SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I )
Oleh:
ABUYAMIN SIPUTRA
NIM : B 74210074
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Abuyamin Siputra 2016: Sistem Koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri
Cabang Surabaya.
Masalah ini diteliti disini adalah sebagaimana sistem koordinasi di
Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Dalam menjawab permasalah tersebut
ditas adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, serta
analisis data yang digunakan adalah analisis domain yaitu menguraikan gambaran
obyek penelitian secara umum atau tingkat permukaan namun relatif utuh tentang
obyek penelitian tersebut. Hak ini digunakan untuk mengetahui sistem koordinasi
yang dilakukan oleh lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Jenis data yang
digunakan adalah data yang berbentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data
tertulis. Sumber data berupa informan dan dokumentasi. Di samping itu
tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap pra lapangan, tahap-tahap pekerjaan, dan
tahap analisis data. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,
dokumentasi dan observasi, sedangkan untuk keabsahan datanya menggunakan
ketekunan pengalaman dan triangulasi.
Sistem Koordinasi adalah Alat kelengkapan kerja dalam proses
pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang
terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien. Di lembaga yatim mandiri untuk bisa
mencapai target-target yang ditentukan oleh kepala Yatim Mandiri Cabang
Surabaya di semua unit dan sistem harus dibutuhkan bermanfaaat bagi kepala
Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya memiliki Sistem Koordinasi
meliputi struktur organisasi ada manajer, Devisi Program, Devisi Keuangan,
Devisi Adminstrasi, Devisi Umum, Devisi Fundraising.
Di dalam Yatim Mandiri memiliki koordinasi dalam penyampaian
informasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya yaitu memiliki: Sistem Informasi
DAFTAR ISI
Persetujuan Dosen Pembimbing... i
Pengesahan Tim Penguji... ii
Motto... iii
Persembahan... iv
Pernyataan Pertanggungjawaban Otentisitas Skripsi... v
Abstrak... vi
Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif...22
4. Pendekatan terhadap tercapainya koordinasi yang efektif...23
D. Tahap-Tahap Penelitian...50
E. Teknik Pengumpulan Data...52
1. Observasi...52
2. Wawancara...53
3. Dokumentasi...54
F. Teknik Validitas Data...55
G. Teknik Analisis Data...56
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….…57
1. Sejarah Berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya...57
2. Visi dan Misi Yatim Mandiri...60
3. Struktur Organisasi Yatim Mandiri……….……61
B. Penyajian Data Yatim Mandiri……….….. ..69
1. Sistem di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...69
2. Koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...71
C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)...97
1. Sistem... ....97
2. Koordinasi...102
3. Sistem Koordinasi...104
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...108
B. Saran dan Rekomendasi...109 C. Keterbatasan Penelitian...110
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dan kesuksesan sebuah lembaga tidak lepas dari yang
namanya koordinasi. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala cabang
Yayasan Yatim Mandiri Surabaya. Menurut salah satu staff program
Yayasan Yatim Mandiri Cabang. Surabaya yang bernama Aan Khunaefi,
“keberhasilan koordinasi sebuah lembaga terutama lembaga Yatim
Mandiri Cabang Surabaya adalah karena adanya satu kesatuan antara staff
program, staff landing, dan marketing atau semua sistem yang ada di
cabang Surabaya.”1
Di dalam sistem koordinasi sendiri adalah suatu kumpulan bagian
saling berhubungan dan bergantungan serta diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan yang terpisah (unit-unit)
suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan
menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingg terdapat kerjasama
yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud itu anatara lain
dengan memberikan instruksi, perintah, mengadakan
1
pertemuan dalam mana diberikan penjelasan-penjelasan, bimbingan atau
nasihat, mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran. Dalam
sistem akan diterima masukkan (inputs) yang kemudian diubah atau
diproses untuk menghasilkan keluaran (outputs).
Karakteristik pandangan sistem adalah saling berhubungan antara
bagian-bagiannya. Organisasi yang lebih besar adalah suatu sistem yang
terdiri dari subsistem-subsistem2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem
terbuka dan sistem tertutup.
Sistem terbuka mengakui adanya saling hubungan (interaction)
yang dinamis antara sistem dengan lingkungan. Organisasi memperoleh
bahan baku dan sumber daya manusia dari lingkungan, dan kehidupan
organisasi tergantung pada langganan dan konsumen yang ada di
lingkungan untuk menyerap hasil keluaran/outputs.
Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:
1. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis tugas.
Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai dengan
spesialisasinya, yang merupakan disiplin ilmuaih tersendiri. Berkat
berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu spesialisasi yang
merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat maju dengan
2
A.M. Kadarman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Gramedia, 1996), hal 8-9
pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan dicapai tidak mungkin
dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan disiplin-disiplin yang lain.
Karena itu diperlukan koordinasi dan hubungan kerja yang bersifat
antar atau multidisiplin.
2. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).
Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap
instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya.
Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan adanya
kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang harus
bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja sama
dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi
mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah
melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam
menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan
diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau
multifungsi.
3. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).
Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang dilakukan
adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan demikian
pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia
Indonesia dengan berbagai masalahnya.3
3
Sistem koordinasi merupakan salah satu hal yang penting
dalam suatu lembaga atau perusahaan. Jadi peneliti akan melakukan
penelitian di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tentang
bagaimana sistem koordinasi yang ada di dalamnya yang menjadikan
keberhasilan sampai saat ini.
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini terfokus pada Sistem Koordinasi di lembaga Yatim
Mandiri untuk mempertahankan tingkat koordinasi. Dari fokus ini,
terumuskan masalah penelitian, yaitu:
1. Bagaimana sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri Cabang
Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri
Cabang Surabaya itu sendiri
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoristis
a. Bagi penulis atau peneliti
1) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri
Cabang Surabaya. Seperti yang telah dijelaskan dalam mata
2) Untuk melatih cara berpikir yang praktis, sistematis,
obyektif dan ilmiah serta sebagai sarana untuk memperluas
cakrawala ilmu penulis terhadap kesuksesan dan
keberhasilan lembaga atau perusahaan.
b. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini akan memperkaya pemikiran bagi
lembaga akademis, untuk menambah bahan bacaan tentang
sistem koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya
serta dapat dipakai atau dijadikan refrensi bagi mahasiswa lain.
2. Manfaat Praktis
a. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada Lembaga Yatim Mandiri Cabang
Surabaya agar menjadikan lembaga menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi masyarakat. Dan selalu lebih baik dalam
menerapkan sistem koordinasi di internal lembaga.
