• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 LINTAU BUO UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 LINTAU BUO UTARA SKRIPSI"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS VIII SMP N 3 LINTAU BUO UTARA

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat unutk memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh:

FADILA AZWAR Nim. 15 300 500 015

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

BATUSANGKAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

v ABSTRAK

FADILA AZWAR, NIM. 15300500015, Judul Skripsi “PENGARUH KESIAPAN BELAJAR MATEMATIKA DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 3 LINTAU BUO”, Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar (IAIN) Batusangkar 2020.

Penelitian ini didasari oleh rendahnya hasil belajar matematika siswa yang diduga dipengaruhi oleh kurangnya kesiapan belajar dan motivasi berprestasi di dalam proses pembelajaran, dimana kesiapan belajar dan motivasi berprestasi siswa tersebut memiliki hubungan yang kompleks. Hal ini, ditemukan pada Kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh langsung dan tidak langsung kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika baik, serta mengetahui besarnya pengaruh tidak langsung kesiapan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa SMP N 3 Lintau Buo Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian assosiatif yang menggunakan analisis jalur. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara 64 orang. Sampel pada penelitian ini diambil secara simple

random sampling. Sampelnya berjumlah 19 orang. Instrumen dalam penelitian ini

adalah angket kesiapan belajar, angket motivasi berprestasi serta dokumentasi nilai ujian mid semester siswa. Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah uji t dan uji F. Variabel bebas yang dimaksud adalah kesiapan belajar dan motivasi berprestasi, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat pengaruh langsung yang tidak signifikansi kesiapan belajar matematika terhadap hasil belajar sebesar 0,016%; (2) Terdapat pengaruh langsung yang tidak signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 1,36%; (3) Terdapat pengaruh langsung yang tidak signifikansi kesiapan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,121; (4) Terdapat (pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung) yang tidak signifikan kesiapan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika. Besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung kesiapan belajar dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika sebesar 0,36%.

Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika, Kesiapan Belajar Matematika dan Motivasi Berprestasi

(6)

vi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... Vi DAFTAR GAMBAR... Vii DAFTAR LAMPIRAN... Viii BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 9 C. Batasan Masalah... 10 D. Rumusan Masalah... 10 E. Tujuan Penelitian... 10 F. Manfaat Penelitian... 11 G. Definisi Operasional... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

A. Hasil Belajar Matematika... 13

B. Kesiapan Belajar... 21

C. Motivasi Berprestasi... 24

D. Hubungan Antara Kesiapan Belajar dan Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar... 32

E. Penelitian Yang Relevan... 35

F. Kerangka Konseptual... 37

G. Hipotesis... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian... 39

B. Tempat Penelitian... 39

C. Populasi dan Sampel... 39

D. Data dan Sumber Data... 44

(7)

vii

F. Instrumen Penelitian... 45

G. Teknik Pengumpulan Data... 59

H. Teknik Analisis Data... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 66

A. Deskripsi Data... 66

B. Analisis Data... 67

C. Pembahasan... 73

D. Kendala Dalam Penelitian... 77

BAB V PENUTUP... 83

A. Kesimpulan... 83

B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA... 85

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Lapor Mid Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara Tahun Ajaran 2019/2020...

5

Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara...

41

Tabel 3.2 Analisis Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa Kelas

Populasi... 43

Tabel 3.3 Skala Likert Angket... 46

Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Angket Kesiapan Belajar Matematika... 49

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Pernyataan... 51

Tabel 3.6 Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Angket Kesiapan Belajar Matematika... 51 Tabel 3.7 Hasil Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi... 56

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas Pernyataan... 57

Tabel 3.9 Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi... 58

Tabel3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi r... 60

Tabel 4.1 Statistik Kesiapan Belajar Matematika... 66

Tabel 4.2 Statistik Motivasi Berprestasi... 67

Tabel 4.3 Statistik Hasil Belajar Matematika... 67

Tabel 4.4 Correlations... 68 Tabel 4.5 Signifikansi dan Besarnya Pengaruh (Langsung dan Tidak

Langsung) Kesiapan Belajar Matematika dan Motivasi

Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika... 77

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Belajar dan Mengajar Sebagai Suatu

Proses... 14

Gambar 2.2 Digram Jalur... 37 Gambar 4.1 Diagram Jalur Hasil Penelitian... 71

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Nilai Ulangan Mid Matematika Siswa Kelas VIII

SMP N 3 Lintau Buo Utara... 88

Lampiran II Uji Normalitas Kelas Populasi... 89

Lampiran III Uji Homogenitas Kelas Populasi... 95

Lampiran IV Uji Kesamaan Rata-rata Populasi... 97

Lampiran V Kisi-Kisi Angket Uji Coba Kesiapan Belajar Matemati... 99

Lampiran VI Kisi-kisi Angket Uji Coba Motivasi Berprestasi ... 100

Lampiran VII Kisi-Kisi Angket Kesiapan Belajar Matematika... 101

Lampiran VIII Kisi-kisi Angket Motivasi Berprestasi... 102

Lampiran IX Angket Uji Coba Kesiapan Belajar Matematika... 103

Lampiran X Angket Uji Coba Motivasi Berprestasi... 107

Lampiran XI Lembar Validasi... 110

Lampiran XII Proporsi Uji Coba Angket Kesiapan Belajar Matematika.... 122 Lampiran XIII Proporsi Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi... 124

Lampiran XIV Perhitungan Validitas Uji Coba Angket Kesiapan Belajar Matematika... 125

Lampiran XV Perhitungan Validitas Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi... 127

Lampiran XVI Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Angket Kesiapan Belajar Matematika ... 129

Lampiran XVII Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Angket Motivasi Berprestasi... 131

Lampiran XVIII Proporsi Angket Kesiapan Belajar Matematika... 133

Lampiran XIX Proporsi Angket Motivasi Berprestasi... 134

Lampiran XX Koefisien Korelasi Kesiapan Belajar Matematika

Terhadap Hasil Belajar... 135 Lampiran XXI Koefisien Korelasi Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil

Belajar... 137

(11)

xi

Lampiran XXII Koefisien Korelasi Kesiapan Belajar Matematika dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar...

