• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI

KABUPATEN BATANG HARI

H.AKHYAR

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari

PENDAHULUAN

Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan Ibukota Muara Bulian memiliki luas wilayah 5.180,35 km2

atau 518.035 ha atau 10,16% dari luas wilayah Provinsi Jambi, terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dengan 113 desa/kelurahan. Kepadatan penduduk Kabupaten Batang Hari sebesar 38 jiwa setiap kilometer persegi, dengan kepadatan tertinggi pada Kecamatan Muara Bulian dan Muara Tembesi. Sementara itu, kepadatan penduduk yang paling rendah ada di Kecamatan Maro Sebo Ulu dan Batin XXIV.

Wilayah Kabupaten Batang Hari terletak pada koordinat geografis 1º151 – 2º201 Lintang

Selatan dan 102 º301 – 104º30 1 Bujur Timur.

Batas wilayah Kabupaten Batang Hari sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten dengan Kabupaten Tebo dan Tanjab Barat.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera Selatan.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo.

Jenis tanah padsolik merah kuning merupakan tanah yang paling luas di Kabupaten Batang Hari sebesar 445.251 ha atau 85,95% sebagian lagi terdiri alluvial yang terletak disepanjang aliran sungai Batang Hari dan anak sungainya, luasnya mencapai 72.784 ha.

Berdasarkan data potensi lahan yang telah dihimpun dari tiap desa oleh mantri tani dan Petugas Pertanian di lapangan tercatat seluas 125.706 ha, yang potensinya untuk dijadikan lahan pertanian tanaman pangan terdiri dari

lahan persawahan seluas 24.077 ha dan lahan kering seluas 101.629 ha.

Lahan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Batang Hari terutama lahan kering sudah banyak yang berubah fungís menjadi kebun kelapa sawit terdapat di Kecamatan Mersam, Muara Bulian dan Bajubang.

PERKEMBANGAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN KERBAU Populasi ternak

Usaha peternakan merupakan sumber mata pencarian alternatif bagi masyarakat Kabupaten Batang Hari. Sifat pengelolaannya sebagian besar masih merupakan usaha sampingan dari usaha pokok perkebunan karet dan kelapa sawit. Khususnya usaha peternakan system pengelolaan yang diterapkan peternak umumnya masih bersifat tradisional dan semi intensif dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Volume usaha yang masih relatif kecil atau belum memenuhi sekala ekonomi 2. Teknologi yang diterapkan masih minim 3. Manajemen usaha sangat lemah

4. Tingkat produksi dan produktifitas rendah Kondisi tersebut diatas disebabkan antara lain oleh:

1. Lemahnya SDM peternakan

2. Lemahnya kemampuan permodalan peternak

3. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang usaha peternakan

Permasalahan diatas mempunyai dampak terhadap rendahnya perkembangan populasi ternak, bahkan pada akhir-akhir ini beberapa populasi ternak cenderung menunjukkan angka penurunan. Hal ini terjadi juga karena didorong oleh tingginya angka penjualan dan pemotongan ternak sehingga tidak dapat diimbangi dengan angka kelahiran dan

(2)

Tabel 1. Perkembangan populasi ternak tahun 2004 – 2009 di Kabupaten Batang Hari

Jenis ternak Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sapi 8.156 7.135 7.135 7.619 8.067 8.997 Kerbau 14.129 13995 13995 13.972 13.858 13.974 Kambing 13.970 13.706 13.706 13.921 14.385 14.945 Domba 8.392 8.828 8.828 8.535 8.634 8.913 Ayam Buras 314.320 311.740 311.740 390.477 453.724 560.902 Ayam Broiler 1.898.976 2.476.125 2.476.125 2.538.854 2.061.000 2.400.000 Itik 20.993 21.631 21.631 23.524 24.725 25.788

pemasukan ternak dari luar daerah. Khusus ternak kerbau yang menjadi komoditas andalan bagi sub sektor peternakan di Kabupaten Batang Hari. Sekarang mengalami permasalahan yang cukup serius dimana terjadinya kekurangan populasi pejantan secrara dramatis sehingga berdampak pada rendahnya angka kelahiran ternak tersebut. Perkembangan populasi ternak selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Potensi lahan

Potensi lahan untuk pengembangan peternakan di Kabupaten Batang Hari seluas ± 278.992 ha. Lahan tersebut adalah berupa areal sawah, tegalan/ladang, kebun campuran, Perkebunan karet dan perkebunan sawit yang berpotensi menghasilkan hijauan pakan ternak Tabel 2.

