• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pengertian Manajemen, Persediaan, Efisiensi, Biaya Persediaan dan Bahan Baku

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. TEORI PENUNJANG 2.1. Pengertian Manajemen, Persediaan, Efisiensi, Biaya Persediaan dan Bahan Baku"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

2. TEORI PENUNJANG

2.1. Pengertian Manajemen, Persediaan, Efisiensi, Biaya Persediaan dan Bahan Baku

Proses perencanaan sebagai bagian dari fungsi manajemen dalam suatu hotel sangat diperlukan, sehingga pembelian yang dilakukan tidak hanya berdasarkan perkiraan (forecast) maupun data historis yang mengakibatkan terjadi kelebihan bahkan kekurangan yang pada akhirnya tidak efisien .

2.1.1. Pengertian Manajemen

Menurut James A.F. Stoner (1986: 4) Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Drs. Siswanto (1985: 1) mengatakan: “Manajemen dapat kita lihat sebagai proses yang memadukan kegiatan-kegiatan dari kelompok atau organisasi yang mempunyai tujuan tertentu, dimana para anggotanya memiliki paling sedikit satu tujuan umum.”

Fungsi manajemen menurut Ronald J. Ebert dalam bukunya (1998: 136) Fungsi manajemen terdiri atas:

Perencanaan menunjukkan bahwa para manajer terlebih dahulu memikirkan tujuan dan kegiatannya. Kegiatan tersebut pada umumnya didasarkan pada suatu metode, rencana, atau logika tertentu, dan bukan asal tebak saja.

Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Keefektifan suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengerahkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuannya. Tentu saja, bila pekerjaan organisasi makin terpadu dan terkoordinasi, maka organisasi tersebut akan makin efektif. Salah satu tugas manajer adalah mencapai koordinasi yang sedemikian itu.

Pemimpinan menunjukkan bagaimana para mana jer mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu. Dengan

(2)

menciptakan suasana yang tepat, mereka membantu bawahannya bekerja sebaik mungkin.

Pengendalian berarti para manajer berusaha sedapat mungkin agar organisasi bergerak ke arah tujuannya. Apabila salah satu bagian organisasi bergerak ke arah yang salah, maka para manajer berusaha untuk mencari sebabnya dan kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.

Menurut Manulang (1977: 66) definisi pengendalian adalah: “sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang mudah dilaksanakan, menilai dan mengkoreksi bila perlu dengan maksud supaya pekerjaan sesuai dengan apa yang ditetapkan”.

2.1.2. Pengertian Persediaan

Hotel tanpa adanya persediaan akan mempunyai resiko bahwa suatu saat hotel tidak dapat memenuhi permintaan konsumen yang tiba-tiba maupun tidak mampu memenuhi pesanan tepat waktu, selain itu faktor ketidakpastian akan apa yang akan terjadi dimasa datang merupakan faktor yang memaksa hotel harus mengadakan persediaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1984: 33) istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang berwujud yang:

• Tersedia untuk dijual (barang jadi/barang dagangan).

• Masih dalam proses untuk diselesaikan kemudian dijual (barang dalam proses atau barang olahan).

• Akan dipergunakan dalam produksi barang-barang jadi yang akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Persediaan meliputi barang-barang untuk produksi yang disebut diatas baik yang ada dalam perusahaan, dalam perjalanan maupun yang dititipkan pada pihak lain.

Menurut Dobler (1990: 442) terdapat 4 tipe persediaan, yaitu:

1. Persediaan produksi yaitu barang mentah, bagian dan komponen yang digunakan dalam proses produksi.

2. MRO (mainenance, repair, and operating supplies) inventory atau persediaan pemeliharaan, perbaikan dan barang operasional. Barang persediaan ini digunakan dalam proses produksi tetapi tidak menjadi bagian produk.

(3)

3. Persediaan dalam proses yaitu produk setengah jadi yang terdapat dalam berbagai tahap produksi.

4. Persediaan barang jadi yaitu barang yang sudah selesai, siap untuk diangkut.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa persediaan adalah sejumlah barang dalam berbagai bentuk yang ada dan tersedia untuk digunakan dalam proses produksi.

Bila dilihat dari pengertian manajemen dan persediaan secara terperinci, maka manajemen persediaan dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian secara terkoordinasi atas persediaan atau barang yang akan digunakan dalam produksi.

2.1.3. Pengertian Efisiensi

Efisiensi menurut Stoner dalam bukunya (1986: 14):

“Efisiensi-yakni, kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar-adalah sebuah konsep “masukan-keluaran”. Seorang manajer yang efisien adalah manajer yang mencapai keluaran, atau hasil, yang memiliki sifat-sifat yang dikehendaki masukan (tenaga kerja, bahan-bahan dan waktu) yang dipergunakan untuk mencapai keluaran atau hasil itu. Manajer yang berkemampuan untuk memperkecil biaya sumberdaya yang dipergunakan untuk mencapai tujuan adalah manajer yang bertindak efisien”.

2.1.4. Pengertian Biaya Persediaan

Di dalam persediaan terdapat biaya-biaya yang muncul atau yang biasa disebut sebagai biaya persediaan, berikut ini penulis akan menguraikan biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan adanya persediaan tersebut. Adapun biaya-biaya tersebut adalah biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost).

Menurut Indriyo Gitosudarmo (1982: 47) biaya pemesanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan di dalam melakukan pembelian, mulai saat rencana pembelian, proses pemesanan, penerimaan barang yang dipesan sampai pemeriksaan atas mutu barang yang dipesan.

Adapun yang termasuk biaya ini antara lain: - Biaya selama proses pesanan.

- Biaya pengiriman/administrasi pesanan.

- Biaya penerimaan barang yang dipesan/bongkar muat.

Besarnya biaya pemesanan tidak tergantung pada banyaknya barang yang dipesan, tetapi pada banyaknya frekuensi pemesanan. Apabila jumlah yang dipesan

(4)

sedikit, yang berarti dalam satu tahun pesanan dilakukan berulang kali (frekuensi tinggi), maka biaya pemesanan juga tinggi sebaliknya apabila jumlah yang dipesan besar, yang berarti frekuensi pesanan rendah, maka biaya pemesanan juga rendah.

Biaya penyimpanan (carrying cost) adalah biaya yang harus ditanggung untuk menjaga agar bahan selalu dalam keadaan baik, sehingga dapat menjamin kelancaran jalannya proses produksi. Besarnya biaya penyimpanan tergantung pada banyaknya barang yang disimpan, di mana semakin besar barang yang dipesan maka biaya penyimpanannya juga semakin besar, demikian juga sebaliknya.

Adapun yang termasuk dalam biaya penyimpanan menurut Weston (1993: 434) meliputi:

- Biaya gudang.

- Biaya bunga atas dana yang tertanam dalam persedia an. - Biaya asuransi.

- Biaya keusangan/ kekunoan.

Jadi dapat dikatakan bahwa kedua biaya ini mempunyai sifat yang bertentangan, di mana semakin besar jumlah barang yang dipesan maka biaya pemesanan akan semakin kecil dan biaya penyimpanan semakin besar, demikian juga sebaliknya. Sedangkan biaya total (Total Cost) merupakan penjumlahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

2.1.5. Pengertian Bahan Baku

Maltz dan Usry berpendapat dalam bukunya (1980: 47) bahwa bahan baku adalah semua bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari barang jadi yang dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok barang jadi seperti halnya kayu dalam pembuatan mebel, besi baja dalam pembuatan kerangka mobil, dan minyak mentah dalam pembuatan bensin.

Sedangkan menurut Yusuf mengenai bahan baku (1992: 11): “Bahan baku adalah bahan-bahan yang dibeli oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan bahan yang siap digunakan dalam proses produksi dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan barang jadi.

(5)

2.2. Tujuan dan Manfaat Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

Seperti telah diketahui bahwa setiap hotel perlu mengadakan pengawasan atas persediaan untuk dapat menja min kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan ini dibutuhkan sejumlah uang yang diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh sebab itu setiap perusahaan maupun hotel haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya. Persediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan hotel, karena ini berarti lebih banyak uang yang tertanam dan biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan tersebut. Sebaliknya suatu persediaan yang terlalu kecil akan merugikan hotel karena kelancaran dari kegiatan produksi dan distribusi akan terganggu.

