54 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Salah satu tahapan yang harus dilalui sebelum penelitian dilaksanakan adalah perlunya memahami tempat dilakukannya penelitian dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Penelitian ini dilakukan di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta. SLBN 1 Bantul, Yogyakarta. SLBN 1 Bantul, Yogyakarta menampung siswa yang berkebutuhan khusus, seperti Tuna Rungu, Tuna Grahita, Tuna Daksa, Tuna Netra dan Tuna Ganda. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil subjek ibu dari anak tuna grahita sedang dan berat atau anak retardasi mental sedang dan berat. Hal ini dikarenakan sesuai dengan topik penelitian yang dipilih oleh penulis mengenai hubungan Religiusitas dan Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Retardasi mental. Pada saat penelitian dilakukan, SLBN 1 Bantul, Yogyakarta khususnya kelas retardasi mental sedang dan berat, penulis mengambil ibu sebagai subjek sebanyak 30 orang.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Menemukan tempat penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan SLB yang akan menjadi tempat penelitian dan meminta izin kepada Kepala SLBN 1 Bantul untuk melaksanakan penelitian.
2. Persiapan Penelitian
Setelah mendapatkan ijin dari tempat penelitian, peneliti mengurus persyaratan administrasi berupa ijin penelitian dari Fakultas Psikologi dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah itu peneliti meminta ijin kepada Kepala SLBN 1 Bantul untuk melakukan penelitian.
3. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian atau pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli – 20 Juli 2012. Instrumen disebarkan pada ibu-ibu yang memiliki anak retardasi mental sedang dan berat dijenjang pendidikan TKLB dan SDLB.
C. Hasil Uji Reliabilitas dan Seleksi Item 1. Skala Religiusitas
Uji reliabilitas dan analisis seleksi item pada Skala Religiusitas dilakukan dengan dua kali putaran. Putaran pertama untuk menyeleksi butir item yang lolos (memenuhi konvensi item) dan mengeliminasi item yang gugur. Selanjutnya pada putaran kedua untuk mengukur reliabilitas pengukuran dan daya diskriminan setelah mengeluarkan item gugur.
realibilitas sebesar 0,935 yang berarti alat ukur tergolong reliabel. Kemudian item yang gugur berjumlah 8 item, yaitu item nomor 5, 9, 15, 16, 17, 21, 23 dan 32. Pada uji realibilitas putaran kedua diperoleh koefisien realibilitas yang sama seperti koefisien realibilitas putaran pertama yaitu sebesar 0,935 diperoleh bahwa semua item valid karena semua nilai r lebih dari 0.3 dengan nilai r berkisar antara 0.321 (item no. 29) sampai dengan 0.824 (item no. 20).
Tabel 4.1.
Sebaran Item Setelah Seleksi Item Pada Skala Religiusitas
No Aspek Indikator
Nomor Item
Total Fav. Unfav.
1. Ritual Involment
(praktek beragama)
- Berdoa sebelum mengerjakan/melakuk an sesuatu
- Mengikuti upacara keagamaan
- Membaca kitab suci / alkitab setiap hari - Melakukan kewajiban
yang ada dalam agama
1
11
21*
31
6
16*
26
36
8
2. Ideological Involment
(keyakinan beragama)
- Percaya akan adanya setan,
malaikat/surga/neraka - Percaya akan
kebenaran firman
8
18
2
12
- Meyakini bahwa Tuhan selalu
memberikan mukjizat pada umatnya
- Meyakini akn adanya hari kiamat/akhir jaman 28 38 22 32*
3. Intelectual Involment
(pengetahuan beragama)
- Mengikuti khotbah keagamaan
- Mempelajari kitab suci agamanya - Membaca buku
rohani
- Memahami ajaran agama 9* 19 29 39 3 13, 23* 33 8
4. Experiental involment
(pengalaman beragama)
- Merasa bahwa Tuhan mendengar doanya - Merasa bahwa Tuhan
menyayanginya - Merasa pernah
menglamai mukjizat dari Tuhan
- Merasa Tuhan selalu mendampingi hidupnya 10 20 30 40 4 14 24 34 8
5. Consequential Involment
- Memaafkan orang lain yang telah
(pengamalan beragama)
berbuat salah - Mendoakan orang
lain
- Mengucap syukur dalam segala situasi - Menolong orang lain
15*
25
35
17*
27
37
Jumlah 20 20 40
Tanda (*) menunjukkan item yang gugur
2. Skala Resiliensi
Uji realibilitas pada skala Religiusitas dilakukan dengan dua kali putaran dengan menggunakan Alpha Cronbach. Putaran pertama untuk menyeleksi butir item yang lolos (memenuhi konvensi seleksi item) dan mengeliminasi item yang gugur. Selanjutnya pada putaran kedua untuk mengukur realibilitas pengukuran dan daya diskriminan setelah mengeluarkan item gugur.
Hasil uji reliabilitas dan daya diskriminan item pada putaran pertama dari Skala Resiliensi dengan 56 item didapatkan nilai
Tabel 4.2.
Sebaran Item Setelah Seleksi Item Pada Skala Resiliensi
No Aspek Indikator No. butir Total
Fav. Unfav. 1 Emotion
Regulation
- Mampu
mengendalikan emosi dalam menghadapi tekanan - Mampu
menampilkan emosi yang wajar sesuai dengan keadaan.
1*, 8
15, 43*
22, 29
36*, 50 8
2 Impulse Control
- Mampu
mengendalikan impuls yang muncul dari dalam diri - Mampu
mengendalikan impuls yang muncul dari orang-orang sekitar
23, 30
37*, 44
2, 9,
16, 51
8
terhadap keadaan yang dihadapi saat ini - Berpikir positif
akan keadaan yang akan dihadapi dalam masa depan
17, 45*
38*, 52*
4 Causal Analysis - Mampu
mengidentifikas i masalah - Mampu
menggali akar suatu
permasalahan - Mampu
menemukan solusi dalam menghadapi suatu
permasalahan - Mampu
menemukan akibat dari solusi
permasalahan
25*
32*
39*
46
4
11*
18
53*
8
5 Empathy - Mampu
merasakan
kesulitan yang dialami oleh orang lain - Yakin pada
kemampuan sendiri untuk membantu kesulitan orang lain
19, 47* 40, 54
6 Self-eficacy - Yakin pada kemampuan diri dalam
mengatasi tekanan - Yakin akan
kemampuan diri untuk dapat sukses dimasa depan
27, 34
41, 48
6, 13
7 Reaching out - Berani menghadapi resiko dari situasi yang tidak
menyenangkan - Mengambil
aspek positif didalam sebuah permasalahan yang sukar
7, 14
21, 49*
28, 35
42*, 56 8
Jumlah 28 28 56
Tanda (*) menunjukkan item yang gugur.
D. Hasil Analisis Data
Pehitungan dalam analisis ini dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Product & Service Solution) 16.0. Namun sebelumnya akan dipaparkan hasil pengukuran variabel yang digunakan.
1. Analisis Deskriptif
a. Religusitas
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Skala Religiusitas
Descriptive Statistics
N Min. Max. Mean
Std. Deviation Total 30 80.00 128.00 109.4667 11.77295 Valid N
(listwise) 30
Nilai-nilai diatas bermakna ada responden yang memiliki skor religiusitas sebesar 80 dan ini merupakan skor terendah, ada juga yang memperoleh skor 128 dan ini merupakan skor tertinggi. Rata-rata keseluruah responden adalah 109.46 dengan standar deviasi sebesar 11.77.
Jumlah aitem yang dapat digunakan adalah 32 aitem dengan kategori jawaban mulai dari 1 sampai 4. Skor total teoritik data religiusitas antara 32 sampai 128, sedangkan skor total empiris yang diperoleh dalam penelitian menyebar dari skor terendah 80 sampai skor tertinggi 128. Semakin tinggi skor total menunjukan religiusitas yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukan religiusitas yang rendah. Dengan demikian untuk variabel religiusitas memiliki skor teoritik terendah 32 (1 X 32) dan skor tertinggi 128 (4 X 32). Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel religiusitas, digunakan 4 kategori yakni, sangat rendah, rendah, tinggi, sangat tinggi.
24 4 96
4 32 128
i i
ka tegor i ba nya knya
ter enda h skor
ter tinggi skor
i
Tabel 4.4
Interval Skala Religiusitas
Kriteria Rentang Skor N Prosentase Sangat Tinggi 104 ≤ x < 128 21 70%
Tinggi 80 ≤ x < 104 9 30%
Rendah 56 ≤ x < 80 0 0%
Sangat Rendah 32 ≤ x < 56 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab dengan skala religiusitas pada kriteria sangat tinggi yaitu 70% kemudian pada kriteria tinggi sebesar 30%. Hal ini berarti kategori religiusitas yang sangat tinggi yaitu sebanyak 21 dan sisanya sebanyak 9 ibu berada pada kategori kinerja yang tingg. Denga demikian, dapat dikatakan bahwa religiusitas ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta berada pada tingkat yang diharapkan, namun perlu adanya peningkatan dan religiusitas yang tinggi harus dipertahankan.
1. Resiliensi
Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Skala Religiusitas Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Total 30 96.00 137.00 116.3000 11.20699
Valid N
(listwise) 30
Nilai-nilai diatas bermakna ada responden yang memiliki skor resiliensi sebesar 96 dan ini merupakan skor terendah, ada juga yang memperoleh skor 137 dan ini merupakan skor tertinggi. Rata-rata keseluruah responden adalah 116.30 dengan standar deviasi sebesar 11.20.
Jumlah aitem yang digunakan adalah 35 aitem dengan kategori jawaban dimulai dari 1 sampai 4, yaitu skor 4 untuk sangat setuju, 3 untuk skor setuju, 2 untuk skor tidak setuju, 1 untuk skor sangat tidak setuju. 4 option ini berlaku untuk pernyataan yang bersifat postif dan sebaliknya bila pernyataan bersifat negatif. Skor total teoritik data resiliensi antara 35 sampai 137, sedangkan skor total empiris yang diperoleh dalam penelitian menyebar dari skor terendah 96 sampai skor tertinggi 137. Semakin tinggi skor total menunjukan resiliensi yang tinggi, sebaliknya semakin rendah skor total menunjukan resiliensi yang rendah. Dengan demikian untuk variabel resiliensi memiliki skor teoritik terendah 35 (1 X 35) dan skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 140 (4 X 35). Dalam menentukan tinggi rendahnya variable resiliensi, digunakan 4 kategori yakni sangat rendah, rendah, tinggi, sangat tinggi.
25 , 26 4
35 140
i
ka tegor i ba nya knya
ter enda h skor
ter tinggi skor
i
Tabel 4.6. Interval Resiliensi
Kategori Range N Prosentase
Sangat Tinggi 113,75 – 140 14 53,3%
Tinggi 87,50 - 113,175 16 46,7%
Rendah 61,25 - 87,50 0 0%
Sangat Rendah 35 - 61,25 0 0%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menjawab skala resiliensi pada kriteria sangat tinggi yaitu 53,3% atau sebanyak responden kemudian pada kriteria tinggi sebesar 46,7% atau sebanyak responden yang berada dalam kirteria ini. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden memiliki kategori resiliensi yang sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa resiliensi ibu yang memiliki anak retardasi mental di SLBN 1 Bantul, Yogyakarta berada pada tingkat yang diharapkan, dan perlu dipertahankan.
E. Uji Asumsi
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji linearitas dan uji korelasi.
1. Uji Normalitas
melakukan analisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Pengujian uji normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 4.7.
Hasil Uji Normalitas Religiusitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total
N 30
Normal Parametersa Mean 1.0947E2
Std. Deviation 1.17729E1 Most Extreme
Differences
Absolute .118
Positive .068
Negative -.118
Kolmogorov-Smirnov Z .647
Asymp. Sig. (1-tailed) .797
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.8.
Hasil Uji Normalitas Resiliensi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Total
N 30
Normal Parametersa Mean 1.1630E2
Std. Deviation 1.12070E1 Most Extreme
Differences
Absolute .092
Positive .082
Negative -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .502
Asymp. Sig. (1-tailed) .963
Pada uji normalitas diatas diperoleh koefisien Kolmogorov Smirnove sebesar 0.502 dengan signifikansi sebesar 0.963 (p > 0.05). dikarenakan signifikansi jauh diatas 0.05 maka sebaran data dikatakan normal. Dengan demikian variabel resiliensi normal dan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
2. Uji Linearitas
Tabel 4.9. Hasil Uji Lineraitas
ANOVA
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
RESILIENSI * RELIGIUSITAS
Between Groups
(Combined) 4127.700 23 179.465 2.224 .162 Linearity 3066.389 1 3066.389 38.000 .001 Deviation from
Linearity 1061.311 22 48.241 .598 .825
Within Groups 484.167 6 80.694
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,598 dengan sig. =0,825 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara religiusitas dengan resiliensi adalah linear.
3. Uji Korelasi
Perhitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi ujI normalitas dan uji linieritas. Perhitungan dalam analisis ini dilakukan dengan SPSS versi 16.0. Hasil korelasi antara religiusitas dengan resiliensi dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10. Hasil Uji Korelasi
religiusitas resiliensi Religiusitas Pearson
Correlation 1 .831
Sig. (1-tailed) .000
N 30 30
Resiliensi Pearson
Correlation .831 1
Sig. (1-tailed) .000
N 30 30
mempengaruhi resiliensi sebesar 69.05% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya.
F. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukan dapat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara Religuisitas dengan Resiliensi. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, hal ini ditunjukan dengan koefisien korelasi nilai (rxy) sebesar 0.831 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05). Nilai (r) yang positif dalam penelitian ini menunjukan bahwa kenaikan nilai variabel satu yaitu variable bebas (x) berupa Religiusitas diikuti dengan naiknya variabel tergantung (y) yaitu Resiliensi. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi resiliensi ibu dari anak retardasi mental, sebaliknya jika semakin rendah religuisitas maka semakin rendah pula resiliensi pada ibu yang memiliki anak retaradasi mental.
Pengaruh efektif religiusitas terhadap resiliensi dapat dilihat dari koefisien determinan atau koefisien korelasi yang dikuadratkan. Dalam penelitian ini (�2) memiliki nilai sebesar 69,05%. Hal ini mengindikasikan bahwa religuisitas secara umum memberikan pengaruh sebesar 69,05% terhadap resiliensi dan 30,95% resiliensi mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor lain ini dapat berupa faktor kognitif individu, faktor dukungan keluarga dan faktor komunitas (everall, 2006).
ini dapat memunculkan suatu bentuk ketahanan diri (resiliensi) ditengah keadaannya yang krisis.
Pemahaman mengenai religiusitas yang positif ini terlihat dari tingginya skor religiusitas yang bermakna adanya kemampuan para individu untuk bertahan dengan keadaan hidup yang krisis seperti halnya keadaan krisis pada ibu yang memiliki anak retardasi mental, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil data yang telah diperoleh semakin menjelaskan bahwa dengan mengetahui tingkat religiusitas yang dimiliki individu maka dapat diketahui pula gambaran resiliensi yang dimiliki individu tersebut.
Hubungan antara religiusitas dengan resiliensi telah banyak banyak ditunjukan dalam berbagai penelitian. Adanya religiusitas membuat individu semakin dapat bertahan dengan permasalahan yang sedang dihadapinya. Individu akan memaknai stres yang berat bukan sebagai stres yang berat (Smet, 1994) religiusitas muncul sebagai landasan utama individu menemukan ketenangan diri dan batin, hal ini dapat memunculkan suatu bentuk ketahanan diri (resiliensi) dalam diri individu, ditengah keadaannya yang krisis.
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian terhadap korban penyintas bencana merapi (Retnowati, 2011). Sama dengan penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki anak retardasi mental, penelitian Retnowati terhadap korban penyintas bencana merapi tersebut juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang yang positif secara signifikan antara religiusitas dengan resiliensinya.
khususnya yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan anaknya. Ibu sebagai orang terdekat dalam kehidupan anak dapat membantu anak retaradasi mental dalam meningkatkan perkembangan sosial anak. Pengasuhan yang penuh cinta kasih dan perhatian kepada anak merupakan hal yang dibutuhan oleh anak retardasi mental (Yohana, 2001).
Religiusitas berperan penting sebagai landasan dasar ibu yang memiliki anak retardasi mental untuk menemukan potensi resiliensi yang ada didalam dirinya. Berbekal kepatuhan terhadap Tuhan dan menjalankan ajaran agama dengan baik, individu yang mengalami suatu bentuk permasalahan akan menemukan ketenangan batin dan kekuatan dalam diri untuk merespon secara positif masalah yang sedang dihadapi seperti halnya masalah yang dialami ibu dengan memiliki anak retardasi mental (Jalaludin, 2010). Respon secara positif inilah yang kemudian memunculkan suatu bentuk kekuatan dan ketahanan (resiliensi) untuk menghadapi suatu masalah dan tentunya guna mencapai kepandaian mencari solusi permasalahan.
mengalami kekhawatiran, karena kesetiaan dan keyakinan mereka akan pertolongan Tuhan, akan senantiasa dipelihara oleh Tuhan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat religiusitas resiliensi yang tinggi. Religiusitas mereka yang tinggi terlihat dari pemahaman yang dalam tentang agama mereka masing-masing, beberapa dari mereka tekun melaksanakan ibadah dan melaksanakan kewajiban-kewajiban agama secara rutin dan taat. Penerapan tentang agama sebagaian besar telah mereka dapatkan dari orangtua mereka. Mereka mengakui bahwa dari kecil ajaran agama dari orangtua memang sudah melekat dalam diri mereka. Data ini peneliti dapatkan berdasarkan hasil wawancara yang tidak terencana, karena dimana situasi peneliti harus membacakan skala kepada beberapa subjek yang tidak bisa membaca, dan dalam proses pengisian skalaseperti ini terjadilah proses wawancara yang tidak terencana karena subjek dapat menjelaskan secara verbal tentang kehidupan religiusitas dan resiliensi yang mereka alami dengan memiliki anak retardasi mental. Disamping religiusitas, resiliensi mereka juga nampak karena mereka senantiasa mengasuh dan mendidik anak mereka, walaupun banyak celaan namun hal seperti itu tidak pernah mereka hiraukan. Kasih sayang mereka terhadap anak mereka dan perhatian mereka terhadap pendidikan anak mereka sangat besar, hal ini dapat terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama masa penelitian, para ibu dengan sabar menunggu anaknya sekolah.