139

Lampiran XXIII Surat-surat………. 141

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam meningkatkan kompetensi intelektual siswa. Johnson dan Rising menyatakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logika, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefenisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi (Suherman, 2003:17). Dari kekomplekan yang ada dalam matematika tersebut, membuat siswa memiliki pandangan yang berbeda terhadap matematika.

Pada dasarnya manusia dilahirkan sebagai makhluk pembelajar. Tugas, tanggung jawab dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Manusia sebagai pembelajar memberikan kepada kita sebuah pemahaman bahwa inilah keunikan manusia dibandingkan dengan berbagai makhluk ciptaan tuhan lainnya. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi, namun belajar adalah sebuah proses dimana siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Matematika dapat mengembangkan alur berpikir seseorang. Melalui pelajaran matematika dapat dikembangkan pemikiran-pemikiran kritis, sistematis, logis dan juga kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman yang menyatakan bahwa:

Matematika adalah sarana untuk berpikir, matematika adalah logika pada masa dewasa, matematika adalah rautnya ilmu dan sekaligus pelayanannya, matematika adalah sains mengenai mengenai kuantitas dan besaran, matematika adalah sains formal yang murni, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol, matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola bentuk dan struktur (Suherman, 2003:15).

(13)

Berdasarkan kutipan di atas, tujuan dari pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan berpikir secara matematis dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

Adapun tujuan pembelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi adalah supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunisasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Permendiknas, No.22, 2006:46).

Dalam upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional seorang guru tidak hanya sebagai pengajar saja, tetapi juga sebagai pendidik. Misi utama guru matematika sebagai pembelajar adalah tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran matematika, sedangkan misi guru matematika sebagai pendidik adalah mengupayakan terwujudnya perkembangan kepribadian, pengetahuan dan keterampilan matematika siswa. Dengan kata lain, tugas guru matematika adalah membimbing siswa memiliki pengetahuan dan nilai matematika, melaksanakan proses berpikir matematika, serta menumbuhkan rasa senang dan cinta dalam belajar matematika dikalangan siswa, sehingga tujua pembelajaran pun dapat tercapai, dan hasil belajar dapat tercapai secara optimal.

Banyak cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Diantaranya, mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang baru, memperbaiki kurikulum, meningkatkan

(14)

kualitas pendidik, serta memperbaiki sarana dan prasarana penunjang pendidikan. Melalui upaya-upaya tersebut, diharapkan akan terjadi proses belajar mengajar yang lebih baik yang pada akhirnya terjadi peningkatan hasil belajar. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang terdapat dalam sistem pembelajaran, baik fungsi belajar yang dilakukan oleh peserta didik, fungsi pembelajaran dan fungsi evaluasi yang dilakukan oleh pendidik(Novita, Skripsi, 2001:2). Pemerintah telah menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bahkan KBK sudah semakin disempurnakan lagi dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, sosial budaya, masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.

Untuk lebih menyempurnakan kurikulum, pada tahun 2013 pemerintah mengeluarkan kurikulum baru kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini dijelaskan bahwa pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam meruapakan pendidikan yang berorientasi aplikasi, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam (Kurikulum 2013, kompetensi dasar SMP, Pdf). Melalui upaya-upaya inilah, diharapkan akan menjadi proses belajar mengajar yang lebih baik dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar.

Pada proses pendidikan titik beratnya terletak pada pihak anak didik yaitu akan terjadi proses belajar yang merupakan interaksi dengan pengalaman-pengalamannya. Belajar mengakibatk an terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

(15)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa menurut Ngalim Purwanto diantaranya adalah:

1. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan,

latihan, motivasi dan faktor pribadi.

2. Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor social, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempurnaan yang tersedia dan motivasi sosial (Ngalim Purwanto, 2007:102).

Menurut Suryabrata dalam Muhammad Sobri dan Moerdiyanto (2014:44) menjelaskan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan sosial dan nonsosial. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang berasal dari keadaan diri siswa, meliputi jasmani dan rohani/kepribadian termasuk dalam hal ini adalah kesiapan belajar dan motivasi berprestasi.

Berdasarkan uraian tersebut telah diketahui bahwa faktor internal memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap hasil belajar yang dicapai oleh seseorang. Kesiapan belajar dan motivasi berprestasi merupakan bagian faktor psikologi (internal) siswa, kehadiran faktor-faktor psikologi ini dalam proses belajar siswa memberikan andil yang cukup tinggi dalam menentukan keberhasilan belajarnya. Faktor-faktor psikologi akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Sebaiknya, tanpa kehadiran faktor-faktor psikologi dapat memperlambat proses belajar, bahkan dapat pula menambah kesulitan dalam belajar. Proses belajar mengajar akan optimal dengan dukungan faktor-faktor psikologi belajar (Sardiman, 2011:39).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut mengakibatkan hasil belajar matematika siswa beraneka ragam. Hal ini terlihat dalam tabel nilai matematika siswa SMP N 3 Lintau Buo Utara.

(16)

Tabel 1.1 Nilai Rapor Mid Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara Tahun Ajaran 2019/2020

No Kelas Jumlah Siswa

Rata-rata Nilai Rapor

Mid Semester I Tuntas

Tidak Tuntas

1 VIII. 1 22 61,273 7 15

2 VIII. 2 23 52,69 3 20

3 VIII. 3 19 54,52 4 15

(Sumber : Guru mata pelajaran matematika SMP N 3 Lintau Buo Utara) Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70. Artinya sebagian dari siswa belum memiliki nilai di atas rata-rata, meskipun sebagian besar nilai yang diperoleh hanya sebatas KKM saja. Hal ini juga terungkap saat guru menjelaskan bahwa siswa yang memiliki hasil belajar yang bagus adalah siswa yang sering bertanya dan mengerjakan latihan dengan benar, tepat waktu dan siswa yang memiliki motivasi dan kompetensi yang bagus. Kemudian sebaliknya siswa yang memiliki nilai yang kurang bagus adalah siswa yang kurang merespon apabila diberikan beberapa soal dan pertanyaan serta siswa yang tidak memiliki motivasi dan kompetensi yang bagus.