Tabel 2. Potensi lahan peternakan di Kabupaten

Batang Hari tahun 2009

Kecamatan Luas (ha)

Maro Sebo Ulu 27.600

Mersam 31.794 Muara Tembesi 37.107

Batin XXIV 33.234 Maro Sebo Ilir 18.295 Muara Bulian 14.873

Bajubang 71.110 Pemayung 44.979 Jumlah 278.992

Populasi kerbau

Populasi kerbau di Kabupaten Batang Hari cukup bertahan keberadaannya disebabkan adat istiadat masyarakat Kabupaten Batang Hari menjadikan kerbau sebagai ternak yang dipakai dalam kegiatan upacara adat dan sebagian wilayah tertentu kepemilikan kerbau menjadi ukuran status sosial dimasyarakat. Tingkat konsumsi masyarakat setempat cendrung lebih menyukai daging yang berasal dari ternak Kerbau dibandingkan dengan Sapi. Pengembangbiakan ternak Kerbau pada masyarakat umumnya di daerah persawahan atau masyarakat yang tinggal di pinggir aliran sungai Batang Hari, dimana pola pemeliharaannya masih secara semi- intensif.

Pergeseran kegiatan usaha masyarakat yang cendrung ke arah perkebunan kelapa sawit, membuat tempat penggembalaan ternak kerbau semakin berkurang, sehingga perkembangan populasi berpengaruh.

KEGIATAN PROGRAM AKSI PERBIBITAN

Kelompok kerbau di Kabupaten Batang Hari yang mendapat bantuan Program Aksi Perbibitan adalah Kelompok Suka Maju di Dusun Sungai Gondang Desa Simpang Rantau Gedang Kecamatan Mersam. Pada tahun 2006 sebanyak 51 ekor kerbau betina dan 5 ekor jantan dengan alokasi dana sebesar Rp. 280.000.000 melalui dana Penguatan

(3)

Modal Usaha Kelompok (APBN-P) tahun 2006. Pola pemeliharaan masyarakat pada kelompok ini dengan cara ternak dilepas pada siang hari dan malam hari ternak kembali ke kandang. Pada kelompok ini sudah dibangun 2 buah kandang koloni.

Untuk mendukung kegiatan program Aksi Perbibitan Kerbau melalui kegiatan uji coba inseminasi buatan kerbau yang dimulai pada tahun 2006 – 2009, bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari dengan Tim Konsultan dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dan Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang berhasil lahir sebanyak 17 ekor di 7 wilayah yang dilaksanakan uji coba. Wilayah program aksi perbibitan berhasil melahirkan sebanyak 7 ekor.

Penggunaan semen beku kerbau untuk uji coba dengan mendatangkan Straw Kerbau Belang dari Balai Inseminasi Buatan Daerah Loktabat Kalimantan Selatan dan LIPI melalui alokasi anggaran dana APBN Provinsi Jambi dan APBD Kabupaten Batang Hari Tahun 2006 – 2009.

Pada tahun 2009 melalui dana anggaran APBD Kabupaten Batang Hari telah mengirim ketua kelompok (Suparto) untuk mengikuti Pelatihan Inseminasi Buatan Sapi dan Kerbau di Balai Inseminasi Buatan Besar Singosari. Dimana diharapkan dengan Inseminator swadaya yang berdomisili di dekat kelompok Program Aksi Perbibitan Kerbau ini dapat melayani ternak kerbau betina yang minta kawin.

