• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DI TINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KEIRSEY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DI TINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN KEIRSEY"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

145

PROSES BERPIKIR MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH MATEMATIKA DI TINJAU DARI

TIPE KEPRIBADIAN KEIRSEY

Khusnul Khamidah

1

, Septuri

2

, Suherman

3 1

Alumnus Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan

2

IAIN Raden Intan

3

Pendidikan Matematika, IAIN Raden Intan, suherman_alghifari@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir matematis

siswa dalam meyelesaikan masalah matematika ditinjau dari tipe kepribadian

Keirsey. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-deskriptif. Subjek

penelitian yang diambil adalah siswa MAN 2 Tulang Bawang Barat kelas XI

dengan cara purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 2 orang dari

masing-masig tipe kepribadian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi

teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah konsep Miles dan Huberman,

yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari masing-masing siswa yang

bertipe kepribadian Keirsey dalam memecahkan masalah matematika lebih

cenderung pada siswa yang bertipe kepribadian Guardian. dalam memecahkan

masalah matematika di mulai dengan penerimaan informasi yang ditandai dengan

memahami masalah meliputi mengetahui apa yang diketahui (M1), mengetahui

apa yang ditanyakan (M2), mengetahui syarat-syarat yang diperlukan dalam

pemecahan masalah (M3), serta membuat model maematika dari masalah dengan

pengertian sendiri (M4). Kemudia dilanjutkan dengan pengolahan informasi yang

ditandai dengan melaksanakan rencana penyelesaian dari masalah (R1) dan

dilanjutkan dengan melaksanakan pelaksanaan rencana untuk mendapatkan

jawaban (P1), namun langkah-langkahya kurang lengkap. Sedangkan dalam

pengecekan kembali jawaban (C1) siswa melakukan pengecekan kembali,

kemudian dalam menarik kesimpulan (C2), siswa menarik kesimpulan hanya pada

sebagian tes.

Kata Kunci : Proses berpikir matematis, Kepribadian Keirsey

PENDAHULUAN

Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi dalam kurikulum matematika yang harus dimiliki siswa. Melalui kegiatan pemecahan masalah, aspek-aspek yang penting dalam pembelajaran matematika dapat dikembangkan dengan baik. Di dalam dunia pendidikan matematika, biasanya masalah merupakan pertanyaan atau soal matematika yang harus dijawab atau direspon.

Berdasarkan prapenelitian melaluli wawancara dengan seorang guru bidang studi matematika di MAN 2 Tulang Bawang Barat bernama Bapak Masagus Romli

(2)

146

menyatakan bahwa pembelajaran matematika masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional, didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber belajar, dan siswa masih merasa pasif menerima apa yang disampaikan guru. Kegiatan siswa meliputi siswa datang, duduk, menulis materi yang telah dituliskan oleh guru di papan tulis, mendengarkan guru menjelaskan materi dan mengerjakan tugas.

Keadaan ini menjadikan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, tingkat perhatian siswa rendah, dan cepat bosan bila mendengarkan penjelasan dari guru, serta banyak siswa yang ngantuk, malas mengerjakan tugas ketika mengikuti pembelajaran matematika. Hanya beberapa siswa yang aktif itu saja yang lebih mendominasi didalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

Berangkat dari pembelajaran guru MAN 2 Tulang Bawang Barat, yang masih konvensional maka berdampak pada hasil belajar siswa pada materi statistika, banyak siswa yang mengalamai kesulitan memahami penyajian data dalam bentuk tabel, grafik maupun diagram dan masih banyak pula yang kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan membuat tabel frekuensi, menentukan rata-rata, median, modus. Kebanyakan siswa bekerja kurang memperhatikan langkah-langkah penyelesaianya. Hanya sebagian kecil siswa yang berhasil menuntaskan belajarnya. Siswa hanya mementingkan hasil akhir jawabanya, sehingga banyak langkah-langkah yang tidak di tempuh padahal merupakan langkah yang menentukan hasil jawaban akhir.

Beberapa ahli menemukan beberapa cara dalam menyelesaikan masalah matematika, diataranya adalah Polya. Model pemecahan masalah menurut Polya terdiri dari empat model pemecahan masalah yang tersusun secara praktis dan sistematis. Dengan adanya langkah-langkah tersebut siswa dapat menyelesaikan masalah matematika dengan mudah. Lagkah-langkah dalam memecahkan masalah menurut Polya diantaranya adalah analyzing and understanding a problem, designing and planning a solution, exploring solution to difficult problem, verifying a solution.

