• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE FUN TEACHING DI SDN RAWABADAK UTARA 10 PETANG JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE FUN TEACHING DI SDN RAWABADAK UTARA 10 PETANG JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN

METODE FUN TEACHING DI SDN RAWABADAK UTARA 10 PETANG

JAKARTA

Abdul Azis Abdillah

Departemen Matematika, STKIP Surya, Tangerang

Abdul.azis.a@stkipsurya.ac.id

Abstrak

Proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen penting agar tercipta hasil belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Guru sebagai pengajar memiliki peranan yang penting dalam membangun lingkungan belajar yang nyaman bagi siswa-siswanya. Pembelajaran yang dilakukan guru seringkali hanya dengan menerangkan sambil membaca buku atau menulis di papan tulis dan memberikan tes harian sekalipun siswa belum paham materi yang akan dites. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana kelas menjadi pasif dan mengakibatkan siswa merasa bosan, kurang termotivasi untuk belajar, kurang berusaha menyelesaikan latihan yang diberikan guru dan kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa tidak mengoptimalkan seluruh potensi-potensi yang ada pada diri siswa dan mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah. Penyajian metode belajar yang bervariatif perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Jika belajar dikemas dalam suasana Fun akan mendapat reaksi yang positif dari siswa. Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan teaching berarti pengajaran, maka fun teaching berarti menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari. Kalau suasana belajar selalu Fun, maka motivasi belajar siswa akan muncul dan terus bertambah. Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan dengan baik.. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta.

Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Kegiatan awal pada penelitian ini adalah pra siklus yang berupa pengamatan kelas pada saat penyajian materi dan pengenalan metode Fun Teaching di kelas IV. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap refleksi. Pengecekan data menggunakan sistem triangulasi, yaitu salah satu cara dalam menerangkan dan menyimpulkan data dengan melibatkan pendapat dari tiga pihak, yaitu guru, siswa dan pengamat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: (1). Pembelajaran menggunakan metode Fun Teaching dengan teknik permainan dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran terutama dalam penyajian materi dan diskusi kelompok. (2). Pembelajaran menggunakan metode Fun Teaching dengan teknik permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta. Nilai rata-rata tes awal siswa sebelum diterapkan metode Fun Teaching dengan teknik permainan adalah 55,20 Setelah diterapkan metode Fun Teaching dengan teknik permainan, hasil belajar matematika siswa meningkat menjadi 60,00 pada siklus I; 64,50 pada siklus II dan 72,18 pada siklus III. Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (SKBM) mengalami peningkatan di setiap siklusnya, yatu: 68% pada siklus I, 76% pada siklus II dan 88% pada siklus III.

Kata kunci : Fun Teaching, Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan, semestinya matematika menjadi pelajaran yang diminati siswa, namun kenyataan yang terjadi matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan oleh sebagian besar siswa, hal ini merupakan suatu permasalahan bagi sekolah untuk mengadakan perbaikan dan perubahan agar pandangan mengenai matematika tersebut dapat dihilangkan. Selaku pendidik, guru matematika mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga unuk memperoleh motivasi belajar yang baik diperlukan guru yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif.

(2)

Proses pembelajaran di sekolah tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya hasil belajar siswa, seperti diungkapkan oleh guru matematika kelas IV SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, bahwa sebagian besar siswa memiliki rata-rata yang kurang dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah, hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode Fun Teaching di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, khususnya kelas IV. Fun Teaching adalah menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Tujuan kegembiraan disini adalah membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.1

Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses belajarnya.2 Berdasarkan pendapat tersebut maka akan dilakukan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) untuk mengetahui apakah dengan Metode Fun Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta. B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan fokus penelitiannya yaitu “upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan metode Fun Teaching”. Agar fokus penelitian dapat diukur, maka diajukan pertanyaan berikut yang diijawab melalui penelitian:

