• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji Timur, Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong berbatasan dengan kota Depok dan kota Jakarta. Nusantara Polo Club berada di titik koordinat 6°27'35.45" LS dan 106°51'46.76" BT. Keadaan suhu di Nusantara Polo Club sebesar 27oC, serta kelembaban 79 - 85%. Nusantara Polo Club memiliki lapangan berukuran 320 m x 130 m dengan ditanami rumput. Kandang memiliki dua, yaitu Alfa stable dan Bravo Stable. Alfa Stable merupakan tempat kuda aktif yang biasa digunakan untuk olahraga polo sedangkan Bravo Stable terdiri dari kuda yang sudah tidak aktif olahraga polo, kuda penjantan dan kuda member.

4.2 Tata Laksana Pemeliharaan Kuda 4.2.1 Perawatan kuda

Perawatan Pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club terdiri dari pembersihan bulu, perawatan kuku, memandikan kuda, mengganti tapal kuda, pencukuran bulu rambut kepala dan ekor. Pembersihan bulu dilakukan dengan cara disikat bagian kepala, badan sampai kaki pada pagi dan sore hari. Memandikan kuda dilakukan tidak terlalu sering hanya dimandikan apabila kuda terlihat kotor dan berkeringat setelah digunakan latihan polo. pencukuran bulu dilakukan 1 minggu sekali dan pencukuran dilakukan apabila bulu ekor maupun rambut sudah mulai memanjang.

(2)

Perawatan kuku dilakukan setiap hari agar terhindar dari penyakit kuku yang disebabkan kotoran menempel pada bagian kuku. Pemotongan kuku dilakukan setelah exersice, bermain polo atau melakukan aktivitas dan penggantian tapal kuda dilakukan antara 1 - 2 bulan sekali. Kuda yang telah selesai dibersihkan, dibawa untuk exercise selama 30 menit apabila ditunggangi di rumput, atau selama 15 menit di batu atau alas yang keras, setelah selesai melakukan exercise kuda dimasukkan kembali ke dalam kandang. Saat kuda di dalam kandang, uap air (fogging) dan kipas dinyalakan untuk menyesuaikan suhu. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan kuda di Nusantara Polo Club terdiri dari sikat, sisir, roskam, pencungkil kuku, sabun dan shampo.

4.2.2 Perkandangan

Kandang yang digunakan setiap individu berukuran 3m x 3m, dengan fasilitas kipas angin fogging uap air di setiap kandang yang terletak diatas setiap kandang individu, untuk menjaga suhu udara agar kuda tidak kepanasan dan stres, karena sebelumnya kuda tersebut dari daerah subtropis. Panjang setiap barisan koridor kandang individu adalah 20 m atau 6 kandang individu, dengan jarak lebar kandang (face-to-face type) dan kandang depannya sejauh 5 m. Kandang beralaskan serutan kayu sebagai litter yang tidak terlalu halus setebal 15 cm. Pada pojok kiri bagian belakang terdapat tempat air minum dengan volume 50 liter dan bagian depan terdapat tempat makan untuk diberikan pellet.

4.2.3 Pakan

Pemberian pakan merupakan salah satu hal terpenting dalam pemeliharaan kuda, pemberian pakan berupa rumput dan konsentrat. Makanan pokok bagi kuda adalah rumput saja dapat bertahan hidup, tetapi untuk meningkatkan prestasi maka kuda diberikan makanan tambahan berupa konsentrat, selain rumput dan

(3)

konsentrat juga diberikan vitamin dan mineral (Suharjono, 1990). Pemberian pakan di Nusantara Polo Club, yaitu pellet dan rumput. Pemberian konsentrat yang diberikan yaitu berbentuk pellet, pemberian pellet dilakukan pada pukul 05.00 pagi dan 17.30 sore. Kuda yang masih aktif digunakan bermain olahraga polo diberikan pellet sebanyak 3 kg dalam sekali pemberian dan kuda yang tidak aktif diberikan pellet sebanyak 2,5 kg, untuk pemberian rumput biasanya dilakukan pada pukul 09.00 pagi dan 17.00 sore. Tambahan pakan grand pix diberikan pada kuda yang aktif.

