• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode postpartum adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan. Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca persalinan, terutama pada ibu primipara ( Saleha, 2009 : 77 ).

Wanita yang dapat melahirkan adalah sebuah karunia terbesar dan merupakan momen yang sangat membahagiakan. Setelah melahirkan banyak orang menganggap bahwa kehamilan adalah kodrat wanita yang harus dilalui namun kenyataannya pada wanita yang mengalami hal tersebut melahirkan dapat menjadi episode yang dramatis dan traumatis yang sangat menentukan kehidupannya, karena ibu yang mengalami stress, perasaan sedih dan takut akan mempengaruhi emosional dan sensivitas ibu pada pasca melahirkan (Suhernidkk, 2009).

Wanita pada pasca persalinan perlu melakukan penyesuaian diri dalam melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu di minggu-minggu pertama atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang telah berhasil melakukan penyesuaian diri dengan baik dapat melewati gangguan psikologis, tetapi sebagian lain yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri ini akan

(2)

mengalami gangguan-gangguan psikologis, inilah yang dinamakan baby blues syndrome atau depresi pasca persalinan (Mansur, 2009).

Depresi pasca persalinan merupakan suatu gangguan emosional ibu berupa adanya perubahan mood yang cepat berubah dan berganti-ganti (mood swing), dari tingkatan yang sangat ringan yang bersifat sementara (baby blues) sampai depresi psikosa yang sangat berat dan memerlukan penanganan psikiatri. Ibu bersalin Sekitar 50-80% mengalami baby blues dalam sepuluh hari pasca melahirkan. Hal ini jika ibu tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut maka baby blues dapat meningkat menjadi depresi yang lebih berat (Andri, 2010). Ibu yang melahirkan sekitar 22 % akan mengalami depresi pasca persalinan, dan 14% mengalami resiko peningkatan depresi. Yang mengkhawatirkan, sebanyak 19,3% dari mereka berpikir untuk menyakiti diri mereka sendiri dan/atau menyakiti sampai membunuh bayinya. Banyak dari mereka yang didiagnosis ternyata pernah mengalami setidaknya satu episode depresi sebelumnya dan memiliki gangguan kecemasan. Sebanyak 22 % dari mereka juga mengidap gangguan bipolar (Wisner, 2013).

Secara pasti penyebab depresi pasca persalinan belum diketahui. Beberapa penelitian menjelaskan perubahan tingkat hormon, kelelahan fisik, kecemasan sebelum melahirkan, kehidupan yang penuh tekanan, hubungan perkawinan yang buruk, kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki, masalah ekonomi, serta dukungan sosial yang rendah dapat menjadi penyebabnya. Faktor kepribadian ibu yang mudah cemas, kurang percaya diri dan penakut serta adanya riwayat depresi sebelumnya dapat meningkatkan resiko (Kasdu,2005; Andri, 2010).

(3)

Upaya pencegahan untuk mengurangi terjadinya depresi pasca persalinan dapat dilakukan dengan rawat gabung ibu dengan bayi (rooming in) karena bermanfaat untuk meningkatkan dukungan sosial dari pasangan, keluarga dan masyarakat agar ibu tidak merasa sendirian menghadapi masalahnya. Selain itu rasa percaya diri ibu dan kontak batin ibu dengan bayinya dipercaya dapat menurunkan stress ibu yang dapat mengarah pada depresi pasca persalinan. Bigelow (2012) melaporkan bahwa kontak kulit ibu dan bayi dapat menurunkan tanda depresi dan stress psikologis terutama pada satu minggu sampai satu bulan pertama.

Struktur terbaik yang mungkin di rumah sakit dalam memfasilitasi perlekatan ibu–bayi, ikatan menjadi orang tua, dan unit keluarga adalah rawat gabung (Varney,2008:977). Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya, yang bertujuan untuk ibu dapat menyusui sedini mungkin setiap saat atau kapan saja sesuai kebutuhan bayinya, disamping itu ibu dan keluarga dapat melihat dan mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi yang benar oleh perawat yang mana nantinya ibu dan suami dapat mempraktikannya setelah pulang dari rumah sakit (Ambarwati, 2010: 18).

Penatalaksanan yang biasanya dilakukan di rumah sakit terhadap ibu dan bayi baru lahir terdiri dari rawat gabung penuh (Rooming-in total ) dan rawat gabung parsial (Rooming-in parsial). Rawat gabung bukanlah konsep baru, tetapi salah satu konsep yang hilang dari perawatan maternitas (Varney, 2008:977).