1. Pentingnya Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

Menurut Harvard Business Review (1988: 20) pentingnya perencanaan dan pengendalian persediaan:

1. Meminimalkan biaya.

2. Memaksimalkan keuntungan.

3. Memaksimalkan tingkat pengembalian investasi. 4. Menghindari terjadinya kehabisan persediaan. 5. Menjaga persediaan agar tidak terlalu banyak.

6. Menjaga persediaan agar sesuai dengan kapasitas ruang dan alat penyimpanan. 7. Mengatur investasi modal.

8. Meminimalkan sumber daya manusia

2. Tujuan Pengawasan Persediaan

Menurut Sofjan Assauri (1993: 230) tujuan pengawasan persediaan dapat dikatakan sebagai usaha untuk:

1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.

2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu berlebihan, sehingga biaya yang timbul dari adanya persediaan tidak terlalu besar.

3. Menjaga agar pembeliaan secara kecil-kecilan dapat dihindari karena hal ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

(6)

3. Keuntungan Sistem Pengawasan Persediaan yang dibina dan dilaksanakan Secara Sehat dan Tepat

Menurut James D. Willson dan John B. (1988: 429) yaitu:

1. Menekan penanaman atau investasi modal dalam persediaan bahan sampai batas minimum.

2. Mengurangi pemborosan dan biaya yang timbul dari penyelenggaraan persediaan yang berle bihan.

3. Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan bahan yang diperlukan.

4. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada para pelanggan dengan cara selalu menyediakan bahan yang diperlukan.

5. Mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan.

6. Dilindunginya bahan-bahan terhadap pencurian, kerusakan, dan kemerosotan mutu.

Agar perencanaan dan pengendalian persediaan dapat berjalan dengan efektif, keduanya harus berjalan bersama-sama sehingga menjamin kelancaran produksi outlet dapur dan bar secara efektif dan efisien.

2.3. Lingkup Penerapan Model-Model Manajemen Persediaan yang digunakan dalam Perencanaan dan Pengendalian Persediaan

Dalam melakukan perencanaan pembelian bahan baku ada 2 cara yang dapat digunakan, yaitu:

1. Menentukan besar pesanan yang paling ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ). 2. Menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan bahan baku (Just in

Time/JIT).

Penggunaan cara JIT dilakukan tepat pada saat bahan baku yang tersedia telah habis atau mencapai batas minimal, cara ini kurang tepat diterapkan pada dairy product kecuali untuk Fresh Milk dan Fresh Yoghurt karena termasuk jenis yang tidak tahan lama selain dari ke-dua jenis bahan baku tersebut itu dairy product yang lain memiliki waktu kadaluarsa yang lebih panjang. Selain itu JIT hanya berhubungan dengan arus keluar masuk bahan baku dairy product di bagian penyimpanan saja tanpa adanya perencanaan terhadap persediaan bahan baku yang disimpan sebagai persediaan pengaman, sehingga saat dilakukan pemesanan kembali, hotel tidak memiliki bahan baku yang tersisa atau tersimpan. Sedangkan cara EOQ memiliki persyaratan untuk

(7)

persediaan bahan baku dairy product melihat kondisi hotel yang harus dapat mengantisipasi peningkatan permintaan dengan memperhatikan tersedianya persediaan pengaman yang cukup (Safety Stock), waktu pemesanan kembali (Re Order Point/ROP), tenggang waktu pemesanan (Lead time), dan besarnya persediaan maksimum (Maximum Stock).

2.3.1. Menentukan Besar Pesanan Yang Paling Ekonomis (Economic Order Quantity/EOQ)

Setelah mengetahui pengertian mengenai biaya persediaan yang telah dijelaskan pada sub bab 2.1.4. Kita mengenal adanya dua jenis biaya persediaan, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, dengan memperhatikan ke-dua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan yang paling ekonomis terletak diantara dua pembatasan yang ekstrim, yaitu pada saat jumlah biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan. Jadi jumlah pesanan ekonomis merupakan jumlah pesanan yang memiliki jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan pertahun yang paling rendah oleh karena itu jumlah atau besarnya pesanan yang diadakan hendaknya menghasilkan biaya-biaya yang timbul minimal dalam persediaan. Untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis ini, kita harus berusaha memperkecil biaya-biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya-biaya penyimpanan (carrying cost).

