• Tidak ada hasil yang ditemukan

dr. Agustina Tri P. Sp.KK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dr. Agustina Tri P. Sp.KK"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Pustaka

• Fitzpatrick's Dermatology, Ninth Edition

(3)

1. Seorang bayi berusia 6 bulan datang di bawa ibunya

karena muncul bercak-bercak merah di tangan dan kaki serta sekitar mulut sejak 2 minggu ini. Anak juga

mengalami diare 3 hari ini dan rambut yang lebih

banyak rontok dari biasanya, Berdasarkan anamnesa dari ibunya anak baru saja disapih setelah sebelumnya mendapat ASI eksklusif. Ibu memiliki riwayat alergi dan 3 hari terakhir makan udang dan ayam. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan lesi eritematosa yang

berskuama, berbatas tegas, di regio perioral, dan akral, jari tangan dan kaki. terdapat alopesia juga. Diagnosis yang paling mungkin adalah

a. Reaksi alergi

b. Akrodermatitis Enteropatika c. Miliaria

d. Dermatitis atopik e.Vitiligo

(4)

Akrodermatitis Enteropatika

• Akrodermatitis enteropatika adalah salah satu

penyakit genodermatosis yang bersifat autosomal

resesif, jarang terjadi, disebabkan gangguan

penyerapan seng, dan umumnya muncul pada

usia bayi

• Penyebab pasti belum diketahui, diduga karena

mutasi gen SLC39A4 pada kromosom 8q24.31,5

yang mengode transporter seng ZIP4 dan

(5)

1. Terjadi beberapa hari hingga beberapa minggu setelah lahir pada bayi yang diberi susu formula, atau segera setelah disapih pada bayi yang diberi air susu ibu

2. Gejala khas terdapat “trias”: lesi kulit pada daerah akral dan periorifisial, diare, serta alopesia

3. Predileksi: periokular, perioral, anogenital, akral, jari tangan dan kaki, serta ntertriginosa

4. Kelainan kulit: distribusi simetris berupa bercak

eritematosa yang berskuama, berbatas tegas, dapat menjadi lesi vesikobulosa, pustulosa, psoriasiformis, dan erosi

5. Dapat disertai gejala sistemik lainnya akibat defisiensi seng berupa gangguan pertumbuhan, sistem imun, penyembuhan luka, dan emosi.

(6)
(7)
(8)

2. Akrodermatitis Enteropatika disebabkan oleh

gangguan penyerapan mikronutrient

a. Zat besi

b. Vitamin A

c. Vitamin E

d. Seng

(9)

3. Terapi yang dapat diberikan pada pasien

dengan Akrodermatitis Enteropatika adalah

a. Zat besi

b. Vitamin A

c. Vitamin E

d. Seng

(10)

4. Dokter Kulit mendapat konsultasi dari dokter

anak mengenai bayi baru lahir. Pasien bayi

laki-laki terdapat membran koloidon. Rambut kepala

jarang, tipis, dan tumbuh lambat. Pasien tidak

nampak berkeringat walaupun diletakkan pada

incubator. Ditemukan juga hiperpigmentasi

periorbital yang khas. Diagnosis yang paling

mendekati adalah

a. Displasia ectodermal hipohidrotik

b. Displasia eritema

c. Displasia eritrodermal

d. Sindroma down

(11)

Displasia Ektoderma

• Displasia ektodermal (DE) adalah kelompok

kelainan genetik yang mengenai jaringan yang

berasal dari ektodermal (rambut, kuku, gigi,

kulit, dan glandula sebasea

(12)
(13)

Displasia ektodermal hipohidrotik (displasia ektodermal anhidrotik, sindrom Christ-Siemens-Touraine)

• Insidens: 1 dalam 100.000 kelahiran.