Langkah pertama dalam pemecahan masalah matematika menurut Polya, yaitu analyzing and understanding a problem menganalisis dan memahami masalah. Pada langkah ini, siswa harus dapat menganalisis dan memahami masalah yang ada dengan cara menetukan dan mencari apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada masalah tersebut. Langkah kedua yaitu designing and planning a solution merancang dan merencanakan solusi. Pada langkah ini, siswa harus dapat merancang dan merencanakan solusi yang ada berdasarkan apa yang telah diketahui dan ditanyakan pada masalah sesuai dengan langkah pertama. Langkah ke tiga yaitu exploring solution to difficult problem mencari solusi dari masalah. Pada langkah ini, siswa harus menentukan solusi untuk

(3)

147

dapat menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan rencana yang telah dibuat pada langkah kedua. Langkah ke empat yaitu verifying a solution memeriksa solusi. Pada langkah ini siswa harus dapat memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh, apakah jawabanya sudah benar dan sesuai dengan apa yang ditanyakan pada masalah atau belum. Peserta didik tidak dapat menghindari dari kesulitan dalam belajar matematika. Harus disadari bahwa pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Menghindar dari kesulitan termasuk dalam belajar matematika hanya untuk tujuan pragmatis, mencari mudahnya saja, sama artinya dengan menjerumuskan diri dalam kebodohan, dan akan berhadapan dengan kesulitan lain yang lebih besar. Oleh karena itu siswa perlu berusaha memotivasi diri untuk lebih menyenangi matematika. Siswa perlu menanamkan dalam benaknya bahwa matematika itu penting (Yuwono, 2010).

Topik tentang pemecahan masalah dimungkinkan akan terus mendominasi diskusi tentang kurikulum matematika di abad ke dua puluh satu. Para matematikawan, pendidik matematika, ahli psikologi, dan guru terus bekerja keras untuk mencari prosedur yang cocok sehingga membantu murid-murid menjadi pemecah masalah dalam situasi di dunia nyata (Yuwono, 2010:78).

Dalam memecahkan masalah, siswa melakukan proses berpikir dalam benak sehingga siswa dapat sampai pada jawaban. Dalam pemecahan masalah matematika, tidak hanya kemampuan untuk menyelesaikan masalah saja yang diperlihatkan oleh siswa, tetapi juga diperlukan proses berfikir siswa yang baik. Proses berfikir tersebut biasanya akan terjadi sampai siswa berhasil memperoleh jawaban yang benar.

Mengetahui proses berpikir peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah matematika sebenarnya sangat penting bagi guru. Dengan mengetahui proses berpikir siswa, guru dapat melacak letak dan jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Hasil pengamatan terhadap kondisi peserta didik akan membuahkan suatu kesimpulan bahwa setiap peserta didik selalu mempunyai perbedaan. Perbedaan harus diterima dan dimanfaatkan dalam belajar. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat dijadikan sumber informasi belajar dan pemahaman bagi siswa itu sendiri. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pasti sangat beragam, oleh karena itu proses berpikirnya pun pasti tidaklah sama (Dewiyani, 2012:1-10).

Perbedaan tingkah laku pada setiap individu, peserta didik, maupun pengajar terjadi karena pengaruh dari kepribadian yang berbeda-beda. Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia sangat bermacam-macam, bahkan mungkin sama banyak dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam

(4)

148

tipe-tipe tertentu, karena mereka berpendapat bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesama manusia dengan baik. David Keirsey, seorang ahli bidang psikologi dari California State University, menggolongkan tipe kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu : Guardian, Artisan, Rational, dan Idealist (M.T. Dewiyani: 2009).

Tingkah laku dari seseorang merupakan cerminan hal yang Nampak dari apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang tersebut. Implikasi dari pernyataan ini adalah, kalau seseorang hendak mengetahui hal yang dipikirkan oleh orang lainnya, dapat dibaca melalui tingkah lakunya. Dalam dunia pendidikan, untuk mengetahui pemikiran seorang peserta didik mengenai pengerjaannya terhadap soal tertentu, tentunya bukan dilihat dari tingkah lakunya, akan tetapi secara spesifik dari hasil pekerjaan peserta didik.