E. Definisi Konsep
1. Sistem
Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap
manajemen memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan
satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan.
Pendekatan ini tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah,
tetapi memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh
itu. Teori sistem ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi
berpengaruh terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk
menerapkan konsep ini, seorang manajer harus berhubungan dengan
pihak-pihak lain yang terkait dengan satuan dia bertugas.
Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum
menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:
a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem
yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem
yang lebih luas dan besar.
b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari
tumpukan bagian-bagian.
c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil
penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling
berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu
organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau
mereka bertindak sendiri-sendiri.
d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang
terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan
dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.
e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu
terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan
kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.
f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi
termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan
transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran
berupa barang dan jasa.
g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem
yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan
yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin
diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.4
2. Koordinasi
Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan
departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan
mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan
sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan.
4
Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka
Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam
kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat
dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling
ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila
tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat
koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang
tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak
dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta
saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat
dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang
tinggi.
3. Panti Asuhan
Pengertian Panti Asuhan adalah suatu lembaga pelayanan
professional yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dari
pelayanan pengganti fungsi orang tua kepada anak terlantar. Sedangkan
anak terlantar itu sendiri adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya
secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.
a) Panti asuhan
Adapun tujuan panti asuhan sebagai berikut:
1. Terwujudnya hak atau kebutuhan anak yaitu kelangsungan
2. Terwujudnya kualitas pelayanan atas dasar standar
professional.
a. Dikelola oleh tenaga pelaksanaan yang memenuhi standar
profesi.
b. Terlaksananya manajemen kasus sebagai pendekatan
pelayanan yang memungkinkan anak memperoleh
pemenuhan kebutuhan yang berasal dari keanekaragaman.
c. Meningkatkannya kualitas kehidupan sehari-hari
dilingkungan panti yang memungkinkan anak berintegrasi
dengan masyarakat secara serasi dan harmonis.
d. Meningkatkan kepedulian masyarakat sebagai melawan
sosial.
3. Terwujudnya jaringan kerja dan informasi pelayanan
kesejahteraan secara berkelanjutan baik horizontal maupun
vertikal.
b) Fungsi Panti Asuhan
Panti Asuhan melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial
kepada anak atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Atas
1.Sebagai pelayanan kesejahteraan anak. Panti asuhan
melaksanakan pelayanan pengganti fungsi orang tua.
2.Sebagai sumber data, informasi, dan konsultasi
kesejahteraan anak.
3.Sebagai lembaga rujukan. Panti asuhan melaksanakan
rujukan baik bagi keluarga, masyarakat, pemerintah
maupun pihak lain.
4.Sebagai lahan pengabdian masyarakat dibidang pelayanan
kesejahteraan anak. Panti asuhan merupakan lembaga
yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk
melaksanakan pengabdian khususnya pelayanan
kesejahteraan anak.5
F. Sistematika Pembahasan
Sistem pembahasan dalam skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Pada BAB I ini berisi tentang pendahuluan yang mengenai latar
belakang masalah, fokus penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep, dan sistematika pembahasan.
b. Pada BAB II yaitu penelitian terdahulu yang relevan dan Kerangka
Teori, penelitian dimana di bahas mengenai kajian tentang sistem,
koordinasi, sistem koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.
5
Departemen Sosial RI “Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan
c. Pada BAB III ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian
yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik validitas data, teknik analisis data.
d. Pada BAB IV berisikan hasil penelitian. Diantaranya adalah
gambaran umum objek penelitian, penyajian data, pembahasan
hasil penelitian (analisis data). Gambaran umum objek penelitian
adalah menggambarkan tentang situasi dan kondisi di dalam
lapangan. Penyajian Data adalah berisikan tentan data-data yang
bersangkutan dengan jawaban dari rumusan masalah. Pada bab ini
pembaca akan mengetahui hasil pembahasan penelitian tentang
topik yang diteliti sedangkan analisis data yakni menganalisis dari
data-data yang sudah terkumpul.
e. Pada BAB V berisikan tentang penutup. Terdiri dari beberapa sub
bab yakni kesimpulan yang merupakan merumuskan ulang
menyimpulkan jawaban rumusan masalah penelitian. Selain itu
berisikan saran dan rekomendasi, juga penjelasan singkat tentang
keterbatasan penelitian dan kemudian di lanjutkan dengan bagian
akhir yang berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, pedoman
BAB II
TEORI KOORDINASI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Ada tujuh kajian tentang koordinasi. Pertama, kajian fungsi
koordinasi. Kajian ini diteliti oleh Wahyudi1, Setianingsih2, Rahmatullah3,
Chusniati4, dan Nasukhah5. Kedua, kajian, tentang sistem koordinasi yang
diteliti oleh Saputra6, Lailiyah7, Sianaga8, Lutfiyah9, Siregar10, Bakara11,
1
Didik Wahyudi “Fungsi Koordinasi dalam pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat”, Skripsi
(Surabaya: jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
2 Rahayu Setianingsih “Penerapan Fungsi Koordinasi dalam mewujudkan tujuan koperasi
karyawan RSI Siti Hajar Sidoarjo”, Skripsi ( Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
3
Zainul Arif Rahmatullah “Manajemen Penyelenggaraan haji (studi Deskriptif tentang fungsi koordinasi) Penyelenggaraan Haji di departemen Agama Kabupaten Probolinggo”, Skripsi
(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
4 Lilik Chusniati “ Manajemen Penyelenggaraan haji (Studi Analisis tentang fungsi koordinasi
penyelenggaraan haji di Departemen Agama Kabupaten Jombang)”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
5 Zuhan Nasukhah “Studi Tentang Koordinasi dalam KBIH Amanat Bangsa Surabaya”,
Skripsi
(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
6 Hendra Saputra “Sistem Koordinasi Kerja pada PT Perkebunan Nusantara II (PTPN) II kebun
tandem” Jurnal Plans (Vol. III No. 1 Maret 2008)
7 Lilik Lailiyah “Sistem Koordinasi antara remaja masjid dan ta’mir dalam melaksanakaan
aktivitas di Majid Subakir Geluran Sidoarjo”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
8
King Richter Sinaga “Sistem Koordinasi antara otoritas jasa keuangan dengan lembaga penanganan Bank gagal berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan”, Skripsi (Medan: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)
9 Dewi Lutfiyah “Sistem Koordinasi (Studi Analisa Terhadap Organisasi Kormas (Koordinasi
dan Abdulloh12. Kajian Ketiga, tentang Analisis Koordinasi yang diteliti
oleh Hariyanto13, dan Bayasut14. Dan kelima, tentang Koordinasi Kerja
yang ditulis oleh Yunita15. Keenam, tentang Studi Koordinasi yang ditulis
oleh Widyadana16.