Pencapaian hasil belajar yang berkualitas merupakan salah satu tujuan pembelajaran berbagai mata pelajaran. Demikian pula pada pembelajaran matematika yang merupakan pokok bahasan dalam penelitian ini. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang tinggi merupakan harapan bagi semua siswa, orang tua dan guru mata pelajaran tersebut. Motivasi siswa dalam belajar dapat muncul dengan sendirinya, jika siswa merasa membutuhkan ilmu matematika. Tugas guru mata pelajaran matematika untuk menumbuhkan dan mengakomodasikan motivasi berprestasi siswa, agar siswa merasa tertantang untuk mempelajari dan membutuhkan mata pelajaran matematika tersebut.

Setelah dilakukan wawancara pada saat observasi dan pada saat akan melakukan penelitian dengan guru matematika di SMP N 3 Lintau Buo Utara

(17)

diperoleh informasi bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang bersemangat dan kurang termotivasi dalam belajar. Hal ini terlihat ketika siswa diberikan latihan atau tugas. Siswa lebih cendrung mengerjakan soal yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya apabila soal yang diberikan terasa sulit. Tidak hanya itu, tidak jarang dari mereka yang mencontek pekerjaan temannya, baik pada saat ujian maupun saat mengerjakan tugas rumah.

Siswa juga kurang mampu mencari solusi dengan jawaban yang berbeda-beda dan kurang mampu memikirkan cara-cara baru sehingga siswa hanya mampu menyelesaikan soal yang sama dengan cara yang sama seperti contoh-contoh yang diajarkan guru dan di dalam buku ajar. Pada saat guru memberikan soal non rutin, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Ini sebabnya karena motivasi siswa cendrung meningkat apabila mereka diminta mengerjakan tugas yang mereka bisa, namun akan terjadi hal sebaliknya bila tugas yang diberikan terasa sulit. Sehingga kesemua hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan pemasalahan di atas terlihat bahwa indikator dari motivasi berprestasi yaitu mempunyai tanggung jawab pribadi, tujuan yang realistis dan menantang, bersedia menerima perubahan dan umpan balik, senang bekerja mandiri, senang bersaing untuk mengungguli orang lain dan dorongan berprestasi yang penulis jadikan sebagai acuan untuk melihat motivasi berprestasi tidak terpenuhi.Sementara itu untuk mencapai hasil belajar yang maksimal adalah siswa harus berusaha keras dengan belajar lebih giat lagi sehingga dapat mencapai target yang telah di tetapkan. Usaha yang dilakukan oleh siswa tersebut merupakan bagian dari motivasi berprestasi. Seseorang yang memiliki motivasi dalam belajar, maka ia akan mampu mengarahkan, mengendalikan serta mencapai tujuan khusus yang diinginkannya dalam belajar.

Saat wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara, beliau mengatakan bahwa kesiapan siswa dalam belajar matematika masih kurang maksimal. Hal ini juga terlihat pada

(18)

saat peneliti melakukan observasi di lapangan, siswa memang terlihat kurang siap dalam menerima pelajaran dari guru, seperti pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang bisa merespon atau pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru hal ini disebabkan karena siswa tidak membaca atau mempelajari materi sebelumnya dirumah. Kecendrungan siswa tidak menggunakan media LKS dan tidak semua siswa yang mempunyai buku paket sebagai acuan untuk dipelajari dirumah. Hasrat siswa untuk belajar juga kurang, siswa banyak melakukan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pembelajaran, seperti mengobrol dengan teman di sampingnya, berjalan-jalan ke meja lain dan melihat keluar kelas, sehingga akan menghambat proses pembelajaran.

Selain itu juga terlihat siswa yang datang terlambat, mengantuk, lesu, kurang kosentrasi dan kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Juga masih ditemui beberapa siswa yang tidak mempersiapkan bahan pelajaran dan membuat tugas mengambil jalan pintas dengan menyalin hasil pekerjaan temannya, sehingga hal ini akan menghambat kelancaran dalam pembelajaran.Melihat fenomena tersebut, peneliti menduga bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa seperti yang dijelaskan diatas adalah faktor individual yang berkaitan dengan kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi siswa. Karena kedua faktor tersebut sangat dominan mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya serta semua aktivitas siswa dalam belajar jika berasal dari dalam dirinya tanpa adanya paksaan ataupun tekanan dari orang lain, maka apapun yang mereka pelajari akan bertahan lebih lama dalam ingatannya, karena siswa yang memiliki persiapan dalam belajar dan motivasi dalam dirinya maka ia akan mampu belajar sendiri dan bertanggung jawab.

Menurut Imaduddin Ismal dalam (Romi Syahputra M, 2016:80) “Belajar merupakan kesiapan pada pihak anak didik. Kesiapan maksudnya bahwa anak-anak sudah matang dan sudah mengetahui apa yang diperlukan untuk menerima tugas pelajaran, atau dengan kata lain bahwa anak akan bertambah kecepatan belajarnya baik di rumah atau di sekolah jika ada padanya kesiapan

(19)

untuk belajar. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran berupa buku paket dari sekolah maupun buku lainnya yang masih relevan digunakan sebagai acuan untuk belajar. Kondisi siswa yang sehat akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dari guru. Dengan adanya kesiapan belajar, siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan persiapan siswa dalam belajar yang baik. Tanpa kesiapan tujuan belajar tidak akan tercapai dengan baik dan optimal. Kesiapan diri akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan yaitu hasil belajar yang baik.

Selain kesiapan belajar yang harus dilakukan siswa dalam belajar, motivasi berprestasi juga merupakan hal penting yang perlu dikembangkan pada diri siswa tersebut, karena motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa.Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan setinggi mungkin dan semua aktifitas dengan menggunakan standar keunggulan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai, baik nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya ke arah yang lebih baik (Djaali, 2006:103).

Motivasi berprestasi sangat penting dalam belajar karena seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat cendrung akan melakukan berbagai upaya untuk dapat menguasai bidang yang dipelajarinya sehingga dapat mencapai prestasi yang lebih tinggi. Motivasi berprestasi merupakan faktor internal dalam pembelajaran yang memberikan kontribusi besar yaitu 64 % dalam menentukan hasil belajar seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa

(20)

motivasi berprestasi memiliki hubungan erat terhadap pencapaian hasil belajar (Yusuf, 2013, pdf).

Motivasi belajar dalam penelitian ini dikaji dari segi motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari diri siswa itu sendiri. Orang yang memiliki motivasi akan memiliki semangat juang untuk mencapai segala sesuatu yang diharapkannnya. Dalam belajar diperlukan motivasi, karena motivasi akan menentukan hasil belajar, makin banyak motivasi, maka makin berhasil pelajaran itu. Sedangkan orang yang tidak memiliki motivasi, tidak akan timbul dalam dirinya semangat juang untu menggapai harapannya. Motivasi yang kuat sangatlah dibutuhkan dalam belajar.Motivasi belajar akan membuat siswa belajar berusaha untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Berbeda dengan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, maka perilaku yang ditunjukkan adalah acuh terhadap pembelajaran. Bermalas-malas serta tidak memiliki tujuan belajar yang baik.

Berpedoman pada permasalahan yang terjadi di kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara, tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, peneliti tertarik untuk mencari signifikasi dan besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi siswa terhadap hasil belajar matematika baik secara sendiri-sendiri (partial) maupun secara bersama-sama (simultan) dengan judul “Pengaruh Kesiapan Belajar Matematika dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIISMP N 3 Lintau Buo Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa masih rendah. 2. Kesiapan belajar siswa masih rendah. 3. Motivasi berprestasi siswa masih rendah.

(21)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan keterbatasan peneliti dalam hal ini waktu, tenaga serta pikiran maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dibahas pada dua faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kesiapan belajar dan motivasi berprestasi siswa dalam belajar matematika. Dalam hal ini penelitian akan dilaksanakan di SMP N 3 Lintau Buo Utara.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh langsung yang signifikan kesiapan belajar matematika terhadap hasil belajar matematika?

2. Apakah terdapat pengaruh langsung yang signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika?

3. Seberapa besar pengaruh tidak langsung yang signifikan kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika? 4. Apakah terdapat pengaruh langsung yang signifikan kesiapan belajar

matematika dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika? E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan:

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh langsung yang signifikan kesiapan belajar terhadap hasil belajar matematika

2. Untuk mengetahui adanya pengaruh langsung yang signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar

3. Untuk mengetahui besar pengaruh tidak langsung yang signifikan kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika

4. Untuk mengetahui adanya pengaruh langsung yang signifikan kesiapan belajar matematika dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika

(22)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Sebagai penggerak bagi siswa untuk meningkatkan kesiapan belajar dan motivasi berprestasi sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

2. Bagi guru

Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar matematika dengan meningkatkan kemampuan siswanya dan motivasi berprestasi dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti

Sebagai pengetahuan dan wawasan bagi penulis sebagai calon guru matematika, agar dapat mengidentifikasi, memperbaiki, dan menumbuhkan kesiapan belajar matematika siswa dan menyempurnakan motivasi berprestasi siswa sebelum dan dalam melaksanakan pembelajaran.

G. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan persepsi dalam penulisan skripsi ini penulis akan memberikan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Kesiapan belajar merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respond atau jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu.Adapun indikator dari kesiapan belajar ini adalah kondisi fisik siswa seperti tubuh dalam keadaan sehat (jauh dari gangguan lesu, mengantuk). Kondisi psikis misalnya ada hasrat untuk belajar, kosentrasi siswa dalam belajar, tetap memfokuskan pikiran terhadap materi matematika meskipun ada rangsangan dari luar kelas yang membuat konsentrasinya pecah, kepercayaan terhadap diri sendiri. Kondisi materil seperti mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam belajar matematika dan memiliki bahan yang akan dipelajari bisa berupa buku.

2. Motivasi berprestasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam maupun dari luar diri individu yang diwujudkan dalam usaha yang

(23)

dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya Adapun indikator dari motivasi berprestasi ini adalah menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi, memiliki tujuan yang realistis dan menantang, bersedia menerima perubahan dan umpan balik, senang bekerja mandiri, senang bersaing untuk mengungguli orang lain dan keinginan atau dorongan berprestasi

3. Hasil belajar Matematika adalah tolak ukur atau patokan yang menetukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.Hasil belajar yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai rapor siswa kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara. Adapun nilai rapor mid yang diambil adalah semester Ganjil siswa kelas VIII SMP N 3 Lintau Buo Utara tahun pelajaran 2019/2020.

(24)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Hasil Belajar Matematika 1. Hasil Belajar

Setiap proses pembelajaran, keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai, biasanya dinyatakan dengan nilai yang berupa huruf atau angka-angka. Hasil belajar dapat berupa keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami proses belajar. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa memperoleh kepandaian dan kecakapan tertentu serta perubahan-perubahan pada dirinya. Oleh karenanya, konsep hasil belajar penting dipahami.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator dalam melihat sejauh mana tujuan pengajaran matematika sekolah dapat dicapai. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini menunjukkan bahwa optimalnya hasil belajar tergantung pada proses belajarsiswa dan proses mengajar guru.

Menurut Nana Sudjana, “Hasil belajar diperoleh siswa dari pengajaran baik dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh (komprehensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, psikomotor secara terpadu pada diri siswa (Sudjana, 2005:37). Menurut Made Wana, “Hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda (Made, 2009: 6).

Pencapaian tujuan dari belajar dan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperoleh oleh siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan proses belajar yang efektif. Hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran terhadap hasil belajar, hasil pengukuran yang didapatkan akan menunjukkan sejauh mana pencapaian pemahaman materi yang dikuasai oleh siswa.

Muslimin Netti Herawati menyatakan bahwa, “ Hasil belajar atau kompetensi siswa didefenisikan sebagai produk belajar, keterampilan dan

(25)

sikap yang tercermin di dalam perilaku sehaB ri-hari. Produk mencakup serangkaian fakta, konsep teori, hukum dan prinsip serta prosedur. Keterampilan terdiri dari keterampilan berpikir, keterampilan menggunakan alat (psikomotor), keterampilan sosial (keterampilan interpersonal), keterampilan proses (keterampilan melakukan penelitian dan keterampilan menggunakan strategi belajar), maupun keterampilan untuk belajar sepanjang hayat dan keterampilan hidup (life skill). Sikap mencakup budi pekerti, etika dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dpat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar.

(a) Tujuan Instruksionl (c) Hasil belajar

Pengalaman belajar (b) proses belajar mengajar

Gambar 2.1 Hubungan Belajar dan mengajar sebagai suatu proses Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan hubungan antara pengalaman belajar dengan hasil belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan tujuan instruksional dengan hasil belajar. Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis (c), yakni suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional telah dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya setelah mereka menempuh pengalaman belajarnya (proses belajar-mengajar). Sedangkan garis (b) merupakan kegiatan penilaian untuk mengatahui keaktifan pengalaman belajar dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

(26)

Menurut Sudjana, “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil peristiwa belajar dapat muncul dalam berbagai jenis perubahan atau pembuktian tingkah laku seseorang”. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 2005:22). Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan intrusional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapain tujuan-tujuan pengajaran. Dalam penelitian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efesiennyadalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan akibat dari proses.

Ciri-ciri hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal adalah sebagai berikut:

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik

b. Menambah keyakinan akan kemampuan diri c. Kemantapan dan ketahanan hasil belajar

d. Hasil belajar yang diperoleh secara menyeluruh (komprehensif)

e. Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri pada proses dan usaha belajar (Sudjana, 2005:56-57).

Dari definisi tentang hasil belajar, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menetukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran setelah mengalami pengalaman belajar yang dapat diukur melalui tes.

2. Matematika

Menurut Hamzah B. Uno, “Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurnya logika dan intuisi, analisis dan

(27)

konstruksi, generalitas dan individulitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Hamzah, 2008:129-130).

James dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa:

“matematika ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis dan geometri (Suherman , 2003:16).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang definisi matematika di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang memiliki stuktur besar yang berhubungan satu dengan yang lainnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu: aljabar, analisis dan geometri.

Pembelajaran matematika merupakan satu dari sekian banyak pelajaran yang tercakup dalam kurikulum sekolah dan bahkan penekanan pada anak untuk berhasil dalam matematika lebih besar dari mata pelajaran lainnya. Matematika merupakan pelajaran di solah yang dipandang penting untuk dipelajari oleh siswa disemua tingkat pendidikan. Tidak ada keraguan dan pasti setiap orang sepakat bahwa setiap anak harus mendapatkan pelajaran matematika di sekolah dan kenyataannya memang demikian, karena pembelajaran matematika dianggap esensial.

3. Hasil Belajar Matematika

a. Macam-macam Hasil Belajar Matematika

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar menurut Horward Kingsley dibagi menjadi tiga macam yakni, (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan

(28)

pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap dan (e) keterampilan motoris (Sudjana, 2005:18).

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor (Sudjana, 2005:22).

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat randah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau menyangkut dengan perilaku siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan selama proses pembelajaran, yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni : gerakan refrek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan

interpretatif(Sudjana, 2005:22-23).

Kawasan ranah kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran yang berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan yang secara hirarkis berurutan dari yang lebih rendah (mengingat) sampai ke tingkat yang lebih tinggi (mencipta) dan dapat dijelaskan sebagai berikut:

(29)

1) Tingkat mengingat (C1)

Mengingat merupakan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang, terdiri atas dua proses kognitif, yaitu mengenali dan mengingat kembali. Mengingat di sini menuntut siswa untuk mampu mengingat kembali informasi yang telah pernah dipelajari, diterima sebelumnya dan diingat kembali. Misalnya: metode, kaidah, fakta, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya.

2) Tingkat memahami (C2)

Memahami berarti mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis. Pemahaman di sini dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi mata pelajaran yang telah dipelajari, diketahui. Kemampuan ini dinyatakan dengan menguraikan pokok yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat didengar dengan kata-kata sendiri.

3) Tingkat mengaplikasikan (C3)

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari

dua proses kognitif, yaitu mengeksekusi dan

mengimplementasikan.Mengaplikasikan merupakan

kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam hal-hal, seperti aturan, konsep, teori, prinsip dan sebagainya. Misalnya mengaplikasikan suatu konsep yang dalam situasi yang baru. 4) Tingkat menganalisis(C4)

Proses kognitif menganalisis melibatkan proses-proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar abagian dan antara setiap bagian dari struktur keseluruhannya. Menganilisis

meliputi proses-proses kognitif membedakan,

mengorganisasikan dan mengatribusikan. Analisis juga merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan,

membedakan dan memilah dalam bagian-bagian atau

komponen-komponen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan kesimpulan. Misalnya, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi bagian-bagian, membedakan fakta dan kesimpulan atau teori dengan praktik.

5) Tingkat mengevaluasi (C5)

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat standar keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik. Proses mengevaluasi ini mengaharapkan siswa mampu membuat

(30)

penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk dengan menggunakan kriteria tertentu.

6) Tingkat mencipta (C6)

Mencipta merupakan proses kognitif yang melibatkan penyusunan elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fungsional. Mencipta diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam meletakkan, mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan dlam bentuk keseluruhan sehingga tercipta bentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Misalnya, perencanaan suatu kegiatan belajar mengajar atau kegiatan sosial ( Hamzah, 2008: 61-62).

Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasan sosial. Tingkat afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang komplek adalah sebagai berikut:

1) Kemauan Menerima

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengarkan musik, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

2) Kemauan Menanggapi

Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjukkan pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau menolong orang lain.

3) Berkeyakinan

Berkeyakinan dalam hal ini berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

4) Mengorganisasi

Pengorganisasian berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihandan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.

5) Tingkatan Karakteristik/Pembentukan Pola

Ini adalah tingkatan afektif yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu meyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya,

(31)

seperti bersikap objektif terhadap segala hal (Hamzah, 2008:63-64).

Simson menyebutkan bahwa domain psikomotor meliputi enam domain mulai dari tingkat yang paling rendah, yaitu persepsi sampai pada tingkat keterampila tertinggi, yaitu penyesuaian diri dan keaslian. Secar lengkap domain psikomotor adalah sebagai berikut: 1) Persepsi

Persepsi berkenaan dengan pengunaan indra dalam melakukan kegiatan.

2) Kesiapan

Kesiapan merupakan perilaku yang siaga untuk kegiatan atau pengalaman tertentu. Termasuk di dalamnya adalah kesiapan

mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik) atau emosional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu

tindakan.

3) Gerakan terbimbing

Gerakan terbimbing adalah gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model, kemudian meniru model tersebut dengan cara mencoba sampai dapat menguasai dengan benar suatu gerakan.

4) Gerakan terbiasa

Gerakan terbiasa adalah berkenaan dengan penamilan respons yang sudah dipelajari dan sudah menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan suatu kemahiran. Seperti menulis halus, menari atau mengatur/menata laboratorium.

5) Gerakan yang kompleks

Gerakan yang kompleks adalah suatu gerakan yang berada pada tingkat keterampilan tertinggi. Gerakan itu menampilkan suatu tindakan motorik yang menuntut pola tertentu dengan kecermatan, dan atau keluwesan, serta efisiensi yang tinggi. 6) Penyesuaian dan keaslian

Pada tingkat ini individu sudah berada pada tingkat yang terampil sehingga ia sudah dapat menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut persyaratan tertentu (Hamzah, 2008:64-67).

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil belajar matematika yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajar matematika. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini dilihat dari rapor mid yang diperoleh pada semester ganjil tahun 2019/2020.

(32)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika Faktor yang mempengaruhi hasi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan.

1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual, antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

2) Faktor yang ada di luar individu yang kiat sebut faktor sosial, antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial (Purwanto, 2007 :102).

Seseorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengaran. Keinginan dan dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka motivasi dan kesiapan belajar matematika termasuk kedalam faktor individual. Oleh karena itu, kesiapan dan motivasi memainkan peranan penting dalam menentukan tinggi atau rendahnya hasil belajar matematika siswa.

B. Kesiapan Belajar

1. Pengertian Kesiapan Belajar

Menurut Slameto dalam Indriastuti, dkk. (2017:42) “kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberiu respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi”. Menurut Djamarah kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang sudah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan (Djamarah, 2002:35). Dan menurut Darsono faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar.

Slameto (2010:113) juga menambahkan pengertian dari kesiapan belajar adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi individu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan

(33)

psikologinya, sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan yang maksimal diperlukan

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar adalah kondisi awal suatu kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk memberi respond/jawaban yang ada pada diri siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu.Kesiapan belajar sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan. Karena dengan memiliki kesiapan, pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dikerjakan dengan lancar sehingga memperoleh hasil yang baik. Kesiapan ini akan menjadi salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran.Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupa mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar. Merupakan bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Oleh karena itu mendapatkan hasil belajar yang baik dan maksimal diperlukan persiapan belajar siswa yang baik pula. Kesiapan siswa dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh siswa dalam mencapai hasil belajar.

a. Faktor-faktor kesiapan belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar siswa. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor kesiapan belajar dari beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:

1) Menurut Darsono dalam Runia, dkk (2014:6), faktor kesiapan meliputi

a) Kondisi fisik yang tidak kondusif

Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang akan dibutukan untuk belajar

b) Kondisi psikologi yang kurang baik

Misalnya gelisah, tertekan dsb. Merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar

2) Menurut Djamarah dalam Runia, dkk (2014:6), faktor-faktor kesiapan meliputi:

a) Kesiapan fisik

Misalnya tubuh dalam keadaan sehat ( jauh dari gangguan lesu, mengantuk dan sebagainya )

b) Kesiapan psikis

Misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi dan ada motivasi intrinsik

(34)

c) Kesiapan materil

Misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan, dll (Djamarah, 2002:35).

3) Menurut Slametodalam Runia, dkk (2014:6), faktor yang membentuk readiness meliputi:

a) Kondisi fisik, mental dan

b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan

Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari (Slameto, 2003:113)

b. Indikator kesiapan belajar

Ada beberapa indikator kesiapan belajar diantaranya sebagai berikut:

1) Kondisi fisik

Kondisi fisik yang dimaksud misalnya pendengaran, penglihatan dan kondisi badan yang sehat dan bugar dalam melaksanakan proses pembelajaran,seperti tubuh dalam keadaan sehat (jauh dari gangguan lesu, mengantuk).

2) Kondisi psikis

Kondisi psikis ini menyangkut kepercayaan pada diri sendiri, penyesuaian diri dan adanya hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi dan motivasi intrinsik,seperti tetap memfokuskan pikiran terhadap materi matematika meskipun ada rangsangan dari luar kelas yang membuat kosentrasinya pecah, kepercayaan terhadap diri sendiri.

3) Kondisi materil

Kondisi materil berupa adanya bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, modul dan job sheet untuk pembelajaran praktek,seperti mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam belajar matematika dan memiliki bahan yang akan dipelajari bisa berupa buku.

