• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN DAYA LEDAK TUNGKAI PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI PUTRA ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN DAYA LEDAK TUNGKAI PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI PUTRA ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN TINGKAT DAYA LEDAK TUNGKAI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DI KABUPATEN KEBUMEN

ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Rahmat Tohir Bintoro NIM 11601241090

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Jika kalian memiliki keinginan untuk memulai, maka kalian juga harus mempunyai keberanian dan keinginan untuk menyelesaikannya,

bukan hanya mengakhiri. (penulis)

Kesulitanmu itu sementara, seperti semua yang sebelumnya pernah

terjadi. (penulis)

Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas karunia dan puji syukur kepada Allah SWT, karya yang amat sederhana ini

kupersembahkan kepada:

 Kedau Orang Tuaku tercinta Bapak Waluyo dan Ibu Juriyah yang segenap jiwa

dan raga selalu menyayangi, mencintai, mendoakan, menjaga serta memberikan

motivasi dan pengorbanan tak ternilai.

 Kakak-kakakku (Umi Nurohyani & Erli Isnaeniyah) dan Adikku Wisnu Son Haji

(7)

vii

PERBANDINGAN DAYA LEDAK TUNGKAI PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI PUTRA ANTARA SISWA SMK NEGERI 1 PURING DENGAN

SISWA SMK NEGERI 2 KEBUMEN KABUPATEN KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh:

Rahmat Tohir Bintoro 11601241090

ABSTRAK

Persaingan prestasi permainan bola voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen menjadi latar belakang yang menarik untuk mengetahui perbandingan tingkatan daya ledak tungkai siswa dari kedua sekolah tersebut. Daya ledak tungkai yang sangat diperlukan dalam permainan bola voli, namun pelatih di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak tungkai peserta didiknya dan belum pernah melakukan pengkuran tingkat daya ledak tungkai peserta didiknya. Terkait dengan hal itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan tingkat daya ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen yang mengikuti ekstrakurikuler bola voli.

Jenis penelitian ini adalah penelitian komperatif (perbandingan) dengan metode survei. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vertical Jump Test

dengan koefisien validitas 0,86 dan koefisien realibiltas 0,92. Subjek dari penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli putra yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 20 siswa SMK Negeri 1 Puring dan 15 siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Teknik analisis data menggunakan analisis statististik deskriptif yang dituangkan dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian ini diperoleh bahwa besarnya rerata tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 1 Puring yaitu 60,95 yang berada dalam kategori “sedang”, sedangkan rerata tingkat daya ledak tungkai siswa SMK Negeri 2 Kebumen sebesar 60,67 yang juga berada dalam kategori “sedang”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat daya ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen adalah sama atau sebanding.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan Tingkat

Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli di Kabupaten Kebumen

antara Siswa SMK Negeri 1 Puring dengan Siswa SMK Negeri 2 Kebumen” dengan

lancer.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak, untuk itu

dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta yang telah memberikan naungan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. selaku dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan

UNY yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Amat Komari, M.Si. Ketuan Jurusan Pendidikan Olahraga dan Ketua Prodi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

yang telah memberikan izin pengajuan penelitian.

4. Bapak Sujarwo, M.Or. selaku Dosen Penasehat Akademik saya selama menjalani

pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

5. Bapak Drs. Heri Purwanto, M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY yang telah memberikan

bekal ilmu, bimbingan dan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Jasmani SMK Negeri 1 Puring,

(9)

ix

8. Bapak Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Jasmani SMK Negeri 2 Kebumen

yang telah memberikan izin untuk pengambilan data penelitian skripsi.

9. Siswa pesera ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2

Kebumen yang telah bersedia menjadi testi dalam penelitian ini.

10.Teman-teman PJKR B 2011 dan teman-teman kontrakan Kandang Ayam telah

membantu penulis selama kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.

11.Calon pendamping hidup penulis, Wika Sevi Oktanin yang senantiasa memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman disadari bahwa

penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat

bagi pembaca yang budiman.

Yogyakarta, 11 Mei 2015

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………. i

PERSETUJUAN……….. ii

SURAT PERNYATAAN……… iii

LEMBAR PENGESAHAN ………... iv

MOTO……….. v

PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK……….. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI ……….. x

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………...…… 1

B. Identifikasi Masalah ………... 6

C. Batasan Masalah ………. 7

D. Rumusan Masalah………... 7

E. Tujuan Penelitian ………... 7

F. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ……….. ……… 9

1. Pengertian Daya Ledak ………...………. 9

2. Pengertian Otot Tungkai ………. …….. ……. 10

3. Pengertian Daya Ledak Tungkai………... 12

4. Pengertian Bola Voli ……… 13

5. Pengertian Ekstrakurikuler……… 19

6. Ekstrakurikuler Bola Voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen ………... ………... 19

(11)

xi

B. Penelitian yang Relevan ………... 24

C. Kerangka Berfikir………... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………... 28

B. Definisi Operasional Variabel ………...……... 29

C. Populasi dan Sampel Penelitian ….………... 29

D. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ………... 30

E. Teknik Analisis Data ……….. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Waktu dan Subjek Penelitian………. 37

B. Deskripsi Data Penelitian……… 38

C. Hasil Uji Persyarat Analisis……… 45

D. Hasil Analisis Uji T ……….. 47

E. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 52

B. Implikasi………. 52

C. Keterbatasan……….. 53

D. Saran-saran………. 53

DAFTAR PUSTAKA ……… 54

(12)

xii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Kategori Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Berdasarkan Rentang

Norma Skor Baku……… 36

2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring ………...……… 39

3. Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring ………..………….. 41

4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen ……..……….. 42

5. Tabel 5. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen ……….. 44

6. Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas ………... 45

7. Tabel 7. Rangkuman Uji Homogenitas ……… 46

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Otot-otot tungkai atas bagian depan ………….……….. 11

2. Gambar 2. Otot-otot tungkai ……….……… 11

3. Gambar 3. Otot-otot tungkai bawah bagian depan ...……… 12

4. Gambar 4. Desain penelitian ………. 28

5. Gambar 5. Papan loncat tegak ……….. 31

6. Gambar 6. Siskap menentukan raihan tegak ……… 32

7. Gambar 7. Sikap awalan loncat tegak ……….. 33

8. Gambar 8. Melakukan gerakan loncat tegak ……….... 33

9. Gambar 9. Diagram batang frekuensi vertical jump siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring……… 40

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian subag FIK UNY ... 57

2. Lampiran 2. Surat rekomendasi izin penelitian KESBANGLINMAS …………... 58

3. Lampiran 3. Surat rekomendasi izin penelitian BPMB Semarang ……….. 59

4. Lampiran 4. Surat izin penelitian BAPPEDA Kebumen ………. 61

5. Lampiran 5. Perhitungan statistik deskriptif dengan SPSS …..………... 62

6. Lampiran 6. Hasil uji normlitas dengan SPSS……….. 63

7. Lampiran 7. Hasil uji homogenitas dengan SPSS .……….………. 64

8. Lampiran 8. Hasil analisis uji-t dengan SPSS ………. 65

9. Lampiran 9. Data tes vertical jump………. 66

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Permainan bola voli merupakan salah satu jenis permainan bola besar

yang menggunakan net atau jaring sebagai pembatas, dan dilalakukan secara

berkelompok dengan bola yang digunakan sebagai media permainannya.

Permainan bola voli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup

berlawanan. Masing-masing grup memiliki enam orang pemain. Permainan

bola voli dikenal sebagai olahraga yang dinamis dan cerdas, karena menuntut

suatu kombinasi kemampuan fisik dan keterampilan teknik yang berkualitas.

Teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain bola voli dalam melakukan

permainan bola voli antara lain: passing, service, smash dan blocking.