• Dapat diturunkan secara terkait-X (XLHED; MIM MIM#305100) atau dominant autosomal

(MIM#129490) atau resesif (MIM#305100)

• Pada laki-laki yang terkena ekspresinya lengkap,

sedangkan pada wanita pembawa gen (carrier) dapat tanpa kelainan, atau apabila terdapat kelainan biasanya terdistribusi patchy

• Disebabkan mutasi pada gen EDA (MIM *300451), EDAR (MIM *604095), dan EDARADD (MIM *06603)

(14)

• Pada laki-laki yang terkena, saat lahir terdapat membran kolodion atau dengan skuama, menyerupai iktiosis kongenital • Rambut kepala jarang, tipis,

dan tumbuh lambat. Rambut tubuh yang lain biasanya

jarang atau tidak ada • Gangguan kemampuan

berkeringat

• Sebagian besar laki-laki yang terkena menderita intoleransi panas yang nyata

• Pori-pori kelenjar keringat tidak dapat dilihat pada

pemeriksaan fisik dan rigi sidik jari tidak tampak jelas

• Gangguan berkeringat

menyebabkan peningkatan suhu tubuh

• Kuku biasanya normal

• Sering dijumpai keriput dan hiperpigmentasi periorbital yang khas

• Hiperplasia kelenjar sebaseus terutama pada wajah, tampak sebagai papul-papul miliar seperti mutiara, berwarna kecoklatan sampai putih menyerupai milia

• Temuan khas: tidak adanya

puncta lacrimal

• Wanita karier menunjukkan gambaran kulit normal dan abnormal mengikuti garis Blaschko

(15)
(16)

5.Displasia ectodermal hipohidrotik diturunkan

secara

a. X-linked

b. Random

c. Autosomal ganda

d. Y-linked

(17)

6.Seorang anak usia 2 hari datang dengan berbagai

keluhan kulit. Rambut kepala berwarna terang

dan sering didapatkan alopesia setempat.

Didapatkan macula hiperpigmentasi reticular atau

difus kulit di atas lutut, siku, dan sendi sering

menebal dan hiperpigmentasi. Pada mata

meliputi strabismus, pterygium, konjungtivitis,

dan katarak premature.

a. Displasi ectodermal hidrotik

b. Displasia ectodermal hipohidrotic

c. Displasia ectodermal hiperhidrotik

d. Sindroma AEC

(18)

Displasia ektodermal hidrotik (Sindrom

Clouston; MIM 129500)

• Penyebab: mutasi pada gen connexin, GJB6 atau connexin 30 pada kromosom 13q11-q12.1

• Gambaran klinis

- Rambut kepala wry, brittle, berwarna terang, dan sering didapatkan alopesia setempat

- Sering didapatkan makula hiperpigmentasi retikular atau difus

- Kulit di atas lutut, siku, jari, dan sendi sering menebal dan hiperpigmentasi

- Kuku tampak menebal dan terjadi perubahan warna; sering disertai infeksi paronikia persisten

- Kelainan pada mata meliputi strabismus, pterigium, konjungtivitis dan katarak prematur

(19)

- Gigi biasanya tak ada kelainan tetapi sering terdapat karies - Kelainan ektodermal lain:

leukoplakia oral, tuli

sensorineural, polidaktili, sindaktili, dan poromatosis ekrin difus

- Berlawanan dengan bentuk hipohidrotik, sebagian besar pasien mempunyai

kemampuan berkeringat

normal dan kelenjar sebaseus berfungsi normal

(20)

7. Penyebab dari displasia ectodermal hidrotic

a. Mutasi pada gen connexing

b. Mutasi pada gen P20

c. Mutasi pada gen P16

d. Mutasi pada gen GJ12

e. Mutasi pada gen GAB2

(21)

8. Seorang anak 3 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan sering muncul benjoan berisi air di bagian tubuhhnya, yang hilang timbul terutama di daerah tangan dan kaki. Keluhan seperi ini muncul sejak ana berusia 1 tahun. Keluhan lain -, Pada pemeriksaan fisik didapatkan bula di daerah tangan dan lutut. Tidak

didapatkan scar. Pemeriksaan lain dalam batas normal. Diagnosis kilnis yang paling mungkin adalah

a. EB-Simpleks (EBS)

b. Junctional EB (JEB)

c. Dystrophic EB (DEB) d. Sindrom Kindler

(22)