4.2.4 Penanganan Kesehatan

Penanganan kesehatan kuda harus diperhatikan karena hal ini merupakan antisipasi agar kuda tidak terkena penyakit yang dapat mengganggu dalam olahraga kuda polo ini. Pemberian obat yang rutin dilakukan di Nusantara Polo Club yaitu pemberian obat cacing panacur sebanyak 20- 25 ml yang dilakukan 3 bulan sekali. Pemberian vitamin dan suplemen pun diberikan setiap 3 bulan sekali pada saat off season, dan satu bulan sekali pada saat active season. Jika kuda mengalami luka- luka, penangannya dengan dibersihkan menggunakan rivanol konsetrasi 0,1%, setelah itu diteteskan betadine dan limoxin spray. Kuda yang terserang penyakit kolik, penanganannya dapat dilakukan exercise atau lunging selama 30 menit, dan disuntik dengan flunixin norbrook 15 ml. jika kolik tidak kunjung sembuh, maka 8 jam kemudian kuda disuntik kembali dengan flunixin. Cara untuk melihat apakah kuda terserang kolik atau tidak, yaitu dilihat bagaimana konsentrasi fesesnya keras apa tidak, kuda tampak gelisah, dan kuda menggaruk-garuk lantai dengan melihat kearah perut.

(4)

4.3 Hasil Pengukuran Tinggi Pundak, Panjang Badan dan Kecepatan 4.3.1 Tinggi Pundak

Data hasil pengukuran mengenai Tinggi Pundak yang diperoleh di Nusantara Polo Club sebagai berikut :

Tabel 3 . Ukuran Tinggi Pundak kuda di Nusantara Polo Club

Analisis Statistik Nilai

Maksimum (cm) 157 Minimum (cm) 142 Rata-rata (cm) 152 Simpangan Baku (cm) Ragam (cm) 3,32 11,08 Koefisien Variasi (%) 2,19 Keterangan : Populasi 25

Pada Tabel 3 menunjukan bahwa ukuran tinggi pundak Kuda Polo adalah sebesar 152 + 3,32 cm, ragam 11,08 dan koefisian variasi sebesar 2,19%. Ukuran tinggi pundak tertinggi adalah 157 dan tinggi pundak terendah adalah 142 cm. Berdasarkan nilai koefisien variasi kondisi data tinggi pundak Kuda Polo adalah seragam, karena nilai koefisien variasi dari tinggi pundak yaitu 2,19%. Hal ini mengacu pada pendapat (Nasoetion yang dikutip dari Sastrosupadi, 2000) bahwa koefisien variasi dibawah 15 % bearti populasi yang diamati seragam. Tinggi pundak merupakan tinggi puncak tertinggi sampai tanah yang diukur dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan (cm).

Jika dilihat dari data tinggi pundak bahwa kuda polo yang berada di Nusantara Polo Club merupakan tipe kuda ringan, hal ini sesuai bahwa kuda polo termasuk kuda tunggang yaitu kuda tipe ringan dengan bobot badan 400 - 600 kg dan tinggi pundak 145 - 170 cm (Blakeley dan Bade, 1998). Kategori umum tinggi pundak menurut Sasimowski (1987) adalah ukuran pundak < 130 cm termasuk ke dalam kategori sangat kecil, 131 – 147 cm kecil, 148 – 158 cm

(5)

sedang, 159 – 169 cm besar, >170 cm sangat besar. Rataan tinggi pundak polo di Nusantara Polo Club 152 + 3,32 cm, jika dimasukan ke dalam kategori umum tinggi pundak maka Kuda Polo di Nusantara Polo Club termasuk ke dalam kategori sedang. Tinggi pundak sangat penting bagi seekor kuda karena semakin tinggi pundak maka akan diperoleh postur tubuh yang ideal untuk memiliki kecepatan berlari yang tinggi (Bandiati, 1990).

4.3.2 Panjang Badan

Data hasil pengukuran mengenai panjang badan yang diperoleh di Nusantara Polo Club sebagai berikut :

Tabel 4. Ukuran Panjang Badan kuda di Nusantara Polo Club

Analisis Statistik Nilai

Maksimum (cm) 164 Minimum (cm) 152 Rata-rata (cm) 157 Simpangan Baku (cm) Ragam (cm) 3,33 11,14 Koefisien Variasi (%) 2,11 Keterangan : Populasi 25

Pada tabel 4 menunjukan bahwa ukuran panjang badan Kuda Polo di Nusantara Polo Club adalah sebesar 157 + 3,33 cm, ragam 11,14 dan koefisien variasi 2,11%. Ukuran panjang badan tertinggi adalah 164 cm dan nilai ukuran panjang badan terendah adalah 152 cm. Data Panjang badan kuda Polo di Nusantara Polo Club adalah seragam karena, nilai koefisien variasi dari panjang badan yaitu 2,11%, hal ini mengacu pada pendapat (Nasoetion yang dikutip dari Sastrosupadi, 2000) bahwa koefisien variasi dibawah 15 % bearti populasi yang diamati seragam.

Panjang badan pada umumnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai tinggi pundak. Menurut (Bandiati, 1990) menyatakan

(6)

bahwa semakin panjang badan akan semakin cepat larinya pada jarak lintasan yang pendek. Panjang badan akan mempengaruhi kualitas langkah pada kaki kuda baik tipe jarak panjang maupun jarak yang pendek berupa pencapaian jarak dalam waktu singkat.