Seorang wanita mempunyai kebutuhan khusus karena kodratnya untuk haid, hamil, melahirkan, dan menyusui sehingga memerlukan pemeliharaan yang lebih

(4)

intensif dalam hidupnya, baik fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2005). Jika hal ini tidak diperhatikan akan berdampak pada masalah psikologis ibu yang lebih serius, dengan dilakukannya rawat gabung akan meminimalisir gangguan-gangguan psikologis pada ibu karena banyak manfaatnya khususnya pada psikologis ibu, dan juga sistem rawat gabung ini dapat melibatkan suami, keluarga untuk dapat terus mendukung dan memberi perhatian yang lebih bagi ibu agar ibu tidak merasa terbebani dan merasa sendirian mengurus bayinya, yang mana hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk merawat bayinya sendiri, dan selalu berada dekat dengan bayinya. Kurangnya perhatian pada aspek psikologis mengakibatkan gangguan psikologis berkembang menjadi gangguan emosional yang lebih parah.

Rawat gabung juga bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) yang mana telah diketahui bahwa ASI mempunyai banyak manfaat bagi ibu dan anak terlebih lagi pada aspek psikologis, hal ini dapat mempengaruhi perubahan hormonal yang dihasilkan dimana Proses menyusui akan menekan tingkat stres pada ibu. Ketika bayi mengulum puting ibu, otak merangsang pembentukan hormon oksitosin. Hormon ini meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis (suatu sistem saraf manusia) yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung, serta mengurangi efek cemas pada ibu, sehingga ibu mendapatkan rasa tenang dan nyaman juga meningkatkan perlekatan ibu dan bayi bonding attachment (Depkes RI, 2005).

Masalah yang terjadi saat ini ialah sedikitnya ibu yang memberikan ASI pada bayinya meskipun telah dilakukan rawat gabung. Masalah ASI memiliki dimensi luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan, tetapi juga meliputi perubahan sosial budaya, psikologis ibu, kesehatan ibu, pelayanan kesehatan dan petugas

(5)

yang belum sepenuhnya mendukung serta gencarnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI, pengetahuan ibu, dan lingkungan keluarga (Meutia, 2009) dan masalah psikologis saat ini adalah banyaknya ibu postpartum yang tidak menghiraukan reaksi emosional yang terjadipada pasca persalinan. Sebagian wanita menganggap gejolak emosi yang dialami merupakan suatu hal yang wajar sebagai rangkaian dari proses persalinan. Belum banyak ibu hamil yang mengetahui bahwa reaksi emosi tersebut merupakan suatu gangguan psikologis yang dapat mengarah kepada gangguan psikologis yang lebih berat, bila tidak segera diatasi pada sebagian wanita maka dapat berlanjut ke tingkat gangguan psikologis yang lebih parah seperti depresi berat (Zulkifli, 2007).

Penelitian ini penting dilakukan karena psikologis yang terjadi pada ibu postpartum atau pasca melahirkan akan mengalami perubahan-perubahan, perubahan ini masih dianggap sebagai hal yang wajar sehingga seringkali terabaikan dan tidak ditangani dengan baik. Perasaan stress, cemas dan tertekan yang dialami seorang ibu dapat menghambat produksi Air Susu Ibu (ASI). Kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI, 80% disebabkan oleh faktor psikologis.

Meskipun pihak penyedia layanan kesehatan memiliki program yang berkesinambungan terkait dengan kesehatan fisik ibu dan bayi, namun tidak semua yang memberikan perhatian lebih pada kesehatan psikologis ibu (Paltiel & Koblinsky, 2001 :299).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Korea Selatan, tentang “Effects of rooming-in on continuation of breastfeeding and maternal identity”, bahwa sistem rawat gabung total (Total Rooming-in) dapat membantu meningkatkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk memberikan ASI

(6)

serta ibu lebih percaya diri untuk merawat bayi mereka dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak dirawat gabung parsial (Rooming-in Parsial) hasil ini menunjukkan bahwa sistem rawat gabung sangat penting untuk membantu ibu memberikan ASI ekslusif sejak pertama kali bayi lahir (Soo J & Joseon, 2005).

Penelitian tentang “Mothers' perception of rooming-in on a neonatal intensive care unit” menerangkan bahwa penting untuk mengenali kesedihan, rasa bersalah, kekecewaan, frustasi, dan perasaan ibu bersalin sejak pertama kali bayi mereka dirawat di NICU hal ini disebabkan oleh kemungkinan bayi mereka lahir dengan tidak normal, terutama bila ada kelainan patologis yang perlu dirawat sementara di NICU. Setelah pulang dari NICU, dan setelah terdaftar dalam fasilitas rooming-in yang berpusat pada perawatan kontak ibu dan bayi, perasaan negatif rooming-ini memberikan hasil yang lebih positif tentang psikologis ibu, pemenuhan dan kebanggaan karena mereka memberikan ASI pertama mereka (Bennet R, 2005).