Epidermolisis Bulosa Yang Diturunkan

• Kelompok kelainan mekanobulosa yang diturunkan secara genetik, khas ditandai oleh bula pada kulit, dan kadang

mukosa, akibat trauma gesekan ringan atau secara spontan • Klasifikasi:

• Telah dilakukan revisi klasifikasi EB yang diturunkan, berdasarkan fenotip klinis dan genotip, yaitu:

1. EB-Simpleks (EBS) 2. Junctional EB (JEB) 3. Dystrophic EB (DEB) 4. Sindrom Kindler (SK)

(23)

Klinis

1. EBS

- Bula tegang timbul setelah gesekan - Hiperhidrosis, bisa terdapat milia,

dan onikodistrofi

2. EBJ

- Bula dan erosi timbul tidak lama setelah lahir

- Erosi dan bula pada kulit dan

mukosa generalisata, terutama di punggung dan bokong

- Onikodistrofi hingga kuku hilang - Distrofi gigi dan enamel yang

(24)

3. EBD

- Erosi atau bula luas timbul saat atau segera setelah lahir

- Bula dapat timbul spontan terutama di daerah tekanan. Bila sembuh meninggalkan skar, atrofi, hiper- atau hipopigmentasi dengan milia di atas skar

- Pseudosyndactyly, glove-like epidermal sac,

claw-like clubbing atau mittenclaw-like deformities

- Pada EBD resesif, terdapat erosi gastrointestinal

4. SK

- Bula generalisata saat lahir, terdapat

poikiloderma, fotosensitivitas, skar atrofi, dan onikodistrofi

- Dapat terjadi kolitis berat, esofagitis, striktur uretra, dan ektropion

(25)
(26)

9. Skor yang di gunakan untuk memantau perkembangan terapi dan derajat keparahan penyakit Epidermiolisis bulosa adalah

a. Epidermolysishh Bullosa

Monitoring Therapy Index (EBDMTI)

b. Epidermolysishh Bullosa Index

(EBI)

c. Epidermolysishh Bullosa

Outcome Index (EBOI)

d. Epidermolysishh Bullosa

Disease Activity and Scarring Index (EBDASI)

e. Epidermolysishh Bullosa

Disease Severity Index (EBDSI)

• Untuk pengukuran aktivitas penyakit dan kerusakan kulit yang terjadi, digunakan

Epidermolysishh Bullosa

Disease Activity and Scarring Index (EBDASI) dengan

menilai kulit kepala berambut, kulit, membran mukosa, kuku, dan permukaan epitel lain

• EBDASI dapat digunakan untuk memantau terapi dan derajat keparahan penyakit, sehingga mencegah timbulnya kerusakan yang permanen

(27)

10. Prinsip penatalaksanaan Epidermolisis Bulosa adalah a. Menghindari terbentuknya

bula serta perawatan luka b. Melindungi kulit terbuka dan

mencegah infeksi/sepsis c. Pada kondiri berat harus

dirawat intensif dan ditangani oleh dokter

spesialis anak, kulit, gizi dan fisioterapis.

d. Semua jawaban di atas benar

e. Semua jawaban di atas salah

• Penatalaksanaan • Prinsip

1. Menghindari terbentuknya bula serta perawatan luka 2. Melindungi kulit terbuka

dan mencegah

infeksi/sepsis, terapi paliatif 3. Pada kondiri berat harus

dirawat intensif dan ditangani oleh dokter spesialis anak, kulit, gizi dan fisioterapis

(28)

11. Seorang anak berusia 4 tahun datang diantar

ibunya karena muncul sisik-sisik di kulitnya.

