetahuannya sendiri dan mengkonstruknya.

Pendekatan saintifik sangat cocok dengan perkembangan belajar siswa Sekolah Dasar. Dimana pendekatan ini dapat menjadikan individu berkembang secara

holistik yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk selalu bekerjasama dengan tim, sehingga dapat mendukung perkembangan sikap sosial. Selain itu siswa juga dibiasakan untuk

mengemukakan pendapat dan gagasannya. Dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan

(44)

28

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan kajian terori dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ”ketrampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N

Rejowinangun 1 Yogyakarta dapat meningkat melalui pendekatan saintifik ”. - Siswa kurang aktif

dalam menemukan pengetahuan sendiri, hanya membaca buku teks IPA, kurang eksperimen.

- Keterampilan mengkomunikasikan siswa masih rendah.

- Prestasi belajar IPA masih rendah, banyak yang dibawah KKM.

- Pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa

- Pendekatan saintifik menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) mengamati, 2) menanya, 3)

mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunika-sikan.

- Pendekatan saintifik mengedepankan proses ilmiah, siswa dapat bereksplorasi menemukan

pengetahuannya sendiri dan mengkonstruknya.

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N Rejowinangun 1 Yogyakarta.

B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Rejowinangun 1 yang beralamatkan di

Jalan Ki Penjawi No.12, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta.Penentuan tempat penelitian ini karena terdapat permasalahan pembelajaran IPA pada kelas IV A

SD N Rejowinangun 1, yaitu keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa masih rendah.

2. Waktu penelitian

(46)

30 C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD N Rejowinagun 1 Yogyakarta dengan jumlah siswa 26 anak dengan rincian 16 siswa putra dan 10 siswa putri.

Siswa kelas IV A memiliki prestasi belajar IPA yang rendah karena masih banyak siswa yang nilai ulangan hariannya di bawah KKM. Selain itu siswa kelas IV A

juga memiliki keterampilan mengkomunikasikan yang rendah, hal ini terlihat saat observasi pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang mampu untuk tampil presentasi dan masih banyak siswa yang belum mampu menyampaikan ide dan

gagasannya sewaktu proses pembeajaran berlangsung. 2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan ketrerampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N Rejowinangun 1 Yogyakarta.

D. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 16), secara garis besar terdapat

(47)

31

Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto, 2014: 16)

Keterangan gambar: 1. Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menyusun rancangan tentang apa, kapan, di mana,

oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus yang perlu mendapatkan

perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti dalam merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

menggunakan tindakan kelas menggunakan pendekatan saintifik dengan tahap Perencanaan

SIKLUS I Pengamatan

Perencanaan SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

? Refleksi

(48)

32

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah

informasi, dan mengkomunikasikan. 3. Pengamatan

Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan atau dilakukan pada

waktu yang sama pada saat kegiatan pembelajaran. Objek yang diamati adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran IPA dengan

menggunakan pendekatan saintifik. Pengamatan dilakukan oleh 3 orang observer yaitu peneliti dan dua orang teman sejawat.

4. Refleksi

Tahapan ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru pelaksana sudah

selesai melakukan tindakan, kemudian bersama dengan observer untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Suharsimi Arikunto, 2014: 17 - 20).

Rencana tindakan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini melalui 4 tahap berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan tersebut akan

dilakukan pada setiap siklus. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan langkah-langkah:

(49)

33 b. Menyusun lembar kerja siswa.

c. Menyusun instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa lembar soal pilihan ganda, sedangkan intrumen non tes berupa lembar observasi aktivitas keterampilan mengkomunikasikan siswa.

2. Tindakan

Tindakan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPA menggunakan

pendekatan saintifik pada siklus 1 ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dalam RPP. Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

a. Persiapan

Pada tahap persiapan guru mempersiapkan alat dan media yang akan

digunakan, serta mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran IPA. b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Kegiatan awal

- Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan

masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran). - Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.

- Menginformasikan materi yang akan dipelajaran yaitu Perubahan

Lingkungan.

- Menyampaikan tujuan dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri,

(50)

34

- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa:

membaca, wawancara, diskusi, membuat peta pikiran.

- Menyampaikan penilaian yang dilakukan : nilai diskusi, nilai membuat peta pikiran.

- Mengajak siswa berdinamika dengan bernyanyi Ibu Pertiwi. - Menaknai isi lagu yang dinyanyikan.

2) Kegiatan Inti

- Siswa mengamati vidio animasi tentang perubahan lingkungan yang disebabkan oleh angin, hujan, matahari, gelombang laut. (mengamati)

- Siswa membaca teks tentang perubahan lingkungan. (mengamati) - Siswa bertanya tentang gambar yang diamatinya, menekankan mengapa

dan bagaimana untuk mengasah berpikir kritis anak. (menanya) - Siswa lain menanggapi pertanyaan yang diajukan temannya.