Kesiapan belajar yang dimiliki siswa diukur dengan menggunakan angket, disusun berdasarkan indikator – indikator kesiapan belajar yang dirumuskan dari faktor-faktor yang membentuk kesiapan belajar menurut Djamarah (2002:35), yaitu: kondisi fisik siswa, kondisi psikis dan kondisi materiil.Kesiapan siswa dalam belajar merupakan kondisi diri siswa yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Kesiapan diri siswa akan melahirkan perjuangan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.Kesiapan belajar adalah karakteristik kepribadian yang bersifat non-kognitif yang diukur dengan skala psikologis. Indikator yang digunakan untuk melihat kesiapan belajar

(35)

matematika siswa adalah: faktor fisik, faktor psikis dan faktor materil. Bentuk skala yang digunakan adalah skala pengukuran model Likert yang terdiri dari serangkaian pernyataan positif dan negatif berkenaan aspek sikap kreatif yang diukur, dengan pilihan respon selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Untuk pernyataan positif, skor pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah dapat diterapkan berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1. Untuk pernyataan negatif skor pilihan jawaban berturut-turut 1, 2, 3, 4, dan 5 (Sudaryono, 2013:92).

Dari uraian di atas maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan angket yang disusun berdasarkan indikator-indikator motivasi berprestasi yang dirumuskan dari faktor-faktor yang membentuk kesiapan belajar menurut Djamarah (2002:35) yaitu kondisi fisik siswa seperti tubuh dalam keadaan sehat (jauh dari gangguan lesu, mengantuk). Kondisi psikis misalnya ada hasrat untuk belajar, kosentrasi siswa dalam belajar, tetap memfokuskan pikiran terhadap materi matematika meskipun ada rangsangan dari luar kelas yang membuat konsentrasinya pecah, kepercayaan terhadap diri sendiri. Kondisi materil seperti mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam belajar matematika dan memiliki bahan yang akan dipelajari bisa berupa buku.

C. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi

Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi bisa diartikan dengan memberikan daya dorongan sehingga sesuatu yang dimotivasikan tersebut dapat bergerak (Purwa, 2014:319).

Motivasi berprestasi penting dalam proses pembelajaran dan keberhasilan proses belajar itu sendiri. Motivasi lebih banyak ditekankan pada individu siswa dengan harapan munculnya semangat untuk mengikuti proses pembelajaran. Motivasi yang dimiliki siswa akan menjadi siswa memiliki semangat, disiplin, tanggung jawab, dan

(36)

keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, peran motivasi dalam proses pembelajaran siswa tidak lain sebagai sumber energi psikologis.

Kebutuhan berprestasi adalah salah satu motif dari motif sosial. Prestasi adalah perilaku yang berorientasi tugas yang mengijinkan prestasi individu dievaluasi menurut kriteria dari dalam maupun dari luar, melibatkan individu berkompetensi dengan orang lain. Orang sukses memiliki dua motif dalam hidupnya, yaitu:

a. Berprestasi

b. Motivasi berkompetensi yang kuat.

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Hamzah, 2008:3).

Motivasi merupakan keadaan atau gejala psikologis pada seseorang individu. Adanya emosi menyebabkan seseorang merasa senang, sedih, cemburu, aman, takut, semangat dan sebagainya. Motivasi menyebabkan seseorang melakukan sesuatu dan bertahan dalam melakukannya.

Menurut Sri Rumini dkk, motivasi merupakan keadaan atau kondisi pribadi pada siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan tujuan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan siswa yang bersangkutan (Muhammad, 2014:56).

Pada dasarnya motivasi merupakan motor penggerak dan pemberi arah serta tujuan yang hendak dicapai. Namun, konsep dasar dari pengertian motivasi yang juga penting adalah memberikan ketahanan untuk tetap berjalan pada tujuan yang akan dicapai sampai benar-benar tercapai.

Adanya motivasi yang tinggi pada seseorang siswa untuk belajar dapat terlihat dari ketekunannya serta tidak mudah putus asa untuk mencapai kesuksesan yang diharpakan meskipun dihadang berbagai

(37)

kesulitan. Menurut MC Donal dalam Oemar Hamalik “Motivation is am

emergy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction” (Muhammad, 2014:57). Pengertian tersebut

apabila diterjemahkan secara bebas berarti motivasi merupakan sebuah bentuk perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.Pengertian tersebut menunjukkan adanya energi yang muncul serta munculnya suasana dan perasaan tertentu

Menurut A. W Bernard motivasi adalah fenomena yang dilibatkan dalam perangsangan tindakan kearah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya kecil atau tidak ada gerakan sama sekali kerah tujuan-tujuan tertentu. Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan

gerakan untuk mencapai tujuan tertentu. Abraham Maslow

mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu yang bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, dan bersifat kompleks, dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada setiap kegiatan organisme (Purwa, 2014:319-320).

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya yang baik-baik.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.

c. Saingan atau kompetisi

Dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Karena persaingan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.

(38)

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat dalam belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Tetapi yang harus diingat oleh guru adalah jangan terlalu sering karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

g. Pujian

Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik, dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

i. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minta.

j. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa. Merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, akan timbul gairah untuk terus belajar (Sardiman:2011:92-95).

2. Pengertian Motivasi Berprestasi

Menurut Sadirman dalam Sufatihah (2018:174) “Motivasi berprestasi adalah dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi yang baik. Dorongan atau motivasi bisa berasal dari siswa tersebut atau dari luar. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukamadinata (2005: 70) “Motivasi berprestasi adalah motivasi untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tinggi”. Pendapat lain dikemukakan oleh Djaali (2012: 110), “Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar”.

McClelland mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian (McClelland dalam Djaali, 2012: 103).

(39)

Menurut Heckhausen motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan (Heckhausen dalam Djaali, 2012: 103).

Jadi, Motivasi Berprestasi merupakan dorongan yang muncul dari dalam maupun dari luar diri individu yang diwujudkan dalam usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Kebanyakan siswa pasti menginginkan mendapatkan prestasi yang baik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Menurut Slameto (2010: 26) motivasi berprestasi dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu:

a. Dorongan kognitif

Termasuk dalam dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti dan untuk memecahkan masalah. Dorongan kognitif timbul di dalam proses interaksi antara siswa dengan tugas atau masalah

b. Harga diri

Ada siswa tertentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan atau kecakapan, melainkan untuk memperoleh status dan harga diri

c. Kebutuhan berafiliasi

Kebutuhan berafiliasi sulit dipisahkan dari harga diri. Ada siswa yang berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan dari teman-temannya atau dari orang lain (atasan) yang dapat memberikan status kepadanya. Siswa senang bila orang lain menunjukkan pembenaran terhadap dirinya dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugas-tugasnya dengan baik, agar dapat memperoleh pembenaran tersebut. 4. Indikator Motivasi Berprestasi

Menurut Schwitzgebel dan Johnson dalam Djaali (2013: 109) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan, nasib atau kebetulan

b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya

(40)

c. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya

d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk menunggui orang lain e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan

yang lebih baik

f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status atau keuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabil hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan.