Keluhan ini baru ada sejak 2 bulan terakhir.Pada

pemeriksaan fisik didapatkan skuama putih

keabuan yang luas terutama pada ekstensor

ektremitas dan badan. Sifat skuama melekat di

tengah, dengan “cracking”. Pemeriksaan lain

dalam batas normal. Berdasarkan pemeriksaan

fisik, diagnosis klinis yang paling mungkin adalah

a.Psoriasis vulgaris

b.Dermatitis atopi

c.Staphylococcal scalded skin syndrome

d. Iktiosis vulgaris

(29)

Iktiosis

• Iktiosis adalah kelompok kelainan kulit genetik

disebabkan kelainan kornifikasi yang secara

klinis dan etiologi heterogen

• Dapat timbul sejak lahir atau setelahnya,

dapat terbatas hanya pada kulit atau

merupakan bagian dari kelainan multisistem

• Iktiosis diklasifikasikan berdasar disertai atau

(30)

Iktiosis vulgaris

• Tidak dijumpai saat lahir,

biasanya timbul dalam tahun pertama kehidupan

• Skuama putih keabuan yang luas terutama pada ekstensor ektremitas dan badan

• Skuama melekat di tengah, dengan “cracking” (fisura superfisial pada stratum korneum) pada tepinya • Sering disertai keratosis

folikularis, ditemukan terutama pada anak-anak dan remaja

(31)

12. Iktiosis Vulgaris berespon baik terhadap salep topikal a.Asam salisilat

b.Urea

c.Asam laktat d. Semua benar e. B dan C benar

• Hiperkeratosis yang luas, tebal, keras memerlukan hidrasi, lubrikasi, dan terapi keratolitik (krim dan lotion yang mengandung urea, asam salisilat, asam alfa hidroksi, atau propilen glikol)

• Namun demikian sering tidak dapat ditoleransi

dengan baik terutama pada anak-anak, karena adanya rasa terbakar dan stinging

jika terdapat fisura atau

kulit denuded

• Aplikasi topikal asam salisilat dan asam laktat

harus hati-hati karena risiko absorbsi sistemik

(32)

13. Seorang anak berusia 1 hari dikonsulkan dari

bagian pediatric karena erosi dan eritroderma.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan eflorosensi

berupa erosi dan kulit denuded yang luas serta

eritroderma disertai berkurang dan

hyperkeratosis. Lesi ini dipicu dari trauma proses

persalinan.Berdasarkan pemeriksaan fisik,

diagnosis klinis yang paling mungkin adalah

a. Epidermolitik hiperkeratosis

b.Staphylococcal scalded skin syndrome

c.Tuberous sclerosis.

d. Multipel lipomatosis

e. Sindrom Proteus

(33)

Epidermolisis Hiperkeratotik (Bullous congenital ichthyosiform

erythroderma of Brocq, Bullous ichthyosis)

• Sejak lahir terdapat erosi dan kulit denuded yang luas serta

eritroderma;cdipicu oleh trauma proses persalinan

• Selanjutnya bula berkurang dan tampak hiperkeratosis berat

• Terdapat kelainan batang

rambut dan kerontokan rambut • Dapat timbul sepsis dan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

(34)

14. Prinsip penatalaksanaan bayi dengan Epidermolisis Hiperkeratotik adalah

a. Bayi dengan eritema, bula, erosi luas, dan kulit yang

denuded memerlukan

perawatan di neonatal

intensive care unit

b. Hindari trauma c. Monitor terhadap

terjadinya sepsis.

d. Antibiotik spektrum luas. e. Semua Benar

• Bayi dengan eritema,

bula, erosi luas, dan kulit yang denuded

memerlukan perawatan di neonatal intensive care

unit

• Harus dihindari trauma terhadap kulit dan

timbulnya bula, monitor terhadap terjadinya

sepsis

• Pada beberapa pasien diperlukan terapi dengan antibiotik spektrum luas

(35)

15. Seorang bayi datang dengan kulit mengelupas

dan erosi superfisial, menyerupai membrane

kolodion. Ditemukan dermatitis erosive kronik

pada kulit kepala. Ditemukan juga alopesia

patchy, rambut kepala kering, dan kasar. Kuku

hiperkonfeks menebal, ditemukan distrofi parsial.

Diagnosis yang paling mendekati adalah

a. Displasi ectodermal hidrotik

b. Displasia ectodermal hipohidrotic

c. Displasia ectodermal hiperhidrotik

d. Sindroma AEC

(36)

Sindrom AEC, Ankyloblepharon Filiforme

Adnatum-Ectodermal Dysplasia-Cleft Palate Syndrome (Hay-Wells Syndrome; MM 106260)

• Penyebab: mutasi pada tumor suppressor gene

p63, gen yang juga berperan pada patogenesis

sindrom EEC, limb-mammary syndrome,

acro-dermatoungual-lacrimal-tooth (ADULT) syndrome

• Mutasi yang menyebabkan EEC dan AEC terletak

pada kelompok yang berbeda pada gen tsb

• Sindrom AEC: kelainan dominan autosomal

dengan penetransi lengkap dan ekspresi

(37)

• 90% bayi yang terkena, pada saat lahir didapatkan kulit mengelupas dan erosi

superfisial, menyerupai

membran kolodion. Skuama akan mengelupas dalam

beberapa minggu dan kulit di bawahnya kering dan tipis • Sering didapatkan dermatitis

erosif kronik dengan

granulasi abnormal pada kulit kepala

• Pada kulit kepala juga sering terjadi infeksi bakterial

rekuren

• Alopesia patchy, dan rambut kepala yang ada sering wiry, kasar dan berwarna terang. Rambut tubuh jarang bahkan tidak ada

• Biasa dijumpai atresia atau obstruksi duktus lakrimalis • Kuku normal atau

hiperkonfeks dan menebal, distrofi parsial atau bahkan tidak ada kuku

• Seluruh perubahan dapat ditemukan pada pasien yang sama

• Kemampuan berkeringat biasanya normal, meskipun beberapa pasien

merasakan intoleransi panas secara subjektif

(38)
(39)

16.Sindrom AEC disebabkan oleh

a. Mutasi pada tumor supressorr gen P63

b. Mutasi pada gen P20

c. Mutasi pada gen P16

d. Mutasi pada gen GJ12

e. Mutasi pada gen GAB2

(40)

17. Bayi baru lahir datang dengan keluhan veiskel

dan pustule yang mncul pada kulit yang eritem.

Vesikel muncul di seluruh tubuh selain wajah.

Erupsi vesikulobulsa tampak dan khas mengikut

garis Blaschko. Diagnosis yang tepat pada pasien

ini adalah

a. Inkontinensia Pigmenti

b. Displasia ectodermal hipohidrotic

c. Displasia ectodermal hiperhidrotik

d. Sindroma Dunning-Krugger

(41)

Inkontinensia Pigmenti

(Sindrom Bloch-Sulzberger)

• Inkontinensia pigmenti (IP) merupakan sindrom

neurokutan yang diturunkan secara dominan

terkait X dan letal in utero pada sebagian besar

laki-laki yang terkena dan ekspresinya bervariasi

pada wanita

• Berbagai kelainan rambut, kuku, tulang, gigi,

mata, dan saraf berkaitan dengan IP.

• Mutasi pada gen NEMO (nuclear factor-kappa B

(NF- B) essential modulator) pada kromosom

(42)

• Manifestasi pada kulit secara klasik dibagi menjadi 4 stadium, namun tidak seluruh stadium muncul dan beberapa stadium dapat tumpang tindih

• Kelainan yang terjadi pada kulit terdistribusi mengikuti garis Blaschko

• Lesi kulit pada stadium yang berbeda ditandai oleh: • Stadium 1: eritema, vesikel dan pustul

• Stadium 2: papul, lesi verukosa, dan hiperkeratosis • Stadium 3: hiperpigmentasi

(43)
(44)

18. Pada diagnosis inkontinensia pigmenti yang

muncul hipopigmentasi, atrofi, dan skar sikatriks,

merupakan tahap penyakit pada stadium

a. I

b. II

c. III

d. IV

e. V

(45)

19. Seorang anak berusia 3 tahun dikonsulkan dari bagian pediatric karena memiliki bercak warna kecokelatan di beberapa bagian tubuhnya. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sehat. Didapatkan makula cafe-au-lait lebih besar dari 5 mm yang berjumlah 8 yang tersebar di seluruh tubuh, Anak juga memiliki benjolan di

daerag tangan yang setelah di konsulkan ke bagian

bedah merupakan neurofibroma. Berdasarkan gejala di atas diagnosis kinis yang paling mungkin adalah

a.Familial cafe-au-lait spots

b.Neurofibrodermatosis Tipe 1 c.Tuberous sclerosis.

d. Multipel lipomatosis e. Sindrom Proteus

(46)

Neurofibrodermatosis Tipe 1

• Kondisi autosomal dominan dengan insiden

1:3000 kelahiran hidup yang ditandai dengan dua

dari tanda berikut, yaitu cafe-au-lait,

neurofibroma kutaneus atau plexiform, freckling

intertriginosa, glioma optikum, nodul lisch iris,

lesi tulang yang khas atau saudara tingkat

pertama yang menderita penyakit yang sama

• Neurofibroma: benign nerve sheath tumors,

dengan gambaran massa diskret yang menimbul

dari saraf perifer

(47)

• Klinis

1. Enam atau lebih makula cafe-au-lait lebih besar dari 5 mm pada individu prepubertal, dan lebih dari 15 mm pada individu postpubertal

2. Dua atau lebih neurofibroma tipe apapun atau satu neurofibroma pleksiform

3. Freckling pada regio aksila atau inguinal, dan dibawah

payudara

4. Glioma optikum

5. Dua atau lebih nodul Lisch iris

6. Lesi tulang yang dapat dibedakan seperti sphenoid displasia atau penipisan korteks tulang panjang

dengan atau tanpa pseudarthrosis

7. Saudara tingkat pertama (orang tua, saudara) dengan NF-1 dengan kriteria di atas

(48)
(49)
(50)

Penatalaksanaan

• Non medikamentosa 1. Konseling genetik 2. Konsul ophtalmologik 3. Konsul ortopedi • Medikamentosa 1. Vitamin D3 analog • Tindakan

1. Bedah Laser untuk

cafe-au-lait spots

2. Bedah eksisi untuk

(51)

20. Terapi yang dapat diberikan untuk pasien

dengan Neurofibrodermatosis Tipe 1 adalah

a. Vitamin D1 analog

b. Vitamin D2 analog

c. Vitamin D3 analog.

d. Vitamin D4 analog

(52)

21. Terapi pilihan untuk bercak cafe-au-lait spots

pada pasien dengan Neurofibrodermatosis

Tipe 1 adalah

a. Steroid topikal kekuatan sedang

b. Steroid topikal kekuatan potent

c. Laser

d. Eksisi

(53)

22. Inkontinensia pigmenti diturunkan secara a. X-linked b. Y-linked c. Autosomal dominan d. Autosomal resesif e. Random • Inkontinensia pigmenti (IP) merupakan sindrom neurokutan yang

diturunkan secara

dominan terkait X dan letal in utero pada

sebagian besar laki-laki yang terkena dan

ekspresinya bervariasi pada wanita

(54)

23. Kriteria diagnosis klinis gambaran mayor

pada pada tuberous skelrosis adalah, kecuali

a. Makula hipomelanotik

b. Angiofibroma

c. Hamartoma retinal multiple

d. Diplasia kortikal

(55)

Tuberous Sklerosis

• Tuberous sklerosis (TS) merupakan genodermatosis yang diturunkan secara dominan autosomal, ditandai oleh hamartoma di berbagai organ terutama kulit, otak, mata, jantung, dan ginjal

• TS disebabkan oleh mutasi pada 2 gen yang berbeda, yaitu TSC1 pada kromosom 9q34 dan TSC2 pada

kromosom 16p13

• Kriteria diagnosis secara genetik:

- Mutasi patogenik pada TSC1 atau TSC2 pada DNA dari jaringan normal (diagnosis definitif)

• Catatan: 10-25% pasien TSC tidak ditemukan mutasi pada pemeriksaan genetik konvensional

(56)

Kriteria diagnosis secara klinis

Diagnosis definitif: 2 gambaran major atau 1 gambaran major disertai ≥2 minor Diagnosis possible: 1 gambaran major atau ≥2 gambaran minor

Gambaran major

• Makula hipomelanotik (≥3, diameter sekitar 5 mm)

• Angiofibroma (≥3) atau plak fibrosa di dahi

• Fibroma ungual (≥2) • Shagreen patch

• Hamartoma retinal multipel • Displasia kortikal’

• Nodul-nodul subependimal • Subependymal giant cell

astrocytoma • Rhabdomioma kardial • Limfangioleiomiomatosis (LAM)‡ • Angiomiolipoma (≥2)‡ Gambaran Minor

• Lesi kulit “confetti”

• Lekuk-lekuk pada enamel dental (>3)

• Fibroma intraoral (≥2) • Patch retinal akromik • Kista renal multipel • Hamartoma nonrenal

Catatan:

’ Termasuk tuber dan cerebral white matter

radial migration lines

‡ Kombinasi 2 gambaran klinis major LAM dan angiomiolipoma tanpa gambaran lain tidak memenuhi kriteria diagnosis definitif

(57)
(58)
(59)

24. Tuberous sclerosis diturunkan secara

a. Autosomal dominan

b. Autosomal resesif

c. Autosomal campuran

d. X-linked

e. Y-linked

(60)

25. Prinsip tatalaksana pada tuberous skelrosis

adalah

a. Pencegahan demam

b. Pencegahan kejang

c. Rawat lika

d. Terapi abalasi

e. Bedah eksplorasi

(61)

Penatalaksanaan

• Penting dilakukan kerjasama multidisiplin untuk penatalaksanaan: spesialis kulit, spesialis anak,

spesialis jiwa, psikolog, spesialis saraf, spesialis mata, spesialis penyakit dalam, radiologi, spesialis bedah, spesialis bedah saraf. (Tabel 1)

• Prinsip:

1. Umumnya tanpa terapi, kecuali bila ada tumor yang mengganggu fungsi atau estetika

2. Pencegahan kejang, terutama pada usia awal, dapat meningkatkan perkembangan mental. Intervensi

neurologis mungkin diperlukan bila terjadi tanda peningkatan tekanan intrakranial (misalnya nyeri

kepala, muntah, gangguan penglihatan, edema papil) 3. Angifibroma dapat diterapi dengan dermabrasi,

(62)
(63)

Referensi

Dokumen terkait

Keluhan yang muncul sekarang adalah gatal pada kulit kaki diikuti dengan lesi.. berbentuk linier

- Mengenai kulit berambut halus, keluhan gatal terutama bila berkeringat, dan secara klinis tampak lesi berbatas tegas, polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih jelas,

Pada pemeriksaan histopatologi ditemukan gambaran klinis tak khas, mirip dengan dermatitis kronik Diagnosis yang paling mendekati untuk pasien ini

Motivasi ini timbul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar (sosial dan non- sosial) secara efektif. Motivasi ekstrinsik merupakan hal dan keadaan yang

Nasabah Kami sebelum mengeluarkan biaya Pengobatan. Beberapa pertanggungan menyatakan “Pengembalian Penuh” dan ini berarti bahwa klaim yang Memenuhi Syarat ditanggung sampai

Penerapan PTT pada padi sawah irigasi dengan cara tanam legowo dapat memberikan keuntungan dalam bentuk pendapatan dan hasil panen antara 20 - 30 % lebih

Merupakan kegiatan yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung yang dilakukan oleh Apoteker dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam upaya untuk

Penelitin akan dilakukan pada lingkungan kerja Sinar Mas Seluller yang berada pada Plaza Simpang Lima Semarang, pengambilan sample menggunakan metode kuantitatif dan data di