• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Syukur Alhamdulillah peneliti memanjatkan kehadirat Allah SWT yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Syukur Alhamdulillah peneliti memanjatkan kehadirat Allah SWT yang"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

1

Syukur Alhamdulillah peneliti memanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat dan salam kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis llmiah yang berjudul "Hubungan Paritas, Pengetahuan Dan Pendidikan Terhadap Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013”.

Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Kebidanan, dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima arahan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat

1. Bapak Dedi Zefrijal. S.T, selaku Ketua Yayasan STIKes U'budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M.Kes, Selaku Ketua STIKes U'budiyah Banda Aceh.

3. Ibu Cut Efriana. SST, Selaku Ketua Prodi Jurusan Kebidanan U'budiyah Banda Aceh.

4. Bapak H. Muslem. S.Sos. Selaku Pengelola Ubudiyah Sigli.

5. Drs. H. Abubakar. BE, M. Kes, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga dapat selesai dengan baik.

(2)

6. Seluruh Dosen pengajar kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan U'budiyah yang telah membekali peneliti dari awal bangku kuliah sampai selesai pendidikan ini.

7. Kepada Ayahanda serta Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik materi maupun moril sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

8. Teman-teman sejawat dan seangkatan di jurusan kebidanan STIKes Ubudiyah Banda Aceh yang telah banyak membantu dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan, untuk itu kritik dan saran bersifat membangun sangat peneliti harapkan guna kesempurnaan penelitian ini, atas kritik dan saran peneliti mengucapkan terima kasih.

Banda Aceh, September 2013

(3)

DAFTAR ISI Hal JUDUL LUAR HALAMAN JUDUL ... i ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vii

DAFTAR ISI….. ... viii

DAFTAR TABEL….. ... x

DAFTAR GAMBAR….. ... xi

DAFTAR LAMPIRAN….. ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1.Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Bounding Attachment ... 7

1. Pengertian ... 7 2. Tahap-tahap Bounding atachment ... ... 9

3. Elemen-elemen Bounding Attachment ... 10

4. Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment ... 12

5. Keuntungan dan Hambatan Bounding Attachment ... 13

B. Konsep Dasar Nifas ... 14

1. Definisi Nifas ... 14 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas ... 15

3. Tahapan Masa Nifas ... 15

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam masa Nifas... 16

5. Perawatan NIfas ... 16

C. Paritas ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Klasifikasi... 18

D. Hubungan Paritas Terhadap Bounding Attacehment ... 18

(4)

1. Definisi Pengetahuan ... 19

2. Tingkat Pengetahuan ... 20

F. Pendidikan ... 22

1. Pendidikan ... 22

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 24

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Definisi Operasional... 25

C. Hipotesa Penelitian... 26

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 27

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

D. Cara pengumpulan Data ... 28

1. Data Primer ... 28

2. Data Skunder ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 28

1. Pengolahan Data... 28

2. Analisa Data ... 29

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31

B. Hasil Penelitian ... 32 C. Pembahasan ... 36 BAB VI PENUTUP ... 42 A. Kesimpulan ... 42 B. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

HUBUNGAN PARITAS, PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN BOUNDING ATTACHEMENT PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT IBU

DAN ANAK BEREUNEUN KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 Kurnia Mutiara1, Abubakar2

xii + 43 halaman: 8 Tabel, 1 Gambar, 12 Lampiran

Latar Belakang : Bounding attachement adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkan dalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan didalam segi-segi kehidupannya yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri dimasa yang akan datang, menyebabkan kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak. Dari hasil wawancara peneliti didapatkan jumlah ibu nifas yang ada diruang kebidanan selama 2 hari berjumlah 7 orang, diantara 7 orang tersebut yang melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi serta memberikan belaian dan ikatan kasih sayang yang dilakukan sedini mungkin hanya 3 orang.

Tujuan penelitian : ini adalah untuk Hubungan Paritas, Pengetahuan Dan Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013

Metode Penelitian :Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di rumah sakit Ibu dan anak sejak tanggal 21 Juli sampai dengan 16 Agustus 2013. Pengambilan sampel menggunakan tehknik achidental sampling sebanyak 38 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan.

Hasil Penelitian : yang diperoleh dari 38 responden adalah adanya hubungan yang signifikan antara paritas ibu nifas dengan bounding attachement yaitu p < 0,05 (0,018). Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas dengan bounding

attachement yaitu p < 0,05 (0,000). Adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan

ibu nifas dengan bounding attachement yaitu p < 0,05 (0,001).

Kesimpulan : Dari hasil diatas dapat disimpulkan ibu bahwa mayoritas ibu yang berpengetahuan baik dan pendidikan tinggi mau melakukan bounding attachement, selain itu juga tidak dilakukan bounding attachement akibat dari kesehatan bayi yang tidak memungkinkan untuk dirawat bersama. Serta juga ibu tidak hanya menunnngu dari bidan nya tetapi ada reaksi yang dilakukan jika tidak dilakukan perawatan oleh keluarga dan bidan.diharapkan kepada petugas kesehatan untuk dapat melakukan bounding

attachement setiap kelahiran bayi apabila bayi memungkinkan untuk dirawat bersama

oleh ibu tanpa ada kelainan yang terjadi pada ibu dan bayi sehingga program pemerintah dapat tercapai untuk menurunkan angka kesakitan ibu dan anak.

Kata kunci : bounding attachement, paritas, pengetahuan, pendidikan, Sumber : 16 buku (2004-2012) + 7 internet

1

Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemerintah mempunyai komitmen yang kuat untuk pencapaian Millenium

Development Goals (MDGs), termasuk komitmen dalam peningkatan kesehatan

ibu dan anak. Hasil yang dicapai dapat terlihat pada indikator kesehatan anak dan bayi yang menunjukkan kecenderungan membaik dan jika terus membaik, maka pada tahun 2015 nanti target dapat tercapai. Namun upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) terkait target MDGs di tahun 2015 ini tidak bisa hanya dikawal oleh pemerintah saja. Partisipasi kelompok profesional, dunia usaha, dan masyarakat luas juga sangat menentukan keberhasilan pencapaian tersebut (Depkes RI, 2010).

Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Sulistiyani, 2011).

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan

(9)

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009).

Terbentuknya ikatan kasih sayang antara ibu dan anak dimulai sejak dalam kandungan, setelah bayi lahir keterkaitan antara ibu dan anak ini menjadi kuat sebab itu, ibu dapat memandang, menyentuh dan membelai anak secara langsung. Proses kasih sayang dijelaskan sebagai suatu yang linier, dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pasca partum, dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten. Hal ini sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang kehidupan (Bobak 2005).

Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan

attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Di setiap tahun, terdapat sekitar delapan juta perempuan yang mengalami penderitaan akibat komplikasi kehamilan dan lebih dari setengah juta diantaranya, akan meninggal dunia. Di banyak negara berkembang, 1 dari 11 perempuan (dibandingkan dengan 1 dari 5000 perempuan di negara maju) meninggal karena peristiwa kehamilan dan persalinan (WHO, 2010).

Untuk mencapai sasaran MDGs yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

(10)

menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, AKI saat ini 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH. Cakupan kunjungan ibu nifas di Indonesia pada tahun 2009 adalah 71,54%, sementara target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90% (Kemenkes, RI, 2010).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2010, bahwa AKI di Provinsi Aceh tahun 2010 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini dibandingkan tahun sebelumnya menampilkan kecenderungan terjadi penurunan. Sedangkan Kabupaten Pidie jumlah AKI tahun 2010 adalah 190,6 per 100.000 kelahiran hidup (Provil Dinas Kesehatan Prov, 2010).

Bidan berperan dalm memberikan asuhan masa nifas untuk dapat memastikan ibu merasa nyaman dalam menjalani peran barunya dan selalu memberikan dukungan dalam proses adaptasi yang dilalui ibu. Seorang bidan harus bersikap ramah, tanggap dan sabar dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk klienya. Asuhan masa nifas normal merupakan wewenang dan tanggung jawab bidan untuk melaksanakan kompetensi dan ketrampilan memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan setiap individu (Suherni, 2009).

Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi pada masa awal neonatus,

sedangkan attachment adalah sentuhan. Bounding attachment adalah istilah dalam kebidanan atau psikologi kebidanan yang artinya ikatan kasih sayang dan belaian. Perkembangan bayi normal sebagian besar bergantung pada sederetan pertukaran respon penuh kasih sayang pada bayi yang baru dilahirkannya. Ikatan ini dipermudah dan di perkuat dengan dukungan emosional kecintaan dari suami dan

(11)

keluarga. Proses pendekatan ini penting untuk mengetahui seberapa mampukah ibu merawat anaknya dengan cinta kasih selama masa neonatal dan selanjutnya, sampai masa kanak-kanak (Ririn, 2010).

Langkah awal pencapaian peran sebagai orang tua (maternal role

attainment) pada masa post partum dapat dilakukan melalui interaksi dengan

bayinya sesegera mungkin setelah lahir (Bounding attachment). Namun perawatan ibu dan bayi sering dilakukan terpisah sehingga interaksi ibu dan dan bayi sulit dilakukan sejak awal (Darmawan, 2011).

Berdasarkan hasil perolehan data awal yang penulis lakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun didapatkan jumlah ibu nifas yang ada di ruang Kebidanan berjumlah 122 orang pada bulan Januari 2013 dan untuk bayi yang tidak dilakukan perawatan bersamaan dengan ibu yaitu 38 orang ibu. Menurut keterangan dari beberapa orang ibu nifas mengatakan tidak dilakukannya perawatan secara bersamaan adalah dikarenakan alasan kesehatan bayi yang tidak dimungkinkan untuk dirawat bersamaan ibu. Selain itu walaupun ibu yang dilakukan perawatan bersamaan ibu semua urusan untuk keperluan bayi dan perawatan bayi banyak dilakukan oleh keluarga dengan alasan tidak memiliki pengalaman dalam hal perawatan bayi. Yang mana seharusnya dilakukan oleh ibu langsung untuk membina kontak batin antara ibu dan bayi dan berdasarkan perolehan data ulang yang penulis lakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureuneun didapatkan jumlah ibu nifas yang ada di ruang kebidanan selama 2 hari berjumlah 7 orang, diantara 7 orang tersebut yang melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi serta memberikan belaian dan ikatan kasih sayang yang dilakukan sedini mungkin hanya 3 orang. Dari uraian diatas maka penulis tertarik

(12)

untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Paritas Pengetahuan, Pendidikan Terhadap Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013”.

