• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Wilayah 2.1.1 Administrasi WIlayah

Kabupaten Jembrana terletak pada belahan bagian barat Pulau Bali membujur dari barat ke timur pada posisi 8o 09’30”- 8o 28’02” LS dan 114o 25’53” - 114o 56’38” BT dengan luas wilayah Jembrana 84.180 Ha. atau

14,96 % dari luas wilayah Pulau Bali.

Batas-batas administrasi Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut:  Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng dan Selat Bali

 Sebelah Timur : Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan  Sebelah Selatan : Samudera Hindia

 Sebelah Barat : Selat Bali

Topografi dan Kemiringan

Topografi wilayah bervariasi dengan ketinggian 1.0 sampai ± 1000 mdpl, dengan titik tertinggi di deretan gunung Penginuman, Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sanggang dan Gunung Batas. Komposisi kemiringan lahan adalah datar (25,00 %), wilayah landai (10,16 %), wilayah berbukit (25,24 %) dan wilayah curam (39,60 %) dari luas wilayah.

Geologi Tata Lingkungan

Geologi wilayah terdiri dari batuan gunung api berupa lava, breksi, tufa, yang diperkirakan berumur Kwarter Bawah dan daerah pedataran yang sebagian daerah persawahan terbentuk dari batuan yang tergabung dan disebut dengan Formasi Palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batu gamping terumbu dan diperkirakan berumur Kwarter, sedangkan untuk daerah pesisir pantai pada umumnya endapan aluvium yang terdiri dari pasir, lanau, lempung dan kerikil, yang dijumpai di sekitar daerah pantai di Pengambengan, Tegalbadeng, Prancak , Yeh Kuning, Mendoyo dan dipantai Gilimanuk.

Terdapat 17 buah gunung tidak aktif, yang tertinggi Gunung Merbuk (1.386 m dpl), Gunung Mesehe (1.300 m dpl), Gunung Bangul (1.253 m dpl) dan Gunung Lesung (1.047 m dpl)

Jenis Tanah

(2)

 Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol) tersebar paling luas di Kecamatan Mendoyo ( 25.985 ha), di Kecamatan Melaya (16.319 ha) Kecamatan Negara dan Jembrana (14.130 ha) dan Kecamatan Pekutatan (12.169 ha).

 Tanah Alluvial Coklat Kelabu dengan luas kurang lebih 10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (5.725 ha).

 Tanah Alluvial Coklat Kelabu mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha)

 Tanah Regosol Cokelat Kelabu tersebar di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha.

 Tanah Alluvial Hidromorf, di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana khususnya di sepan-jang wilayah pantai selatan kurang lebih 1420 Ha.

Iklim

Iklim tropis, curah hujan merata sepanjang tahun (terendah bulan Agustus dan September, tertinggi bulan April) . Temparatur rata-rata antara 25,4 - 28,4 C.

Sumber Daya Air

Terdapat 17 sungai induk dan 20 anak sungai yang mengalir dari pegunungan ke muara sungai di bagian Selatan yaitu Samudra Hindia. Air permukaan lainnya adalah bendung Palasari dan bendungan Benel. Air tanah tersebar, dan mata air 37 buah dengan kapasitas 110 l/det

Banjir

Potensi banjir di Kabupaten Jembrana secara umum diakibatkan karena berkurangnya tutupan hutan terutama di DAS Gumbrih dan sungai-sungai lainnya yang dibagian hulu sudah kehilangan vegetasinya. Lokasi sering terjadinya banjir adalah Desa Pangyangan (Kec. Pekutatan), Kelurahan Balerbaleagung, Kelurahan Lelateng dan Kelurahan Loloan Barat dan Desa Pengambengan yang diakibatkan oleh fungsi pembuangan air (drainase) kota yang kurang baik.

(3)

Secara lebih jelas mengenai luas wilayah serta pembagian daerah administrasi di Kabupaten Jembrana ini dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Luas Wilayah per Kecamatan dan jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Jembrana Tahun 2015

Nama Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total

Kec. Pekutatan 8 12,965.00 15.402 8.3 Kec. Mendoyo 11 29,449.00 34.983 5.2 Kec. Jembrana 10 9,397.00 11.163 8.4 Kec. Negara 12 12,650.00 15.027 9.34 Kec. Melaya 10 19,719.00 23.425 10.2 TOTAL 51 84,180.00 100.000 41.44 a.

(4)

Peta 2.1: Peta Administrasi Kabupaten Jembrana dan Cakupan Wilayah Kajian SSK

(5)

2.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana dari tahun ke tahun terus mengalami Peningkatan.Sebagai landasan perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Jembrana, perlu dibuat angka proyeksi untuk 5 tahun kedepan, dengan digunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Pt = Po (1+r )t Di mana;

Pt = Jumlah penduduk tahun ke t Po = Jumlah Penduduk awal

r = rata – rata pertumbuhan penduduk t = Waktu (5)

Nilai rata – rata pertumbuhan jumlah penduduk setiap tahun sebesar 1 %, dengan hasil proyeksi jumlah penduduk mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.4. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2011 adalah 317.117 jiwa atau 6,72% dari total penduduk Bali (3.891.428 jiwa). Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana telah meningkat 1.27 kali sejak 30 tahun (tahun 1980 jumlah penduduk 204.915 jiwa). Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jembrana 30 tahun terakhir adalah 0,92%/tahun jauh dibawah pertumbuhan penduduk Provinsi Bali 1,9%/tahun. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan perkembangannya disajikan pada Tabel 2.3.

Kondisi jumlah penduduk tiap kecamatan di Kabupaten Jembrana pada tahun 2011 menunjukkan bahwa Kecamatan Negara memiliki jumlah penduduk tertinggi yaitu 91.280 jiwa (28% dari total jumlah penduduk Jembrana) sedangkan Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Pekutatan, yaitu sejumlah 310,052 jiwa (10,23 % dari total jumlah penduduk Jembrana). Ditinjau dari perkembangan penduduknya, wilayah-wilayah di Kabupaten Jembrana relatif memiliki perkembangan yang cenderung statis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata pertahun perkembangan penduduk dalam kurun waktu 2010-2011 diseluruh kecamatan rata-rata 0,97%/tahun. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Negara tahun 2010-2011 mengalami penurunan hingga (-6,67%), karena pada tahun tersebut terjadi pemecahan kecamatan baru yaitu Kecamatan Jembrana. Data tahun 2012, penduduk kabupaten Jembrana yang bekerja 97,77%, sisanya tidak lebih dari 2,23% penduduk adalah penggangguran. Sektor pertanian yang merupakan sektor yang diunggulkan oleh sebagian besar kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Jembrana hanya menyerap tenaga kerja sebesar 32,11% dari total jumlah tenaga kerja, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 20,20%, selanjutnya adalah sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sebesar 19,01% dan sektor jasa sebesar 10,99%

Menurut Dokumen Teknis RTRW Kabupaten Jembrana, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2017 mencapai 343.929 jiwa. Pertambahan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun tersebut sekitar 6 %, jumlah yang cukup signifikan dengan laju pertumbuhan kabupaten sebesar 0,97%. Tabel 2.4 menguraikan proyeksi pertumbuhan penduduk jembrana selama priode 5 Tahun. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana serta proyeksinya per kecamatan tersaji pada Tabel 2.3.

(6)

Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan di Kabupaten Jembrana

Nama Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total

Kec. Pekutatan 8 12,965.00 15.402 8.3 Kec. Mendoyo 11 29,449.00 34.983 5.2 Kec. Jembrana 10 9,397.00 11.163 8.4 Kec. Negara 12 12,650.00 15.027 9.34 Kec. Melaya 10 19,719.00 23.425 10.2 TOTAL 51 84,180.00 100.000 41.44

(7)

Tabel 2.4: Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Pertumbuhan Tingkat Kepadatan Pddk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 Kec. Pekutatan 33743 35175 36668 38224 39845 7059 7359 7671 7996 8336 1.042 1.042 1.042 1.042 1.042 2.60 2.71 2.83 2.95 3.07 Kec. Mendoyo 76429 79558 82816 86207 89737 18263 19010 19789 20599 21442 1.041 1.041 1.041 1.041 1.041 2.60 2.70 2.81 2.93 3.05 Kec. Jembrana 63939 64814 65701 66600 67511 36700 37203 37712 38228 38751 1.014 1.014 1.014 1.014 1.014 6.80 6.90 6.99 7.09 7.18 Kec. Negara 82231 78048 74078 70310 66734 32175 30539 28985 27511 26112 0.949 0.949 0.949 0.949 0.949 6.50 6.17 5.86 5.56 5.28 Kec. Melaya 67546 70481 73556 76759 80102 14831 15477 16150 16854 17588 1.044 1.044 1.044 1.044 1.044 3.43 3.57 3.73 3.89 4.06

(8)

Tabel 2.3: Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan saat ini dan Proyeksinya untuk 3 Tahun

Nama Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Pertumbuhan Tingkat Kepadatan pddk

Tahun Tahun Tahun Tahun

2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2015 2016 2017 Kec. Pekutatan 30481 31052 - 7268 7301 - 1.012 1.019 - 2.35 2.40 - Kec. Mendoyo 68977 70534 - 18543 15230 - 1.010 1.023 - 2.34 2.40 - Kec. Jembrana 60762 62224 - 16633 16524 - 0.950 1.024 - 6.47 6.62 - Kec. Negara 87143 91280 - 23134 24981 - 1.031 1.047 - 6.89 7.22 - Kec. Melaya 60441 62027 - 15028 15280 - 1.041 1.026 - 3.07 3.15 - TOTAL 307804 317117 317117 80606 79316 79316 1.009 1.028 1.018 4.22 4.35

(9)

2.1.3 Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan tidak saja merupakan permasalahan Kabupaten Jembrana , tetapi telah merupakan permasalahan nasional dan bahkan internasional. Kompleksnya permasalahan kemiskinan, menjadikan kemiskinan tersebut belum dapat terentaskan sampai sekarang ini dan mungkin tidak akan terentaskan, karena kemiskinan tersebut sangat rentan, dalam artian sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi (kebijakan ekonomi), kondisi politik serta keamanan dan ketertiban suatu bangsa maupun daerah.

Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten Jembrana Tahun 2008 sebesar 45.187 KK miskin atau sebesar 33.52 % dari total RT miskin di Provinsi Bali (134.804 KK). Jumlah RTM di Kabupaten Buleleng Tahun 2008 telah mengalami penurunan sebesar 2.721 KK dari jumlah KK miskin Tahun 2006 yaitu sebesar 47.908 KK. Namun pada Tahun 2011, jumlah RTM meningkat menjadi Rp. 51.384 KK atau mengalami kenaikan sebesar 6.197 KK. Jumlah RT miskin terbesar terdapat di Kecamatan Gerokgak sebesar 8.765 KK, sedangkan jumlah RTM terkecil terdapat di Kecamatan Busungbiu yaitu sebesar 3.252 KK. Pemerintah daerah berupaya menurunkan angka kemiskinan setiap tahun sebesar

Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan di Kabupaten Jembrana

Nama Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total

Kec. Pekutatan 8 12,965.00 15.402 8.3 Kec. Mendoyo 11 29,449.00 34.983 5.2 Kec. Jembrana 10 9,397.00 11.163 8.4 Kec. Negara 12 12,650.00 15.027 9.34 Kec. Melaya 10 19,719.00 23.425 10.2 TOTAL 51 84,180.00 100.000 41.44

(10)

2.1.4 Tata Ruang Wilayah

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Menurut Perda Kabupaten Jembrana No. 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032, pengertian Tata Ruang Wilayah adalah Sebagai berikut :

1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jembrana yang selanjutnya disebut RTRWK adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah Kabupaten Jembrana, yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

2. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah daerah Kabupaten Jembrana yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Jembrana pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

3. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.

4. Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah penjabaran kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah Kabupaten Jembrana.

5. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah Kabupaten Jembrana yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau bendungan dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya. 6. Rencana sistem perkotaan di wilayah kabupaten adalah rencana susunan kawasan perkotaan sebagai pusat

kegiatan di dalam wilayah kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana yang membentuk hierarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi fungsi tertentu dalam wilayah kabupaten. 7. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

(11)

8. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

9. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLP adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.

10. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

11. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.

12. Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

13. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.

14. Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

15. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.

16. Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.

17. Kawasan budidaya kabupaten adalah kawasan budidaya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

18. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

19. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air.

20. Kawasan tempat suci adalah kawasan di sekitar Pura yang perlu dijaga kesuciannya dalam radius tertentu sesuai status Pura sebagaimana ditetapkan dalam Bhisama Kesucian Pura Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP) Tahun 1994.

(12)

21. Kawasan suci adalah kawasan yang disucikan oleh umat Hindu seperti kawasan gunung, danau, mata air, campuhan, loloan, sungai, pantai dan laut.

22. Kawasan sempadan pantai adalah kawasan di sekitar pantai yang berfungsi untuk mencegah terjadinya abrasi pantai dan melindungi pantai dari kegiatan yang dapat mengganggu dan atau merusak kondisi fisik dan kelestarian kawasan pantai.

23. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan di sekitar daerah aliran sungai yang berfungsi untuk melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir.

24. Kawasan sempadan jurang adalah daratan sepanjang daerah datar bagian atas dengan lebar proporsional sesuai bentuk dan kondisi fisik.

25. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk kelestarian fungsi mata air.

26. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur, dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

27. Ruang Terbuka Hijau Kota yang selanjutnya disebut RTHK adalah ruang-ruang dalam kota dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan/atau sarana kota, dan/atau pengaman jaringan prasarana, dan/atau budidaya pertanian.

28. Jalur hijau adalah suatu garis hamparan lahan yang luas dan menghijau yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai kawasan yang tidak boleh dibangun.

29. Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada kehidupan pantai dan laut.

30. Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi, dan pendidikan.

31. Konservasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

32. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat serta ruang disekitar situs purbakala dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas.

33. Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan diambil hasil hutannya baik hasil hutan kayu maupun nonkayu.

(13)

35. Kawasan peruntukan tanaman pangan adalah lahan basah beririgasi, rawa pasang surut dan lebak dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman pangan.

36. Kawasan peruntukan hortikultura adalah kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari meliputi tanaman palawija, sayur mayur, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman pangan lainnya.

37. Kawasan peruntukan perkebunan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan dan dikembangkan baik pada lahan basah dan atau lahan kering untuk komoditas perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri.

38. Kawasan peruntukan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri, pasar peternakan serta sebagai padang penggembalaan ternak atau terpadu dengan komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau perikanan) berorientasi ekonomi dan berakses dari hulu sampai hilir. 39. Kawasan peruntukan perikanan adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola

ruang untuk kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan pengolahan hasil perikanan.

40. Kegiatan peruntukan pertambangan adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan pertambangan.

41. Kegiatan peruntukan industri adalah kegiatan yang memanfaatkan peruntukkan ruang sesuai arahan pola ruang untuk kegiatan industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM). 42. Kawasan Pariwisata adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih

wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan.

43. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus, yang selanjutnya disebut KDTWK, adalah kawasan strategis pariwisata yang berada dalam geografis satu atau lebih wilayah administrasi desa/kelurahan yang di dalamnya terdapat potensi daya tarik wisata, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas pariwisata secara terbatas serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang saling mendukung dalam perwujudan kepariwisataan, namun pengembangannya sangat dibatasi untuk lebih diarahkan kepada upaya pelestarian budaya dan lingkungan hidup.

44. Daya Tarik Wisata, yang selanjutnya disebut DTW, adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, hasil buatan manusia serta aktivitas sosial budaya masyarakat yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, yang dapat berupa kawasan/hamparan, wilayah desa/kelurahan, masa bangunan, bangun-bangunan dan lingkungan sekitarnya, jalur wisata yang lokasinya tersebar di wilayah kabupaten/kota.

(14)

45. Kawasan peruntukan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

46. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

47. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah wilayah, kawasan atau lokasi yang ditetapkan atau digunakan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.

48. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. 49. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan wilayah untuk mewujudkan

struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai dengan RTRW kabupaten melalui penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program utama jangka menengah lima tahunan kabupaten yang berisi rencana program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan.

50. Indikasi program utama jangka menengah lima tahunan adalah petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, besaran, waktu pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang.

51. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.

52. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten adalah ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang/penataan kabupaten dan unsur-unsur pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW kabupaten.

53. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata ruang yang telah disusun dan ditetapkan.

54. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

55. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku.

56. Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on-farm) tetapi juga meliputi usaha penyediaan sarana-prasarana produksi pertanian, pengolahan

(15)

hasil pertanian, pemasaran hasil pertanian dan usaha jasa seperti bank, penyuluhan, penelitian/pengkajian (off-farm).

57. Agrowisata adalah pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan wisata alam, memanfaatkan alam tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan agar tetap terlindungi.

58. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan konservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

59. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengolahan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. 60. Kawasan Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya.

61. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, lembaga dan/atau badan hukum non-pemerintahan yang mewakili kepentingan individu, kelompok, sektor, profesi, kawasan atau wilayah tertentu dalam penyelenggaraan penataan ruang.

62. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

63. Tri Hita Karana adalah tiga unsur keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.

64. Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh Sabha Pandita PHDI Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu tentang kawasan kesucian pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci.

65. Sad Kertih adalah enam sumber kesejahteraan yang harus dilestarikan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kertih, wana kertih, danu kertih, segara kertih, jana kertih dan jagat kertih. 66. Tri Mandala adalah pola pembagian wilayah, kawasan, dan/atau pekarangan yang dibagi menjadi tiga

tingkatan terdiri atas utama mandala, madya mandala dan nista mandala.

67. Cathus Patha adalah simpang empat sakral yang ruas-ruasnya mengarah ke empat penjuru mata angin (Utara, Timur, Selatan dan Barat) dan diperankan sebagai pusat (puser) wilayah, kawasan dan/atau desa. 68. Desa Adat/Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang mempunyai satu

kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Jembrana dikembangkan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah, meliputi:

(16)

a. pemantapan fungsi wilayah sebagai pusat pengembangan Bali Bagian Barat;

b. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk mendukung peningkatan produk-tivitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat;

c. pemantapan wilayah yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian lingkungan Pulau Bali;

d. pemantapan wilayah sebagai pusat kegiatan pertanian, industri dan pendayagunaan sumber daya pesisir dan kelautan dengan konsep agropolitan dan minapolitan;

e. pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi dengan pertanian dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan; dan

f. peningkatan fungsi kawasan untuk menunjang pertahanan dan keamanan negara.

Peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dalam Perda No. 11 Tahun 2012 adalah untuk mewujudkan pelayanan wilayah dengan strategi meliputi:

a.

meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem jaringan transportasi darat dan penyeberangan;

b.

meningkatkan keterpaduan dan kualitas sistem jaringan jalan nasional termasuk rencana pengembangan

jalan bebas hambatan yang melintasi wilayah, jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan desa untuk meningkatkan aksesibilitas antar wilayah maupun antar kawasan dalam wilayah kabupaten;

c.

mengintegrasikan jaringan transmisi listrik lintas wilayah dan meningkatkan pemerataan distribusi tenaga listrik di seluruh wilayah;

d.

mengembangkan jangkauan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi secara merata ke seluruh wilayah;

e.

meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber daya air dan distribusi

pemanfaatannya untuk irigasi dan air minum secara merata sesuai kebutuhan;

f.

meningkatkan pelayanan pengelolaan persampahan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung Jembrana bersih; dan

g.

mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.

Dalam peta 2.3 Rencana pusat layanan & Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana dapat di petakan sebagai berikut :

(17)

Peta 2.3: Rencana pusat layanan & Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana

(18)

Peta 2.4: Rencana pola ruang Kabupaten/Kota

(19)

Dalam rincian pola ruang wilayah Kabupaten Jembrana seperti yang dipetakan dalam Peta 2.4 diatas sesuai Perda No. 11 Tahun 2012 dapat diuraikan Kebijakan Tata Ruang Wilayah Jembrana yang berkaitan dengan Sanitasi sebagai berikut :

A. Sistem Jaringan Sumberdaya Air

Wilayah sungai yang berada pada Kabupaten Jembrana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Wilayah Sungai Bali-Penida yang merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional yang mencakup Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri atas 43 (empat puluh tiga) DAS meliputi:

a.

DAS lintas wilayah, terdiri atas: DAS Tukad Yeh Leh, DAS Tukad Pangyangan, DAS Tukad Yeh Lebah, AS Tukad Pulukan, DAS Tukad Medewi, DAS Tukad Yeh Satang, DAS Tukad Yeh Sumbul, Das Tukad Ijogading dan 3 (tiga) DAS tanpa nama intermitten; dan

b.

DAS dalam wilayah, terdiri atas DAS Tukad Cengkilung, DAS Tukad Gumbrih, DAS Pangkung Surung, DAS Pangkung Dadap, DAS Tukad Yeh Embang, DAS Pangkung Gede, DAS Tukad Biluk Poh, DAS Tukad Sowan Perancak, DAS Tukad Aya Barat, DAS Sangianggede, DAS Tukad Melaya, DAS Pangkung Melaya Pantai, DAS Tukad Sumbersari, DAS Pangkung Klatakan, DAS Pangkung Melaya Pantai, 16 (enam belas) DAS tanpa nama intermitten; dan 1 (satu) DAS tanpa nama continue.

(1)

Cekungan air tanah (CAT) yang berada di Kabupaten Jembrana sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah CAT Negara dan CAT Gilimanuk, yang merupakan CAT lintas kabupaten dengan pemanfaatannya mengutamakan air permukaan.

(2)

Rencana pengembangan Jaringan Irigasi yang berada pada Kabupaten Jembrana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

a. Daerah Irigasi (DI), dilayani 75 (tujuh puluh lima) Daerah Irigasi (DI) dengan luas baku kurang lebih 9.033 Ha (sembilan ribu tiga puluh tiga hektar), meliputi:

1. kewenangan Pemerintah Provinsi Bali meliputi 3 (tiga) DI dengan luas baku kurang lebih 2.470 Ha (dua ribu empat ratus tujuh puluh hektar) terdiri atas:

a. DI Yeh Leh yang merupakan DI Lintas kabupaten/kota dengan luas baku kurang lebih 230 Ha (dua ratus tiga puluh hektar) di sebagian wilayah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan, dan yang berada di wilayah Kabupaten Jembrana dengan luas baku kurang lebih 123 Ha (seratus dua puluh tiga hektar);

b. DI Benel yang merupakan DI utuh kabupaten/kota dengan luas baku kurang lebih 1.047 Ha (seribu empat puluh tujuh hektar); dan

c. DI Palasari yang merupakan DI utuh kabupaten dengan luas baku kurang lebih 1.300 Ha (seribu tiga ratus hektar).

(20)

2. kewenangan pemerintah kabupaten meliputi 72 (tujuh puluh dua) DI dengan luas baku kurang lebih 6.563 Ha (enam ribu lima ratus enam puluh tiga hektar), tersebar di seluruh wilayah. b. Penanganan sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi:

1. pendayagunaan yang telah dibangun untuk mendukung ketersediaan air baku untuk jaringan irigasi meliputi:

a. bendungan Palasari seluas 1.300 Ha (seribu tiga ratus hektar) luasan baku dan luas fungsional 933 Ha (sembilan ratus tiga puluh tiga hektar), di Desa Ekasari, Kecamatan Me-laya,

b. bendungan Benel seluas, seluas 1.047 Ha (seribu empat puluh tujuh hektar), di Desa Manistu-tu, Kecamatan Melaya,

c. rencana pengembangan Bendungan Pohsanten, di Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, d. sebaran bendung kecil lainnya tersebar di seluruh kecamatan.

2. peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi; 3. pembuatan cekdam di Desa Warnasari; 4. peningkatan bendung di Desa Tukadaya; 5. peningkatan saluran irigasi di daerah Air Kuning; 6. pemantapan pengelolaan bendungan irigasi; 7. penyempurnaan, dan irigasi (subak) yang ada;

8. pengembangan daerah irigasi baru pada daerah kritis air dikembangkan dengan transfer air dari daerah yang surplus air, disamping mengembangkan irigasi air tanah.

(3)

Jaringan air baku untuk air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a.

Bendungan Palasari, Bendungan Benel, Bendungan Pohsanten, sungai-sungai di sebagian Wilayah Sungai Bali-Penida, sebagai sumber air baku permukaan; dan

b.

pendayagunaan sumber-sumber mata air, air tanah pada sebagian CAT Gilimanuk dan CAT Negara untuk memperbesar sediaan air baku untuk pelayanan air minum.

(4)

Sistem pengendalian banjir, erosi dan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan pengendali banjir, nor-malisasi sungai, pengendalian terhadap luapan air sungai didukung oleh upaya-upaya non struktural sep-erti sistem peringatan dini dan pemetaan kawasan rawan banjir.

B. Sistem Sarana Pengelolaan Lingkungan

Sistem jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Perda RTRW Kabupaten Jembrana merupakan sumber-sumber air minum, meliputi:

(21)

1. Mata Air Ijogading di Kecamatan Negara;

2. Mata Air Pangkung Telepus dan Mata Air Tibutanggang di Kecamatan Jembrana; 3. Mata Air Yehembang dan Mata Air Yehsatang di Kecamatan Mendoyo;

4. Mata Air Pengeragoan di Kecamatan Pekutatan.

b.

Sumur Bor terdiri atas:

1. Sumur Bor Gilimanuk dan Sumur Bor Nusasari di Kecamatan Melaya; 2. Sumur Bor Pekutatan di Kecamatan Pekutatan;

(2) Distribusi air minum dilaksanakan melalui pengembangan Sistem Penyedaan Air Minum (SPAM), meliputi:

a.

SPAM kawasan perkotaan dengan sistem perpipaan meliputi:

1.

SPAM Kawasan Perkotaan Gilimanuk di Kecamatan Melaya;

2.

SPAM Kawasan Perkotaan Melaya di Kecamatan Melaya;

3.

SPAM Kawasan Perkotaan Negara di Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara;

4.

SPAM Kawasan Perkotaan Pengambengan di Kecamatan Negara;

5.

SPAM Kawasan Perkotaan Mendoyo di Kecamatan Mendoyo;

6.

SPAM Kawasan Perkotaan Yehembang di Kecamatan Mendoyo; dan

7.

SPAM Kawasan Perkotaan Pekutatan di Kecamatan Pekutatan;

b.

SPAM kawasan perdesaan dengan sistem perpipaan maupun bukan perpipaan meliputi:

1.

SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Melaya;

2.

SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Jembana;

3.

SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Negara;

4.

SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Mendoyo;

5.

SPAM Kawasan perdesaan Kecamatan Pekutatan;

(3) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a.

Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) yang tersebar di tiap desa di tiap kecamatan pa-da seluruh wilayah kabupaten;

b.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi TPA Peh, di Kecamatan Negara, TPA Melaya di Kecamatan Melaya, dan TPA Yehsumbul, di Kecamatan Mendoyo dengan metode lahan urug terkendali (controlled landfill); dan

c.

Pembangunan TPS/SPA (Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo dan di Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan.

(4) Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diselenggarakan melalui:

(22)

a.pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah; b.penanganan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga meliputi

pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir, meliputi:

1. sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga dikumpulkan setelah melalui tahapan pengurangan sampah, ke transfer depo atau ke Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) tersebar di tiap desa di tiap kecamatan seluruh wilayah kabupaten;

2. pengurangan sampah di transfer depo atau TPS sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Sampah Akhir (TPA); dan

3. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi TPA Peh, di Kecamatan Negara, TPA Melaya di Kecamatan Melaya, dan TPA Yehsumbul, di Kecamatan Mendoyo; dan

4. Pembangunan TPS/SPA (Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo dan Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan.

(5) Sistem pengolahan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

a.

sistem pengolahan air limbah setempat (on site) dilakukan secara individual dengan penyediaan bak pengolahan air limbah atau tangki septik, tersebar di seluruh wilayah;

b.

sistem pengolahan air limbah terpusat (off site) dengan sistem perpipaan dalam jangka panjang meliputi:

1.

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Negara melayani Kawasan Perkotaan Negara;

2.

IPAL Pengambengan melayani Kawasan Industri Pengambengan;

3.

IPAL Gilimanuk melayani Kawasan Perkotaan Gilimanuk dan Kawasan Pelabuhan Gilimanuk; dan

4.

IPAL Perancak melayani Kawasan Efektif Pariwisata Perancak.

5.

IPAL Candikusuma melayani Kawasan Efektif Pariwisata Candikusuma.

c.

pengembangan jaringan air limbah komunal di kawasan-kawasan padat permukiman dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas);

d.

pada kawasan pelayanan yang memiliki karakterisitik kualitas dan kuantitas air limbah yang sangat berbeda, dengan lingkungan sekitarnya, di arahkan untuk memiliki sistem pengolahan dan pengelolaan secara tersendiri; dan

e.

rencana pengelolaan sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(6) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:

a.

Pengembangan sistem jaringan drainase didasarkan atas kesatuan sistem dan sub sistem tata air meliputi jaringan primer berupa sungai/tukad utama, jaringan sekunder berupa parit atau

(23)

saluran-saluran yang ada di tepi jalan dan jaringan tersier berupa saluran-saluran – saluran-saluran kecil yang masuk pada kawasan perumahan;

b.

pembangunan sistem pembuangan air hujan yang terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai saluran drainase primer yang dilengkapi bangunan pengontrol genangan, bak penampung sedimen, pembuatan konstruksi baru berupa turap/senderan, rehabilitasi saluran alam yang ada, pembuatan parit infiltrasi, operasi dan pemeliharaan;

c.

pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air limbah;

d.

Rehabilitasi sarana dan prasarana pencegah banjir;

e.

Peningkatan sistem drainase di Kelurahan Baler Bale Agung;

f.

Normalisasi Sungai Tukad Ijogading; dan

g.

Peningkatan sistem jaringan drainase di Desa Mendoyo Dangin Tukad. (7) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi:

a.

jalur-jalur jalan yang posisinya berlawanan dengan arah datangnya bencana digunakan sebagai jalur penyelamatan bila terjadi bencana tanah longsor, bencana gerakan tanah, gelombang pasang, tsu-nami, banjir menuju ke tempat yang lebih aman, yang dipergunakan sebagai ruang evakuasi bencana;

b.

jalur-jalur jalan evakuasi bencana merupakan jalur menuju ke tempat evakuasi bencana meliputi:

1.

jalur-jalur jalan menuju lapangan olah raga terbuka di tiap kawasan perkotaan dan di tiap

ka-wasan perdesaan;

2.

jalur jalan menuju pelataran terminal;

3.

jalur-jalur jalan menuju gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap kawasan perkotaan dan di tiap kawasan perdesaan; dan

4.

jalur-jalur jalan menuju ke rumah sakit terdekat atau rumah sakit rujukan.

Lampiran Perda No. 11 Tahun 2012 Tentang Luasan Tata Pola Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032 seperti berikut :

(24)
(25)

2.2. Kemajuan Pelaksanaan SSK Kabupaten Jembrana

Dokumen SSK Kabupaten Jembrana disusun Tahun 2013 dan setiap tahun direview untuk penyempurnaan dokumen dan melihat kemajuan pelaksanaan kegiatan. Dari kegiatan dan program sanitasi Tahun 2013 sebesar Rp. 13,970.000.000,- yang terealisasi yaitu sebesar Rp. 4.091.000.000 atau 30 %. Dari kegiatan dan program sanitasi Tahun 2014 sebesar Rp. 94,221.000.000,- yang terealisasi yaitu sebesar Rp. 32,942,350,000 atau 35 %. Dari kegiatan dan program sanitasi Tahun 2015 sebesar Rp. 95,408,000,000,- yang terealisasi yaitu sebesar Rp. 35,300,960,000.-atau 37 %.

2.2.1.

Air Limbah Domestik a. Tujuan

Tujuan pengelolaan air limbah adalah meningkatnya akses cakupan pelayanan air limbah untuk wilayah perkotaan dan perdesaan serta pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah sehingga dapat mengurangi pencemaran sungai akibat pembuangan tinja.

b. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut:

Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang layak sehingga dapat meningkatkanya akses cakupan air limbah 70% untuk perkotaan dan 60% untuk perdesaan dan pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah hingga Tahun 2019;

 Mengurangi secara bertahap hingga 100% pencemaran air limbah pada badan air di Kota Negara dan Kabupaten Jembrana

 Peningkatan partisipasi masyarakat swasta dalam pengelolaan air limbah.

c. Tahapan Pencapaian

 Menghilangkan kebiasaan BAB di sembarang tempat (Stop BABS);

 Menyediakan MCK bagi masyarakat yang belum terlayani atau rawan sanitasi;  Meningkatkan kepemilikan jamban keluarga (jaga) yang layak atau memenuhi syarat;

 Mengurangi pencemaran pada badan sungai dari tinja dan limbah industri (industri rumah tangga);  Meningkatkan akses dan tingkat pelayanan air limbah terutama bagi penduduk berpendapatan rendah,

kawasan perumahan padat dan rawan sanitasi;

 Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas septik tank;

 Meningkatkan kedisiplinan warga dalam pengurasan septik tank secara reguler; dan  Revitalisasi IPLT yang telah dibangun.

d. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

(26)

-

Pengelolaan oleh masyarakat secara individual melalui pembuatan septic tank perorangan dan Pengelolaan oleh Pemerintah Kabupaten atau BLHKP dengan cara menguras limbah tinja dari rumah-rumah penduduk yang kemudian dibuang di IPLT Peh. IPLT terletak di Desa Peh, Kecamatan Jembrana dengan luas 0,4 Ha. Namun sudah tidak berfungsi lagi secara maksimal karena tidak adanya perawatan

-

Pengelolaan oleh masyarakat yang tidak mempunyai septic tank dan fasilitas sendiri (Kamar Mandi/WC) akan menggunakan MCK umum sehingga air limbahnya langsung dibuang ke badan air. Dari Survey EHRA 2016, menunjukkan proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 18.8 %, yang terdiri dari:

Ke WC Helikopter : 0,5 %

Jamban nonsiram yang disalurkan ke Kebun, sungai/kali/ parit/Laut : 18, 3%

Di Kabupaten Jembrana belum terdapat instalasi pengolahan air limbah yang terpusat untuk mengolah air buangan dari kegiatan domestik ini. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Jembrana membuang limbah/air buangan domestiknya melalui septic tank (untuk black water). Dari studi EHRA di Kabupaten Jembrana (2016) bahwa sekitar 80, 2 % yang melaporkan menggunakan jamban siram ke septik tank, sementara proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 18.8 % (tidak memiliki fasilitas BAB sekitar 3%).

Survey EHRA Tahun 2016 melaporkan bahwa prosentase tempat buang air besar (BAB) di Kabupaten Jembrana yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga adalah jamban pribadi, proporsinya adalah sekitar 78. 7 %, dengan tipe kloset jongkok leher angsa yang paling banyak dimiliki responden (80,2%). Sementara fasilitas BAB lainnya yang digunakan responden yaitu MCK/WC Umum sebesar 1,6 %, WC Helikopter sebesar 0,5 %, ke sungai/pantai/laut sebesar 4,0%, ke kebun/pekarangan sebesar 0,5%, ke selokan/parit/got sebesar 0,7%, ke lubang galian sebesar 0,8%, lainnya sebesar 1,4% dan tidak tahu sebesar 0,8%. Jumlah kepemilikan jamban Tahun 2014 sebesar 80,94% dan 74,34% termasuk kategori jamban sehat.

e. Realisasi Program dan Kegiatan

Sampai tahun 2014 dari beberapa program dan kegiatan yang direncanakan maka beberapa kegiatan yang bisa terealisasi yaitu:

Tahun 2013:

- Penyediaan Prasarana dan sarana air Limbah: DED Sanimas; Pembangunan Sanimas

- Fasilitasi pembinaan Teknik Pengolahan Air Limbah: Pelatihan Keteknisan Bidang PLP Pengelolaan Air Limbah

- Pemantauan Kualitas Lingkungan

- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup -

(27)

Tahun 2014:

- Penyediaan Prasarana dan sarana air Limbah: UKL/UPL Optimalisasi IPLT; Pembangunan Sanimas; - Fasilitasi pembinaan Teknik Pengolahan Air Limbah: Bantek, Bintek dan pendampinga pengelolaan air

limbah;

- Pemantauan Kualitas Lingkungan

- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup

Tahun 2015:

- Penyediaan Prasarana dan sarana air Limbah: DED Sanimas, Pembangunan Sanimas;

- Fasilitasi pembinaan Teknik Pengolahan Air Limbah: Bantek, Bintek dan pendampinga pengelolaan air limbah;

- Pemantauan Kualitas Lingkungan

- Peningkatan Peran serta masyarakat dan swasta: penyuluhan/kampanye dan peningkatan partisipasi masyarakat;

- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup (Desa Sadar Lingkungan).