Skripsi ini menulis atau mengkaji tentang Sistem Koordinasi.
Penelitian ini terfokus pada anak yatim/ yayasan anak yatim dengan
demikian orisinalitas dapat dibuktikan dan diteruskan oleh literatur diatas.
B. Kerangka Teori
1. Sistem
Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap manajemen
memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan satu kesatuan
10 Bismar Nasution Mahmul Siregar, Rebekka Dosma Sinaga “Sistem Koordinasi antara bank
Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan dalam pengawasan Bank setelah lahirnya undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan” Jurnal Hukum Ekonomi (Vol. 1 No. 2 tahun 2013)
11 Jakondar Bakara “Suatu Pemikiran tentang Sistem Koordinasi Pemanfaatan Industri Nasional
dalam Pengembangan tentang roket” Jurnal Analisis dan Informasi kedigantaraan (Vol. 1 No. 2 desember 2012)
12 Abdulloh “Sistem Koordinasi Ikatan Keluarga pondok pesantren Darul Ulum di Komisariat
Sidoarjo’’, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
13Dwi Puji Hariyanto “Analisis Koordinasi overcurrent dan Recloser Nusantara Cilacap”,
Jurnal Teknik Elektro (Vol. 1 No. 1 tahun 2009)
14 Emal Zain Muzambeh Tun Bayasut “Analisa dan Koordinasi sinyal antara simpang pada ruas
jalan Diponegoro”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
15 Veny Surya Yunita “Pengaruh komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahann terhadap
koordinasi kerja di PT Taspen (persero) Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)
16 I Gede Agus Widyadana, Felecia “Studi Koordinasi produksi penjualan dan sistem pembayaran
yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini
tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah, tetapi memandang
organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan sebagian dari
sistem yang lebih besar yaitu lingkungan organisasi itu. Teori sistem
ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi berpengaruh terhadap
kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk menerapkan konsep ini,
seorang manajer harus berhubungan dengan pihak-pihak lain yang
terkait dengan satuan dia bertugas.
Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum
menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:
a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem
yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem
yang lebih luas dan besar.
b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari
tumpukan bagian-bagian.
c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil
penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling
berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu
organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau
d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang
terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan
dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.
e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu
sistem dan sistem lain terdapat batas yang berbeda antara sistem
terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan
kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.
f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi
termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan
transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran
berupa barang dan jasa.
g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem
yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan
yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin
diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.
Dengan teori ini manajer dipermudah untuk meramalkan apa
yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan juga dapat memelihara
keseimbangan antar bagian atau antar bagian dengan kepentingan
organisasi keseluruhan.17
17
Agus Dharma mengatakan ada empat sistem yang diterapkan
dalam organisasi-organisasi yaitu sebagai berikut:
a. Pimpinan dipandang tidak merasa yakin atau percaya terhadap
bawahan, karena mereka jarang dilibatkan dalam setiap aspek
proses pengampilan keputusan dan penyusunan tujuan organisasi
dilakukan pada tingkat atas dan diumumkan ke bawah melalui
garis komando. Bawahan dipaksa untuk bekerja dengan
menimbulkan rasa takut, ancaman, hukuman, serta ganjaran
temporer dan pemenuhan kebutuhan pada level fisiologis dan rasa
aman. Interaksi atasan bawahan yang terjadi biasanya disertai
dengan rasa takut dan tidak percaya. Meskipun proses
pengendalian sangat dipusatkan pada pimpinan teras, pada
umumnya berkembang organisasi informal yang tujuannya
bertentangan dengan tujuan organisasi formal.
b. Pimpinan dipandang kurang memiliki rasa yakin dan kepercayaan
terhadap bawahan, seperti halnya sikap majikan terhadap pelayan.
Pengembalian keputusan dan penyusunan tujuan organisasi
dilakukan pada tingkat ata, tetapi telah banyak keputusan yang
diambil pada level yang lebih rendah. Ganjaran dan hukuman
digunakan untuk memotivasi karyawan. Setiap interaksi
atasan-bawahan yang terjadi dibarengi dengan sikap merendahkan dari
proses pengendalian masih dipusatkan pada pimpinan teras,
sebagian dilimpahkan kepada level menengah dan level bawah.
Biasanya timbul organisasi-organisasi informal, tetapi tidak
selamnya menentang tujuan organisasi formal.
c. Pimpinan dipandang cukup sekalipun tidak sepenuhnya memiliki
rasa yakin dan kepercayaan terhadap bawahan. Kebijaksanaan dan
keputusan umum diambil pada tingkat atas organisasi, tetapi
bawahan diperkenankan untuk mengambil keputusan-keputusan
khusus pada level bawah. Arus komunikasi berlangsung ke atas
dan bawah hirarki. Ganjaran, hukuman, dan keterlibatan tertentu
digunakan untuk memotivasi karyawan. Terdapat adanya jumlah
interaksi yang moderat antara atasan dengan bawahan, yang sering
dibarengi dengan rasa yakin dan kepercayaan yang cukup.
Aspek-aspek pengendalian yang signifikan dilimphakan kebawahan
dengan perasaan tanggung jawab pada level atas dan level bawah.
Organisasi informal dapat timbul, tetapi organisasi ini boleh jadi
mendukung atau sedikit menentang tujuan organisasi formal.
d. Pimpinan dipandang memiliki rasa yakin dan kepercayaan penuh
terhadap bawahan. Pengembalian kepetusan disebarluaskan
diseluruh level organisasi, sekalipun dipadukan dengan baik. Arus
komunikasi tidak hanya ke atas dan ke bawah hirarki, tetapi juga
keterlibatan dalam penetapan ganjaran ekonomi, penyusunan
tujuan peningkatan metode, dan penilaian kemajuan kearah
pencapaian tujuan. Terdapat adanya interaksi yang ekstensif dan
bersahabat antara atasan dan bawahan yang dilandasi enggan rasa
yakin dan kepercayaan yang tinggi. Tanggung jawab proses
pengendalian tersebar diantara para anggota organisasi, dengan
keterlibatan penuh unit-unit kerja pada level bawah. Organisasi
informal dan formal sering menjadi satu dan tidak dipisahkan.
Dengan demikian, semua kekuatan sosial mendukung upaya untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan.18
2. Koordinasi
Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan
dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan
departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan
mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan
sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara
keseluruhan.