Jumlah pesanan yang paling ekonomis menurut Indriyo Gitosudarmo (1982: 47) adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Secara umum model jumlah pesanan yang ekonomis memberikan suatu pedoman untuk memutuskan kapan perlu dilakukan pesanan kembali dan berapa banyak yang harus dipesan.

Matz dan Usry (1980: 352) mengatakan:

“EOQ adalah jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat untuk tujuan meminimalkan biaya-biaya tahunan penutup. EOQ merupakan modal perusahaan yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan terhadap unit yang akan dipesan agar tidak terjadi investasi yang berlebihan pada persediaan dan tidak mengalami kehabisan persediaan pada saat proses produksi”.

Penggunaan model jumlah pesanan yang ekonomis ini didasarkan pada asumsi: 1. Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode tertentu dapat dipastikan.

2. Penggunaan bahan baku selalu konstan. 3. Harga bahan baku konstan.

(8)

4. Bahan baku selalu tersedia pada saat dibutuhkan. 5. Biaya pemesanan perpesanan konstan.

Menurut Assauri (1993: 237) dan Riyanto (1982: 69) dalam menentukan jumlah pesanan ekonomis ini dapat dilakukan dengan tiga cara/pendekatan, yaitu dengan menggunakan:

1. Pendekatan dengan tabel (Tabular Approach)

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan tabel dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun. Jumlah pesanan yang mengandung jumlah biaya yang terkecil merupakan jumlah pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity).

Misalnya suatu perusahaan menggunakan 1.200 unit bahan baku seharga Rp. 1,- per unitnya selama satu tahun. Biaya pemesanan Rp. 15,- per pesanan, biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang adalah 40% dari persediaan rata-rata.. Dari keterangan ini maka dapatlah disusun suatu tabel untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis seperti terlihat pada tabel 2.1.

Dari tabel 2.1. tersebut terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah pesanan maka biaya penyimpanan (carrying cost) terus menurun sedangkan (ordering cost) terus menaik. Total cost yang terendah dicapai pada carrying cost sama dengan ordering cost yang diperoleh pada total cost adalah Rp. 120,-. Jadi jumlah atau banyak barang pesanan yang ekonomis adalah 300 unit dan di dalam satu tahun terdapat empat kali pesanan.

2. Pendekatan dengan grafik (Graphical Approach).

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan grafik dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying cost, ordering cost dan total cost dalam satu gambar, di mana sumbu vertikal mewakili besarnya biaya ordering cost, carrying cost dan total cost dan sumbu horisontal mewakili jumlah pesanan dalam unit.

Dari contoh soal melalui pendekatan tabel dapat digambarkan grafik biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan total biaya dalam satu gambar seperti terlihat pada gambar 2.1.

Gambar tersebut menunjukkan garis biaya terendahnya terletak pada jumlah pesanan 300 atau empat kali dengan biaya Rp. 120,-. Pada keadaan ini terlihat biaya pesan bersilangan dengan biaya simpan.

Biaya semakin naik yang berarti bahwa semakin besar jumlah yang dipesan, semakin besar persediaan rata-ratanya, sehingga biaya simpan semakin besar pula.

(9)

Sedangkan biaya pesan, semakin besar jumlah pesanan di mana frekuensi pesanan semakin kecil, maka biaya pesan akan semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah pesanan di mana frekuensi pesanan semakin besar, maka biaya akan semakin besar pula .

3. Pendekatan dengan rumus (Formula Approach)

Rumus yang digunakan:

EOQ =

I

P

S

R

2

(2.1) Keterangan:

R = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama satu periode tertentu (dalam unit)

S = Biaya pesanan setiap kali pesan (dalam Rp)

P = Harga pembelian per unit yang dibayar (dalam Rp)

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang (dalam persentase dari nilai rata-rata dari persediaan)

(10)

Tabel 2.1. Perhitungan Jumlah Pesanan yang Ekonomis

Frekuensi pembelian

1x

2x

3x

4x

6x

10x

12x

Berapa bulan sekali

pesanan dilakukan

12

6

4

3

2

1,2

1

Jumlah unit setiap kali

pesan

1.200

600

400

300

200

120

100

Nilai inventory (Rp.)

1.200

600

400

300

200

120

100

Nilai inventory

rata-rata (Rp.)

600

300

200

150

100

60

50

Biaya penyimpanan

setahun (40%) (Rp.)

240

120

80

60

40

24

20

Biaya pesanan

setahun (Rp.)

15

30

45

60

90

150

180

Jumlah biaya

seluruhnya (Rp.)

255

150

125

120

130

174

200

(11)
(12)

2.3.2. Menentukan Besar Persediaan Pengaman (Safety Stock)

Persediaan Pengaman (Safety Stock) adalah persediaan tambahan yang

diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan

(stock out). Kemungkinan terjadinya stock out dapat disebabkan karena penggunaan

bahan baku yang lebih besar daripada perkiraan semula dapat juga disebabkan

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan.

Faktor-faktor yang menentukan besarnya Persediaan Pengaman:

a. Penggunaan bahan baku rata-rata

Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan pemesanan adalah

rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Perlu diperhatikan bahwa

setelah mengadakan pesanan penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau

permintaan dari langganan biasanya naik turun atau bersifat variabel dan tidak

dapat diramalkan dengan pasti sehingga akan tetap ada resiko yang tidak dapat

dihindarkan, dimana persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas dasar

taksiran habis sama sekali sebelum pesanan datang.

Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman diperlukan analisa

statistik, yaitu dengan mencari besarnya standar penyimpangan (standard

deviation) antara pemakaian sesungguhnya dengan pemakaian yang direncanakan

(rata-rata pemakaian).

Rumus yang digunakan:

Sd =

N x xi )2 (

(2.3)

Keterangan:

Sd = Standar Penyimpangan

xi = Pemakaian riil

x = Rata-rata pemakaian

N = Jumlah Periode

Sedangkan penyimpangan tersebut dapat dihitung dengan rumus:

SS = K×Sd (2.4)

SS = Safety Stock

(13)

K = Policy Factor yang diambil dari tabel 2.2. yang tergantung pada

Frequency Level of Service (untuk barang yang bergerak cepat

menggunakan statistik distribusi normal )

Menurut Assauri (1993: 249) Level of Service adalah perbandingan secara

rata-rata, dalam jangka panjang dari seluruh pesanan langganan yang dapat

dipenuhi/dipasok dengan persediaan yang ada tanpa adanya pembatalan atau

penangguhan. Untuk menentukan besarnya persediaan pengaman yang sebaiknya

dimiliki akan lebih tepat dan rasional apabila diketahui hubungan antara tingkat

pelayanan dengan tingkat persediaan pengaman yang diadakan untuk tingkat

pelaya nan tersebut. Untuk Level of Service sebesar 95% maka besarnya K= 1,64

seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Policy Factors (K) pada Frequency Level of Service

Frequency level of service (%)

K

50

60

70

75

80

85

90

95

97,5

99,0

99,5

99,9

0

0,25

0,52

0,67

0,84

1,04

1,28

1,64

1,96

2,33

2,58

3,10

b. Faktor waktu (Lead Time atau Procurement Time)

Lead Time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan

bahan-bahan sampai dengan kedatangannya dan diterima di gudang persediaan.

LT = ? LTi

N (2.5)

(14)

LTi = Jumlah lead time selama periode i

LT = Rata-rata selama periode i

N = Jumlah periode

2.3.3. Menentukan Titik Pemesanan Kembali (Re Order Point/ROP)

Menurut Sofyan Assauri (1993: 255) titik/tingkat pemesanan kembali

adalah: “Suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat di

mana pemesanan harus diadakan kembali”.

Menurut Riyanto (1982: 74) re order point adalah: “Saat atau titik dimana

harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan

material yang dipesan itu adalah tepat waktu dimana persediaan diatas safety stock

sama dengan nol”.

Dalam menentukan titik pemesanan kembali harusla h diperhatikan

mengenai besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum

datang dan persedian minimum. Besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan

yang dipesan belum diterima (selama lead time) adalah hasil perkalian antara waktu

yang dibutuhkan untuk memesan (lead time) dan jumlah penggunaan rata-rata bahan

tersebut.

Jadi titik pemesanan kembali adalah hasil penjumlahan besarnya

penggunaan bahan-bahan selama bahan yang dipesan belum diterima dan besarnya

persediaan minimum.

Rumus yang digunakan:

ROP = SS + (LxD) (2.6)

Keterangan:

ROP = Titik Pemesanan Kembali

SS = Safety Stock, Jumlah Persediaan Penyelamat

L = Rata-rata Lead Time

(15)

2.3.4. Menentukan Besar Persediaan Maksimum (Maximum Stock)

Merupakan jumlah persediaan yang paling banyak yang diperkenankan

untuk disimpan. Tujuannya untuk menekan biaya-biaya yang timbul sehubungan

dengan usaha departemen pembelian memenuhi kebutuhan bahan baku.

Dengan diketahuinya persediaan maksimum, akan membantu menentukan

besarnya investasi maksimum yang perlu disediakan untuk bahan baku dairy

product.

Cara menentukan besar kecilnya persediaan maksimum:

a.

Kondisi keuangan perusahaan dimana persediaan maksimum ditentukan

berdasarkan jumlah modal yang maksimum ditanamkan dalam persediaan.

b.

Memperhatikan dimana batas waktu persediaan maksimum ditetapkan untuk

pemakaian dalam waktu tertentu.

c.

Berdasarkan catatan-catatan atau pengalaman-pengalaman tahun-tahun

sebelumnya.

d.

Dengan menjumlahkan jumlah pesanan ekonomis dan persediaan pengaman.

Rumus yang digunakan:

(16)

2.4. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis

Dengan adanya penerapan manajemen persediaan khususnya melalui fungsi

perencanaan dan pengendalian persediaan yang tepat maka dapat dilaksanakan

penentuan persediaan bahan baku dairy product yang optimal dan meningkatkan

efisiensi biaya persediaan di Hotel “X”, Surabaya.

Perencanaan&Pengendalian Persediaan

Bahan Baku Dairy Product

Berdasarkan Perkiraan

Berdasarkan Perhitungan

Model Manajemen

Persediaan:

EOQ, Safety Stock, ROP,

dan Maximum Stock

Pemesanan Berulang-Ulang Cadangan Persediaan Ideal Stock Out Biaya Pemesanan Tinggi Harga Beli Lebih Tinggi Frekuensi dan Jumlah Pemesanan Ideal Efisiensi Biaya Pemesanan Harga Beli Stabil

Gambar

Tabel 2.1. Perhitungan Jumlah Pesanan yang Ekonomis
Tabel 2.2. Policy Factors (K) pada Frequency Level of  Service  Frequency level of  service (%)  K
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

PERSATUAN AKTUARIS INDONESIA (THE SOCIETY OF ACTUARIES

Falabella y los proveedores tienen el mismo nivel de negociación entre ellos, Aunque Falabella tiene el poder sobre las pymes, al darles la oportunidad de vender sus productos en

Karena sudah jelas hasil belajar membaca pemahaman yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SDN 005 Pagaran Tapah Darussalam

memperlihatkan dua contoh gambar benda yang menggunakan energi bahan bakar, bensin dan minyak tanah. Kemudian guru bertanya apakah kedua benda tersebut ada perbedaan?.

Tiga indikator strategi yang tidak terkonfirmasi, yang berarti cenderung dihindari oleh BUMN, adalah terkait dengan kondisi institusi yang kurang mendukung ketiga jenis

Dengan demikian, peningkatan kasus Covid-19 dan berbagai penolakan dari pengamat pemilu terhadap pelaksanaan Pilkada 2020 pada 9 Desember tidak efektif untuk dilakukan..

The protective effect of the E3 / 2 genotype on the development of carotid atherosclerosis could be medi- ated by differences in the lipid metabolism because the association of E3 /

Dengan melihat nilai tambah yang dihasilkan untuk per kilogram bahan baku kedelai dan tempe yang digunakan dalam agroindustri keripik tempe, jika pengusaha ingin