45
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU HAMIL DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA MANADO
RELATED THERAPEUTIC COMMUNICATION WITH ANXIETY LEVEL IN PREGNANT WOMEN IN HOSPITAL PERMATA BUNDA MANADO
Deyke Natalia Rondonuwu*, Esther Hutagaol**, Tinneke Tandipajung**. *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
**Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Komunikasi antara perawat dan pasien merupakan salah satu elemen penting dalam proses penyembuhan pasien. Dalam dunia medis, komunikasi yang dilakukan oleh perawat (tenaga medis) membantu proses penyembuhan atau pemulihan diri pasien dikenal dengan istilah terapeutik. Salah satu kelompok pasien yang perlu diperhatikan dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat-pasien adalah para ibu dalam masa kehamilan, dan salah satu faktor kesehatan yang sering dialami ibu hamil adalah faktor kecemasan. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik, dengan rancangan penelitian
cross sectional. Pada penelitian ini populasinya adalah ibu hamil. Jumlah sampel sebanyak 29
responden, pengambilan sampel dengan tekhnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuisioner tentang komunikasi terapeutik dan kecemasan. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016. Hasil penelitian 13 responden (44,8%) yang komunikasi terapeutik cukup, sedangkan pada tingkat kecemasan yakni tingkat kecemasan ringan dan sedang yakni sebanyak masing-masing 8 responden (27,6%). Dari hasil analisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan uji Spearman Rho, nilai signifikasi (p) = 0,008 (<0,05) sedangkan koefisien korelasi yang diperoleh adalah (r) = 0,655 yang berarti tingkat hubungan dari kedua variabel tersebut adalah kuat. Dengan demikian Ha diterima atau hal itu berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Disarankan penelitian selanjutnya dapat meneliti variabel lain yang berhubungan dengan komunikasi terapeutik pada ibu hamil.
Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Kecemasan.
ABSTRACT
Communication between nurses and patients is one important element in the healing process of patients. In the medical world, communication is done by a nurse (medical) help the healing process or recovery of the patient known as therapeutic. One group of patients that need to be considered in relation therapeutic nurse-patient communication are the mothers during pregnancy, and one health factor that is often experienced by pregnant women is a factor of anxiety. Tujuanpenelitian is to determine whether there is a relationship between therapeutic communication with the level of anxiety in pregnant women. This research uses descriptive analytic design with cross sectional study design. In this study population is pregnant women. The total sample of 29 respondents, the sampling with purposive sampling technique. Collecting data using questionnaires about therapeutic communication and anxiety. The research was conducted at Permata Bunda Hospital Manado. This research was held from February 10 to March 16, 2016. Results of the study 13 respondents (44.8%) were sufficient therapeutic communication, while the level of anxiety that mild and moderate anxiety level that is as much as each of 8 respondents (27.6%), From the analysis of the relationship between the two variables above using Spearman Rho test, significance value (p) = 0.008 (<0,05), while the correlation coefficient obtained is (r) = 0.655, which means the level of the relationship of the two variables is strong. Thus Ha received or it means that there is a relationship between therapeutic communication with the anxiety levels of pregnant women in Permata Bunda Hospital Manado. Suggested further research can investigate other variables associated with therapeutic communication in pregnant women.
46 PENDAHULUAN Komunikasi antara perawat dan pasien
merupakan salah satu elemen penting dalam proses penyembuhan pasien. Kewajiban bagi perawat untuk menjalin komunikasi dalam rangka membantu pasien, sesuai dengan tuntutan profesi sebagaimana yang dinyatakan oleh NMC (Nursing dan Midwifery Council) atau Dewan Keperawatan dan Kebidanan Dunia. (NMC, 2010 dalam Bach dan Grant (2011). Dalam dunia medis, komunikasi yang dilakukan oleh perawat (tenaga medis) dalam rangka membantu proses penyembuhan atau pemulihan diri pasien dikenal dengan istilah terapeutik. Komunikasi terapeutik dapat diartikan sebagai penyampaian pesan kepada pasien guna mendukung proses promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dari pasien (Octa, 2015).
Salah satu kelompok pasien yang perlu diperhatikan dalam hubungan komunikasi terapeutik perawat-pasien adalah para ibu dalam masa kehamilan. Kehamilan merupakan istilah untuk menunjukkan suatu periode yang dialami seorang wanita yang akan berakhir dengan lahirnya bayida (Leveno, 2009). Salah satu faktor kesehatan yang sering dialami ibu hamil adalah faktor kecemasan.