Dalam subsektor air limbah dari rencana program dan kegiatan Tahun 2013 sebesar Rp. 4.930.887.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 1.106.392.000,- atau 22,44%. Dari rencana program dan kegiatan Tahun 2013 sebesar Rp. 6.641.446.000,- yang terealisasi sebesar Rp.3.750.069.200,- atau 56,46%. Dari rencana program dan kegiatan Tahun 2014 sebesar Rp. 4.019.000.000,- yang terealisasi sebesar Rp. 1.132.042.000,- atau 28,17%.

(28)

Tabel 2.3

Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air Limbah Domestik Kabupaten Jembrana

No. Tujuan SSK Periode sebelumnya Tahun 2013-2018 Sasaran Data dasar Pemutakhiran SSK Tahun 2016 Status saat ini

1. Meningkatnya akses cakupan pelayanan air limbah untuk wilayah perkotaan dan perdesaan sesuai target SPM

1) Berkurangnya praktek buang air besar semba-rangan (BABS) dari 20 % menjadi 0% ( pada tahun 2018)

2) Meningkatnya kesadaran masyarakat sebesar 20 % atau 16.727 jiwa untuk tid-ak BABS pada tid-akhir tahun 2018.

3) Meningkatnya akses masyarakat terhadap sara-na jamban keluarga dengan tangki septik yang tidak aman dari 40 % men-jadi septik aman 100% pada akhir tahun 2018. 4) Tersedianya Regulasi Air

Limbah Permukiman do-mestik pada tahun 2018.

5) Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT dari yang hanya Area Beresiko tinggi men-jangkau juga seluruh are beresiko sanitasi pada ta-hun 2018.

6) Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT 14 m3 sehari menjadi 350 m3 /bulan

7) Terpisahnya kelembagaan pengelola antara regulator dan operator dalam pengelolaan IPLT 8) Peningkatan pendanaan

Sanitasi di Kabupaten Jembrana dari 0,2 % men-jadi 2% di Tahun 2018

 Jumlah sanimas: .... unit

 Kondisi bangunan IPLT kurang optimal, dengan sistem pengolahan Imhoff Tank, Kolam Anaerobic, Kolam Fakultatis, Kolam Naturasi, Kolam Pengering Lumpur (sistem gravitasi).

 Jumlah kepemilikan jamban sebesar 71,15% dan 69,92% termasuk kategori jamban sehat.

 Jumlah sanimas: ....unit

 Jumlah kepemilikan sebesar 80,2 % dan 73,7% termasuk kategori jamban sehat.

Mengurangi pencemaran pada badan sungai untuk

meningkatkan lingkungan yang bersih dan sehat

 Dari studi EHRA (2016) sekitar 80,6% yang melaporkan menggunakan jamban siram ke septik tank, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 13,7% (disalurkan ke badan air/sungai 10,2%).

Dari Survei EHRA (2016), sekitar 73,7 % rumah tangga yang melaporkan

menggunakan jamban pribadi memiliki saluran akhir pembuangan akhir tinja berupa tangki septic, proporsi rumah tangga yang membuang tinja langsung ke ruang terbuka mencakup sekitar 8,1% (disalurkan ke badan air/sungai:1,3 % Tersusunnya pedoman yang

relevan sebagai payung hukum dalam mengatur pengelolaan pembangunan sanitasi terkait pengelolaan air limbah

Belum punya Master Plan

Pengelolaan Air Limbah Master Plan Pengelolaan Air Limbah disusun Tahun 2014

Meningkatkan sumber-sumber pembiayaan dalam pengelolaan air limbah

Perda yang mengatur tentang retribusi air limbah tahunnya masih lama

Perda belum direvisi 2 Terwujudnya partisipasi Meningkatkan kesadaran dan Belum banyak terlihat adanya Partisipasi masyarakat sudah

(29)

No. Tujuan SSK Periode sebelumnya Tahun 2013-2018 Sasaran Data dasar Pemutakhiran SSK Tahun 2016 Status saat ini

masyarakat dan swasta dalam menciptakan lingkungan yang sehat.

peran serta masyarakat dalam pembangunan sanitasi terkait pengelolaan air limbah

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air limbah (sanimas 3 unit)

meningkat seiiring dengan jumlah pembangunan sanimas (6 unit);

Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan limbah cair

Belum banyak terlihat partisipasi swasta dalam pengelolaan air limbah

Peran swasta masih belum optimal

Sumber: Hasil Kompilasi Data Tahun 2016

2.2.2. Persampahan a. Tujuan

Tujuannya pengelolaan persampahan adalah meningkatnya akses cakupan pelayanan persampahan serta pengurangan sampah untuk wilayah perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Jembrana .

b. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dalam peningkatan pengelolaan sampah:

 Peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Jembrana sampai tahun 2018 direncanakan dapat menjangkau ke seluruh ibukota kecamatan dan beberapa desa di sekitar ibukota kecamatan.

 Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah;  Pengurangan sampah pada sumbernya dan pengelolaan sampah secara mandiri.

c. Tahapan Pencapaian

 Melaksanakan sosialisasi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat, dengan harapan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam hal pengelolaan sampah di Kabupaten Jembrana  Melaksanakan pembinaan kepada masyarakat agar masyarakat disiplin membuang sampah pada

tempatnya dan waktu membuang sampah

 Penegakan hukum, penerapan sanksi bagi yang melanggar.

 Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana pengelolaan sampah yang ada, misalnya dengan meningkatkan ritasi armada pengangkutan sampah yang ada.

 Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana pengelolaan sampah yang ada dengan melaksanakan pemeliharaan dan rehab secara periodik.

Menerapkan sistem pengelolaan sampah dengan pola 3R (Reduce, Reuse, Recyle) kepada masyarakat.

 Pengadaan/penambahan jumlah prasarana dan sarana pengelolaan sampah.

Peningkatan sumber daya aparatur melalui pendidikan dan pelatihan formal bidang persampahan.

d. Kondisi Pengelolaan Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan saat ini di Kabupaten Jembrana yaitu : 1. Masyarakat

(30)

Masyarakat di Kabupaten Jembrana dalam melaksanakan pengelolaan sampah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

 Masyarakat di lokasi yang wilayahnya merupakan wilayah pelayanan/sudah terjangkau oleh pelayanan pemerintah melalui BLHKP Kabupaten Jembrana.

Masyarakat tersebut melaksanakan pengelolaan secara perorangan maupun dengan sistem kawasan mengumpulkan sampah dari sumbernya (Rumah Tangga) dikumpulkan di TPS (Tong/Kontainer, bak sampah, transfer station atau transfer depo) terdekat.

 Masyarakat yang belum terjangkau pelayanan pemerintah.

Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan pemerintah melaksanakan pengelolaan sendiri dengan menampung sampah pada tempat tertentu dan dibakar atau menampung pada galian kemudian ditimbun.

 Masyarakat yang lokasi wilayahnya belum terjangkau oleh pelayanan Pemerintah, hanya memindahkan sampah dari sumbernya kemudian dikumpulkan/dibuang pada tempat tertentu yang terbuka, jurang, bahkan di saluran terbuka (got, sungai/kali).

2. Pemerintah

Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Jembrana saat ini sudah mulai melaksanakan pengelolaan persampahan dengan sistem Pola Kumpul-Angkut-Proses. Sampah yang terkumpul di TPS baik yang dikumpulkan oleh masyarakat maupun yang dikumpulkan oleh tukang angkut dari BLHKP Kabupaten Jembrana diangkut dengan truk-truk pemerintah untuk diproses di TPA Peh Jumlah sampah yang bisa diangkut ke TPA Peh rata-rata 170 m³/hari atau 5,5 ton/hari.

Wilayah yang telah terjangkau pelayanan persampahan Tahun 2015 oleh pemerintah Kabupaten Jembrana (angkutan BLHKP) adalah wilayah perkotaan Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana sedangkan yang belum dilayani angkutan BLHKP adalah 3 Kecamatan. Dilihat dari kondisi itu pelayanan (dikaitkan dengan pelayanan angkutan BLHKP) pada Tahun 2015 untuk daerah perkotaan (terutama Kawasan Perkotaan Negara) sudah mencapai 100%, sementara untuk daerah perdesaan baru mencapai 21,62%. Hal ini sudah meningkat bila dibandingkan dengan tingkat pelayanan angkutan BLHKP pada Tahun 2013, untuk daerah perkotaan (terutama Perkotaan Negara) sudah mencapai 95,65%, sementara untuk daerah perdesaan baru mencapai 17,64%.

Dari timbulan sampah Tahun 2015 di Kabupaten Jembrana sebesar 577.022,40 m3/tahun, sampah

yang dikelola di TPA sebesar 126.000 m3/tahun (21,84%), yang dikomposting sebesar 32.400 m3/tahun (5,62%)

dan yang dikumpulkan pengepul sebesar 25.200 m3/tahun (2,00%). Sedangkan sampah yang tidak dikelola

sebesar 393.422,40 m3/tahun (68,18%). Jumlah tersebut menurun bila dibandingkan Tahun 2011, dimana dari

timbulan sampah Tahun 2011 di Kabupaten Jembrana sebesar 725.897,4 m3/tahun, sampah yang dikelola di

(31)

dikumpulkan pengepul sebesar 8.902,35 m3/tahun (1,23%). Sedangkan sampah yang tidak dikelola sebesar

599.440,91 m3/tahun (82,58%).

Dari studi EHRA Tahun 2016, terhadap 1.036 rumah tangga, dapat diketahui Rumah Tangga yang membuang sampahnya di luar halaman rumah sebesar 34,7% merupakan yang paling banyak dijumpai. Kelompok kedua yang cukup besar adalah mereka yang membuang sampah dengan dikumpulkan di rumah kemudian diangkut petugas sebesar 23,9%. Sementara kelompok yang membuang sampah dengan menggumpulkan di tempat bersama untuk kemudian diangkut petugas sebesar 16,9%. Sedangkan kelompok yang membuang sampah di halaman rumah sebesar 17,6%. Sisanya adalah mereka yang sampahnya langsung dibakar dan dikubur masing-masing sebesar 3,3% dan 0,3%.

Dari studi EHRA Tahun 2016, Sebagian besar responden menjawab bahwa cara pengelolaan sampah dengan cara dibakar sebesar 30,8%. Kelompok kedua yang cukup besar adalah mereka yang membuang sampah dengan dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 21,4%. Sementara kelompok yang mengelola sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 21,0%. Sedangkan kelompok yang membuang sampah ke sungai/kali/laut/danau sebesar 10,9% . Kelompok yang membuang sampahnya ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 8,0%. Sisanya yang paling kecil adalah mereka yang sampahnya dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang sebesar 4,1%, sampah dibuang ke lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 2,8%, sampah dibiarkan saja sampai membusuk sebesar 0,1%, lain-lain dan tidak tahu masing-masing sebesar 0,7% dan 0,1%.

e. Realisasi Program dan Kegiatan

Sampai tahun 2014 dari beberapa kegiatan yang direncanakan maka beberapa kegiatan yang bisa terealisasi yaitu:

Tahun 2013:

- Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan: operasional pelayanan persampahan, operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan;

- Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan:pengadaan LHC, pengadaan TPS, pengadaan mesin sampah untuk pembuatan pupuk kompos, pengadaan gerobak,

- Pengembangan teknologi pengolahan sampah: pembuatan TPST

- Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Persampahan: pembinaan/sosialisasipencemaran lingkungan; - Bintek Persampahan: pelatihan keteknisan bidang PLP Pengelolaan persampahan;

- Penyusunan/Review Perda terkait pengelolaan persampahan. Tahun 2014:

- Penyusunan kebijakan manajemen pengelolaan sampah: Master Plan Persampahan Kabupaten Jembrana;

- Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan: peningkatan operasional pelayanan persampahan, operasional dan pemeliharaan alat berat bulldozer, excavator.

(32)

- Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan: pengadaan bulldozer, pengadaan amroll truck, pengadaan dump truck, pengadaan LHC, pengadaan TPS, , pengadaan gerobak sampah; - Pengembangan teknologi pengolahan sampah:DED TPST, Pembuatan TPST, Sosialisasi kebijakan

pengelolaan persampahan: pembinaan/sosialisasi tentang kebersihan Tahun 2015:

- Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan: peningkatan operasional pelayanan persampahan, operasional dan pemeliharaan alat berat bulldozer, excavator.

-

Penyediaan Prasarana dan sarana air Limbah: DED Rehab/Perluasan TPA : Peningkatan Kinerja TPA Bengkala; pengadaan amroll truck, pengadaan dump truck, pengadaan LHC, pengadaan mesin pencacah sampah organik, pengadaan gerobak sampah

-

Pengembangan teknologi pengolah sampah: DED TPST, pembuatan TPST

-

Kerjasama Pengelolaan Persampahan: peningkatan peran serta swasta dalam pengurangan sampah

-

Sosialisasi kebijakan pengelolaan persampahan: pembinaan/sosialisasi pencemaran lingkungan. Dalam subsektor persampahan dari rencana program dan kegiatan Tahun 2013 sebesar Rp. 8.082.351.000,- yang terealisasi dari rencana sebesar Rp. 4,321,971.000,- atau 53,47%. Dari rencana program dan kegiatan Tahun 2014 sebesar Rp. 7.781.586.000,- yang terealisasi dari rencana sebesar Rp. 7.626.727.750,- atau 98,01%. Dari rencana program dan kegiatan Tahun 2015 sebesar Rp. 8.690.000.000,- yang terealisasi dari rencana sebesar Rp. 6.510.336.000,- atau 74,92%.

Tabel 2.4

Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Persampahan Kabupaten Jembrana

No. Tujuan SSK Periode sebelumnya Tahun 2013-2018 Sasaran Data dasar Pemutakhiran SSK Tahun 2016 Status saat ini 1. Meningkatnya akses cakupan pelayanan persampahan serta pengurangan sampah untuk wilayah perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Jembrana. peningkatan pelayanan persampahan di wilayah perkotaan dan di luar Kota Negara mampu melayani seluruh Ibukota Kecamatan dan beberapa desa di sekitar Ibukota Kecamatan dengan tingkat pelayanan sebesar 50%,

 Dari 51 Desa/ Kelurahan hanya 20 Desa/ kelurahan yang baru bisa mendapat pelayanan. Dari 5 Kecamatan di Kabupaten Jembrana masih ada 3 Kecamatan yang sama sekali belum mendapat pelayanan yaitu Kecamatan Pekutatan, Mendoyo dan Kecamatan Melaya.

 Pelayanan Tahun 2013, untuk daerah perkotaan (terutama Perkotaan Negara) sudah mencapai 95,65%, sementara untuk daerah perdesaan baru mencapai 17,64%.

 Wilayah yang telah terjangkau pelayanan persampahan Tahun 2016 oleh pemerintah Kabupaten Jembrana (angkutan BLHKP) adalah 20 Desa/Kelurahan sedangkan yang belum dilayani angkutan BLHKP totalnya menjadi 31 desa/kelurahan.

Pelayanan pada Tahun 2015 untuk daerah perkotaan (terutama Kawasan Perkotaan Negara) sudah mencapai 100%, sementara untuk daerah perdesaan baru mencapai 21,62%.

Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana

Jumlah sarana pengelolaan sampah:

- Dump Truck : 5 unit

Jumlah sarana pengelolaan sampah:

(33)

pengelolaan sampah - Armroll Truck: 3 unit - Transfer Depo:14 unit - LHC: 30 unit - TPS : 82 unit

- Dump Truck : 7 unit - Armroll Truck: 14 unit - Transfer Depo : 13 unit - Motor Sampah: 3 unit - LHC: 41 unit

- TPS Plat Besi dan Pasangan Bata: 110 unit

Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan persampahan

 Jumlah TPST : 4 unit  Belum ada bank sampah  Belum terlihat peran serta

swasta

 Jumlah TPST: 24 unit (1 dikelola BLHKP)

 Sudah ada Bank Sampah: 10 unit

 Sudah ada keterlibatan swasta, seperti CSR dalam penyediaan sarana pengelolaan sampah Mengoptimalkan upaya 3R dalam meningkatkan pengelolaan persampahan atau pengurangan sampah pada sumbernya dan pengelolaan sampah secara mandiri

Dari timbulan sampah Tahun 2011 di Kabupaten Jembrana sebesar 725.897,4 m3/tahun, sampah yang dikelola di TPA sebesar 102.200 m3/tahun (14,08%), yang dikomposting sebesar 15.336,14 m3/tahun (2,11%) dan yang di pengepul sebesar 8.902,35 m3/tahun (1,23%).

Sedangkan sampah yang tidak dikelola sebesar 599.440,91 m3/tahun (82,58%).

Dari survey EHRA diperoleh gambaran bahwa sebagian besar rumah tangga sudah melakukan pemilihan sampah yaitu sebesar 6%.

Dari timbulan sampah Tahun 2016 di Kabupaten Jembrana sebesar 577.022,40

m3/tahun, sampah yang dikelola di TPA sebesar 126.000 m3/tahun (21,84%), yang dikomposting sebesar 32.400 m3/tahun (5,62%) dan yang dikumpulkan pengepul sebesar 25.200 m3/tahun (2,00%). Sedangkan sampah yang tidak dikelola sebesar 393.422,40 m3/tahun (68,18%).

Dari survey EHRA diperoleh gambaran bahwa sebagian besar rumah tangga yang sudah melakukan pemilihan sampah yaitu sebesar 15,3%

Sumber: Hasil Kompilasi Data Tahun 2016

2.2.3. Drainase a. Tujuan

Tujuannya adalah meningkatnya prasarana dan sarana pengelolaan drainase serta menurunnya luas genangan pada beberapa titik/kawasan rawan banjir di wilayah Kabupaten Jembrana.

b. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan drainase yaitu berkurangnya genangan di beberapa titik kawasan rawan banjir/genangan di wilayah Kabupaten Jembrana.

c. Tahapan Pencapaian

 Pembuatan saluran primer, sekunder dan tersier;  Pembuatan pintu-pintu air;

 Normalisasi saluran drainase;

(34)

 Rehabilitasi saluran drainase; dan  Penyediaan bak kontrol.

d. Kondisi Pengelolaan Drainase

Dalam wilayah Kota Negara terdapat beberapa sungai yang berfungsi sebagai pembuang utama dari sistem drainase. Saluran drainase yang ada di Kabupaten Jembrana yaitu saluran drainase primer dengan panjang 338.237 m, saluran drainase sekunder dengan panjang 499.245 m dan saluran drainase tersier dengan panjang 345.802 m.

Permasalahan umum yang sering dihadapi pada setiap musim hujan adalah masalah banjir dan genangan air. Banjir dan genangan akan berdampak pada terganggunya kelancaran lalu lintas dan dapat menurunkan derajat kesehatan penduduk dan lingkungan. Terjadinya banjir dan genangan disebabkan oleh fungsi drainase kota belum tertangani secara menyeluruh baik dari segi perencanaan teknis maupun pelaksanaan fisiknya dan disamping kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara saluran yang ada di sekitarnyxa. Permasalahan tersebut merupakan dampak dari perkembangan penduduk dan bangunan fisik yang sangat cepat tapi tidak terkontrol dimana terjadi penyempitan areal resapan air terutama pada musim hujan, limpasan permukaan air langsung menuju saluran drainase. Berkurangnya daerah resapan air menyebabkan saluran drainase tidak mampu menampung sehingga terjadi luapan dan banjir.

Dari Hasil Studi EHRA 2013, masih terdapat Rumah Tangga yang mengalami banjir pada waktu musim hujan sekitar 14,5%. Sekitar 60,0% rumah tangga melaporkan banjir di Kabupaten Buleleng terjadi beberapa kali dalam setahun. Sekitar 28,8% rumah tangga yang mengalami sekali dalam setahun, dan yang lebih parah atau yang mengalami sebulan sekali atau lebih dijumpai sangat sedikit, yakni hanya sekitar 6,4%. Dari Hasil Studi EHRA 2016, masih terdapat Rumah Tangga yang mengalami banjir pada waktu musim hujan sekitar 8,8%. Sekitar 4,5% rumah tangga melaporkan banjir di Kabupaten Jembrana terjadi beberapa kali dalam setahun. Sekitar 0,1% rumah tangga yang mengalami sekali dalam setahun, dan yang lebih parah atau yang mengalami sebulan sekali hanya sekitar 3,2%.

Luas genangan di Kabupaten Jembrana Tahun 2013 sebesar 408,68 Ha, dengan luas genangan terbesar terdapat di Kecamatan Negara dan Jembrana. Luas genangan di Kabupaten Jembrana Tahun 2015 sebesar 218,73 Ha, dengan luas genangan terbesar terdapat di Kecamatan Negara dan Jembrana.

e. Realisasi Program dan Kegiatan

Sampai tahun 2015 dari beberapa kegiatan yang direncanakan maka beberapa kegiatan yang bisa terealisasi yaitu:

Tahun 2013:

- Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong: normalisasi alur sungai, pembangunan saluran drainase, pembuatan saluran sekunder;

- Peningkatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase: pemeliharaan saluran drainase;

Gambar

Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan   di Kabupaten Jembrana
Tabel 2.4:  Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
Tabel 2.3:  Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan saat ini dan Proyeksinya untuk 3 Tahun
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan  di Kabupaten Jembrana
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kami akan mempertimbangkan hal apa saja yang terlibat dalam mendengarkan, membahas hambatan untuk mendengarkan secara efektif dan cara menguranginya,

Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penelitian itu disatukan dengan kata lain sehingga

Qawlan layyina ini adalah etika komunikasi yang diimbangi dengan sikap dan perilaku yang baik, lemah lembut, tanpa emosi dan caci maki, atau dalam bahasa

protes karena mobilnya diderek petugas, saat diaprkir di Jalan Raya Gading Kirana, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (8/10). Kasie Wasdal Sudin Per- hubungan Jakut, Hengki

Perancangan sistem aplikasi SPMB berbasis SMS Gateway dan WAP ini, maka dapat memudahkan penyampaian informasi hasil kelulusan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

Kalau Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi penuh kemunafikan, maka itu tidak perlu disang- sikan oleh siapapun karena Tuhan adalah pribadi yang

Jumlah data dan threshold memiliki hubungan linier yaitu semakin besar jumlah data yang diuji, maka akan semakin sedikit fitur optimal yang diperoleh begitu pula

Dari data tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa dengan dana yang cukup, penyerapan dana yang tinggi, terdapat transmisi komunikasi, terdapat komunikasi yang