Permainan bola voli merupakan salah satu cabang olahraga yang

banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia karena dapat dilakukan oleh

anak – anak hingga sampai orang dewasa, baik laki – laki maupun perempuan,

serta dapat dimainkan di lapangan terbuka maupun tertutup. Permainan bola

voli biasa dimainkan baik hanya untuk bermain-main ataupun untuk meraih

prestasi. Masyarakat di daerah kabupaten Kebumen khususnya daerah pesisir

pantai menyukai olahraga permainan bola voli. Permainan bola voli di daerah

kabupaten Kebumen menjadi salah satu jenis olahraga permainan yang

bergengsi. Kompetisi bola voli yang diadakan setiap bulan sekali menjadi

ajang pamer para pemain bola voli dari masing-masing desa atau kecamatan di

(16)

2

Permainan bola voli diajarkan kepada anak-anak melalui kegiatan

ekstrakurikuler olahraga bola voli di sekolah-sekolah daerah kabupaten

Kebumen. Ekstrakurikuler olahraga merupakan wadah di lingkungan sekolah

yang bergunakan untuk menyalurkan atau mengembangkan bakat dan minat

para siswa pada bidang olahraga. Dalam kegiatan ekstrakurikuler para siswa

dapat memperoleh pengalaman yang lebih pada suatu bidang olahraga yang

digemarinya. Selain itu, ekstrakurikuler juga digunakan untuk menambahkan

kawan dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Kegiatan ekstrakurikuler bola voli

di sekolah sangat membantu anak-anak di daerah Kebumen dalam

mengembangkan kegemarannya terhadap permainan bola voli.

Ekstrakurikuler olahraga bola voli di SMK Negeri 1 Puring adalah

wadah untuk menyalurakan atau mengembangkan bakat dan minat para siswa

SMK Negeri 1 Puring dalam bidang olahraga bola voli untuk meneruskan

prestasi olahraga permainan bola voli yang telah diraih SMK Negeri 1 Puring.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 1 Puring dalam

ekstrakurikuler bola voli yaitu bola voli, lapangan, net dan tiang net. Materi

yang diajarkan oleh pelatih adalah latihan teknik dasar permainan bola voli,

taktik bermain bola voli dan latihan meningkatkan kondisi fisik yang sesuai

dengan kebutuhan gerak dalam permainan bola voli. Latihan dilakukan 2 kali

dalam seminggu untuk menjaga kondisi fisik siswa peserta eksrakurikuler bola

voli di SMK Negeri 1 Puring.

Pretasi yang diraih tim bola voli SMK Negeri 1 Puring pada tahun

(17)

3

mempengaruhi SMK Negeri 1 Puring berprestasi yaitu faktor lingkungan,

dimana di daerah kecamatan Puring mayoritas masyarakatnya menggemari

permainan bola voli. Selain itu, siswa SMK Negeri 1 Puring adalah mayoritas

alumni dari siswa SMP Negeri 1 Puring dan SMP Negeri 1 Ayah yang

merupakan sekolah berprstasi dalam dalam bidang bola voli di tingkat SMP

sekabupaten Kebumen. Namun model latihan yang diberikan oleh pelatih bola

voli SMK Negeri 1 Puring masih kurang. Pelatih kurang bisa mengembangkan

bakat dan minat yang tinggi terhadap olahraga bola voli dari para atletnya,

sehingga para siswa hanya mengandalkan kemandirian dirinya sendiri.

Ekstrakurikuler olahraga bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen

merupakan pesaing dari ekstrakurikuler olahraga bola voli SMK Negeri 1

Puring dalam perebutan meraih prestasi di tingkat kabupaten Kebumen. Siswa

SMK Negeri 2 Kebumen yang meminati kegiatan ekstrakurikuler bola voli

cukup banyak. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 2 Kebumen

antara lain : bola voli, lapangan, net dan tiang net. Materi yang diajarkan oleh

pelatih ekstrakurikuler bola voli adalah latihan teknik dasar permainan bola

voli, taktik bermain bola voli dan latihan meningkatkan kondisi fisik. Kegiatan

ekstrakurikuler dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Prestasi yang diraih tim

bola voli SMK Negeri 2 Kebumen pada tahun 2015 adalah juara 3 Bola Voli

Putra POPDA Kebumen. Faktor yang mempengaruhi prestasi bola voli SMK

Negeri 2 Kebumen adalah faktor latihan yang diberikan oleh pelatih.

Kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari

(18)

4

pemeliharaannya. Latihan kondisi fisik merupakan proses memperkembangkan

kemampuan aktivitas gerak jasmani yang dialakukan secara sistematis dan

ditingkatkan secara progresif untuk mempertahankan atau meningkatkan

derajat kondisi jasmani agar tercapai kemampuan kerja fisik yang optimal.

Manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam kegiatan fisik

ataupun kegiatan nonfisik, kondisi fisik seseorang sangatlah berpengaruh.

Disamping berpengaruh terhadap produktivitas kerja seseorang, kondisi fisik

juga berpengaruh terhadap aspek kejiwaan seperti peningkatan motivasi kerja,

semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya.

Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang menuntut seseorang

memiliki kondisi fisik yang prima. Karena dalam melakukan aktivitas

olahraga, kondisi fisik akan berpengaruh bahkan menentukan penampilan

gerak seseorang. Kondisi fisik yang baik menurut Harsono yang dikutip oleh

Antosi Nur Setyawan (2013: 17) adalah jika: (1) ada peningkatan dalam

kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, (2) ada peningkatan dalam

kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain-lain komponen fisik, (3) ada

efisiensi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, (4) ada pemulihan yang

lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, dan (5) ada respon yang

cepat organism tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan.

Menurut Mochamad Sajoto yang dikutip oleh Antosi Nur Setyawan

(2013: 17) kompenen kondisi fisik adalah sebagai berikut : (a) kekuatan

(strength), (b) daya tahan (endurance), (c) daya ledak (muscular power), (d)

(19)

5

koordinasi (coordination), (h) keseimbangan (balance), (i) ketepatan

(accuracy), (j) reaksi (reakction). Sesuai dengan karakteristik permainan bola

voli, kebutuhan komponen kondisi fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan

gerak dalam permainan bola voli adalah sebagai berikut: kekuatan, daya tahan,

daya ledak, kelincahan, keseimbangan, koordinasi, daya lentur, ketepatan dan

reaksi.

Olahraga bola voli merupakan bentuk permainan yang komplek

karena dalam permainan bola voli dibutuhkan koordinasi gerak yang

benar-benar bisa diandalkan untuk melakukan semua gerakan dalam permainan bola

voli. Permainan bola voli yang memiliki tujuan yaitu untuk meraih

kemenangan dalam setiap pertandingan, maka pemain bola voli yang baik

hendaknya adalah seorang pemain yang memiliki kemampuan menyerang dan

bertahan dengan baik. Bentuk serangan yang paling banyak digunakan dalam

permainan bola voli adalah smash (pukulan keras). Sedangkan benteng

pertahanan yang pertama untuk menangkis serangan lawan adalah blocking

(membendung). Oleh karena itu, smash dan blocking menjadi salah satu faktor

penentu kemenangan dalam pertandingan permainan bola voli dengan

didukung dari faktor-faktor lain, seperti tinggi loncatan, postur tubuh,

jangkauan tangan pada bola, timing dan lain-lain.

