• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian PPh Pasal 21 26

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengertian PPh Pasal 21 26"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PPh Pasal 21

(2)

Pengertian PPh Pasal 21/26

PAJAK PENGHASILAN

sehubungan dengan:

Pekerjaan atau jabatan

Jasa

Kegiatan

PENGHASILAN:

- Gaji - Upah

- Honorarium - Tunjangan, dan

- Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun

Subjek Pajak DN

Subjek Pajak LN

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26

Pasal 1 angka 2 dan 3

(3)

Pemotong PPh Pasal 21/26

Pasal 2 ayat (1)

Pemberi kerja:

orang pribadi dan badan

Bendahara atau Pemegang Kas

Pemerintah

Dana Pensiun, Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial

Tenaga Kerja dan badan-badan

lain

Orang pribadi yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas serta badan

(4)

Kantor perwakilan negara asing

Organisasi-organisasi internasional

yang ditetapkan Menteri Keuangan

(PMK No 15/PMK.03/2010 25 Jan

2010)

Pemberi kerja orang pribadi yang

tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas yang semata-mata

memperkerjakan orang pribadi untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga

atau pekerjaan bukan dalam rangka

melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas

Pasal 2 ayat (2)

Tidak Termasuk Pemberi Kerja

(5)

Pasal 3

Penerima Penghasilan Yang

Dipotong PPh Pasal 21/26

Pegawai

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang

manfaat pensiun, THT, JHT, termasuk ahli

warisnya

Bukan pegawai :

Peserta kegiatan

Tenaga ahli

Seniman/pekerja

seni, pembawa acara

Olahragawan

Penasihat, pengajar,

pelatih, penceramah,

penyuluh dan

moderator

Pengarang, peneliti,

penerjemah

Pemberi jasa dalam

segala bidang

Peserta perlombaan

Peserta rapat,

konferensi, sidang,

pertemuan,

kunjungan kerja

Peserta/anggota

kepanitiaan

Peserta pendidikan,

pelatihan dan magang

Peserta kegiatan

lainnya

Agen iklan

Pengawas dan pengelola

proyek

Pembawa pesanan/yang

menemukan

langganan/perantara

Petugas penjaja barang

dagangan

Petugas dinas luar

asuransi

(6)

Penghasilan

Pegawai Tetap

baik teratur

maupun tidak teratur

Penghasilan

Penerima Pensiun

secara teratur

Penghasilan sehubungan dengan

pemutusan

hubungan kerja dan sehubungan pensiun

yang diterima sekaligus

Penghasilan

pegawai tidak tetap atau tenaga

kerja lepas yang dibayarkan secara bulanan

Imbalan kepada

bukan pegawai

Imbalan kepada

peserta kegiatan

Bukan Wajib Pajak

Wajib Pajak PPh Final

Wajib Pajak Norma Penghitungan

Khusus

Pasal 5

Penghasilan Yang Dipotong

PPh Pasal 21/26

Termasuk

(7)

Pembayaran manfaat atau

santunan

asuransi

kesehatan,

kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea

siswa

Natura/kenikmatan

dari Wajib

Pajak atau Pemerintah

Iuran pensiun

kepada dana

pensiun yang telah disahkan

Menkeu, iuran THT/JHT yang

dibayar pemberi kerja

Zakat/sumbangan wajib

keagamaan

dari badan/lembaga

yang dibentuk/disahkan

pemerintah

Bea siswa

sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU

PPh

Pasal 8 ayat (1)

Penghasilan Yang

(8)

Tarif PPh Pasal 21

[Pasal 17 UU PPh]

SAMPAI DENGAN

Rp 50 JUTA

DIATAS Rp 250 JUTA

SAMPAI DENGAN

Rp 500 JUTA

5%

15%

25%

TARIF

LAPISAN PENGHASILAN

KENA PAJAK

DI ATAS Rp 50 JUTA

SAMPAI DENGAN

Rp 250 JUTA

30%

(9)