Walaupun sebenarnya tidak ada yang salah atau benar dari cara belajar maupun metode mengajar, karena hal itu merupakan cerminan dari masing-masing kepribadian, akan tetapi jika seorang peserta didik masuk dalam lingkungan dengan cara belajar yang tidak sesuai dengan cara belajarnya, tentu akan sangat berpengaruh pada hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalahan penelitian ini adalah “proses

berpikir matematis siswa yang bertipe kepribadian manakah yang lebih dominan,

dalam menyelesaikan permasalahan matematika khususnya pada siswa MAN 2

Tulang Bawang Barat Kelas XI IPA?”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penlitian kualitatif. Data yang diperoleh pada penelitian ini berupa hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan siswa. Wawancara dilakukan pada saat siswa sudah menyelesaikan atau memecahkan masalah matematika berdasarkan tipe kepribadian. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini subyek yang digunakan adalah 8 orang siswa kelas XI program ilmu alam MAN 2 Tulang Bawang Barat semester genap tahun ajaran 2015/2016. Delapan siswa tersebut terdiri dari 2 orang siswa bertipe kepribadian Guardian, 2 orang siswa bertipe kepribadian Artisant, 2 orang siswa bertipe kepribadian Rational, dan 2 orang siswa bertipe kepribadian Idealis. Alasan memilih siswa kelas XI sebagai subyek penelitian, siswa kelas XI sudah memeiliki pengalaman belajar yang cukup, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan soal-soal tentang pemecaha masalah, jumlah jam pelajaran matematika pada kelas XI ilmu alam lebih banyak di banding dengan kelas XI ilmu social, dan lebih mudah diwawancarai untuk memperoleh data akurat yang dubutuhkan pada penelitian ini.

(5)

149

Sebelum menentukan subyek penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan tes penggolongan tipe kepribadian yang dibuat oleh David Keirey. Peneliti menggunakan satu kelas untuk memberikan tes penggolongan tipe kepribadian Keirsey. Dari hasil tes tersebut dipilih 2 orang siswa tipe kepribadian Guardian, 2 orang siswa tipe kepribadian Artisan, 2 orang siswa tipe kepribadian Rational, dan 2 orang siswa tipe kepribadian Idealis. Dengan meminta pertimbangan dari guru. Pertimbangan tersebut terkait dengan salah satu kriteria penentuan subyek yaitu dipilih siswa yang dapat mengungkapkan secara bagus.

Soal tes penggolongan tipe kepribadian menggunakan The Keirsey Temperament Sorter (KTS) yang dibuat oleh David Keirsey. Soal tesebut menggunakan bahasa Inggris sehingga harus di terjemahkan dalam bahasa Indonesia untuk mempermudah siswa dalam mengerjakan dan memahami tes tersebut. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Proses analisis data menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Uji keabsahan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik, yang berarti peneliti menggunakan pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. peneliti menggunakan tes soal pemecahan masalah dan wawancara untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diatas dapat dilihat bahwa

pada masalah yang pertama meliputi menganalisis dan memahami masalah,

merancang dan merencanakan solusi, mencari solusi dari masalah, memeriksa

solusi berikut rangkuman hasil proses berpikir siswa pada masalah pertama. Kode

“P” berarti Peneliti. Kode “G.2” berarti Guardian pertama. Kode “G.3” berarti

Guardian ketiga. Kode “A.1” berarti Artisan pertama. Kode “A.3” berarti Artisan

ketiga. Kode “I.1” berarti Idelaist pertama

Tabel 1. Rangkuman Hasil Proses Berpikir Siswa pada Masalah Pertama Tipe

Kepribadian Siswa

Proses Berpikir Yang Digunakan Menganalisis Dan Memahami Masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa Solusi G.2 Dapat membaca masalah 1. Pada saat menyusun perencanaan 1. Dapat mengguakan rencana 1. Tidak memeriksa jawaban

(6)

150

Tipe Kepribadian

Siswa

Proses Berpikir Yang Digunakan Menganalisis Dan Memahami Masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa Solusi secara keseluruhan masalah subjek G.2 mengaitkan dan menyebutkan beberapa yang ia ketahui tentang cara membuat tabel idstribusi frekuensi 2. Dapat menentukan rumus tepi atas dan tepi bawah kelas yang subjek ketahui

pemecahan masalah dari awal yaitu dapat meyebutkan dengan benar yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah. 2. Belum dapat menyelesaikan masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun. (membuat tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah menentukan range, banyak kelas, panjang kelas, batas atas kelas dan batas bawah kelas lalu membuat tabel). 2. Tidak menuliskan apa yang telah dikerjakan pada proses ini. G.3 1. Dapat dengan mudah menyebutk an apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 1. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek G.3 mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui untuk menyempurnakan tabel ditribusi frekuensi. 1. Tidak dapat menyelesaiakan masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yag telah disusun (siswa hanya memuat tabel ditribusi frekuensi dengan sepengetahuan siswa saja, sehingga jawaban yang 1 memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh. 2 meyakini jawaban yang telah diperoleh sehingga siswa tidak mengganti jawabanya.

(7)

151

Tipe Kepribadian

Siswa

Proses Berpikir Yang Digunakan Menganalisis Dan Memahami Masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa Solusi peroleh belum tepat.) A.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruha n 2. Dapat dan mudah menyebutk an apa yang diketahui pada masalah dan menyebutk an apa yang ditanyakan . 1. Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.1 tidak dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 2. Tidak dapat mebuat tabel ditribusi frekuensi 1. Belum dapat menjewab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan jawaban yang diperoleh belum tepat. 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat. Hanya mebuat coret-coretan pada kertas. A.3 1. Dapat menyebutk an apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 1. Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.3 tidak dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 2. Tidak dapat mebuat tabel ditribusi frekuensi 1. Belum dapat menjewab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan jawaban yang diperoleh belum tepat. 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat. I.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruha n 2. Dapat dan mudah 1. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek I.1 mengaitkan dan menyebutkan beberapa yang ia ketahui tentang cara membuat tabel distribusi 1. Belum dapat mejawab masalah sesuai dengan langkah- langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan tabel ditribusi yang 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat.

(8)

152

Tipe Kepribadian

Siswa

Proses Berpikir Yang Digunakan Menganalisis Dan Memahami Masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa Solusi menyebutk an apa yang diketahui pada masalah dan menyebutk an apa yang ditanyakan . frekuensi. 2. Dapat membuat tabel distribusi frekuensi sesuai kemampuan siswa dilakukan belum tepat.

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan di atas dapat dilihat bahwa

pada masalah yang pertama meliputi menganalisis dan memahami masalah,

merancang dan merencanakan solusi, mencari solusi dari masalah, memeriksa

solusi berikut rangkuman hasil proses berpikir siswa pada masalah kedua:

Tabel 2. Rangkuman Hasil Proses Berpikir Siswa Pada Masalah Kedua Tipe

kepribadian Siswa

Proses berpikir yang digunakan Menganalisis Dan Memahami masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa solusi G.2 1 Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2 Dapat dengan mudah menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah. 1. Dapat menyebutkan pengetahuan pendukung (siswa dapat menuliskan rumus tabel ditribusi kumulatif “lebih dari”) Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek G.2 mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui untuk menyempurnakan tabel ditribusi frekuensi. 1. Dapat menyelesaiaka n masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yag telah disusun (siswa hanya membuat tabel frekuensi kumulatif “lebih dari”. da ogive positif. meki jawaban yang diperoleh 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat. Hanya mebuat coret-coretan pada kertas.

(9)

153

Tipe kepribadian

Siswa

Proses berpikir yang digunakan Menganalisis Dan Memahami masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa solusi belum tepat). G.3 1. Dapat membaca apa yang diketahu dan apa yang ditanyakan dari masalah. 2. Dapat dengan mudah menyebutkan apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 1. Dapat menyebutkan pengetahuan pendukung (siswa dapat menuliskan rumus tabel ditribusi kumulatif “kurang dari” dan “lebih dari”) 2. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek G.3 mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui untuk menyempurnakan tabel ditribusi frekuensi. 1. Dapat menjawab masalah dengan berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun mulai mebuat tabel frekuensi kumaltif “kurang dari”. 2. Degan membuat taebel frekuensi kumulatif kemudian menentukan ogive positif dan ogive negatif sehingga siswa dapat mendapatkan jawaban meskipun jawaban yang diperoleh belum sesui dengan yang diminta. 1. siswa memeriksa kembali jawaban yang didapat. 2. Meyakini hasil pemecahan masalah yang diperoleh

(10)

154

Tipe kepribadian

Siswa

Proses berpikir yang digunakan Menganalisis Dan Memahami masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa solusi A.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2. Dapat dan mudah menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan. 1. Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.1 tidak dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 2. Tidak dapat mebuat tabel ditribusi frekuensi 1. Belum dapat menjewab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan jawaban yang diperoleh belum tepat. 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat. Hanya mebuat coret-coretan pada kertas. A.3 1. Dapat menyebutkan apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 1 Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.3 tidak dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 2 Tidak dapat mebuat tabel ditribusi frekuensi 1. Belum dapat menjewab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan jawaban yang diperoleh belum tepat. 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan dikarenakan siswa tidak dapat menjawab pertayaan. I.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2. Dapat dan mudah menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan. 1. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek I.1 mengaitkan dan menyebutkan beberapa yang ia ketahui tentang cara membuat ogive negatif dan ogive positif. 2. Tidak dapat

membuat tabel frekuensi kumulati “urang dari” dan “lebih dari” 1. Belum dapat mejawab masalah sesuai dengan langkah- langkah pemecahan masalah yang telah disusun dan hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diminta. 1. Tidak memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat.