Daya ledak (power) adalah kemampuan seseorang untuk

mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya (Nuril

Ahmadi, 2007: 65) . Daya ledak (power) tungkai dalam permainan bola voli

(20)

6

smash atau block, sehingga permainan bola voli menjadi lebih menarik. Daya

ledak otot tungkai dalam permainan bola voli merupakan faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya loncatan seorang smasher dan blocker. Daya

ledak tungkai juga dibutuhkan untuk melakukan jump service yang berguna

untuk melakukan serangan pertama dalam permainan bola voli. Namun, pelatih

ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen

belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak

tungkai para pserta didiknya. Selain itu, pelatih ekstrakurikuler bola voli di

SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen juga belum pernah

melakukan tes untuk mengukur daya ledak tungkai peserta didiknya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian

yang membandingkan tingkat kemampuan daya ledak tungkai siswa peserta

ekstrakurikuler olahraga bola voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK

Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Judul dalam penelitian

ini adalah “Perbandingan Daya Ledak Tungkai Pada Peserta Ekstrakurikuler

Bola Voli Putra antara Siswa SMK Negeri 1 Puring dengan Siswa SMK Negeri

2 Kebumen Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Pelatih ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring kurang

(21)

7

2. Pelatih ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri

2 Kebumen belum pernah menerapkan latihan khusus untuk meningkatkan

daya ledak tungkai peserta didiknya.

3. Pelatih ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri

2 Kebumen belum pernah melakukan tes untuk mengukur daya ledak

tungkai peserta didiknya.

C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan juga agar permasalahan yang

dikaji tidak terlalu luas, maka perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan

masalah sesuai dengan identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu belum

diketahui perbandingan daya ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola

voli putra antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2

Kebumen, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas , maka dapat

dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu bagaimana perbandingan daya

ledak tungkai pada peserta ekstrakurikuler bola voli putra antara siswa SMK

Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan

(22)

8

SMK Negeri 1 Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen, Kabupaten

Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

F. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui perbandingan kemampuan tingkat daya ledak

tungkai antara siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring

dengan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen,

maka dapat memberikan manfaat sebagai beikut :

1. Secara Teoritis

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan prestasi pada bidang olahraga

bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2 Kebumen.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa

Dapat mengetahui seberapa tinggi lompatan siswa, sehingga termotivasi

untuk lebih giat berlatih.

b. Bagi pelatih / pembimbing

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pedoman

pertimbangan dan tolok ukur untuk mengetahui tingkat daya ledak

tungkai peserta didiknya.

Data hasil penelitian juga bisa dijadikan sebagai data untuk

melakukan evaluasi terhadap program latihan yang telah

dilaksanakan, serta untuk merancang lebih baik program yang akan

(23)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. DISKRIPSI TEORI

1. Pengertian Daya Ledak

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65) “Daya ledak adalah

kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya”. Daya ledak atau power menurut

Sukadiyanto (2002: 96) adalah kemampuan otot untuk menggerakan

kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Menurut Suharno

H.P yang dikutip oleh Haffi Hanafi (2013: 9), daya ledak (power) yaitu

kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan

beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang

utuh. Sedangkan menurut M Sajoto (1988: 55) daya ledak atau power

adalah kemampuan melakukan gerakan eksplosif.

Menurut Nurhasan (2005: 3), daya ledak (power) adalah hasil

gabungan antara kecepatan dan kekuatan. Senada dengan Dedy Sumiyarso

(2006: 77), yang menyatakan bahwa daya ledak adalah hasil kali kekuatan

dengan kecepatan. Dengan kata lain, “daya ledak sama dengan kekuatan

kali kecepatan” (Nuril Ahmadi, 2007: 65). Berdasarkan kutipan teori di

atas dapat disimpulan bahwa, besar kecilnya daya ledak seseorang dapat

dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan otot dan juga baik buruknya

kecepatan otot seseorang. Menurut Nuril Ahmadi (2007: 65) “kekuatan

adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam

(24)

10

Sedangkan kecepatan adalah “kemampuan seseorang untuk mengerjakan

atau melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang

sama/siklik dalam waktu yang sesingkat-singkatnya” (Nuril Ahmadi,

2007: 65).

Menurut Suharno H.P yang dikutip oleh Haffi Hanafi (2013: 11),

faktor yang mempengaruhi daya ledak atau power adalah:

a. Banyak sedikitnya macam fibril otot putih tiap individu. b. Kekuatan otot dan kecepatan otot.

Rumus power adalah sebagai berikut : P = F x V

Keterangan :

P : Power (daya ledak = kg m/detik) F : Force (kuat = kg)

V : Velocity (kecepatan = m/detik) c. Koordinasi gerak yang harmonis.

d. Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot. e. Pelaksanaan teknik yang betul.

2. Pengertian Otot Tungkai

a. Otot Tungkai Atas

Menurut Roger Watson (2002: 219), otot tungkai atas atau otot

paha terdiri dari otot kuadrisep femoris, urat-urat tubuh (hamstring),

sartorius, dan abductor panggul. Kuadrisep femoris merupakan ekstensor

sendi lutut, digunakan saat berdiri dan untuk kerja menendang yang kuat.

Otot ini tersusun atas rektus atau otot lurus dan tiga otot vastus, lateral,

intermedial, dan medial. Otot urat-urat tubuh (hamstrings) adalah otot

fleksor lutut yang terdiri dari bisep femoris, semitendinosa, dan

semimembranosa .Otot hamstrings adalah kelompok otot sangat kuat yang

(25)

11

Sartorius atau otot penjahit membentang dari bagian anterior

superior tulang belakang iliaka sampai bagian depan paha ke bagian dalam

lutut yang disilanginya dan diinsersi ke dalam tibia. Otot ini membantu

pergerakan sendi yang terjadi ketika duduk dalam posisi seperti sedang

menjahit, memfleksi panggul dan lutut serta merotasi femur. Otot abductor

membentuk daging di bagian dalam paha dan merupakan otot yang

mengaduksi panggul, dibantu oleh otot yang lebih kecil dan lebih

superficial, yakni grasilis. Otot ini bekerja dengan baik pada orang yang

menunggang kuda karena penunggal menahan dengan lutut,

mempertahankan lutut tetap abductor (Roger Watson, 2002: 223)

Gambar 1. Otot tungkai atas bagian depan Gambar 2. Otot-otot tungkai

Sumber : Roger Watson (2002: 220) Sumber : Roger Watson (2002: 222)

b. Otot Tungkai Bawah

Menurut Roger Watson (2002: 225), otot-otot tungkai bawah

terdiri dari gastroknemius, soleus, tibialis anterior, dan fleksor dan

ekstensor jari. Gastroknemius dan soleus bersama-sama membentuk

(26)

12

depannya. Kedua otot itu disebut otot betis yang berfungsi untuk

memunculkan tumit (menyebabkan plantar fleksi atau ekstensi) pada sendi

pergelangan kaki, misalnya saat berjalan dan berlari. Tibialis ialah otot

yang menjadi kaku akibat latihan yang abnormal. Tibialis muncul dari

tibia dan fibula dibawah sendi lutut dan diinsersi ke dalam tulang tarsal

dan metatarsal di bagian dalam kaki. Tibialis anterior berfungsi untuk

dorsifleksi pergelangan kaki.

Gambar 3. Otot-otot tungkai bawah bagian depan

Sumber : Roger Watson (2002: 226)

3. Pengertian Daya Ledak Tungkai

Berdasarkan teori pengertian daya ledak dan pengertian otot

tungkai, maka dapat disimpulkan bahwa daya ledak tungkai adalah

kemampuan otot-otot tungkai untuk menggerakan tungkai dengan kekuatan

maksimal dan dilakukan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Daya

ledak tungkai dipengaruhi oleh baik tidaknya kekuatan dan kecepatan

otot-otot tungkai. Semakin baik kualitas kekuatan dan kecepatan otot-otot-otot-otot

(27)

13

seseorang. Daya ledak tungkai menghasilkan gerakan meloncat tegak ke

atas, meloncat ke atas depan, meloncat ke atas belakang, dan meloncat ke

samping kanan atau kiri.