1. Apakah metode Fun Teaching dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa selama belajar matematika? 2. Apakah metode Fun Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai manfaat metode Fun Teaching yang dibuat agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap guru, khususnya guru matematika, serta sebagai alternative dalam menggunakan metode belajar yang sesuai. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoretis

1. Hakikat Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu relatif lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Definisi belajar menurut Dalyono dapat didefinisikan sebagai berikut : “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.”3

Guru berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pengalaman yang berupa belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik perubahan tingkah laku, konsep, dan nilai.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.4 Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.5 Tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya.6 Oleh karena itu, seorang guru perlu mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran dengan cara mengadakan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan gambaran kemajuan belajar siswa bagi siswa.

1 Imam Maliki Ralibi. Fun Teaching, (Cikarang : Duha Khazanah, 2008), h. 13 2 Bobbi DePorter dkk, Quantum Teaching, (Bandung : Kaifa, 2000), h. 21. 3

M. Dalyono, Psikologi pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 49

4 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 22 5 Ibid., h. 3

6

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 33

(3)

2. Hakikat Belajar Matematika

Matematika mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,

science). Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan apa yang disebut

matematika. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak.7 Menurut Herman Hudojo matematika itu tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsur ruang sebagai sasarannya.8

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa hakikat hasil belajar matematika adalah suatu aktivitas yang dilakukan siswa dalam mempelajari matematika untuk mendapatkan perubahan tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang berlangsung cukup lama sebagai hasil interaksi yang aktif dengan lingkungan sekitarnya.

3. Hakikat Fun Teaching

Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan teaching berarti pengajaran, maka fun teaching

berarti menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.

Penyajian metode belajar yang bervariatif perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Jika belajar dikemas dalam suasana Fun akan mendapat reaksi yang positif dari siswa. Kalau suasana belajar selalu Fun, maka motivasi belajar siswa akan muncul dan terus bertambah.9 Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan dengan baik.

Salah satu asas utama dari fun teaching adalah menjadikan belajar semakin asyik dengan bermain. Menurut Dienes bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika pertama-tama disajikan kepeserta didik dalam bentuk-bentuk konkret.10 Disini Dienes menekankan betapa pentingnya memanipulasi objek-objek dalam bentuk permainan yang dilaksanakan di dalam laboratorium matematika.

Fun teaching memiliki teknik mengajar yang memberikan kemampuan kepada guru untuk masuk

ke dalam hati para siswa, yaitu: 1) Mengerti dan Memahami Siswa; 2) Keyakinan Diri; 3) Memanfaatkan Potensi Diri; 4) Kreatif; 5) Unik. Dari pembahasan Fun Teaching di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Fun Teaching merupakan metode pembelajaran dimana guru menciptakan lingkungan belajar yang aktif

dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan cara menggunakan unsur yang ada pada guru, siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ummi Djamilah dalam skripsinya tahun 2008 yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-G SMPN 74 Jakarta Melalui Peningkatan Motivasi Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Dengan Teknik TGT dan Pemberian Kartu Skor Partisipasi Siswa (KSPS). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan teknik TGT dapat menciptakan suasana belajar matematika yang lebih menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa.11

C. Kerangka Berfikir

Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran matematika, para siswa sering dihadapkan pada masalah sehubungan dengan matematika. Pembelajaran matematika yang monoton yang dilakukan oleh guru membuat siswa menjadi bosan, sulit menerima pembelajaran matematika dengan baik dan kurang termotivasi untuk belajar.

Hasil belajar merupakan proses evaluasi yang dilakukan guru untuk melihat kemampuan siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya hasil belajar matematika siswa, diantaranya ketidaksiapan siswa dalam belajar, sikap pasif siswa, kurangnya motivasi siswa, dan

7

Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 2

8 Herman Hudojo, loc.cit. 9

Ibid., h. 24

10

Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 59

11 Ummi Djamilah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-G SMPN 74 Jakarta

Melalui Peningkatan Motivasi Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Dengan Teknik TGT dan Pemberian Kartu Skor Partisipasi Siswa (KSPS), (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2008), h.139-140

(4)

ketidaktepatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Permasalahan ini terjadi di kelas IV SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, dimana rata-rata hasil belajar matematika siswa belum mencapai KKM.

