• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM KOORDINASI DI LEMBAGA YATIM MANDIRI CABANG SURABAYA

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I )

Oleh:

ABUYAMIN SIPUTRA

NIM : B 74210074

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Abuyamin Siputra 2016: Sistem Koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri

Cabang Surabaya.

Masalah ini diteliti disini adalah sebagaimana sistem koordinasi di

Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Dalam menjawab permasalah tersebut

ditas adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif, serta

analisis data yang digunakan adalah analisis domain yaitu menguraikan gambaran

obyek penelitian secara umum atau tingkat permukaan namun relatif utuh tentang

obyek penelitian tersebut. Hak ini digunakan untuk mengetahui sistem koordinasi

yang dilakukan oleh lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya. Jenis data yang

digunakan adalah data yang berbentuk kata-kata dan tindakan serta sumber data

tertulis. Sumber data berupa informan dan dokumentasi. Di samping itu

tahap-tahap penelitian yang dilakukan meliputi tahap-tahap pra lapangan, tahap-tahap pekerjaan, dan

tahap analisis data. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara,

dokumentasi dan observasi, sedangkan untuk keabsahan datanya menggunakan

ketekunan pengalaman dan triangulasi.

Sistem Koordinasi adalah Alat kelengkapan kerja dalam proses

pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang

terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien. Di lembaga yatim mandiri untuk bisa

mencapai target-target yang ditentukan oleh kepala Yatim Mandiri Cabang

Surabaya di semua unit dan sistem harus dibutuhkan bermanfaaat bagi kepala

(6)

Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya memiliki Sistem Koordinasi

meliputi struktur organisasi ada manajer, Devisi Program, Devisi Keuangan,

Devisi Adminstrasi, Devisi Umum, Devisi Fundraising.

Di dalam Yatim Mandiri memiliki koordinasi dalam penyampaian

informasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya yaitu memiliki: Sistem Informasi

(7)

DAFTAR ISI

Persetujuan Dosen Pembimbing... i

Pengesahan Tim Penguji... ii

Motto... iii

Persembahan... iv

Pernyataan Pertanggungjawaban Otentisitas Skripsi... v

Abstrak... vi

Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif...22

4. Pendekatan terhadap tercapainya koordinasi yang efektif...23

(8)

D. Tahap-Tahap Penelitian...50

E. Teknik Pengumpulan Data...52

1. Observasi...52

2. Wawancara...53

3. Dokumentasi...54

F. Teknik Validitas Data...55

G. Teknik Analisis Data...56

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum Objek Penelitian……….…57

1. Sejarah Berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya...57

2. Visi dan Misi Yatim Mandiri...60

3. Struktur Organisasi Yatim Mandiri……….……61

B. Penyajian Data Yatim Mandiri……….….. ..69

1. Sistem di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...69

2. Koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya...71

C. Pembahasan Hasil Penelitian (Analisis Data)...97

1. Sistem... ....97

2. Koordinasi...102

3. Sistem Koordinasi...104

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan...108

B. Saran dan Rekomendasi...109 C. Keterbatasan Penelitian...110

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan dan kesuksesan sebuah lembaga tidak lepas dari yang

namanya koordinasi. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala cabang

Yayasan Yatim Mandiri Surabaya. Menurut salah satu staff program

Yayasan Yatim Mandiri Cabang. Surabaya yang bernama Aan Khunaefi,

“keberhasilan koordinasi sebuah lembaga terutama lembaga Yatim

Mandiri Cabang Surabaya adalah karena adanya satu kesatuan antara staff

program, staff landing, dan marketing atau semua sistem yang ada di

cabang Surabaya.”1

Di dalam sistem koordinasi sendiri adalah suatu kumpulan bagian

saling berhubungan dan bergantungan serta diatur sedemikian rupa

sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian

tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan yang terpisah (unit-unit)

suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi untuk melakukan

berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan

kegiatan, dan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan

menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingg terdapat kerjasama

yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud itu anatara lain

dengan memberikan instruksi, perintah, mengadakan

1

(10)

pertemuan dalam mana diberikan penjelasan-penjelasan, bimbingan atau

nasihat, mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran. Dalam

sistem akan diterima masukkan (inputs) yang kemudian diubah atau

diproses untuk menghasilkan keluaran (outputs).

Karakteristik pandangan sistem adalah saling berhubungan antara

bagian-bagiannya. Organisasi yang lebih besar adalah suatu sistem yang

terdiri dari subsistem-subsistem2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem

terbuka dan sistem tertutup.

Sistem terbuka mengakui adanya saling hubungan (interaction)

yang dinamis antara sistem dengan lingkungan. Organisasi memperoleh

bahan baku dan sumber daya manusia dari lingkungan, dan kehidupan

organisasi tergantung pada langganan dan konsumen yang ada di

lingkungan untuk menyerap hasil keluaran/outputs.

Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:

1. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis tugas.

Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai dengan

spesialisasinya, yang merupakan disiplin ilmuaih tersendiri. Berkat

berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu spesialisasi yang

merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat maju dengan

2

A.M. Kadarman, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: Gramedia, 1996), hal 8-9

(11)

pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan dicapai tidak mungkin

dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan disiplin-disiplin yang lain.

Karena itu diperlukan koordinasi dan hubungan kerja yang bersifat

antar atau multidisiplin.

2. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).

Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap

instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya.

Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan adanya

kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang harus

bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja sama

dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi

mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah

melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam

menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan

diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau

multifungsi.

3. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).

Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang dilakukan

adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan demikian

pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia

Indonesia dengan berbagai masalahnya.3

3

(12)

Sistem koordinasi merupakan salah satu hal yang penting

dalam suatu lembaga atau perusahaan. Jadi peneliti akan melakukan

penelitian di Yayasan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tentang

bagaimana sistem koordinasi yang ada di dalamnya yang menjadikan

keberhasilan sampai saat ini.

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini terfokus pada Sistem Koordinasi di lembaga Yatim

Mandiri untuk mempertahankan tingkat koordinasi. Dari fokus ini,

terumuskan masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri Cabang

Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sistem koordinasi di lembaga Yatim Mandiri

Cabang Surabaya itu sendiri

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoristis

a. Bagi penulis atau peneliti

1) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang

sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri

Cabang Surabaya. Seperti yang telah dijelaskan dalam mata

(13)

2) Untuk melatih cara berpikir yang praktis, sistematis,

obyektif dan ilmiah serta sebagai sarana untuk memperluas

cakrawala ilmu penulis terhadap kesuksesan dan

keberhasilan lembaga atau perusahaan.

b. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini akan memperkaya pemikiran bagi

lembaga akademis, untuk menambah bahan bacaan tentang

sistem koordinasi di Lembaga Yatim Mandiri Cabang Surabaya

serta dapat dipakai atau dijadikan refrensi bagi mahasiswa lain.

2. Manfaat Praktis

a. Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan kepada Lembaga Yatim Mandiri Cabang

Surabaya agar menjadikan lembaga menjadi lebih baik dan

bermanfaat bagi masyarakat. Dan selalu lebih baik dalam

menerapkan sistem koordinasi di internal lembaga.

E. Definisi Konsep

1. Sistem

Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap

manajemen memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan

satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan.

Pendekatan ini tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah,

tetapi memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh

(14)

itu. Teori sistem ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi

berpengaruh terhadap kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk

menerapkan konsep ini, seorang manajer harus berhubungan dengan

pihak-pihak lain yang terkait dengan satuan dia bertugas.

Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum

menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:

a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem

yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem

yang lebih luas dan besar.

b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari

tumpukan bagian-bagian.

c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil

penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling

berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu

organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau

mereka bertindak sendiri-sendiri.

d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang

terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan

dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.

e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu

(15)

terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan

kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.

f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi

termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan

transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran

berupa barang dan jasa.

g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem

yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan

yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin

diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.4

2. Koordinasi

Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan

dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen

atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan

departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan

mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan

sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara

keseluruhan.

4

Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka

(16)

Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam

kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat

dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling

ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila

tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat

koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang

tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak

dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta

saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat

dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang

tinggi.

3. Panti Asuhan

Pengertian Panti Asuhan adalah suatu lembaga pelayanan

professional yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dari

pelayanan pengganti fungsi orang tua kepada anak terlantar. Sedangkan

anak terlantar itu sendiri adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya

secara wajar, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.

a) Panti asuhan

Adapun tujuan panti asuhan sebagai berikut:

1. Terwujudnya hak atau kebutuhan anak yaitu kelangsungan

(17)

2. Terwujudnya kualitas pelayanan atas dasar standar

professional.

a. Dikelola oleh tenaga pelaksanaan yang memenuhi standar

profesi.

b. Terlaksananya manajemen kasus sebagai pendekatan

pelayanan yang memungkinkan anak memperoleh

pemenuhan kebutuhan yang berasal dari keanekaragaman.

c. Meningkatkannya kualitas kehidupan sehari-hari

dilingkungan panti yang memungkinkan anak berintegrasi

dengan masyarakat secara serasi dan harmonis.

d. Meningkatkan kepedulian masyarakat sebagai melawan

sosial.

3. Terwujudnya jaringan kerja dan informasi pelayanan

kesejahteraan secara berkelanjutan baik horizontal maupun

vertikal.

b) Fungsi Panti Asuhan

Panti Asuhan melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial

kepada anak atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Atas

(18)

1.Sebagai pelayanan kesejahteraan anak. Panti asuhan

melaksanakan pelayanan pengganti fungsi orang tua.

2.Sebagai sumber data, informasi, dan konsultasi

kesejahteraan anak.

3.Sebagai lembaga rujukan. Panti asuhan melaksanakan

rujukan baik bagi keluarga, masyarakat, pemerintah

maupun pihak lain.

4.Sebagai lahan pengabdian masyarakat dibidang pelayanan

kesejahteraan anak. Panti asuhan merupakan lembaga

yang memberikan peluang kepada masyarakat untuk

melaksanakan pengabdian khususnya pelayanan

kesejahteraan anak.5

F. Sistematika Pembahasan

Sistem pembahasan dalam skripsi ini dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Pada BAB I ini berisi tentang pendahuluan yang mengenai latar

belakang masalah, fokus penelitian, manfaat penelitian, definisi

konsep, dan sistematika pembahasan.

b. Pada BAB II yaitu penelitian terdahulu yang relevan dan Kerangka

Teori, penelitian dimana di bahas mengenai kajian tentang sistem,

koordinasi, sistem koordinasi di Yatim Mandiri Cabang Surabaya.

5

Departemen Sosial RI “Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti Sosial Asuhan

(19)

c. Pada BAB III ini akan di jelaskan mengenai metode penelitian

yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,

jenis dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik validitas data, teknik analisis data.

d. Pada BAB IV berisikan hasil penelitian. Diantaranya adalah

gambaran umum objek penelitian, penyajian data, pembahasan

hasil penelitian (analisis data). Gambaran umum objek penelitian

adalah menggambarkan tentang situasi dan kondisi di dalam

lapangan. Penyajian Data adalah berisikan tentan data-data yang

bersangkutan dengan jawaban dari rumusan masalah. Pada bab ini

pembaca akan mengetahui hasil pembahasan penelitian tentang

topik yang diteliti sedangkan analisis data yakni menganalisis dari

data-data yang sudah terkumpul.

e. Pada BAB V berisikan tentang penutup. Terdiri dari beberapa sub

bab yakni kesimpulan yang merupakan merumuskan ulang

menyimpulkan jawaban rumusan masalah penelitian. Selain itu

berisikan saran dan rekomendasi, juga penjelasan singkat tentang

keterbatasan penelitian dan kemudian di lanjutkan dengan bagian

akhir yang berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, pedoman

(20)

BAB II

TEORI KOORDINASI

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Ada tujuh kajian tentang koordinasi. Pertama, kajian fungsi

koordinasi. Kajian ini diteliti oleh Wahyudi1, Setianingsih2, Rahmatullah3,

Chusniati4, dan Nasukhah5. Kedua, kajian, tentang sistem koordinasi yang

diteliti oleh Saputra6, Lailiyah7, Sianaga8, Lutfiyah9, Siregar10, Bakara11,

1

Didik Wahyudi “Fungsi Koordinasi dalam pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat”, Skripsi

(Surabaya: jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

2 Rahayu Setianingsih “Penerapan Fungsi Koordinasi dalam mewujudkan tujuan koperasi

karyawan RSI Siti Hajar Sidoarjo”, Skripsi ( Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

3

Zainul Arif Rahmatullah “Manajemen Penyelenggaraan haji (studi Deskriptif tentang fungsi koordinasi) Penyelenggaraan Haji di departemen Agama Kabupaten Probolinggo”, Skripsi

(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

4 Lilik Chusniati “ Manajemen Penyelenggaraan haji (Studi Analisis tentang fungsi koordinasi

penyelenggaraan haji di Departemen Agama Kabupaten Jombang)”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

5 Zuhan Nasukhah “Studi Tentang Koordinasi dalam KBIH Amanat Bangsa Surabaya”,

Skripsi

(Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

6 Hendra Saputra “Sistem Koordinasi Kerja pada PT Perkebunan Nusantara II (PTPN) II kebun

tandem” Jurnal Plans (Vol. III No. 1 Maret 2008)

7 Lilik Lailiyah “Sistem Koordinasi antara remaja masjid dan ta’mir dalam melaksanakaan

aktivitas di Majid Subakir Geluran Sidoarjo”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

8

King Richter Sinaga “Sistem Koordinasi antara otoritas jasa keuangan dengan lembaga penanganan Bank gagal berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan”, Skripsi (Medan: Jurusan Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara)

9 Dewi Lutfiyah “Sistem Koordinasi (Studi Analisa Terhadap Organisasi Kormas (Koordinasi

(21)

dan Abdulloh12. Kajian Ketiga, tentang Analisis Koordinasi yang diteliti

oleh Hariyanto13, dan Bayasut14. Dan kelima, tentang Koordinasi Kerja

yang ditulis oleh Yunita15. Keenam, tentang Studi Koordinasi yang ditulis

oleh Widyadana16.

Skripsi ini menulis atau mengkaji tentang Sistem Koordinasi.

Penelitian ini terfokus pada anak yatim/ yayasan anak yatim dengan

demikian orisinalitas dapat dibuktikan dan diteruskan oleh literatur diatas.