Implementasi kegiatan diatas merupakan wujud dari penyelenggaraan Seminar Nasional di Kabupaten Batang Hari pada tahun 2008

sebagai salah satu Daerah Sentra Pengembangan Ternak Kerbau.

Beberapa kelompok pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Batang Hari dibawa studi banding ke LIPI Cibinong dan diperoleh pengetahuan bahwa ternak kerbau dapat dipelihara secara intensif dan dapat dilakukan Inseminasi Buatan sehingga tidak dikenal ternak kerbau yang dipelihara secara semi tradisional apalagi tradisional.

PERMASALAHAN

Adapun permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Batang Hari antara lain:

1. Masyarakat yang terbiasa memelihara ternak kerbau belum seperti halnya memelihara ternak sapi, sehingga populasi kerbau lambat berkembang dan hanya terbatas pada wilayah tertentu saja.

2. Pola pemeliharaan ternak kerbau yang semi-intensif dapat memudahkan pencurian ternak di lapangan di karenakan pengawasan oleh pemilik hanya waktu-waktu tertentu saja.

3. Tingkat konsumsi masyarakat yang cendrung menyukai daging kerbau dan upacara adat yang memanfaatkan ternak kerbau sebagai status sosial dapat mempengaruhi penurunan populasi ternak kerbau.

4. Khusus pada wilayah pengembangan kerbau lumpur, apabila masuk peralihan musim penghujan ke musim kemarau sering terjadi meningkatnya kasus yang menyerang penyakit SE (Septicemia Epizootica)

Tabel 3. Perkembangan ternak kerbau program aksi perbibitan

Lokasi / kelompok Penyebaran awal 2006 Perkembangan Jumlah Lahir Mati Induk Anak Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Sei. Gondang/

Klp. Suka Maju 5 51 5 4 1 11 2 1 46

(4)

5. Pada kelompok yang mendapat bantuan program aksi perbibitan mendatangkan ternak dari Provinsi Lampung sehingga dalam pengawasan kesehatan yang kurang menyebabkan ternak kerbau terserang penyakit sura.

6. Rasio ternak jantan dan ternak betina yang tidak seimbang, dimana dalam satu koloni Padang penggembalaan yang betinanya berjumlah lebih dari 50 ekor sedangkan jantan sebagai pemacek hanya berjumlah 1 – 3 ekor (rasio 1 : 15 – 20). Hal ini berakibat rendahnya tingkat kelahiran. Dalam perkawinan sering terjadi perkawinan ternak kerbau dalam ternak kerbau itu sendiri (inbreeding) yang akan menyebabkan mutu genetik kerbau terus menurun dari tahun ke tahun.

7. Program Inseminasi Buatan (IB) tidak berjalan efektif karena kesulitan peternak memantau ternak betinanya birahi dan tidak adanya inseminator di dekat lokasi program sehingga kawin suntik sulit untuk dilaksanakan.

UPAYA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Batang Hari untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan pembinaan kelompok secara intensif dan terintegrasi yang dikoordinasikan oleh UPT BPPPK Mersam. Melalui kegiatan tersebut diharapkan:

1. Meningkatkan pengetahuan petani ternak secara mendetail tentang tahapan-tahapan usaha perbibitan ternak kerbau dengan baik dan benar.

2. Mengupayakan kelompok memperta- hankan kerbau betina produktif untuk tidak dijual atau dipotong.

3. Mengupayakan pemecahan masalah yang ditemui melalui diskusi kelompok tentang masalah-masalah yang ditemui dilapangan oleh kelompok dalam menyelesaikan masalah kesehatan ternak kerbau.

4. Meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana untuk pelayanan kesehatan, Intensifikasi Kawin Alam (INKA) dan Inseminasi Buatan yang semakin dekat dengan kelompok ternak kerbau.

5. Program kawin suntik kerbau yang sulit dideteksi masa birahinya diupayakan dengan sinkronisasi birahi dan uji coba inseminasi buatan kerbau dengan bekerjasama dengan tim perguruan tinggi.

SARAN TINDAK LANJUT

1. Pengalihan fungsi lahan penggembalaan ternak yang menjadi kebun kelapa sawit membuat ternak kerbau digembalakan di persawahan (saat tidak musin tanam) dan kebun kelapa sawit atau sekitar hutan, maka kelompok ternak kerbau di motivasi untuk membuat kandang koloni untuk memudahkan pengawasan dan penanganan kesehatan ternaknya.

2. Tingginya animo masyarakat Kabupaten Batang Hari mengkonsumsi daging kerbau dengan menyarankan peternak untuk tidak menjual betina produktif untuk dipotong dan hanya menjual jantannya saja atau dapat membeli jantan dari pasar hewan yang ada di kabupaten setiap satu kali seminggu.

3. Untuk tidak terjadi inbreeding dan kekurangan pejantan (pemacek) yang ada di koloni ternak kerbau disediakan pejantan (pemacek) dari luar daerah melalui dana APBD maupun APBN.

4. Meningkatkan kesehatan ternak kerbau dilakukan vaksinasi SE secara teratur pada saat musim tanam dan mendekatkan pelayanan kesehatan hewan kepada masyarakat dengan mendirikan Puskeswan di Kecamatan.

5. Mendekatkan pelayanan Inseminasi Buatan Kerbau pada kelompok program aksi perbibitan dengan menyediakan container straw di kecamatan dan inseminator swadaya pada kelompok ternak Kerbau. 6. Menyediakan dana anggaran kerjasama

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari dengan Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Universitas Jambi untuk program inseminasi buatan kerbau.

7. Di Kabupaten Batang Hari terdapat Balai Pembibitan Ternak Talang Bukit yang saat ini mengembangkan ternak sapi dan kerbau, yang mana direncanakan untuk kedepan akan dikhususkan untuk tempat pembibitan

(5)

PENUTUP

Program Aksi Perbibitan Ternak Kerbau Tahun Anggaran 2006 (APBN-P) melalui Penguatan Modal Usaha Kelompok Tahun 2006 di Kabupaten Batang Hari diharapkan dapat selalu memberikan dukungan dan keuntungan yang dirasakan masyarakat, khususnya masyarakat kelompok penerima program dan secara tidak langsung juga akan

memberikan kontribusi bagi Pemerintah Daerah.

Pengembangan Ternak Kerbau di Kabupaten Batang Hari selain dapat meningkatkan populasi yang ada juga dapat mendukung kebutuhan daging sehingga dapat dikeluarkan rumusan-rumusan baru dan langkah konkrit yang selalu menyediakan Anggaran Pemerintah dalam Pengembangan Ternak Kerbau.

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan populasi ternak tahun 2004 – 2009 di Kabupaten Batang Hari  Jenis ternak  Tahun
Tabel 3. Perkembangan ternak kerbau program aksi perbibitan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2008) yang berjudul Kajian Tingkat Produksi dan Pendapatan Usahatani Sayuran Dataran Rendah di Kawasan Agribisnis Kota Medan,

Faktor penghambat strategi penyelesaian pembiayaan murabhaah yang bermasalah di BMT UGT Sidogiri Capem Kraksaan adalah pihak AOA/AOP yang tidak tegas dalam menjalankan

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam penelitiannya dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Konsep pelatihan pelestarian situs yang diberikan berdasarkan pada kearifan lokal yang dimiliki oleh Masyarakat Nagaratengah Kecamatan Cineam yaitu berdasarkan pada

Untuk dapat mengoptimalkan polisi tidur otomatis dapat dipasang di kota- kota besar dengan pengguna kendaraan bermotor terbanyak dan sering mengalami kemacetan terutama

Sebagai tenaga pendidik dalam mata pelajaran sejarah, guru harus mampu menghadirkan sesuatu yang baru baik terkait dengan model, stretegi, metode, sampai pada

Dengan adanya Good Corporate Governance, kinerja keuangan, dan ukuran perusahaan yang baik, diharapkan dapat membuat nilai perusahaan akan dinilai lebih baik oleh

Obat utama yaitu obat kronis yang diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan tercantum pada Formularium Nasional