Berdasarkan permasalahan yang ada, upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV yaitu dengan menggunakan metode fun teaching dengan teknik permainan. Metode

fun teaching adalah menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan, agar dapat membangkitkan

minat, gairah untuk belajar / motivasi, merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.

Langkah-langkah agar guru dapat masuk ke dalam hati para siswa antara lain, guru harus mempunyai keyakinan diri, guru dapat memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh siswa, guru mampu menggunakan potensi diri yang dimiliki semaksimal mungkin, guru mampu membuat berbagai upaya kreatif dalam pembelajaran dan menggunakan keunikan yang dimiliki agar dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan.

Penerapan metode fun teaching dengan teknik permainan ini dapat memotivasi siswa dan membuat siswa berpartisipasi aktif untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan mudah dalam memahami materi di dalam pembelajaran matematika, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa pun meningkat. Adanya peningkatan usaha siswa, motivasi belajar siswa, dan keaktifan siswa serta evaluasi siswa maka hasil belajar matematika siswa dapat dikatakan meningkat.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teoritis dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu penggunaan metode fun teaching diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Jenis dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller yang dikutip oleh Lexy Moleong mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.12 Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: Latar alamiah, Manusia sebagai alat (instrumen), Metode kualitatif, Analisis data secara induktif, Teori dari dasar, Deskriptif, Lebih mementingkan proses daripada hasil, Adanya “batas” yang ditentukan oleh “fokus”, Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, Desain yang bersifat sementara, Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.13

Jenis dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan Classroom

Action Research. Prosedur penelitian ini berlangsung secara siklik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, analisis, dan refleksi.

B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitiaan

1. Kehadiran Peneliti: Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai participant observer. Dalam penelitian ini, guru bertindak sebagai peneliti utama kegiatan.

2. Lokasi Penelitian: Penelitian dilaksanakan di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, yang terletak di jalan Rawabinangun, Kec. Koja, Jakarta Utara. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV dengan jumlah siswa yaitu 25 orang, pada tahun pelajaran 2008/2009 semester genap.

C. Data dan Sumber Data

1. Data Kuantitatif: Hasil tes awal (pra siklus), Hasil belajar siswa pada setiap siklus

Data Kualitatif: Data hasil observasi setiap siklus, Data hasil wawancara, Data yang memuat aktivitas siwa berupa lembar observasi dan catatan lapangan, Dokumentasi atau foto.

2. Sumber Data: Sumber data pada penelitian kaji tindak ini adalah siswa kelas IV, guru, Peneliti dan dua pengamat (observer).

3. Subjek Penelitian: Subjek peneilitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta.

4. Instrumen Penelitian: Peneliti, Lembar observasi siswa, Lembar tes belajar siswa pada setiap akhir siklus.

12

Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3

(5)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

E. Analisis Data

Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat penelitian di lapangan dan analisis data yang sudah terkumpul.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan sistem triangulasi data, yaitu mengecek keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data yang telah ada ke sumber data.

G. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan tahap pra siklus, dan akan dilanjutkan dengan siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap refleksi. Setelah peneliti melakukan analisis dan refleksi pada siklus I maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II dan seterusnya sampai siklus III.