B. Kerangka Teori

1. Sistem

Pengertian sistem adalah pendekatan sistem terhadap manajemen

memandang organisasi sebagai sistem yang merupakan satu kesatuan

10 Bismar Nasution Mahmul Siregar, Rebekka Dosma Sinaga “Sistem Koordinasi antara bank

Indonesia dan Otoritas Jasa keuangan dalam pengawasan Bank setelah lahirnya undang-undang nomor 21 tahun 2011 tentang otoritas jasa keuangan” Jurnal Hukum Ekonomi (Vol. 1 No. 2 tahun 2013)

11 Jakondar Bakara “Suatu Pemikiran tentang Sistem Koordinasi Pemanfaatan Industri Nasional

dalam Pengembangan tentang roket” Jurnal Analisis dan Informasi kedigantaraan (Vol. 1 No. 2 desember 2012)

12 Abdulloh “Sistem Koordinasi Ikatan Keluarga pondok pesantren Darul Ulum di Komisariat

Sidoarjo’’, Skripsi (Surabaya: Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

13Dwi Puji Hariyanto “Analisis Koordinasi overcurrent dan Recloser Nusantara Cilacap”,

Jurnal Teknik Elektro (Vol. 1 No. 1 tahun 2009)

14 Emal Zain Muzambeh Tun Bayasut “Analisa dan Koordinasi sinyal antara simpang pada ruas

jalan Diponegoro”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

15 Veny Surya Yunita “Pengaruh komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahann terhadap

koordinasi kerja di PT Taspen (persero) Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri)

16 I Gede Agus Widyadana, Felecia “Studi Koordinasi produksi penjualan dan sistem pembayaran

(22)

yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan. Pendekatan ini

tidak melihat bagian ini satu persatu secara terpisah, tetapi memandang

organisasi sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan sebagian dari

sistem yang lebih besar yaitu lingkungan organisasi itu. Teori sistem

ini menyatakan satu kegiatan dari satu organisasi berpengaruh terhadap

kegiatan dari setiap bagian lainnya. Untuk menerapkan konsep ini,

seorang manajer harus berhubungan dengan pihak-pihak lain yang

terkait dengan satuan dia bertugas.

Sebagai satu pendekatan, konsep teori sistem yang umum

menampilkan berbagai konsep kunci yaitu:

a. Subsistem (Subsystems) yang merupakan bagian dari suatu sistem

yang selanjutnya merupakan “subsystems” pula dari satu sistem

yang lebih luas dan besar.

b. Sistem (System), yang berarti bahwa keseluruhan lebih besar dari

tumpukan bagian-bagian.

c. Sinergi (Synergy) yaitu keseluruhan itu lebih besar daripada hasil

penjumlahan bagian-bagiannya. Kerjasama dan saling

berhubungan, bagian-bagian yang saling terpisah didalam suatu

organisasi akan menjadi lebih produktif dibandingkan kalau

(23)

d. Sistem terbuka dan tertutup (Open and Closed System) dipandang

terbuka kalau sistem itu berhubungan dengan dunia luarnya dan

dianggap tertutup kalau yang berlangsung sebaliknya.

e. Batas Sistem (System Boundary) dalam arti bahwa antara satu

sistem dan sistem lain terdapat batas yang berbeda antara sistem

terbuka dan tertutup. Yang terbuka, batas itu lebih luwes dan

kecenderungan setiap organisasi dewasa ini menuju ke situ.

f. Arus (Flow) yaitu terjadinya arus informasi, material dan energi

termasuk manusia sebagai masukan kemudian diproses dengan

transformasi sebagai througputs dan keluar menghasilkan keluaran

berupa barang dan jasa.

g. Umpan balik (Feedback), yang penting bagi pengendalian sistem

yaitu berupa informasi yang kembali kearah orang atau peralatan

yang memulai arus jalannya proses sistem yang mungkin

diperlukan untuk perbaikan selanjutnya.

Dengan teori ini manajer dipermudah untuk meramalkan apa

yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan juga dapat memelihara

keseimbangan antar bagian atau antar bagian dengan kepentingan

organisasi keseluruhan.17

17

(24)

Agus Dharma mengatakan ada empat sistem yang diterapkan

dalam organisasi-organisasi yaitu sebagai berikut:

a. Pimpinan dipandang tidak merasa yakin atau percaya terhadap

bawahan, karena mereka jarang dilibatkan dalam setiap aspek

proses pengampilan keputusan dan penyusunan tujuan organisasi

dilakukan pada tingkat atas dan diumumkan ke bawah melalui

garis komando. Bawahan dipaksa untuk bekerja dengan

menimbulkan rasa takut, ancaman, hukuman, serta ganjaran

temporer dan pemenuhan kebutuhan pada level fisiologis dan rasa

aman. Interaksi atasan bawahan yang terjadi biasanya disertai

dengan rasa takut dan tidak percaya. Meskipun proses

pengendalian sangat dipusatkan pada pimpinan teras, pada

umumnya berkembang organisasi informal yang tujuannya

bertentangan dengan tujuan organisasi formal.

b. Pimpinan dipandang kurang memiliki rasa yakin dan kepercayaan

terhadap bawahan, seperti halnya sikap majikan terhadap pelayan.

Pengembalian keputusan dan penyusunan tujuan organisasi

dilakukan pada tingkat ata, tetapi telah banyak keputusan yang

diambil pada level yang lebih rendah. Ganjaran dan hukuman

digunakan untuk memotivasi karyawan. Setiap interaksi

atasan-bawahan yang terjadi dibarengi dengan sikap merendahkan dari

(25)

proses pengendalian masih dipusatkan pada pimpinan teras,

sebagian dilimpahkan kepada level menengah dan level bawah.

Biasanya timbul organisasi-organisasi informal, tetapi tidak

selamnya menentang tujuan organisasi formal.

c. Pimpinan dipandang cukup sekalipun tidak sepenuhnya memiliki

rasa yakin dan kepercayaan terhadap bawahan. Kebijaksanaan dan

keputusan umum diambil pada tingkat atas organisasi, tetapi

bawahan diperkenankan untuk mengambil keputusan-keputusan

khusus pada level bawah. Arus komunikasi berlangsung ke atas

dan bawah hirarki. Ganjaran, hukuman, dan keterlibatan tertentu

digunakan untuk memotivasi karyawan. Terdapat adanya jumlah

interaksi yang moderat antara atasan dengan bawahan, yang sering

dibarengi dengan rasa yakin dan kepercayaan yang cukup.

Aspek-aspek pengendalian yang signifikan dilimphakan kebawahan

dengan perasaan tanggung jawab pada level atas dan level bawah.

Organisasi informal dapat timbul, tetapi organisasi ini boleh jadi

mendukung atau sedikit menentang tujuan organisasi formal.

d. Pimpinan dipandang memiliki rasa yakin dan kepercayaan penuh

terhadap bawahan. Pengembalian kepetusan disebarluaskan

diseluruh level organisasi, sekalipun dipadukan dengan baik. Arus

komunikasi tidak hanya ke atas dan ke bawah hirarki, tetapi juga

(26)

keterlibatan dalam penetapan ganjaran ekonomi, penyusunan

tujuan peningkatan metode, dan penilaian kemajuan kearah

pencapaian tujuan. Terdapat adanya interaksi yang ekstensif dan

bersahabat antara atasan dan bawahan yang dilandasi enggan rasa

yakin dan kepercayaan yang tinggi. Tanggung jawab proses

pengendalian tersebar diantara para anggota organisasi, dengan

keterlibatan penuh unit-unit kerja pada level bawah. Organisasi

informal dan formal sering menjadi satu dan tidak dipisahkan.

Dengan demikian, semua kekuatan sosial mendukung upaya untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah diterapkan.18

2. Koordinasi

Pengertian koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan

dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen

atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan

departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan

mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengejar kepentingan

sendiri, yang sering merugikan pencapaian tujuan organisasi secara

keseluruhan.

