PPh Pasal 21
Pengertian PPh Pasal 21/26
PAJAK PENGHASILAN
sehubungan dengan:
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa
• Kegiatan
PENGHASILAN:
- Gaji - Upah
- Honorarium - Tunjangan, dan
- Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
Subjek Pajak DN
Subjek Pajak LN
PPh Pasal 21 PPh Pasal 26
Pasal 1 angka 2 dan 3
Pemotong PPh Pasal 21/26
Pasal 2 ayat (1)
•
Pemberi kerja:
orang pribadi dan badan
•
Bendahara atau Pemegang Kas
Pemerintah
•
Dana Pensiun, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja dan badan-badan
lain
•
Orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas serta badan
•
Kantor perwakilan negara asing
•
Organisasi-organisasi internasional
yang ditetapkan Menteri Keuangan
(PMK No 15/PMK.03/2010 25 Jan
2010)
•
Pemberi kerja orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata
memperkerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga
atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Pasal 2 ayat (2)
Tidak Termasuk Pemberi Kerja
Pasal 3
Penerima Penghasilan Yang
Dipotong PPh Pasal 21/26
•
Pegawai
•
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang
manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli
warisnya
•
Bukan pegawai :
•
Peserta kegiatan
–
Tenaga ahli
–
Seniman/pekerja
seni, pembawa acara
–
Olahragawan
–
Penasihat, pengajar,
pelatih, penceramah,
penyuluh dan
moderator
–
Pengarang, peneliti,
penerjemah
–
Pemberi jasa dalam
segala bidang
–
Peserta perlombaan
–
Peserta rapat,
konferensi, sidang,
pertemuan,
kunjungan kerja
–
Peserta/anggota
kepanitiaan
–
Peserta pendidikan,
pelatihan dan magang
–
Peserta kegiatan
lainnya
–
Agen iklan
–
Pengawas dan pengelola
proyek
–
Pembawa pesanan/yang
menemukan
langganan/perantara
–
Petugas penjaja barang
dagangan
–
Petugas dinas luar
asuransi
•
Penghasilan
Pegawai Tetap
baik teratur
maupun tidak teratur
•
Penghasilan
Penerima Pensiun
secara teratur
•
Penghasilan sehubungan dengan
pemutusan
hubungan kerja dan sehubungan pensiun
yang diterima sekaligus
•
Penghasilan
pegawai tidak tetap atau tenaga
kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan
•
Imbalan kepada
bukan pegawai
•
Imbalan kepada
peserta kegiatan
•
Bukan Wajib Pajak
•
Wajib Pajak PPh Final
•
Wajib Pajak Norma Penghitungan
Khusus
Pasal 5
Penghasilan Yang Dipotong
PPh Pasal 21/26
Termasuk
•
Pembayaran manfaat atau
santunan
asuransi
kesehatan,
kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea
siswa
•
Natura/kenikmatan
dari Wajib
Pajak atau Pemerintah
•
Iuran pensiun
kepada dana
pensiun yang telah disahkan
Menkeu, iuran THT/JHT yang
dibayar pemberi kerja
•
Zakat/sumbangan wajib
keagamaan
dari badan/lembaga
yang dibentuk/disahkan
pemerintah
•
Bea siswa
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU
PPh
Pasal 8 ayat (1)
Penghasilan Yang
Tarif PPh Pasal 21
[Pasal 17 UU PPh]
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 500 JUTA
5%
15%
25%
TARIF
LAPISAN PENGHASILAN
KENA PAJAK
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA
30%
Tarif PPh Pasal 21:
Penerima Penghasilan Tidak Ber-NPWP
Dikenakan Tarif
20% Lebih Tinggi
Pph PASAL 21 Dipotong:
120% dari PPh Pasal 21
yang Seharusnya Dipotong
jika Ber-NPWP
BISA DIPERHITUNGKAN DENGAN PPH PASAL 21 BULAN-BULAN BERIKUTNYA
JIKA SUDAH BER
NPWP
Dasar Pengenaan Pajak
PPh Pasal 21
PEGAWAI BUKAN PEGAWAI TIDAK BERKESINAMBUNGAN PENSIUNAN TETAP TIDAK TETAP
Ph NETO - PTKP BULANAN
HARIAN
Ph BRUTO - PTKP
50% X Ph Bruto Kumulatif
50 % x Ph Bruto Ph NETO - PTKP SEKALIGUS
BERKALA
Ph BRUTO – 150 RIBU
PP 68 th 2009, PMK No 16/PMK.03/2010
Ph Bruto Kumulatif
BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1)
(50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan * Jumlah Kumulatif
PESERTA KEGIATAN
Ph BRUTO(>6jt) – PTKP
KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN OLEH PEGAWAI Ph Bruto
Ph BRUTO(>1,32jt s.d.6jt)
– PTKP Harian
PPh Pasal 21 :
Pegawai Tetap & Penerima Pensiun
Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi
Kerja
Penerima Pensiun Bulanan Uang Pensiun Berkala
Dikurangi Dengan
1.Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp6.000.000 per tahun atau Rp500.000 per bulan (Pasal 10 ayat (3) butir a) 2.Iuran pensiun, THT/JHT
yang dibayar sendiri
Dikurangi Dengan
1.Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun atau Rp200.000 perbulan (Pasal 10 ayat (4))
PENGHASILAN NETO
Dikurangi : PTKP
Penghasilan Kena Pajak
PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN
PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
(Pasal 11 ayat (5) dan (6)
Rp 1.320.000
TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAKKAWIN
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 11 ayat (1)
Rp 15.840.000
UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANGPRIBADI
Rp 1.320.000
TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAKHANYA UTK DIRI SENDIRI
STATUS KAWIN STATUS TDK
KAWIN
- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - TANGGUNGAN
MAKS 3 ORANG
SYARAT:
MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI
TIDAK MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN
STATUS KAWIN SUAMI
TDK MENERIMA/ MEMPEROLEH PENGHASILAN
- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - STATUS KAWIN - TANGGUNGAN MAKS 3 ORANG
Pasal 11 ayat (3) dan (4)
IURAN
PENSIUN
PREMI
ASURANSI
Dibayar Sendiri
Pengurang
Bukan
Pengurang
Dibayar
Pemberi Kerja
Bukan
Objek PPh
Objek PPh
Pembayaran/
Penggantian
Bagi Penerima
Objek PPh
Bukan
Objek PPh
Ditinjau dari sisi karyawan sebagai penerima penghasilan:
Masa Pajak Terakhir
Setiap masa pajak,
Kecuali Masa Pajak
Terakhir
Perkiraan
Penghasilan neto
yang akan
diperoleh selama
setahun
(Penghasilan
neto sebulan
dikalikan 12)
Selisih antara PPh
yang terutang atas
seluruh
penghasilan kena
pajak selama
setahun dengan
yang telah
dipotong
masa-masa sebelumnya.
Penghitungan PPh Pasal 21
Ahmad Zakaria bekerja pada Yayasan
Bulu Pena dengan memperoleh Gaji
sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar
iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.
Ahmad menikah tetapi belum
mempunyai anak. Penghitungan PPh
Pasal 21-nya adalah sebagai berikut :
Penghasilan Neto setahun
12 x 2,275,000 Rp 27,300,000 PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15,840,000
Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000
Tanggungan
-Rp 17,160,000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10,140,000 PPh Pasal 21 setahun
5% x 10,140,000 Rp 507,000 PPh Pasal 21 sebulan
507,000
: 12 Rp 42,250
Contoh 1:
Bambang Yuliawan pegawai pada Yayasan
Indonesia Merdeka, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 2.000.000,00.
Yayasan Indonesia Merdeka mengikuti program
Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan
premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan
0,30% dari gaji.