(11)

155

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan di atas dapat dilihat bahwa

pada masalah yang pertama meliputi menganalisis dan memahami masalah,

merancang dan merencanakan solusi, mencari solusi dari masalah, memeriksa

solusi berikut rangkuman hasil proses berpikir siswa pada masalah ketiga:

Tabel 3. Rangkuman Hasil Proses Berpikir Siswa Pada Masalah Ketiga Tipe

kepribadian Siswa

Proses berpikir yang digunakan Menganalisis Dan Memahami masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa solusi G.2 1 Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2 Dapat dengan mudah menyebutkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah. 1. Dapat menyebutkan pengetahuan pendukung tentang diagram (lingkaran, batang. histogram) 2. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek G.2 mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui untuk menyempurnaka n gambar diagram. 1. Dapat menyelesaiakan masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yag telah disusun (siswa dapat menbuat diagram lingkaran, diagram batang, histogram dan poligon frekuensi.denga n benar. 1. Dapat memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat. Hanya mebuat coret-coretan pada kertas. G.3 1 Dapat membaca apa yang diketahu dan apa yang ditanyakan dari masalah. 2 Dapat dengan mudah menyebutkan apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 1. Dapat menyebutkan pengetahuan pendukung tentang diagram (lingkaran, batang. histogram) 2. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek G.3 mengaitkan pengetahuan yang telah diketahui untuk menyempurnakan gambar diagram. 1. Dapat menjawab masalah dengan berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun mulai mebuat diagram. 1 Dapat memeriksa kembali hasil yang diperoleh. 2 Meyakini terhadap langkah pemecahan masalah yang dilakukan.

(12)

156

Tipe kepribadian

Siswa

Proses berpikir yang digunakan Menganalisis Dan Memahami masalah Merancang Dan Merencanakan solusi Mencari solusi Dari masalah Memeriksa solusi A.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2. Dapat dan mudah menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan. 1. Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.1 dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 1 Dapat menjewab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun 1. Dapat meneliti lagkah pemecahan masalah yang telah disusun. A.3 1. Dapat menyebutkan apa yang diketahui apa yang ditanyakan dari masalah 2. Dapat dan mudah menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan 1. Pada saat menyususn perencanaan masalah, subjek A.3 dapat mengaitkan apa yang diketahui dengan apa yang ditanyakan 2. siswa dapat membuat diagram 1. Dapat menjawab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun meski ada jawaban yang tidak dijawab. 1. Memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan I.1 1. Dapat dengan mudah mebaca masalah secara keseluruhan 2. Dapat dan mudah menyebutkan apa yang diketahui pada masalah dan menyebutkan apa yang ditanyakan. 1. Pada saat menyusun perencanaan masalah subjek I.1 mengaitkan dan menyebutkan beberapa yang ia ketahui tentang cara membuat ogive negatif dan ogive positif. 1. Dapat menjawab masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang telah disusun meski ada jawaban yang tidak dijawab. 1. Dapat memeriksa solusi langkah demi langkah pekerjaan yang telah dibuat.

(13)

157

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pengambilan data menggunakan

dua teknik yang berbeda yaitu teknik observasi dan teknik wawancara, tidak

ditemukan perbedaan data yang diperoleh, yaitu untuk memahami masalah siswa

tidak merasa kesulitan dalam memahami masalah siswa dapat menentukan apa

yang diketuhi dan apa yang ditanyakan dari soal. Meskipun terdapat sedikit

kesulitan untuk memahami masalah nomor satu, akhirnya siswa dapat memahami

masalah dengan cara membaca sola secara berulang-ulang.

Penyusunan rencana penyelesaian pada soal nomor satu semua subjek

penelitian tidak dapat menentukan metode atau cara menyelesaikan masalah.

siswa G.2 dan G.3 dapat dengan lancar menentukan metode atau cara apa yang

akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswa A.1 dan A.2 tidak dapat

menentukan cara atau metode yang digunakan dalam meyelesaikan masalah,

subjek menyelesaikan masalah berdasarkan pemahaman siswa saja. sedangkan

siswa I.1 tidak menuliskan metode secara lengkap dan utuh dalam menyelesaikan

masalah sehingga hasil yag diperoleh salah.

Analisis proses berpikir siswa Guardian dalam memecahkan masalah

matematika mengacu pada langkah-langkah Polya, dimulai dari proses berpikir

siswa dalam memahami masalah, menyusun recana penyelesaian, menyelesaikan

masalah ssuai perencanaan, sampai memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa siswa Guardian dalam

memahami masalah baik pada masalah pertama, kedua, dan ketiga siswa dapat

secara langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan hal yang ditanyakan

pada masalah dengan lancar dan benar. Siswa tidak memerlukan informasi lain

untuk bisa menyelesaikan masalah selain hal yang diketahui pada masalah dan

siswa menggunakan semua hal yang diketahui untuk bisa menyelesaikan masalah

tersebut. dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dapat memahami

masalah.

Hasil analisis data berikutnya adalah siswa Guardian menyusun rencana

penyelesaian, baik pada masalah pertama sampai ketiga. dalam menyusun rencana

penyelesaian, siswa dapat menentukan dengan lancar langkah apa saja yang

digunakan untuk bisa menyelesaikan masalah kecuali pada masalah nomor satu,

pada soal nomor satu siswa tidak dapat menyusun rencana penyelesaian. Siswa

(14)

158

kesulitan menentukan langkah-langkah membuat tabel distribusi frekuensi.

Sehingga siswa memutuskan untuk tidak menulisakan jawaban. Dalam menyusun

rencana penyelesaian pada masalah nomor dua siswa Guardian tidak keseluruhan

dalam menuliskan langkah penyelesaianya sedang pada masalah nomor tiga siswa

Guardian dapat menelesaikan masalah dengan benar. dengan demikin dapat

dikatakan bahwa aiawa Guardian dapat menyelesaikan masalah dengan

perencanaan.

Pemeriksaan kembali hasil yang telah diperoleh, siswa Guardian meyakini

dari hasil yang telah diperolehnya, siswa dapat dengan lancar cara untuk

memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya, yaitu dengan melihat

kesesuaian antara hasil yang telah diperoleh dengan hal yang diketahui pada

masalah. dengan demikian, dapat dikatakan bahawa siswa Guardian memriksa

kembali hasil yang telah diperoleh.

Analisis porises berpikir yang dilakukan siswa Artisan dalam memecahkan

masalah matematika mengacu pada langkah-langkah polya, di mulai dari proses

berpikir siswa dalam menganalisis masalah, menyusun rencana penyelesaian,

menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaan, sampai memeriksa kembali

hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa siswa Artisan dalam

memahami masalah baik pada masalah pertama maupun masalah ketiga, siswa

dapat secara langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan hal yang

ditanya pada masalah denganlancar dan benar, baik pada masalah pertama

maupun masalah ketiga. siswa tidak memerlukan informasi lain untuk dapat

menyelesaikan masalah selain hal-hal yang telah diketahui pada masalah dan

siswa menggunakan semua hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah

tersebut. dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dapat menganalisis dan

memahami masalah.

Hasil analisis data selanjutnya adalah siswa Artisan dalam memnyusun

rencana penyelesaian, pada masalah pertama dan kedua siswa Artisan baik A.1

dan A.2 tidak dapat menentukan langkah apa saja yang akan digunakan untuk

menyelesaikan masalah dengan lancar dan benar. siswa tidak dapat menyebutkan

apa saja langkah-langkah yang akan digunakan sehingga siswa tidak mendapatkan

(15)

159

jawaban yang benar. siswa merasa kesulitan untuk menentukan langkah

penyelesaian masalah. sedangkan pada masalah ke tiga siswa A.1 dan A.2 dapat

menentukan langkah apa yang akan digunakan dalam memnyelesaikan masalah

ketiga, namun sedikit kurang lancar.

Penyelesaian masalah sesuai dengan perencanaan, siswa Artisan tidak dapat

meyelesaikan masalah pertama dan kadua, pada masalah ketiga siswa A.1 dan A.2

dapat meyelesaikan masalah sesuia dengan perencanaan yang telah dibuat pada

langkah sebelunya yaitu dengan menggambar diagram lingkaran, batang. siswa

tidak menuliskan rumus dalam membuat diagram lingkaran dan hanya

mengira-ngira saja. dengan demikian siswa melakuka proses berpikir dalam menyelesaikan

permasalahan sesuai perencanaan pada masalah nomor tiga.

Pemeriksaan kembali hasil yang elah diperoleh, siswa Artisan tidak dapat

meyakini hasil yang telah diperoleh, pada hasil jawaban nomor tiga. siswa tidak

menentukan dengan lancar dan benar rumus membuat diagram lingkaran siswa

hanya mengira-ngira jawaban. dengan demikin siswa Artisan tidak melakukan

proses berpikir dalam memeriksa kemabli hasil yang diperoleh.

Analisis proses berpikir yang dilakukan siswa Idealist dalam memecahkan

masalah matematika mengacu pada langkah-langkah polya, di mulai dari proses

berpikir siswa dalam menganalisis masalah, menyusun rencana penyelesaian,

menyelesaikan masalah sesuai dengan perencanaan, sampai memeriksa kembali

hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa siswa Idealist dalam

memahami masalah baik pada masalah pertama maupun masalah ketiga, siswa

dapat secara langsung mengidentifikasi hal-hal yang diketahui dan hal yang

ditanya pada masalah denganlancar dan benar, baik pada masalah pertama

maupun masalah ketiga. siswa tidak memerlukan informasi lain untuk dapat

menyelesaikan masalah selain hal-hal yang telah diketahui pada masalah dan

siswa menggunakan semua hal yang diketahui untuk menyelesaikan masalah

tersebut. dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dapat menganalisis dan

memahami masalah.

Hasil analisis data selanjutnya adalah siswa Idealist dalam menyusun

rencana penyelesaian, pada masalah pertama siswa Idealist tidak dapat

(16)

160

menentukan langkah apa saja yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah

dengan lancar dan benar. siswa tidak dapat menyebutkan apa saja

langkah-langkah yang akan digunakan sehingga siswa tidak mendapatkan jawaban yang

benar. siswa merasa kesulitan untuk menentukan langkah penyelesaian masalah.

sedangkan pada masalah ke kedua dan tiga siswa Idealist dapat menentukan

langkah apa yang akan digunakan dalam memnyelesaikan masalah ketiga, namun

sedikit kurang lancar. dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa Idealist

dapat menyusun rencana penyelesaian.

Penyelesaian masalah sesuai dengan perencanaan, siswa Idealist tidak dapat

meyelesaikan masalah pertama dan kadua, pada masalah ketiga siswa Idealist

dapat meyelesaikan masalah sesuia dengan perencanaan yang telah dibuat pada

langkah sebelunya yaitu dengan menggambar diagram lingkaran, batang. dengan

demikian siswa melakuka proses berpikir dalam menyelesaikan permasalahan

sesuai perencanaan pada masalah nomor tiga.

Pemeriksaan kembali hasil yang elah diperoleh, siswa Idealist baik pada

masalah pertama maupun kedua dan ketiga. siswa dapat meyakini kebenaran dari

hasil yang telah diperoleh, pada masalah ketiga. siswa dapat menentukan dengan

lancar dan benar cara memeriksa kembali hasil yang telah diperolehnya, yaitu

dengan melihat kesesuaian antara hasil yang telah diperoleh dengan yang

diketahui pada masalah. dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa Idealist

melakukan proses berpikir dalam memeriksa kembali hasil yang telah diperoleh.

Berdasarkan dari hasil wawancara terlihat bahwa selama siswa

menyelesaikan masalah, siswa tidak pernah mengeluh terhadap maslaah yang

diberikan. jika siswa mengalami keraguan dalam menyelesaikan masalah, siswa

tidak pernah putus asa dan selalu berusaha untuk bisa menyelesaikan masalah,

siswa tidak pernah putus asa dan berusaha untuk bisa menyelesaikan masalah

tersebut sehingga mendapatkan hasil yang baik. siswa tidak begitu saja percaya

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa selama siswa menyelesaikan

masalah, siswa tidak pernah mengeluh terhadap masalah yang diberikan. jika

siswa mengalmi kesultan dalam menyelesaikan masalah, siswa mencari masalah

lain yang bisa diselesaikan terlebih dahulu sehingga tidak memakan waktu yang

diberikan. siswa melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil yang diperoleh,

(17)

161

siswa meyakini hasil yang telah didapat sehingga siswa tidak mengganti jawaban

yang telah diperoleh.

Hal ini sesuai dengan teori Keirsey yang mengatakan bahwa orang dengan

tipe kepribadian Guardian adalah tipe orang yang konservatif kurang

menyenangi perubahan, kurang menyenangi hal yang baru, pandai dalam

memimpin, teliti, memiliki ingatan yang kuat, mengerjakan sesuatu tepat waktu,

menyukai pengulangan dan drill dalam menerima materi. Lain dengan seseorang

yang bertipe kepribadian Artisan, orang yang bertipe kepribadian Artisan adalah

tipe orang yang senang bertindak sebelum berfikir, mengikuti kata hati,

melakukan sesuatu ketika mendesak, seslalu ingin menjadi perhatian, cenderung

tergesa-gesa, cepat bosan. Sedangkan tipe Idealist adalah tipe orang yang

pengamat yang tajam, lebih suka menyelesaikan tugas secara pribadi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka proses berpikir matematis siswa yang

lebih dominan adalah siswa yang bertipe kepribadian Guardian, dalam

memecahkan masalah matematika di mulai dengan penerimaan informasi yang

ditandai dengan memahami masalah meliputi mengetahui apa yang diketahui

(M1), mengetahui apa yang ditanyakan (M2), mengetahui syarat-syarat yang

diperlukan dalam pemecahan masalah (M3), serta membuat model maematika

dari masalah dengan pengertian sendiri (M4). Kemudia dilanjutkan dengan

pengolahan informasi yang ditandai dengan melaksanakan rencana penyelesaian

dari masalah (R1) dan dilanjutkan dengan melaksanakan pelaksanaan rencana

untuk mendapatkan jawaban (P1), namun langkah-langkahya kurang lengkap.

Sedangkan dalam pengecekan kembali jawaban (C1) siswa melakukan

pengecekan kembali, kemudian dalam menarik kesimpulan (C2), siswa menarik

kesimpulan hanya pada sebagian tes.

Saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, pembelajaran pemecahan

masalah matematika berdasarkan langkah-langkah Polya disarankan kepada guru

matematika sebagai berikut.

(18)

162

1. Guru harus dapat memberikan motovasi dan perhatian yang lebih kepada

siswa yang bertipe kepribadian berbeda-beda pada saat siswa dihadapkan

dengan soal matematika dalam bentuk pemecahan masalah.

2. Guru harus membiasakan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah dengan

menggunakan langkah-langkah Polya untuk mempermudah siswa dalam

menyelesaikan masalah.

3. Dalam memahami masalah, guru harus membiasakan siswa untuk dapat

menuliskan hal-hal yang diketahui dan membiasakan siswa untuk dapat

memerikasa kembali hasil yang telah diperoleh setealh siswa menyelesaikan

masalah. Agar siswa dapt meyakini hasil yang telah diperolehnya.

4. Guru harus membiasakan dan dapat memberikan dorongan kepada siswa agar

siswa dapat lebih kreatif untuk menemukan cara lain dalam menyelesaikan

masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.

Daftar Pustaka

Dewiyani. The Thinking Process Profile The Students of Informatics System

Departement in Solving The Mathematics Problem Based on The Personality

Type and Gender. Proceeding. STIKOM Surabaya. 2012.

M.T. Dewiyani S. Karakteristik Proses Berfikir Siswa Dalam Mempelajari

Matematika Berbasis Tipe Kepribadian. Prosiding Seminar Nasional

Penelitian. Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta. 2009.

Yuwono, Aries. Profil Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika

Ditinjau dari Tipe Kpribadian . Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

2010.

Referensi

Dokumen terkait

memeriksa hasil jawabannya. Proses Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Dimensi Tiga Berdasarkan Tipe Kepribadian Rational Tahap I. Pada tahap ini akan

yaitu 10 tahun.. Deskripsi Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita dengan Langkah-Langkah Polya pada Pokok Bahasan Bentuk Aljabar. Ditinjau dari

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses berpikir mahasiswa dimensi teacher dalam memecahkan masalah matematika dalam memahami masalah, mahasiswa dimensi

data pada siswa ketiga dengan langkah yang sama dengan siswa pertama dan kedua. Menganalisis hasil

Berdasarkan penelitian yang relevan, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses berpikir kreatif matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika persamaan dan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses berpikir siswa yang berkemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan teori pemrosesan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa analisis berpikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah kontekstual

Dengan demikian tahapan proses berpikir kritis siswa dalam melaksanakan penyelesaian masalah sebagai berikut: (1) pada tahap melaksanakan langkah-langkah penyelesaian