18

(27)

Kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan organisasi berbeda dalam

kebutuhan integritas. Kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat

dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling

ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksanannya. Bila

tugas-tugas tersebut memerlukan aliran informasi antar satuan, derajat

koordinasi yang tinggi adalah paling baik. Derajat koordinasi yang

tinggi ini sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutn dan tidak

dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta

saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat

dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menerapkan tujuan yang

tinggi.

Ada tiga macam saling ketergantungan diantara satuan-satuan

organisasi, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang menyatu (Pooled Interdependence),

bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan

yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung

pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu

hasil akhir.

b. Saling ketergantungan yang berurutan (Sequential

Interdependence), dimana suatu satuan organisasi harus melakukan

pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan yang lain dapat

(28)

c. Saling timbal balik (reciprocal interdependence), merupakan

hubungan memberikan dan menerima antar satuan organisasi.19

3. Fungsi Koordinasi

a. Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen dengan kata lain

bahwa koordinasi adalah fungsi organik dari pimpinan. Sebagai

fungsi organik, pimpinan memiliki kekhasan bila dibandingkan

dengan fungsi-fungsi organik lainya. Dikatakan khas karena fungsi

koordinasi mencakup pula fungsi-fungsi lainnya, seperti:

perencanaan, staffing, motivasi, pengawasan dan lain sebagainya.

b. Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran

mekanisme prosedur kerja dari berbagai macam komponen dalam

organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat

terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan

menghindari seminimal mungkin perselisihan (friction) yang

timbul antara komponen dalam organisasi yang sama dan

mengusahakan semaksimal mungkin kerja sama diantara

komponen-komponen tersebut.

c. Koordinasi merupakan usaha mengarahkan dan menyatukan

kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja organisasi, sehingga

organisasi dapat bergerak sebagai kesatuan yang bulat untuk

19

(29)

melaksanakan seluruh tugas organisasi yang diperlukan untuk

mencapai tujuannya. Jelasnya koordinasi mengandung makna

adanya keterpaduan (integrasi) dan keserasian serta kesimultanan

(sinkronisasi) seluruh tindakan yang dijalankan oleh organisasi.

Hal ini sesuai dengan prinsip; koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi.

d. Koordinasi adalah faktor dominan yang perlu diperhatikan bagi

kelangsungan hidup suatu organisasi. Dikatakan sebagai faktor

dominan karena kelangsungan hidup suatu organisasi pada tingkat

tertentu ditentukan oleh kualitas usaha-usaha koordinasi yang

dijalankan. Karena itu seorang pemimpin dikatakan sebagai

pimpinan yang berhasil apabila ia dapat melakukan koordinasi

dengan baik. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha

yang perlu dilakukan terus-menerus, karena masalahnya bukan

hanya masalah teknik semata-mata, tetapi juga tergantung dari

sikap, tindakan dan langkah dari pemegang fungsi organik

sebagaimana yang telah diuraikan diatas.

e. Koordinasi tetap memainkan peranan yang penting dalam

merumuskan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab.

Kebutuhan koordinasi berbeda dalam hal sejauh mana

aktivitas-aktivitas itu perlu diintegrasikan dengan aktivitas unit-unit

(30)

komunikasi dari tugas-tugas yang dilaksanakan serta tingkat kegiatan

yang dikerjakan.

Kebutuhan koordinasi menurut Stoner dan Wankel dapat

dibedakan menjadi 3 variasi yaitu:

a. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan kelompok (pooled

interdependence).

b. Kebutuhan Koordiansi atas ketergantungan sekuensial (pooled

interdependence).

c. Kebutuhan Koordinasi atas ketergantungan timbal balik

(reciprocal interdependence).

4. Masalah dalam pencapaian koordinasi yang efektif

Demikian pula apabila prestasi spesialisasi meningkat, maka

akan memperbesar kebutuhan akan koordinasi. Sumber

ketidakefektifan tersebut dikarenakan munculnya perbedaan dalam

sikap dan gaya kerja berbagai individu dan bagian/unit didalam

organisasi.

Perbedaan-perbedaan yang mempersulit efektivitas koordinasi adalah:

a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.

b. Perbedaan dalam orientasi waktu.

c. Perbedaan orientasi antarpribadi.

d. Perbedaan dalam formulasi struktur.

(31)

Pendekatan potensi koordinasi ini dikaitkan dengan pendapat

yang mengatakan bahwa kunci koordinasi yang efektif adalah

komunikasi. Pendekataan potensi koordinasi ini meliputi Sistem

Informasi Vertikal, Sistem Informasi Lateral, dan Sistem Informasi

Manajer Penghubung.

a. Sistem Informsi Vertikal

Sistem Informasi Vertikal adalah suatu sistem informasi dimana

informasi dapat dikirimkan ke atas dan ke bawah jenjang

organisasi.

b. Sistem Informasi Lateral.

Sistem Informasi Lateral adalah mengabaikan rantai komando.

Hubungan lateral memungkinkan adanya pertukaran informasi

yang dibutuhkan dapat dipertanggungjawabakan.

c. Sistem Informasi Manajer Penghubung

Manajer Penghubung mempunyai wewenang formal atas semua

unit yang terlibat dalam sebuah proyek. Manajer penghubung perlu

dimanfaatkan apabila diperkirakan koordinasi secara efektif tidak

berhasil dilaksanakan.20

6. Teknik Pengkoordinasian

Koordinasi menjadi penting dalam rangka pencapaian efisiensi.

Terciptanya efisiensi adalah karena adanya perpaduan arah dan

20

(32)

kegiatan dari penggunaan berbagai sumber. Ada lima cara

menciptakan koordinasi, yaitu:

a. Koordinasi melalui kewenangan.

Wewenang dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk

menciptakan koordinasi yang baik. Pada dasarnya cara ini efektif

untuk menciptakan koordinasi yang seragam. Namun organisasi

yang betul-betul seragam seratus persen jarang ada. Kebanyakan

organisasi bersifat heterogen.

b. Koordinasi melalui konsensus.

1) Konsensus melalui motivasi.

Motivasi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan usaha-usaha koordinasi, terutama dalam

organisasi yang besar dan kompleks, yang mempunyai jenis

dan fungsi yang beraneka ragam. Motivasi yang dimaksud

antara lain dapat berupa kepentingan bersama, nilai-nilai yang

dimiliki bersama, bahkan dalam situasi tertentu mempunyai

perasaan solidaritas berdasarkan pada kesetiakawanan yang

dapat dipergunakan dalam menjamin kelancaran koordinasi.

2) Konsensus melalui sistem saling membantu.

Sistem timbal balik/saling membantu dapat dipergunakan

(33)

a) Konsensus melalui ide.

Konsensus melalui ide adalah usaha setiap orang yang

bekerja dalam organisasi untuk mengidentifikasikan dirinya

dalam keseluruhan tujuan yang hendak dicapai oleh

organisasi.

c. Koordinasi melalui pedoman kerja

Kebijaksanaan yang telah ditetapkan baik mengenai tugas,

wewenang, hubungan, tata kerja serta prosedur kerja, agar terdapat

kesatuan gerak dan kesatuan tindakan, sebaliknya dituangkan dlam

suatu ketentuan atau petunjuk yang sifatnya baku.

d. Koordinasi melalui forum.

