i
PERBANDINGAN TINGKAT DAYA LEDAK TUNGKAI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI KABUPATEN KEBUMEN
ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Rahmat Tohir Bintoro NIM 11601241090
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
v MOTTO
Jika kalian memiliki keinginan untuk memulai, maka kalian juga harus mempunyai keberanian dan keinginan untuk menyelesaikannya,
bukan hanya mengakhiri. (penulis)
Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang sebelumnya pernah
terjadi. (penulis)
Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan.
vi
PERSEMBAHAN
Atas karunia dan puji syukur kepada Allah SWT, karya yang amat sederhana ini
kupersembahkan kepada:
Kedau Orang Tuaku tercinta Bapak Waluyo dan Ibu Juriyah yang segenap jiwa
dan raga selalu menyayangi, mencintai, mendoakan, menjaga serta memberikan
motivasi dan pengorbanan tak ternilai.
Kakak-kakakku (Umi Nurohyani & Erli Isnaeniyah) dan Adikku Wisnu Son Haji
vii
PERBANDINGAN DAYA LEDAK TUNGKAI PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI PUTRA ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN
SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH
Oleh:
Rahmat Tohir Bintoro 11601241090
ABSTRAK
Persaingan prestasi permainan bola voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen menjadi latar belakang yang menarik untuk mengetahui perbandingan tingkatan daya ledak tungkai siswa dari kedua sekolah tersebut. Daya ledak tungkai yang sangat diperlukan dalam permainan bola voli, namun pelatih di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak tungkai peserta didiknya dan belum pernah melakukan pengkuran tingkat daya ledak tungkai peserta didiknya. Terkait dengan hal itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan tingkat daya ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli.
Jenis penelitian ini adalah penelitian komperatif (perbandingan) dengan metode survei. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vertical Jump Test
dengan koefisien validitas 0,86 dan koefisien realibiltas 0,92. Subjek dari penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli putra yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 20 siswa SMK Negeri 1 Puring dan 15 siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Teknik analisis data menggunakan analisis statististik deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian ini diperoleh bahwa besarnya rerata tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 1 Puring yaitu 60,95 yang berada dalam kategori “sedang”, sedangkan rerata tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 2 Kebumen sebesar 60,67 yang juga berada dalam kategori “sedang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat daya ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen adalah sama atau sebanding.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke Hadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Tingkat
Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli di Kabupaten Kebumen
antara Siswa SMK Negeri 1 Puring dengan Siswa SMK Negeri 2 Kebumen” dengan
lancer.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta yang telah memberikan naungan dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. selaku dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan
UNY yang telah memberikan izin penelitian.
3. Bapak Amat Komari, M.Si. Ketuan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Ketua Prodi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY
yang telah memberikan izin pengajuan penelitian.
4. Bapak Sujarwo, M.Or. selaku Dosen Penasehat Akademik saya selama menjalani
pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
5. Bapak Drs. Heri Purwanto, M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY yang telah memberikan
bekal ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis.
7. Bapak Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Jasmani SMK Negeri 1 Puring,
ix
8. Bapak Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Jasmani SMK Negeri 2 Kebumen
yang telah memberikan izin untuk pengambilan data penelitian skripsi.
9. Siswa pesera ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2
Kebumen yang telah bersedia menjadi testi dalam penelitian ini.
10.Teman-teman PJKR B 2011 dan teman-teman kontrakan Kandang Ayam telah
membantu penulis selama kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
11.Calon pendamping hidup penulis, Wika Sevi Oktanin yang senantiasa memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman disadari bahwa
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat
bagi pembaca yang budiman.
Yogyakarta, 11 Mei 2015
x DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………. i
PERSETUJUAN……….. ii
SURAT PERNYATAAN……… iii
LEMBAR PENGESAHAN ………... iv
MOTO……….. v
PERSEMBAHAN………... vi
ABSTRAK……….. vii
KATA PENGANTAR……… viii
DAFTAR ISI ……….. x
DAFTAR TABEL ……….. xii
DAFTAR GAMBAR ………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...…… 1
B. Identifikasi Masalah ………... 6
C. Batasan Masalah ………. 7
D. Rumusan Masalah………... 7
E. Tujuan Penelitian ………... 7
F. Manfaat Penelitian ………. 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ……….. ……… 9
1. Pengertian Daya Ledak ………...………. 9
2. Pengertian Otot Tungkai ………. …….. ……. 10
3. Pengertian Daya Ledak Tungkai………... 12
4. Pengertian Bola Voli ……… 13
5. Pengertian Ekstrakurikuler……… 19
6. Ekstrakurikuler Bola Voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen ………... ………... 19
xi
B. Penelitian yang Relevan ………... 24
C. Kerangka Berfikir………... 25
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………... 28
B. Definisi Operasional Variabel ………...……... 29
C. Populasi dan Sampel Penelitian ….………... 29
D. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ………... 30
E. Teknik Analisis Data ……….. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Waktu dan Subjek Penelitian………. 37
B. Deskripsi Data Penelitian……… 38
C. Hasil Uji Persyarat Analisis……… 45
D. Hasil Analisis Uji T ……….. 47
E. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 52
B. Implikasi………. 52
C. Keterbatasan……….. 53
D. Saran-saran………. 53
DAFTAR PUSTAKA ……… 54
xii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Kategori Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Berdasarkan Rentang
Norma Skor Baku……… 36
2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring ………...……… 39
3. Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring ………..………….. 41
4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen ……..……….. 42
5. Tabel 5. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen ……….. 44
6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ………... 45
7. Tabel 7. Rangkuman Uji Homogenitas ……… 46
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1. Otot-otot tungkai atas bagian depan ………….……….. 11
2. Gambar 2. Otot-otot tungkai ……….……… 11
3. Gambar 3. Otot-otot tungkai bawah bagian depan ...……… 12
4. Gambar 4. Desain penelitian ………. 28
5. Gambar 5. Papan loncat tegak ……….. 31
6. Gambar 6. Siskap menentukan raihan tegak ……… 32
7. Gambar 7. Sikap awalan loncat tegak ……….. 33
8. Gambar 8. Melakukan gerakan loncat tegak ……….... 33
9. Gambar 9. Diagram batang frekuensi vertical jump siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring……… 40
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian subag FIK UNY ... 57
2. Lampiran 2. Surat rekomendasi izin penelitian KESBANGLINMAS …………... 58
3. Lampiran 3. Surat rekomendasi izin penelitian BPMB Semarang ……….. 59
4. Lampiran 4. Surat izin penelitian BAPPEDA Kebumen ………. 61
5. Lampiran 5. Perhitungan statistik deskriptif dengan SPSS …..………... 62
6. Lampiran 6. Hasil uji normlitas dengan SPSS……….. 63
7. Lampiran 7. Hasil uji homogenitas dengan SPSS .……….………. 64
8. Lampiran 8. Hasil analisis uji-t dengan SPSS ………. 65
9. Lampiran 9. Data tes vertical jump………. 66
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian
Permainan bola voli merupakan salah satu jenis permainan bola besar
yang menggunakan net atau jaring sebagai pembatas, dan dilalakukan secara
berkelompok dengan bola yang digunakan sebagai media permainannya.
Permainan bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup
berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Permainan
bola voli dikenal sebagai olahraga yang dinamis dan cerdas, karena menuntut
suatu kombinasi kemampuan fisik dan keterampilan teknik yang berkualitas.
Teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain bola voli dalam melakukan
permainan bola voli antara lain: passing, service, smash dan blocking.
Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang
banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia karena dapat dilakukan oleh
anak – anak hingga sampai orang dewasa, baik laki – laki maupun perempuan,
serta dapat dimainkan di lapangan terbuka maupun tertutup. Permainan bola
voli biasa dimainkan baik hanya untuk bermain-main ataupun untuk meraih
prestasi. Masyarakat di daerah kabupaten Kebumen khususnya daerah pesisir
pantai menyukai olahraga permainan bola voli. Permainan bola voli di daerah
kabupaten Kebumen menjadi salah satu jenis olahraga permainan yang
bergengsi. Kompetisi bola voli yang diadakan setiap bulan sekali menjadi
ajang pamer para pemain bola voli dari masing-masing desa atau kecamatan di
2
Permainan bola voli diajarkan kepada anak-anak melalui kegiatan
ekstrakurikuler olahraga bola voli di sekolah-sekolah daerah kabupaten
Kebumen. Ekstrakurikuler olahraga merupakan wadah di lingkungan sekolah
yang bergunakan untuk menyalurkan atau mengembangkan bakat dan minat
para siswa pada bidang olahraga. Dalam kegiatan ekstrakurikuler para siswa
dapat memperoleh pengalaman yang lebih pada suatu bidang olahraga yang
digemarinya. Selain itu, ekstrakurikuler juga digunakan untuk menambahkan
kawan dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Kegiatan ekstrakurikuler bola voli
di sekolah sangat membantu anak-anak di daerah Kebumen dalam
mengembangkan kegemarannya terhadap permainan bola voli.
Ekstrakurikuler olahraga bola voli di SMK Negeri 1 Puring adalah
wadah untuk menyalurakan atau mengembangkan bakat dan minat para siswa
SMK Negeri 1 Puring dalam bidang olahraga bola voli untuk meneruskan
prestasi olahraga permainan bola voli yang telah diraih SMK Negeri 1 Puring.
Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 1 Puring dalam
ekstrakurikuler bola voli yaitu bola voli, lapangan, net dan tiang net. Materi
yang diajarkan oleh pelatih adalah latihan teknik dasar permainan bola voli,
taktik bermain bola voli dan latihan meningkatkan kondisi fisik yang sesuai
dengan kebutuhan gerak dalam permainan bola voli. Latihan dilakukan 2 kali
dalam seminggu untuk menjaga kondisi fisik siswa peserta eksrakurikuler bola
voli di SMK Negeri 1 Puring.
Pretasi yang diraih tim bola voli SMK Negeri 1 Puring pada tahun
3
mempengaruhi SMK Negeri 1 Puring berprestasi yaitu faktor lingkungan,
dimana di daerah kecamatan Puring mayoritas masyarakatnya menggemari
permainan bola voli. Selain itu, siswa SMK Negeri 1 Puring adalah mayoritas
alumni dari siswa SMP Negeri 1 Puring dan SMP Negeri 1 Ayah yang
merupakan sekolah berprstasi dalam dalam bidang bola voli di tingkat SMP
sekabupaten Kebumen. Namun model latihan yang diberikan oleh pelatih bola
voli SMK Negeri 1 Puring masih kurang. Pelatih kurang bisa mengembangkan
bakat dan minat yang tinggi terhadap olahraga bola voli dari para atletnya,
sehingga para siswa hanya mengandalkan kemandirian dirinya sendiri.
Ekstrakurikuler olahraga bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen
merupakan pesaing dari ekstrakurikuler olahraga bola voli SMK Negeri 1
Puring dalam perebutan meraih prestasi di tingkat kabupaten Kebumen. Siswa
SMK Negeri 2 Kebumen yang meminati kegiatan ekstrakurikuler bola voli
cukup banyak. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 2 Kebumen
antara lain : bola voli, lapangan, net dan tiang net. Materi yang diajarkan oleh
pelatih ekstrakurikuler bola voli adalah latihan teknik dasar permainan bola
voli, taktik bermain bola voli dan latihan meningkatkan kondisi fisik. Kegiatan
ekstrakurikuler dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Prestasi yang diraih tim
bola voli SMK Negeri 2 Kebumen pada tahun 2015 adalah juara 3 Bola Voli
Putra POPDA Kebumen. Faktor yang mempengaruhi prestasi bola voli SMK
Negeri 2 Kebumen adalah faktor latihan yang diberikan oleh pelatih.
Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari
4
pemeliharaannya. Latihan kondisi fisik merupakan proses memperkembangkan
kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dialakukan secara sistematis dan
ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan
derajat kondisi jasmani agar tercapai kemampuan kerja fisik yang optimal.
Manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam kegiatan fisik
ataupun kegiatan nonfisik, kondisi fisik seseorang sangatlah berpengaruh.
Disamping berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang, kondisi fisik
juga berpengaruh terhadap aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja,
semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya.
Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang menuntut seseorang
memiliki kondisi fisik yang prima. Karena dalam melakukan aktivitas
olahraga, kondisi fisik akan berpengaruh bahkan menentukan penampilan
gerak seseorang. Kondisi fisik yang baik menurut Harsono yang dikutip oleh
Antosi Nur Setyawan (2013: 17) adalah jika: (1) ada peningkatan dalam
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, (2) ada peningkatan dalam
kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain komponen fisik, (3) ada
efisiensi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, (4) ada pemulihan yang
lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, dan (5) ada respon yang
cepat organism tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.
Menurut Mochamad Sajoto yang dikutip oleh Antosi Nur Setyawan
(2013: 17) kompenen kondisi fisik adalah sebagai berikut : (a) kekuatan
(strength), (b) daya tahan (endurance), (c) daya ledak (muscular power), (d)
5
koordinasi (coordination), (h) keseimbangan (balance), (i) ketepatan
(accuracy), (j) reaksi (reakction). Sesuai dengan karakteristik permainan bola
voli, kebutuhan komponen kondisi fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan
gerak dalam permainan bola voli adalah sebagai berikut: kekuatan, daya tahan,
daya ledak, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, daya lentur, ketepatan dan
reaksi.
Olahraga bola voli merupakan bentuk permainan yang komplek
karena dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang
benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan dalam permainan bola
voli. Permainan bola voli yang memiliki tujuan yaitu untuk meraih
kemenangan dalam setiap pertandingan, maka pemain bola voli yang baik
hendaknya adalah seorang pemain yang memiliki kemampuan menyerang dan
bertahan dengan baik. Bentuk serangan yang paling banyak digunakan dalam
permainan bola voli adalah smash (pukulan keras). Sedangkan benteng
pertahanan yang pertama untuk menangkis serangan lawan adalah blocking
(membendung). Oleh karena itu, smash dan blocking menjadi salah satu faktor
penentu kemenangan dalam pertandingan permainan bola voli dengan
didukung dari faktor-faktor lain, seperti tinggi loncatan, postur tubuh,
jangkauan tangan pada bola, timing dan lain-lain.
Daya ledak (power) adalah kemampuan seseorang untuk
mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya (Nuril
Ahmadi, 2007: 65) . Daya ledak (power) tungkai dalam permainan bola voli
6
smash atau block, sehingga permainan bola voli menjadi lebih menarik. Daya
ledak otot tungkai dalam permainan bola voli merupakan faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya loncatan seorang smasher dan blocker. Daya
ledak tungkai juga dibutuhkan untuk melakukan jump service yang berguna
untuk melakukan serangan pertama dalam permainan bola voli. Namun, pelatih
ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen
belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak
tungkai para pserta didiknya. Selain itu, pelatih ekstrakurikuler bola voli di
SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen juga belum pernah
melakukan tes untuk mengukur daya ledak tungkai peserta didiknya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian
yang membandingkan tingkat kemampuan daya ledak tungkai siswa peserta
ekstrakurikuler olahraga bola voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK
Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Judul dalam penelitian
ini adalah “Perbandingan Daya Ledak Tungkai Pada Peserta Ekstrakurikuler
Bola Voli Putra antara Siswa SMK Negeri 1 Puring dengan Siswa SMK Negeri
2 Kebumen Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Pelatih ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring kurang
7
2. Pelatih ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri
2 Kebumen belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan
daya ledak tungkai peserta didiknya.
3. Pelatih ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri
2 Kebumen belum pernah melakukan tes untuk mengukur daya ledak
tungkai peserta didiknya.
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan juga agar permasalahan yang
dikaji tidak terlalu luas, maka perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan
masalah sesuai dengan identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu belum
diketahui perbandingan daya ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola
voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2
Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas , maka dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu bagaimana perbandingan daya
ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola voli putra antara siswa SMK
Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan
8
SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui perbandingan kemampuan tingkat daya ledak
tungkai antara siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring
dengan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen,
maka dapat memberikan manfaat sebagai beikut :
1. Secara Teoritis
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan prestasi pada bidang olahraga
bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen.
2. Secara Praktis
a. Bagi siswa
Dapat mengetahui seberapa tinggi lompatan siswa, sehingga termotivasi
untuk lebih giat berlatih.
b. Bagi pelatih / pembimbing
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pedoman
pertimbangan dan tolok ukur untuk mengetahui tingkat daya ledak
tungkai peserta didiknya.
Data hasil penelitian juga bisa dijadikan sebagai data untuk
melakukan evaluasi terhadap program latihan yang telah
dilaksanakan, serta untuk merancang lebih baik program yang akan
9 BAB II KAJIAN TEORI A. DISKRIPSI TEORI
1. Pengertian Daya Ledak
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65) “Daya ledak adalah
kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya”. Daya ledak atau power menurut
Sukadiyanto (2002: 96) adalah kemampuan otot untuk menggerakan
kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Menurut Suharno
H.P yang dikutip oleh Haffi Hanafi (2013: 9), daya ledak (power) yaitu
kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan
beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang
utuh. Sedangkan menurut M Sajoto (1988: 55) daya ledak atau power
adalah kemampuan melakukan gerakan eksplosif.
Menurut Nurhasan (2005: 3), daya ledak (power) adalah hasil
gabungan antara kecepatan dan kekuatan. Senada dengan Dedy Sumiyarso
(2006: 77), yang menyatakan bahwa daya ledak adalah hasil kali kekuatan
dengan kecepatan. Dengan kata lain, “daya ledak sama dengan kekuatan
kali kecepatan” (Nuril Ahmadi, 2007: 65). Berdasarkan kutipan teori di
atas dapat disimpulan bahwa, besar kecilnya daya ledak seseorang dapat
dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan otot dan juga baik buruknya
kecepatan otot seseorang. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65) “kekuatan
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
10
Sedangkan kecepatan adalah “kemampuan seseorang untuk mengerjakan
atau melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang
sama/siklik dalam waktu yang sesingkat-singkatnya” (Nuril Ahmadi,
2007: 65).
Menurut Suharno H.P yang dikutip oleh Haffi Hanafi (2013: 11),
faktor yang mempengaruhi daya ledak atau power adalah:
a. Banyak sedikitnya macam fibril otot putih tiap individu. b. Kekuatan otot dan kecepatan otot.
Rumus power adalah sebagai berikut : P = F x V
Keterangan :
P : Power (daya ledak = kg m/detik) F : Force (kuat = kg)
V : Velocity (kecepatan = m/detik) c. Koordinasi gerak yang harmonis.
d. Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot. e. Pelaksanaan teknik yang betul.
2. Pengertian Otot Tungkai
a. Otot Tungkai Atas
Menurut Roger Watson (2002: 219), otot tungkai atas atau otot
paha terdiri dari otot kuadrisep femoris, urat-urat tubuh (hamstring),
sartorius, dan abductor panggul. Kuadrisep femoris merupakan ekstensor
sendi lutut, digunakan saat berdiri dan untuk kerja menendang yang kuat.
Otot ini tersusun atas rektus atau otot lurus dan tiga otot vastus, lateral,
intermedial, dan medial. Otot urat-urat tubuh (hamstrings) adalah otot
fleksor lutut yang terdiri dari bisep femoris, semitendinosa, dan
semimembranosa .Otot hamstrings adalah kelompok otot sangat kuat yang
11
Sartorius atau otot penjahit membentang dari bagian anterior
superior tulang belakang iliaka sampai bagian depan paha ke bagian dalam
lutut yang disilanginya dan diinsersi ke dalam tibia. Otot ini membantu
pergerakan sendi yang terjadi ketika duduk dalam posisi seperti sedang
menjahit, memfleksi panggul dan lutut serta merotasi femur. Otot abductor
membentuk daging di bagian dalam paha dan merupakan otot yang
mengaduksi panggul, dibantu oleh otot yang lebih kecil dan lebih
superficial, yakni grasilis. Otot ini bekerja dengan baik pada orang yang
menunggang kuda karena penunggal menahan dengan lutut,
mempertahankan lutut tetap abductor (Roger Watson, 2002: 223)
Gambar 1. Otot tungkai atas bagian depan Gambar 2. Otot-otot tungkai
Sumber : Roger Watson (2002: 220) Sumber : Roger Watson (2002: 222)
b. Otot Tungkai Bawah
Menurut Roger Watson (2002: 225), otot-otot tungkai bawah
terdiri dari gastroknemius, soleus, tibialis anterior, dan fleksor dan
ekstensor jari. Gastroknemius dan soleus bersama-sama membentuk
12
depannya. Kedua otot itu disebut otot betis yang berfungsi untuk
memunculkan tumit (menyebabkan plantar fleksi atau ekstensi) pada sendi
pergelangan kaki, misalnya saat berjalan dan berlari. Tibialis ialah otot
yang menjadi kaku akibat latihan yang abnormal. Tibialis muncul dari
tibia dan fibula dibawah sendi lutut dan diinsersi ke dalam tulang tarsal
dan metatarsal di bagian dalam kaki. Tibialis anterior berfungsi untuk
dorsifleksi pergelangan kaki.
Gambar 3. Otot-otot tungkai bawah bagian depan
Sumber : Roger Watson (2002: 226)
3. Pengertian Daya Ledak Tungkai
Berdasarkan teori pengertian daya ledak dan pengertian otot
tungkai, maka dapat disimpulkan bahwa daya ledak tungkai adalah
kemampuan otot-otot tungkai untuk menggerakan tungkai dengan kekuatan
maksimal dan dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya
ledak tungkai dipengaruhi oleh baik tidaknya kekuatan dan kecepatan
otot-otot tungkai. Semakin baik kualitas kekuatan dan kecepatan otot-otot-otot-otot
13
seseorang. Daya ledak tungkai menghasilkan gerakan meloncat tegak ke
atas, meloncat ke atas depan, meloncat ke atas belakang, dan meloncat ke
samping kanan atau kiri.
4. Pengertian Bola Voli
Bola voli menuntut kerjasama yang baik antara anggota
kelompok. Enam orang pemain bergerak dalam lapangan seluas 9 x 9
meter (separuh dari seluruh lapangan), dan bekerjasama untuk mencapai
tujun permainan, yakni memukul bola dengan tangan lewat sebuah jarring
demikian rupa, hingga pihak lawan dapat mengembalikannya. Setiap
pemain harus percaya diri dan menruh pula kepercayaan penuh pada
keterampilan temannya, supaya bisa memenangkan pertandingan.
Permainan menuntut kelincahan dan refleks cepat. (Nazar, 1984: 9)
Bola voli dimainkan oleh dua tim dimana tiap tim beranggotakan
dua sampai enam orang dalam suatu lapangan berukuran 30 kaki persegi
(9 meter persegi) bagi setiap tim, dan kedua tim dipisahkan oleh sebuah
net. Tujuan utama dari setiap tim adalah memukul bola kearah bidang
lapangan musuh sedemikian rupa agar musuh tidak dapat mengembalikan
bola. Ketinggian net yang tepat bagi pemain putri adalah 2,24 meter,
sedangkan untuk pria dan permainan campuran tinggi netnya adalah 2,43
meter. Bagian yang sah dari net adalah yang berada diantara kedua garis
14
Peraturan dibawah ini mengatur kontak pemain dengan bola atau
cara bermain dalam permainan bola voli (Barbara L. Viera, MS dan
Bonnie Jill Fergusson, MS, 2000 : 6) :
a. Setiap tim diperbolehkan paling banyak 3 kali menyentuh bola secara
bergiliran untuk mengirim kembali bola ke daerah lawan. Apabila
sentuhan pertama merupakan suatu bloking, maka tim tersebut tetap
memperoleh 3 sentuhan tambahan untuk mengembalikan bola.
Dengan demikian sentuhan ketika bloking tidak dihitung.
b. Bola boleh disentuh dengan semua bagian tubuh di atas lutut,
termasuk lutut (peraturan voli internasional dan AS akan
memperbolehkan sentuhan dengan menggunakan seluruh bagian
tubuh mulai 1996).
c. Bola boleh menyentuh sejumlah bagian tubuh kecuali secara serenak.
d. Apabila bola berhenti sejenak di tangan atau lengan seorang pemain,
maka akan dianggap sebagai memegang bola.
e. Double Contack (dua kali sentuhan) adalah jika seorang pemain
menyentuh / memukul bola lebih dari sekali tanpa diselingi sentuhan
dari pemain lain. Tetapi, seorang pemain yang meakukan bloking bola
diperbolehkan memukul bola sebanyak dua kalinya tanpa diselingi
oleh pemain lain.
f. Bila bola tertahan secara bersamaan oleh 2 pemain dari tim yang
berlawanan, hal ini disebut double fouls (kesalah 2 kali sentuh), dan
15
g. Bila 2 pemain dari tim yang sama menyentuh bola secara bersamaan,
maka dianggap 2 kali sentuh bagi tim tersebut.
h. Bila kedua tim secara bersamaan melakukan kesalahan, maka
permainan harus diulang kembali.
i. Seorang pemain yang menempatkan salah satu anggota tubuhnya
melebihi tingginya net, maka dia dianggap akan melakukan bloking,
hanya pemain depan yang boleh melakukan bloking.
j. Bila 2 pemain menyentuh bola ketika melakukan bloking, maka hanya
dianggap sebagai satu pukulan.
k. Pemain yang melakukan bloking diperbolehkan menggapai sampai
melewati net untuk menahan bola sepanjang bola telah dipukul oleh
pemain lawan, dan dalam keadaan dimana jelas-jelas tampak bahwa
bola dapat melewati net bila tidak dihalangi oleh pemain bertahan.
Permainan bola voli membutuhkan koordinasi gerak yang
benar-benar bisa diandalkan untuk memainkan permainan bola voli. Permainan
bola voli dilakukan dengan teknik dasar tertentu. Teknik dasar dalam
permainan bola voli adalah sebagai berikut :
a. Servis
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 20) “Servis adalah pukulan bola
yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan permainan
melampaui net ke daerah lawan. Pukulan servis dilakukan pada
16
(1984: 13) Servis merupakan suatu pukulan serangan. Ada beberapa
jenis servis dalam permainan bola voli, antara lain :
1) Servis tangan bawah (underhand service)
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 20) “Posisi awal untuk
melakukan servis tangan bawah adalah berdiri dengan posisi
melangkah, dengan kaki depan yang berlawanan dengan tangan yang
akan memukul bola”.
2) Servis mengambang (float service)
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 21), disebut servis
mengambang karena gerakan bola dari hasil pukulan servis tidak
mengandung putaran (bola berjalan mengapung atau mengambang).
Kelebihan servis mengambang adalah bola sulit diterima oleh
pemain lawan karena bola tidak bergerak dalam satu lintasan turun
dan kecepatan bola tidak teratur. Di samping itu gerakan bola
melayang ke kiri dan ke kanan atau ke atas dan ke bawah sehingga
arah datangnya bola sulit diprediksi pemain lawan dan apabila daya
dorong dari pukulan habis akan jauh dengan tiba-tiba.
3) Servis topspin
Servis topspin mempunyai kelebihan yaitu bola bergerak
dan jatuh dengan cepat. Kelemahannya adalah bola melayang
dengan stabil, sulit untuk dilakukan, dan tingkat konsistensi lebih
17
4) Jumping service
Jumping service dilakukan dengan cara berdiiri dibelakang
garis belakang menghadap kea rah net. Kedua lengan memegang
bola, kemudian bola dilambungkan tinggi (± 3 meter) agak di depan
badan. Setelah itu tekuk kedua lutut untuk awalan melakukan
lompatan yang setinggi mungkin. Pukulan bola ketika berada di
ketinggian seperti melakukan gerakan smash, lecutkan pergelangan
tangan secepat-cepatnya, sehingga menghasilkan pukulan topspin
yang tinggi agar bola secepat mungkin turun ke daerah lapangan
lawan (Nuril Ahmadi, 2007:22).
b. Passing
Passing adalah upaya seorang pemain dengan menggunakan
suatu teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkannya
kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri (Nuril
Ahmadi, 2007: 22). Ada dua macam teknik melakukan passing, yaitu :
1) Passing atas (overhand pass)
Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan
terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hampir saling
berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit diteku hingga
tangan berada di muka setinggi hidung. Sudut antara sikut dan badan
± 45°. Bola disentuh dengan cara meluruskan kedua kaki dengan
18
2) Pasing bawah (underhand pass)
Menurut Barbara L Viera dan Bonnie Jill Ferguson (2004:
19) passing bawah atau operan lengan bawah digunakan untuk
menerima servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang
ke bawah, dan memukul bola yang mematul dari net.
c. Smash
Menurur Nuril Ahmadi (2007: 31), “Pukulan keras atau smash,
disebut juga spike, merupakan bentuk serangan yang paling banyak
dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu tim. Smash
adalah pukulan bola yang keras dari atas ke bawah, jalannya bola
menukik.”
d. Blocking
Menurut Nuril Ahmadi (2007: 30) “Block merupakan benteng
pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan. Block dapat
dilakukan dengan pergerakan tangan aktif (saat melakukan block tangan
digerakan ke kanan maupun ke kiri) atau juga pasif (tangan pemain
hanya dijulurkan ke atas tanpa digerakan)”.
Berdasarkan uraian diatas, smash merupakan bagian yang
penting dalam permainan bola voli terutama untuk melakukan serangan.
Bentuk serangan lain yang hampir mirip dengan smash adalah jumping
service. Jumping service merupakan awal dari permainan sekaligus
bentuk serangan pertama yang dapat mematikan lawan. Sedangkan
19
blocking. Berdsarkan penjelasan tersebut maka teknik smash, jumping
sevice dan blocking merupakan bagian yang penting dalam permainan
bola voli. Ketiga teknik tersebut membutuhkan daya ledak tungkai yang
tinggi supaya hasil yang dilakukan dari teknik tersebut bisa lebih baik
dan maksimal.
5. Pengertian Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk
memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi
waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan
(Depdiknas, 2003 : 16). Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa
dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuanya diberbagai
bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari
pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di
luar jam pelajaran sekolah. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler anatara lain :
pembinaan prestasi siswa, mendukung pembinaan olahraga siswa,
menunjang tercapainya tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di
sekolah, dan menambah tingginya fisik dan psikologis siswa.
6. Ekstrakurikuler Bola Voli di SMK N 1 Puring dan SMK N 2 Kebumen
Ekstrakurikuler yang diadakan di SMK Negeri 1 Puring antara
lain : ekstrakurikuler sepakbola, bola voli, bola basket, pencak silat dan
taekwondo. Ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring menjadi
pilihan ekstrakurikuler favorit setelah ekstrakurikuler sepak bola.
20
dalam seminggu dan berjalan rutin dalam setiap minggunya. Sarana dan
prasaran yang dimiliki SMK Negeri 1 Puring untuk menunjang
ekstrakurikuler bola voli adalah bola voli, net dan lapangan bola voli.
Materi latihan dalam ekstrakurikuler bola voli yaitu teknik dasar permainan
bola voli, taktik, latihan meningkatkan kondisi fisik dan sparing dengan tim
bola voli dari sekolah lain.
Ekstrakurikuler olahraga yang diselenggarakan di SMK Negeri 2
Kebumen antara lain : ekstrakurikuler sepakbola, bola voli, bola basket,
dan pencak silat. Ekstrakurikuler bola voli dilaksanakan pada hari rabu dan
sabtu dalam setiap minggunya. Sarana dan prasaran yang dimiliki SMK N
2 Kebumen untuk menunjang ekstrakurikuler bola voli adalah bola voli, net
dan lapangan bola voli outdoor. Materi latihan dalam ekstrakurikuler bola
voli yaitu teknik dasar permainan bola voli, taktik, latihan meningkatkan
kondisi fisik dan uji coba dengan sekolah-sekolah di daerah kecamatan
Kebumen.
7. Karateristik Siswa SMA/SMK (Usia 16-18 Tahun)
Menurut Sukintaka (1992: 45) karakteristik jasmani siswa SMA
umur 16-18 tahun antara lain : (a) Kekuatan otot dan daya tahan otot
berkembang baik, (b) Senang pada keterampilan yang baik, bahkan
mengarah pada akrobatik, (c) Anak laki-laki keadaan jasmaninya sudah
cukup matang, (d) Anak perempuan posisi tubuhnya akan lebih baik, (e)
Mampu menggunakan energi dengan baik, (f) Mampu membangun
21
Karakteristik perkembangan motorik siswa SMA umur 16-18
tahun menurut Sukintaka (1992: 46) yaitu anak akan mencapai
pertumbuhan dan perkembangan pada masa dewasanya, keadaan tubuhnya
juga menjadi lebih kuat dan lebih baik, maka kemampuan motorik dan
keadaan psikisnya juga telah siap menerima latihan-latihan peningkatan
keterampilan gerak menuju prestasi olahraga yang lebih. Untuk itu mereka
telah siap dilatih secara intensif diluar jam pelajaran. Bentuk penyajian
pembelajaran sebaiknya dalam bentuk latihan dan tugas.
Ciri-ciri remaja diantara hal-hal yang banyak disepakati oleh para
ahli salah satunya adalah rentang usia masa remaja. Menurut Andi
Mappiere (1982: 27) disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari
segi psikologis, rentang usia masa remaja berada dalam usia 12-21 tahun
bagi wanita, dan 13-22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan
remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai
17/18 tahun, dan remaja akhir berada dalam rentang usia antara 17/18 tahun
sampai 21/22 tahun. Sedangkan periode masa remaja ini disebut sebagai
ambang pintu masa remaja atau disebut sebagai periode pubertas. Dari
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMA/SMK yang
memiliki rata-rata usia antara 15-18 tahun termasuk dalam masa remaja
awal.
Menurut Andi Mappiere (1982: 48) pertumbuhan dan
perkembangan fisik (jasmani) remaja awal secara umum, terjadi
22
waktu 3 atau 4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya hampir sama
dengan orang tuanya. Pertumbuhan anggota-anggota badan dan otot-otot
sering berjalan tidak seimbang. Hal semacam ini kadang-kadang
menimbulkan ketidak serasian diri dan kekurang harmonisan gerak.
Menurut Winarno Surahcmad yang dikutip oleh Andi Mappiere (1982: 49)
disebutkan bahwa kesulitan-kesulitan khusus dalam arti gangguan
kesehatan sebagai akibat perubahan-perubahan biologis pada adolescence
tidak begitu besar, mereka termasuk manusia yang segar, sehat dan kuat.
Komisi Perencanaan Pendidikan pada National Educational
Association Amerika Serikakat yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982:
138) mengemukakan kebutuhan remaja secara umum adalah sebagai
berikut :
a. Semua pemuda butuh akan pengembangan keterampilan untuk bekerja
(menghasilkan uang).
b. Semua pemuda butuh untuk berkembang dan memelihara kesehatan dan
kesegaran fisik.
c. Semua pemuda butuh untuk mengerti tentang hak-hak dan kewajiban
warga Negara dalam masyarakat demokratis.
d. Semua pemuda butuh untuk mengerti arti (pentingnya) keluarga bagi
individu dan masyarakat.
e. Semua pemuda butuh untuk mengerti bagaimana memperoleh dan
menggunakan barang serta mengerti bagaimana pemeliharaanya secara
23
f. Semua pemuda butuh untuk mengerti pengaruh (peranan) ilmu
pengetahuan bagi hidup manusia.
g. Semua pemuda butuh untuk mengerti peresapan makna atau
penghargaan terhadap seni, musik, dan keindahan alam.
h. Semua pemuda butuh untuk bisa menggunakan waktu luang mereka
dengan baik.
i. Semua pemuda butuh mengembangkan rasa hormat terhadap individu
lain.
j. Semua pemuda butuh tumbuh dalam kemampuan untuk berpikir secara
rasional.
Sedangkan kebutuhan khas remaja menurut Garison yang dikutip
oleh Andi Mappiare (1982:152) adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan akan kasih sayang.
b. Kebutuhan akan keikut sertaan dan diterima dalam kelompok.
c. Kebutuhan untuk berdiri sendiri.
d. Kebutuhan untuk berprestasi.
e. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain.
f. Kebutuhan untuk dihargai.
g. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh.
Siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring
memiliki karakteristik sebagai berikut: siswa memiliki postur tubuh tinggi
24
olahraga bola voli, dan senang bekerjasama dalam berlatih. Sekolah SMK
Negeri 1 Puring yang menerapkan visi kedisiplinan maka dapat membantu
perkembangan siswa melalui berbagai kegiata di sekolah. Sedangkan
karakteristik siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2
Kebumen yaitu : siswa memiliki postur tubuh sedang, mempunyai minat
yang tinggi terhadap olahraga bola voli, dan disiplin berlatih. Sekolah SMK
Negeri 2 Kebumen memiliki visi yaitu terampil dan mampu bersaing di era
global juga memberikan pendidikan yang baik untuk perkembangan
siswa-siswanya.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Penelitian yang dilakukan Heru Purwanto (2013) yang berjudul :
“Perbedaan Kemampuan Vertical Jump Siwa Kelas VII yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Bulutangkis dengan Bolabasket di SMP Negeri II Mlati
Sleman”. Teknik pengumpulan data yang menggunakan survey dengan
teknik tes dan pengukuran. Teknik analisis data menggunakan analisis uji t,
melalui uji prasayarat, uji normalitas, dan uji homogenitas. Hasil penelitian
besarnya rerata vertical jump kelompok siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler bulutangkis 33,88 sedangkan rerata vertical jump kelompok
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket sebesar 40,29. Rerata
vertical jump kelompok sisw yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis
lebih kecil daripada kelompok bolabasket, ini berarti bahwa kemampuan
25
daripada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis, dan nilai
signifikansi p 0,011<0,05.
2. Penelitian yang dilakukan Y Bambang Purwanto (2001) dengan judul :
Perbedaan Power Otot Lengan dan Power Otot Tungkai Siswa Kelas VI
Putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul dengan SD Ungaran I II III Kota
Yogyakarta”. penelitian ini dilakukan dengan teknik tes dan pengukuran.
Alat yang digunakan untuk mengukur power otot lengan dengan Distance
Trow Test dan untuk mengukur power otot tungkai dengan vertival jump
test. Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama adanya perbedaan power
otot lengan anak kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul
dengan SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hasil menunjukan bahwa SD
Kretek I II III Kabupaten Bantul mempunyai power otot lebih besar
daripada SD Ungaran Kota Yogyakarta. Kedua ada perbedaan power otot
tungkai siswa kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul dengan
SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hasil menunjukan bahwa SD Kretek I
II III Kabupaten Bantul mempunyai power otot tungkai lebih besar
daripada SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hal ini dibuktikan dengan
rerata power otot tungkai siswa kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten
Bantul sebesar 54,583 lebih besar dari rerata siswa kelas VI putra SD
Ungaran I II III Kota Yogyakarta sebesar 48, 133.
C. KERANGKA BERFIKIR
Permainan bola voli memiliki tujuan yaitu meraih kemenangan di
26
penyerangan dan pertahanan yang baik. Smash adalah bentuk serangan yang
paling banyak dan efektif dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh
suatu tim. Teknik melakukan gerakan smash adalah sebagai berikut :
1. Awalan : berdiri dengan sikap normal dengan jarak 3 sampai 4 meter dari
net. Pada saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu
melakukan langkah-langkah kecil di tempat.
2. Tolakan : melangkah kecil ke depan, kemudian menumpu dengan kedua
kaki disertai dengan gerakan merendahkan badan dengan cara menekuk
lutut. Kedua lengan sudah berada di samping belakang badan diikuti
dengan tolakan kaki ke atas secara eksplosif dan dibantu dengan ayunan
kedua lengan dari arah belakang ke depan atas.
3. Sikap saat perkenaan : pada saat melayang bila bola telah berada di atas
depan dan dalam jangkauan tangan, maka segeralah tanagn kanan
dipukulkan ke bola secepat-cepatnya. Perkenaan tangan adalah pada
telapak tangan dengan suatu gerakan lecutan, baik dari lengan maupun
tangan. Hasil pukulan akan lebih sempurna apabila lecutan tanagn dan
kedua lengan diikuti dengan gerakan membungkuk dan tegak. Dalam hal
ini gerakan lecutan tangan, lengan dan posisi tegak merupakan satu
kesatuan gerakan yang harmonis dan eksplosif.
4. Sikap akhir : setelah bola berhasil dipukul, maka smasher segera mendarat
kembali ke tanah. Mendarat di tanah harus dilakukan dengan
menggunakan kedua kaki untuk diteruskan dengan mengambil sikap siap
27
Block dalam perainan bola voli merupakan benteng pertahanan yang
utama untuk menangkis serangan lawan. Keberhasilan melakukan block
ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan tangan pada bola yang
sedang dipukul lawan.Teknik melakukan block adalah :
1. Sikap badan berdiri menghadap net dengan jarak sekitar satu langkah dari
net. Jarak kedua kaki selebar pundak, lutut ditekuk, dan kedua tangan siap
di depan dada.
2. Pandangan mengawasi gerakan bola dan memperhatikan smasher yang
akan melakukan pukulan.
3. Meloncat dengan menolakan kedua kaki sambil membawa kedua lengan
ke atas. Kedua telapak tangan dirapatkan, jari-jari direnggangkan, posisi
kedua tangan menutup daerah yang diperkirakan menjadi sasaran utama
lintasan bola.
Berdasarkan uraian di atas, teknik smash dan block menjadi hal yang
penting untuk meraih kemenangan dalam permainan bola voli tanpa
mengabaikan teknik dasar bermain bola voli lainnya. Smasher dan blocker
akan lebih diuntungkan dengan memiliki loncatan yang tinggi. Tingginya
loncatan dipengaruhi oleh daya ledak otot tungkai yang dimiliki pemain bola
voli. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola
voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa
28 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penilitian komperatif, menurut Sugiyono
(2006:11) penelitian komperatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan dua fenomena (kejadian) atau lebih. Menurut Husaini dan
Purnomo (2008: 9) komperatif adalah membandingkan data pada dua
kelompok atau beberapa kelompok. Fokus dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa peserta
ekstrakurikuler bola voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK Negeri 1
Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survai dengan teknik tes dan pengukuran. Desain
[image:42.595.159.509.447.600.2]dalam penelitian ini yaitu:
Gambar 4. Desain Penelitian KEMAMPUAN DAYA
LEDAK TUNGKAI
29 B. Definisi Operasional Variabel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 161) variabel adalah objek
penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.
Definisi operasional varibel ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang
akan diteliti, dan memberikan batasan operasional terhadap definisi istilah yang
digunakan, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel dalam penelitian
ini yaitu tingkat daya ledak tungkai, diukur menggunakan tes dan pengukuran
vertical jump test dengan sumber data siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di
SMK Negeri 1 Puring dan siswa ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2
Kebumen. Tes dengan cara siswa melakukan vertical jump (loncat tegak)
sebanyak 3 kali diambil jarak lompatan yang tertinggi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian.
Populasi menurut Sugiyonon (2008: 80) adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki populasi (Sugiyono, 2008: 81). Berdasarkan pendapat tersebut, maka
populasi dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di
SMK Negeri 1 Puring dan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK
Negeri 2 Kebumen. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
populasi atau siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring
30
Adapun jumlah keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 45
siswa, yang terdiri dari 25 siswa putra peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK
Negeri 1 Puring dan 20 siswa putra peserta ekstrakurikuler bol voli di SMK
Negeri 2 Kebumen.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192) instrument penelitian
adalah alat bantu yang menggunakan metode yang digunakan dan dipilih
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur daya ledak tungkai dalam penelitian ini adalah tes vertical jump.
Menurut Ismaryati (2006) “Vertical jump test adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur tingginya lompatan. Alat ini juga digunakan
untuk menilai daya ledak atau power otot tungkai seorang atlet”. Tes
vertical jump memiliki tingkat validitas yaitu 0.86 dan tingkat realibilitas
yaitu 0.92 (Taryono, 2010) diakses dari internet melalui alamat http://
www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/motion/article/download/34/32.
Vertical Jump Test atau tes loncat tegak untuk anak usia 16-19 tahun
(Depdiknas, 2010: 16) :
a. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau
31
b. Alat dan Fasilitas :
1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm,
dipasang pada dinding yang rata atau tiang, jarak antara lantai
dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm.
2) Serbuk kapur.
3) Alat penghapus papan vertical jump
4) Alat tulis.
Gambar 5. Papan loncat tegak
Sumber : Depdiknas (2010 : 17)
c. Petugas tes : Pengamat dan pencatat hasil
d. Formulir
e. Teknik melakukan tes vertical jump (Depdiknas, 2010: 17) :
1) Sikap Permulaan
a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk
32
b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada
disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat
dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada
papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.
Gambar 6. Sikap menentukan raihan tegak
Sumber : Depdiknas (2010 : 18)
2) Gerakan
a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan
kedua lengan diayun kebelakang. Kemudian peserta meloncat
setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang
[image:46.595.210.399.190.446.2]33
Gambar 7. Sikap awalan loncat tegak
Sumber : Depdiknas (2010 : 19)
Gambar 8. Melakukan gerakan loncat tegak
Sumber : Depdiknas (2010 : 19)
b) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.
3) Pencatat Hasil
a) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak
b) Ketiga hasil selisih dicatat
[image:47.595.219.388.84.287.2]34
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes
dan pengukuran. Tes yang digunakan adalah tes vertical jump dan diukur
menggunakan papan vertical jump dengan skala centi meter yang terpasang
di dinding.Siswa melakukan tes vertival jump sebanyak 3 kali lompatan dan
diambil salah satu dari lompatan yang tertinggi. Data yang terkumpul adalah
berupa nilai selama melakukan tes loncat tegak (vertical jump).
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyarat Analisis
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik
dengan bantuan program komputer SPSS Versi 18. Dalam melakukan analasis
data perlu persiapan dalam menyusun tabel perhitungan untuk menentukan
teknik yang akan digunakan serta tabel yang diperlukan, maka diperlukan uji
persyarat analisis. Uji persyarat analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel
yang berasal dari populasi penelitian merupakan sebaran distribusi normal
atau tidak. Menurut Sudjana (1988: 288) asumsi normalitas perlu diselidiki
agar selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian normalitas
sebaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan jasa software komputer
SPSS versi 18 dengan teknik uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikansi sebesar 5%. Pada uji ini berlaku kriteria pengambilan
35
dinyatakan berdistribusi tidak normal, sedangkan jika P-value > α = 0,05
maka dinyatakan data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesamaan variansi dari
sampel yang diambil dari populasi. Untuk pengujian homogenitas varian
menggunakan Leven’s Test untuk mengetahui apakah sampel yang
digunakan memiliki varian yang sama, uji ini menggunakan bantuan
program SPSS Versi 18 dengan taraf signifikansi 5%. Pada uji ini berlaku
kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila P-value < α = 0,05 maka data
dinyatakan tidak homogen, sedangkan jika P-value > α = 0,05 maka data
dinyatakan homogen.
2. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji
independent sampel t-test yaitu untuk mencari perbedaan masing-masing
kelompok dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 18 taraf
siginifikan yang dipakai adalah 5%. Pada uji ini berlaku kriteria pengambilan
keputusan yaitu apabila P-value < α = 0,05 maka data dinyatakan tidak ada
perbedaan, sedangkan jika P-value > α = 0,05 maka data dinyatakan ada
perbedaan.
Setelah data diperoleh, langkah berikutnya adalah menganalisis data
untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, untuk memberikan
makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan kategori menurut tingkat yang
36
tersebut menggunakan acuan 5 batas norma (Anas Sudjiono, 2006: 175)
berdasarkan mean (M) dan standar deviasi (SD).
Tabel 1. Kategori Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Berdasarkan Rentang Norma Skor Baku
No Rentang Norma Kategori
1 X ≥ M + 1,5 SD Sangat Baik
2 M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD Baik
3 M –O,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD Sedang
4 M –1,5 SD ≤ X < M – 0,5 SD Kurang
5 X < M – 1,5 SD Sangat Kurang
[image:50.595.121.514.182.276.2]37 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah kejuruan yang ada di
daerah Kabupaten Kebumen, yaitu di SMK Negeri 1 Puring yang beralamat
di Jl. Selatan-selatan Km.04, Tambakmulyo, Puring, Kebumen dan di SMK
Negeri 2 Kebumen yang beralamat di Jalan Joko Sangkrip Km.01,
Kembaran-Sumberadi, Kebumen, 54315.
2. Subjek Peneitian
Cara pengambilan subjek dalam penelitian ini yaitu dengan cara
purposive subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa putra peserta
ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2
Kebumen. Adapun jumlah subjek awal pada saat peneliti melakukan
observasi adalah 45 siswa, namun jumlah subjek yang bisa melaksanakan
atau menghadiri tes vertical jump adalah 35 siswa, yang teridiri dari 15
siswa peserta ekstrakukuler bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen dan 20
siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 30 Maret sampai dengan 10
April 2015. Observasi penelitian ini dilakukan mulai tanggal 2 Maret
sampai dengan 25 Maret 2015. Pengambilan data tes vertical jump di SMK
Negeri 2 Kebumen pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 bertempat di
38
WIB. Pengambilan data tes vertical jump di SMK Negeri 1 Puring
dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 bertempat di sebelah
kantor Kesiswaan SMK Negeri 1 Puring dimulai pukul 14.30 WIB sampai
dengan pukul 16.00 WIB.
B. Deskripsi Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah data hasil dari tes
vertical jump atau tes daya ledak tungkai yang diambil dari siswa peserta
ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2
Kebumen.
1. Kelompok Siswa Ekstrakurikuer Bola Voli SMK Negeri 1 Puring
Skor vertical jump diperoleh dari tes vertical jump pada subjek
dengan mengambil selisih dari skor raihan loncatan tertinggi dikurangi skor
raihan tegak. Skor vertical jump yang diperoleh dari 20 siswa peserta
ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring yaitu antara rentang skor
47 sampai dengan 72. Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan
perhitungan jangkaun, banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas.
Berikut adalah langkah-langkah penyusunan tabel distribusi (Sugiyono,
2006: 26):
1. Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil atau nilai
terbesar-nilai terkecil (Datum terbesar = 72 dan Datum terkecil = 47)
Jangkauan (J) = 72 – 47 = 25, jadi jangkauan datanya adalah 24
2. Banyaknya kelas interval (k) dihitung dengan rumus Sturges
39
k = 1 + 3,3 log 20
k = 1 + 3,3 (1,30103)
k = 1 + 4,2934
k = 5,2934 dibulatkan ke atas menjadi 6, jadi banyaknya kelas yang
harus dibuat adalah 6 kelas
3. Panjang interval kelas (c)
c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k
c = 25 / 6 = 4,16667 dibulatkan ke atas menjadi 5, jadi panjang interval
kelas adalah 5
Sesuai dengan perhitungan diatas maka diperoleh tabel distribusi
frekuensi tingkat vertical jump siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK
Negeri 1 Puring sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring
No Kelas Interval Frekuensi
Absolute Persentase
1 47-52 2 10 %
2 53-58 3 15 %
3 59-64 8 40 %
4 65-70 4 20 %
5 71-76 3 15 %
Total 20 100 %
Dari tabel diatas secara visual dapat dibuat diagram diagram batang
[image:53.595.139.493.458.575.2]40
Gambar 9. Diagram Batang Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekrakurkuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa
distribusi frekuensi skor vertical jump siswa SMK Negeri 1 Puring berada
di interval 59–64 yaitu sebanyak 8 siswa. Hasil perhitungan statistik
dengan bantuan program computer SPSS versi 18 diperoleh rerata yaitu
60,95, standar deviasi sebesar 6,53, modus sebesar 63 dan median sebesar
62. Untuk memberikan makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan
kategori menurut tingkat yang ada yaitu sangat baik, baik, sedang, kurang,
sangat kurang. Pengkategorian tersebut menggunakan acuan 5 batas norma
(Anas Sudijono, 2012: 175) berdasarkan mean (M) dan standar deviasi
(SD). Berikut ringkasan pengkategorian tingkat daya ledak tungkai siswa
SMK Negeri 1 Puring dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
47-52 53-58 59-64 65-70 71-76
Fr e ku e n s i Interval 71-76 65-70 59-64 53-58 47-52 10%
15% 15%
41
Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring
Tingkat Daya Ledak Tungkai
Rentang Norma
Banyaknya Siswa SMK Negeri 1 Puring
Persentase
Sangat Baik x ≥ 71 3 15 %
Baik 64 ≤ x < 71 2 10 %
Sedang 58 ≤ x < 64 10 50 %
Kurang 51 ≤ x < 58 4 20 %
Sangat Kurang x < 51 1 5 %
Total 15 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bawha tingkat daya
ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring
yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 3 anak (15%), dalam
kategori baik sebanyak 2 anak (10%), dalam kategori sedang sebanyak 10
anak (50%), dalam kategori kurang sebanyak 4 anak (20%), dan dalam
kategori sangat kurang sebanyak 1 anak (5%). Jadi mayoritas tingkat daya
ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring
berada dalam kategori “sedang”. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel yang
menunjukan bahwa pada kategori sedang merupakan kategori yang
memiliki persentase paling tinggi (50%) dibandingkan tingkat kategori
lainya.
2. Kelompok Siswa Ekstrakurikuer Bola Voli SMK Negeri 2 Kebumen
Skor vertical jump diperoleh dari tes vertical jump pada subjek
penelitian di SMK Negeri 2 Kebumen yaitu dengan mengambil selisih dari
skor raihan loncatan tertinggi dikurangi skor raihan tegak. Skor vertical
jump yang diperoleh dari siswa peserta ekstrakurikuler bola voli putra di
SMK Negeri 2 Kebumen adalah dengan rentang skor 47 sampai dengan 69.
42
jangkaun, banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas. Berikut
adalah langkah-langkah penyusunan tabel distribusi (Sugiyono, 2006: 26):
1. Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil atau nilai
terbesar-nilaiterkecil (Datum terbesar = 69 dan Datum terkecil = 47)
Jangkauan (J) = 69 – 47 = 22, jadi jangkauan datanya adalah 22
2. Banyaknya kelas interval (k) dengan rumus dari Sturges
k = 1 + 3,3 log n , dimana n = banyaknya data (n=15)
k = 1 + 3,3 log 15
k = 1 + 3,3 (1,17609)
k = 1 + 3,88109
k = 4,88109 dibulatkan ke atas menjadi 5
Jadi banyaknya kelas yang harus dibuat adalah 5 kelas
3. Panjang interval kelas (c)
c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k
c = 22 / 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5
Jadi, panjang interval kelas adalah 5
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen
No Kelas Interval Frekuensi
Absolute Persentase
1 47 – 51 1 6,7 %
2 52 – 56 2 13,3 %
3 57 – 61 4 26,7 %
4 62 – 66 5 33,3 %
5 67 – 71 3 20 %
[image:56.595.138.494.569.684.2]43
Dari tabel diatas secara visual dapat dibuat diagram histogram
[image:57.595.117.509.131.399.2]sebagai berikut :
Gambar 10. Diagram Batang Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekrakurkuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa
distribusi frekuensi skor vertical jump siswa SMK Negeri 2 Kebumen
berada di interval 62–66 yaitu senyak 5 siswa. Hasil perhitungan statistik
dengan bantuan program computer SPSS versi 18 diperoleh rerata yaitu
60,67, dengan demikian skor vertical jump dibawah rerata ada 6 anak dan
rerata skor vertical jump diatas rerata ada 9 anak. Standar deviasi diperoleh
sebesar 6,091, modus sebesar 57 dan median sebesar 62. Untuk
memberikan makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan kategori
menurut ti