- Siswa membaca sumber lain selain buku teks.

(mencoba/mengumpulkan informasi)

- Siswa keluar kelas untuk mewawancarai warga sekolah sambil

mengamati lingkungan sekitar sekolah. (mencoba/mengumpulkan informasi)

- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengolah informasi yang

diperolehnya. (mengasosiasi/mengolah informasi)

- Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan secara tertulis

(51)

35 3) Kegiatan akhir

- Siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar secara individu. - Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui

hasil ketercapaian materi)

- Menanyakan ke siswa bagaimana kegiatan belajar hari ini, apa senang, ada masalah, bagaimana mengenai keaktifan siswa dan bagaimana hasil

kegitan yang dilakukan.

- Menjelaskan materi yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.

- Mengajak semua siswa ber yel-yel agar tetap semangat. - Siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

c. Tindak lanjut

Tahap selanjutnya adalah tindak lanjut. Siswa mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru.

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan

guru selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, oleh 3 observer yang terdiri dari 2 observer teman sejawat dan 1 observer sekaligus

peneliti. 4. Refleksi

(52)

36

pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik yang telah

dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran serta tindakan guru maupun siswa selama proses pembelajaran siklus I. Refleksi pada siklus I

dilakukan untuk menentukan strategi pembelajaran pada siklus berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memecahkan masalah masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah : 1. Tes

Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2013: 67). Tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah tes prestasi.

Suharsimi Arikunto (2013: 157-158) membagi tes prestasi menjadi dua yaitu:

tes standar dan tes buatan guru. Pada penelitian ini menggunakan tes buatan guru. Tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik. Dari hasil analisis tes dapat diketahui peningkatan prestasi

belajar IPA. 2. Non tes

(53)

37

dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan

yang sedang berlansung, baik secara lansung maupun tidak langsung (Sugihartono, 2007: 159).

Dalam penelitian ini, kegiatan yang diamati adalah aktivitas siswa pada saat

pembelajaran IPA, khususnya pada keterampilan mengkomunikasikan siswa. Selain itu juga mengamati guru dalam menerapkan pendekatan saintifik.

Pelaksanaan observasi dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung.

Peneliti dibantu oleh dua orang rekan sejawat dalam mengobservasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan

daria awal sampai akhir pembelajaran, bersama dengan pelaksanaan tindakan. Penilaian observasi ini dilakukan dengan memberikan tanda ceck (v) pada lembar

observasi yang disediakan. F. Instrumen Penelitian

Instrumen berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data. Pada

dasarnya terdapat dua instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non test untuk mengukur sikap

(Sugiyono, 2013: 349). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar observasi

(54)

38

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa dalam Pembelajaran IPA

No . Aspek Indikator No. Item

1. Tertulis 1. Siswa dapat membuat laporan hasil pengamatan proses terjadinya angin darat dan laut.

2. Siswa dapat membuat peta pikiran tentang penyebab perubahan fisik lingkungan (akibat dari angin, hujan, matahari, gelombang laut).

3. Siswa dapat membuat laporan hasil percobaan tentang erosi dalam bentuk poster.

1

2

3

2. Lisan 1. Siswa dapat menjelaskan atau

menyampaikan ide dalam diskusi. 2. Siswa dapat menyampaikan hasil

pengamatan atau percobaan dengan presentasi.

4

5

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik

No Aspek Indikator No

Item 1. Penerapan strategi

yang mendidik

1) Memfasilitasi siswa untuk mengamati

2) Memancing siswa untuk bertanya 3) Memfasilitasi siswa untuk mencoba 4) Memfasilitasi siswa untuk

menganalisis

5) Memberikan pertanyaan siswa untuk menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis)

6) Menyajikan kegiatan siswa untuk berkomunikasi Sumber: Permendikbud, 2014: 128 – 130

(55)

39

Instrumen tes yang diberikan berupa lembar soal pilihan ganda dan isian

singkat yang berhubungan dengan materi IPA yang telah diajarkan yaitu tentang Perubahan Lingkungan. Adapun kisi-kisi soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Individu

No. Indikator Tingkatan

Kognitif

No Item Bentuk Soal 1.

Menentukan waktu terjadinya angin darat.

C1 1 PG

2.

Mendsekripsikan proses terjadinya angin laut.

C2 5 PG

3.

Menganalisisi pernyataan yang sesuai dengan gambar.

C4 12 PG

4. Mensintesis pernyataan yang benar tentang terjadinya angin laut.

C5 13 PG

5. Menjelaskan definisi dari erosi dan abrasi.

C1 3, 4 PG

6. Mendeskripsikan proses terjadinya korasi.

C2 16 Isian

7. Menyebutkan contoh angin yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan sehari-hari.

C1 6,7 PG

8. Menyebutkan pengaruh dari matahari yang merugikan dalam kehidupan sehari-hari.

C1 2 PG

9. Mendeskripsikan pengaruh dari gelombang air laut, matahari, dan hujan yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari.

C2 17, 18 Isian

10. Menganalisis gambar yang sesuai dengan proses terjadinya erosi

C4 11 PG

11. Mensintesis bagan untuk

mengurutkan proses terjadinya erosi.

C5 20 Isian

(56)

40

Kognitif Soal

12. Menganalisis isi tabel yang sesuai dengan pengaruh positif dan

negative dari perubahan lingkungan.

C4 14

19

PG Isian

13. Menyebutkan contoh upaya pencegahan erosi dan abrasi

C1 8, 9, 10 PG

14. Menyimpulkan hasil percobaan erosi C6 15 PG

3. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus valid dan reliable.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2013: 80). Sedangkan reliable berkaitan dengan masalah kepercayaan, suatu tes dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tingggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. (Suharsimi Arikunto, 2013: 100). Pengujian validitas pada penelitian ini adalah

2 orang ahli materi (jugment expert) selaku dosen pembimbing skripsi. G. Teknik Analisis Data

Setelah data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah

atau menganalisis data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen

pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Lexy. J. Moleong, 2014: 247).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai

(57)

41 1. Data hasil tes

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum (Sugiyono, 2013: 29). Data hasil tes dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Pada akhir setiap siklus dihitung nilai

rata-ratanya dan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM 72. Jika hasil tes siswa mengalami kenaikan maka diasumsikan bahwa prestasi belajar IPA meningkat. Cara untuk mencari rata-rata (mean) menggunakan rumus:

Keterangan:

M = rata-rata (mean) ∑ fx = jumlah nilai

N = jumlah siswa

2. Data hasil observasi

Untuk menganalisis data observasi menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari skor ideal dan maksimum untuk keterampilan

mengkomunikasikan siswa.

b. Menjumlah skor yang diperoleh subyek.

c. Mencari presentase hasil skala keterampilan mengkomunikasikan dengan rumus:

(58)

42 Skor = jumlah skor tiap subjek x 100 Skor ideal

d. Menentukan rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan rumus

Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan = skor total siswa x 100

Jumlah siswa

e. Setelah diketahui rata-rata keterampilan mengkomunikasikan kemudian dicari kembali persentasenya dan menafsirkan ke dalam kriteria sebagai

berikut.

Tabel 4. Konversi skor (Suharsimi Arikunto, 2013: 280 - 281)

Persentase Huruf Keterangan

80 - 100 A Baik sekali

66 - 79 B Baik

56 - 65 C Cukup

40 - 55 D Kurang

30 - 39 E Gagal

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan suatu penelitian ditandai dengan adanya perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya, baik secara proses maupun hasil. Peneliti menentukan indikator keberhasilan sebagai berikut:

1. Penelitian dikatakan berhasil jika rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa ≥70% mengalami peningkatan dan masuk ke dalam kriteria baik.

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan                Saintifik
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Individu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui tes prestasi terungkap bahwa konsep yang dibangun melalui percobaan tentang sifat permukaan air yang tenang selalu datar, air mempunyai berat, air mengalir dari tempat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan keterampilan eksperimen siswa, (2) peningkatan prestasi belajar siswa, (3) deskripsi atau gambaran

Berdasarkan hasil pelaksanaan tinda- kan dengan menerapkan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA khususnya kegiatan bereksperimen selama tiga siklus, dapat

Berikut ini adalah pengertian pendekatan kontekstual menurut Johnson (dalam Suryanto, 2010: 53-54) adalah sistem pembelajaran yang didasarkan pada pandangan bahwa siswa belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa ranah kognitif pada materi kenampakan bumi dan benda langit dengan menggunakan model

Prestasi belajar terdiri dari hasil belajar aspek kognitif dan afektif. Hasil ini belum mencapai target yang diharapkan yaitu 65% maka tindakan dilanjutkan ke siklus

Wena (2010: 170) menyatakan bahwa model Learning Cycle 5E merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang memiliki tiga tahap

Data sikap rasa ingin tahu belajar peserta didik diperoleh menggunakan skala sikap rasa ingin tahu peserta didik, sedangkan data prestasi belajar peserta didik dalam