IV. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data

1. Pra Siklus

Kegiatan pra siklus dilaksanakan selama 7 kali pertemuan, yaitu dari tanggal 16, 17, 18, 23, 24, 25, dan 30 April 2009. Kegiatan pra siklus meliputi: pengamatan kelas pada saat penyajian materi, pengenalan metode Fun Teaching, dan wawancara dengan guru dan siswa. Peneliti mengamati keadaan kelas dengan menggunakan catatan lapangan dan dibantu oleh dua orang observer. Peneliti memilih enam orang siswa sebagai subjek penelitian yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan menengah dan kemampuan rendah pada materi operasi hitung bilangan, kelipatan dan faktor bilangan, pengukuran, dan segitiga dan jajaran genjang.

a. Pengamatan kelas pada saat penyajian materi

Pertemuan pertama berlangsung pada hari Kamis, 16 April 2009 pukul 12.30-13.40 keadaan kelas IV tampak ramai. Guru memulai pelajaran dengan menanyakan apakah materi yang akan diberikan hari ini sudah dipelajari sebelumnya di rumah. Guru menjelaskan materi mengenal pecahan dan urutannya dengan menggunakan metode ekspositori. Kemudian guru memberikan latihan soal mengenai materi yang baru saja dipelajari pada buku paket. Namun kondisi kelas ramai. Sesekali guru menegur siswa yang membuat suasana kelas gaduh. Guru berkeliling memberikan kesempatan siswa bertanya apabila ada soal yang dianggap sulit dan mempersilahkan siswa dan mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis. Setelah itu, guru dan siswa secara bersama-sama memeriksa jawaban siswa yang ada di papan tulis dan menyuruh siswa untuk memperbaiki jawaban yang masih salah. Pada pengamatan selanjutnya yaitu pada tanggal 18, 23, 24, dan 25, KBM berjalan seperti biasa tidak ada yang berbeda, hanya materi yang diajarkan saja yang berbeda.

b. Pemberian tes akhir pra siklus

Pada hari Kamis, 30 April 2009 diadakan tes akhir pada pra siklus guna mengetahui hasil belajar siswa selama diajari dengan metode ekspositori. Rata-rata nilai tes akhir pra siklus adalah 55,2 dan hanya 44% dari siswa kelas IV yang nilainya telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Wawancara dengan guru dan siswa

Wawancara dengan guru dan observer dilakukan pada hari Jum’at, 24 April 2009. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observer diperoleh keterangan bahwa: perhatian siswa terhadap pelajaran masih kurang, siswa yang aktif di kelas didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Dari hasil pengamatan dan wawancara pada kegiatan pra siklus diperoleh keterangan tidak semua siswa mengerti apa yang dijelaskan guru, perhatian siswa terhadap penjelasan guru kurang.

Pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini kurang efektif digunakan untuk siswa kelas IV karena tidak melibatkan semua siswa dengan kemampuan yang berbeda untuk aktif dalam pelajaran. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi.

(6)

2. Kegiatan Siklus I a. Tahap Perencanaan

Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching. b. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama, Jum’at, 1 Mei 2009, sebelum pelajaran dimulai, guru mengadakan tanya jawab kepada siswa tentang materi bilangan pecahan dan bilangan romawi. Untuk menarik perhatian siswa, siswa yang bisa menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru akan mendapatkan reward. Pada fase ini terlihat para siswa yang terlihat antusias berusaha menjawab pertanyaan dari guru. Guru meneruskan materi dengan memberikan contoh soal kepada siswa dengan metode ekspositori. Saat ada siswa yang mengobrol ataupun bercanda, guru menegur siswa dengan lembut dengan menggunakan sikap fun teaching. Pada fase terakhir guru meminta beberapa siswa untuk maju memperagakan permainan dan dapat bergantian dengan siswa lain yang ingin bermain.

Pertemuan kedua, Sabtu, 2 Mei 2009, pada pertemuan ini pelajaran di awali dengan guru mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini permainan dilakukan dua kali. Kemudian guru membagi kelas menjadi dua tim dan sisanya menjadi wasit permainan. Pada permainan pertama ini, guru membebaskan siswa dalam memilih tim mereka sendiri. Namun pada permainan kedua guru membuat tim yang seimbang kemampuannya. Di akhir permainan guru memberikan reward kepada tim yang memenangkan permainan.

Pertemuan ketiga, Kamis, 7 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus I guna mengetahui hasil belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus I adalah 60,00 dan hanya 68% dari siswa kelas IV yang nilainya telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis

Permainan pada siklus I ini sudah cukup berjalan dengan baik. Namun pada saat pembentukan kelompok bermain banyak waktu terbuang sia-sia karena siswa dibebaskan memilih sendiri tim yang mereka inginkan. Selain itu, semua subjek penelitian mengalami peningkatan nilai dari tahap pra siklus ke siklus I. Jumlah siswa yang nilainya memenuhi SKBM mengalami kenaikan 24% yaitu dari 44% meningkat meenjadi 68%.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus I dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dan menjadi termotivasi dengan metode Fun Teaching dengan teknik permainan. Pemberian penghargaan dan reward kepada siswa atau kelompok terbaik membuat siswa termotivasi untuk mendapatkan penghargaan dan juga berusaha lebih keras lagi dalam belajar. Pada siklus II tidak ada yang ditambah ataupun dikurangi hanya dioptimalkan saja pelaksanaanya.

3. Kegiatan Siklus II a. Tahap Perencanaan

Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching. b. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama, Jum’at, 8 Mei 2009, pada awal pelajaran guru memanggil siswa yang mendapatkan peringkat terbaik untuk memberikan sertifikat. Pemberian sertifikat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi bilangan Romawi dan bangun ruang sederhana dengan menggunakan sikap-sikap Fun

Teaching dan memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dengan

benar. Siswa tampak antusias untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ditandai dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan berusaha menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru mulai mengenalkan bangun ruang sederhana dengan menggunakan alat peraga dan para siswa terlihat focus. Setelah selesai mencatat siswa diberikan beberapa latihan soal dan guru memberikan bimbingan kepada siswa yang membutuhkannya.

Pertemuan kedua, Kamis, 14 Mei 2009, pada pertemuan ini pelajaran di awali dengan guru mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagi kelas menjadi enam tim yang seimbang serta menjelaskan cara main dan peraturan-peraturannya. Setelah semua siswa berada pada meja sesuai dengan timnya, guru memberikan kepada masing-masing tim seperangkat kartu domino, dan seperangkat lembar soal dan jawaban serta memberitahukan waktu penyelesaian permainannya.

(7)

Pertemuan ketiga, Jum’at, 15 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus II guna mengetahui hasil belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus II adalah 64,50 dan 76% dari siswa kelas IV yang nilainya telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis

Secara umum pelaksanaan siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Keributan yang terjadi dalam kelas saat pembagian tim lebih kecil. Pada saat mengerjakan permainan dalam tim, siswa lebih serius tetapi ada juga siswa yang kurang terlibat dalam kelompoknya. Pelaksanaan permainan lebih baik dan semakin banyak siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, nilai rata-rata tes akhir siklus II adalah 64,5. Jumlah siswa yang nilainya memenuhi SKBM mencapai 76% dari siswa yang mengikuti tes akhir siklus II atau sebanyak 19 dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus II dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus II lebih baik daripada siklus I. Saat penyajian materi semakin banyak siswa yang aktif. Permainan mulai berjalan lebih baik karena guru telah membentuk siswa dalam tim sebelumnya. Sebelum masuk pada siklus III guru dan peneliti berdiskusi untuk merencanakan kegiatan siklus II. Pada siklus II tetap tidak ada yang ditambah atau dikurangi hanya dioptimalkan saja pelaksanaannya.