4.3.3 Kecepatan Lari

Data hasil pengukuran mengenai kecepatan lari kuda yang diperoleh di Nusantara Polo Club sebagai berikut :

Tabel 5. Ukuran Kecepatan Lari kuda di Nusantara Polo Club

Analisis Statistik Nilai

Maksimum (m/dtk) 20,06 Minimum (m/dtk) 13,27 Rata-rata (m/dtk) 17,66 Simpangan Baku (m/dtk) Ragam (m/dtk) 1,61 2,62 Koefisien Variasi (%) 9,16 Keterangan : Populasi 25

Pada tabel 5 menunjukan bahwa rata-rata Kecepatan Lari Kuda Polo di Nusantara Polo Club adalah sebesar 17,66 + 1,61 m/dtk, ragam 2,62 dan koefisien variasi 9,16. Kecepatan lari tertinggi adalah 18,06 m/dtk dan terendah adalah 11,27 m/dtk. Kecepatan lari kuda polo adalah seragam karena, nilai koefisien variasi dari panjang badan yaitu 9,16 hal ini mengacu pada pendapat (Nasoetion yang dikutip dari Sastrosupadi, 2000) bahwa koefisien variasi dibawah 15 % bearti populasi yang diamati seragam.

Kecepatan lari merupakan waktu yang dibutuhkan kuda untuk menempuh jarak tertentu. Data mengenai kecepatan diambil pada sesaat kuda sedang melakukan latihan lari gallop dengan jarak 200 m. Kecepatan ini merupakan hal terpenting dalam pertandingan polo berkuda, karena kecepatan lari merupakan tolak ukur prestasi yang menunjang dari setiap kuda polo.

(7)

Jika dilihat dari data kecepatan lari gallop kuda pada saat latihan di Nusantara Polo Club kecamatan Cibinong kabupaten Bogor memiliki rata-rata kecepatan lari gallop 17,66 m/dtk. menurut (harris, 1993) bahwa Rata-rata kecepatan lari gallop sekitar 11-14 m/dtk, ini tergantung panjang langkah dari kuda.

4.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik hubungan kausal, simetris dan reciprocal. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi (r).

Tabel 6. Korelasi antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari

Konformasi Badan Korelasi dengan kecepatan

Tinggi Pundak 0,84

Panjang Badan 0,52

Koefisien korelasi (r) mengukur derajat hubungan antara dua variabel atau lebih Nilai r berkisar dari -1,0 sampai +1,0, korelasi sama dengan +1,0 menunjukan bahwa untuk setiap unit peningkatan dalam satu variabel akan terjadi satu unit peningkatan pada sifat yang berkorelasi itu. Koefisien korelasi dapat terletak dimanapun diantaranya keduanya, dengan nilai 0 yang bearti tidak ada hubungan antara dua perubah, Kisaran nilai koefisien korelasitidak ada korelasi 0, korelasi sangat lemah berkisar 0,01 - 0,25; korelasi cukup berkisar 0,25 - 0,50; korelasi kuat berkisar 0,51 - 0,75; korelasi sangat kuat berkisar 0,75 - 0,99; korelasi sempurna 1(sarwono, 2006). Hubungan yang kuat atau besar terlihat dari besarannya nilai koefisien korelasi antara variabel-variabelnya yaitu mendekati 1 . Hubungan korelasi yang positif bearti nilai-nilai suatu variabel naik diikuti dengan

(8)

meningkatnya variabel lain dan sebaliknya suatu variabel akan turun nilainya apabila diikuti penurunan variabel (Warwick, 1995). Dari tabel 6, maka dapat dilihat bahwa nilai memiliki korelasi positif dan terdapat hubungan yang signifikan dari tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda polo.

Besar Koefisien Korelasi dari tinggi pundak adalah 0,84. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai koefisien korelasi termasuk dalam kategori sangat kuat. Hubungan yang terjadi antara tinggi pundak dan kecepatan lari signifikan terlihat dari nilai yang dihasilkan. Nilai ini juga dapat menggambarkan jika Tinggi Pundak naik satu satuan maka Kecepatan Lari hanya akan naik sebesar 0,84. Begitu pula dengan Panjang Badan, nilai koefisien korelasinya sebesar 0,52. Terdapat hubungan yang signifikan dari panjang badan dengan kecepatan lari kuda polo terlihat dari koefisien korelasi yang dihasilkan. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,52 menunjukan hubungan antara panjang badan dengan kecepatan lari pada kategori kuat. Nilai ini juga dapat menggambarkan, apabila panjang badan naik satu satuan maka kecepatan lari akan naik sebesar 0,52.

