• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 1 Konferensi Pers

Tempat : Café Bebek Bali – Senayan, 26 September 2005

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG

DI INDONESIA

I. ASPEK KEDOKTERAN HEWAN

Menyikapi masalah flu burung (avian influenza) yang akhir-akhir ini mendominasi pemberitaan di media massa, kami merasa perlu memberikan tanggapan dan saran dari aspek kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner. Beberapa tanggapan dan saran adalah sebagai berikut :

1. Yang perlu disadari dan diketahui saat ini, terutama oleh pemerintah/pengambil kebijakan dan masyarakat, bahwa sejak tahun 2004 kasus klinis flu burung (Avian Influenza/AI) pada peternakan unggas komersial di Indonesia dinyatakan terkendali. Kasus klinis yang ada hanya bersifat sporadis dan bukan wabah (outbreak). Hal ini berarti tidak ada wabah AI di peternakan ayam komersial. Kebijakan dan tindakan yang telah dilaksanakan Departemen Pertanian dalam menanggulangi wabah AI sejak tahun 2004 dinilai baik. Kebijakan strategi pengendalian AI (9 langkah pengendalian AI, terutama difokuskan kepada tindakan

biosecurity, vaksinasi, depopulasi terbatas dan pengendalian lalu-lintas hewan) di

Indonesia merupakan langkah yang cukup arif dan efektif dibandingkan dengan pemusnahan massal.

2. Kasus AI pada burung-burung selain unggas komersial perlu dikonfirmasi dengan pengujian laboratorium yang memenuhi kaidah-kaidah baku dan ilmiah untuk menyatakan positif. Departemen Pertanian sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI) relatif sulit menanggulangi AI pada burung non komersial terutama burung-burung liar, mengingat beberapa kendala antara lain : penanganan burung (aspek konservasi dan liar) merupakan kewenangan dari instansi lain dan sulitnya mengawasi pemeliharaan burung di masyarakat serta kondisi alam (migrasi). 3. Indonesia belum memiliki Undang-Undang Kesehatan Hewan, seperti halnya

Departemen Kesehatan yang memiliki Undang-Undang Kesehatan. Selain itu, untuk menangani kesehatan hewan secara terpadu, diperlukan Sistem Kesehatan Hewan Nasional (SISKESWANNAS). Perangkat terpenting dalam pengembangan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi sistem kesehatan hewan nasional adalah adanya Badan atau Lembaga Otoritas Veteriner yang memiliki tanggungjawab dan kewenangan terhadap kesehatan hewan, sesuai dengan aturan yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office Internationale des Epizooties/OIE atau World Animal Health Organization). Negara-negara maju dan negara ASEAN

(2)

Page | 2 telah memiliki Undang-Undang Kesehatan Hewan dan Badan Otoritas Veteriner seperti Malaysia dan Filipina.

4. Dalam memberikan pernyataan kepada masyarakat, suatu instansi harus melihat berbagai aspek (teknis, ekonomis, sosial, budaya, politik) dan mempertimbangkan masukan dari instansi teknis yang terkait, sehingga informasi yang disampaikan proporsional, tidak meresahkan dan membingungkan masyarakat.

5. Menyimak pernyataan atau pemberitaan adanya kasus flu burung pada manusia yang semakin bertambah, kami perlu sampaikan beberapa hal antara lain: (a) bagaimana prosedur suatu kasus klinis yang mirip flu burung pada manusia dapat dinyatakan positif; (b) apakah dilakukan juga kemungkinan diagnosa penyakit dari penyebab lain (differential diagnosis); (c) bagaimanakah pengujian laboratorium dinyatakan positif; (d) perlunya dilakukan kajian epidemiologis untuk menjelaskan kausa dan cara penularan penyakit untuk tindakan pengendalian dan pencegahan.

II. ASPEK EKONOMI

Peran sektor peternakan terhadap perekonomian tidak dapat dikatakan kecil. Meskipun kontribusinya terhadap PDB hanya sekitar 1,8 persen, namun potensi konsumsi per kapita produk unggas di Indonesia juga besar dan terus mengalami peningkatan. Konsumsi daging per kapita yang hanya 4,1 kg/kapita/tahun tahun 1999, menjadi 6,1 kg/kapita/tahun pada tahun 2003 (Deptan, 2003). Konsumsi telur pun meningkat dari 2,7 kg/kapita/tahun menjadi 4,5 kg/kapita/tahun. Sehingga secara keseluruhan konsumsi protein di Indonesia meningkat dari 3,2 menjadi 4,9 kg/kapita/tahun. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini pun cukup tinggi yaitu mencapai 2,9 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2002.