B.Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan Paritas, Pengetahuan, Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013”. C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Paritas, Pengetahuan Dan Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Hubungan Paritas Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013.

b. Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013.

c. Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013.

(13)

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman yang berharga mengenai pelaksanaan

Bounding Attachement.

2. Manfaat Bagi Praktek kebidanan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi hasil kerja bidan dalam mernerapkan program pemerintah untuk asuhan ibu nifas.

3. Bagi peneliti lainya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai kunjungan nifas.

4. Manfaat bagi akademik

Dapat menambah literature sebagai bahan bacaan diperpustakaan kampus U’budiyah.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bounding Attachment 1. Pengertian

Menurut Wulaningsih (2008) Bounding attachment merupakan proses lanjutan dari ketika bayi baru lahir diletakkan dalam dekapan ibu untuk langsung disusui supaya terdapat trust antara ibu dan anak secara psikologis. Sedangkan Suherni (2009) menjelaskan bahwa Bounding adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam masa awal neonatus, attachment adalah sentuhan, jadi

Bounding attachment adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih

sayang dan belaian. Teori serupa juga dikemukakan oleh Sumarah (2008) yang menjelaskan bahwa Bounding attachment merupakan usaha untuk segera mendekatkan bayi pada ibunya dengan segera setelah dilahirkan supaya bayi secara naluriah dapat mengenali ibunya.

Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi

(kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Menurut Maternal Neonatal Health Bounding attachment adalah kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III sampai dengan postpartum (Nur Muslihatun, 2010).

Bounding attachment terjadi pada persalinan (nifas), dimana diadakan

(15)

Brazelton Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan aidividu lain. Sedangkan menurut Nelson dan May

attachment merupakan ikatan antara individu meliputi penncurahan perhatian

serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus, Bounding

attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga

menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapt terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat (Nur Muslihatun, 2010).

Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi mengenai Bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain (Andy, 2012).

Proses ini dimulai sejak anak belum lahir dengan perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah persalinan dan minggu-minggu berikutnya kontak visual dan fisik antara ibu dan bayinya memicu berbagai penghargaan satu sama lain, dan interaksi yang menyenangkan seperti sentuhan ibu pada tungkai dan muka

(16)

bayi dengan ujung-ujung jari dan memeluk serta memijat bayi secara halus dengan tangannya. Sentuhan pada pipi bayi menimbulkan putaran responsif kearah muka ibunya atau kearah payudara dan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya, rangsangan yang kuat untuk sekresi prolaktin. Keadaan bayi yang waspada dan tenang pada mulanya memberikan kesempatan untuk kontak mata dengan mata, yang terutama penting dalam merangsang rasa cinta dan perasaan memiliki banyak orang tua pada bayinya (Ririn, 2010).

Prakondisi yang mempengaruhi ikatan/Bounding menurut merce yaitu: kesehatan emosional orang tua, sistem dukungan social yang meliputi pasangna hidup, teman dan keluarga, suatu tigkat keterampilan alam berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten, kedekatan orang tua dengan bayi, kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin) (Nur Muslihatun, 2010).

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

Menurut Nur Muslihatun (2010) tahap-tahap terjadinya ikatan batin (Bounding attachment) antara orang tua dan bayi adalah:

a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

b. Bounding (keterikatan)

(17)

3. Elemen-Elemen Bounding Attachment

Elemen-elemen bouding attachment adalah sebagai berikut (Nur Muslihatun, 2010):

a. Sentuhan

Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni pengasuh memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.

b. Kontak mata

Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya

c. Suara

Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sedangkan bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.

(18)

d. Aroma

Perilaku lain yang terjalinya antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma atau bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.

e. Entrainment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikut nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.

f. Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibuya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.

(19)

Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak. Beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini: 1) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

2) Reflek menghisap dilakukan dini 3) Pembentuk kekebalan aktif dimulai

4) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak 4. Prinsip dan Upaya meningkatkan Bounding attachment

Menurut Subijakto (2011) prinsip dan upaya untuk meningkatkan

Bounding attachment adalah:

a. Dilakukan pada menit pertama jam pertama b. Sentuhan orang tua pertama kali

c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis d. Terlibat proses persalinan

e. Persiapan PNC sebelumnya f. Adaptasi

g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membangut dalam member kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman

h. Fasilitas untuk kontak lebih lama i. Penekanan pada hal-hal positif j. Perawat meternitas khusus (bidan) k. Libatkan anggota keluarga lainnya

(20)

l. Informasi bertahap mengenai Bounding attachment. 5. Keuntungan dan Hambatan Bounding Attachment

BKKBN (2010) menguraikan keuntungan Bounding attachment adalah bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial, bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan barunya. Sedangkan hambatan Bounding attachment adalah kurangnya support sistem, ibu dengan resiko (ibu sakit), bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik), kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

Menurut Hastuti (2010) Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya insiasi menyusu dini dan Bounding attachment antara lain:

a. Air liur bayi mampu membersihkan dada ibu dari bakteri.

b. Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural termostant (penyeseuai suhu tubuh). Bila suhu tubuh bayi rendah karena kedinginan, maka tubuh ibu dapat meningkatkan suhunya sehingga kembali normal. Demikian pula ketika suhu tubuh bayi tinggi.

c. Bunyi detak jantung ibu (ketika bayi berada di dadanya) mampu membuat nafas bayi menjadi stabil.

d. Bounding attachment dan inisiasi menyusu dini dapat menurunkan angka

kematian pada bayi.

e. Inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment ini juga berpengaruh pada kesehatan ibu. Oleh karena begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment, maka

(21)

hal ini harus disiapkan sebelumnya oleh suami dan istri serta memerlukan konsultasi ke tenaga medis serta tempat bersalin yang dituju terkait bisa tidaknya dilakukan inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment. Lingkungan di sekitar tempat bersalin pun mempengaruhi berhasil tidak nya inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment.

B. Konsep Dasar Nifas 1. Definisi Nifas

Menurut Suherni, dkk (2009) masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.

Sujiatini dkk (2010) menjelaskan masa nifas (post partum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan yaitu masa pulih kembali mulai dari persalinanselesai sampai alat-alat kandungan kemabali seperti pra kehamilan. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu.

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2006). Sedangkan Bobak (2005) menjelaskan periode pasca partum ialah masa 6 minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium.

(22)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), tujuan asuhan masa nifas:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Asuhan masa nifas dan pasca salin sangat penting karena pada masa ini merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayinya. Sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi pada masa setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca salin (Wahyuningsih, 2009).

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), nifas di bagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi

(23)

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas adalah (Suherni dkk, 2009):

a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu b. Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga

c. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator 5. Perawatan Masa Nifas

Menurut Huliana (2003 Dalam Setyaningrum, 2009) perawatan pada masa pasca persalinan terdiri dari:

a. Mobilisasi (pergerakan), dimana mobilisasi sangat bervariasi, tergantung pada komplikasi persalinan. Jika tidak ada kelainan. Lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal.

b. Diet, dimana konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi, dan mengandung cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan.

c. Perawatan Payudara, dimana sebaiknya perawatan payudara dilakukan rutin agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI

d. Menyusui, dimana ASI segera kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa memakai jadwal.

e. Rahim (Uterus), dimana penciutan rahim dibantu oleh oksitosin, yaitu hormon yang mengontraksikan otot-otot rahim, yang keluar saat menyusui.

(24)

f. Lochea, dimana bila bayi mulai disusui, hisapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna, hal ini dapat dinilai dengan terjadinya pengeluaran cairan dari vagina (lochea) yang terjadi sekitar 3 minggu

g. Buang air kecil, dimana ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah melahirkan.

h. Buang air besar, dimana konstipasi dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit, takut jahitan terbuka, kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat, dan cukup minum, sehingga bisa BAB dengan lancar.

C. Paritas

1. Pengertian

Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi hidup. Paritas primapara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak 1 kali,

multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grande multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup lebih dari 5 kali (Manuaba, 2010).

Paritas adalah jumlah persalinan yang dialami seorang ibu, paritas 2

sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal, paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian

(25)

maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada peritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan KB, sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2008).

2. Klasifikasi

Klasifikasi paritas menurut Suparyanto (2010) adalah sebagai berikut: 1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali.

3. Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih. 4. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih.

D. Hubungan Paritas Terhadap Bounding Attachment

Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi

(26)

mengenai Bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain (Andy, 2012).

Bounding attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu terutama bagi

ibu primipara. Bagi ibu primipara akan banyak mendapatkan pengalaman dan perubahan yang dialami sangat banyak setelah melahirkan karena adanya pergantian peran dari seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki anak dan tidak tahu cara merawat anak,sekarang sudah berganti peran dan mau tidak mau ibu tersebut harus dapat mengambil peran antaralain merawat bayi, memberi ASI dan masih banyak lagi peran yang berubah setelah melahirkan. Ibu disini tidak hanya focus pada perubahan dirinya dan perawatan untuk dirinya sendiri namun ibu harus bisa merawat bayinya juga. Bounding attachment juga tidak hanya untuk ibu yang primipara namun juga untuk ibu yang multipara (Arifah, 2011).

E. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2005).

(27)

Kesehatan reproduksi merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan karena alat reproduksi ini langsung berhubungan dengan dunia luar sehingga mudah terjadi berbagai masalah yang akan mempengaruhi fungsinya dalam kehidupan utama manusia. Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat merupakan salah satu upaya pelayanan utama untuk masyarakat (Manuaba, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan, yaitu :

a. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

b. Interest dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.

e. Adaptation, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan

sikap.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Sunaryo (2005) mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah

(28)

dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu ialah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis

Suatu kemampuan menguraikan objek-objek kedalan bagian-baian kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi. e. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

(29)

f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk mengadakan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

F. Pendidikan 1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran-saran pendidikan. Tujuan pendidikan untuk mengubah prilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Notoadmodjo, 2009).

Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bisa memperbaiki pengetahuan, sikap dan prilaku orang tersebut sehingga mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga (Notoadmodjo, 2009).

Tingkat pendidikan dibagi 3 (tiga) dikatagorikan yaitu merujuk pada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005) yaitu:

(30)

b. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

c. Pendidikan Dasar : SD/SMP/sederajat /tidak sekolah

Pendidkan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut maka masyarakat, kelompok, individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan akan berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain dengan adanya pendiidikan tersebut akan membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2005).

(31)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut lain (Andy, 2012). Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi mengenai Bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain- lain, sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka konsep seperti pada gambar berikut ini:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Bounding attachment Paritas

Pengetahuan Pendidikan

(32)

Tabel 3.2.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara ukur

Alat

ukur Hasil ukur

Skala ukur Variabel dependen 1 Bounding Attechment Merupakan ikatan kasih sayang dan belaian yang dilakukan sedini mungkin pada saat rawat gabung antara ibu dan bayi

Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: a. Ya jika ibu melakukan bounding attechment b. Tidak, jika ibu

tidak melakukan bounding attechment Observasi a. Ya b. Tidak Ordinal Variabel independen 1 Paritas Jumlah persalinan atau jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu Menyebarkan kuesioner dengan kriteria: a. Primipara (melahirkan yang pertama kali) b. Multipara (melahirkan yang kedua atau lebih) c. Grandemulti para (melahirkan yang kelima atau lebih) Kuesioner a. Primi para b. Multi para c. Grande multipara Ordinal

2 Pengetahuan Hasil tahu ibu tentang Bounding Attechment Menyebarkan kuesioner tentang pengetahuan dengan kriteria: a. Baik, jika jawaban benar > 75%-100% dari sepuluh pertanyaan b. Cukup, jika jawaban benar Kuesioner a. Baik b. Cukup c. Kurang Ordinal

(33)

56%-75% dari sepuluh pertanyaan c. Kurang, jika jawaban benar ≤ 56% dari sepuluh pertanyaan 3 Pendidikan Pendidikan formal yang terakhir yang di tamatkan ibu dan mempunyai ijazah Menyebarkan kuesioner tentang premenstrual sindrom dengan kriteria: a. Tinggi, bila responden tamatan perguruan tinggi. b. Menengah, bila responden tamatan SMA/MAN sederajat. c. Dasar, bila responden tamat SD/SMP sederajat Kuesioner a. Tinggi b. Menengah c. Dasar Ordinal C. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada Hubungan Paritas dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureunuen Kabupaten Pidie Tahun 2013

Ha : Ada Hubungan Pengetahuan dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureunuen Kabupaten Pidie Tahun 2013

Ha : Ada Hubungan Pendidikan dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureunuen Kabupaten Pidie Tahun 2013

(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analitik dengan pendekatan cros sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat, dimana pengumpulan data variable Dependen dan Independen dilakukan penelitian disaat yang bersamaan. (Notoadmojo, 2005)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie Tahun 2013 berjumlah 38 orang dengan pengambilan sampel yaitu accidental sampling.

3. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie.

(35)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Juli sampai 16 Agustus 2013. 4. Cara Pengumpulan. Data

1. Data Primer.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada semua ibu yang bersalin di Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureuneun

2. Data Sekunder

Didapat dari bagian Ruang Kebidanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureuneun dan Rekam medic RSU,

5. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 1 tentang Bounding attachment dan 1 pertanyaan tentang paritas, 10 pertanyaan tentang pengetahuan dan 1 pertanyaan tentang pendidikan yang menyediakan jawaban alternatif dan hanya memilih 1 diantara yang sesuai dengan pendapatnya.

6. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Menurut Budiarto (2002) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut:

a. Editing, Kegiatan pengeditan dimaksudkan untuk meneliti kembali atau

melakukan pengecekan pada setiap jawaban yang masuk. Apabila terdapat kekeliruan akan dilakukan pencocokan segera pada responden.

(36)

b. Coding, Setelah selesai editing, peneliti melakukan pengkodean data

yakni untuk pertanyaan tertutup melalui symbol setiap jawaban.

c. Transfering, Kegiatan mengklasifikasikan jawaban, data yang telah

diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti.

d. Tabulating, Kegiatan memindahkan data, pengelompokan responden

yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi

2. Analisa Data.

a. Analisa Univariat

Penelitian ini bersifat deskriptif, maka dalam analisanya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik secara sederhana berdasarkan hasil penyebaran data menurut frekuensi antar kategori. Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005). Kemudian ditentukan persentase (P) dengan menentukan rumus (Budiarto, 2005) sebagai berikut. P = n F X 100% Keterangan : P = Persentase n = Sampel

(37)

F = Frekuensi Teramati

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisis hasil dari variabel-variabel bebas yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan analisa statistik dengan mengunakan uji data kategori Chi square Test (X2) pada tingkat kemaknaannya adalah 95% (P ≤ 0,05) sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna secara statistik, dengan menggunakan program computer SPSS for windows. Melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik suatu kesimpulan bila nilai P lebih kecil atau sama dengan nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas.

Aturan yang berlaku pada uji Chi-Square untuk progam SPSS ini adalah sebagai berikut :

1) Bila pada tabel contingency 2x2 dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test.

2) Bila pada tabel contingency 2x2 tidak dijumpai nilai e (harapan) kurang dari 5, maka hasil uji yang digunakan adalah Continuity Correction.

3) Bila ada tabel contingency yang lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dll, maka hasil uji yang digunakan adalah Pearson Chis-Square.

4) Bila pada tabel contingency 3x2 ada sel dengan nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka akan dilakukan merger, sehingga menjadi tabel

(38)

nilai frekuensi harapan (e) kurang dari 5, maka dilakukan koreksi dengan menggunakan rumus Yate’s Correction Continue.

(39)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Ibu dan anak berada di Kota Mini Beureunun merupakan Rumah Sakit Type C. Rumah sakit ini merupakan rujukan dari Puskesmas Kecamatan ataupun klinik swasta, yang dibangun pada lokasi diatas tanah persawahan di Jalan Medan Banda Aceh Km dengan batas wilayah meliputi :

1. Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Banda Aceh Medan. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Perkampungan Desa Tiro. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan persawahan.

4. Sebelah Selatan Berbatasan dengan desa Blang Malu

Dengan jumlah staf sebanyak 513 orang, yang terdiri dari 37 orang Dokter, 221 orang Perawat, Bidan 208 orang, 17 Tenaga Gizi, dan 30 orang tenaga Administrasi, dengan fasilitas RSIA Beureunuen meliputi pelayanan medik yaitu pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat jalan, pelayanan inap, kamar bedah, ramah intensif, penunjang medic, Rawat jalan yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan bersalin, Rawat inap yaitu pelayanan dokter umum, pelayanan bersalin, Rawat inap yaitu perawatan kebidanan, perawat penyakit anak, perawatan bedah, perawatan dalam gawat darurat yaitu pelayanan trauma, pelayanan non trauma, perawatan intensif yaitu NICU/PICU, ICU.

(40)

B.Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 21 Juli s sampai dengan 16 Agustus 2013 terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu nifas yang ada di rawat di rumah sakit ibu dan anak dengan memberikan kuesioner serta wawancara yang berisikan 10 pertanyaan tentang pengetahuan, pendidikan, paritas.

Penyajian hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi responden baik variabel bebas maupun variabel terikat dimana diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :

1. Analisa Univariat a. Bounding Attechment

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten

Pidie Tahun 2013

No Bounding Attechment Frekuensi Persentase (%)

1 Ya 20 52,6

2 Tidak 18 47,4

Total 38 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas ibu melakukan bounding attachment berjumlah 20 orang (52,6%), sedangkan yang tidak melakukan bounding attachment berjumlah 18 orang (47,4%).

(41)

b. Paritas

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Paritas Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten

Pidie Tahun 2013

No Paritas Frekuensi Persentase (%)

1 Primipara 14 36,8

2 Multipara 14 36,8

3 Grandemultipara 10 26,4

Total 38 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas ibu memiliki persalinan anak lebih dari dua (multipara) sebanyak 14 orang (36,8%) dan primipara yaitu sebanyak 14 orang (36,8%), sedangkan Grandemiltipara sebanyak 10 orang (26,4%).

c. Pengetahuan

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 11 28,9

2 Cukup 7 18,4

3 Kurang 20 52,6

Total 38 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas ibu nifas berpengetahuan kurang tentang bounding attachement

(42)

sebanyak 20 orang (52,6%) dan berpengetahuan cukup sebanyak 11 orang (28,9%).

d. Pendidikan

Tabel 5.4.

Distribusi Frekwensi Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten

Pidie Tahun 2013

No Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)

1 Tinggi 9 23,7

2 Menengah 9 23,7

3 Dasar 20 52,6

Total 38 100%

Sumber : Data primer (diolah tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 38 responden mayoritas ibu berpendidikan dasar sebanyak 20 orang (52,6%) dan berpendidikan menengah sebanyak 9 orang (23,7%), sedangkan yang berpendidikan tinggi juga sebanyak 9 orang (23,7%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Paritas Ibu Nifas Dengan Bounding Attachement Tabel 5.8.

Tabulasi Silang Hubungan Paritas Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Paritas Bounding Attachement Total P- value Ya Tidak F % F % F % 0,018 1 Primipara 11 78,6 3 21,4 14 100 2 Multipara 7 50,0 7 50,0 14 100 3 Grandemultipara 2 20,0 8 80,0 10 100 Jumlah 20 52,6 18 47,4 38 100 Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

(43)

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 14 responden mayoritas ibu nifas primipara melakukan bounding attachement sebanyak 11 orang (78,6%) dan dari 10 responden mayoritas ibu nifas grandemultipara yang tidak melakukan bounding attachement sebanyak 2 orang (20,0%).

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p - value 0018 yang berarti nilai < α = 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan paritas ibu nifas dengan bounding attachment.

b. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Bounding Attachement Tabel 5.6.

Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Pengetahuan Bounding Attachement Total P- value Ya Tidak F % F % F % 0,000 1 Baik 10 90,9 1 9,1 11 100 2 Cukup 6 85,7 1 14,3 7 100 3 Kurang 4 20,0 16 80,0 20 100 Jumlah 20 52,6 18 47,4 38 100 Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 11 responden mayoritas ibu memiliki pengetahuan baik melakukan bounding attachement sebanyak 10 orang (90,9%) dan dari 20 responden ibu tidak melakukan

bounding attachement memiliki pengetahuan kurang yaitu 16 orang

(44)

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p – value 0,000 yang berarti nilai < α = 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pengetahuan ibu nifas dengan bounding attachment.

c. Hubungan Pendidikan Ibu Ibu Nifas Dengan Bounding Attachement Tabel 5.7

Tabulasi Silang Hubungan Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun

Kabupaten Pidie Tahun 2013

No Pendidikan Bounding Attachement Total P- value Ya Tidak F % F % F % 0,001 1 Tinggi 8 88,9 1 11,1 9 100 2 Menengah 7 77,8 2 22,2 9 100 3 Dasar 5 25,0 15 75,0 20 100 Jlh 20 52,6 18 47,4 38 100 Sumber : Data primer (Diolah Tahun 2013).

Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari responden mayoritas ibu nifas berpendidikan tinggi melakukan bounding attachement sebanyak 8 orang (88,9%) dan dari 20 responden yang tidak melakukan bounding attachement berpendidikan dasar yaitu 15 orang (75,0%).

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai p - value 0,000 yang berarti nilai < α = 0,05 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan pendidikan ibu nifas dengan bounding attachment.

C.Pembahasan

1. Hubungan Paritas Ibu Nifas dengan bounding attachement

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 responden mayoritas ibu nifas primipara melakukan bounding attachement sebanyak 11 orang (78,6%) dan dari 10 responden mayoritas ibu nifas

(45)

grandemultipara yang tidak melakukan bounding attachement sebanyak 2 orang (20,0%).

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai

probabilitas (p) 0,018 yang berarti nilai p < (α) = 0,05 menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan paritas ibu nifas dengan bounding attachment. Paritas adalah wanita yang sudah melahirkan bayi hidup. Paritas primapara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup sebanyak 1 kali, multipara yaitu wanita yang telah melahirkan bayi hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali, dan grande multipara yaitu wanita yang te;lah melahirkan bayi hidup lebih dari 5 kali (Manuaba, 2008).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Chotib (2009) yang menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan menyusui pada ibu nifas dalam masa neonatus sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang suatu objek dan termasuk didalamnya adalah ilmu pengetahuan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam memahami atau mempersiapkan diri dalam berhubungan dalam kesehatan dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu yang tinggi berada pada paritas primigravida. Hal ini terjadi karena pada ibu primigravida merupakan hal yang baru merawat dan kelahiran bayi ,jadi minat untuk mengetaui tentang kesehatan dan hal apa saja yang harus dilakukan oleh ibu nifas sangatlah besar. Dan jika ibu multi

(46)

dan grande sudah pernah mendapatkan pengalaman dari kehamilannya yang pertama sehingga hal ini dianggap suatu yang biasa, jika tidak dilakukan tidak ada efek yang terjadi pada bayinya.

Hasil penelitian Eli (2008), menunjukkan paritas grandemultipara yang melakukan bounding attachment berjumlah 24 orang, sedangkan yang tidak melakukam bounding attachment paritas primara sebanyak 14 orang. Hasil uji statistik menunjukkan dengan P value 0,017 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bemakna antara paritas dengan bounding attachment.

Menurut asumsi peneliti bahwa mayoritas ibu memiliki anak satu yang melakukan bounding attachement, ini dikarenakan bayi tersebut merupakan keluarga terbaru yang hadir hal ini membuat tertarik ibu-ibu muda yang memilki bayi sehingga mau melakukan bounding attachement akibat dari keingin tahuan ibu yang lebih besar. Sedangkan ada juga bayi tidak dilakukan bounding attachement ini dikarenakan akibat kelainan yang terjadi pada bayi sehingga bayi harus dirawat pada bagian khusus perawatan bayi

2. Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas dengan bounding attachement

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 responden mayoritas ibu memiliki pengetahuan baik melakukan bounding attachement sebanyak 10 orang (90,9%) dan dari 20 responden ibu tidak melakukan

bounding attachement memiliki pengetahuan kurang yaitu 16 orang

(47)

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai

probabilitas (p) 0,000 yang berarti nilai p < (α) = 0,05 menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan pengetahuan ibu nifas dengan bounding

attachment.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Azwar (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Kurangnya pengetahuan ibu nifas atas pentingnya melakukan bounding attachement sebagai kontak langsung yang dilakukan oleh ibu terhadap anaknya salah satunya inisiasi menyusui dini serta melakukan rawatan gabung antara ibu dan anak dimana anak selalu berada dalam sisi ibu dalam hal merawat bayi sehari-hari serta untuk mengetahui secara dini kelainan-kelainan yang terjadi pada bayi sangat berpengaruh pada pengetahuan ibu. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka minat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sangatlah minim. Hal ini terjadi karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan tentang kesehatan (Suparyanto, 2010).

(48)

Hasil penelitian Rohani (2011), menunjukkan pengetahuan ibu nifas yang melakukan bounding attachement berpengetahuan baik sebanyak 19 orang, sedangkan yang tidak melakukan bounding attachement

berpengetahuan kurang sebanyak 12 orang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa redapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

bounding attachement.

Menurut asumsi peneliti didapatkan bahwa ibu nifas yang memiliki pengetahuan baik melaklukan bounding attachement untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir dengan merawat bayi nya secara mandiri tidak hanya sepenuhnya dari bantuan keluarga. Hal ini dilakukan karena ibu mengetahui manfaat dari bounding attachement tersebut.

3. Hubungan Pendidikan Ibu Nifas dengan bounding attachement

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden mayoritas ibu nifas berpendidikan tinggi melakukan bounding attachement sebanyak 8 orang (88,9%) dan dari 20 responden yang tidak melakukan bounding attachement berpendidikan dasar yaitu 15 orang (75,0%).

Dari hasil uji Statistik menggunakan chi square diperoleh nilai

probabilitas (p) 0,000 yang berarti nilai p < (α) = 0,05 menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan pendidikan ibu nifas dengan bounding

attachment.

Berdasarkan proses intelektual, H.L. Blum menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan

(49)

menjadi 3 aspek yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotor). Pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan hal-hal apa saja yang harus didapatkan oleh ibu nifas juga terbatas (Suparyanto, 2010).

Hasil penelitian Eli (2008), menunjukkan pendidikan ibu nifas yang melakukan bounding attachement yang berpendidikan tinggi berjumlah 22 orang, sedangkan yang tidak melakukan bounding attachement yang berpendidikan dasar sebanyak 12 orang. Hasil uji statistic menunjukkan dengan P value 0.009 (p < 0.005). Hal ini menunjukkan bahwa terdapatr hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan bounding attachement.

Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan yang baik didasari dari pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ibu memiliki pendidikan tinggi maka ibu akan memperkaya dirinya dengan ilmu-ilmu yamg berguna dalam perawatan bayi baru lahir.

(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Adanya hubungan yang signifikan antara paritas ibu nifas dengan bounding

attachement di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Beureunuen dengan hasil uji

statistic diperoleh nilai P - value 0,018 < α = 0,05.

2. Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas dengan

bounding attachement di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Beureunuen dengan

hasil uji statistic diperoleh nilai P - value 0,000 < α = 0,05.

3. Adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu nifas dengan

bounding attachement di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Beureunuen dengan

hasil uji statistic diperoleh nilai P - value 0,001 < α = 0,05.

B.Saran

1. Diharapkan menjadi sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan mendapatkan pengalaman nyata dalam bidang penelitian. 2. Diharapkan bagi Institusi Pendidikan hasil penelitian ini dapat dijadikan

bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan masalah nifas dalam melakukan pelaksanaan Bounding Attachement..

(51)

3. Diharpakan bagi Rumah Sakit sebagai salah satu bahan masukan bagi bidan sebagai tenaga kesehatan yang berada di masyarakat dan instansi tempat kerja untuk melakukan tindakan proaktif seperti penyuluhan dan memberikan pendidikan kesehatan.

4. Diharapkan kepada Ibu Nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan tentang pentingnya Bounding Attachement. Dengan demikian diharapkan bayi yang berumur 0-28 hari mendapatkan pelayanan kesehatan secara dini dan optimal dari tenaga kesehatan setempat.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Andy, 2012, Makalah Kebidanan: Bonding Attechment, http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2012/05/bounding-attachment.html, (dikutip tanggal 5 Januari 2013).

Arifah, 2011, Bonding Attechment, http://ijammeru.blogspot.com /2011/05/makalah-bounding-attachment.html, (dikutip tanggal 5 Januari 2013).

BKKBN, 2010, Bounding Attachment, http://www.bkkbn.go.id, (dikutip tanggal 5 Januari 2013)

Bobak, 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity Nursing), EGC, Jakarta.

Budiarto, E. 2006. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Depkes RI, 2010, Penuntun Hidup Sehat, Depkes RI, Jakarta.

Hastuti, 2010, Bonding Attachment Dan Inisiasi Menyusui Dini, http://www.mqradio.com/ (dikutip tanggal 5 Januari 2013).

Kemenkes RI, 2010, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009, Kemenkes RI, Jakarta.

Manuaba Ida Bagus Gde, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC; Jakarta

Machfoedz Ircham, 2008. Metodologi Penelitian. Fitramaya; Yogyakarta

Nur Muslihatun, 2010, Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita, Fitramaya, Yogyakarta.

Profil Provinsi Aceh tahun 2010

Ririn, 2010. Bounding Attachmen.

http://ririn-cakulkebidanan.blogspot.com/2010/06/bounding-attachment.html diakses tanggal 3 Januari 2013

Saifuddin, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, YBPSP, Jakarta.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.2.1. Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

4 Tersedianya regulasi daerah tentang administrasi kependudukan Tidak semua permasalahan dalam pelayanan administrasi kependudukan dapat di atas dengan regulasi yang

yang terjadi akibat gesekan antara drillstring dan formasi. Sumur X-01 merupakan sumur vertikal pada lapangan X yang akan dilakukan pemboran horizontal re-entries dengan membuat

Permasalahan yang berkenaan dengan akibat hukum pembatalan perkawinan terhadap anak dimuat dalam pasal 28 (2) UUP, sebagai berikut: Keputusan tidak berlaku surut

 Panteisme : Panteisme, berasal dari kata pan (seluruh) dan teisme (paham ketuhanan), suatu kepercayaan bahwa Tuhan berada dalam segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu adalah

Berdasarkan pada arti pentingnya inventarisasi dan legalisasi aset/barang milik daerah bagi kebijakan pengelolaan aset/barang milik selanjutnya, maka perlu dilakukan

Menurut Houglum (2005), prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip- prinsip dasar sebagai berikut: 1) menghindari memperburuk keadaan, 2) waktu, 3) kepatuhan, 4)

Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar-mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan

Peneliti telah mengumpulkan beberapa penelitian akhir tentang kepuasaan penggunaan LMS di perguruan tinggi sebagai berikut: persepsi kepuasan pengguna dan persepsi