Dari analisis korelasi tersebut menunjukan terdapat hubungan korelasi positif yang signifikan. Artinya apabila variabel naik satu satuan akan diikuti oleh yang lainnya. Dari nilai koefisien kedua variabel ini menunjukan tinggi pundak dan panjang badan memberikan korelasi dalam kategori kuat dengan kecepatan lari. Tinggi pundak dan panjang badan diasumsikan sebagai salah satu indikator yang dapat mengukur sebaik apa perfoma kuda polo, salah satunya pada kecepatan lari. Namun dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa korelasi dua variabel tersebut signifikan. Ini bearti tinggi pundak dan panjang badan akan dapat menunjang lari kuda polo.

(9)

4.5 Analisis Regresi

Analisis Regresi dipergunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan dari dua variabel atau lebih. Variabel-variabel dikelompokan menjadi variabel independen yang biasanya dinotasikan dengan huruf x dan variabel dependen dinotasikan dengan huruf y. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu tinggi pundak (x1), panjang badan (x2) dan variabel dependen yaitu kecepatan lari (y) Hasil

analisis regresi akan disajikan pada tabel 7 dan 8.

Tabel 7. Regresi linier ganda antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari.

Model B Standar Error Sig

(Konstan) -65,974 8,322 0,000

Tinggi Pundak 0,374 0,043 0,000

Panjang Badan 0,170 0,043 0,000

Berdasarkan tabel 7 model yang tepat untuk menduga persamaan linier berganda antara tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari adalah Ŷ = -65,974 + 0,374x1 + 0,170x2, Persamaan regresi tersebut bahwa nilai alfa 1 =

0,374 bertanda posititf dan alfa 2 = 0,170 bertanda positif.

Tabel 8. Koefisien Determinasi antara Tinggi Pundak dan Panjang Badan dengan Kecepatan Lari.

R R Square Standar Error

0,914 0,835 0,68667

Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 8 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 83,5%, nilai ini temasuk ke dalam kategori tinggi, hal ini

(10)

menunjukan bahwa variabel terikat atau kecepatan lari (y) dapat diduga berdasarkan tinggi pundak dan panjang badan.

Koefisien Determinasi berganda (R2) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui besarnya Koefisien Determinasi (R2) masing-masing prediktor yang digunakan. Berdasarkan hasil data penelitian didapatkan nilai R sebesar 0,91 yang artinya variabel x1 dan x2 mempunyai hubungan yang tinggi. Sedangkan nilai

koefisien determinasi R2 (R square) sebesar 0,835 atau 83,5%. Dengan kata lain pengaruh x1 dan x2 secara bersama-sama terhadap y adalah sebesar 83,5%

sedangkan sisanya 16,5% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya, diluar x1 dan x2

terhadap y.

Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan suatu hubungan antara tinggi pundak dan panjang badan dengan kecepatan lari kuda polo di Nusantara Polo Club, karena pengaruh tinggi pundak (x1) dan panjang badan (x2)

dengan kecepatan lari (y) sebesar 83,5%. Faktor-faktor lain sebesar 16,5% bahwa sebagian besar pengaruh berada diluar tinggi pundak (x1) dan panjang badan (x2).

Faktor-faktor seperti kemampuan joki, kondisi lapangan, sistem manajemen pemeliharaan memberi sumbangan terhadap kecepatan kuda, faktor lain yang berpengaruh terhadap kecepatan Kuda yang terlatih memiliki kemampuan untuk berlari dengan daya tahan rangka lebih besar dibandingkan dengan yang tidak terlatih. Kuda yang memiliki panjang badan dan tinggi pundak yang panjang mempunyai ruang langkah kaki yang luas yang menjadikan kuda dapat belari dengan cepat. Menurut Bruin dkk (1994) pengaruh lingkungan permanen pada performa berlari kuda adalah faktor nutrisi, cidera, pemilik, dan pelatih.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak cara pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari makhluk hidup. Salah satu cara pendekatan dalam mempelajari makhluk hidup adalah ekologi. Ekologi adalah ilmu

Allah yang sejati dari allah yang sejati,/ diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa,/ yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;/

Tindakan ini menuntut pihak polis mempunyai suatu hubungan atau ikatan yang kuat dengan masyarakat supaya wujud nilai kepercayaan antara mereka dalam menghadapi musuh

Uji t digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan dari masing-masing variabel secara parsial dalam memperoleh variabel terikat.. Coefficients a Model

Jenis usaha yang wajib menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 h u r u f a angka 3.b adalah jenis usaha yang mempunyai

Administrasi Pembangunan. SKPD wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan Pokja ULP / Pejabat Pengadaan di lingkungan SKPD masing masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern

Penelitian ini akan memfokuskan pada masyarakat Etnik Tionghoa di Kelurahan Niki-Niki khususnya mereka yang merupakan keturunan kawin- campur dengan masyarakat lokal

Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka