• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN KASUS EKSIM DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN KASUS EKSIM DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN MANAJEMEN TERPADU

BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN KASUS EKSIM DI

PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA

DISUSUN

O

L

E

H

IDAWATI

181010510098

DOSEN PEMBIMBING :

CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM

PRODI D-IV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA

(2)

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah

yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

pada Gatal Di Puskesmas Krueng Barona Jaya”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah . Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Aceh Besar, 23 Januari 2019

(3)

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……… ……… ….1 DAFTAR ISI……… ……….…2 BAB I PENDAHULUAN ……… ………....3 1.1 Latar belakang ...3 1.2 Rumusan Masalah ...4 1.3 Manfaat Penelitian ...4 BAB II PEMBAHASAN ………...5 2.1 Pengertian ...5 2.2 Tujuan MTBS...7

2.3 Menanyakan Keluhan Utama ...9

BAB III STUDI KASUS...……….. .12

BAB IV PENUTUP……… ..15

4.1 Kesimpulan ...15

4.2 Saran ...16

(4)

3 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.

Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.

Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran

(5)

4

pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik ingin mengangkat kasus tentang Asuhan Kebidanan Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Krueng Barona Jaya.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Di Puskesmas Krueng Barona Jaya ?

1.3.Manfaat Penulisan

Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.Sehat dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.

Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini, diharapkan agar petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.

Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit atau lebih dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan secara pre-service dan atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.

(6)

5 BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS

(7)

6

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.

Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem. 1) Input

Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan formulir MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu

2) Proses

 Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.

 Memeriksa berat dan suhu badan

 Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan

mendengar stridor

 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi

minum anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor

 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul

Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan yang telah dilatih MTBS)

3) Output

Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan.

Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu: 1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita

sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS dapat memeriksa dan menangani pasien balita)

(8)

7

2) Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi didalam pendekatan MTBS)

3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

2.2. TUJUAN MTBS

 Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait penyakit tersering pada balita.

 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7 hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS

(9)

8

mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.

Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas tersebut.

Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan. Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana, sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatif software berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2 tujuan:

1) Untuk adaptasi pedoman MTBS

2) Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

 Apakah anak bisa minum/menyusu?

 Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

(10)

9 2.3. Menanyakan Keluhan Utama

Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.

Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.

Menilai diare dan klasifikasinya

Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka

selanjutnya diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,

ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.

Menilai demam dan klasifikasinya.

Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria,

(11)

10

tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.

Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.

Menilai masalah telinga dan klasifikasinya

Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri

di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita

mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.

Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya

setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa

(12)

11

pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak anemi.

Menasehati ibu.

Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.

Pemberian pelayanan tindak lanjut

Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.

(13)

12

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI & BALITA

Masuk Tanggal/Pukul : 9 Januari 2019 / 09.00 WIB

Diruang Periksa : Ruang MTBS

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

 Identitas Bayi/Balita

Nama : Syahrul Akbar

Umur : 20 bulan

Jenis kelami : Laki-laki

Anak ke : 1

 Identitas Orang Tua

IBU AYAH

Nama : Ny. Y Nama : Tn.p

Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Aceh Suku/Bangsa : Aceh

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta

Alamat : Meunasah baktrieng

2. Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi anaknya

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan anaknya Gatal - Gatal selama 2 hari

4. Riwayat alergi makanan/obat

Ibu mengatakan tidak ada alergi obat atau makanan

5. Riwayat Imunisasi : Lengkap

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

(14)

13

Tanda-tanda vital :

Nadi : 105x/menit

Pernafasan : 32x/menit

Suhu : 36,5oC

Berat Badan(BB) : 9300 gram

Panjang Badan : 73 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Mesochepal, tidak ada benjolan,tidak ada kelainan

lingkar kepala : 44 cm

b. Mata :Simetris, konjumgtiva merah muda,tidak ada sekret

c. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Mulut : Bibir lembab, tidak ada kelainan

e. Telinga : Simetris, ada lubang telinga,bersih

f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar

parotis,tiroid,limfe,dan pembesaran vena jugularis

g. Dada : Simetris,tidak ada retraksi dinding dada

lingkar dada : 45cm

payudara : Simetris

Paru-paru : tidak ada bunyi wheezing

Jantung : Bunyi jantung normal

h. Abdomen : tidak ada massa atau benjolan,perut tidak kembung

i. Ekstremitas atas : Simetris , gerakan aktif,kuku tidak pucat

j. Ekstremitas bawah : Simetris , gerakan aktif,kuku tidak pucat

k. Genitalia : Penis berlubang pada ujung,testis sudah turun pada scrotum

l. Anus : Berlubang

m. Punggung : tidak ada sfinabifida

n. Kulit : tidak ada tanda-tanda dehidrasi

C. ASSASMENT

Diagnosa

Anak umur 20 bulan dengan gatal-gatal Data dasar

DS : Ibu mengatakan anak nya usia 20 bulan

Ibu mengatakan anaknya gatal-gatal sudah 2 hari

DO : TTV : N : 105x/menit BB : 9300 gram

RR : 32x/menit PB : 73 cm

S : 36,5 oC

Pemeriksaan fisik normal

(15)

14

D. PENATALAKSANAAN

 Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya

N : 105x/menit BB : 9300 gram RR : 32x/menit PB : 73 cm

S : 36,5 oC

 Memberikan terapi pada ibu pemberian salycyl talk di tabur di badan .

 Anjuran tidak menggunakan sabun

(16)

15 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

4.2 Saran

Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.

(17)

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008. 2. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang

disampaikan pada Pertemuan

3. Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita Sakit.

4. 4.Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan komunitas.Jakarta:trans info media 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan informan di atas diketahui bahwa pengelola MTBS tidak merasa terbebani dengan melaksanakan MTBS sendiri karena hanya dua balita saja yang

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa ada hubungan antara tatalaksana pelayanan MTBS dengan kejadian pneumonia balita di

MTBS merupakan manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak  usia 0-5 tahun (balita) secara

MTBS merupakan salah satu solusi mengurangi angka kematian dan kesakitan bayi dan balita serta sangat sesuai diterapkan di Puskesmas karena merupakan ujung tombak fasilitas

Seorang petugas mengungkapkan bahwa di puskesmasnya MTBS telah diterapkan pada semua balita sakit dengan modifikasi formulir pengisian, karena jika

Namun untuk pencatatan suhu badan dan tinggi badan tidak dilakukan terbukti dengan tidak adanya catatan suhu badan dan tinggi badan pada lembar tatalaksana balita sakit, padahal

Pada penelitian ini menggambarkan tentang asuhan kebidanan terhadap penatalaksanaan diare tanpa dehidrasi menggunakan pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), yang

PENDAHULUAN Sejak tahun 1996 Departemen kesehatan Bekerja sama dengan WHO mengembangkan pendekatan MTBS Manajemen terpadu balita sakit Dan MTBM Manajemen terpadu balita muda, Di