Yayasan Indonesia Merdeka menanggung iuran
Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari
gaji sedangkan Bambang Yuliawan membayar
iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji
setiap bulan.
Disamping itu Yayasan Indonesia Merdeka juga
mengikuti program pensiun untuk pegawainya.
Yayasan Indonesia Merdeka membayar iuran
pensiun untuk Bambang Yuliawan ke dana
pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp
100.000,00, sedangkan Bambang Yuliawan
membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00
Contoh 2:
Gaji sebulan Rp 2.000.000 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 10.000 Premi Jaminan Kematian 6.000 Penghasilan Bruto 2.016.000
Pengurangan : 1. Biaya Jabatan
5% x 2.016.000 Rp 100.800 2. Iuran pensiun 50.000 3. Iuran Jaminan Hari Tua 40.000
Rp 190.800 Penghasilan Neto sebulan Rp 1.825.200
Penghasilan Neto setahun
12 x 1.825.200 Rp 21.902.400
PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000 Tanggungan
Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 4.742.400 Pembulatan 4.742.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 4.742.000 Rp 237.100 PPh Pasal 21 sebulan
Contoh 2:
Endang Vidyawati adalah seorang
karyawati Yayasan Pembela Keuangan
dengan status menikah tanpa anak,
bekerja pada PT Ventura Entiti dengan
gaji sebulan sebesar Rp. 2.500.000,00.
Endang VIdyawati membayar iuran
pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan sebesar Rp.
50.000,00 sebulan.
Berdasarkan surat keterangan dari
Pemda tempat Endang Vidyawati
berdomisili yang diserahkan kepada
pemberi kerja, diketahui bahwa
suaminya tidak mempunyai penghasilan
apapun.
Contoh 3:
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Pengurangan : 1. Biaya Jabatan
5% x 2.500.000 Rp 125.000 Iuran pensiun Rp 50.000
Rp 175.000 Penghasilan Neto sebulan Rp 2.325.000
Penghasilan Neto setahun
12 x 2.325.000 Rp 27.900.000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.740.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10.740.000 Rp 537.000 PPh Pasal 21 sebulan
537.000
: 12 Rp 44.750
Contoh 3:
(lanjutan)
Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada Yayasan Hati
Gembira dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.000.000,00
sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima
bonus sebesar Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Joko
membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sebesar Rp 60.000,00
Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :
Gaji Setahun (12 x Rp 2.000.000) Rp 24.000.000
Bonus Rp 5.000.000
Rp 29.000.000 Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 29.000.000 Rp 1.450.000 2. Iuran pensiun
12 x 60.000 Rp 720.000
Rp 2.170.000
Penghasilan Neto setahun Rp 26.830.000
PTKP Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000
Rp 15.840.000
Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.990.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 10.990.000 Rp 549.500
A. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus :
Contoh 4:
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem,
Gaji Setahun
Rp
24.000.000
Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x
24.000.000
1.200.000
2. Iuran pensiun
Rp
720.000
Rp
1.920.000
Penghasilan Neto setahun
Rp
22.080.000
PTKP Setahun
WP Sendiri
Rp
15.840.000
Rp
15.840.000
Pengh. Kena Pajak setahun
Rp
6.240.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x
6.240.000
Rp
312.000
B. PPh Pasal 21 atas Gaji :
C. PPh Pasal 21 atas Bonus :
Rp 549.500,00
–
Rp312.000,00 =
Rp 237.500,00
Contoh 4: (lanjutan)
Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem,
Ahmad Zakaria sebagaimana tersebut
dalam contoh di atas pada bulan Juni
2009 menerima kenaikan gaji, menjadi
Rp 3.500.000,00 sebulan dan berlaku
surut sejak 1 Januari 2009. Dengan
adanya kenaikan gaji yang berlaku surut
tersebut maka Ahmad menerima rapel
sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan
gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2009).
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas
uang rapel tersebut, terlebih dahulu
dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk
masa Januari s.d. Mei 2009 atas dasar
penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Dengan demikian penghitungan PPh
Pasal 21 terutangnya adalah sebagai
berikut :
Contoh 5:
Gaji sebulan Rp 3.500.000 Pengurangan :
1. Biaya Jabatan
5% x 3.500.000 Rp 175.000 2. Iuran pensiun 100.000
Rp 275.000 Penghasilan Neto sebulan Rp 3.225.000 Penghasilan Neto setahun
12 x 3.225.000 Rp 38.700.000 PTPK Setahun
WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000
Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 21.540.000 PPh Pasal 21 setahun
5 x 21.540.000 Rp 1.077.000 PPh Pasal 21 sebulan
1.077.000
: 12 Rp 89.750 PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah:
5 x 89.750,00 Rp 448.750 PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2009
5 x 42.250,00 Rp 211.250 PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500
Contoh 5:
(lanjutan)
DISETAHUNKAN
TIDAK
DISETAHUNKAN
1. WP OP DN
meninggal dunia
di pertengahan
tahun
2. WP OP DN
meninggalkan
Indonesia untuk
selama-lamanya
3. Orang Asing mulai
bekerja di
Indonesia di
pertengahan
tahun untuk
jangka waktu lebih
dari 6 bulan
4. Karyawan pindah
cabang
1. WP OP DN mulai
bekerja di
pertengahan
tahun
2. WP OP DN pindah
kerja ke pemberi
kerja lain
Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan
Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 6.000.000 Upah/Uang Saku
Harian
≤ 5 . > 150.000
Tidak Dipotong Dikurangi 150.000
Dipotong 5%
Upah kumulatif > 1.320.000 sebulan dan < 6.000.000
Upah sehari dikurangi PTKP sehari
Tarif PPh 21 : 5%
Disetahunkan
Dikurangi PTKP Setahun
Penghasilan Kena Pajak
Dikenakan Tarif Ps 17
PPh Ps 21 Setahun
Dibagi 12
PPh Pasal 21 Sebulan
PPh Pasal 21 :
Yudistira dengan status belum menikah pada bulan Januari 2009 bekerja sebagai pegawai harian Yayasan Bulupena. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00
Contoh 6:
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
Upah Sehari
Rp
150.000
Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
Rp
150.000
Penghasilan Kena Pajak Sehari
Rp
-PPh Pasal 21 Sehari
-Upah s.d hari ke-9 (Rp 15.000,00 x 9)
Rp 1.350.000
PTKP sebenarnya: 9 x (Rp 15.840.000,00 / 360) Rp
396.000
Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-9
Rp
954.000
PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-9
5%
x
954.000,00
Rp
47.700
PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke-8
Rp
-PPh 21 yang harus dipotong pada hari ke-9
Rp
47.700
Upah bersih yang diterima hari ke-9
Rp
102.300
Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang
diterima belum melebihi Rp 1.320.000,00, maka tidak ada PPh
Pasal 21 yang dipotong.
Pada hari ke-9 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp
1.320.000,00,
maka
PPh
Pasal
21
terutang
dihitung
Upin bekerja pada Yayasan Indah dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2009 Wardi hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah Rp 120.000,00. Wardi menikah tetapi belum memiliki anak
Contoh 7:
UPAH HARIAN/SATUAN/BORONGAN/HONORARIUM YANG DITERIMA TENAGA HARIAN LEPAS TAPI
DIBAYARKAN SECARA BULANAN
Upah Januari 2009 = 20 x Rp 120.000,00 Rp 2.400.000
Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 2.400.000 Rp 28.800.000
PTKP (K/-)
Untuk WP sendiri 15.840.000
tambahan karena menikah 1.320.000
17.160.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 11.640.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 11.640.000,00 582.000
PPh Pasal 21 sebulan
582.000,00
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai
–
Berkesinambungan
Memiliki NPWP?
Hanya memperoleh penghasilan dari
hubungan kerja dengan Pemotong?
tidak memperoleh penghasilan lainnya?
Dasar Pengenaan Pajak (DPP): Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Dasar Pengenaan Pajak (DPP): 50% X Penghasilan Bruto
Menyerahkan fotokopi kartu NPWP dan bagi wanita kawin menyerahkan fotokopi NPWP suami serta fotokopi surat nikah
& KK
YA
PKP:
(50% x Ph Bruto) – PTKP
PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif PKP
PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif DPP
TIDAK
Catatan
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai
–
Tidak Berkesinambungan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
50% X Penghasilan Bruto
PPh Pasal 21:
Tarif Ps 17 UU PPh atas
Penghasilan Bruto untuk
TARIF PS. 17 DITERAPKAN
ATAS :
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PPh Pasal 21 :
JASA PRODUKSI,
TANTIEM, GRATIFIKASI DAN BONUS ATAU IMBALAN
LAIN YANG TIDAK TERATUR
PENARIKAN DANA PENSIUN
DEWAN
KOMISARIS /
PENGAWAS
BUKAN
PEGAWAI
TETAP
MANTAN
PEGAWAI
PESERTA
PROGRAM
PENSIUN
YANG MASIH
BERSTATUS
PEGAWAI
DITERAPKAN TARIF PASAL 17 X
PENGHASILAN BRUTO KUMULATIF
PPh Pasal 21 :
Tatacara Pemotongan dan
Pengenaan PPh Pasal 21-Final
Uang Pesangon
Dibayarkan Sekaligus
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
DIATAS Rp 100 JUTA
s.d Rp 500 JUTA
0%
5%
15%
TARIF
PENGHASILAN BRUTO
DI ATAS Rp 50 JUTA
s.d Rp 100 JUTA
Tatacara Pemotongan dan
Pengenaan PPh Pasal 21-Final
Uang Manfaat Pensiun,
THT/JHT
Dibayarkan Sekaligus
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
0%
5%
TARIF
PENGHASILAN BRUTO
Penghasilan Bersumber Dari
APBN/D yang Diterima oleh :
Pejabat Negara
PNS
Anggota TNI/Polri
dan Pensiunannya
DIATUR DALAM KETENTUAN
YANG DITETAPKAN KHUSUS
(Pasal 17)
20% Final
PENGHASILAN
BRUTO
MEMPERHATIKAN
KETENTUAN P3B
PPh Pasal 26
WP Luar Negeri
Bagi Penerima
Penghasilan
SAAT DILAKUKAN
PEMBAYARAN
ATAU SAAT
TERUTANGNYA
PENGHASILAN
Bagi Pemotong
PPh Pasal
21/26
UNTUK SETIAP
MASA PAJAK
AKHIR BULAN DILAKUKANNYA
PEMBAYARAN ATAU
AKHIR BULAN TERUTANGNYA
PENGHASILAN
Pasal 21
Kewajiban Pemotong
•
Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
•
Wajib menghitung, memotong,
menyetorkan dan melaporkan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang
untuk setiap bulan kalender.
•
PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib
disetor ke Kantor Pos atau Bank paling
lama 10 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
•
Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun
nihil, paling lama 20 hari setelah Masa
Pajak berakhir.
•
Wajib Membuat Catatan atau Kertas
Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk
Setiap Masa Pajak
•
Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas
Kerja Sesuai Ketentuan
Kewajiban Penerima Penghasilan
•
Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
•
Pegawai, Penerima Pensiun
Berkala, dan Bukan Pegawai
tertentu Wajib Membuat Surat
Pernyataan Yang Berisi Jumlah
Tanggungan Keluarga Pada Awal
Tahun Kalender Atau Pada Saat
Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri
•
Wajib Menyerahkan Surat
Pernyataan Tanggungan Keluarga
kpd Pemotong Pajak Pada Saat
Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun
•
Wajib Membuat Surat Pernyataan
Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan
Tanggungan Keluarga Paling