18
Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam
kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat
dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling
ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila
tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat
koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang
tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak
dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta
saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat
dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang
tinggi.
Ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan
organisasi, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang menyatu (Pooled Interdependence),
bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan
yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung
pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu
hasil akhir.
b. Saling ketergantungan yang berurutan (Sequential
Interdependence), dimana suatu satuan organisasi harus melakukan
pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat
c. Saling timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan
hubungan memberikan dan menerima antar satuan organisasi.19
3. Fungsi Koordinasi
a. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen dengan kata lain
bahwa koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan. Sebagai
fungsi organik, pimpinan memiliki kekhasan bila dibandingkan
dengan fungsi-fungsi organik lainya. Dikatakan khas karena fungsi
koordinasi mencakup pula fungsi-fungsi lainnya, seperti:
perencanaan, staffing, motivasi, pengawasan dan lain sebagainya.
b. Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran
mekanisme prosedur kerja dari berbagai macam komponen dalam
organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat
terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan
menghindari seminimal mungkin perselisihan (friction) yang
timbul antara komponen dalam organisasi yang sama dan
mengusahakan semaksimal mungkin kerja sama diantara
komponen-komponen tersebut.
c. Koordinasi merupakan usaha mengarahkan dan menyatukan
kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja organisasi, sehingga
organisasi dapat bergerak sebagai kesatuan yang bulat untuk
19
melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuannya. Jelasnya koordinasi mengandung makna
adanya keterpaduan (integrasi) dan keserasian serta kesimultanan
(sinkronisasi) seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi.
Hal ini sesuai dengan prinsip; koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi.
d. Koordinasi adalah faktor dominan yang perlu diperhatikan bagi
kelangsungan hidup suatu organisasi. Dikatakan sebagai faktor
dominan karena kelangsungan hidup suatu organisasi pada tingkat
tertentu ditentukan oleh kualitas usaha-usaha koordinasi yang
dijalankan. Karena itu seorang pemimpin dikatakan sebagai
pimpinan yang berhasil apabila ia dapat melakukan koordinasi
dengan baik. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha
yang perlu dilakukan terus-menerus, karena masalahnya bukan
hanya masalah teknik semata-mata, tetapi juga tergantung dari
sikap, tindakan dan langkah dari pemegang fungsi organik
sebagaimana yang telah diuraikan diatas.
e. Koordinasi tetap memainkan peranan yang penting dalam
merumuskan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
Kebutuhan koordinasi berbeda dalam hal sejauh mana
aktivitas-aktivitas itu perlu diintegrasikan dengan aktivitas unit-unit
komunikasi dari tugas-tugas yang dilaksanakan serta tingkat kegiatan
yang dikerjakan.
Kebutuhan koordinasi menurut Stoner dan Wankel dapat
dibedakan menjadi 3 variasi yaitu:
a. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan kelompok (pooled
interdependence).
b. Kebutuhan Koordiansi atas ketergantungan sekuensial (pooled
interdependence).
c. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan timbal balik
(reciprocal interdependence).
4. Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif
Demikian pula apabila prestasi spesialisasi meningkat, maka
akan memperbesar kebutuhan akan koordinasi. Sumber
ketidakefektifan tersebut dikarenakan munculnya perbedaan dalam
sikap dan gaya kerja berbagai individu dan bagian/unit didalam
organisasi.
Perbedaan-perbedaan yang mempersulit efektivitas koordinasi adalah:
a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu.
c. Perbedaan orientasi antarpribadi.
d. Perbedaan dalam formulasi struktur.
Pendekatan potensi koordinasi ini dikaitkan dengan pendapat
yang mengatakan bahwa kunci koordinasi yang efektif adalah
komunikasi. Pendekataan potensi koordinasi ini meliputi Sistem
Informasi Vertikal, Sistem Informasi Lateral, dan Sistem Informasi
Manajer Penghubung.
a. Sistem Informsi Vertikal
Sistem Informasi Vertikal adalah suatu sistem informasi dimana
informasi dapat dikirimkan ke atas dan ke bawah jenjang
organisasi.
b. Sistem Informasi Lateral.
Sistem Informasi Lateral adalah mengabaikan rantai komando.
Hubungan lateral memungkinkan adanya pertukaran informasi
yang dibutuhkan dapat dipertanggungjawabakan.
c. Sistem Informasi Manajer Penghubung
Manajer Penghubung mempunyai wewenang formal atas semua
unit yang terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu
dimanfaatkan apabila diperkirakan koordinasi secara efektif tidak
berhasil dilaksanakan.20
6. Teknik Pengkoordinasian
Koordinasi menjadi penting dalam rangka pencapaian efisiensi.
Terciptanya efisiensi adalah karena adanya perpaduan arah dan
20
kegiatan dari penggunaan berbagai sumber. Ada lima cara
menciptakan koordinasi, yaitu:
a. Koordinasi melalui kewenangan.
Wewenang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
menciptakan koordinasi yang baik. Pada dasarnya cara ini efektif
untuk menciptakan koordinasi yang seragam. Namun organisasi
yang betul-betul seragam seratus persen jarang ada. Kebanyakan
organisasi bersifat heterogen.
b. Koordinasi melalui konsensus.
1) Konsensus melalui motivasi.
Motivasi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan usaha-usaha koordinasi, terutama dalam
organisasi yang besar dan kompleks, yang mempunyai jenis
dan fungsi yang beraneka ragam. Motivasi yang dimaksud
antara lain dapat berupa kepentingan bersama, nilai-nilai yang
dimiliki bersama, bahkan dalam situasi tertentu mempunyai
perasaan solidaritas berdasarkan pada kesetiakawanan yang
dapat dipergunakan dalam menjamin kelancaran koordinasi.
2) Konsensus melalui sistem saling membantu.
Sistem timbal balik/saling membantu dapat dipergunakan
a) Konsensus melalui ide.
Konsensus melalui ide adalah usaha setiap orang yang
bekerja dalam organisasi untuk mengidentifikasikan dirinya
dalam keseluruhan tujuan yang hendak dicapai oleh
organisasi.
c. Koordinasi melalui pedoman kerja
Kebijaksanaan yang telah ditetapkan baik mengenai tugas,
wewenang, hubungan, tata kerja serta prosedur kerja, agar terdapat
kesatuan gerak dan kesatuan tindakan, sebaliknya dituangkan dlam
suatu ketentuan atau petunjuk yang sifatnya baku.
d. Koordinasi melalui forum.