Data dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa para ibu primigravida mengalami kecemasan ketika akan menghadapi proses persalinan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvira (2010), dengan judul, “Tingkat
Kecemasan Ibu Primigravida dan Multigravida Menjelang Persalinan di Klinik Hj Hamidah Nasution”, menunjukkan bahwa dari 36 sampel,semuanya mengalami kecemasan, 24 (72,2%) di antaranya baik primigravida maupun multigravida mengalami kecemasan berat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Debora V. V Mandagi di RSIA Kasih Ibu Manado dengan sampel 30 wanita hamil (primigravida dan multigravida) menunjukkan bahwa sebanyak 16,7% primigravida dan 13,7% wanita multigravida mengalami kecemasan (PAAI, 2013).
Sedangkan data (penelitian pendahuluan) yang diperoleh penulis sebagai perawat di RS Permata Bunda Manado, dalam kurun waktu tiga bulan (Agustus-Oktober 2015) terdapat 93 pasien ibu hamil, dengan perincian 76 ibu primigravida dan 17 ibu multigravida. Berdasarkan penelitian lapangan, penulis menemukan bahwa ada 59,2% ibu primigravida (berjumlah 45 orang) yang menunjukkan tanda-tanda kecemasan seperti mudah tersinggung, cepat marah, tampak bingung, sering mengalami sakit kepala dan susah untuk tidur. Sedangkan ibu multigravida yang mengalami kecemasan sebesar 41,2% (berjumlah 7 orang). Sehubungan dengan jumlah ibu hamil dalam penelitian pendahuluan ini, jika dihitung rata-ratanya berarti ada sekitar 31 pasien ibu hamil tiap bulannya. Jumlah ini (31) sekaligus akan penulis jadikan sebagai populasi penelitian.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang peneliti gunakan
adalah rancangan Cross Sectional, di mana penelitian hanya satu kali pada satu saat (Notoatmojo, 2007).
Populasi dalam penelitian yakni subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Hasil dalam penelitian pendahuluan menunjukkan, 31 ibu hamil dalam sebulan yang berada di bagian kebidanan Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Jumlah tersebut sekaligus digunakan sebagai populasi penelitian.
Pada penelitian ini, sampel diambil dari kalangan ibu-ibu hamil di bagian kebidanan RS Permata Bunda Manado. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan simple random
sampling, yaitu sampel yang diambil dari suatu
populasi dengan cara memilah-milah individu yang dijadikan anggota sampel. Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan besar sampel yakni berjumlah 29 pasien ibu hamil.
Untuk melakukan pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner adalah alat ukur berupa angket dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan (Nursalam, 2008). Instrumen ini untuk melihat hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada semua ibu hamil di RS Permata Bunda Manado. . Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan koesioner.
Jawaban dari kuisioner yang telah dihitung secara manual, dilaksanakan uji analisis untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan skala data yang tersedia dengan uji statistik yang sesuai. Metode dalam pengambilan dan pengumpulan data adalah koesioner. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: identifikasi terhadap responden, pemberian nomor pada
47 lembar kuisioner yang telah di isi oleh responden, memeriksa kembali kelengkapan koesioner atau jawaban yang diberi responden. Setelah dipastikan terisi dengan lengkap maka kegiatan selanjutnya adalah tahap pengolahan data dan analisa data.
Analisa bivariat ini menggunakan
corelation Spearman Rho , analisa ini bertujuan
nutuk mengetahui koefisien korelasi dan tingkat hubungan kedua variabel. Dari hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan tabulasi dan uji statistik, jika hasil kemaknaan p<0,05 artinya ada hubungan antara kedua variabel yang di uji, hal ini berarti Ha diterima. Untuk melihat tingkat hubungan dari kedua variabel yang diteliti yakni dengan melihat pedoman untuk memberikan interpretasi di dalamnya, yang terdapat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Pedoman untuk memberikan Interpretasi dalam menentukan koefisien korelasi dan tingkat hubungan
Interval koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00 Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat (Sugiyono, 2007). HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat
Gambar 1. Distribusi Responden Menurut Umur di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
Gambar 1 menunjukan bahwa dari 29 responden, sebanyak 16 responden (55,2%) yang rentang umurnya 18-25 tahun. Rentang umur 2-35 tahun sebanyak 7 responden
(24,1%), sedangkan ada 6 responden di rentang umur 36-40 sebanyak dengan persentase 20,7%.
Gambar 2. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
48 Gambar 2 menunjukan dari 29 responden, tamatan SD sebanyak 4 responden (13,8%), tamatan SLTP sebanyak 6 responden (20,7%),
sedangkan yang tamat SLTA sebanyak 9 responden (31%). Sementara DIII/SI berjumlah 10 responden (34,5%).
Gambar 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaandi Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
Gambar 3 menunjukan dari 29 responden, PNS ada 6 responden (20,7%), wiraswasta / pegawai swasta berjumlah 12 responden (41,4%). Sementara responden yang bekerja
sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 10 (34,5%), sedangkan yang bekerja sebagai pendeta sebanyak 1 responden (3,4%).
Gambar 4. Distribusi Responden Menurut jumlah kehamilan di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
Gambar 4 menunjukan dari 29 responden, jumlah kehamilan terbanyak yaitu kehamilan anak pertama sebanyak 14 responden (48,3%), diikuti kehamilan anak kedua sebanyak 8 responden (27,6%). Responden dengan
kehamilan anak ketiga berjumlah 5 responden (17,2%), sedangkan kehamilan anak keempat sebanyak 2 responden dengan persentase 6,9%.
Gambar 5. Distribusi Responden Menurut komunikasi Terapeutik di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
Gambar 5 menunjukan dari 29 responden, sebanyak 13 responden (44,8%) memiliki komunikasi terapeutik cukup, 9 responden
(31%) memiliki komunikasi terapeutik baik, sedangkan ada 7 responden (24,1%) yang memiliki komunikasi terapeutik kurang.
49 ..
Gambar 6. Distribusi Responden Menurut kecemasan di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, Tanggal 10 Februari - 16 Maret 2016
Gambar 6 menunjukan dari 29 responden, 8 responden (27,6%) mengalami kecemasan sedang, 8 responden (27,6%) mengalami
kecemasan ringan, 7 responden (24,1%) mengalami kecemasan berat, sementara 6 responden (20,7%) tidak mengalami cemas. 2. Analisa Bivariat
Tabel 2. Tabulasi silang Hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado
Tabel 2 menunjukan hasil tertinggi adalah komunikasi terapeutik cukup sebanyak 13 responden (44,8%), sementara tingkat kecemasan tertinggi adalah kecemasan ringan dan sedang, masing-masing sebanyak 8 responden (27,6%). Hasil analisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan uji
Spearman Rho, nilai signifikasi (p) = 0,008
sedangkan koefisien korelasi yang diperoleh adalah (r) = 0,655. Artinya, tingkat hubungan dari kedua variabel tersebut adalah kuat. Dengan demikian Ha diterima atau hal itu berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Kecemasan Komu nikasi Terap eutik Norm al /Tida k cema s % Kecem asan Ringan % Kecem asan sedan g % Kece mas an berat % To tal % Komu nikasi terape utik kuran g 0 0 1 3,4 1 3,4 5 17,2 7 24,1 Komu nikasi terape utik cukup 4 13,7 2 7,0 6 20,8 1 3,4 13 44,8 Komu nikasi terape utik baik 2 7,0 5 17,2 1 3,4 1 3,4 9 31,0 Total 6 20,7 8 27,6 8 27,6 7 24,1 29 100 Signifikasi (p)=0,008
50 PEMBAHASAN
Hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado
Hasil analisa hubungan kedua variabel dengan uji Spearman Rho yakni, nilai signifikasi (p) = 0,008 sedangkan koefisien korelasi yang diperoleh adalah (r) = 0,655. Artinya tingkat hubungan dari kedua variabel tersebut adalah kuat. Dengan demikian Ha diterima atau hal itu berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Asumsi Pribadi
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan 2 asumsi pribadi, yakni:
1) Tingkat kecemasan pada kehamilan pertama cenderung tinggi
2) Kemampuan profesional internal dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat di RS Permata Bunda belum berjalan secara maksimal.
1) Tingkat kecemasan pada kehamilan pertama cenderung tinggi
Berdasarkan analisa lebih lanjut terhadap hasil penelitian, penulis menyatakan bahwa tingkat kecemasan pada kehamilan pertama cenderung meningkat.
Alasannya adalah dari 29 responden, 14 diantaranya mengalami kehamilan untuk pertama kalinya. Dari 14 responden tersebut, ada 6 responden (42,9%) mengalami kecemasan berat, 5 responden (35,7%) mengalami kecemasan sedang, sementara 3 responden (21,4%) mengalami kecemasan ringan. Hasil analisa ini menunjukkan, tidak ada satu pun responden dalam masa kehamilan pertama yang tidak mengalami kecemasan. Semua responden yang hamil pertama kali cenderung mengalami kecemasan, mulai dari kecemasan ringan, sedang, dan bahkan kecemasan berat. Asumsi ini didukung oleh beberapa landasan teori. Wulandari (2006), menyatakan bahwa seorang ibu yang akan bersalin untuk pertama kalinya biasanya memiliki ketakutan yang berupa kebingungan dan mengembangkan reaksi kecemasan terhadap cerita yang mengerikan. Dampak dari proses fisiologis dapat timbul pada perilaku sehari-hari, seperti ibu hamil menjadi mudahmarah / tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan ingin lari dari kenyataan hidup (Wulandari, 2006). Sementara itu, Niknsifa (2012) juga menyatakan bahwa pada primigravida mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri yaitu terkait pelahiran (nyeri, kehilangan kendali dan hal-hal lain yang tidak diketahui.
2) Kemampuan profesional internal dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat di RS Permata Bunda belum berjalan secara maksimal.
Berdasarkan hasil analisa komunikasi terapeutik perawat di RS Perrmata Bunda Manado, penulis berasumsi bahwa secara umum, komunikasi terapeutik perawat di RS Permata Bunda Manado terkesan kurang. Alasannya adalah dari 29 responden yang paling banyak adalah responden yang menilai komunikasi terapeutik perawat pada kategori cukup, yaitu 13 responden (44,8%). Sedangkan untuk kategori komunikasi terapeutik baik, hanya ada 9 responden (31%). Sedangkan 7 responden (24,1%) menilai komunikasi terapeutik perawat masih kurang. Jadi, rata-rata responden menilai bahwa komunikasi terapeutik perawat di RS Permata Bunda Manado dalam kategori cukup. Sedangkan jika kita membandingkan komunikasi terapeutik perawat dalam kategori baik dengan komunikasi terapeutik perawat dalam kategori kurang, maka selisihnya hanya berjark 2 responden saja, atau hanya berjarak 5,9%. Hal ini semakin menegaskan bahwa komunikasi terapeutik perawat terhadap responden terkesan lemah atau masih jauh dari hasil ideal. Konsekuensinya, tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi terapeutik perawat di RS Permata Bunda belum maksimal. Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Denah (2009) dalam Devi Shintana, (2012) dengan judul “Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi terapeutik dengan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Karawang”, menunjukkan bahwa sebanyak 52,1% responden melaksanakan komunikasi terapeutik kurang. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fatmawati (2007) dalam Devi Shintana, (2012) tentang persepsi pasien tentang komunikasi terapeutik perawat dengan sampel sebanyak 40 di ruang bedah, menyatakan bahwa teknik komunikasi terapeutik yang dipraktikan perawat masih kurang efektif, yang disebabkan antara lain karena masih banyak perawat yang menggunakan istilah medis yang masih sulit dipahami dan dimengerti oleh para pasien.
51 Simpulan
1. Komunikasi Terapeutik di Rumah Sakit Permata Bunda Manado dengan presentasi yang tertinggi ada pada kategori cukup. 2. Tingkat kecemasan para ibu hamil yang
dirawat di Rumah Sakit Permata Bunda Manado, berada pada tingkat kecemasan sedang.
3. Ada hubungan yang kuat antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado. Hasil penelitiannya adalah 13 responden yang komunikasi terapeutik cukup dengan persentasi 44,8%, sedangkan pada
tingkat kecemasan yakni tingkat kecemasan ringan dan sedang, masing-masing sebanyak 8 responden dengan peresentasi 27,6%. Dari hasil analisa hubungan kedua variabel di atas dengan menggunakan uji Spearman Rho, nilai signifikasi (p) = 0,008 sedangkan koefisien korelasi yang diperoleh adalah (r) = 0,655 yang berarti tingkat hubungan dari kedua variabel tersebut adalah kuat. Dengan demikian Ha diterima atau hal itu berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan ibu hamil di Rumah Sakit Permata Bunda Manado.
Saran
1. Bagi tempat penelitian
Komunikasi terapeutik merupakan hal yang bermanfaat bagi perawat untuk lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien dan menjadi bagian rutinitas dari pelaayanan keperawatan, oleh karena itu komunikasi terepeutik perlu dibiasakan dan menjadi satuan operasional prosedur. 2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya melihat komunikasi terapeutik yang berhubungan dengan
kecemasan dan masih banyak masalah lainnya maka dari itu disarankan agar peneliti selanjutnya mengembangkan penelitiaan ini.
3. Bagi perawat
Disarankan agar informasi yang didapatkan dapat dijadikan sebagai acuan pembelanjaran, terutama dalam membantu pelayanan dalam praktik keperawatan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bach & Grant. 2011. Communication &
Interpersonal Skill in Nursing, Second Edition. UK. Learning Matters.
Elvira M. 2010. Tingkat Kecemasan Ibu
Primigravida dan Multigravida Menjelang Persalinan di Klinik Hj Hamidah Nasution. Karya Ilmiah.
Leveno. 2009. Obstetri Wiliams: Panduan
Ringkas. EGC. Jakarta.
Notoadmojo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineke Cipta. Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Octa, et al, 2015. Cara Mudah Menjadi Bidan
Yang Komunikatif. Deepublish. Yogyakarta.
PAAI. Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol. 1, Nomor
1, Maret 2013.
Shintana, Devi O.S. 2012. Hubungan
Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi Terapeutik Terhadap Perilaku Perawat Saat Berkomunikasi Dengan Pasien di RSDU Dr. Pirngadi Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.