• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEAGAMAAN DI SMK SORE TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEAGAMAAN DI SMK SORE TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

A.Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Guru PAI

Menurut Husnul Khotimah dalam bukunya Jamal Ma‟mur Asmani,

guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik. Sementara, masyarakat memandang bahwa guru sebagai orang yang melaksanakan pendidikan di sekolah, masjid, mushola atau tempat-tempat lain.1 Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukuya Muhammad Nurdin, guru adalah pendidik profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagai tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para orang tua.2

Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di sekolah. Guru atau pendidik sebagai orang tua kedua dan sekaligus penanggung jawab pendidikan anak didiknya setelah kedua orang tua di dalam keluarganya memiliki tanggung jawab pendidikan yang baik kepada peserta didiknya. Dengan demikian, apabila kedua orang tua menjadi penanggung jawab utama pendidikan anak ketika di luar sekolah,

1

Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2009), hal. 20

2 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

(2)

guru merupakan penanggung jawab utama pendidikan anak melalui proses pendidikan formal anak yang berlangsung di sekolah karena tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari sebuah amanat yang dipikulkan di atas pundak para guru.3

Menurut Marimba dalam bukunya Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Zakiah Daradjat dalam bukunya Novan Ardy Wiyani yang mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.4

Pengertian guru PAI sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengertian guru pada umumnya. Yang membedakan hanyalah dalam hal penyampaian mata pelajarannya. Pengertian guru agama Islam secara etimologi ialah dalam literatur Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu‟allim, murabby, mursyid, mudarris, mu‟addib yang artinya orang

3

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 97

4 Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Takwa , (Yogyakarta:

(3)

memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.5

Jadi guru PAI adalah guru yang mengajarkan atau mendidik peserta didik dengan sebuah pelajaran yang baik berdasarkan ajaran agama Islam dengan tujuan agar peserta didik mempunyai kepribadian yang baik dan berakhlak mulia. Karena pada dasarnya guru agama Islam bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya saja, akan tetapi juga merupakan sumber ilmu dan sebagai teladan yang akan membentuk seluruh pribadi anak didiknya menjadi manusia yang berkepribadian dan berakhlak mulia serta menegakkan ajaran-ajaran agama Islam yang nantinya dijadikan sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat.

2. Fungsi Guru PAI

Selain menjadi seorang guru di sekolah fungsi guru PAI sangatlah luas. Seorang guru agama akan menjadi contoh atau teladan di manapun ia berada seperti di masyarakat, di lingkungan, dikeluarga dan di sekolah. Hal tersebut membuktikan bahwa guru agama memiliki peranan yang sangat penting. Oleh karena itu guru agama harus selalu bisa memantaskan diri dan harus bisa memberikan contoh yang baik seperti sifat nabi SAW sebagai suri tauladan oleh umat dan harus selalu menjunjung tinggi ajaran-ajaran agama Islam.

Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Novan Ardy Wiyani, fungsi guru pendidikan agama Islam yaitu:

5 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja

(4)

a. Guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar

Sepanjang sejarah keguruan, tugas guru pendidikan agama Islam adalah mengajar, bahkan masih banyak di antara para guru sendiri yang beranggapan demikian atau tampak masih dominan dalam karier sebagian besar guru, sehingga dua tugas lainnya menjadi tersisihkan atau terabaikan. Padahal hakikatnya sebagai pengajar, guru bertugas membina pengetahuan, sikap atau tingkah laku dan keterampilan.

b. Guru pendidikan agama Islam sebagai pembimbing atau pemberi bimbingan

Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaannya. Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai peserta didiknya. Perlu pula diingat bahwa pemberian bimbingan itu, bagi guru pendidikan agama Islam meliputi bimbingan belajar dan bimbingan perkembangan sikap atau tingkah laku. Dengan demikian membimbing dan pemberian bimbingan dimaksudkan agar setiap peserta didik diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi diri peserta didik yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap. Jangan sampai peserta didik menganggap rendah atau meremehkan kemampuannya sendiri dalam potensinya untuk belajar dan bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama lain.6

6

(5)

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru PAI

Menjadi seorang guru pendidikan agama Islam tidaklah hanya sekedar bertugas mengajar pada peserta didiknya saja, akan tetapi seorang guru pendidikan agama Islam pada dasarnya memiliki du atugas pokoknya, yaitu:7

a. Tugas instruksional

Yaitu menyampaikan berbagai pengetahan dan pengetahuan agama kepada peserta didiknya untuk dapat diterjemahkan ke dalam tingkah laku dalam kehidupannya.

b. Tugas moral

Yaitu mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan diri dari keburukan dan menjaganya agar tetap pada fitrahnya yaitu religiusitas

Sedangkan menurut Kementerian Agama RI dalam bukunya Novan Ardi Wiyani, tugas dan tanggung jawab guru pendidikan agama Islam adalah:8

a. Guru pendidikan agama Islam sebagai pengajar

Guru pendidikan agama Islam harus menjadi pengajar yang baik, dalam arti persiapan mengajar, pelaksanaan pengajaran, sikap di depan kelas dan pemaham peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan. Disamping itu, seotang guru PAI juga harus dapat memilih

(6)

bahan yang akan disampaikan, metode yang sesuai dengan kondisi, situasi dan tujuan serta pengadaan evaluasi.

b. Guru pendidikan agama Islam sebagai pendidik

Yaitu sebagai guru PAI tidak hanya mempunyai tugas menyampaikan atau atau mentransfer ilmu kepada peserta didiknya, tetapi yang lebih penting adalah membentuk jiwa dan batin peserta didik sehingga dapat menjadikan mereka berakhlak mulia

c. Guru pendidikan agama Islam sebagai da‟i

Fungsi ini dalam arti sempit, artinya guru PAI yang mengajar di sekolah umum mendapat tanggapan positif dari guru-guru lain di sekolah tersebut.

d. Guru pendidikan agama Islam sebagai konsultan

Maksudnya di samping sebagai pengajar dan pendidik, guru PAI juga berfungsi sebagai konsultan bagi peserta didik atau guru lainnya dalam mengatasi permasalahan-permasalahan pribadi atau permasalahan belajar.

e. Guru pendidikan agama Islam sebagai pemimpin pramuka

Kegiatan pramuka dapat dijadikan sebagai tempat mengembangkan pendidikan agama Islam, lebih sempurna lagi apabila guru PAI aktif di dalamnya.

f. Guru pendidikan agama Islam sebagai pemimpin informal

(7)

B.Strategi Guru PAI dalam Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Kata strategi berasal dari kata strategos (Yunani) atau strategus. Strategos berarti jendral atau berarti pula perwira negara (states officer).