Tarif PPh Pasal 21:

Penerima Penghasilan Tidak Ber-NPWP

Dikenakan Tarif

20% Lebih Tinggi

Pph PASAL 21 Dipotong:

120% dari PPh Pasal 21

yang Seharusnya Dipotong

jika Ber-NPWP

BISA DIPERHITUNGKAN DENGAN PPH PASAL 21 BULAN-BULAN BERIKUTNYA

JIKA SUDAH BER

NPWP

(10)

Dasar Pengenaan Pajak

PPh Pasal 21

PEGAWAI BUKAN PEGAWAI TIDAK BERKESINAMBUNGAN PENSIUNAN TETAP TIDAK TETAP

Ph NETO - PTKP BULANAN

HARIAN

Ph BRUTO - PTKP

50% X Ph Bruto Kumulatif

50 % x Ph Bruto Ph NETO - PTKP SEKALIGUS

BERKALA

Ph BRUTO 150 RIBU

PP 68 th 2009, PMK No 16/PMK.03/2010

Ph Bruto Kumulatif

BERKESINAMBUNGAN ex Psl 13 (1)

(50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan * Jumlah Kumulatif

PESERTA KEGIATAN

Ph BRUTO(>6jt) PTKP

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN OLEH PEGAWAI Ph Bruto

Ph BRUTO(>1,32jt s.d.6jt)

PTKP Harian

(11)

PPh Pasal 21 :

Pegawai Tetap & Penerima Pensiun

Penghasilan Bruto

Pegawai Tetap Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi

Kerja

Penerima Pensiun Bulanan Uang Pensiun Berkala

Dikurangi Dengan

1.Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp6.000.000 per tahun atau Rp500.000 per bulan (Pasal 10 ayat (3) butir a) 2.Iuran pensiun, THT/JHT

yang dibayar sendiri

Dikurangi Dengan

1.Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun atau Rp200.000 perbulan (Pasal 10 ayat (4))

PENGHASILAN NETO

Dikurangi : PTKP

Penghasilan Kena Pajak

(12)

PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN

PADA AWAL TAHUN KALENDER

ATAU

AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER

(Pasal 11 ayat (5) dan (6)

Rp 1.320.000

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK

KAWIN

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pasal 11 ayat (1)

Rp 15.840.000

UNTUK DIRI WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI

Rp 1.320.000

TAMBAHAN UNTUK WAJIB PAJAK
(13)

HANYA UTK DIRI SENDIRI

STATUS KAWIN STATUS TDK

KAWIN

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - TANGGUNGAN

MAKS 3 ORANG

SYARAT:

MENUNJUKKAN KET. TERTULIS DARI PEMERINTAH DAERAH SETEMPAT SERENDAH-RENDAHNYA KECAMATAN BAHWA SUAMI

TIDAK MENERIMA/MEMPEROLEH PENGHASILAN

STATUS KAWIN SUAMI

TDK MENERIMA/ MEMPEROLEH PENGHASILAN

- UTK DIRI SENDIRI SEBAGAI WP - STATUS KAWIN - TANGGUNGAN MAKS 3 ORANG

Pasal 11 ayat (3) dan (4)

(14)

IURAN

PENSIUN

PREMI

ASURANSI

Dibayar Sendiri

Pengurang

Bukan

Pengurang

Dibayar

Pemberi Kerja

Bukan

Objek PPh

Objek PPh

Pembayaran/

Penggantian

Bagi Penerima

Objek PPh

Bukan

Objek PPh

Ditinjau dari sisi karyawan sebagai penerima penghasilan:

(15)

Masa Pajak Terakhir

Setiap masa pajak,

Kecuali Masa Pajak

Terakhir

Perkiraan

Penghasilan neto

yang akan

diperoleh selama

setahun

(Penghasilan

neto sebulan

dikalikan 12)

Selisih antara PPh

yang terutang atas

seluruh

penghasilan kena

pajak selama

setahun dengan

yang telah

dipotong

masa-masa sebelumnya.