Dilihat dari peran sektor peternakan dalam perekonomian Indonesia, khususnya unggas, terhadap sektor lainnya juga tidak dapat dibilang kecil. Sektor ini memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi terhadap sektor-sektor hilirnya. Industri unggas memiliki keterkaitan ke depan sebesar 38,4% dengan industri restoran dan 36% dengan industri olahan unggas lainnya.

Kekhawatiran industri perunggasan terhadap merebaknya kasus flu burung di Indonesia sangat beralasan. Hasil kajian Oktaviani, 2005 menunjukkan bahwa jika virus flu burung diasumsikan meningkatkan resiko berproduksi sebesar 10% pada industri unggas akan mengakibatkan penurunan permintaan rumah tangga terhadap produk-produk peternakan khususnya unggas sebesar 2,5% hingga 4,4%. Bahkan permintaan rumah tangga terhadap sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor peternakan, seperti pengolahan ternak dan restoran akan mengalami penurunan yang lebih besar. Output industri unggas juga akan menurun sebesar 13,7 persen, lebih besar dari peningkatan resiko industri unggas akibat merebaknya virus avian.

Secara nasional, peningkatan resiko mewabahnya flu burung akan berdampak pula terhadap variabel-variabel makroekonomi lainnya, seperti GDP riil, investasi, dan ekspor-impor. Peningkatan resiko berproduksi 10 persen saja pada industri unggas dapat mengakibatkan

(3)

Page | 3 GDP riil tumbuh hanya sebesar 0,2 persen. Investasi hanya akan tumbuh 7-8%, sedang ekspor akan meningkat 4% dan impor mengalami penurunan 3,5% (Oktaviani, 2005). Pada saat ini yang menjadi masalah bukanlah pada terjangkitnya unggas oleh AI, tetapi kekhawatiran atau persepsi tentang kemungkinan AI menjangkiti manusia. Persepsi ini setidaknya dapat menyebabkan dua hal berikut:

1. Persepsi tentang meningkatnya resiko mengkonsumsi produk-produk unggas. 2. Persepsi tentang meningkatnya resiko tertulari AI pada saat wisatawan di Indonesia. Persepsi yang pertama akan menyebabkan rumah tangga menghindari produk unggas. Sedangkan persepsi yang kedua akan menyebabkan wisatawan asing menghindari untuk datang ke Indonesia. Pengaruh akhir dari kedua persepsi tersebut adalah sebagai berikut: Permintaan rumah tangga akan produk-produk unggas akan turun sebesar 22,7 s.d. 24,9 persen. Demikian pula permintaan terhadap produk hasil olahan ternak akan turun sebesar 1,24 s.d. 3,34 persen. Permintaan terhadap produk restoran juga mengalami penurunan sebesar 2,7 s.d. 4,7 persen.

Sektor pariwisata akan merupakan yang mengalami penurunan output cukup drastis yaitu sebesar 12,18 persen. Tentunya yang paling parah adalah sektor unggas yang mengalami penurunan sebesar 26 persen. Industri-industri yang terkait dengan produk unggas dan pariwisata juga akan mengalami penurunan output yang relatif bervariasi antara 2,9 s.d. 4,4 persen.

Mengingat sektor unggas dan pariwisata dan yang terkait dengannya adalah labor intensive, maka pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja akan lebih besar. Penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata, pengolahan dan restoran berturut-turut adalah 32 persen, 5,41 persen, 3,73 persen dan 3,18 persen.

Pada akhirnya semua hal tersebut akan berakibat pada penurunan pendapatan rumah tangga. Penurunan pendapatan terjadi pada semua kategori rumah tangga dengan kisaran 6,8 s.d. 7,5 persen di wilayah pedesaan dan 7,3 s.d 8,1 persen di wilayah perkotaan.

LAMPIRAN

Tabel 1. Dampak terhadap Permintaan Rumah Tangga di Masing-masing Skenario

-4.51 -4.76 -4.42 -3.03 -3.52 -4.1 -2.7 -3.25 -3.49 -3.85 Restoran -2.64 -3.34 -3.22 -1.54 -2.56 -3.34 -1.24 -2.11 -2.63 -3.22 Pengolahan Ternak -24.11 -24.9 -24.82 -23 -24.1 -24.9 -22.7 -23.7 -24.2 -24.9 Produk Unggas Skenario 2 -4.00 -4.50 -4.47 -3.71 -4.33 -4.27 -3.80 -4.29 -4.42 -4.46 Restoran -3.54 -4.11 -4.10 -3.59 -4.20 -4.13 -3.68 -4.16 -4.29 -4.32 Pengolahan Ternak -2.81 -3.81 -4.04 -2.50 -3.82 -4.05 -2.62 -3.60 -4.11 -4.42 Produk Unggas Skenario 1 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 Urban Rural Deskripsi -4.51 -4.76 -4.42 -3.03 -3.52 -4.1 -2.7 -3.25 -3.49 -3.85 Restoran -2.64 -3.34 -3.22 -1.54 -2.56 -3.34 -1.24 -2.11 -2.63 -3.22 Pengolahan Ternak -24.11 -24.9 -24.82 -23 -24.1 -24.9 -22.7 -23.7 -24.2 -24.9 Produk Unggas Skenario 2 -4.00 -4.50 -4.47 -3.71 -4.33 -4.27 -3.80 -4.29 -4.42 -4.46 Restoran -3.54 -4.11 -4.10 -3.59 -4.20 -4.13 -3.68 -4.16 -4.29 -4.32 Pengolahan Ternak -2.81 -3.81 -4.04 -2.50 -3.82 -4.05 -2.62 -3.60 -4.11 -4.42 Produk Unggas Skenario 1 3 2 1 7 6 5 4 3 2 1 Urban Rural Deskripsi

(4)

Page | 4 Tabel 2. Dampak terhadap Output Sektoral pada Masing-masing Skenario

Tabel 3. Dampak terhadap Permintaan Tenaga Kerja dan Kapital pada Masing- masing Skenario - 1 2 . 1 8 - 4 . 5 6 T o u r i s m - 4 . 4 5 - 3 . 5 2 H o t e l - 2 . 9 0 - 3 . 1 9 R e s t a u r a n t - 4 . 5 0 - 1 . 0 7 T r a d e - 5 . 4 3 - 4 . 3 4 F e r t i l i z e & P e s t i c i d e - 3 . 5 2 - 3 . 2 4 L i v e s t o c k P r o c e s s i n g - 2 6 . 0 7 - 1 3 . 2 2 P o u l t r y P r o d u c t - 0 . 9 6 - 1 . 1 3 L i v e s t o c k 5 . 5 8 3 . 5 3 S o y b e a n s 1 . 2 2 0 . 4 8 M a i z e - 3 . 0 3 - 2 . 1 8 P a d d y S k e n a r i o 2 S k e n a r i o 1 I n d u s t r y - 1 2 . 1 8 - 4 . 5 6 T o u r i s m - 4 . 4 5 - 3 . 5 2 H o t e l - 2 . 9 0 - 3 . 1 9 R e s t a u r a n t - 4 . 5 0 - 1 . 0 7 T r a d e - 5 . 4 3 - 4 . 3 4 F e r t i l i z e & P e s t i c i d e - 3 . 5 2 - 3 . 2 4 L i v e s t o c k P r o c e s s i n g - 2 6 . 0 7 - 1 3 . 2 2 P o u l t r y P r o d u c t - 0 . 9 6 - 1 . 1 3 L i v e s t o c k 5 . 5 8 3 . 5 3 S o y b e a n s 1 . 2 2 0 . 4 8 M a i z e - 3 . 0 3 - 2 . 1 8 P a d d y S k e n a r i o 2 S k e n a r i o 1 I n d u s t r y -1.31 0.23 -5.41 2.61 Tourism -2.01 -0.29 -4.03 0.09 Transportation 1.17 0.38 11.5 3.05 Hotel -1.35 -1.03 -3.18 -5.16 Restaurant -1.45 -1.68 -0.11 -2.21

Fertilize & Pesticide

-3.21 -2.67 -3.73 -4.16 Livestock Processing -26.6 -12.6 -32.6 -17.1 Poultry Product 1.04 0.17 -4.91 -4.28 Livestock 10.98 7.12 4.85 2.74 Soybeans 3.86 2.14 -2.26 -2.25 M aize -2.82 -2.03 -8.95 -6.41 Paddy Skenario 2 Skenario 1 Skenario 2 Skenario 1 Kapital Tenaga Kerja Industri -1.31 0.23 -5.41 2.61 Tourism -2.01 -0.29 -4.03 0.09 Transportation 1.17 0.38 11.5 3.05 Hotel -1.35 -1.03 -3.18 -5.16 Restaurant -1.45 -1.68 -0.11 -2.21

Fertilize & Pesticide

-3.21 -2.67 -3.73 -4.16 Livestock Processing -26.6 -12.6 -32.6 -17.1 Poultry Product 1.04 0.17 -4.91 -4.28 Livestock 10.98 7.12 4.85 2.74 Soybeans 3.86 2.14 -2.26 -2.25 M aize -2.82 -2.03 -8.95 -6.41 Paddy Skenario 2 Skenario 1 Skenario 2 Skenario 1 Kapital Tenaga Kerja Industri

(5)

Page | 5 Tabel 4. Dampak terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Masing-masing Skenario

- 8 . 1 1 - 3 .2 7 u r b a n 3 - 7 . 9 1 - 3 .5 7 u r b a n 2 - 7 . 3 2 - 3 .4 4 u r b a n 1 - 7 . 5 4 - 3 .3 3 r u r a l 7 - 7 . 1 1 - 3 .5 5 r u r a l 6 - 7 . 2 9 - 3 .3 3 r u r a l 5 - 7 . 1 6 - 3 .4 0 r u r a l 4 - 7 . 0 6 - 3 .6 3 r u r a l 3 - 6 . 8 2 - 3 .5 5 r u r a l 2 - 6 . 8 2 - 3 .4 2 r u r a l 1 S k e n a r i o 2 S k e n a r i o 1 H o u s e h o l d - 8 . 1 1 - 3 .2 7 u r b a n 3 - 7 . 9 1 - 3 .5 7 u r b a n 2 - 7 . 3 2 - 3 .4 4 u r b a n 1 - 7 . 5 4 - 3 .3 3 r u r a l 7 - 7 . 1 1 - 3 .5 5 r u r a l 6 - 7 . 2 9 - 3 .3 3 r u r a l 5 - 7 . 1 6 - 3 .4 0 r u r a l 4 - 7 . 0 6 - 3 .6 3 r u r a l 3 - 6 . 8 2 - 3 .5 5 r u r a l 2 - 6 . 8 2 - 3 .4 2 r u r a l 1 S k e n a r i o 2 S k e n a r i o 1 H o u s e h o l d

Gambar

Tabel 1. Dampak terhadap Permintaan Rumah Tangga di Masing-masing Skenario
Tabel 3. Dampak terhadap Permintaan Tenaga Kerja dan Kapital pada Masing-                 masing  Skenario  - 1 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa biopriming benih R3 (isolat F2B1) memiliki nilai yang relatif tinggi baik pada variabel daya berkecambah (DB), potensi

Waktu tunggu dibangun oleh faktor- faktor luar ( exogenous ) seperti kondisi kendaraan, kondisi jalan dan lain sebagainya. Waktu pesan permintaan ini menjamin bahwa

Hasil penelitian menyarankan: (1) perlu adanya kegiatan pelatihan motivasi untuk peternak, agar peternak memahami usahaternak yang mereka lakukan memiliki nilai ekonomi

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Negeri 001 Teluk Makmur Kota Dumai

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan juga hasil penelitian tentang perbedaan tingkat kemampuan motorik siswa SDN Bedanten Bungah (di desa) dengan siswa SDN

Inti dari Backpropagation adalah untuk mencari error suatu node. Dari hasil forward phase akan dihasilkan suatu output , dari output tersebut, pastilah tidak sesuai

Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan pada keduanya.. tegangan dan arus

[r]