i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI
REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Desi Ambarsari NIM 12108247009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
Wahai orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.
(QS Al Baqarah 153)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat-Nya, melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas skipsi ini dengan lancar.
2. Orang tua dan suamiku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, doa, pengorbanan, dukungan untukku.
vii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS IV A SEKOLAH DASAR NEGERI
REJOWINANGUN 1 YOGYAKARTA Oleh:
Desi Ambarsari NIM 12108247009
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi pembelajaran yang menggunakan kembali Kurikulum KTSP menunjukkan bahwa prestasi belajar IPA dan keterampilan mengkomunikasikan siswa masih rendah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini siswa kelas IV A sejumlah 26 orang. Objek penelitian adalah peningkatan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan aktivitas dan tes prestasi belajar siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA meningkat setelah diberikan tindakan melalui penerapan pendekatan saintifik. Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa meningkat dari pra tindakan, ke siklus I, ke siklus II yaitu 58,38% (kriteria cukup), 75,76% (kriteria baik), dan 79,42% (kriteria sangat baik). Adapun rata-rata prestasi belajar IPA siswa meningkat dari pra tindakan, ke siklus I, ke siklus II yaitu 57,08 atau 26,92%, 60,80 atau 42,30%, dan 79,23 atau 73,07%. Perbaikan yang dilakukan pada siklus I, yaitu pada kegiatan mengumpulkan informasi siswa mengamati video, wawancara dengan narasumber, dan melakukan percobaan proses erosi, kemudian mengkomunikasikannya dengan membuat poster hasil percobaan. Adapun perbaikan yang dilakukan pada siklus II, yaitu mengganti objek yang diamati dengan benda kongkrit di sekitar kelas dan melakukan kegiatan langsung memilah sampah. Hal tersebut dilakukan agar siswa lebih memahami tentang konsep yang didapat dari hasil pengamatan melalui benda konkrit di sekitar kelas. Pada siklus II rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa sudah mencapai >70% masuk kriteria baik, dan persentase keberhasilan prestasi belajar sudah mencapai >70% siswa mendapatkan ≥ KKM 72, sehingga proses pembelajaran dinyatakan sudah berhasil dan siklus dihentikan.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil`alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Mengkomunikasikan dan Prestasi Belajar IPA Melalui Penerapan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta“ ini dengan baik. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusuanan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ridho Allah SWT serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan uuntuk menempuh studi di prodi PGSD FIP UNY.
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta.
4. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD) Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Ibu Dr. Pratiwi Puji Astuti, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah memberikan bimbingan, arahan, bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 6. Ibu Woro Sri Hastuti, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah memberikan banyak bimbingan, arahan, bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Bapak Drs. Susmiyanto, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
ix
9. Kedua orang tuaku (Bapak Sarijo dan Ibu Painem) yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasi.
10.Suami (Amin Yusup) yang telah memberikan doa dan dukungan di setiap langkahku.
11.Semua teman PKS PGSD Kelas J angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan.
12.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal baik yang telah mereka berikan senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT, Aamiin.
Yogyakarta, 11 April 2016
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... HALAMAN PERSETUJUAN ……… HALAMAN PERNYATAAN ……… HALAMAN PENGESAHAN ………. MOTTO ………... PERSEMBAHAN ………... ABSTRAK ……….. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ………... DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……….
B. Identifikasi Masalah ………....…
C. Batasan Masalah ………..
D. Rumusan Masalah ………
E. Tujuan Penelitian ……….
F. Manfaat Penelitian ………...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Mengkomunikasikan ……….
B. Prestasi Belajar ………
1. Pengertian Prestasi Belajar ………
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ………
C. Pendekatan Saintifik ………
1. Pengertian Pendekatan Saintifik ………
2. Tujuan Pendekatan Saintifik ………..
3. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ……
xi
4. Prinsip-prisip Pendekatan Saintifik ………...
5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ……….
6. Kelebihan Pendekatan Saintifik ……….
7. Kekurangan Pendekatan Saintifik ……….
8. Penerapan Pendekatan Saintiifik pada Pembelajaran …………
D. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ………
E. Kerangka Pikir ……….
F. Hipotesis Tindakan ………..
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………
B. Seting Penelitian ………..
C. Subyek dan Obyek Penelitian ………..
D. Desain Penelitian ……….
E. Teknik Pengumpulan Data ……….
F. Instrumen Penelitian……….
G. Teknik Analisis Data ………...
H. Indikator Keberhasilan ………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………
1. Deskripsi Kondisi Awal ……….
2. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ………... 3. Deskripsi Penelitian Tindakan Kelas Siklus II ………..
B. Pembahasan ……….
C. Keterbatasan Penelitian ………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ………..
B. Saran ………
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa dalam Pembelajaran IPA ………... Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan
Pendekatan Saintifik ……….. Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Individu ……… Tabel 4. Konversi Skor ……… Tabel 5. Hasil Pengamatan Pra Tindakan Keterampilan Mengkomunikasi- kan Siswa ……….. Tabel 6. Rekapitulasi Data Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa ….. Tabel 7. Rekapan Nilai IPA Siswa Pada Tahap Awal atau Pra Tindakan ... Tabel 8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPA Pra Tindakan ………... Tabel 9. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I Keterampilan Mengkomu- nikasikan Siswa ………. Tabel 10. Rekapitulasi Data Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Siklus I ………. Tabel 11. Perolehan Nilai IPA Siswa pada Tindakan Siklus I ……… Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar IPA Tindakan Siklus I ….. Tabel 13. Ketercapaian Indikator Keterampilan Mengkomunikasikan pada Siklus I ……… Tabel 14. Hasil Refleksi Tindakan Siklus I ………. Tabel 15. Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II Keterampilan
xiii
Tabel 22. Perbandingan Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ………. Tabel 23. Ketercapaian Indikator Keterampilan Mengkomunikasikan pada Siklus II ………... Tabel 24. Hasil Refleksi Tindakan Siklus II ………....
82
83
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. RPP Tindakan Siklus I ……… Lampiran 2. Ringkasan Materi Siklus I ………... Lampiran 3. LKS Siklus I Pertemuan 1 ………... Lampiran 4. LKS Siklus I Pertemuan 2 ………... Lampiran 5. LKS Siklus I Pertemuan 3 ………... Lampiran 6. Soal Tes Individu Siklus I ………... Lampiran 7. Kunci Jawaban Soal Tes Individu Siklus I ………. Lampiran 8. RPP Tindakan Siklus II ………... Lampiran 9. Ringkasan Materi Siklus II ………. Lampiran 10. LKS Siklus II Pertemuan 1 ………... Lampiran 11. LKS Siklus II Pertemuan 2 ………... Lampiran 12. LKS Siklus II Pertemuan 3 ………... Lampiran 13. Soal Tes Individu Siklus II ……… Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Tes Individu Siklus II ……….. Lampiran 15. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan
Mengkomunikasikan Siswa pada Pra Tindakan ……… Lampiran 16. Hasil Pengamatan Pra Tindakan Keterampilan Mengko- munikasikan ………... Lampiran 17. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan
Mengkomunikasikan Siswa pada Siklus I ………. Lampiran 18. Hasil Pengamatan Siklus I Keterampilan Mengkomunika- sikan………... Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Observasi Keterampilan
Mengkomunikasikan Siswa pada Siklus II ……… Lampiran 20. Hasil Pengamatan Siklus II Keterampilan Mengko-
munikasikan ………... Lampiran 21. Perkembangan Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa Lampiran 22. Nilai IPA Siswa pada tahap Awal atau Pra Tindakan ……... Lampiran 23. Nilai IPA Siswa pada Siklus I ………...
xvi
Lampiran 24. Nilai IPA Siswa pada Siklus II ………. Lampiran 25. Perkembangan Perolehan Nilai IPA ………. Lampiran 26. Instrumen Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Siklus I ……… Lampiran 27. Instrumen Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik Siklus II ……….. Lampiran 28. Media Gambar Siklus I Pertemuan 1 ……… Lampiran 29. Media Gambar Siklus II Pertemuan 2 ……….. Lampiran 30. Gambar Urutan Proses Pembuatan Gerabah ………. Lampiran 31. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ………... Lampiran 32. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ………... Lampiran 33. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 ………... Lampiran 34. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ………. Lampiran 35. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ………. Lampiran 36. Foto Kegiatan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3 ………. Lampiran 37. Surat-surat ……….
181 182 183
184
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan tujuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu “Berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab” (Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003). Kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang sudah berlaku
pada tahun-tahun sebelumya, diharapkan dengan kurikulum ini dapat menghasilkan output yang dapat menjawab tantangan global dan bersaing pada abad 21. Penerapan Kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma peran
guru, peran siswa, dan proses belajar. Pada kurikulum sebelumnya peran guru sebagai sumber belajar, siswa menerima pengetahuan, dan proses belajar
bertujuan untuk menguasai pengetahuan, sedangkan pada Kurikulum 2013 guru berperan sebagai fasilitator, siswa menyelesaikan permasalahan, dan proses belajar bertujuan untuk menyelesaikan masalah (Ridwan Abdullah Sani, 2014: 3).
Siswa dilatih untuk belajar mengobservasi (mengamati), mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, menganalisis (mengolah informasi), dan
2
yang dirancang demikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep,
hukun atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Penerapan Pendekatan Saintifik berkaitan erat dengan pengusaan keterampilan mengkomunikasikan. Pada saat siswa menemukan suatu konsep dibutuhkan komunikasi sebagai alat untuk menyampaikan kepada orang lain.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 19-20) mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar.
Pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran yang baru dan
kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar sangatlah berpengaruh pada proses belajar dan prestasi belajar. Menurut Oemar Hamalik (1995: 36) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Adapun prestasi belajar menurut Nana Sudjana
3
mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.
Permendikbud No. 65 tahun 2013 menyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dalam proses pembelajaran dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Hal ini sejalan dengan penerapan Kurikulum 2013 yang dicanangkan oleh pemerintah. Menurut Permendikbud
Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu : 1) mengamati; 2) menanya; 3) mengumpulkan informasi/eksperimen; 4) mengasosiasikan/mengolah informasi; dan 5)
mengkomunikasikan.
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan proses pembelajaran di kelas IV A
Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1, kegiatan pembelajaran semester 1 sudah menerapkan Kurikulum 2013 dan menggunakan pendekatan saintifik. Pada penerapan pendektan saintifik, ternyata memperoleh hasil yang cukup baik. Siswa
cukup aktif dan punya banyak kesempatan untuk melakukan eksperimen.
Pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat kendala. Siswa belum
dapat mencari informasi secara mandiri karena masih banyak peran guru dalam membimbing siswa untuk mendapatkan informasi. Pada saat kegiatan eksperimen, siswa masih kesulitan dalam menyimpulkan hasil percobaan.
Keterampilan mengkomunikasikan masih rendah, siswa mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama dalam membuat laporan hasil percobaan.
4
Berdasarkan kebijakan pemerintah pada bulan Februari per tanggal 20
Februari 2015, sekolah yang baru menerapkan satu semester kurikulum 2013 harus kembali ke kurikulum KTSP 2006. SD N Rejowinangun 1 juga termasuk sekolah yang pada semester II kembali menggunakan kurikulum KTSP 2006.
Setelah kembali ke kurikulum KTSP 2006, SD N Rejowinangun 1 terdapat permasalahan pada pembelajaran IPA.
Permasalahan yang pertama, siswa kurang melakukan eksplorasi. Hal ini dikarenakan kegiatan pembelajaran lebih banyak mendengarkan ceramah guru. Kegiatan eksperimen jarang dilakukan lagi. Sumber belajar hanya pada buku
paket IPA.
Proses pembelajaran yang dilakukan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Setelah 3 bulan kembali ke kurikulum lama KTSP, prestasi belajar IPA tergolong rendah. Hal ini terbukti dengan rata-rata hasil Ulangan Tengah Semester II masih rendah dan banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM.
Dengan permasalahan di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan
prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik kembali. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1) pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat kendala: siswa belum dapat
5
2) keterampilan mengkomunikasikan rendah: siswa masih kesulitan dalam
membuat laporan hasil percobaan, saat diskusi ada beberapa siswa yang pasif, dan pada saat presentasi masih malu;
3) prestasi belajar IPA rendah, terbukti dengan rata-rata hasil UTS semester II
masih rendah dan banyak siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan banyaknya masalah di atas maka peneliti membatasi pada masalah peningkatan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui pendekatan saintifik.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA melalui penerapan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV A Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah
6 F. Manfaat
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu: 1. Teoritis
Dengan penelitian tindakan kelas ini dapat menambah wawasan tentang
pendekatan saintifik. 2. Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Meningkatan kualitas pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Rejowinangun 1 Yogyakarta.
2) Mengimplementasikan pendekatan saintifik pada pembelajaran. b. Bagi Guru
1) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan mengembangkan pembelajaran dan melaksanakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa.
2) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajaran
dalam mata pelajaran yang diampunya. c. Bagi Siswa
1) Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan melalui pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara individu maupun kelompok.
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Mengkomunikasikan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014: 19-20) mengkomunikasikan
merupakan kegiatan untuk menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi
yang dikembangkan yaitu sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar.
Kemampuan untuk membangun jaringan atau berkomunikasi perlu dimiliki oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman. Bekerjasama dalam sebuah kelompok kecil maupun kelompok besar merupakan salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan dan berkomunikasi (Ridwan Abdullah
Sani, 2014:70).
Kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik tersebut (Daryanto, 2014:80).
Kegitan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, adalah menyampaikan
8
Komunikasi dimulai dengan bercerita ketika seseorang bertemu dengan orang
yang ditemui. Banyak orang yang pintar tetapi tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Untuk menjadi komunikator yang baik harus mempunyai kosakata yang memadai, selain itu harus bisa mengkoordinasikan antara sudut pandang kita
dengan orang yang diajak berbicara atau pendengar. Dalam berkomunikasi juga harus ada sikap empati dan perhatian terhadap orang yang diajak berbicara, selain
itu komunikator harus siap memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan dari orang yang dajak berbicara (Ann C. Howe, 1993: 133). Begitu pula siswa juga harus menjadi komunikator yang baik, maka perlu dibekali dengan kosakata yang
memadai dan dilatih untuk bisa berempati dan perhatian, mengkoordinasikan antara sudut pandangnya dengan orang yang mendengar, baik itu dengan
temannya maupun dengan guru yang diajak untuk berkomunikasi.
Komunikasi sangat penting dalam ilmu pengetahuan, tanpa komunikasi orang lain tidak tahu apa yang dilakukan atau direncanakan, mengetahui alasan
seseorang, dan pemikiran seseorang. Komunikasi diperlukan untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang orang pikirkan. Keterampilan
mengkomunikasikan sangat penting dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan pengamatan dan klasifikasi. Ketika siswa mengamati atau mengidentifikasi sesuatu, siswa akan menyampaikan kepada teman maupun guru dengan
komunikasi. Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang suatu informasi, seorang guru dapat mendengarkan penjelasan dari siswa tersebut.
9
sharing, menggambar, bercerita, memberikan presentasi secara lisan, bermain
peran, pantomim, bernyanyi, dan sebagainya. Selama di kelas siswa berkomunikasi di kelompok kecil maupun kelompok besar. Selain itu siswa juga berkomunikasi secara individu dengan teman maupun dengan guru. Untuk
mengungkapkan apa yang ditemukan selama observasi dan investigasi, siswa menyampaikannya melalui berbagai media seperti grafik, diagram, peta konsep,
poster, simbol, peta, dan persamaan matematika (David Jerner Martin, 2006:
101-102).
Berbagai kegiatan sains harus dirancang guru untuk mendorong pemahaman yang lengkap dan akurat siswa. Keuntungan yang didapat dari kegiatan tersebut
adalah meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan pada siswa. Peningkatan keterampilan mengkomunikasikan siswa yang terjadi yaitu siswa dapat menulis
deskripsi kegiatan yang dilakukan untuk dipublikasikan pada buku kelas, dapat menulis jurnal secara teratur, menjelaskan dan menggambarkan kegiatan sains
mereka. Mereka juga dapat berbagi jurnalsatu sama lain, maupun dengan guru
untuk melihat apakah deskripsi mereka jelas dan akurat. Selain itu, mereka
dapat menggambarkan kegiatan mereka dan hasil investigasi secara lisan satu
sama lain, dengan guru, dan dalam bentuk presentasi kelas. Keterampilan
mengkomunikasikan akan semakin meningkat apabila semakin banyak kegiatan
sains seperti pembahasan dan menjelaskan sering dilakukan (David Jerner
Martin, 2006: 103).