Penghitungan PPh Pasal 21

(16)

Ahmad Zakaria bekerja pada Yayasan

Bulu Pena dengan memperoleh Gaji

sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar

iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00.

Ahmad menikah tetapi belum

mempunyai anak. Penghitungan PPh

Pasal 21-nya adalah sebagai berikut :

Penghasilan Neto setahun

12 x 2,275,000 Rp 27,300,000 PTPK Setahun

WP Sendiri Rp 15,840,000

Tambahan WP Kawin Rp 1,320,000

Tanggungan

-Rp 17,160,000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10,140,000 PPh Pasal 21 setahun

5% x 10,140,000 Rp 507,000 PPh Pasal 21 sebulan

507,000

: 12 Rp 42,250

Contoh 1:

(17)

Bambang Yuliawan pegawai pada Yayasan

Indonesia Merdeka, menikah tanpa anak,

memperoleh gaji sebulan Rp 2.000.000,00.

Yayasan Indonesia Merdeka mengikuti program

Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan

premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi

kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan

0,30% dari gaji.

Yayasan Indonesia Merdeka menanggung iuran

Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari

gaji sedangkan Bambang Yuliawan membayar

iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji

setiap bulan.

Disamping itu Yayasan Indonesia Merdeka juga

mengikuti program pensiun untuk pegawainya.

Yayasan Indonesia Merdeka membayar iuran

pensiun untuk Bambang Yuliawan ke dana

pensiun, yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp

100.000,00, sedangkan Bambang Yuliawan

membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00

Contoh 2:

(18)

Gaji sebulan Rp 2.000.000 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 10.000 Premi Jaminan Kematian 6.000 Penghasilan Bruto 2.016.000

Pengurangan : 1. Biaya Jabatan

5% x 2.016.000 Rp 100.800 2. Iuran pensiun 50.000 3. Iuran Jaminan Hari Tua 40.000

Rp 190.800 Penghasilan Neto sebulan Rp 1.825.200

Penghasilan Neto setahun

12 x 1.825.200 Rp 21.902.400

PTPK Setahun

WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000 Tanggungan

Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 4.742.400 Pembulatan 4.742.000

PPh Pasal 21 setahun

5% x 4.742.000 Rp 237.100 PPh Pasal 21 sebulan

Contoh 2:

(19)

Endang Vidyawati adalah seorang

karyawati Yayasan Pembela Keuangan

dengan status menikah tanpa anak,

bekerja pada PT Ventura Entiti dengan

gaji sebulan sebesar Rp. 2.500.000,00.

Endang VIdyawati membayar iuran

pensiun ke dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan sebesar Rp.

50.000,00 sebulan.

Berdasarkan surat keterangan dari

Pemda tempat Endang Vidyawati

berdomisili yang diserahkan kepada

pemberi kerja, diketahui bahwa

suaminya tidak mempunyai penghasilan

apapun.

Contoh 3:

(20)

Gaji sebulan Rp 2.500.000

Pengurangan : 1. Biaya Jabatan

5% x 2.500.000 Rp 125.000 Iuran pensiun Rp 50.000

Rp 175.000 Penghasilan Neto sebulan Rp 2.325.000

Penghasilan Neto setahun

12 x 2.325.000 Rp 27.900.000

PTKP Setahun

WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000

Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.740.000

PPh Pasal 21 setahun

5% x 10.740.000 Rp 537.000 PPh Pasal 21 sebulan

537.000

: 12 Rp 44.750

Contoh 3:

(lanjutan)

(21)

Joko Qurnain (tidak kawin) bekerja pada Yayasan Hati

Gembira dengan memperoleh gaji sebesar Rp 2.000.000,00

sebulan. Dalam tahun yang bersangkutan Joko menerima

bonus sebesar Rp 5.000.000,00. Setiap bulannya Joko

membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

sebesar Rp 60.000,00

Cara menghitung PPh Pasal 21 atas bonus adalah :

Gaji Setahun (12 x Rp 2.000.000) Rp 24.000.000

Bonus Rp 5.000.000

Rp 29.000.000 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x 29.000.000 Rp 1.450.000 2. Iuran pensiun

12 x 60.000 Rp 720.000

Rp 2.170.000

Penghasilan Neto setahun Rp 26.830.000

PTKP Setahun

WP Sendiri Rp 15.840.000

Rp 15.840.000

Pengh. Kena Pajak setahun Rp 10.990.000

PPh Pasal 21 setahun

5% x 10.990.000 Rp 549.500

A. PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus :

Contoh 4:

Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem,

(22)

Gaji Setahun

Rp

24.000.000

Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x

24.000.000

1.200.000

2. Iuran pensiun

Rp

720.000

Rp

1.920.000

Penghasilan Neto setahun

Rp

22.080.000

PTKP Setahun

WP Sendiri

Rp

15.840.000

Rp

15.840.000

Pengh. Kena Pajak setahun

Rp

6.240.000

PPh Pasal 21 setahun

5% x

6.240.000

Rp

312.000

B. PPh Pasal 21 atas Gaji :

C. PPh Pasal 21 atas Bonus :

Rp 549.500,00

Rp312.000,00 =

Rp 237.500,00

Contoh 4: (lanjutan)

Pegawai Tetap : Jasa Produksi, Tantiem,

(23)

Ahmad Zakaria sebagaimana tersebut

dalam contoh di atas pada bulan Juni

2009 menerima kenaikan gaji, menjadi

Rp 3.500.000,00 sebulan dan berlaku

surut sejak 1 Januari 2009. Dengan

adanya kenaikan gaji yang berlaku surut

tersebut maka Ahmad menerima rapel

sejumlah Rp 5.000.000,00 (kekurangan

gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2009).

Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas

uang rapel tersebut, terlebih dahulu

dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk

masa Januari s.d. Mei 2009 atas dasar

penghasilan setelah ada kenaikan gaji.

Dengan demikian penghitungan PPh

Pasal 21 terutangnya adalah sebagai

berikut :

Contoh 5:

(24)

Gaji sebulan Rp 3.500.000 Pengurangan :

1. Biaya Jabatan

5% x 3.500.000 Rp 175.000 2. Iuran pensiun 100.000

Rp 275.000 Penghasilan Neto sebulan Rp 3.225.000 Penghasilan Neto setahun

12 x 3.225.000 Rp 38.700.000 PTPK Setahun

WP Sendiri Rp 15.840.000 Tambahan WP Kawin Rp 1.320.000

Rp 17.160.000 Pengh. Kena Pajak setahun Rp 21.540.000 PPh Pasal 21 setahun

5 x 21.540.000 Rp 1.077.000 PPh Pasal 21 sebulan

1.077.000

: 12 Rp 89.750 PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2009 seharusnya adalah:

5 x 89.750,00 Rp 448.750 PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2009

5 x 42.250,00 Rp 211.250 PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 237.500

Contoh 5:

(lanjutan)

(25)

DISETAHUNKAN

TIDAK

DISETAHUNKAN

1. WP OP DN

meninggal dunia

di pertengahan

tahun

2. WP OP DN

meninggalkan

Indonesia untuk

selama-lamanya

3. Orang Asing mulai

bekerja di

Indonesia di

pertengahan

tahun untuk

jangka waktu lebih

dari 6 bulan

4. Karyawan pindah

cabang

1. WP OP DN mulai

bekerja di

pertengahan

tahun

2. WP OP DN pindah

kerja ke pemberi

kerja lain

(26)

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 6.000.000 Upah/Uang Saku

Harian

≤ 5 . > 150.000

Tidak Dipotong Dikurangi 150.000

Dipotong 5%

Upah kumulatif > 1.320.000 sebulan dan < 6.000.000

Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Tarif PPh 21 : 5%

Disetahunkan

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

PPh Pasal 21 :

(27)

Yudistira dengan status belum menikah pada bulan Januari 2009 bekerja sebagai pegawai harian Yayasan Bulupena. Ia bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian sebesar Rp 150.000,00

Contoh 6:

Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai

Upah Sehari

Rp

150.000

Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan

Rp

150.000

Penghasilan Kena Pajak Sehari

Rp

-PPh Pasal 21 Sehari

-Upah s.d hari ke-9 (Rp 15.000,00 x 9)

Rp 1.350.000

PTKP sebenarnya: 9 x (Rp 15.840.000,00 / 360) Rp

396.000

Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-9

Rp

954.000

PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-9

5%

x

954.000,00

Rp

47.700

PPh 21 yang telah dipotong s.d hari ke-8

Rp

-PPh 21 yang harus dipotong pada hari ke-9

Rp

47.700

Upah bersih yang diterima hari ke-9

Rp

102.300

Sampai dengan hari ke-8, karena jumlah kumulatif upah yang

diterima belum melebihi Rp 1.320.000,00, maka tidak ada PPh

Pasal 21 yang dipotong.

Pada hari ke-9 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp

1.320.000,00,

maka

PPh

Pasal

21

terutang

dihitung

(28)

Upin bekerja pada Yayasan Indah dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2009 Wardi hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari adalah Rp 120.000,00. Wardi menikah tetapi belum memiliki anak

Contoh 7:

UPAH HARIAN/SATUAN/BORONGAN/HONORARIUM YANG DITERIMA TENAGA HARIAN LEPAS TAPI

DIBAYARKAN SECARA BULANAN

Upah Januari 2009 = 20 x Rp 120.000,00 Rp 2.400.000

Penghasilan neto setahun = 12 x Rp 2.400.000 Rp 28.800.000

PTKP (K/-)

Untuk WP sendiri 15.840.000

tambahan karena menikah 1.320.000

17.160.000

Penghasilan Kena Pajak Rp 11.640.000

PPh Pasal 21 setahun

5% x 11.640.000,00 582.000

PPh Pasal 21 sebulan

582.000,00

(29)

PPh Pasal 21 :

Bukan Pegawai

Berkesinambungan

Memiliki NPWP?

Hanya memperoleh penghasilan dari

hubungan kerja dengan Pemotong?

tidak memperoleh penghasilan lainnya?

Dasar Pengenaan Pajak (DPP): Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Dasar Pengenaan Pajak (DPP): 50% X Penghasilan Bruto

Menyerahkan fotokopi kartu NPWP dan bagi wanita kawin menyerahkan fotokopi NPWP suami serta fotokopi surat nikah

& KK

YA

PKP:

(50% x Ph Bruto) – PTKP

PPh Pasal 21:

Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif PKP

PPh Pasal 21:

Tarif Ps 17 UU PPh atas Jumlah Kumulatif DPP

TIDAK

Catatan

(30)

PPh Pasal 21 :

Bukan Pegawai

Tidak Berkesinambungan

Dasar Pengenaan Pajak (DPP):

50% X Penghasilan Bruto

PPh Pasal 21:

Tarif Ps 17 UU PPh atas

Penghasilan Bruto untuk

(31)

TARIF PS. 17 DITERAPKAN

ATAS :

PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH

DAN TIDAK DAPAT DIPECAH

JUMLAH PENGHASILAN BRUTO

PPh Pasal 21 :

(32)

JASA PRODUKSI,

TANTIEM, GRATIFIKASI DAN BONUS ATAU IMBALAN

LAIN YANG TIDAK TERATUR

PENARIKAN DANA PENSIUN

DEWAN

KOMISARIS /

PENGAWAS

BUKAN

PEGAWAI

TETAP

MANTAN

PEGAWAI

PESERTA

PROGRAM

PENSIUN

YANG MASIH

BERSTATUS

PEGAWAI

DITERAPKAN TARIF PASAL 17 X

PENGHASILAN BRUTO KUMULATIF

PPh Pasal 21 :

(33)

Tatacara Pemotongan dan

Pengenaan PPh Pasal 21-Final

Uang Pesangon

Dibayarkan Sekaligus

SAMPAI DENGAN

Rp 50 JUTA

DIATAS Rp 100 JUTA

s.d Rp 500 JUTA

0%

5%

15%

TARIF

PENGHASILAN BRUTO

DI ATAS Rp 50 JUTA

s.d Rp 100 JUTA

(34)

Tatacara Pemotongan dan

Pengenaan PPh Pasal 21-Final

Uang Manfaat Pensiun,

THT/JHT

Dibayarkan Sekaligus

SAMPAI DENGAN

Rp 50 JUTA

0%

5%

TARIF

PENGHASILAN BRUTO

(35)

Penghasilan Bersumber Dari

APBN/D yang Diterima oleh :

Pejabat Negara

PNS

Anggota TNI/Polri

dan Pensiunannya

DIATUR DALAM KETENTUAN

YANG DITETAPKAN KHUSUS

(Pasal 17)

(36)

20% Final

PENGHASILAN

BRUTO

MEMPERHATIKAN

KETENTUAN P3B

PPh Pasal 26

WP Luar Negeri

(37)

Bagi Penerima

Penghasilan

SAAT DILAKUKAN

PEMBAYARAN

ATAU SAAT

TERUTANGNYA

PENGHASILAN

Bagi Pemotong

PPh Pasal

21/26

UNTUK SETIAP

MASA PAJAK

AKHIR BULAN DILAKUKANNYA

PEMBAYARAN ATAU

AKHIR BULAN TERUTANGNYA

PENGHASILAN

Pasal 21

(38)

Kewajiban Pemotong

Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

Wajib menghitung, memotong,

menyetorkan dan melaporkan PPh

Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang

untuk setiap bulan kalender.

PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib

disetor ke Kantor Pos atau Bank paling

lama 10 hari setelah Masa Pajak

berakhir.

Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun

nihil, paling lama 20 hari setelah Masa

Pajak berakhir.

Wajib Membuat Catatan atau Kertas

Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk

Setiap Masa Pajak

Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas

Kerja Sesuai Ketentuan

(39)

Kewajiban Penerima Penghasilan

Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

Pegawai, Penerima Pensiun

Berkala, dan Bukan Pegawai

tertentu Wajib Membuat Surat

Pernyataan Yang Berisi Jumlah

Tanggungan Keluarga Pada Awal

Tahun Kalender Atau Pada Saat

Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri

Wajib Menyerahkan Surat

Pernyataan Tanggungan Keluarga

kpd Pemotong Pajak Pada Saat

Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun

Wajib Membuat Surat Pernyataan

Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan

Tanggungan Keluarga Paling

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjer Saliva melalui cara-cara berikut : merangsang kelenjer

Peningkatan Kemahiran Menulis Teks Berita Dengan Menggunakan Teknik JIGSAW Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Miftahul’Ulum Tanjungpinang Tahun Pelajaran

Pada tahap awal produksi gas sangat dipengaruhi oleh proudksi air yang berada di cleats di dalam reservoir yang juga mengontrol aliran fluida ke dalam sumur.Air di dalam

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 30 hari terhadap jumlah individu larva ikan botia yang mati setiap harinya, maka dapat dilakukan penghitungan terhadap sintasan

Dapat disimpulkan bahwa variabel komite audit yang diukur oleh indikator jumlah anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan dibagi dengan jumlah dewan komisaris tidak

PPh Pasal 21 atas pembayaran tunjangan bulan desember merupakan selisih PPh Pasal 21 yan gterutang atas jumlah seluruh penghasilan baik gaji maupun tunjangan khusus

Dengan rata-rata luas lahan yaitu 1,28ha maka luas lahan yang dimiliki oleh petani responden kebun karet di Desa Menanga Jaya cukup luas, hal ini menuntut para

Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi tentang pariwisata tersebut dapatlah disebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang- orang dalam perjalanan ke