4. Kegiatan Siklus III a. Tahap Perencanaan

Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching. b. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan pertama, Sabtu, 16 Mei 2009, pada awal pelajaran guru memanggil siswa yang mendapatkan peringkat terbaik untuk memberikan sertifikat. Pemberian sertifikat ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi bilangan Romawi dan bangun ruang sederhana dengan menggunakan sikap-sikap Fun

Teaching dan memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dengan

benar. Kebanyakan siswa tampak antusias untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ditandai dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan berusaha menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru mulai mengenalkan jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga sederhana dipersiapkan sebelumnya. Pada saat penyajian materi guru meminta beberapa siswa untuk ikut membantu memperagakan permainan. Kemudian guru menjelaskan materi berikutnya yaitu mengenal bangun datar simetris, guru meminta siswa mengambil selembar kertas berbentuk persegi panjang yang telah disediakan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan agar siswa mengikuti guru untuk melipat kertas sesuai perintah guru. Setelah selesai menjelaskan, guru mempersilahkan siswa untuk mencatat dan bertanya hal yang belum dimengerti oleh siswa. Kemudian guru memberikan 10 soal yang berkaitan dengan materi agar siswa bisa lebih memahami materi yang telah diberikan.

Pertemuan kedua, Jum’at, 22 Mei 2009, seperti pada siklus sebelumnya pada pertemuan ini guru mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya dan kemudian membagi kelas menjadi enam tim yang seimbang serta menjelaskan cara main dan peraturan-peraturannya. Setelah semua siswa berada pada meja sesuai dengan timnya, guru memberikan kepada masing-masing tim seperangkat kartu domino, dan seperangkat lembar soal dan jawaban serta memberitahukan waktu penyelesaian permainannya.

Pertemuan ketiga, Sabtu, 23 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus II guna mengetahui hasil belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus III adalah 72,18 dan 88% dari siswa kelas IV yang nilainya telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis

Pada pelaksanaan siklus III siswa lebih aktif dalam menjawab soal, semakin antusias dalam mengikuti permainan dan tidak malu lagi bertanya kepada guru, baik saat penyajian materi maupun saat permainan. Sebagian besar siswa sudah terbiasa dan menyukai penyajian materi dengan metode Fun

Teaching dengan teknik permainan. Semua subjek penelitian mengalami peningkatan nilai dari siklus II ke

siklus III. Nilai rata-rata tes akhir siklus III adalah 72,18. Jumlah siswa yang memenuhi SKBM mengalami peningkatan, yaitu dari 76% menjadi 88% dari jumlah siswa yang mengikuti tes akhir siklus III.

(8)

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus III dapat disimpulkan bahwa siswa menyenangi pembelajaran dengan menggunakan metode Fun Teaching dengan teknik permainan. Siswa sudah aktif dalam pembelajaran yang ditandai dengan suasana kelas yang tidak terlalu berisik, keikutsertaan siswa dalam menjawab soal baik saat tanya jawab, penyajian materi, latihan, maupun saat permainan.

B. Hasil Penelitian

1. Metode Fun Teaching meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika Metode Fun Teaching membuat siswa semakin antusias dalam mengikuti pelajaran matematika. Dengan metode Fun Teaching matematika menjadi lebih menyenangkan dan lebih mudah dipahami, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu dapat di lihat juga dari catatan lapangan menunjukkan adanya peningkatan jumlah siswa dalam bertanya dan jumlah siswa yang berusaha menjawab pertanyaan guru, gambar menunjukkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa meningkat pada setiap siklus. Seperti terlihat pada grafik berikut:

2. Metode Fun Teaching meningkatkan hasil belajar matematika siswa

Metode Fun Teaching dengan teknik permainan membuat siswa mudah dalam memahami materi dan termotivasi untuk mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. Kesiapan dan keseriusan siswa dalam mengikuti tahap-tahap yang terdapat dalam metode Fun Teaching semakin menambah pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari, sehingga rata-rata nilai kuis berhadiah pada tiap siklus meningkat seperti terlihat pada grafik berikut:

0 5 10 15 20 25

siklus I siklus II siklus III

jumlah siswa yang bertanya kepada guru Jumlah siswa yang berusaha menjawab pertanyaan guru

Tes Pra

Siklus Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III

Nilai Rata-Rata 55.2 60 64.5 72.18 0 10 20 30 40 50 60 70 80 N ilai

Nilai Rata-Rata

(9)

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Metode pembelajaran Fun Teaching dengan teknik permainan dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

Peran aktif siswa terlihat dari kontribusi pendapat dan kesungguhan mereka dalam bekerja sama selama diskusi dalam permainan berlangsung di setiap siklusnya dan juga peran serta mereka dalam menjawab soal sebanyak mungkin agar mendapatkan reward atau penghargaan dari guru. Setiap anggota tim, baik yang merupakan siswa berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang, maupun siswa yang berkemampuan rendah saling berkompetisi dalam permainan agar dapat menjadi kelompok terbaik. Hal ini didukung oleh ungkapan Sudjana dalam bukunya bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari tingkah laku siswa.

Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan terjadi pada siklus II dan siklus III. Dengan kata lain metode Fun Teaching dengan teknik permainan mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran matematika.

2. Metode pembelajaran Fun teaching dengan teknik permainan dapat meningkatkan hasil belajar bilangan romawi dan bangun ruang dan bangun datar

Penerapan metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah meningkatkan hasil belajar Bilangan Romawi dan Bangun Ruang dan Bangun Datar siswa kelas IV di SDN Rawa Badak Utara 10 Petang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tes siswa setelah diterapkan metode Fun Teaching dengan permainan mengalami peningkatan di setiap siklusnya, yaitu 60 pada siklus I, 64,5 pada siklus II, dan 72,18 Pada siklus III. Demikian juga dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 (memenuhi SKBM) mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu 68% pada siklus I, 76% pada siklus II, 88% pada siklus III.

V. PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode

Fun Teaching dengan teknik permainan telah membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan

metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Rawa Badak Utara 10 Petang Jakarta.

B. Implikasi

Penerapan metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah dilakukan guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dan siswa harus memahami terlebih dahulu bagaimana pelaksanaan dan peraturan-peraturan yang ada pada metode Fun Teaching dengan teknik permainan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

C. Saran

Untuk melakukan pembelajaran ini, guru harus kreatif dalam membuat permainan dan dalam menarik perhatian siswa. Penerapan pembelajaran metode Fun Teaching dengan teknik permainan dapat dijadikan variasi dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa bosan dalam menerima pelajaran.

1 2 3 4 5 6

nilai siklus I 87.5 75 70 62.5 50 37.5

nilai siklus II 100 90 80 65 55 40

Nilai Siklus III 100 95 87.5 82 70 70

0 20 40 60 80 100 120 N ilai

(10)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

3. DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; dan Singer-Nourie, Sarah. 2004. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. 4. Djamilah, Ummi. 2008. “Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 74

Jakartamelalui Peningkatan Motivasi dengan menerapkan metode pembelajaran dengan teknik Teams Games Tournaments (TGT) dan pemberian kartu skor partisipasi (KSPS)”. Skripsi.Tidak Diterbitkan: Jurusan Matematika FMIPA UNJ.

5. Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. 6. Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

7. Ralibi, Imam Maliki. 2008. Fun Teaching Kiat Sukses Belajar dan Mengajar yang Menyenangkan. Cikarang: Duha Khasanah.

8. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 9. Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah biaya tetap usaha ayam Broiler sangat bervariasi jika dilihat menurut periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya

Sudah banyak konsumen kami yang telah membuktikan paket Obat Kutil Kelamin / Kondiloma / Jengger Ayam Yang Ampuh Tanpa Operasi , pengalaman

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga sampai saat ini penulis masih ditetapkan pada iman dan Islam, serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id. commit

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu dan makhluk sosial, Manusia merupakan bagian dari seluruh anggota masyarakat organis,

Papa Djoko yang memberikan jalan dalam pelaksanaan skripsi, Mama Naniek yang selalu mendukung dan memberikan semangat, Mbak Andina yang memberikan dukungan moril

Peserta yang dinyatakan lulus uji akademik untuk Fakultas Kedokteran dan Progam Studi Psikologi diharuskan mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi lanjutan mulai