10
dan bentuk, 2) mendeskripsikan bebatuan yang ditemukan, 3) bermain tebak koin,
4) bermain tebak dadu, 5) menyajikan dengan gambar kandungan makanan yang dimakan siswa.
Saat kegiatan tebak warna dan bentuk, dua siswa duduk berdampingan dan di
meja mereka dibatasi dengan papan tinggi agar tidak bisa saling melihat. Kegiatan ini dimulai dengan salah satu siswa membuat bentuk dan mewarnainya, kemudian
dia menceritakan apa yang dilakukannya kepada teman yang berada di sebelahnya. Siswa yang kedua juga melakukan hal yang sama membentuk dan mewarnai sesuai dengan penjelasan dari siswa pertama. Apabila siswa yang kedua
mengalami kesulitan atau tidak paham dengan penjelasan temannya, maka boleh berhenti dan meminta temannya tersebut untuk menjelaskan lebih jelas lagi. Siswa
pertama bertanya apa yang harus dijelaskan agar siswa kedua lebih paham. Kedua siswa mendiskusikan kesulitan yang dialaminya, kemudian menemukan alternative cara lain untuk menjelaskan agar bisa mengatasi masalah tersebut (Ann
C. Howe, 1993: 133-134). Kegiatan ini bertujuan untuk melatih siswa menjadi komunikator yang baik. Menyampaikan apa yang ada di pikirannya dan yang dia
lakukan kepada orang lain.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan yaitu siswa ke luar kelas untuk mencari bebatuan yang ada 10 – 12 batu. Kemudian siswa satu persatu menyeleksi batu itu
untuk dipilih batu yang menjadi favorit. Siswa harus memberikan alasan mengapa batu itu menjadi favoritnya. Dengan berpasangan siswa satu mendeskripsikan batu
11
lagi sampai batu yang dimaksud terjawab (David Jerner Martin, 2006: 105).
Kegiatan ini juga bertujuan untuk melatih siswa menjadi komunikator yang baik. Selain dari kedua kegiatan di atas siswa juga dapat berlatih keterampilan mengkomunikasikan dengan membuat grafik, diagram lingkaran, dan piramida.
Pertama membuat grafik melalui bermain tebak dadu, mata dadu yang muncul dicatat pada tabel. Kemudian disajikan dalam bentuk grafik histogram. Kedua
membuat diagram lingkaran melalui bermain tebak koin, siswa mencatat kemungkinan koin yang terjadi pada tabel untuk dihitung frekuensinya. Kemudian berdasarkan tabel tersebut siswa membuat diagram lingkaran. Ketiga membuat
piramida melalui kegiatan menjelaskan makanan yang dimakannya saat makan siang. Siswa menggolongkan kandungan makanan misal sayuran, buah, minyak,
susu, daging, karbohidrat. Kemudian siswa memperkirakan banyaknya kalori pada setiap kandungan makanannya. Siswa membuat piramida sesuai dengan jenis kandungan makanan dan kalori.
Selain grafik, diagram, dan piramida siswa dalam berkomunikasi juga bisa berupa laporan secara lisan dan tertulis. Secara lisan siswa menyampaikan
kegiatan yang dilakukan, diskusi dengan teman apa yang dilihatnya. Adapun secara tertulis siswa bisa membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan, peta konsep, dan poster.
Bagian-bagian laporan pengamatan terdiri dari nama pengamat, waktu pengamat, objek yang diamati, dan hasil pengamatan. Adapun bagian-bagian
12
Peta konsep digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari, dari peta konsep itu guru dapat mengukur kemampuan kognitif siswa. Adapun langkah membuat peta konsep yang baik yaitu mengidentifikasikan semua konsep yang akan dipetakan, mengurutkan konsep
dari yang umum ke khusus, menetapkan kemungkinan hubungan konsep satu dengan yang lain dengan garis (http://journal.unipdu.ac.id).
Poster merupakan salah satu cara berkomunikasi, apa yang ada dalam pikiran dapat disampaikan lewat poster. Adapun poster yang baik harus memiliki kriteria berikut: mudah dilihat, menarik dan berwarna, terstruktur, mudah dipahami,
komunikatif dan informatif. (http://file.upi.edu/Direktori/fip/jur.)
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
keterampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan siswa dalam membuat jaringan dan berkomunikasi untuk menyampaikan hasil pengetahuan yang ditemukan dari kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan
13 B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Berdasarkan istilah atau tata bahasa yang benar atau EYD atau Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2014: 390) prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Adapun belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.belajar adalah berusaha, memperoleh kepandaian atau ilmu; membaca; menulis; berlatih;
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Slameto, 2013: 3).
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono, dkk, 2007:74).
Oemar Hamalik (1995: 36) menyatakan bahwa belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami.
Prestasi belajar dalam Depdikbud (2003) yang dikutip oleh Denny Mahendra Kushendar (2010), prestasi belajar adalah hasil proses pembelajaran yang telah
dibukukan dalam bentuk rapor yang merupakan laporan hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran yang diikuti, baik yang mencakup aspek kognitif, afektif
14
Adapun prestasi belajar menurut Nana Sudjana (2009: 22) adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2009: 23) mengklasifikasikan prestasi belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar ada tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar meliputi: faktor jasmani dan psikologi, sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri individu meliputi: faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
(Sugihartono, 2007: 76-77)
Faktor intern sangat berpengaruh terhadap belajar karena faktor tersebut ada
di dalam diri individu yang sedang belajar. Sebagai contohnya kondisi fisik anak yang mengalami kelelahan akan memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar. Selain itu, psikologi anak juga memberikan sumbangan terhadap kesiapan
siswa untuk mengikuti kegiatan belajar. Meskipun faktor eksternal hanya cukup memberikan pengaruh terhadap belajar, kondisi lingkungan di luar individu juga
15
Di samping kedua faktor di atas, Muhibbinsyah (Sugihartono, 2007: 77) juga
menambahkan faktor pendekatan belajar yang digunakan saat pembelajaran berlangsung. Faktor pendekatan ini merupakan jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran.
Dari berbagai pendapat tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu dari dalam (intern) siswa itu sendiri dan faktor yang berasal dari pengaruh diluar siswa (ekstern). Sehubungan dengan hal tersebut agar siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang seoptimal mungkin,
maka siswa perlu meningkatkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan faktor yang ada di luar diri siswa. Faktor ini dapat mendorong
dan menghambat siswa dalam proses belajar. Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat memberi dukungan siswa di dalam belajar. Di antara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang terpenting
yang berfungsi sebagai lingkungan kedua yang sangat mendukung dalam mendidik anak atau siswa, setelah lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga.
C. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Daryanto (2014: 51) menyatakan bahwa pembelajaran pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukun atau prinsip melalui
16
data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang
dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan (Ridwan Abdullah Sani, 2014: 50-51).
Kemendikbud (2014: 18-19) menyatakan bahwa peoses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive
reasioning).
Dari pendapat dia atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses belajar yang mengedepankan proses ilmiah. Siswa
mengkonstruk pengetahuannya sendiri dengan mengamati dan mengidentifikasi untuk mengumpulkan data. Kemudian siswa merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan.
2. Tujuan Pendekatan Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan
17
b. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa
c. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik
d. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan
e. Doperolehnya hasil belajar yang tinggi
f. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel
g. Untuk mengembangkan karakter siswa. (Daryanto, 2014: 54)
Jadi tujuan pendekata saintifik yaitu untuk meningkatkan intelek siswa
untuk berpikir tingkat tinggi. Selain itu, pendekatan ini juga mengembangkan sikap dan karakter siswa, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah.
3. Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Penggunaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini mempunyai ciri menonjolkan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
18
1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengann logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai non ilmiah
yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis. (Daryanto, 2014: 56-58)
4. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa, dan dapat mengembangkan karakter siswa. (Daryanto, 2014: 53)
Sejalan dengan karakeristik di atas, prinsip pendekatan saintifik dalam
kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran juga berpusat pada siswa, pembelajaran membentuk student self concept, pembelajaran terhindar dari verbalisme. Selain
itu dalam pembelajaran harus memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip, serta adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa
dalam struktur kognitifnya. Pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa, peningkatan kemampuan
19
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat dipahami bahwa dalam
pembelajaran saintifik mempunyai karakteristik yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia SD. Pembelajaran berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan sains dalam mengkonstruk pengetahuan, melibatkan proses kognitif
yang dapat merangsang perkembangan intelek khusnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, serta dapat mengembangkan karakter siswa.
5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Menurut Permendikbud Nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yakni: mengamati;
menanya; mengumpulkan informasi/eksperimen; mengasosiasikan/mengolah informasi; dan mengkomunikasikan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, dalam kegiatan pengamatan bisa dilakukan dengan mengamati gambar, objek yang berada di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang objek yang diamati.
Kemudian siswa melakukan kegiatan mencoba dengan melakukan eksperimen/percobaan, atau mencari informasi dari berbagai kegiatan seperti
membaca teks referensi, wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Setelah melalui rangkaian kegiatan di atas, siswa melakukan kegiatan mengasosiasikan/menalar informasi, fakta-fakta yang diperoleh untuk
disimpulkan. Kegiatan yang paling pokok untuk mengetahui pemahaman siswa adalah kegiatan mengkomunikasikan dimana siswa membangun atau
20
Urutan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
ada juga yang lain yaitu dengan diawali kegiatan mengamati, menanya, mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar, baru dilanjutkan kegiatan mencoba dan menarik kesimpulan, kemudian diakhiri dengan kegiatan
mengkomunikasikan (Daryanto, 2014: 60-80).
Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran melalui pendekatan saintifik ada 5 M yaitu: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunikasikan.
6. Kelebihan Pendekatan Saintifik
Pendekatan scientific menggunakan pembelajaran discovery learning siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengaktegorikan, menganalisis, mengintergrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
Kelebihan pendekatan saintifik menggunakan pembelajaran discovery
learning adalah sebagai berikut:
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
21
5) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerjasama denagn yang lainnya.
6) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan.
7) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
8) Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
9) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 10) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
11) Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
12) Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
13) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
14) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. (Kemendikbud, 2014:
32)
Secara umum pendekatan saintifik mempunyai banyak kelebihan yang sangat
bermanfaat bagi perkembangan siswa dalam hal pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor), sebagai bekal siswa untuk diterapkan dalam kehidupan nyata di lingkungannya.
7. Kekurangan Pendekatan Saintifik
Adapun kelemahan dari pendekatan scientific adalah sebagai berikut:
22
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2) Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan. (Kemendikbud, 2014: 32-33)
Berdasarkan pernyataan di atas peneliti berpendapat bahwa semua
pendekatan pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Pendekatan saintifik juga mempunyai kelemahan yaitu: tidak semua siswa siap berpikir sehingga bagi siswa
yang kurang pandai akan mengalami banyak hambatan. Selain itu kurang efektif jika jumlah siswa banyak karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu siswa dalam menemukan teori atau pemecahan masalah.
8. Penerapan Pendekatan Saintifik pada Pembelajarann IPA
Penerapan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik terpadu meliputi
23 1) Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
2) Menanya
Kegiatan belajar yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi
yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. 3) Mencoba
Kegiatan belajar yang dilakukan antara lain melakukan eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
4) Mengasosiasikan
Kegiatan belajar yang dilakukan adalah mengolah informasi yang sudah
24
Kompetensi yang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, disiplin, taat pada
aturan, kerja keras, kemapuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
5) Mengkomunikasikan
Kegiatan yang dilakukan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Kompetensi yang dikembangkan adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar
(Kemendikbud, 2014: 64-71).
D. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Jean Piaget (Sugihartono dkk, 2007: 109) menyatakan bahwa tahap perkembangan berpikir individu melalui empat stadium yaitu: 1) Sensorimotorik (0-2 tahun), 2) Praoperasional (2-7 tahun), 3) Operasional kongkrit (7-11 tahun),
dan 4) Operasional formal (12-15 tahun).
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan menghitung ( Syamsu Yusuf, 2004: 178).
Anak kelas IV SD termasuk ke dalam tahap operasional kongkrit, kemampuan anak masih terbatas pada hal-hal yang kongkrit. Kemampuan
25
daya nalarnya. Anak sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Anak juga dapat diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang manusia, hewan, lingkungan alam sekitar dan sebagainya. Daya nalar anak juga dapat terlihat dalam hal mengungkapkan pendapat, gagasan
atau penilaiannya terhadap ha-hal yang terjadi di lingkungannya (Syamsu Yusuf, 2004: 179).
Perkembangan sosial anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan yaitu membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri kepada sikap yang kooperatif
(bekerjasama), berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (Syamsu Yusuf,
2004: 180).
Pada anak usia Sekolah Dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai belajar untuk
mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajarnya. Sebaliknya, apabila yang menyertai adalah emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah maka proses belajar akan mengalami hambatan
(Syamsu Yusuf, 2004: 181).
Selain itu Syamsu Yusuf (2004: 184) juga mengemukakan bahwa usia
26
sehingga usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar ketrampilan yang
berkaitan dengan motorik.
Dengan bertolak uraian karakteristik dan perkembangan siswa di atas, guru seharusnya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, bermakna bagi
siswa, serta mampu menumbuhkan karakter positif siswa. Guru mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan
baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk aktif dan
mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
E. Kerangka Pikir
IPA merupakan pelajaran yang memiliki tiga dimensi yaitu proses, produk dan dimensi pengembangan sikap. Pembelajaran IPA bukan hanya menyampaikan
kumpulan materi ajar saja tetapi dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Realita saat ini dalam belajar IPA siswa kurang aktif dalam menemukan pengetahuannya sendiri, hanya banyak membaca buku teks, dan kurang dalam
pengalaman belajar secara langsung. Siswa masih sungkan dalam menyampaikan pendapat ataupun ide-idenya, masih minim dalam hal menyajikan hasil
27
pekerjaannya dengan percaya diri. Prestasi belajar IPA juga masih rendah, masih
di bawah KKM. Oleh karena itu, sebagai seorang guru harus dapat mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengubah cara mengajar misalnya dalam mengajar guru lebih menekankan penggunaan
pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1)
mengamati, 2) menanya, 3) mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunikasikan. Dengan demikian pendekatan saintifik yang mengedepankan proses ilmiah, siswa dapat bereksplorasi menemukan pengetahuannya sendiri dan mengkonstruknya.
Pendekatan saintifik sangat cocok dengan perkembangan belajar siswa Sekolah Dasar. Dimana pendekatan ini dapat menjadikan individu berkembang secara
holistik yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk selalu bekerjasama dengan tim, sehingga dapat mendukung perkembangan sikap sosial. Selain itu siswa juga dibiasakan untuk
mengemukakan pendapat dan gagasannya. Dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
28
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan kajian terori dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah ”ketrampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N
Rejowinangun 1 Yogyakarta dapat meningkat melalui pendekatan saintifik ”. - Siswa kurang aktif
dalam menemukan pengetahuan sendiri, hanya membaca buku teks IPA, kurang eksperimen.
- Keterampilan mengkomunikasikan siswa masih rendah.
- Prestasi belajar IPA masih rendah, banyak yang dibawah KKM.
- Pendekatan saintifik dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa
- Pendekatan saintifik menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) mengamati, 2) menanya, 3)
mencoba, 4) menalar, dan 5) mengkomunika-sikan.
- Pendekatan saintifik mengedepankan proses ilmiah, siswa dapat bereksplorasi menemukan
pengetahuannya sendiri dan mengkonstruknya.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 3) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N Rejowinangun 1 Yogyakarta.
B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Rejowinangun 1 yang beralamatkan di
Jalan Ki Penjawi No.12, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta.Penentuan tempat penelitian ini karena terdapat permasalahan pembelajaran IPA pada kelas IV A
SD N Rejowinangun 1, yaitu keterampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa masih rendah.
2. Waktu penelitian
30 C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD N Rejowinagun 1 Yogyakarta dengan jumlah siswa 26 anak dengan rincian 16 siswa putra dan 10 siswa putri.
Siswa kelas IV A memiliki prestasi belajar IPA yang rendah karena masih banyak siswa yang nilai ulangan hariannya di bawah KKM. Selain itu siswa kelas IV A
juga memiliki keterampilan mengkomunikasikan yang rendah, hal ini terlihat saat observasi pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang mampu untuk tampil presentasi dan masih banyak siswa yang belum mampu menyampaikan ide dan
gagasannya sewaktu proses pembeajaran berlangsung. 2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan ketrerampilan mengkomunikasikan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV A SD N Rejowinangun 1 Yogyakarta.
D. Desain Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Spiral Kemmis dan Mc Taggart. Menurut Suharsimi Arikunto (2014: 16), secara garis besar terdapat
31
Gambar 2. Desain Penelitian Kemmis dan Taggart (Suharsimi Arikunto, 2014: 16)
Keterangan gambar: 1. Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menyusun rancangan tentang apa, kapan, di mana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus yang perlu mendapatkan
perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti dalam merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
menggunakan tindakan kelas menggunakan pendekatan saintifik dengan tahap Perencanaan
SIKLUS I Pengamatan
Perencanaan SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
? Refleksi
32
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah
informasi, dan mengkomunikasikan. 3. Pengamatan
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan atau dilakukan pada
waktu yang sama pada saat kegiatan pembelajaran. Objek yang diamati adalah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Pengamatan dilakukan oleh 3 orang observer yaitu peneliti dan dua orang teman sejawat.
4. Refleksi
Tahapan ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru pelaksana sudah
selesai melakukan tindakan, kemudian bersama dengan observer untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan (Suharsimi Arikunto, 2014: 17 - 20).
Rencana tindakan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini melalui 4 tahap berupa perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan tersebut akan
dilakukan pada setiap siklus. Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan langkah-langkah:
33 b. Menyusun lembar kerja siswa.
c. Menyusun instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa lembar soal pilihan ganda, sedangkan intrumen non tes berupa lembar observasi aktivitas keterampilan mengkomunikasikan siswa.
2. Tindakan
Tindakan yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPA menggunakan
pendekatan saintifik pada siklus 1 ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dalam RPP. Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
a. Persiapan
Pada tahap persiapan guru mempersiapkan alat dan media yang akan
digunakan, serta mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran IPA. b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Kegiatan awal
- Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan
masing-masing (untuk mengawali kegiatan pembelajaran). - Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa.
- Menginformasikan materi yang akan dipelajaran yaitu Perubahan
Lingkungan.
- Menyampaikan tujuan dan manfaat materi pelajaran untuk diri sendiri,
34
- Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa:
membaca, wawancara, diskusi, membuat peta pikiran.
- Menyampaikan penilaian yang dilakukan : nilai diskusi, nilai membuat peta pikiran.
- Mengajak siswa berdinamika dengan bernyanyi Ibu Pertiwi. - Menaknai isi lagu yang dinyanyikan.
2) Kegiatan Inti
- Siswa mengamati vidio animasi tentang perubahan lingkungan yang disebabkan oleh angin, hujan, matahari, gelombang laut. (mengamati)
- Siswa membaca teks tentang perubahan lingkungan. (mengamati) - Siswa bertanya tentang gambar yang diamatinya, menekankan mengapa
dan bagaimana untuk mengasah berpikir kritis anak. (menanya) - Siswa lain menanggapi pertanyaan yang diajukan temannya.
- Siswa membaca sumber lain selain buku teks.
(mencoba/mengumpulkan informasi)
- Siswa keluar kelas untuk mewawancarai warga sekolah sambil
mengamati lingkungan sekitar sekolah. (mencoba/mengumpulkan informasi)
- Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengolah informasi yang
diperolehnya. (mengasosiasi/mengolah informasi)
- Siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan secara tertulis
35 3) Kegiatan akhir
- Siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar secara individu. - Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui
hasil ketercapaian materi)
- Menanyakan ke siswa bagaimana kegiatan belajar hari ini, apa senang, ada masalah, bagaimana mengenai keaktifan siswa dan bagaimana hasil
kegitan yang dilakukan.
- Menjelaskan materi yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
- Mengajak semua siswa ber yel-yel agar tetap semangat. - Siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.
c. Tindak lanjut
Tahap selanjutnya adalah tindak lanjut. Siswa mengerjakan tes evaluasi yang diberikan oleh guru.
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan
guru selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, oleh 3 observer yang terdiri dari 2 observer teman sejawat dan 1 observer sekaligus
peneliti. 4. Refleksi
36
pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik yang telah
dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan teknik yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran serta tindakan guru maupun siswa selama proses pembelajaran siklus I. Refleksi pada siklus I
dilakukan untuk menentukan strategi pembelajaran pada siklus berikutnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : 1. Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi Arikunto, 2013: 67). Tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes prestasi.
Suharsimi Arikunto (2013: 157-158) membagi tes prestasi menjadi dua yaitu:
tes standar dan tes buatan guru. Pada penelitian ini menggunakan tes buatan guru. Tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik. Dari hasil analisis tes dapat diketahui peningkatan prestasi
belajar IPA. 2. Non tes
37
dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan
yang sedang berlansung, baik secara lansung maupun tidak langsung (Sugihartono, 2007: 159).
Dalam penelitian ini, kegiatan yang diamati adalah aktivitas siswa pada saat
pembelajaran IPA, khususnya pada keterampilan mengkomunikasikan siswa. Selain itu juga mengamati guru dalam menerapkan pendekatan saintifik.
Pelaksanaan observasi dilakukan pada waktu pembelajaran berlangsung.
Peneliti dibantu oleh dua orang rekan sejawat dalam mengobservasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan
daria awal sampai akhir pembelajaran, bersama dengan pelaksanaan tindakan. Penilaian observasi ini dilakukan dengan memberikan tanda ceck (v) pada lembar
observasi yang disediakan. F. Instrumen Penelitian
Instrumen berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data. Pada
dasarnya terdapat dua instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk test untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen yang non test untuk mengukur sikap
(Sugiyono, 2013: 349). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar observasi
38
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Keterampilan Mengkomunikasikan Siswa dalam Pembelajaran IPA
No . Aspek Indikator No. Item
1. Tertulis 1. Siswa dapat membuat laporan hasil pengamatan proses terjadinya angin darat dan laut.
2. Siswa dapat membuat peta pikiran tentang penyebab perubahan fisik lingkungan (akibat dari angin, hujan, matahari, gelombang laut).
3. Siswa dapat membuat laporan hasil percobaan tentang erosi dalam bentuk poster.
1
2
3
2. Lisan 1. Siswa dapat menjelaskan atau
menyampaikan ide dalam diskusi. 2. Siswa dapat menyampaikan hasil
pengamatan atau percobaan dengan presentasi.
4
5
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Saintifik
No Aspek Indikator No
Item 1. Penerapan strategi
yang mendidik
1) Memfasilitasi siswa untuk mengamati
2) Memancing siswa untuk bertanya 3) Memfasilitasi siswa untuk mencoba 4) Memfasilitasi siswa untuk
menganalisis
5) Memberikan pertanyaan siswa untuk menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis)
6) Menyajikan kegiatan siswa untuk berkomunikasi Sumber: Permendikbud, 2014: 128 – 130
39
Instrumen tes yang diberikan berupa lembar soal pilihan ganda dan isian
singkat yang berhubungan dengan materi IPA yang telah diajarkan yaitu tentang Perubahan Lingkungan. Adapun kisi-kisi soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Individu
No. Indikator Tingkatan
Kognitif
No Item Bentuk Soal 1.
Menentukan waktu terjadinya angin darat.
C1 1 PG
2.
Mendsekripsikan proses terjadinya angin laut.
C2 5 PG
3.
Menganalisisi pernyataan yang sesuai dengan gambar.
C4 12 PG
4. Mensintesis pernyataan yang benar tentang terjadinya angin laut.
C5 13 PG
5. Menjelaskan definisi dari erosi dan abrasi.
C1 3, 4 PG
6. Mendeskripsikan proses terjadinya korasi.
C2 16 Isian
7. Menyebutkan contoh angin yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan sehari-hari.
C1 6,7 PG
8. Menyebutkan pengaruh dari matahari yang merugikan dalam kehidupan sehari-hari.
C1 2 PG
9. Mendeskripsikan pengaruh dari gelombang air laut, matahari, dan hujan yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari.
C2 17, 18 Isian
10. Menganalisis gambar yang sesuai dengan proses terjadinya erosi
C4 11 PG
11. Mensintesis bagan untuk
mengurutkan proses terjadinya erosi.
C5 20 Isian
40
Kognitif Soal
12. Menganalisis isi tabel yang sesuai dengan pengaruh positif dan
negative dari perubahan lingkungan.
C4 14
19
PG Isian
13. Menyebutkan contoh upaya pencegahan erosi dan abrasi
C1 8, 9, 10 PG
14. Menyimpulkan hasil percobaan erosi C6 15 PG
3. Validitas dan Reabilitas Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus valid dan reliable.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2013: 80). Sedangkan reliable berkaitan dengan masalah kepercayaan, suatu tes dikatakan mempunyai taraf
kepercayaan yang tingggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. (Suharsimi Arikunto, 2013: 100). Pengujian validitas pada penelitian ini adalah
2 orang ahli materi (jugment expert) selaku dosen pembimbing skripsi. G. Teknik Analisis Data
Setelah data hasil penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah
atau menganalisis data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Lexy. J. Moleong, 2014: 247).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai
41 1. Data hasil tes
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2013: 29). Data hasil tes dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Pada akhir setiap siklus dihitung nilai
rata-ratanya dan prosentase siswa yang mencapai nilai KKM 72. Jika hasil tes siswa mengalami kenaikan maka diasumsikan bahwa prestasi belajar IPA meningkat. Cara untuk mencari rata-rata (mean) menggunakan rumus:
Keterangan:
M = rata-rata (mean) ∑ fx = jumlah nilai
N = jumlah siswa
2. Data hasil observasi
Untuk menganalisis data observasi menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari skor ideal dan maksimum untuk keterampilan
mengkomunikasikan siswa.
b. Menjumlah skor yang diperoleh subyek.
c. Mencari presentase hasil skala keterampilan mengkomunikasikan dengan rumus:
42 Skor = jumlah skor tiap subjek x 100 Skor ideal
d. Menentukan rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan rumus
Rata-rata keterampilan mengkomunikasikan = skor total siswa x 100
Jumlah siswa
e. Setelah diketahui rata-rata keterampilan mengkomunikasikan kemudian dicari kembali persentasenya dan menafsirkan ke dalam kriteria sebagai
berikut.
Tabel 4. Konversi skor (Suharsimi Arikunto, 2013: 280 - 281)
Persentase Huruf Keterangan
80 - 100 A Baik sekali
66 - 79 B Baik
56 - 65 C Cukup
40 - 55 D Kurang
30 - 39 E Gagal
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan suatu penelitian ditandai dengan adanya perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya, baik secara proses maupun hasil. Peneliti menentukan indikator keberhasilan sebagai berikut:
1. Penelitian dikatakan berhasil jika rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa ≥70% mengalami peningkatan dan masuk ke dalam kriteria baik.