Yang dimaksud koordinasi melalui forum adalah

penggunaan suatu wadah tertentu yang dipergunakan sebagai cara

mengadakan tukar-menukar informasi, konsultasi, memecahkan

suatu masalah.

e. Koordinasi melalui konferensi.

Koordinasi melalui ini diartikan dengan siding-sidang yang

dilakukan pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana dalam

rangkaian pengambilan keputusan terhadap masalah yang timbul

dalam pelaksanaan.

f. Jenis-jenis Koordinasi

1) Koordinasi vertikal.

(34)

3) Koordinasi diagonal.

7. Sistem Koordinasi

Pengertian Sistem Koordinasi adalah suatu kumpulan bagian

yang saling berhubungan dan bergantung serta diatur sedemikian rupa

sehingga menghasilkan suatu keseluruhan. Proses pengintegrasian

tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah

(departemen atau bidang-bidang fungsional), suatu organisasi untuk

mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi,

individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas

peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan memulai mengejar

kepentingan sendir, yang sering merugikan pencapaian tujuan

organisasi secara keseluruhan.

Pendekatan sistem koordinasi terdiri atas:

 Pendekatan antardisiplin.

 Pendekatan multifungsional.

 Pendekatan lintas sektor.

a. Pendekatan antardisiplin (interdisciplinary approach).

Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembagian habis

tugas. Setiap satuan kerja mengembangkan satuan kerjanya sesuai

(35)

Berkat berkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu

spesialisasi yang merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri dapat

maju dengan pesatnya, sekalipun demikian sasaran yang akan

dicapai tidak mungkin dapat diselesaikan sendiri tanpa bantuan

disiplin-disiplin yang lain. Karena itu diperlukan koordinasi dan

hubungan kerja yang bersifat antar atau multidisiplin.

b. Pendekatan multifungsional (multifunctional approach).

Pendekatan ini didasarkan pada “prinsip fungsional”. Setiap

instansi pemerintahan secara teknis fungsional di bidangnya.

Wewenang dan tanggung jawab fungsional menggambarkan

adanya kejelasan tentang setiap instansi pemerintah, siapakah yang

harus bertanggung jawab dan siapa pula yang memprakarsai kerja

sama dengan instansi pemerintah lainya. Prinsip fungsionalisasi

mengimplikasikan bahwa suatu instansi pemerintah hanyalah

melakukan sebagian fungsi dibidangnya, sehingga dalam

menyelesaikan tugas-tugas umum pemerintah dan pembangunan

diperlukan pendekatan sistem yang bersifat antarfungsi atau

(36)

c. Pendekatan lintas sektoral (cross sectoral approach).

Sebagaimana diketahui pembangunan nasional yang

dilakukan adalah pembangunan masyarakat Indonesia. Dengan

demikian pembangunan itu mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia Indonesia dengan berbagai masalahnya.21

8. Yatim Mandiri

Yatim Mandiri adalah Lembaga nirlaba yang concern pada

upaya memandirikan anak yatim dan janda dhuafa melalui pengelolaan

zakat, infaq, sedekah dan waka Yatim Mandiri sebagai salah satu

lembaga nirlaba yang mengemban visi daan misi untuk mendirikan

anak yatim telah melakukan berbagai langkah dan stertegi, mulai dari

kegiatan penghimpunan dan ZIS dan wakaf (Fundraising), serta

penyaluran (Landing) yang dikemas dalam berbagai macam program

dalam rangka memandirikan dan pemberdayaan anak yatim.

Selain aktivitas penghimpunan dana dan penyaluran melalui

program-program tersebut, maka inovasi, penyempernaan dan

penyesuaian dalam sisi operasional (back office) yayasan juga

merupakan bagian penting untuk menunjang kedua kegiatan diatas.

21

(37)

Ketiga kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling

mendukung dan menunjang satu sama lain untuk mewujudkan tujuan

akhir dari yayasan. Transparansi, ketepatan dan kenyamanan para

donatur sangatlah penting, sehingga dari sisi operasional dituntut untuk

melakukan inovasi secara terus-menerus dan penyempurnaan. Baik

dari sisi Sumber Daya Manusia, Sistem Keuangan dan Information

technology.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu aset terpenting

dalam satu organisasi. Yatim Mandiri menerapkan strategi

pengembangan SDM dengan peningkatan kualitas SDM secara

terus-menerus. Sehingga memiliki tingkat kemampuan profesional yang

lebih baik, melalui serangkaian pembinaan pelatihan secara

berkesinambungan.

Sistem Finance and Accounting yang diterapkan sudah

terintegrasi dengan sistem donasi para donatur atau yang lebih dikenal

dengan sebutan e-ZIS system. Dengan sistem tersebut dapat

mempermudah akses informasi lain yang dibutuhkan. Saat ini, sistem

tersebut dalam proses penyempurnaan dan pengembangan sesuai

dengan kebutuhan yayasan untuk tetap menunjang transparansi,

ketepatan dan kecepatan penyampaian informasi.

Dari sisi Information technology, secara terus-menerus

(38)

technology untuk aktifitas Fundraising, Media Informasi, Komunikasi

dengan Stakeholder dan Database Management.

Rencana kedepan Information technology akan terus

mengembangkan sistem yang ada guna memperlancar dan

mempermudah untuk melakukan donasi, komunikasi dan sarana

belajar seperti Portal ZISCO, Portal Muzaki, E-larning dan Human

Resource Information System.

Dan bahkan untuk lebih memantapkan program yang ada, maka

Yatim Mandiri ke depan akan mengintegrasikan Technology

Information antara Yatim Mandiri dan Strategic Partnership.

Tuntunan untuk selalu melakukan inovasi serta totalitas dalam

pengelolaan yayasan (Fundrising, Landing, Operasional) baik dari sisi

perencanaan (Plan), pelaksanaan (Do), evaluasi (Check) dan tindakan

lanjutan (Action) terus harus dilakukan secara kesinambungan, karena

kedua hal tersebut merupakan modal dasar tercapainya kemandirian

yayasan dengan pengelolaan secara profesional dan amanah.

Tujuan Yatim Mandiri

a. Mengajak masyarakat untuk bersama-sama membina anak yatim

b. Meningkatkan kualitas dan daya saing anak yatim

(39)

9. Perspektif Islam (Sub-bab Khusus)

Artinya: “Dan tolong-menolong kamu dalam

(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan pernusuhan. Dan bertakwawalah kamu

kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya.” (Surat

Al-Mai’dah ayat 2).

Perintah bertolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan

dan takwa, adalah termasuk pokok-pokok petunjuk sosial dalam

Al-Qur’an. Karena, ia mewajibkan kepada manusia agar saling

memberi bantuan satu sama lain dalam mengerjakan apa saja yang

berguna bagi umat manusia, baik pribadi maupun kelompok, baik

dalam perkara agama maupun dunia, juga dalam melakukan setiap

berbuat takwa, yang dengan itu mereka mencegah terjadinya

kerusakan dan bahaya yang mengancam keselamatan mereka.

Kaum musimin, pada masa-masa pertama telah mampu

bertolong-tolongan sesamanya dalam melakukan kebaikan dan

takwa tanpa memerlukan suatu ikatan perjanjian, seperti halnya

(40)

diikat dengan hanya janji dan sumpah Allah saja, tak perlu yang

lain-lain.

Tetapi, setelah janji Allah itu pada perkembangannya

banyak dilanggar orang, maka perlu diadakan organisasi-organisasi

untuk menghimpun kelompok-kelompok kaum muslimin, dan

mendorong mereka menegakkan kewajiban ini, yaitu

bertolong-tolongan mengerjakan kebaikan dan takwa.