Jendral inilah yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dari mengarahkan pasukan untuk mencapai kemenangan. Kemudian secara spesifik Shirley juga merumuskan pengertian strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan J. Salusu merumuskan strategi sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumberdaya untuk mencapai sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Beberapa pengertian dan pendapat tersebut diambil dalam buku strategi belajar mengajar Anissatul Mufarrokah.9

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam kegiatan belajar mengajar, strategi merupakan proses penentuan rencana yang berfokus pada tujuan disertai penyusunan suatu cara agar tujuan tersebut dapat dicapai. Pengertian tersebut diambil dalam bukunya Khanifatul.10

Dari definisi strategi dan pembelajaran yang sudah diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana, cara pandang, dan pola pikir guru dalam mengorganisasikan isi pelajaran,

9 Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 36 10

(8)

penyampaian pelajaran, dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran, terkandung makna perencanaan. Artinya, strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi pembelajaran memiliki kaitan erat dengan bagaimana mempersiapkan materi, metode apa yang digunakan untuk menyampaikan materi, dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat guna meningkatkan efektivitas pembelajaran.11

2. Perencanaan Pembelajaran

a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni kata “perencanaan” dan kata “pembelajaran”.

Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. ketika kita merencanakan, maka pola pikir kita diarahkan bagaimana agar tujuan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien.12

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada

11 Ibid.

12 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembela jaran, (Jakarta: Kencana,

(9)

baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri eperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, kan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.13

Dari kedua makna tentang konsep perencanaan dan konsep pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal di atas,

(10)

sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.14

b. Kriteria Penyususnan Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dibuat bukan hanya sebagai pelengkap administrasi, namun disusun sebagai bagian integral dari proses pekerjaan profesional, sehingga berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, penyususunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Beberapa nilai perencanaan yang dapat dijadikan sebagai kriteria penyusunan perencanaan adalah sebagai berikut:15

1) Signifikansi

Signifikan dapat diartikan sebagai kebermaknaan. Nilai signifikansi artinya, adalah bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itulah, perencanaan pembelajaran tidak ditempatkan sebagai pelengkap saja. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran hendaknya guru berpedoman pada perencanaan yang telah disusunnya.

14 Ibid.., hal. 28

(11)

2) Relevan

Relevan artinya sesuai. Nilai relevansi dalam perencanaan adalah bahwa perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal maupun eksternal. Kesesuain internal adalah perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kesesuaian eksternal mengandung makna, bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

3) Kepastian

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, mungkin guru merasa banyak alternatif yang dapat digunakan. Namun dari sekian banyak alternatif itu, hendaknya guru menentukan alternatif mana yang sesuai dan dapat diimplementasikan. Nilai kepastian itu bermakna bahwa dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, tidak lagi memuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis. Dengan kepastian itulah, kita akan terhindar dari persoalan-persoalan yang mungkin muncul secara tidak terduga.

4) Adaptabilitas

(12)

manakala syarat tersebut tidak dipenuhi, maka perencanaan pembelajaran tidak dapat digunakan. Perencanaan pembelajaran yang demikian adalah perencanaan yang kaku, karena memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. Sebaiknya perencanaan pembelajaran disusun untuk dapat diimplementasikan dalam berbagai keadaan dan berbagai kondisi. Dengan demikian perencanaan itu dapat digunakan oleh setiap orang yang akan menggunakannya.

5) Kesederhanaan

Perencanaan pembelajaran harus bersifat sederhana artinya mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan. Perencanaan yang rumit dan sulit untuk diimplementasikan tidak akan berfungsi sebagai pedoman untuk guru dalam pengelolaan pembelajaran.

6) Prediktif

Perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat, artinya perencanaan dapat menggambarkan “apa

yang akan terjadi, seandainya...”. Daya ramal ini sangat penting untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dengan demikian akan mudah bagi guru untuk mengantisipasinya.

c. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:16

(13)

1) Merumuskan tujuan khusus

Dalam merancang pembelajaran, tugas pertama guru adalah merumuskan tujuan pembelajaran khusus berserta materi pelajarannya. Guru harus merancang tujuan khusus, sebab tujuan yang bersifat umum dirumuskan oleh para pengembang kurikulum. Tugas guru adalah menerjemahkan tujuan umum pembelajaran menjadi tujuan yang spesifik. Tujuan yang spesifik itu dirumuskan sebagai indikator hasil belajar. Fungsi rumusan pembelajaran khusus adalah sebagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran umum. Dengan demikian, maka pencapaian tujuan-tujuan khusus dalam proses pembelajaran, merupakan indikator pencapaian tujuan umum.

2) Pengalaman belajar

Langkah yang kedua dalam merencanakan pembelajaran adalah memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran.

3) Kegitan belajar mengajar

Langkah ketiga dalam menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem adalah menentukan kegiatan belajar mengajar. Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya kita dapat merancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual.

(14)

Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan sistem juga bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi instruktur atau guru, dan juga tenaga profesional.

5) Bahan dan alat

Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dri sistem perencanaan pembelajaran.

6) Fasilitas fisik

Fasilitas fisik merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Fasilitas fisik meliputi ruang kelas, pusat media, laboratorium, atau ruangan untuk kelas berukuran besar (semacam aula).

7) Perencanaan evaluasi dan pengembangan

(15)

3. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengertian pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai.17 b. Metode pelaksanaan pembelajaran PAI

Menurut konsep metode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina berpendapat bahwa penyampaian materi pembelajaran pada anak harus disesuaikan denga sifat dari materi pelajaran tersebut, sehingga antara metode dengan materi yang diajarkan tidak akan kehilangan daya relevansinya. Ada beberapa metode pembelajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Sina antara lain adalah metode talqin (Sekarang dikenal dengan metode tutor sebaya), metode demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi dan penugasan.18 Berikut adalah penjelasan beberapa metode tersebut:

1) Metode talqîn; perlu digunakan dalam mengajarkan membaca al-Qur'an, mulai dengan cara memperdengarkan bacaan al-Qur'an kepada anak didik, sebagian demi sebagian. Setelah itu anak tersebut disuruh mendengarkan dan mengulangi bacaan tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang, hingga akhirnya ia hafal.

17 Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.., hal. 1 18

(16)

2) Metode demonstrasi; dapat digunakan dalam pembelajaran yang bersifat praktik, seperti cara mengajar menulis. Menurut Ibnu Sina jika seorang guru akan mempergunakan metode tersebut, maka terlebih dahulu ia mencontohkan tulisan huruf hijaiyah di hadapan murid-muridnya. Setelah itu barulah menyuruh para murid untuk mendengarkan ucapan huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhrajnya dan dilanjutkan dengan mendemonstrasikan cara menulisnya.

3) Metode pembiasaan dan keteladanan; termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak. Ibnu Sina mengakui adanya pengaruh "mengikuti atau meniru" atau contoh tauladan baik dalam proses pendidikan di kalangan anak pada usia dini terhadap kehidupan mereka, karena secara thabî'îyah anak mempunyai kecenderungan untuk mengikuti dan meniru (mencontoh) segala yang dilihat, di rasakan dan yang didengarnya.

(17)

diajarkan dengan metode ceramah, maka para siswa akan tertinggal jauh dari perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.

5) Metode penugasan; dilakukan dengan menyusun sejumlah modul atau naskah kemudian menyampaikan kepada para murid untuk dipelajarinya. Cara ini antara lain ia lakukan kepada salah seorang muridnya bernama Abu ar-Raihan al-Biruni dan Abi Husain Ahmad as-Suhaili. Dalam bahasa Arab, pengajaran dengan penugasan ini dikenal dengan istilah al-ta'lîm bi al-marâsil (pengajaran dengan mengirimkan sejumlah naskah atau modul).19

Ibnu Sina juga menekankan agar seorang guru tidak hanya mengajarkan dari segi teoritis saja kepada anak didiknya, melainkan juga melatih segi keterampilan, mengubah budi pekerti dan kebebasannya dalam berfikir. Ia juga menekankan adanya perhatian yang seimbang antara aspek penalaran (kognitif) yang diwujudkan dalam pelajaran bersifat pemahaman; aspek penghayatan (afektif) yang diwujudkan dalam pelajaran bersifat perasaan; dan aspek pengamalan (psikomotorik) yang diwujudkan dalam pelajaran praktik.20

c. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran

Agar terciptanya pemebelajaran yang efektif maka guru perlu mempertimbangkan komponen strategi pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:

19

https://www.google.com/search?q=PEMIKIRAN+PENDIDIKAN+IBNU+SINA+DA N+APLIKASINYA+DALAM+PENGEMBANGAN+PENDIDIKAN+ISLAM+DI+INDONESIA &ie=utf-8&oe=utf-8, di akses pada tanggal 06 Mei 2016 pukul 12.58

(18)

1) Kegiatan Pembelajaran

Langkah untuk memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, yaitu mengurutkan kegiatan pembelajaran, bagaimana ia memulainya, menyajikannya, dan menutup pelajaran.21

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siswa sebelumnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Biasanya, langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran dan penjelasan tentang tujuan pembelajaran.22

Komponen berikutnya adalah penyajian. Komponen ini merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa akan diberi pengetahuan baru. Selain pemberian pengetahuan baru oleh pendidik, pengetahuan yang telah dimiliki siswa juga dikembangkan pada tahap ini. langkah-langkah yang biasanya dilakukan oleh guru adalahmenguraikan materi

21

Khanifatul, Pembelajaran Inovatif.., hal. 16

(19)

pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.23

Komponen ketiga dalam pembelajaran adalah penutup. Penutup merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.24

2) Penyampaian Informasi

Dalam kaitannya dengan pembelajaran, penyampaian informasi yang dimaksud adalah penyampaian berupa materi pelajaran. Penyampaian materi tidak akan direspon oleh siswa secara baik tanpa diawali dengan pendahuluan yang menarik. Agar penyampaian materi pelajaran dapat menarik, guru dapat melakukannya dengan pendahuluan yang menarik, misalnya menanyakan kabar siswa, memancing pengetahuan siswa yang akan disampaikan, atau bahkan selingan humor. Guru juga dapat melakukannya dengan mengaitkan matei yang sudah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari pada saat itu.25

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyampaian materi adalah urutan penyampaian, ruang lingkup materi yang disampaikan, dan jenis materi. Materi yang akan diajarkan harus mempunyai keruntutan, artinya materi pelajaran yang akan

23 Ibid. 24 Ibid.

(20)

disampaikan berkaitan dengan materi sebelumnya. ruang lingkup materi dan jenis materi tentunya sudah ada perencanaan sebelumnya dalam silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).26 3) Partisipasi siswa

Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Prinsip ini menekankan bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila siswa secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi siswa, sebagai berikut a) Latihan dan praktik, seharusnya dilakukan setelah siswa diberi

informasi tentang suatu pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.

b) Umpan balik, setelah siswa menunjukkan perilaku tertentu sebagai hasil belajarnya maka guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang telah mereka berikan itu benar/salah, tepat/tidak tepat, atau ada sesuatu yang perlu diperbaiki.27

4) Tes

Dalam pembelajaran, tes digunakan oleh guru untuk mengetahui:

26 Ibid.

(21)

a) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan b) apakah pengetahuan, sikap dan keterampilan telah benar-benar

dimiliki oleh peserta didik atau belum.28 5) Kegiatan lanjutan

Kegiatan lanjutan atau dikenal dengan istilah follow up, sering tidak dilaksanakan dengan baikoleh guru. kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengyaan, dan/atau memberikan tugas.29

4. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Dalam setiap proses pembelajaran, akan selalu terkandung di dalamnya unsur penilaian (evaluation). Di jantung penilaian ini terletak keputusan yaitu keputusan yang didasarkan atas values (nilai-nilai). Dalam proses penilaian dilakukan pembandingan antara informasi-informasi yang tersedia dengan kriteria-kriteria tertentu, untuk selanjutnya ditarik kesimpulan.30

Secara umum evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program. Evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami peserta didik dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kuantitatif atau kualitatif sesuai dengan standart

28 Ibid.

29 Ibid.

(22)

tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.31

Evaluasi merupakan proses penilaian pertumbuhan siswa dalam proses belajar mengajar. Pencapaian perkembangan siswa perlu diukur, baik posisi siswa sebagai individu maupun posisinya di dalam kegiatan kelompok. Hal yang demikian perlu disadari oleh seorang guru karena pada umumnya siswa masuk kelas dengan kemampuan yang bervariasi. Ada siswa yang cepat menangkap materi pelajaran, tetapi ada pula yang tergolong memiliki kecepatan biasa dan ada pula yang tergolong lambat. Guru dapat mengevaluasi pertumbuhan kemampuan siswa tersebut dengan mengetahua apa yang mereka kerjakan pada awal sampai akhir belajar. Pencapaian belajar ini dapat dievaluasi dengan melakukan pengukuran (measurement).32

b. Karakteristik dan Fungsi Evaluasi

Kegiatan evaluasi dalam proses belajar mengajar mempunyai beberapa karakteristik penting, di antaranya sebagai berikut:33

1) Memiliki implikasi tidak langsung terhadap siswa yang dievaluasi. Hal ini terjadi misalnya seorang guru melakukan penilaian terhadap kemampuan yang tidak tampakdari siswa. apa yang dilakukan adalah ia lebih banyak menafsir melalui beberapa aspek penting yang diizinkan seperti melalui penampilan, keterampilan, atau

31 Nurhadi dan Suwardi, Evaluasi Pembelajaran Yang Efektif dan Menyenangkan,

(Jakarta: PT. Multi Kreasi Satudelapan, 2011), hal. 1

32 Sukardi, Evaluasi Pendidikan-Prinsip dan Operasionalnya , (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), hal. 2

(23)

reaksi mereka terhadap suatu stimulus yang diberikan secara terencana.

2) Lebih bersifat tidak lengkap

Dikarenakan evaluasi tidak dilakukan secara kontinu maka hanya merupakan sebagian fenomena saja. Atau dengan kata lain, apa yang dievaluasi hanya sesuai dengan pertanyaan item yang direncanakan oleh seorng guru.

3) Mempunyai sifat kebermaknaan relatif.

Ini berarti, hasil penilaian tergantung pada tolak ukur yang digunakan oleh guru. Di samping itu, evaluasipun tergantung dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.

Di samping karakteristik, evaluasi juga mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:34 1) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai

pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru.

2) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.

3) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.

4) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.

5) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.

(24)

6) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada orang tua siswa. d. Tujuan Evaluasi

Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar mereka dapat merencana dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat.35

Selain untuk melengkapi penilaian, secara luas evaluasi dibatasi sebagai alat penilaian terhadap faktor-faktor penting suatu program termasuk situasi, kemampuan, pengetahuan, dan perkembangan tujuan. Minimal terdapat enam tujuan evaluasi dalam kaitannya dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi adalah sebagai berikut:36

1) Menilai ketercapaian (attainment) tujuan.

Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode evaluasi, dan cara belajar siswa. cara evaluasi biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh seorang guru.

2) Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi.

Belajar dikategorikan sebagai kognitif, psikomotor, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat. Jika guru menyatakan proporsi

(25)

sama maka siswa dapat menekankan dalam belajar dengan proporsi yang digunakan guru dalam mengevaluasi sehingga mereka dapat menyesuaikan dalam belajar. Guru memilih sarana evaluasi pada umumnya sesuai dengan tipe tujuan. Proses ini menjadikan lebih mudah dilaksanakan, jika seorang guru menyatakan tujuan dan merencanakan evaluasi secara berkaitan.

3) Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui.

(26)

siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka miliki dan mereka butuhkan.

4) Memotivasi belajar siswa.

Evaluasi juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus menguasai bermacam-macam teknik motivasi, tetapi masih sedikit di antara para guru yang mengetahu teknik motivasi yang berkaitan dengan evaluasi. Dari penelitian menunjukkan bahwa evaluasi memotivasi belajar siswa sesaat memang betul, tetapi untuk jangka panjang masih diragukan. Hasil evaluasi akan menstimulasi tindakan siswa. Rating hasil evaluasi yang baik akan dapat menimbulkan semangat atau dorongan untuk mempertahankan atau meningkatkan yang akhirnya memotivasi belajar siswa secara kontinu. 5) Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling.

Informasi diperlukan jika bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, daptasi sosial, kemampuan membaca, dan skor hasil belajar. Informasi juga diperlukan untuk bimbingan karier yang efektif. Identifikasi minat siswa dan pekerjaan yang disenangi adalah cara yang terbaik untuk membantu siswa memilih pekerjaan.

6) Menjadikan hasil evaluasi sebagai dasar perubahan kurikulum.

(27)

Di samping itu, antara intruksional dengan kurikulum juga saling berkait seperti intruksional dapat berfungsi sebagai salah satu komponen penting suatu kurikulum. Bebrapa guru sering mengubah prosedur evaluasi dan metode mengajar dengan mudah menurut kepentingan mereka, sedangkan untuk melakukan perubahan kurikulum perlu pertimbangan yang lebih luas. Follow up study dan informasi alumni merupakan informasi yang berharga untuk melakukan revisi kurikulum. Perubahan itu akan tepat, jika perubahan kurikulum didasarkan pada hasil evaluasi dengan skop yang lebih luas. Pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhan masyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik konvensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.

d. Obyek Evaluasi Hasil Belajar (Ranah Pikomotorik/Ranah Keterampilan) Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: ranah proses berpikir (kognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain), dan ranah

(28)

materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupan sehari-hari? 37

Ranah psikomotor (Nahiyah al-Harakah) adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson dalam bukunya Anas Sudijono yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.38

C.Keterampilan Keagamaan

1. Beribadah shalat

a. Pengertian Ibadah Shalat

Ibadah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu,

berarti taat, tunduk, patuh, merendahkan diri dan hina.39

Menurut Abuddin Nata ibadah secara bahasa adalah menyembah, menurut, merendahkan diri dan penyerahan diri secara mutlak, baik lahir maupun batin kepada kehendak Ilahi.40

37 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008), hal. 49

38

Ibid.., hal. 57

39 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hal. 252 40 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits Dirasyah Islamiyah 1, (Jakarta: Rajawali Pers,

(29)

Pengertian shalat sendiri secara etimologi berasal dari bahasa Arab artinya do‟a.41 Shalat ialah berharap hati kepada Allah

sebagai ibadat, yang diwajibkan atas tiap-tiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Berupa perbuatan atau perkataan dan berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun tertentu yang dimulai dari “takbir” dan di akhiri dengan “salam”.42

Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas dapat diambil diambil kesimpulan bahwa ibadah shalat ialah menyembah Allah dengan cara berdo‟a dengan ikhlas dan memohon rahmat-Nya yang disertai

dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. b. Syarat-syarat Shalat

Menurut Nur Kholis dalam bukunya Tuntunan Lengkap Shalat Wajib dan Sunnah, syarat-syarat shalat antara lain ialah sebagai berikut:43 1) Beragama Islam

2) Sudah baligh dan berakal 3) Suci dari hadas atau najis

4) Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat

5) Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusar sampai lutut, sedang wanita auratnya seluruh anggota badan kecuali muka dan kedua telapak tangan

41 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia.., hal. 220

42 Nur Kholis, Tuntunan Lengkap Sholat Wajib dan Sunnah, (Surabaya: AS, 2013), hal.

29

(30)

6) Telah masuk waktu yang ditentukan untuk masing-masing shalat 7) Menghadap kiblat

8) Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunnat. c. Rukun Shalat

Menurut Sulaiman Rasjid dalam bukunya fiqh Islam, rukun shalat anatar lain adalah sebagai berikut:44

1) Niat

2) Berdiri bagi orang yang kuasa

3) Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”) 4) Membaca surat Fa tihah

5) Rukuk serta tuma‟ninah (diam sebentar) 6) I‟tidal serta tuma‟ninah (diam sebentar)

7) Sujud dua kali serta tuma‟ninah (diam sebentar)

8) Duduk di antara dua sujud serta tuma‟ninah (diam sebentar) 9) Duduk akhir

10) Membaca tasyahud akhir

11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. 12) Memberi salam yang pertama (ke kanan) 13) Menertibkan rukun.

d. Hal-hal yang Membatalkan Shalat

(31)

Hal-hal yang membatalkan shalat menurut Nur Kholis dalam bukunya Tuntunan Lengkap Shalat Wajib dan Sunnah antara lain adalah sebagai berikut:45

1) Bila salah satu syarat rukunnya tidak dikerjakan atau sengja ditinggalkan

2) Terkena najis yang tidak dima‟afkan 3) Berhadas

4) Terbuka auratnya

5) Berkata-kata dengan sengaja, walau hanya satu huruf tapi yang memberi pengertian

6) Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat 7) Makan atau minum walau hanya sedikit

8) Tertawa terbahak-bahak 9) Membelakangi kiblat

10) Mendahului imamnya dua rukun 11) Murtad (keluar dari Islam)

12) Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti ruku‟ dan sujud 13) Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan

dengan sengaja.

(32)

2. Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian Membaca Al-Qur‟an

Membaca adalah suatu proses (dengan tujuan tertentu) pengenalan, penafsiran dan menilai gagasan yang berkenan dengan bobot mental atau kesadaran total seorang pembaca.46 Membaca merupakan suatu aktivitas untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan. Kebiasaan membaca merupakan hal positif bagi setiap manusia yang mendambakan kecerdasan intelektual. Ayat Al-Qur‟an yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad adalah iqra’ yang berarti, bacalah perintah membaca dalam hal ini sangat besar manfaatnya, terutama jika dimulai sejak dini.47

Al-Qur‟an secara bahasa berasal dari kata kerja qara’a yang berarti mengumpulkan atau menghimpun, dan qira’ah yang berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur‟an adalah firman atau wahyu yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad dengan perantara malaikat jibril untuk dijadikan pedoman dan petunjuk hidup seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Al-Qur‟an merupakan kitab suci trakhir dan terbesar yang diturunkan Allah kepada manusia setelah Taurat, Zabur dan Injil yang diturunkan kepada para Rasul sebelum Muhammad. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang paling istimewa. Karena, tidak

46

Henry Guntur Tarigan, Metodologi Pengajaran Bahasa 2, (Bandung: Angkasa, 1991), hal. 42

47 Samsul Arifin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami, (Jakarta: Sinar Grafika

(33)

hanya mempelajari dan mengmalkan isinya saja yang menjadi keutamaannya, tetapi membacanya juga sudah bernilai ibadah.48

Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa membaca Al-Quran adalah aktivitas menambah ilmu pengetahuan dengan mempelajari ucapan yang ada di dalam sebuah buku yang tersusun rapi yang telah diturunkan Allah kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril yang bertujuan sebagai pedoman kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat dan untuk dapat diamalkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. b. Keutamaan membaca Al-Qur‟an

Perintah untuk membaca Al-Qur‟an telah tercantum dalam firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45:

Artinya: “Baca dan ikutilah apa yang diwahyukan Allah kepadamu dalam Al-Qur’an....”49

Dari ayat di atas terlihat jelas bahwa membaca Al-Qur‟an sangatlah dianjurkan oleh Allah SWT dan sangat utama. Adapun keutamaan yang Allah berikan kepada Ahlul Qur‟an antara lain adalah:50

1) Mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Pada sebuah hadis yang diriwaytkan oleh At-Tirmidzi, Rasululah bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf Kitabullah (Al-Qur‟an) maka baginya satu

48Mukni‟ah, Materi Pendidikan Agama Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal.

201

49 Salim Bahreisy dan Abdullah Bahreisy, Tarjamah,.. hal. 402

50 http://repo.iain-tulungagung.ac.id/2786/2/BAB%20II.pdf, diakses pada tanggal 12

(34)

kebaikan, dan kebbaikan itu akan dilipatkan sepuluh kali pahala. Tidaklah aku katakan bahwa „Alif lam mim‟ itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, mim satu huruf”

2) Diampuni dosanya dan tidak disiksa oleh Allah SWT pada sebuah hadis Ad-Tirmidzi meriwayatkan, raulullah bersabda, “Bacalah Al -Qur‟an karena Allah SWT tidak akan menyiksa hati yang berisi

(hafal) Al-Qur‟an dan sesungguhnya Al-Qur‟an itu adalah hidangan dari Allah, barang siapa masuk padanya maka ia akan aman dan barang siapa mencintai Al-Qur‟an, maka bergembiralah”

3) Mendapat syafa‟at (pertolongan) dari Al-Qur‟an. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah bersabda, “Bacalah Al-Qur‟an, sesungguhnya pada hari kiamat nanti ia (Al -Qur‟an) akan menjadi pemberi syafa‟at bagi para pembacanya”

4) Dikategorikan sebagai orang yang baik secara lahir dan batin. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan pada sebuah hadis, bahwa Rasulullah bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca

(35)

5) Termasuk dalam golongan yang terbaik. Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, yaitu “sebaik-baik kalian

adalah orang yang belajar Al-Qur‟an dan mengajarkannya”

6) Mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi di surga. Sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi, yaitu “(Pada hari kiamat), dikatakan kepada pembaca Al-Qur‟an,

Bacalah dan naiklah sebagaimana engkau dulu menartilkan Al-Qur‟an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu (di surga) di akhir

ayat-ayat engkau baca”

7) Dikumpulkan bersama para malaikat. Muttafaq Allaih dalam sebuah hadis meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “Orang yang membaca

Al-Qur‟an dan ia mahir dalam membacanya maka ia akan dikumpulkan bersama para malaikatyang mulia lagi berbakti (taat) 8) Mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Rasulullah pada

sebuah hadis bersabda, “Sesungguhnya Allah akan meninggikan

(kedudukan) beberapa kaum dengan Al-Qur‟an dan akan merendahkan (kedudukan) kaum yang lain dengan Al-Qur‟an” (HR. Muslim)

9) Mendapat pemberian yang paling utama dari Allah SWT

10) Orang tuanya mendapat mahkota kemuliaan di akhirat. Abu Daud dalam sebuah hadis meriwayatkan bahw Rasulullah bersabda, “Barang siapa membaca Al-Qur‟an dan mengamalkan apa yang ada

(36)

kedua orang tuanya mahkota (kemuliaan) yang cahanya lebih bagus dari pada cahaya matahari dalam rumah-rumah di dunia ini. Lalu apa dugaan kalian pada orang yang melakukan hal ini (membaca dan mengamalkan Al-Qur‟an?”

11) Menjadi keluarga Allah yang ada di bumi 12) Mendapatkan ketentraman dan rahmat

13) Rumah yang di dalamny dibaca ayat-ayat Allah akan terlihat oleh penduduk langit yaitu para malaikat, dan rumah yang tidak disebut di dalamnya ayat-ayat Allah ibarat rumah Yahudi dan Nasrani.

c. Tahap-tahap dalam mempelajari Al-Qur‟an

Mempelajari Al-Qur‟an tidaklah mudah dilakukan oleh setiap orang. Dalam mempelajari Al-Qur‟an ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Hal tersebut bertujuan agar pemahaman kita terhadap Al-Quran tidak salah dan dapat mempelajari Al-Qur‟an tersebut dengan baik dan benar. Tahap-tahap mempelajari Al-Qur‟an tersebut Menurut Zakiah Daradjat dan kawan-kawan antara lain adalah sebagai berikut:

1) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan Ya (alifbata)

2) Cara menyembunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu; ini dibicarakan dalam ilmu makhraj

(37)

4) Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf), seperti waqaf mutlak, wakaf jawaz, dan sebagainya

5) Cara membaca, meluangkan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-macam qira‟at

6) Adabud tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca Al-Qur‟an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.51

d. Tata Cara Membaca Al-Qur‟an

Menurut Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory dalam bukunya, tata cara membaca al-Qur‟an antara lain adalah sebagai berikut:52

1) At-Tartil: Yaitu membaca Al-Qur‟an dengan pelan dan tenang dan memahami hukum tajwid yang benar baik memanjangkan bacaan panjang, dan mengucapkan dengung dan sebagainya dan ini adalah sebagus-bagusnya bacaan.

2) At-Tadwir: Yaitu bacaan antara cepat dan lambat dengan menjaga hukum tajwid

3) Al-Hadr: Yaitu bacaan dengan cepat namun harus tetap menjaga hukum tajwid, baik bacaan dengung, ikfa‟ dan sebagainya. Di sana

ada Ulama yang menambah keempat dengan tahqiq yaitu bacaan yng sangat pelan terutama dalam proses belajar mengajar

51

Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 91

52 Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashory, Panduan Praktis Tajwid dan Bid’ah

(38)

3. Menghafal Surat-surat Pendek (Juz ‘Amma)

a. Pengertian Menghafal Surat-surat Pendek (Juz Amma)

Menghafal berasal dari kata “hafal” artinya telah masuk dalam ingatan atau dapat mengucapkan sesuatu di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.53 Hafalan merupakan sebuah nikmat dari Allah SWT yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Kemampuan seseorang dalam menghafal memiliki derajat yang berbeda-beda. Hafalan merupakan salah satu karunia yang Allah berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Dia memiliki karunia yang besar.54

Juz „amma merupakan bagian dari Juz ketiga puluh dari kitab

suci Al-Qur‟an dan bagian yang paling sering didengar dan paling sering dibaca oleh semua orang muslim. Di dalam juz „amma memiliki jumlah surat yang paling banyak yakni 37 surat yang dimulai dari surat An-Naba sampai yng terakhir yaitu surat An-Naas.

Menghafal surat-surat pendek atau juz „amma adalah mengingat dengan jelas surat-surat yang ada di dalam juz 30 tersebut dengan baik dan benar sampai apa yang dihafalkan benar-benar tertancap di dalam fikiran.

53

Depaertmen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 381

54 Hamdan Hamud Al-Hajiri, Agar Anak Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Darus

(39)

b. Kaidah menghafal Al-Qur‟an/Juz „Amma

Menurut Ahmad Salim Badwilan agar setiap perbuatan apapun harus bersandar pada kaidah, sehingga akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan, adapun kaidah menghafal Al-Qur‟an/Juz „Amma sebagai berikut:55

1) Ikhlas

Ikhlas merupakan tujuan pokok dari berbagai macam ibadah. Ikhlas pada dasarnya hanya mencari keridhoan Allah SWT. Demikian juga ketika kita berniat untuk menghafal Al-Qur‟an atau Juz „Amma 2) Memperbaiki ucapan dan bacaan

Menghafal Al-Qur‟an atau Juz „Amma harus dipelajari dari guru yang menguasainya dengan baik.

3) Penentuan ukuran atau target hafalan

Menghafal Al-Qur‟an atau Juz „Amma hendaklah memiliki target hafalan dan target hafalan tersebut hendaklah dilakukan dengan keajegan/istiqomah

4) Memperkuat hafalan

Memperkuat hafalan yang telah dilakukan sebelum pindah pada surat yang lain/halaman lain

55 Ahmad Salim Badwilah, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Diva Pres,

(40)

5) Memakai satu mushaf yang digunakan untuk menghafal

Menghafal dengan melihat ama halnya menghafal dengan mendengar. Posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam benak penghafal, sebab seringnya membaca dan melihat pada mushaf.

6) Mengikat awal surat yang dilihat

Seorang penghafal sebaiknya jangan pindah kesurat lain kecuali kita telah dilakukan pengikatan (pengaitan) antara awal surat yang dihafal dengan akhir surat

7) Mengikat hafalan dengan mengulang dan mengkajinya bersama-sama Pengulangan hafalan dengan penghafal yang lain akan memperkuat hafalan, membantu memperbaiki hafalan yang dilakukan dengan cara salah.

c. Faktor-faktor Pendukung Menghafal Al-Qur‟an atau Juz „Amma

Ada beberapa hal yang dianggap penting sebagai pendukung tercapainya menghafal Al-Qur‟an/Juz „Amma, adapaun faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:56

1) Usia

Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk menghafal Al-Qur‟an atau Juz „Amma. Tetapi karena kurikulum yang ada di sekolah, pelaksanaannya sesuai dengan target maka target hafalan juz „amma disesuaikan dengan usia anak dan

kelas masing-masing

56 Ahsin W, Bimbingan Prkatis Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta: Departemen Agama,

(41)

2) Manajemen Waktu

Hafalan juz „amma sebaiknya dilaksanakan pada jam-jam

pertama pada proses kegiatan belajar-mengajar 3) Tempat menghafal

Tempat yang ideal untuk menhafal Al-Qur‟an/Juz „Amma ialah sebagai berikut: jauh dari kebisingan, bersih dan suci dari kotoran dan najis, cukup ventilasi, cukup penerangan, mempunyai temperatur yang cukup dengan kebutuhan, tidak meningkatkan timbulnya gangguan yakni jauh dari telfon atau ruang tamu atau tempat biasa untuk ngobrol. Jika proses kegiatan belajar-mengajar hafalan Al-Qur‟an atau Juz „Amma di sekolah maka tempat yang ideal dilakukan di mushola sekolah.

D.Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelusuran pustaka yang berupa hasil penelitian, karya ilmiah ataupun sumber lain yang digunakan peneliti sebagai perbandingan terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam skripsi ini penulis akan mendiskripsikan beberapa penelitian yang ada relevasinya dengan judul penulis antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah pada tahun 2015 dengan judul “Strategi Peningkatan Kedisiplinan Beribadah Siswa di MTsN Bandung Tulungagung”. Fokus dan hasil penelitian yang menjadi bahasan dalam

(42)
(43)

membaca Al-Qur‟an, bekerja sama dengan guru BK, menerapkan metode penghargaan kepada siswa. c) Strategi yang diterapkan oleh sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan infaq dan shadaqah siswa adalah guru menerapkan metode keteladanan yaitu memberi contoh langsung untuk berinfaq dan shadaqah, memberikan bimbingan dan motivasi untuk bersedekah dalam pembelajaran, membiasakan syukuran dengan bersedekah, sosisalisasi pemanfaatan dana infaq kepada siswa. (3) Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat serta solusi peningkatan kedisiplinan beribadah siswa di MTsN Bandung Tulungagung. Faktor yang mendukung yaitu: a) Tersedianya fasilitas ibadah seperti masjid sekolah yang sudah cukup bagus, tempat wudhu yang sudah mencukupi, Al-Qur‟an sudah tersedia, dampar Al-Qur‟an sudah tersedia, b) Bapak dan ibu guru sangat perhatian dan peduli terhadap siswa. motivasi yang diberikan bapak ibu guru terhadap anak sangat tinggi, c) Adanya ketelatenan dan kesabaran dari bapak ibu guru, terutama dalam mengingatkan dan mengoprak-oprak siswa, d) Adanya kerjasama yang baik dari guru dalam menerapkan strategi yang digunakan untuk meningkatkan kedisiplinan beribadah siswa.57

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fatimatuz Zahroq pada tahun 2015 dengan judul “Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an

Melalui Program Pengembangan Diri Siswa di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung”. Fokus dan hasil penelitian yang menjadi bahasan dalam

penelitian ini adalah (1) Upaya peningkatan kemampuan membaca

57 Siti Fatimah, Strategi Peningkatan Kedisiplinan Beribadah Siswa di MTsN Bandung

(44)

Qur‟an siswa di MTs Al-Huda Bandung Tulungagung yaitu melalui

program pengembangan diri siswa kelas tartil, kegiatan ini merupakan kegiatan yang ada di sekolah untuk meningkatkan kemempuan siswanya tentang keagamaan khususnya pada membaca Al-Qur‟an, dalam program pengembangan diri ini untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an, sekolah memberikan kelas tartil yang dilaksanakan oleh sekolah

untuk siswa pada hari sabtu pada jam ke 3-4, (2) Metode yang digunakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa di MTs Al-Huda Bandung metode yang digunakan yaitu metode tartil: a) Pemberian materi setiap tatap muka proses belajar mengajar di kelas,seperti: membaca Al-Qur‟an secara tajwid, pertemuan berikutnya hafalan surat-surat dalam juz „amma, pertemuan selanjutnya menemukan hukum bacaan

(tajwid) di dalam Al-Qur‟an, kemudian menghafalkan surat yasin secara tartil. b) Semua proses beljar mengajar diserahkan oleh pihak ustadz/ustadzah yang mengajar di dalam kelas tersebut. (3) Dampak dari mengikuti program pengembangan diri di MTs Al Huda Bandung Tulungagung yaitu: a) hampir semua siswa bisa membaca Al-Qur‟an secara tartil (lancar dalam membaca, benar secara tajwid). b) Setelah lulus dalam mengikuti kelas tartil tersebut siswa boleh mengikuti program pengembangan diri lain seperti seni qiro‟ah, seni kaligrafi, seni hadrah dsb.

(45)

maka harus mengikut kelas tartil tersebut sampai bisa membaca Al-Qur‟an dan tidk diperbolehkan mengikuti program pengembangan diri lain. Faktor yang menghambat: a) Kurangnya kesadaran siswa dalam beribadah seperti malas dan bandel meskipun sudah dinasehati seperti bercanda ketika melaksanakan shalat berjamaah, b) Adanya kenala dalam penjadwalan guru terutama untuk imam shalat berjamaah karena biasanya terbentur jam mengajar, c) Masjid sekolah yang belum dapat menampung seluruh siswa. sedangkan solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala dalam meningkatkan kedisiplinan beribadah siswa di MTsN Bandung Tulungagung adalah: a) Untuk anak yang bandel dan kurang disiplin, diadakan pembinan khusus yang dilakukan oleh wali kelas. Selain itu, wali kelas juga bekerjasama dengan guru mata pelajaran seperti dengan guru fiqh untuk membina dalam hal shalat, kemudian kepada guru aqidah akhlak dan juga dengan guru lainnya termasuk dengan guru BK. b) Untuk penjadwalan guru yang terbentu dengan jadwl mengajar, koordinator keagamaan sering-sering mengontrol guru lain yang kiranya longgar untuk menggantikan guru yng tidak bisa untuk menjadi imam. Terkadang jika waktu sudah mepet, kepala madrasah juga ikut menggantikan menjadi imam shalat berjamaah. c) Untuk mengatasi masjid sekolah yang belum bisa menampung seluruh siswa untuk berjamaah, sekolah membuat kebijakan dengan membagi jadwal sekolah secara bergantian antara kelas VII, VIII, dan IX.58

58Dewi Fatimatuz Zahroq, Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an

(46)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ma‟rifatul Asrofah pada tahun 2015 dengan judul “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur‟an di

(47)

yang sangat intensif dan rasa tanggung jawab anak dalam menjalankan tugas.59

Demikian penelitian-penelitian terdahulu yang menurut peneliti relevan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Letak kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu dengan pendekatan atau penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi serta beberapa kesamaan teori seperti beribadah shalat, membaca Al-Qur‟an dan menghafal surat-surat pendek (juz „amma). Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada konteks serta tujuan penelitian.

E.Paradigma Penelitian/Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono, paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan antar varibel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipoteis dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.60 Paradigma penelitian juga disebut sebagai kerangka berfikir. Kerangka berfikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun. Digunakan

59Siti Ma‟rifatul Asrofah,

Upaya Guru Dalam Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an di MTs Al Huda Bandung Tulungagung, (Tulungagung, Skripsi tidak diterbitkan, 2015), hal. 105-106

60 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

(48)

sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat agar peneliti mudah dalam melakukan penelitian.61

Paradigma pada penelitian ini adalah tergambar sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, strategi yang dilakukan oleh guru PAI dalam meningkatkan keterampilan keagamaan (beribadah shalat, membaca Al-Qur‟an, menghafal surat-surat pendek) di SMK Sore Tulungagung yaitu

dengan melakukan perencanaan pembelajaran, melakukan pelaksanaan pembelajaran dan melakukan evaluasi pembelajaran. Dengan strategi-strategi tersebut maka diharapkan keterampilan keagamaan dapat dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik dengan baik.

61 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 3 Strategi

Guru PAI

Merencanakan Pembelajaran

Melaksanakan Pembelajaran

Mengevaluasi Pembelajaran

Keterampilan keagamaan Beribadah

Shalat

Membaca

Al-Qur‟an

Referensi

Dokumen terkait

Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.. Intoleransi

 Double top sell; adalah apabila sebuah harga ketika Double top sell; adalah apabila sebuah harga ketika menembus batas atas menembus batas atas (upper band) dan tetap berada di

Panitia Pengadaan (C) Pengadaan Barang Teknologi Informasi dan Jasa Lainnya dilingkungan Badan Kepegawaian Negara Tahun anggaran 2016 akan melaksanakan Pelelangan Umum

UNTUK SEMESTER GASAL TAHUN 2013/2014 BERDASARKAN SUSUNAN

Program bacteria yang sederhana bisa hanya mengeksekusi dua kopian dirinya secara simultan pada sistem multiprogramming atau menciptakan dua file baru,

Suatu norma hukum dikatakan berlaku secara filosofis apabila norma hukum itu memang bersesuaian dengan nilai-nilai filosofis yang dianut oleh suatu negara, nilai filosofis negara

“Perancangan Database Berbasis PHPMyAdmin Pada Situs Pariwisata Pendukung Proses Pembuatan Rencana.. Program

Mengisi daftar hadir peserta setiap mata pelajaran yang diujikan (rangkap 2) sesuai dengan jumlah peserta yang hadir (huruf kapital), diharapkan lebih memperhatikan