4. Pengertian Bola Voli

Bola voli menuntut kerjasama yang baik antara anggota

kelompok. Enam orang pemain bergerak dalam lapangan seluas 9 x 9

meter (separuh dari seluruh lapangan), dan bekerjasama untuk mencapai

tujun permainan, yakni memukul bola dengan tangan lewat sebuah jarring

demikian rupa, hingga pihak lawan dapat mengembalikannya. Setiap

pemain harus percaya diri dan menruh pula kepercayaan penuh pada

keterampilan temannya, supaya bisa memenangkan pertandingan.

Permainan menuntut kelincahan dan refleks cepat. (Nazar, 1984: 9)

Bola voli dimainkan oleh dua tim dimana tiap tim beranggotakan

dua sampai enam orang dalam suatu lapangan berukuran 30 kaki persegi

(9 meter persegi) bagi setiap tim, dan kedua tim dipisahkan oleh sebuah

net. Tujuan utama dari setiap tim adalah memukul bola kearah bidang

lapangan musuh sedemikian rupa agar musuh tidak dapat mengembalikan

bola. Ketinggian net yang tepat bagi pemain putri adalah 2,24 meter,

sedangkan untuk pria dan permainan campuran tinggi netnya adalah 2,43

meter. Bagian yang sah dari net adalah yang berada diantara kedua garis

(28)

14

Peraturan dibawah ini mengatur kontak pemain dengan bola atau

cara bermain dalam permainan bola voli (Barbara L. Viera, MS dan

Bonnie Jill Fergusson, MS, 2000 : 6) :

a. Setiap tim diperbolehkan paling banyak 3 kali menyentuh bola secara

bergiliran untuk mengirim kembali bola ke daerah lawan. Apabila

sentuhan pertama merupakan suatu bloking, maka tim tersebut tetap

memperoleh 3 sentuhan tambahan untuk mengembalikan bola.

Dengan demikian sentuhan ketika bloking tidak dihitung.

b. Bola boleh disentuh dengan semua bagian tubuh di atas lutut,

termasuk lutut (peraturan voli internasional dan AS akan

memperbolehkan sentuhan dengan menggunakan seluruh bagian

tubuh mulai 1996).

c. Bola boleh menyentuh sejumlah bagian tubuh kecuali secara serenak.

d. Apabila bola berhenti sejenak di tangan atau lengan seorang pemain,

maka akan dianggap sebagai memegang bola.

e. Double Contack (dua kali sentuhan) adalah jika seorang pemain

menyentuh / memukul bola lebih dari sekali tanpa diselingi sentuhan

dari pemain lain. Tetapi, seorang pemain yang meakukan bloking bola

diperbolehkan memukul bola sebanyak dua kalinya tanpa diselingi

oleh pemain lain.

f. Bila bola tertahan secara bersamaan oleh 2 pemain dari tim yang

berlawanan, hal ini disebut double fouls (kesalah 2 kali sentuh), dan

(29)

15

g. Bila 2 pemain dari tim yang sama menyentuh bola secara bersamaan,

maka dianggap 2 kali sentuh bagi tim tersebut.

h. Bila kedua tim secara bersamaan melakukan kesalahan, maka

permainan harus diulang kembali.

i. Seorang pemain yang menempatkan salah satu anggota tubuhnya

melebihi tingginya net, maka dia dianggap akan melakukan bloking,

hanya pemain depan yang boleh melakukan bloking.

j. Bila 2 pemain menyentuh bola ketika melakukan bloking, maka hanya

dianggap sebagai satu pukulan.

k. Pemain yang melakukan bloking diperbolehkan menggapai sampai

melewati net untuk menahan bola sepanjang bola telah dipukul oleh

pemain lawan, dan dalam keadaan dimana jelas-jelas tampak bahwa

bola dapat melewati net bila tidak dihalangi oleh pemain bertahan.

Permainan bola voli membutuhkan koordinasi gerak yang

benar-benar bisa diandalkan untuk memainkan permainan bola voli. Permainan

bola voli dilakukan dengan teknik dasar tertentu. Teknik dasar dalam

permainan bola voli adalah sebagai berikut :

a. Servis

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 20) “Servis adalah pukulan bola

yang dilakukan dari belakang garis akhir lapangan permainan

melampaui net ke daerah lawan. Pukulan servis dilakukan pada

(30)

16

(1984: 13) Servis merupakan suatu pukulan serangan. Ada beberapa

jenis servis dalam permainan bola voli, antara lain :

1) Servis tangan bawah (underhand service)

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 20) “Posisi awal untuk

melakukan servis tangan bawah adalah berdiri dengan posisi

melangkah, dengan kaki depan yang berlawanan dengan tangan yang

akan memukul bola”.

2) Servis mengambang (float service)

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 21), disebut servis

mengambang karena gerakan bola dari hasil pukulan servis tidak

mengandung putaran (bola berjalan mengapung atau mengambang).

Kelebihan servis mengambang adalah bola sulit diterima oleh

pemain lawan karena bola tidak bergerak dalam satu lintasan turun

dan kecepatan bola tidak teratur. Di samping itu gerakan bola

melayang ke kiri dan ke kanan atau ke atas dan ke bawah sehingga

arah datangnya bola sulit diprediksi pemain lawan dan apabila daya

dorong dari pukulan habis akan jauh dengan tiba-tiba.

3) Servis topspin

Servis topspin mempunyai kelebihan yaitu bola bergerak

dan jatuh dengan cepat. Kelemahannya adalah bola melayang

dengan stabil, sulit untuk dilakukan, dan tingkat konsistensi lebih

(31)

17

4) Jumping service

Jumping service dilakukan dengan cara berdiiri dibelakang

garis belakang menghadap kea rah net. Kedua lengan memegang

bola, kemudian bola dilambungkan tinggi (± 3 meter) agak di depan

badan. Setelah itu tekuk kedua lutut untuk awalan melakukan

lompatan yang setinggi mungkin. Pukulan bola ketika berada di

ketinggian seperti melakukan gerakan smash, lecutkan pergelangan

tangan secepat-cepatnya, sehingga menghasilkan pukulan topspin

yang tinggi agar bola secepat mungkin turun ke daerah lapangan

lawan (Nuril Ahmadi, 2007:22).

b. Passing

Passing adalah upaya seorang pemain dengan menggunakan

suatu teknik tertentu untuk mengoperkan bola yang dimainkannya

kepada teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri (Nuril

Ahmadi, 2007: 22). Ada dua macam teknik melakukan passing, yaitu :

1) Passing atas (overhand pass)

Cara melakukan teknik passing atas adalah jari-jari tangan

terbuka lebar dan kedua tangan membentuk mangkuk hampir saling

berhadapan. Sebelum menyentuh bola, lutut sedikit diteku hingga

tangan berada di muka setinggi hidung. Sudut antara sikut dan badan

± 45°. Bola disentuh dengan cara meluruskan kedua kaki dengan

(32)

18

2) Pasing bawah (underhand pass)

Menurut Barbara L Viera dan Bonnie Jill Ferguson (2004:

19) passing bawah atau operan lengan bawah digunakan untuk

menerima servis, menerima spike, memukul bola setinggi pinggang

ke bawah, dan memukul bola yang mematul dari net.

c. Smash

Menurur Nuril Ahmadi (2007: 31), “Pukulan keras atau smash,

disebut juga spike, merupakan bentuk serangan yang paling banyak

dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh suatu tim. Smash

adalah pukulan bola yang keras dari atas ke bawah, jalannya bola

menukik.”

d. Blocking

Menurut Nuril Ahmadi (2007: 30) “Block merupakan benteng

pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan. Block dapat

dilakukan dengan pergerakan tangan aktif (saat melakukan block tangan

digerakan ke kanan maupun ke kiri) atau juga pasif (tangan pemain

hanya dijulurkan ke atas tanpa digerakan)”.

Berdasarkan uraian diatas, smash merupakan bagian yang

penting dalam permainan bola voli terutama untuk melakukan serangan.

Bentuk serangan lain yang hampir mirip dengan smash adalah jumping

service. Jumping service merupakan awal dari permainan sekaligus

bentuk serangan pertama yang dapat mematikan lawan. Sedangkan

(33)

19

blocking. Berdsarkan penjelasan tersebut maka teknik smash, jumping

sevice dan blocking merupakan bagian yang penting dalam permainan

bola voli. Ketiga teknik tersebut membutuhkan daya ledak tungkai yang

tinggi supaya hasil yang dilakukan dari teknik tersebut bisa lebih baik

dan maksimal.

5. Pengertian Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk

memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi

waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan

(Depdiknas, 2003 : 16). Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa

dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuanya diberbagai

bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari

pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di

luar jam pelajaran sekolah. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler anatara lain :

pembinaan prestasi siswa, mendukung pembinaan olahraga siswa,

menunjang tercapainya tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di

sekolah, dan menambah tingginya fisik dan psikologis siswa.

6. Ekstrakurikuler Bola Voli di SMK N 1 Puring dan SMK N 2 Kebumen

Ekstrakurikuler yang diadakan di SMK Negeri 1 Puring antara

lain : ekstrakurikuler sepakbola, bola voli, bola basket, pencak silat dan

taekwondo. Ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring menjadi

pilihan ekstrakurikuler favorit setelah ekstrakurikuler sepak bola.

(34)

20

dalam seminggu dan berjalan rutin dalam setiap minggunya. Sarana dan

prasaran yang dimiliki SMK Negeri 1 Puring untuk menunjang

ekstrakurikuler bola voli adalah bola voli, net dan lapangan bola voli.

Materi latihan dalam ekstrakurikuler bola voli yaitu teknik dasar permainan

bola voli, taktik, latihan meningkatkan kondisi fisik dan sparing dengan tim

bola voli dari sekolah lain.

Ekstrakurikuler olahraga yang diselenggarakan di SMK Negeri 2

Kebumen antara lain : ekstrakurikuler sepakbola, bola voli, bola basket,

dan pencak silat. Ekstrakurikuler bola voli dilaksanakan pada hari rabu dan

sabtu dalam setiap minggunya. Sarana dan prasaran yang dimiliki SMK N

2 Kebumen untuk menunjang ekstrakurikuler bola voli adalah bola voli, net

dan lapangan bola voli outdoor. Materi latihan dalam ekstrakurikuler bola

voli yaitu teknik dasar permainan bola voli, taktik, latihan meningkatkan

kondisi fisik dan uji coba dengan sekolah-sekolah di daerah kecamatan

Kebumen.

7. Karateristik Siswa SMA/SMK (Usia 16-18 Tahun)

Menurut Sukintaka (1992: 45) karakteristik jasmani siswa SMA

umur 16-18 tahun antara lain : (a) Kekuatan otot dan daya tahan otot

berkembang baik, (b) Senang pada keterampilan yang baik, bahkan

mengarah pada akrobatik, (c) Anak laki-laki keadaan jasmaninya sudah

cukup matang, (d) Anak perempuan posisi tubuhnya akan lebih baik, (e)

Mampu menggunakan energi dengan baik, (f) Mampu membangun

(35)

21

Karakteristik perkembangan motorik siswa SMA umur 16-18

tahun menurut Sukintaka (1992: 46) yaitu anak akan mencapai

pertumbuhan dan perkembangan pada masa dewasanya, keadaan tubuhnya

juga menjadi lebih kuat dan lebih baik, maka kemampuan motorik dan

keadaan psikisnya juga telah siap menerima latihan-latihan peningkatan

keterampilan gerak menuju prestasi olahraga yang lebih. Untuk itu mereka

telah siap dilatih secara intensif diluar jam pelajaran. Bentuk penyajian

pembelajaran sebaiknya dalam bentuk latihan dan tugas.

Ciri-ciri remaja diantara hal-hal yang banyak disepakati oleh para

ahli salah satunya adalah rentang usia masa remaja. Menurut Andi

Mappiere (1982: 27) disimpulkan bahwa secara teoritis dan empiris dari

segi psikologis, rentang usia masa remaja berada dalam usia 12-21 tahun

bagi wanita, dan 13-22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan

remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai

17/18 tahun, dan remaja akhir berada dalam rentang usia antara 17/18 tahun

sampai 21/22 tahun. Sedangkan periode masa remaja ini disebut sebagai

ambang pintu masa remaja atau disebut sebagai periode pubertas. Dari

pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa SMA/SMK yang

memiliki rata-rata usia antara 15-18 tahun termasuk dalam masa remaja

awal.

Menurut Andi Mappiere (1982: 48) pertumbuhan dan

perkembangan fisik (jasmani) remaja awal secara umum, terjadi

(36)

22

waktu 3 atau 4 tahun anak bertumbuh hingga tingginya hampir sama

dengan orang tuanya. Pertumbuhan anggota-anggota badan dan otot-otot

sering berjalan tidak seimbang. Hal semacam ini kadang-kadang

menimbulkan ketidak serasian diri dan kekurang harmonisan gerak.

Menurut Winarno Surahcmad yang dikutip oleh Andi Mappiere (1982: 49)

disebutkan bahwa kesulitan-kesulitan khusus dalam arti gangguan

kesehatan sebagai akibat perubahan-perubahan biologis pada adolescence

tidak begitu besar, mereka termasuk manusia yang segar, sehat dan kuat.

Komisi Perencanaan Pendidikan pada National Educational

Association Amerika Serikakat yang dikutip oleh Andi Mappiare (1982:

138) mengemukakan kebutuhan remaja secara umum adalah sebagai

berikut :

a. Semua pemuda butuh akan pengembangan keterampilan untuk bekerja

(menghasilkan uang).

b. Semua pemuda butuh untuk berkembang dan memelihara kesehatan dan

kesegaran fisik.

c. Semua pemuda butuh untuk mengerti tentang hak-hak dan kewajiban

warga Negara dalam masyarakat demokratis.

d. Semua pemuda butuh untuk mengerti arti (pentingnya) keluarga bagi

individu dan masyarakat.

e. Semua pemuda butuh untuk mengerti bagaimana memperoleh dan

menggunakan barang serta mengerti bagaimana pemeliharaanya secara

(37)

23

f. Semua pemuda butuh untuk mengerti pengaruh (peranan) ilmu

pengetahuan bagi hidup manusia.

g. Semua pemuda butuh untuk mengerti peresapan makna atau

penghargaan terhadap seni, musik, dan keindahan alam.

h. Semua pemuda butuh untuk bisa menggunakan waktu luang mereka

dengan baik.

i. Semua pemuda butuh mengembangkan rasa hormat terhadap individu

lain.

j. Semua pemuda butuh tumbuh dalam kemampuan untuk berpikir secara

rasional.

Sedangkan kebutuhan khas remaja menurut Garison yang dikutip

oleh Andi Mappiare (1982:152) adalah sebagai berikut :

a. Kebutuhan akan kasih sayang.

b. Kebutuhan akan keikut sertaan dan diterima dalam kelompok.

c. Kebutuhan untuk berdiri sendiri.

d. Kebutuhan untuk berprestasi.

e. Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain.

f. Kebutuhan untuk dihargai.

g. Kebutuhan memperoleh falsafah hidup yang utuh.

Siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring

memiliki karakteristik sebagai berikut: siswa memiliki postur tubuh tinggi

(38)

24

olahraga bola voli, dan senang bekerjasama dalam berlatih. Sekolah SMK

Negeri 1 Puring yang menerapkan visi kedisiplinan maka dapat membantu

perkembangan siswa melalui berbagai kegiata di sekolah. Sedangkan

karakteristik siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2

Kebumen yaitu : siswa memiliki postur tubuh sedang, mempunyai minat

yang tinggi terhadap olahraga bola voli, dan disiplin berlatih. Sekolah SMK

Negeri 2 Kebumen memiliki visi yaitu terampil dan mampu bersaing di era

global juga memberikan pendidikan yang baik untuk perkembangan

siswa-siswanya.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Penelitian yang dilakukan Heru Purwanto (2013) yang berjudul :

“Perbedaan Kemampuan Vertical Jump Siwa Kelas VII yang Mengikuti

Ekstrakurikuler Bulutangkis dengan Bolabasket di SMP Negeri II Mlati

Sleman”. Teknik pengumpulan data yang menggunakan survey dengan

teknik tes dan pengukuran. Teknik analisis data menggunakan analisis uji t,

melalui uji prasayarat, uji normalitas, dan uji homogenitas. Hasil penelitian

besarnya rerata vertical jump kelompok siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler bulutangkis 33,88 sedangkan rerata vertical jump kelompok

siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bolabasket sebesar 40,29. Rerata

vertical jump kelompok sisw yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis

lebih kecil daripada kelompok bolabasket, ini berarti bahwa kemampuan

(39)

25

daripada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler bulutangkis, dan nilai

signifikansi p 0,011<0,05.

2. Penelitian yang dilakukan Y Bambang Purwanto (2001) dengan judul :

Perbedaan Power Otot Lengan dan Power Otot Tungkai Siswa Kelas VI

Putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul dengan SD Ungaran I II III Kota

Yogyakarta”. penelitian ini dilakukan dengan teknik tes dan pengukuran.

Alat yang digunakan untuk mengukur power otot lengan dengan Distance

Trow Test dan untuk mengukur power otot tungkai dengan vertival jump

test. Hasil penelitian menunjukanbahwa pertama adanya perbedaan power

otot lengan anak kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul

dengan SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hasil menunjukan bahwa SD

Kretek I II III Kabupaten Bantul mempunyai power otot lebih besar

daripada SD Ungaran Kota Yogyakarta. Kedua ada perbedaan power otot

tungkai siswa kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten Bantul dengan

SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hasil menunjukan bahwa SD Kretek I

II III Kabupaten Bantul mempunyai power otot tungkai lebih besar

daripada SD Ungaran I II III Kota Yogyakarta. hal ini dibuktikan dengan

rerata power otot tungkai siswa kelas VI putra SD Kretek I II III Kabupaten

Bantul sebesar 54,583 lebih besar dari rerata siswa kelas VI putra SD

Ungaran I II III Kota Yogyakarta sebesar 48, 133.

C. KERANGKA BERFIKIR

Permainan bola voli memiliki tujuan yaitu meraih kemenangan di

(40)

26

penyerangan dan pertahanan yang baik. Smash adalah bentuk serangan yang

paling banyak dan efektif dipergunakan dalam upaya memperoleh nilai oleh

suatu tim. Teknik melakukan gerakan smash adalah sebagai berikut :

1. Awalan : berdiri dengan sikap normal dengan jarak 3 sampai 4 meter dari

net. Pada saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu

melakukan langkah-langkah kecil di tempat.

2. Tolakan : melangkah kecil ke depan, kemudian menumpu dengan kedua

kaki disertai dengan gerakan merendahkan badan dengan cara menekuk

lutut. Kedua lengan sudah berada di samping belakang badan diikuti

dengan tolakan kaki ke atas secara eksplosif dan dibantu dengan ayunan

kedua lengan dari arah belakang ke depan atas.

3. Sikap saat perkenaan : pada saat melayang bila bola telah berada di atas

depan dan dalam jangkauan tangan, maka segeralah tanagn kanan

dipukulkan ke bola secepat-cepatnya. Perkenaan tangan adalah pada

telapak tangan dengan suatu gerakan lecutan, baik dari lengan maupun

tangan. Hasil pukulan akan lebih sempurna apabila lecutan tanagn dan

kedua lengan diikuti dengan gerakan membungkuk dan tegak. Dalam hal

ini gerakan lecutan tangan, lengan dan posisi tegak merupakan satu

kesatuan gerakan yang harmonis dan eksplosif.

4. Sikap akhir : setelah bola berhasil dipukul, maka smasher segera mendarat

kembali ke tanah. Mendarat di tanah harus dilakukan dengan

menggunakan kedua kaki untuk diteruskan dengan mengambil sikap siap

(41)

27

Block dalam perainan bola voli merupakan benteng pertahanan yang

utama untuk menangkis serangan lawan. Keberhasilan melakukan block

ditentukan oleh ketinggian loncatan dan jangkauan tangan pada bola yang

sedang dipukul lawan.Teknik melakukan block adalah :

1. Sikap badan berdiri menghadap net dengan jarak sekitar satu langkah dari

net. Jarak kedua kaki selebar pundak, lutut ditekuk, dan kedua tangan siap

di depan dada.

2. Pandangan mengawasi gerakan bola dan memperhatikan smasher yang

akan melakukan pukulan.

3. Meloncat dengan menolakan kedua kaki sambil membawa kedua lengan

ke atas. Kedua telapak tangan dirapatkan, jari-jari direnggangkan, posisi

kedua tangan menutup daerah yang diperkirakan menjadi sasaran utama

lintasan bola.

Berdasarkan uraian di atas, teknik smash dan block menjadi hal yang

penting untuk meraih kemenangan dalam permainan bola voli tanpa

mengabaikan teknik dasar bermain bola voli lainnya. Smasher dan blocker

akan lebih diuntungkan dengan memiliki loncatan yang tinggi. Tingginya

loncatan dipengaruhi oleh daya ledak otot tungkai yang dimiliki pemain bola

voli. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana

perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola

voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK Negeri 1 Puring dengan siswa

(42)

28 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penilitian komperatif, menurut Sugiyono

(2006:11) penelitian komperatif adalah penelitian yang bersifat

membandingkan dua fenomena (kejadian) atau lebih. Menurut Husaini dan

Purnomo (2008: 9) komperatif adalah membandingkan data pada dua

kelompok atau beberapa kelompok. Fokus dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui perbandingan tingkat daya ledak tungkai siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli di kabupaten Kebumen antara siswa SMK Negeri 1

Puring dengan siswa SMK Negeri 2 Kebumen. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survai dengan teknik tes dan pengukuran. Desain

[image:42.595.159.509.447.600.2]

dalam penelitian ini yaitu:

Gambar 4. Desain Penelitian KEMAMPUAN DAYA

LEDAK TUNGKAI

(43)

29 B. Definisi Operasional Variabel

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 161) variabel adalah objek

penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.

Definisi operasional varibel ini bertujuan untuk memperjelas masalah yang

akan diteliti, dan memberikan batasan operasional terhadap definisi istilah yang

digunakan, sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel dalam penelitian

ini yaitu tingkat daya ledak tungkai, diukur menggunakan tes dan pengukuran

vertical jump test dengan sumber data siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di

SMK Negeri 1 Puring dan siswa ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 2

Kebumen. Tes dengan cara siswa melakukan vertical jump (loncat tegak)

sebanyak 3 kali diambil jarak lompatan yang tertinggi.

C. Populasi dan Sampel Penelitian.

Populasi menurut Sugiyonon (2008: 80) adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi (Sugiyono, 2008: 81). Berdasarkan pendapat tersebut, maka

populasi dalam penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di

SMK Negeri 1 Puring dan siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK

Negeri 2 Kebumen. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi atau siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring

(44)

30

Adapun jumlah keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah 45

siswa, yang terdiri dari 25 siswa putra peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK

Negeri 1 Puring dan 20 siswa putra peserta ekstrakurikuler bol voli di SMK

Negeri 2 Kebumen.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 192) instrument penelitian

adalah alat bantu yang menggunakan metode yang digunakan dan dipilih

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur daya ledak tungkai dalam penelitian ini adalah tes vertical jump.

Menurut Ismaryati (2006) “Vertical jump test adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur tingginya lompatan. Alat ini juga digunakan

untuk menilai daya ledak atau power otot tungkai seorang atlet”. Tes

vertical jump memiliki tingkat validitas yaitu 0.86 dan tingkat realibilitas

yaitu 0.92 (Taryono, 2010) diakses dari internet melalui alamat http://

www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/motion/article/download/34/32.

Vertical Jump Test atau tes loncat tegak untuk anak usia 16-19 tahun

(Depdiknas, 2010: 16) :

a. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau

(45)

31

b. Alat dan Fasilitas :

1) Papan berskala centimeter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm,

dipasang pada dinding yang rata atau tiang, jarak antara lantai

dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 150 cm.

2) Serbuk kapur.

3) Alat penghapus papan vertical jump

4) Alat tulis.

Gambar 5. Papan loncat tegak

Sumber : Depdiknas (2010 : 17)

c. Petugas tes : Pengamat dan pencatat hasil

d. Formulir

e. Teknik melakukan tes vertical jump (Depdiknas, 2010: 17) :

1) Sikap Permulaan

a) Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk

(46)

32

b) Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada

disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat

dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada

papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya.

Gambar 6. Sikap menentukan raihan tegak

Sumber : Depdiknas (2010 : 18)

2) Gerakan

a) Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan

kedua lengan diayun kebelakang. Kemudian peserta meloncat

setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang

[image:46.595.210.399.190.446.2]
(47)

33

Gambar 7. Sikap awalan loncat tegak

Sumber : Depdiknas (2010 : 19)

Gambar 8. Melakukan gerakan loncat tegak

Sumber : Depdiknas (2010 : 19)

b) Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut.

3) Pencatat Hasil

a) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak

b) Ketiga hasil selisih dicatat

[image:47.595.219.388.84.287.2]
(48)

34

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes

dan pengukuran. Tes yang digunakan adalah tes vertical jump dan diukur

menggunakan papan vertical jump dengan skala centi meter yang terpasang

di dinding.Siswa melakukan tes vertival jump sebanyak 3 kali lompatan dan

diambil salah satu dari lompatan yang tertinggi. Data yang terkumpul adalah

berupa nilai selama melakukan tes loncat tegak (vertical jump).

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Persyarat Analisis

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik

dengan bantuan program komputer SPSS Versi 18. Dalam melakukan analasis

data perlu persiapan dalam menyusun tabel perhitungan untuk menentukan

teknik yang akan digunakan serta tabel yang diperlukan, maka diperlukan uji

persyarat analisis. Uji persyarat analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel

yang berasal dari populasi penelitian merupakan sebaran distribusi normal

atau tidak. Menurut Sudjana (1988: 288) asumsi normalitas perlu diselidiki

agar selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Pengujian normalitas

sebaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan jasa software komputer

SPSS versi 18 dengan teknik uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf

signifikansi sebesar 5%. Pada uji ini berlaku kriteria pengambilan

(49)

35

dinyatakan berdistribusi tidak normal, sedangkan jika P-value > α = 0,05

maka dinyatakan data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesamaan variansi dari

sampel yang diambil dari populasi. Untuk pengujian homogenitas varian

menggunakan Leven’s Test untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan memiliki varian yang sama, uji ini menggunakan bantuan

program SPSS Versi 18 dengan taraf signifikansi 5%. Pada uji ini berlaku

kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila P-value < α = 0,05 maka data

dinyatakan tidak homogen, sedangkan jika P-value > α = 0,05 maka data

dinyatakan homogen.

2. Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji

independent sampel t-test yaitu untuk mencari perbedaan masing-masing

kelompok dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 18 taraf

siginifikan yang dipakai adalah 5%. Pada uji ini berlaku kriteria pengambilan

keputusan yaitu apabila P-value < α = 0,05 maka data dinyatakan tidak ada

perbedaan, sedangkan jika P-value > α = 0,05 maka data dinyatakan ada

perbedaan.

Setelah data diperoleh, langkah berikutnya adalah menganalisis data

untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan, untuk memberikan

makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan kategori menurut tingkat yang

(50)

36

tersebut menggunakan acuan 5 batas norma (Anas Sudjiono, 2006: 175)

berdasarkan mean (M) dan standar deviasi (SD).

Tabel 1. Kategori Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Berdasarkan Rentang Norma Skor Baku

No Rentang Norma Kategori

1 X ≥ M + 1,5 SD Sangat Baik

2 M + 0,5 SD ≤ X < M + 1,5 SD Baik

3 M –O,5 SD ≤ X < M + 0,5 SD Sedang

4 M –1,5 SD ≤ X < M – 0,5 SD Kurang

5 X < M – 1,5 SD Sangat Kurang

[image:50.595.121.514.182.276.2]
(51)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat, Subjek dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah kejuruan yang ada di

daerah Kabupaten Kebumen, yaitu di SMK Negeri 1 Puring yang beralamat

di Jl. Selatan-selatan Km.04, Tambakmulyo, Puring, Kebumen dan di SMK

Negeri 2 Kebumen yang beralamat di Jalan Joko Sangkrip Km.01,

Kembaran-Sumberadi, Kebumen, 54315.

2. Subjek Peneitian

Cara pengambilan subjek dalam penelitian ini yaitu dengan cara

purposive subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa putra peserta

ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2

Kebumen. Adapun jumlah subjek awal pada saat peneliti melakukan

observasi adalah 45 siswa, namun jumlah subjek yang bisa melaksanakan

atau menghadiri tes vertical jump adalah 35 siswa, yang teridiri dari 15

siswa peserta ekstrakukuler bola voli di SMK Negeri 2 Kebumen dan 20

siswa peserta ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 30 Maret sampai dengan 10

April 2015. Observasi penelitian ini dilakukan mulai tanggal 2 Maret

sampai dengan 25 Maret 2015. Pengambilan data tes vertical jump di SMK

Negeri 2 Kebumen pada hari Senin tanggal 30 Maret 2015 bertempat di

(52)

38

WIB. Pengambilan data tes vertical jump di SMK Negeri 1 Puring

dilakukan pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 bertempat di sebelah

kantor Kesiswaan SMK Negeri 1 Puring dimulai pukul 14.30 WIB sampai

dengan pukul 16.00 WIB.

B. Deskripsi Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah data hasil dari tes

vertical jump atau tes daya ledak tungkai yang diambil dari siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring dan SMK Negeri 2

Kebumen.

1. Kelompok Siswa Ekstrakurikuer Bola Voli SMK Negeri 1 Puring

Skor vertical jump diperoleh dari tes vertical jump pada subjek

dengan mengambil selisih dari skor raihan loncatan tertinggi dikurangi skor

raihan tegak. Skor vertical jump yang diperoleh dari 20 siswa peserta

ekstrakurikuler bola voli di SMK Negeri 1 Puring yaitu antara rentang skor

47 sampai dengan 72. Untuk membuat tabel distribusi frekuensi dibutuhkan

perhitungan jangkaun, banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas.