Sekarang ini, sudah jarang sekali melihat orang yang mau

menolong suatu pekerjaan kebajikan, kecuali apabila orang itu ada

ikatan janji untuk suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu, diadakan

organisasi-organisasi sekarang adalah termasuk syarat, yang

padanya tergantung terlaksananya kewajiban ini pada umumnya.

Begitu pula, agar kamu tidak terkena hukuman Allah,

lantaran kamu tidak memperhatikan sunnah-sunnah Allah. Karena,

betapapun, Sunnah-sunnah Allah itu sangat berpengaruh terhadap

penciptaan manusia, kepercayaan-kepercayaanmu dan

perbuatan-perbuatanmu. Oleh Karena itu, bila tidak diperhatikan, maka bisa

menyebabkan manusia terjerumus ke dalam kesesatan, dan berakhir

dengan akibat yang buruk sekali.22

22

(41)

Menurut Muhammad Nasib Ar-Rifa’i dalam bukunya

menjelaskan bahwa. Maka para sahabat Nabi S.A.W. Berkata ‘Kita

adang saja mereka sebagaimana sahabat mereka telah mengadang

kami. ‘Maka Allah menurunkan ayat ini. “Firman Allah, “Bekerja

samalah dalam kebaikan dan takwa dan janganlah bekerja sama

dalam berbuat dosa dan permusuhan. “Allah Ta’ala menyuruh

hamba-hamba-Nya yang beriman supaya tolong-menolong dalam

mengerjakan berbagai kebaikan, yaitu kebaikan dan dalam

meninggalkan aneka kemungkaran, yaitu ketakwaan, serta

melarang mereka tolong-menolong dalam melakukan kebatilan dan

bekerja sama dalam berbuat dosa dan keharaman.23

Menurut Abdulmalik Abdulkarim Amrullah dalam

tafsirnya maka dianjurkan supaya dalam pekerjaan-pekerjaan yang

baik, atau kebajikan, yang di dalam Surat Al-Baqarah ayat 176

dahulu telah diterangkan panjang-lebar oleh Allah, mana-mana

pekerjaan yang termasuk kebajikan itu. Mengeluarkan harta untuk

pekerjaan yang mulia, menghormati ibu-bapa dan mengasihi

keluarga, memelihara anak yatim dan menolong fakir-miskin,

menegakkan sembahyang dan mengeluarkan zakat, semuanya telah

dijelaskan sebagai perbuatan kebajikan. Peninjauan kepada maksud

ayat ini bisa menjadi meluas kepada perkembangan lebih jauh.

23

(42)

Banyak pekerjaan kebajikan yang lain tidak dapat dipikul seorang

diri, dengan tolong-menolong baru lancar. Mendirikan langgar atau

mesjid, mendirikan rumah sekolah, mengatur pendidikan

kanak-kanak, mendirikan rumah pemeliharaan orang miskin, mengadakan

Da’wah Agama dan 1001 macam pekerjaan kebajikan yang lain,

baru dapat diangkat dengan tolong-menolong. Maka timbullah

fikiran mendirikan perkumpulan-perkumpulan Agama.

Maka ayat ini, menurut perkiraan penulis Tafsir ini,

menjadi alasan kuat untuk menganjurkan adanya

perkumpulan-perkumpulan dengan tujuan yang baik, laksana club-club

persahabatan. Supaya disamping beribadat kepada Tuhan

dilakukan pula dengan bertolong-tolongan segala urusan mengenai

bersama.24

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy mengungkapkan

dalam Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur yaitu. Apalagi

menganiaya sesuatu kaum tidak akan berhasil tanpa dibantu oleh

banyak orang. Karena itu, Tuhan melarang mereka menganiaya

kaum tersebut, sebab dengan itu berarti mereka saling menolong

dalam melakukan kejahatan.

Bertolong-tolonglah kaum dalam kebaktian, yaitu segala

rupa kebajikan yang syara’ dan menumbuhkan ketenangan hati.

24

(43)

Janganlah kamu bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa, yaitu

sesuatu yang membawa durhaka kepada Allah, sebagaimana kamu

jangan bertolong-tolonglah dalam permusuhan.

Al-Qur’an menyuruh kita saling memberikan pertolongan

dalam segala sesuatu yang memberikan manfaat kepada umat, baik

mengenai dunia maupun akhirat. Inilah sebabnya, badan-badan

sosial dan perkumpulan keagamaan sangat diperlukan dalam masa

kini.

Kegiatan memberikan pertolongan pada awal kelahiran

Islam dilakukan tanpa bentuk organisasi, karena mereka terikat

dengan janji Allah. Pada masa sekarang kita perlu membentuk

badan-badan sosial agar seruan itu mendatangkan hasil.25

Dari Abu Musa Al-Asy’ari, dia menceritakan, Rasulullah

S.A.W. bersabda:

“Orang mukmin dengan orang mukmin lainnya laksana bangunan yang

masing-masing bagian saling memperkuat.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).26

25

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur 2 (Semarang: Pustaka Riski Putra, 2000) hal 1028-1029

26

(44)

Penjelasan dari skripsi penulis yaitu Sistem koordinasi di

yatim mandiri dilaksanakan secara individu dari tiap karyawan

yatim mandiri, karena sistem koordinasi di yatim mandiri

menggunakan sistem saling berhubungan dari staff dalam dan staff

luar. Apabila sistem koordinasi dilakukan secara individu, maka

tiap devisi dalam staff yatim mandiri tidak bisa melakukan

aktivitas dengan maksimal atau gagalnya suatu pekerjaan tersebut,

karena kurangnya sistem koordinasi di yatim mandiri cabang

Surabaya. Kalau sistem koordinasi di yatim mandiri agar

terciptanya suatu hubungan antara setiap devisi sehingga

memudahkan setiap devisi untuk melakukan aktivitas dengan rapi,

karena terbentuknya suatu koodinasi dalam setiap pekerjaan dan

kalau ada koordinasi di yatim mandiri suatu pekerjaan akan

menjadi mudah.

Setiap dari devisi melakukan koordinasi atau aktivitas

pekerjaan. Dan wewenang seorang pemimpin ikut bergabung dan

mau menjadi ayoman bagi setiap devisi, agar berhargalah seorang

pemimpin berguna setiap para devisinya.

Koordinasi yatim mandiri, harus dilakukan mulai dari

perkumpulan kecil maupun perkumpulan besar. Agar dengan

(45)

mudah, karena tujuan koordinasi tertujuh pada semua pekerjaan

dan semua karyawan Yatim Mandiri Cabang Surabaya tersebut.

Pada saat melakukan tujuan koordinasi disanalah

terciptanya suatu ide-ide atau gagasan yang muncul dari tiap devisi

sehingga terciptalah suasana yang sangat cemerlang dan ramai

ketika mendapatkan jalan keluar saat ingin melaksanakan kegiatan.