Yang dimaksud koordinasi melalui forum adalah
penggunaan suatu wadah tertentu yang dipergunakan sebagai cara
mengadakan tukar-menukar informasi, konsultasi, memecahkan
suatu masalah.
e. Koordinasi melalui konferensi.
Koordinasi melalui ini diartikan dengan siding-sidang yang
dilakukan pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana dalam
rangkaian pengambilan keputusan terhadap masalah yang timbul
dalam pelaksanaan.
f. Jenis-jenis Koordinasi
1) Koordinasi vertikal.
3) Koordinasi diagonal.
7. Sistem Koordinasi
Pengertian Sistem Koordinasi adalah suatu kumpulan bagian
yang saling berhubungan dan bergantung serta diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional), suatu organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi,
individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas
peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan memulai mengejar
kepentingan sendir, yang sering merugikan pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan.
Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:
Pendekatan antardisiplin.
Pendekatan multifungsional.
Pendekatan lintas sektor.
a. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).
Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis
tugas. Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai
Berkat berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu
spesialisasi yang merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat
maju dengan pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan
dicapai tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan
disiplin-disiplin yang lain. Karena itu diperlukan koordinasi dan
hubungan kerja yang bersifat antar atau multidisiplin.
b. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).
Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap
instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya.
Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan
adanya kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang
harus bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja
sama dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi
mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah
melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam
menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan
diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau
c. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).
Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang
dilakukan adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan
demikian pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia Indonesia dengan berbagai masalahnya.21
8. Yatim Mandiri
Yatim Mandiri adalah Lembaga nirlaba yang concern pada
upaya memandirikan anak yatim dan janda dhuafa melalui pengelolaan
zakat, infaq, sedekah dan waka Yatim Mandiri sebagai salah satu
lembaga nirlaba yang mengemban visi daan misi untuk mendirikan
anak yatim telah melakukan berbagai langkah dan stertegi, mulai dari
kegiatan penghimpunan dan ZIS dan wakaf (Fundraising), serta
penyaluran (Landing) yang dikemas dalam berbagai macam program
dalam rangka memandirikan dan pemberdayaan anak yatim.
Selain aktivitas penghimpunan dana dan penyaluran melalui
program-program tersebut, maka inovasi, penyempernaan dan
penyesuaian dalam sisi operasional (back office) yayasan juga
merupakan bagian penting untuk menunjang kedua kegiatan diatas.
21
Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung dan menunjang satu sama lain untuk mewujudkan tujuan
akhir dari yayasan. Transparansi, ketepatan dan kenyamanan para
donatur sangatlah penting, sehingga dari sisi operasional dituntut untuk
melakukan inovasi secara terus-menerus dan penyempurnaan. Baik
dari sisi Sumber Daya Manusia, Sistem Keuangan dan Information
technology.
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aset terpenting
dalam satu organisasi. Yatim Mandiri menerapkan strategi
pengembangan SDM dengan peningkatan kualitas SDM secara
terus-menerus. Sehingga memiliki tingkat kemampuan profesional yang
lebih baik, melalui serangkaian pembinaan pelatihan secara
berkesinambungan.
Sistem Finance and Accounting yang diterapkan sudah
terintegrasi dengan sistem donasi para donatur atau yang lebih dikenal
dengan sebutan e-ZIS system. Dengan sistem tersebut dapat
mempermudah akses informasi lain yang dibutuhkan. Saat ini, sistem
tersebut dalam proses penyempurnaan dan pengembangan sesuai
dengan kebutuhan yayasan untuk tetap menunjang transparansi,
ketepatan dan kecepatan penyampaian informasi.
Dari sisi Information technology, secara terus-menerus
technology untuk aktifitas Fundraising, Media Informasi, Komunikasi
dengan Stakeholder dan Database Management.
Rencana kedepan Information technology akan terus
mengembangkan sistem yang ada guna memperlancar dan
mempermudah untuk melakukan donasi, komunikasi dan sarana
belajar seperti Portal ZISCO, Portal Muzaki, E-larning dan Human
Resource Information System.
Dan bahkan untuk lebih memantapkan program yang ada, maka
Yatim Mandiri ke depan akan mengintegrasikan Technology
Information antara Yatim Mandiri dan Strategic Partnership.
Tuntunan untuk selalu melakukan inovasi serta totalitas dalam
pengelolaan yayasan (Fundrising, Landing, Operasional) baik dari sisi
perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), evaluasi (Check) dan tindakan
lanjutan (Action) terus harus dilakukan secara kesinambungan, karena
kedua hal tersebut merupakan modal dasar tercapainya kemandirian
yayasan dengan pengelolaan secara profesional dan amanah.
Tujuan Yatim Mandiri
a. Mengajak masyarakat untuk bersama-sama membina anak yatim
b. Meningkatkan kualitas dan daya saing anak yatim
9. Perspektif Islam (Sub-bab Khusus)
Artinya: “Dan tolong-menolong kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pernusuhan. Dan bertakwawalah kamu
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya.” (Surat
Al-Mai’dah ayat 2).
Perintah bertolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan
dan takwa, adalah termasuk pokok-pokok petunjuk sosial dalam
Al-Qur’an. Karena, ia mewajibkan kepada manusia agar saling
memberi bantuan satu sama lain dalam mengerjakan apa saja yang
berguna bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok, baik
dalam perkara agama maupun dunia, juga dalam melakukan setiap
berbuat takwa, yang dengan itu mereka mencegah terjadinya
kerusakan dan bahaya yang mengancam keselamatan mereka.
Kaum musimin, pada masa-masa pertama telah mampu
bertolong-tolongan sesamanya dalam melakukan kebaikan dan
takwa tanpa memerlukan suatu ikatan perjanjian, seperti halnya
diikat dengan hanya janji dan sumpah Allah saja, tak perlu yang
lain-lain.
Tetapi, setelah janji Allah itu pada perkembangannya
banyak dilanggar orang, maka perlu diadakan organisasi-organisasi
untuk menghimpun kelompok-kelompok kaum muslimin, dan
mendorong mereka menegakkan kewajiban ini, yaitu
bertolong-tolongan mengerjakan kebaikan dan takwa.
Sekarang ini, sudah jarang sekali melihat orang yang mau
menolong suatu pekerjaan kebajikan, kecuali apabila orang itu ada
ikatan janji untuk suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, diadakan
organisasi-organisasi sekarang adalah termasuk syarat, yang
padanya tergantung terlaksananya kewajiban ini pada umumnya.
Begitu pula, agar kamu tidak terkena hukuman Allah,
lantaran kamu tidak memperhatikan sunnah-sunnah Allah. Karena,
betapapun, Sunnah-sunnah Allah itu sangat berpengaruh terhadap
penciptaan manusia, kepercayaan-kepercayaanmu dan
perbuatan-perbuatanmu. Oleh Karena itu, bila tidak diperhatikan, maka bisa
menyebabkan manusia terjerumus ke dalam kesesatan, dan berakhir
dengan akibat yang buruk sekali.22
22
Menurut Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam bukunya
menjelaskan bahwa. Maka para sahabat Nabi S.A.W. Berkata ‘Kita
adang saja mereka sebagaimana sahabat mereka telah mengadang
kami. ‘Maka Allah menurunkan ayat ini. “Firman Allah, “Bekerja
samalah dalam kebaikan dan takwa dan janganlah bekerja sama
dalam berbuat dosa dan permusuhan. “Allah Ta’ala menyuruh
hamba-hamba-Nya yang beriman supaya tolong-menolong dalam
mengerjakan berbagai kebaikan, yaitu kebaikan dan dalam
meninggalkan aneka kemungkaran, yaitu ketakwaan, serta
melarang mereka tolong-menolong dalam melakukan kebatilan dan
bekerja sama dalam berbuat dosa dan keharaman.23
Menurut Abdulmalik Abdulkarim Amrullah dalam
tafsirnya maka dianjurkan supaya dalam pekerjaan-pekerjaan yang
baik, atau kebajikan, yang di dalam Surat Al-Baqarah ayat 176
dahulu telah diterangkan panjang-lebar oleh Allah, mana-mana
pekerjaan yang termasuk kebajikan itu. Mengeluarkan harta untuk
pekerjaan yang mulia, menghormati ibu-bapa dan mengasihi
keluarga, memelihara anak yatim dan menolong fakir-miskin,
menegakkan sembahyang dan mengeluarkan zakat, semuanya telah
dijelaskan sebagai perbuatan kebajikan. Peninjauan kepada maksud
ayat ini bisa menjadi meluas kepada perkembangan lebih jauh.
23
Banyak pekerjaan kebajikan yang lain tidak dapat dipikul seorang
diri, dengan tolong-menolong baru lancar. Mendirikan langgar atau
mesjid, mendirikan rumah sekolah, mengatur pendidikan
kanak-kanak, mendirikan rumah pemeliharaan orang miskin, mengadakan
Da’wah Agama dan 1001 macam pekerjaan kebajikan yang lain,
baru dapat diangkat dengan tolong-menolong. Maka timbullah
fikiran mendirikan perkumpulan-perkumpulan Agama.
Maka ayat ini, menurut perkiraan penulis Tafsir ini,
menjadi alasan kuat untuk menganjurkan adanya
perkumpulan-perkumpulan dengan tujuan yang baik, laksana club-club
persahabatan. Supaya disamping beribadat kepada Tuhan
dilakukan pula dengan bertolong-tolongan segala urusan mengenai
bersama.24
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy mengungkapkan
dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur yaitu. Apalagi
menganiaya sesuatu kaum tidak akan berhasil tanpa dibantu oleh
banyak orang. Karena itu, Tuhan melarang mereka menganiaya
kaum tersebut, sebab dengan itu berarti mereka saling menolong
dalam melakukan kejahatan.
Bertolong-tolonglah kaum dalam kebaktian, yaitu segala
rupa kebajikan yang syara’ dan menumbuhkan ketenangan hati.
24
Janganlah kamu bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa, yaitu
sesuatu yang membawa durhaka kepada Allah, sebagaimana kamu
jangan bertolong-tolonglah dalam permusuhan.
Al-Qur’an menyuruh kita saling memberikan pertolongan
dalam segala sesuatu yang memberikan manfaat kepada umat, baik
mengenai dunia maupun akhirat. Inilah sebabnya, badan-badan
sosial dan perkumpulan keagamaan sangat diperlukan dalam masa
kini.
Kegiatan memberikan pertolongan pada awal kelahiran
Islam dilakukan tanpa bentuk organisasi, karena mereka terikat
dengan janji Allah. Pada masa sekarang kita perlu membentuk
badan-badan sosial agar seruan itu mendatangkan hasil.25
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia menceritakan, Rasulullah
S.A.W. bersabda:
“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya laksana bangunan yang
masing-masing bagian saling memperkuat.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).26
25
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 2 (Semarang: Pustaka Riski Putra, 2000) hal 1028-1029
26
Penjelasan dari skripsi penulis yaitu Sistem koordinasi di
yatim mandiri dilaksanakan secara individu dari tiap karyawan
yatim mandiri, karena sistem koordinasi di yatim mandiri
menggunakan sistem saling berhubungan dari staff dalam dan staff
luar. Apabila sistem koordinasi dilakukan secara individu, maka
tiap devisi dalam staff yatim mandiri tidak bisa melakukan
aktivitas dengan maksimal atau gagalnya suatu pekerjaan tersebut,
karena kurangnya sistem koordinasi di yatim mandiri cabang
Surabaya. Kalau sistem koordinasi di yatim mandiri agar
terciptanya suatu hubungan antara setiap devisi sehingga
memudahkan setiap devisi untuk melakukan aktivitas dengan rapi,
karena terbentuknya suatu koodinasi dalam setiap pekerjaan dan
kalau ada koordinasi di yatim mandiri suatu pekerjaan akan
menjadi mudah.
Setiap dari devisi melakukan koordinasi atau aktivitas
pekerjaan. Dan wewenang seorang pemimpin ikut bergabung dan
mau menjadi ayoman bagi setiap devisi, agar berhargalah seorang
pemimpin berguna setiap para devisinya.
Koordinasi yatim mandiri, harus dilakukan mulai dari
perkumpulan kecil maupun perkumpulan besar. Agar dengan
mudah, karena tujuan koordinasi tertujuh pada semua pekerjaan
dan semua karyawan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tersebut.
Pada saat melakukan tujuan koordinasi disanalah
terciptanya suatu ide-ide atau gagasan yang muncul dari tiap devisi
sehingga terciptalah suasana yang sangat cemerlang dan ramai
ketika mendapatkan jalan keluar saat ingin melaksanakan kegiatan.
Sedangkan hubungan dengan anak yatim di yatim mandiri dan
penerima manfaat untuk anak yatim, mulai dari anak-anak yatim
sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas,
bahkan anak-anak yang sudah lulus sma, yatim mandiri ini masih
memberikan programnya yaitu MEC, tidak hanya itu bunda-bunda
yatim juga diberikan program yatim mandiri, bagaimana
hubungannya yaitu harus baik antara manajemen yatim mandiri,
pelaksana, dengan para donatur, harus sangat baik, harus
berhubungan erat. Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan beserta
perusahaan lain juga mengajak anak-anak yatim buka puasa
bersama pada saat bulan Muharram dan kalau yatim mandiri ada
acara luar di Taman Remaja itu pak Mutrofin selaku manajer juga
mengundang anak yatim. Yatim Mandiri berada untuk fokus
tingkat program pendidikan, program kesehatan, dan
Harta anak yatim di lembaga Yatim Mandiri Cabang
Surabaya yaitu program-program yang ada yatim mandiri
memberikan pelayanan yang terbaik kepada adik-adik yatim ya
disini program-programnya yang begitu banyak contoh ada
program rumah kemandirian yatim ini fokus kepada
pendidikannya, program beasiswamya, program alat-alat
sekolahnya, nah disini yatim mandiri memberikan yang terbaik
penerima manfaat tentunya dengan anak-anak yatim tingkat
sekolah dasar, tingkat sekolah lanjutan pertama, juga tingkat
sekolah lanjutan atas juga ada pendidikan khusus bagi program
interpreuner bagi adik-adik yang telah lulus sma, diberikan
program pendidikan lebih 1 tahun. Khusus komunitas bunda
mandiri sejahtera, jadi bunda-bunda yatim berkumpul di
kelompokkan berdasarkan masing-masing wilayah agar gampang
untuk mengkontrol sekaligus juga pembinaan lebih gampang, agar
harapan dari kelompok itu atau dari usaha kelompok itu bisa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena
populasinya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivistik.metode ini disebut juga
sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni
(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data
hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretive terhadap data yang
ditemukandi lapangan, metode penelitian naturalistic karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).
Disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode
lebih digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Peneliti
adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,
dan hsil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.1
1
2. Jenis Penelitian
Triangulasi adalah pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
Mengapa karena peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang telah ditemukan itu salah dan tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk ketekunan adalah dengan cara membaca
berbagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi
yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan ini maka wawasan peneliti
akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data
yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.2
B. Lokasi Penelitian
Dari jalan Wonocolo pabrik kulit melewati jalan Ahmad Yani
kemudian jalan Margorejo Indah di sebelah kiri jalan ada Plasa Marina dan
disebelah Plasa Marina terdapat Apartemen terletak di jalan Sidosermo, di
perduaan kiri jalan terdapat Alfamart dan terdapat beberapa toko yang
berjajar dan juga terdapat Masjid Nurul Iman dan di sebelah kanan jalan
2
terdapat rental mobi yang bernama Bismart Trans dan di sebelah kiri jalan
terdapat gedung pertemuan, setelah melewati gedung pertemuan itu belok
kanan terdapat gapura Bendul Merisi dan di sebelah kanan jalan sekolah
MAN Surabaya dan di sebelah kiri jalan terdapat Indomart dan di sebelah
kanan Jalan ada gedung pertemuan dan di sebelah ada masjid, belok kanan
di sebelah kiri jalan terdapat rumah warga, setelah itu belok kiri ada
beberapa rumah warga lurus sudah sampai ke tempat lokasi penelitian
jalan Bendul Merisi Selatan Blok 1 No 2A.
1. Profil Yatim Mandiri
Yatim Mandiri adalah lembaga nirlaba yang berkhidmat dan
concern dalam upaya memandirikan anak yatim melalui pengelolaan dan
zakat, infak, sedekah, wakaf, serta dana sosial lainnya baik secara
individu, kelompok, maupun perusahaan yang halal dan tidak mengikat.
Saat ini, Yatim Mandiri memiliki jaringan layanan di 40 kantor
cabang yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia. Dengan dukungan
kurang lebih 125.000 donatur loyal dari berbagai kalangan di tanah air,
hingga saat ini Yatim Mandiri telah memberikan manfaat melalui
program-program kemandirian kebapada lebih dari 40.000 anak yatim
tidak mampu. Fokus program kami dalam bidang pendidikan, kesehatan
pemberdayaan ekonomi, sosial kemanusiaan dan dakwah.3
3
2. Visi dan Misi Yatim Mandiri
Visi Yatim Mandiri menjadikan Lembaga terpercaya dalam
membangun kemandirian Yatim
Misi
Membangun nilai-nilai kemanusiaan
Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan sumber daya
untuk kemandirian Yatim
Meningkatkan Capacity Building Organisasi
PROGRAM YATIM MANDIRI
1) KESEHATAN
MOBIL SEHAT
Yatim Mandiri mengambil porsi lembaga yang fokus
memandirikan anak yatim dan dhuafa mengadakan program layanan
kesehatan keliling yang menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia
dengan program “Layanan Kesehatan Keliling”.
Tujuan
Layanan Kesehatan Keliling Yatim Mandiri bertujuaan untuk:
Menyediakan layanan kesehatan gratis untuk yatim dan dhuafa.
RSM (Rumah Sehat Mandiri)
Layanan kesehatan bermutu dengan biaya terjangkau untuk
masyarakat umum dan gratis untuk Yatim Dhu’afa berupa klinik yang
meliputi pemeriksaan dasar umum, laboratorium dasar, dan pemberian gizi
kepada anak yatim.
2) Pendidikan
ICMBS ( Isan Cendekia Mandiri Boarding School)
Sekolah tingkat SMP, dan SMA berasrama dengan program
Tahfidhul Qur’an leadership, Akademik, Kurikulum Nasional untuk Yatim
dhu’afa. Sehingga akan lahir lulusan yang terdidik, mandiri, dan
berwawasan internasional.
MEC (Mandiri Entrepeneur Center)
Program diklat Profesi dan Entrepeneur setarra D1 bebas biaya
untuk Yatim Dhuafa program ini memberikan keterampilan khusus guna
mencetak tenaga ahli di bidangnya yang mempunyai karakter muslim dan
jujur. Program ini meliputi pengetahuan akuntasi komputer, administrasi
perkantoran, desain grafis, media komunikasi visual, manajemen zakat,
otomotif, tata boga, diklat Guru Tk islam, peternakan dan akademik
komunikasi.4
4
SUPERCAMP
Supercamp merupakan kegiatan untuk membentuk karakter
kemandirian anak-anak yatim dhuafa. Karakter kemandirian yang
dimaksud ialah leadhership, manajemen diri, dan sikap dasar muslim
lainnya. Dengan mengikuti SUPERCAMP diharapkan akan lahir
calon-calon pemimpin masa depan. Supercamp ini dikuti oleh anak yatim dhuafa
tingkat SMP-SMA dan diselenggarakan saat liburan sekolah.