Berikut adalah langkah-langkah penyusunan tabel distribusi (Sugiyono,

2006: 26):

1. Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil atau nilai

terbesar-nilai terkecil (Datum terbesar = 72 dan Datum terkecil = 47)

Jangkauan (J) = 72 – 47 = 25, jadi jangkauan datanya adalah 24

2. Banyaknya kelas interval (k) dihitung dengan rumus Sturges

(53)

39

k = 1 + 3,3 log 20

k = 1 + 3,3 (1,30103)

k = 1 + 4,2934

k = 5,2934 dibulatkan ke atas menjadi 6, jadi banyaknya kelas yang

harus dibuat adalah 6 kelas

3. Panjang interval kelas (c)

c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k

c = 25 / 6 = 4,16667 dibulatkan ke atas menjadi 5, jadi panjang interval

kelas adalah 5

Sesuai dengan perhitungan diatas maka diperoleh tabel distribusi

frekuensi tingkat vertical jump siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK

Negeri 1 Puring sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring

No Kelas Interval Frekuensi

Absolute Persentase

1 47-52 2 10 %

2 53-58 3 15 %

3 59-64 8 40 %

4 65-70 4 20 %

5 71-76 3 15 %

Total 20 100 %

Dari tabel diatas secara visual dapat dibuat diagram diagram batang

[image:53.595.139.493.458.575.2]
(54)
[image:54.595.125.520.83.315.2]

40

Gambar 9. Diagram Batang Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekrakurkuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa

distribusi frekuensi skor vertical jump siswa SMK Negeri 1 Puring berada

di interval 59–64 yaitu sebanyak 8 siswa. Hasil perhitungan statistik

dengan bantuan program computer SPSS versi 18 diperoleh rerata yaitu

60,95, standar deviasi sebesar 6,53, modus sebesar 63 dan median sebesar

62. Untuk memberikan makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan

kategori menurut tingkat yang ada yaitu sangat baik, baik, sedang, kurang,

sangat kurang. Pengkategorian tersebut menggunakan acuan 5 batas norma

(Anas Sudijono, 2012: 175) berdasarkan mean (M) dan standar deviasi

(SD). Berikut ringkasan pengkategorian tingkat daya ledak tungkai siswa

SMK Negeri 1 Puring dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

47-52 53-58 59-64 65-70 71-76

Fr e ku e n s i Interval 71-76 65-70 59-64 53-58 47-52 10%

15% 15%

(55)
[image:55.595.139.515.127.245.2]

41

Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Daya Ledak Tungkai Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 1 Puring

Tingkat Daya Ledak Tungkai

Rentang Norma

Banyaknya Siswa SMK Negeri 1 Puring

Persentase

Sangat Baik x ≥ 71 3 15 %

Baik 64 ≤ x < 71 2 10 %

Sedang 58 ≤ x < 64 10 50 %

Kurang 51 ≤ x < 58 4 20 %

Sangat Kurang x < 51 1 5 %

Total 15 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bawha tingkat daya

ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring

yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 3 anak (15%), dalam

kategori baik sebanyak 2 anak (10%), dalam kategori sedang sebanyak 10

anak (50%), dalam kategori kurang sebanyak 4 anak (20%), dan dalam

kategori sangat kurang sebanyak 1 anak (5%). Jadi mayoritas tingkat daya

ledak tungkai siswa peserta ekstrakurikuler bola voli SMK Negeri 1 Puring

berada dalam kategori “sedang”. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel yang

menunjukan bahwa pada kategori sedang merupakan kategori yang

memiliki persentase paling tinggi (50%) dibandingkan tingkat kategori

lainya.

2. Kelompok Siswa Ekstrakurikuer Bola Voli SMK Negeri 2 Kebumen

Skor vertical jump diperoleh dari tes vertical jump pada subjek

penelitian di SMK Negeri 2 Kebumen yaitu dengan mengambil selisih dari

skor raihan loncatan tertinggi dikurangi skor raihan tegak. Skor vertical

jump yang diperoleh dari siswa peserta ekstrakurikuler bola voli putra di

SMK Negeri 2 Kebumen adalah dengan rentang skor 47 sampai dengan 69.

(56)

42

jangkaun, banyaknya kelas interval dan panjang interval kelas. Berikut

adalah langkah-langkah penyusunan tabel distribusi (Sugiyono, 2006: 26):

1. Jangkauan (J) = Datum terbesar – Datum terkecil atau nilai

terbesar-nilaiterkecil (Datum terbesar = 69 dan Datum terkecil = 47)

Jangkauan (J) = 69 – 47 = 22, jadi jangkauan datanya adalah 22

2. Banyaknya kelas interval (k) dengan rumus dari Sturges

k = 1 + 3,3 log n , dimana n = banyaknya data (n=15)

k = 1 + 3,3 log 15

k = 1 + 3,3 (1,17609)

k = 1 + 3,88109

k = 4,88109 dibulatkan ke atas menjadi 5

Jadi banyaknya kelas yang harus dibuat adalah 5 kelas

3. Panjang interval kelas (c)

c = Jangkauan / Banyaknya kelas interval atau c = J / k

c = 22 / 5 = 4,4 dibulatkan menjadi 5

Jadi, panjang interval kelas adalah 5

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekstrakurikuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen

No Kelas Interval Frekuensi

Absolute Persentase

1 47 – 51 1 6,7 %

2 52 – 56 2 13,3 %

3 57 – 61 4 26,7 %

4 62 – 66 5 33,3 %

5 67 – 71 3 20 %

[image:56.595.138.494.569.684.2]
(57)

43

Dari tabel diatas secara visual dapat dibuat diagram histogram

[image:57.595.117.509.131.399.2]

sebagai berikut :

Gambar 10. Diagram Batang Frekuensi Vertical Jump Siswa Peserta Ekrakurkuler Bola Voli Putra SMK Negeri 2 Kebumen

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa

distribusi frekuensi skor vertical jump siswa SMK Negeri 2 Kebumen

berada di interval 62–66 yaitu senyak 5 siswa. Hasil perhitungan statistik

dengan bantuan program computer SPSS versi 18 diperoleh rerata yaitu

60,67, dengan demikian skor vertical jump dibawah rerata ada 6 anak dan

rerata skor vertical jump diatas rerata ada 9 anak. Standar deviasi diperoleh

sebesar 6,091, modus sebesar 57 dan median sebesar 62. Untuk

memberikan makna dari skor yang ada, kemudian ditentukan kategori

menurut ti

Gambar

Gambar 3.  Otot-otot tungkai bawah bagian depan Sumber : Roger Watson (2002: 226)
Gambar 4. Desain Penelitian
Gambar 6.  Sikap menentukan raihan tegak Sumber : Depdiknas (2010 : 18)
Gambar 7.  Sikap awalan loncat tegak Sumber : Depdiknas (2010 : 19)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan yang tercantum dalam Lembaran Data Keselamatan Bahan ini tidak mewakili kesepakatan pada kualitas bahan / campuran atau penggunaan yang tercantum sesuai dalam kontrak.

mengenai pertumbuhan ekonomi inklusif, dan berangkat dari fakta produktivitas tanaman jagung, kacang tanah, dan ubi kayu yang relatif tinggi, untuk mendapatkan nilai

Keywords: consumer intention, digital piracy, digital products, ethics theory, theory of planned

Kajian sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan.. Sekolah

Metode merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang peneliti dalam sebuah penelitian, dimana dalam sebuah metode penelitian dikemukakan tata cara bagaimana

[r]

[r]

Dalam masyarakat yang kian menuntut penerapan prinsip Tata Kelola Pemerintahan yang Baik ( good governance) , barangkali tidak berlebihan bila pertanyaan tersebut