Sedangkan hubungan dengan anak yatim di yatim mandiri dan

penerima manfaat untuk anak yatim, mulai dari anak-anak yatim

sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, sekolah lanjutan atas,

bahkan anak-anak yang sudah lulus sma, yatim mandiri ini masih

memberikan programnya yaitu MEC, tidak hanya itu bunda-bunda

yatim juga diberikan program yatim mandiri, bagaimana

hubungannya yaitu harus baik antara manajemen yatim mandiri,

pelaksana, dengan para donatur, harus sangat baik, harus

berhubungan erat. Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan beserta

perusahaan lain juga mengajak anak-anak yatim buka puasa

bersama pada saat bulan Muharram dan kalau yatim mandiri ada

acara luar di Taman Remaja itu pak Mutrofin selaku manajer juga

mengundang anak yatim. Yatim Mandiri berada untuk fokus

tingkat program pendidikan, program kesehatan, dan

(46)

Harta anak yatim di lembaga Yatim Mandiri Cabang

Surabaya yaitu program-program yang ada yatim mandiri

memberikan pelayanan yang terbaik kepada adik-adik yatim ya

disini program-programnya yang begitu banyak contoh ada

program rumah kemandirian yatim ini fokus kepada

pendidikannya, program beasiswamya, program alat-alat

sekolahnya, nah disini yatim mandiri memberikan yang terbaik

penerima manfaat tentunya dengan anak-anak yatim tingkat

sekolah dasar, tingkat sekolah lanjutan pertama, juga tingkat

sekolah lanjutan atas juga ada pendidikan khusus bagi program

interpreuner bagi adik-adik yang telah lulus sma, diberikan

program pendidikan lebih 1 tahun. Khusus komunitas bunda

mandiri sejahtera, jadi bunda-bunda yatim berkumpul di

kelompokkan berdasarkan masing-masing wilayah agar gampang

untuk mengkontrol sekaligus juga pembinaan lebih gampang, agar

harapan dari kelompok itu atau dari usaha kelompok itu bisa

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena

populasinya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena

berlandaskan pada filsafat postpositivistik.metode ini disebut juga

sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni

(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data

hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretive terhadap data yang

ditemukandi lapangan, metode penelitian naturalistic karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode

lebih digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Peneliti

adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,

dan hsil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.1

1

(48)

2. Jenis Penelitian

Triangulasi adalah pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu.

Mengapa karena peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah

data yang telah ditemukan itu salah dan tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk ketekunan adalah dengan cara membaca

berbagai refrensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi

yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan ini maka wawasan peneliti

akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data

yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.2

B. Lokasi Penelitian

Dari jalan Wonocolo pabrik kulit melewati jalan Ahmad Yani

kemudian jalan Margorejo Indah di sebelah kiri jalan ada Plasa Marina dan

disebelah Plasa Marina terdapat Apartemen terletak di jalan Sidosermo, di

perduaan kiri jalan terdapat Alfamart dan terdapat beberapa toko yang

berjajar dan juga terdapat Masjid Nurul Iman dan di sebelah kanan jalan

2

(49)

terdapat rental mobi yang bernama Bismart Trans dan di sebelah kiri jalan

terdapat gedung pertemuan, setelah melewati gedung pertemuan itu belok

kanan terdapat gapura Bendul Merisi dan di sebelah kanan jalan sekolah

MAN Surabaya dan di sebelah kiri jalan terdapat Indomart dan di sebelah

kanan Jalan ada gedung pertemuan dan di sebelah ada masjid, belok kanan

di sebelah kiri jalan terdapat rumah warga, setelah itu belok kiri ada

beberapa rumah warga lurus sudah sampai ke tempat lokasi penelitian

jalan Bendul Merisi Selatan Blok 1 No 2A.

1. Profil Yatim Mandiri

Yatim Mandiri adalah lembaga nirlaba yang berkhidmat dan

concern dalam upaya memandirikan anak yatim melalui pengelolaan dan

zakat, infak, sedekah, wakaf, serta dana sosial lainnya baik secara

individu, kelompok, maupun perusahaan yang halal dan tidak mengikat.

Saat ini, Yatim Mandiri memiliki jaringan layanan di 40 kantor

cabang yang tersebar di 12 provinsi di Indonesia. Dengan dukungan

kurang lebih 125.000 donatur loyal dari berbagai kalangan di tanah air,

hingga saat ini Yatim Mandiri telah memberikan manfaat melalui

program-program kemandirian kebapada lebih dari 40.000 anak yatim

tidak mampu. Fokus program kami dalam bidang pendidikan, kesehatan

pemberdayaan ekonomi, sosial kemanusiaan dan dakwah.3

3

(50)

2. Visi dan Misi Yatim Mandiri

Visi Yatim Mandiri menjadikan Lembaga terpercaya dalam

membangun kemandirian Yatim

Misi

 Membangun nilai-nilai kemanusiaan

 Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan sumber daya

untuk kemandirian Yatim

 Meningkatkan Capacity Building Organisasi

PROGRAM YATIM MANDIRI

1) KESEHATAN

MOBIL SEHAT

Yatim Mandiri mengambil porsi lembaga yang fokus

memandirikan anak yatim dan dhuafa mengadakan program layanan

kesehatan keliling yang menjangkau daerah-daerah terpencil di Indonesia

dengan program “Layanan Kesehatan Keliling”.

Tujuan

Layanan Kesehatan Keliling Yatim Mandiri bertujuaan untuk:

 Menyediakan layanan kesehatan gratis untuk yatim dan dhuafa.

(51)

RSM (Rumah Sehat Mandiri)

Layanan kesehatan bermutu dengan biaya terjangkau untuk

masyarakat umum dan gratis untuk Yatim Dhu’afa berupa klinik yang

meliputi pemeriksaan dasar umum, laboratorium dasar, dan pemberian gizi

kepada anak yatim.

2) Pendidikan

ICMBS ( Isan Cendekia Mandiri Boarding School)

Sekolah tingkat SMP, dan SMA berasrama dengan program

Tahfidhul Qur’an leadership, Akademik, Kurikulum Nasional untuk Yatim

dhu’afa. Sehingga akan lahir lulusan yang terdidik, mandiri, dan

berwawasan internasional.

MEC (Mandiri Entrepeneur Center)

Program diklat Profesi dan Entrepeneur setarra D1 bebas biaya

untuk Yatim Dhuafa program ini memberikan keterampilan khusus guna

mencetak tenaga ahli di bidangnya yang mempunyai karakter muslim dan

jujur. Program ini meliputi pengetahuan akuntasi komputer, administrasi

perkantoran, desain grafis, media komunikasi visual, manajemen zakat,

otomotif, tata boga, diklat Guru Tk islam, peternakan dan akademik

komunikasi.4

4

(52)

SUPERCAMP

Supercamp merupakan kegiatan untuk membentuk karakter

kemandirian anak-anak yatim dhuafa. Karakter kemandirian yang

dimaksud ialah leadhership, manajemen diri, dan sikap dasar muslim

lainnya. Dengan mengikuti SUPERCAMP diharapkan akan lahir

calon-calon pemimpin masa depan. Supercamp ini dikuti oleh anak yatim dhuafa

tingkat SMP-SMA dan diselenggarakan saat liburan sekolah.

Asa (Alat sekolah)

Merupakan sebuah program untuk anak-anak yatim dhu’afa berupa

alat-alat sekolah seperti buku tulis, tas sekolah, alat tulis dan yang lainnya.

Program ini digulirkan setiap tahunnya kepada 15.000 anak.

Plus (Pembinaan Lulus Ujian Sekolah)

PLUS merupakan singkatan dari pembinaan Lulus Ujian Sekolah.

Sebuah program pembinaan untuk yatim dhu’afa kelas 9 dan kelas 12.

Program tersebut memberikan bekal-bekal persiapan ujian sekolah agar

anak-anak yatim dhu’afa dapat lulus ujian sekolahnya dengan hasil yang

memuaskan. Di samping itu, program PLUS juga memberikan

solusi-solusi kepada anak yatim dhu’afa untuk menyiapkan masa depannya

setelah lulus UNA. Program ini dilaksanakan setiap menjelang ujian

(53)

DUTA GURU

DUTA GURU adalah program pembinaan yatim dhu’afa dalam

bidang Al-Qur’an dan diniyah yang didampingi oleh ustad/zah pilihan.

Melalui program ini harapannya anak yatim dhu’afa dapat membaca Al

-Qur’an dengan tartil dan memiliki sikap kepribadian muslim. Hingga saat

ini sudah tersebar 230 ustad/zah di seluruh pelosok Indonesia.

SANGGAR GENIUS

SANGGAR GENIUS adalah program bimbingan belajar yatim

dhu’afa yang fokus pada dua hal, yaitu matematika dan akhlak. Program

ini dimaksudkan untuk melengkapi kegiatan anak-anak di masyarakat di

luar sekolah. Karena selama ini tidak banyak masyarakat yang mampu

menyelenggarakan bimbel gratis kepada anak-anak lingkungannya. Yatim

Mandiri hadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut, gratis namun tetap

berkualitas dengan guru-guru pilhan yang diterjunkan. Melalui program ini

anak-anak yatim dhu’afa diharapkan mampu bersaing bidang akademiknya

dan dapat mengembangkan potensi dirinya. Setiap tahunya Yatim Mandiri

mengeluarkan ± 2 M untuk program tersebut. Hingga saat ini sudah

tersebut sebanyak 240 sanggar di seluruh Indonesia.

RUMAH KEMANDIRIAN (RK)

Rumah kemandirian adalah program pemberdayaan anak yatim

berbasis ICD (Integrated Community Development). RK mengintegrasikan

(54)

yaitu Sanggar Genius, dan program pembinaan Bunda Yatim. Dengan

pendekatan pemberdayaan komunikas antara anak yatim, keluarga dan

masyarakat sekitar diharapkan akan lahir generasi-generasi yatim dhuafa

yang mandiri dalam dilingkungan tersebut.

Saat ini Yatim Mandiri sudah memiliki RK di seluruh Indonesia.

Yaitu Surabaya, Sidoarjo, Bojonegoro, Yogyakarta, Semarang, Palembang

dan Bogor.

BESTARI (Beasiswa Yatim Prestasi)

Bestari merupakan bantuan biaya pendidikan untuk yatim dhu’afa

tingkat SD-SMA se-Indonesia. Dengan bantuan ini diharapkan dapat

memberikan semangat bagi anak-anak yatim dhu’afa untuk berprestasi dan

tidak putus sekolah. Setiap tahun Yatim Mandiri mengeluarkan ± 10 M

untuk 15.000 anak yatim dhu’afa.5

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau

pertama. Data ini tidak tersebut dalam bentuk terkompilas ataupun

dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau

dalam istilah responden, yaitu orang yang kita jadikan obyek penelitian

atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi

5

(55)

ataupun data. Untuk mengumpulkan data primer diperlukan metode

yang disebut survei dan menggunakan instrument tertentu. Survei

bermanfaat dalam menyediakan cara-cara yang cepat, efisien dan tepat

dalam menilai informasi dan responden.

Merahasiakan tujuan penelitian dilakukan untuk agar para

responden tidak memberikan jawaban-jawaban yang biasa dari apa

yang kita harapkan, kedua struktur berkaitan dengan formalitas

(resmi) atau pencarian data dilakukan secara terstruktur atau tidak

terstruktur.6

Maka dari situ data primer harus dapat terjaring pada

daftar-daftar isian dan questionnaire. Dengan perkataan ini suatu

questionnaire atau sebangsanya harus sungguh-sungguh

mencerminkan data primer yang dikehendaki atau dibutuhkan.7

Observasi adalah sebagai teknik pengumpulan data

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang

lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,

penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,

gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.8

6

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) hal 129-130

7

Taliziduhu Ndraha, Research Metodologi Adminstrasi (Jakarta: Bina Aksara, 1985) hal 60

8

(56)

Data primer dalam penelitian ini adalah nara sumber yang paham

mengenai sistem koordinasi yang ada di Lembaga Yatim Mandiri,

yaitu:

a. H. Mutrofin, SE selaku kepala cabang Yatim Mandiri Cabang

Surabaya

b. Siti Maimunah selaku sekertaris.

c. Laila selaku devisi keuangan

d. Binti Nur R selaku devisi administrasi

e. Iskandar selaku staff devisi program.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain

dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi

menurut keperluan mereka. Klasifikasi itu mungkin tidak sesuai bagi

keperluan peneliti dank arena itu harus menyusunnya kembali menurut

kepentingan masalah yang dihadapi. Bila ini tidak mungkin atau

kurang serasi maka ada kalanya peneliti merasa lebih baik

mengumpulkan data sendiri. Karena sumber sekunder dikumpulkan

oleh orang lain dengan tujuan yang berlainan dengan tujuan seorang

peneliti tertentu, peneliti harus mempertimbangkan hingga mana dan

bagaimana ia dapat memanfaatkan bahan itu guna keperluan

(57)

generalisasi yang bersifat ilmiah yang baru, dan dapat pula berguna

sebagai pelengkap informasi yang telah dikumpulkan sendiri oleh

peneliti. Dan akhirnya data itu dapat juga memperkuat penemuan atau

pengetahuan yang telah ada.9

Dalam hal ini data yang di himpun adalah tentang profil Yatim

Mandiri Cabang Surabaya meliputi sejarah Yatim Mandiri dan Visi

Misi, struktur organisasi. Data ini diperoleh dari manajer lembaga

Yatim Mandiri Cabang Surabaya dan biasanya di peroleh dari

dokumentasi.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumentasi.

Dokumentasi adalah Teknik pengumpulan data melalui dokumen ini

dipergunakan untuk mengetahui tentang tata cara perencanaan program

kerja yang telah di rencanakan literature-literatur baik berupa buku,

dokumen dan sebagainnya yang relevan dengan materi penelitian

majalah, jurnal, dan sejenisnya.

Dengan menggunakan dokumentasi ini peneliti mendapatkan

data tentang:

a. Sejarah berdirinya Yatim Mandiri Cabang Surabaya

b. Struktur Organisasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya

c. Sistem Koordinasi Yatim Mandiri Cabang Surabaya

9

Referensi

Dokumen terkait

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. Artinya, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

Sebagai perusahaan agensi properti, A&A Indonesia mengandalkan para tenaga agen penjualnya dalam memperoleh data tentang ribuan properti yang dijual maupun disewakan

Estimasi arah sumber suara pada horizontal plane dalam ruang eksperimen pertama bernilai akurasi semakin tinggi untuk durasi sinyal suara yang panjang dan performansi

Tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan yaitu sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan terhadap

Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh semua manusia. Dimulai sejak lahir manusia sebenarnya telah mendapatkan pendidikan baik dalam

Kategori: tabu susila.. Fungsi: Untuk menyebutkan penolakannya bahwa dia tidak akan mau berhubungan badan dengan pria apalagi sampai mendapatkan kepuasan seksual dari

matematika dengan pendekatan pendekatan Quantum Teaching lebih besar dari pada rata- rata aktivitas belajar siswa yang muncul pada kelas kontrol yang diberikan

Sekolah inklusif yang seharusnya memiliki guru pendamping khusus yang tugasnya untuk mendampingi siswa dengan kebutuhan khusus dalam pembelajarannya ini, belum