Asa (Alat sekolah)
Merupakan sebuah program untuk anak-anak yatim dhu’afa berupa
alat-alat sekolah seperti buku tulis, tas sekolah, alat tulis dan yang lainnya.
Program ini digulirkan setiap tahunnya kepada 15.000 anak.
Plus (Pembinaan Lulus Ujian Sekolah)
PLUS merupakan singkatan dari pembinaan Lulus Ujian Sekolah.
Sebuah program pembinaan untuk yatim dhu’afa kelas 9 dan kelas 12.
Program tersebut memberikan bekal-bekal persiapan ujian sekolah agar
anak-anak yatim dhu’afa dapat lulus ujian sekolahnya dengan hasil yang
memuaskan. Di samping itu, program PLUS juga memberikan
solusi-solusi kepada anak yatim dhu’afa untuk menyiapkan masa depannya
setelah lulus UNA. Program ini dilaksanakan setiap menjelang ujian
DUTA GURU
DUTA GURU adalah program pembinaan yatim dhu’afa dalam
bidang Al-Qur’an dan diniyah yang didampingi oleh ustad/zah pilihan.
Melalui program ini harapannya anak yatim dhu’afa dapat membaca Al
-Qur’an dengan tartil dan memiliki sikap kepribadian muslim. Hingga saat
ini sudah tersebar 230 ustad/zah di seluruh pelosok Indonesia.
SANGGAR GENIUS
SANGGAR GENIUS adalah program bimbingan belajar yatim
dhu’afa yang fokus pada dua hal, yaitu matematika dan akhlak. Program
ini dimaksudkan untuk melengkapi kegiatan anak-anak di masyarakat di
luar sekolah. Karena selama ini tidak banyak masyarakat yang mampu
menyelenggarakan bimbel gratis kepada anak-anak lingkungannya. Yatim
Mandiri hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut, gratis namun tetap
berkualitas dengan guru-guru pilhan yang diterjunkan. Melalui program ini
anak-anak yatim dhu’afa diharapkan mampu bersaing bidang akademiknya
dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Setiap tahunya Yatim Mandiri
mengeluarkan ± 2 M untuk program tersebut. Hingga saat ini sudah
tersebut sebanyak 240 sanggar di seluruh Indonesia.
RUMAH KEMANDIRIAN (RK)
Rumah kemandirian adalah program pemberdayaan anak yatim
berbasis ICD (Integrated Community Development). RK mengintegrasikan
yaitu Sanggar Genius, dan program pembinaan Bunda Yatim. Dengan
pendekatan pemberdayaan komunikas antara anak yatim, keluarga dan
masyarakat sekitar diharapkan akan lahir generasi-generasi yatim dhuafa
yang mandiri dalam dilingkungan tersebut.
Saat ini Yatim Mandiri sudah memiliki RK di seluruh Indonesia.
Yaitu Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Yogyakarta, Semarang, Palembang
dan Bogor.
BESTARI (Beasiswa Yatim Prestasi)
Bestari merupakan bantuan biaya pendidikan untuk yatim dhu’afa
tingkat SD-SMA se-Indonesia. Dengan bantuan ini diharapkan dapat
memberikan semangat bagi anak-anak yatim dhu’afa untuk berprestasi dan
tidak putus sekolah. Setiap tahun Yatim Mandiri mengeluarkan ± 10 M
untuk 15.000 anak yatim dhu’afa.5
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau
pertama. Data ini tidak tersebut dalam bentuk terkompilas ataupun
dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau
dalam istilah responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian
atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi
5
ataupun data. Untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode
yang disebut survei dan menggunakan instrument tertentu. Survei
bermanfaat dalam menyediakan cara-cara yang cepat, efisien dan tepat
dalam menilai informasi dan responden.
Merahasiakan tujuan penelitian dilakukan untuk agar para
responden tidak memberikan jawaban-jawaban yang biasa dari apa
yang kita harapkan, kedua struktur berkaitan dengan formalitas
(resmi) atau pencarian data dilakukan secara terstruktur atau tidak
terstruktur.6
Maka dari situ data primer harus dapat terjaring pada
daftar-daftar isian dan questionnaire. Dengan perkataan ini suatu
questionnaire atau sebangsanya harus sungguh-sungguh
mencerminkan data primer yang dikehendaki atau dibutuhkan.7
Observasi adalah sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.8
6
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal 129-130
7
Taliziduhu Ndraha, Research Metodologi Adminstrasi (Jakarta: Bina Aksara, 1985) hal 60
8
Data primer dalam penelitian ini adalah nara sumber yang paham
mengenai sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri,
yaitu:
a. H. Mutrofin, SE selaku kepala cabang Yatim Mandiri Cabang
Surabaya
b. Siti Maimunah selaku sekertaris.
c. Laila selaku devisi keuangan
d. Binti Nur R selaku devisi administrasi
e. Iskandar selaku staff devisi program.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain
dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi
menurut keperluan mereka. Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi
keperluan peneliti dank arena itu harus menyusunnya kembali menurut
kepentingan masalah yang dihadapi. Bila ini tidak mungkin atau
kurang serasi maka ada kalanya peneliti merasa lebih baik
mengumpulkan data sendiri. Karena sumber sekunder dikumpulkan
oleh orang lain dengan tujuan yang berlainan dengan tujuan seorang
peneliti tertentu, peneliti harus mempertimbangkan hingga mana dan
bagaimana ia dapat memanfaatkan bahan itu guna keperluan
generalisasi yang bersifat ilmiah yang baru, dan dapat pula berguna
sebagai pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh
peneliti. Dan akhirnya data itu dapat juga memperkuat penemuan atau
pengetahuan yang telah ada.9
Dalam hal ini data yang di himpun adalah tentang profil Yatim
Mandiri Cabang Surabaya meliputi sejarah Yatim Mandiri dan Visi
Misi, struktur organisasi. Data ini diperoleh dari manajer lembaga
Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan biasanya di peroleh dari
dokumentasi.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi.
Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data melalui dokumen ini
dipergunakan untuk mengetahui tentang tata cara perencanaan program
kerja yang telah di rencanakan literature-literatur baik berupa buku,
dokumen dan sebagainnya yang relevan dengan materi penelitian
majalah, jurnal, dan sejenisnya.
Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti mendapatkan
data tentang:
a. Sejarah berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya
b. Struktur Organisasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya
c. Sistem Koordinasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya
9