Menurut McClelland dalam Hani Handoko (2003:262) orang yang memiliki motivasi berprestasi mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

a. Menyukai pengambilan resiko yang layak sebagai fungsi keterampilan bukan kesempatan, menyukai suatu tantangan dan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil-hasil yang dicapai b. Mempunyai kecenderunganuntuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi

yang layak dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan c. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa

yang telah dikerjakan

d. Mempunyai keterampilan dan perencanaan jangka panjang dan memiliki kemampuan-kemampuan organisasional

Menurut Hamzah B. Uno (2008:30), karakteristik individu yang memiliki motivasi tinggi adalah:

a. Cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaan

b. Berani mengambil resiko untuk penyelesaian tugasnya

c. Kalau terpaksa menunda pekerjaannya, maka dalam kesempatan berikutnya dia segera menyelesaikan pekerjaan itu dengan usaha yang sama dari usaha sebelumnya

d. Cenderung memilih rekan kerja dengan kemampuan kerja yang tinggi, dia tidak memerlukan teman kerja yang ramah

Dari uraian di atas maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan angket yang disusun berdasarkan indikator-indikator motivasi berprestasi yang dirumuskan dari karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menurut Ausubel dalam Djaali (2012) karena dalam teorinya dijelaskan lebih rinci mengenai Motivasi Berprestasi. Peneliti akan menggunakan indikator Motivasi Berprestasi sebagai berikut:

a. Menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi b. Memiliki tujuan yang realistis dan menantang

(41)

c. Bersedia menerima perubahan dan umpan balik d. Senang bekerja mandiri

e. Senang bersaing untuk mengungguli orang lain f. Keinginan atau dorongan berprestasi

Skala angket motivasi berprestasi dapat disusun dalam bentuk skala Likert yang terdiri dari serangkaian pernyataan positif dan negatif berkenaan aspek motivasi yang diukur, dengan pilihan respon sangat setuju (STS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS), da sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyataan positif, skor pilihan jawaban SS, S, N, TS, dan STS dapat diterapkan berturut-turut 5, 4, 3, 2, dan 1. Untuk pernyataan negatif skor pilihan jawaban SS, S, N, TS dan STS berturut-turut 1, 2, 3, 4, dan 5. Pencapaian derajat sikap motivasi berprestasi siswa (cendrung positif atau negatif) dilakukan dengan membandingkan jumlah skor siswa dibandingkan dengan jumlah skor pernyataan netral. Jika skor siswa lebih besar dari skor netral maka menunjukkan motivasi berprestasi yang positif, dan bila skor siswa kecil dari skor netral maka menunjukkan motivasi berprestasi yang negatif.

Motivasi yang dimiliki siswa memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran yang diikuti dan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Motivasi yang dimiliki siswa memberikan energi dan semangat bagi siswa untuk mempelajari sesuatu. Atas dasar itulah, guru diharapkan memahami dan mengerti motivasi siswanya dalam mengikuti proses pembelajaran. Misalnya, siswa yang memiliki motivasi rendah akan terlihat tidak semangat dan tidak antusias dalam beljar dan mengikuti proses pembelajaran. Guru perlu memunculkan dan menjaga motivasi siswa tetap tinggi sangat diperlukan selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk menunjang proses belajar dan pembelajaran agar berhasil dan terlaksana denga baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan adanya bermacam-macam motivasi tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Guru juga harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar

(42)

bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna. Sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan siswa tersebut.

Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tida fungsi motivasi sehingga akan meningkatkan usaha belajar siswa:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya c. Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermaian kartu atau membaca komik, karena tidak serasi dengan tujuan (Sardiman. 2011:85). Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intesitas motivasi seorang siswa akan menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2011:86). Walaupun demikian, tidak berarti aspek lain tidak tersentuh di dalam proses mengajar. Kesiapan belajar juga merupakan salah satu faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan kesiapan yang akan menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan kebiasaan baik di matematika.

Gambar

Tabel 1.1 Nilai Rapor Mid Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII  SMP N 3 Lintau Buo Utara Tahun Ajaran 2019/2020
Tabel 3.1 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas VIII SMP N 1  Lintau Buo Utara
Tabel  3.2  Analisis  Ragam  Bagi  Data  Hasil  Belajar  Siswa  Kelas Populasi  Sumber  keragaman  Jumlah  kuadrat  Derajat bebas  Kuadrat tengah   fhitung  Nilai  tengah  kolom  170,93  2  28,48  1,97  Galat  2190,723  61  14,44  Total  2361,653  64
Tabel 3.3 Skala Likert Angket
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan periklanan merupakan media utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi di mana promosi memiliki tujuan utama untuk menarik konsumen agar mau

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

• Sepak cungkil adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan jari kaki.. • Sepak cungkil digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh

BAYARAN MUNASABAH DAN BIASA DIAMALKAN hendaklah bermaksud bayaran rawatan perubatan yang perlu dari segi perubatan, yang dianggap munasabah dan biasa diamalkan

kira-kira 10% wanita pada populasi umum mengalami menopause pada usia 45 tahun, mungkin karena mereka dilahirkan dengan cadangan folikel ovarium yang lebih kecil dari orang

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku dan berdasarkan Surat Keputusan Pejabat

pemeliharaan/perbaikan maupun data lainnya yang dipandang perlu. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk Berita Acara dengan melampirkan data kerusakan, laporan hilang

Penelitian ini mendapati beberapa titik kelemahan dari musrenbang, sehingga tidak mampu menghasilkan kebijakan/program desa yag unggul, yakni: Pertama, pada sisi