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 7 Februari 2015 di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen, peneliti melakukan wawancara dengan 5 orang ibu postpartum yang dirawat gabung, 3 diantaranya mengatakan bahwa dirinya merasa tidak mampu merawat bayinya karena kondisi fisiknya yang lemah ditambah lagi kelahiran pertamanya dengan sectio caesarea, satu dari 3 ibu postpartum tersebut yang dirawat gabung menyatakan dirinya belum siap menerima kelahiran putra pertamanya karena dia merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengurus bayinya karena umurnya yang masi muda, ibu postpartum yang kedua menyatakan bahwa kelahiran anak keduanya ini terlalu dekat dengan anak pertamanya yang hanya berselisih 16 bulan sehingga dia merasa takut dan khawatir kalau tidak bisa mengasuh keduanya, dan ibu postpartum yang ketiga merasa bahwa sudah terlalu capek mengurusi anaknya karena kelahiran kali ini

(7)

adalah anak keenamnya, sedangkan 2 dari 5 ibu postpartum yang dirawat gabung mengatakan bahwa mereka sangat senang dengan kelahiran bayi-bayi mereka dan senang berada dekat dengan bayinya.

Berdasarkan study pendahuluan diatas. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Psikologis Ibu Postpartum Yang Melakukan Rawat Gabung (Rooming-in) Total Dan Rawat Gabung (Rooming-in) Parsial Di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen, Malang”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan pokok peneliti dapat dirumuskan dalam pertanyaan “Bagaimana Gambaran Psikologis Ibu Postpartum Dengan Pelaksanaan Rawat Gabung (Rooming-in) Total dan Rawat Gabung (Rooming-in) Parsial ?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat gambaran psikologis ibu postpartum dengan pelaksanaan rawat gabung (Rooming-in) total dan Rawat Gabung (Rooming-in) parsial di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melihat gambaran psikologis ibu postpartum yang dirawat gabung (Rooming-in) Total di Rumah sakit Wava Husada Kepanjen.

b. Melihat gambaran Psikologis ibu postpartum yang dirawat gabung (Rooming-in) Parsial di Rumah Sakit Wava Husada Kepanjen, Malang.

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.4.1 Peneliti

Bagi peneliti sebagai pengalaman berharga dan bermanfaat yang dapat meningkatkan dan menambah ilmu pengetahuan serta wawasan penelitian dalam mengaplikasikan ilmu di masyarakat, khususnya yang terkait dengan rawat gabung dan setelah melakukan penelitian diharapkan dapat dijadikan wadah latihan untuk memperoleh ilmu dalam rangka penerapan yang telah di terima selama masa kuliah, khususnya di bidang penelitian.

1.4.2 Ibu Postpartum

Bagi ibu-ibu bersalin hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pelaksanaan rawat gabung (Rooming-in) yang mana rawat gabung dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya sendiri serta meningkatkan bonding attachment.

1.4.3 Rumah Sakit/Tempat Persalinan

Sebagai bahan masukkan untuk Rumah Sakit agar lebih mempertahankan mutu pelayanan kesehatan dalam pemberian informasi bagi ibu bersalin tentang pentingtnya rawat gabung dan rumah sakit bisa mengupayakan untuk ruangan rawat gabung di rumah sakit.

1.4.4 Institusi Pendidikan

Sebagai bahan pustaka untuk bacaan, pelengkap dan penambahan pengetahuan bagi mahasiswa FIKES S1 Keperawatan Universtitas Muhammadiyah Malang khususnya dan mahasiswa jurusan lain pada umumnya.

(9)

1.4.5 Petugas Kesehatan

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang pentingnya sistem rawat gabung (Rooming-in) sehingga ibu bersalin dapat mengerti dan memahami serta menyadari pentingnya kontak kulit sedini mungkin dengan bayinya dan menghabiskan waktu 24 jam penuh dengan bayinya sejak pertama kali bayi lahir.

1.5 Keaslian Penelitian

Dari judul yang penulis buat diatas betul – betul belum pernah ada yang melakukan penelitian baik judul, tempat dan waktu yang sama . di bawah ini ada beberapa contoh judul yang terkait dengan Gambaran Psikologis Ibu Postpartum Dengan Pelaksanaan Rawat Gabung (Rooming-in) Total dan Rawat Gabung (Rooming-in) Parsial antara lain salah satunya adalah sebagai berikut

1.5.1 Peneliti : Ronald, Abrahams Md, et al, (2007). Yang berjudul tentang “Rooming-in compared with standard care for newborns of mothers using methadone or heroin” dengan tujuan penelitian Untuk mengevaluasi efek dari rooming-in (bukan perawatan pembibitan standar) dari kejadian dan keparahan sindrom pantang neonatal antara bayi yang baru lahir opioid-terbuka dan pada proporsi ibu yang mempertahankan hak asuh bayi mereka di rumah sakit.Jenis penelitian ini menggunakan studi kohor tretr ospektif. Hasil penelitian :Rooming-in dikaitkan dengan penurunan yang signifikan dalam kebutuhan perawatan neonatal Sindrom dibandingkan dengan kohort historis (risiko relatif yang disesuaikan [RR] 0,40, 95% confidence interval [CI] 0,20 menjadi 0,78) dan kelompok bersamaan (disesuaikan RR0.39, 95% CI0,20-0,75).

(10)

Rooming-in juga dikaitkan dengan lama bayi baru lahirlebih cepat dari tinggal di rumah sakit dibandingkan dengan kedua kelompok pembanding. Bayi yang baru lahir yang berada di Rumah Sakit BC Perempuan secara bermakna lebih mungkin untuk ditempatkan dalam pelukan ibu mereka dari pada bayi dalam kelompok sejarah (RR 2.23, 95% CI1.43 sampai 3.98) atau kohort bersamaan (RR 1.52, 95% CI1,15 untuk 2.53).

1.5.2 Peneliti : Bennett et al, (2005) yang berjudul tentang “Mother perceptions of rooming-in on a neonatatal intensive care unit” Tujuan penelitian: untuk memperoleh persepsi orangtua terhadap Rooming-in di NICU, yang bertujuan mengeksplorasi pandangan mereka tentang (Rooming-in). Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, tatap muka wawancara semi-terstruktur. Hasil penelitian : Dua kesimpulan spesifik dapat ditarik dari penelitian kecil ini. Masuknya informasi lebih lanjut tentang lingkungan di mana bayi prematur yang dirawat gabung dapat meningkatkan pendapat positif orang tua. penelitian menunjukkan bahwa wawancara yang dianggap sebagai interaksi positif. Para ibu menghargai kesempatan untuk mengekspresikan pandangan dan pendapat mereka rawat gabung dapat menguntungkan ibu dan bayi prematur.

1.5.3 Peneliti : Shu-Ti et al, (2011) yang berjudul “Early Skin-to-Skin Contact, Rooming-in, and Breastfeeding: A Comparison of the 2004 and 2011 National Surveys in Taiwan” Tujuan penelitian ini untuk memeriksa kemajuan dalam praktek awal kontak kulit-ke-kulit dalam fasilitas Rooming-in, dan hubungan mereka dengan menyusui, menggunakan sampel nasional ibu postpartum di tahun-tahun 2004 dan 2011 di Taiwan. Jenis penelitian ini dengan analisis data sekunder pada tahun 2004 dan 2011 survei nasional Hasil penelitian :

(11)

didapatkan persentase ibu yang dirawat gabung dengan tingkat menyusui lebih tinggi yaitu pada tahun 2011 dibandingkan dengan ibu yang dirawat gabung pada tahun 2004. Wanita yang memiliki awal kontak kulit-ke-kulit yang lebih dari dua kali lebih mungkin untuk menyusui bayi mereka pada rawat gabung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran keluarga untuk pencegahan penyakit tidak menular pada remaja sebagian besar berada pada kategori cukup optimal (61,1%) dan

Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan abomasum (Sigit,

Tingkat penjualan dan market share mobil merek Toyota (Jepang) yang mendominasi dibandingkan dengan merek dari negara lainnya, sehingga menarik untuk diteliti

tersebut maka menarik untuk dikaji lebih lanjut tentang bagaimana saluran pemasaran pupuk bersubsidi pada PT Pupuk Kaltim serta berapa besar margin pemasaran yang

Berdasarkan tiga contoh puisi di atas menunjukkan bahwa gaya bahasa perbandingan yang sering digunakan oleh pengarang yakni gaya bahasa simile, personifikasi dan

ƒ Diagenesis ketiga terjadi dalam lingkungan fresh water phreatic, yang ditandai oleh pelarutan butiran, matriks dan semen yang membentuk porositas vuggy dan moldic; pelarutan

Maka dari itu penulis ingin meneliti dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENILAIAN KINERJA, PERENCANAAN KARIER, DAN PARTISIPASI KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA