• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan umum yang terjadi di area perkotaan adalah masalah pertumbuhan kegiatan dan kemacetan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut adalah dengan mengembangkan Transport Demand Management (TDM). Tujuan TDM adalah untuk membatasi jumlah kebutuhan pergerakan, yaitu dengan melakukan pengelolaan terhadap komponen-komponen yang dapat mempengaruhi jumlah pergerakan (http://www.vtpi.org/tdm). Salah satu penanganan TDM yang dapat dilakukan di negara sedang berkembang adalah dengan melakukan pengendalian dalam penggunaan lahan (land use control) (World Bank dalam Indrawanto, 1996). Jenis guna lahan dan intensitas bangunan suatu kawasan menentukan tingkat lalu lintas yang bergerak menuju kawasan tersebut (Ferguson, 2000). Oleh karena itu, untuk membatasi jumlah pergerakan yang ditimbulkan, diperlukan pengendalian dan pengaturan terhadap penggunaan lahan dan intensitas bangunannya.

Pengaturan tersebut tidak dimaksudkan untuk menghentikan pertumbuhan fisik kota, tetapi secara konseptual untuk terciptanya kondisi yang seimbang antara ketersediaan prasarana jalan dengan pertumbuhan kota (Indrawanto, 1996). Penggunaan lahan dan penentuan intensitas bangunan pun harus didasarkan pada kemampuan kapasitas jalan yang tersedia. Salah satu komponen yang biasa digunakan untuk menunjukkan intensitas bangunan adalah Koefisien Lantai Bangunan (KLB). Dari sudut pandang TDM, KLB memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan jumlah pergerakan yang ditimbulkan. Semakin tinggi nilai KLB, semakin tinggi pula jumlah pergerakan yang ditimbulkan (Institute of Transportation Engineers, 1992).

(2)

Ketentuan mengenai fungsi guna lahan dan intensitas bangunan tersebut harus ditetapkan dalam setiap rencana tata ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah/Kota, Rencana Detail Tata Ruang Kota dan petunjuk operasionalnya). Akan tetapi, ketentuan tersebut terkadang tidak didasarkan pada daya dukung sistem transportasinya, yaitu kemampuan kapasitas jalan. Dengan begitu, ketentuan tersebut mungkin saja tidak sesuai dengan kapasitas prasarana jalan yang tersedia. KLB maksimum yang terlalu tinggi tentu akan menimbulkan pergerakan yang tinggi pula. Apabila kondisi tersebut tidak dapat diakomodir oleh kapasitas jalan yang memadai, maka timbulah masalah kemacetan. Hal tersebut ditandai dengan volume lalu lintas yang tinggi dan level of service (LOS) jalan yang rendah.

Berkaitan dengan masalah tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan sehubungan dengan penentuan intensitas bangunan. Pertama, melihat apakah ketentuan intensitas bangunan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah/Kota) masih dapat ditampung dalam kapasitas jalan yang tersedia. Berdasarkan kapasitas jalan yang tersedia dapat ditentukan intensitas maksimum yang sebaiknya diterapkan untuk fungsi yang ditetapkan. Dalam hal ini, kapasitas jalan dipandang sebagai konstrain dan penentuan intensitas bangunan sebagai TDM. Oleh karena itu, yang diatur di sini adalah intensitas bangunan didasarkan pada kapasitas jalan sebagai konstrain. Apabila dengan menggunakan ketentuan RTRW ternyata LOS jalan rendah, berarti ketentuan intensitas bangunan maksimum terlalu tinggi untuk fungsi yang ditetapkan. Sedangkan apabila LOS jalan tinggi, berarti ketentuan intensitas bangunan maksimum masih dapat dilayani oleh kapasitas jalan yang ada.

1.2 Rumusan Persoalan

Adanya ketidakseimbangan volume kendaraan dengan kemampuan kapasitas jalan yang menimbulkan masalah kemacetan di Kota Cimahi. Berdasarkan studi yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu Penyusunan Sistem Jaringan Transportasi Jalan Kota Cimahi Tahun 2003, ruas jalan yang mempunyai volume yang tinggi terdapat

(3)

pada jalan-jalan keluar-masuk Kota Cimahi. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan eksternal-eksternal atau internal-eksternal di Kota Cimahi sangat tinggi, sedangkan pola jaringan jalan yang ada kurang mendukung pergerakan tersebut sehingga kemacetan yang terjadi menumpuk pada ruas jalan utama, yaitu Jalan Raya Cimahi. Adapun untuk volume arus lalu-lintas Kota Cimahi sendiri menunjukkan bahwa pergerakan lebih terpusat di jalan utama di Kota Cimahi, yaitu Jalan Raya Cimahi. Jalan Raya Cimahi merupakan titik kemacetan terutama di persimpangan Jl. Raya Cimahi - Jl. Gatot Subroto (Pertigaan Tagog), Persimpangan Cimindi (di bawah Fly Over), dan Koridor Jl. Cihanjuang - Jl. Raya Cimahi - Jl. Pesantren. Berdasarkan Laporan Hasil Survey Traffic Counting Dinas Perhubungan Kota Cimahi Tahun 2006, diketahui bahwa rata-rata level of service (LOS) Jalan Raya Cimahi adalah C dan D, dengan volume per capacity ratio (VCR) rata-rata 0,70-0,80.

Apabila dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi Tahun 2002, koridor Jalan Raya Cimahi direncanakan untuk menjadi koridor perdagangan dan jasa. Koridor perdagangan dan jasa ini direncanakan memiliki fungsi penggunaan lahan: perdagangan/niaga/komersial, kegiatan jasa, perkantoran pemerintah dan swasta, hunian campuran (rumah-toko/ruko, rumah-kantor/rukan, dll), dan fasilitas umum/sosial pendukung dengan KLB maksimum 3,2. Dengan begitu, dapat diperkirakan bahwa pembangunan dan aktivitas di ruas jalan tersebut akan terus berkembang, sementara kapasitas jalan tidak bertambah. Dalam RTRW Kota Cimahi 2002 disebutkan bahwa dalam jangka waktu 10 tahun, hanya akan ada satu pembangunan jalan baru di Kota Cimahi, itupun adalah jalan kolektor sekunder. Apabila perkembangan bangunan yang tidak terkendali tersebut tidak diantisipasi, maka masalah kemacetan akibat tidak terkendalinya bangkitan lalu lintas di koridor Jalan Raya Cimahi akan semakin parah.

Sampai saat ini belum ada studi yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan peneliti untuk menentukan intensitas bangunan Koridor Jalan Raya Cimahi yang didasarkan pada kemampuan kapasitas jalan, baik yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Kota, Dinas Bangunan maupun Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah

(4)

(BAPPEDA). Ketentuan mengenai intensitas bangunan Kota Cimahi sudah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cimahi dan petunjuk operasionalnya, akan tetapi tidak dihitung berdasarkan kemampuan kapasitas Jalan Raya Cimahi. Ketentuan tersebut pun belum diuji dampaknya terhadap kapasitas jalan yang tersedia sehingga bila tidak sesuai dengan kapasitasjalan akan menyebabkan volume lalu lintas tidak dapat ditampung oleh kapasitas jalan yang tersedia saat ini.

Berdasarkan rumusan persoalan tersebut, maka perlu dilakukan suatu studi yang dapat menjawab pertanyaan berikut:

1. Apakah ketentuan intensitas bangunan koridor Jalan Raya Cimahi yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi masih dapat ditampung oleh kapasitas jalan yang tersedia?

2. Berapakah intensitas bangunan maksimum yang dapat ditampung di koridor Jalan Raya Cimahi untuk fungsi yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi bila kapasitas jalan sebagai konstrain?

Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk arahan pemanfaatan ruang koridor Jalan raya Cimahi dan penilaian terhadap kondisi yang ada pada saat ini

1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Studi

Studi ini bertujuan untuk menentukan intensitas bangunan maksimum koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan fungsi dalam RTRW Kota Cimahi dan kapasitas jalannya. Dalam studi ini, kapasitas Jalan Raya Cimahi dianggap tidak mengalami penambahan hingga masa mendatang. Oleh karena itu, kapasitas jalan di sini dianggap sebagai konstrain.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai adalah: 1. Menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi saat ini.

(5)

2. Menghitung perkiraan volume per capacity ratio (VCR) koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi

3. Menentukan intensitas bangunan maksimum di Koridor Jalan Raya Cimahi untuk fungsi yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi berdasarkan kemampuan kapasitas jalannya

Manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah:

1. Memberikan masukan bagi pemerintah Kota Cimahi, khususnya dinas yang terkait dengan penataan ruang, yaitu Dinas Tata Kota, Dinas Bangunan dan Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah dalam hal arahan intensitas pemanfaatan ruang di koridor Jalan Raya Cimahi dan bahan untuk mengevaluasi Rencana Tata Ruang Kota.

2. Memberikan wacana dan menambah contoh aplikasi metode/teknik ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dalam menentukan intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan kapasitas jalan.

1.4 Ruang Lingkup Studi

Dalam studi ini, yang menjadi fokus pembahasan adalah penentuan intensitas bangunan. Penentuan intensitas bangunan yang dibahas dalam studi ini dibatasi pada fungsi guna lahan dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB), sedangkan tinggi bangunan dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tidak akan dibahas di sini. Adapun dalam studi ini terdapat beberapa batasan lingkup untuk istilah yang digunakan, yaitu: • Pemanfaatan ruang: penggunaan lahan (land use) dan intensitas bangunan

• Intensitas bangunan: dibatasi pada Koefisien Lantai Bangunan (KLB), tidak termasuk tinggi bangunan dan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Wilayah yang dijadikan obyek dalam studi ini adalah koridor Jalan Raya Cimahi, mulai dari alun-alun Kota Cimahi - Jl.Cibeureum. Adanya batasan lingkup tersebut dikarenakan adanya karakteristik sebagai berikut:

(6)

• Pergerakan tertinggi Kota Cimahi terletak di Jalan Raya Cimahi, mengingat bahwa jalan tersebut adalah jalan arteri primer, jalan nasional yang merupakan akses penghubung Kota Bandung dan Kota Jakarta, dan jalan lokal utama yang digunakan untuk pergerakan internal Kota Cimahi.

• Pertumbuhan aktivitas tertinggi Kota Cimahi terletak di segmen tersebut. Hal tersebut diakibatkan adanya kecenderungan pertumbuhan Kota Cimahi yang memita (ribbon development), dimana pertumbuhan aktivitas berorientasi pada jalan utama.

Dalam studi ini, ruang lingkup wilayah studi dibagi menjadi enam segmen, yaitu: 1. Segmen alun alun kota (Jl.Gandawijaya) – Jl.Gatot Soebroto

2. Segmen Jl.Gatot Soebroto – Jl.Cihanjuang 3. Segmen Jl.Cihanjuang – Jl.Pesantren 4. Segmen Jl.Pesantren – Fly Over Cimindi 5. Segmen Fly Over Cimindi – Jl.Kebon Kopi 6. Segmen Jl.Kebon Kopi – Pertigaan Cibeureum

Pembagian segmen tersebut dibuat berdasarkan adanya perbedaan karakteristik kondisi lalu lintas antar segmen. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya persimpangan Jalan Raya Cimahi dengan jalan-jalan kolektor. MKJI (1997) menyebutkan bahwa pembagian segmen jalan harus dilakukan apabila pada jalan tersebut ditemukan simpang bersinyal atau simpang tak bersinyal utama. Pembagian segmen pun disebabkan oleh adanya perbedaan tipe jalan pada maing-maing segmen yang menyebabkan adanya perbedaan kapasitas jalan. Oleh karena itu, pembahasan tidak dapat dilakukan dalam satu segmen penuh Jalan Raya Cimahi, melainkan harus dibagi menjadi beberapa segmen. Berikut ini adalah ruang lingkup studi dan pembagian segmen ruang lingkup tersebut.

(7)
(8)

1.5 Metode Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan permintaan dan penyediaan (supply demand analysis). Pendekatan penyediaan (supply) dilakukan untuk melihat berapa besar kapasitas Jalan Raya Cimahi. Pendekatan permintaan (demand) digunakan untuk melihat berapa besar permintaan dari sisi fungsi guna lahan dan intensitas bangunan, sehingga akan diketahui trip attraction yang dihasilkan. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi dan akhirnya dapat dirumuskan ketentuan intensitas bangunan maksimum dan jenis kegiatan yang dapat dibangun di koridor jalan tersebut didasarkan pada batas kemampuan jalannya.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode kuantitatif. Hal tersebut dikarenakan seluruh data yang diolah dan keluaran yang diharapkan dalam studi ini adalah berupa data kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi saat ini, level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang berlaku dalam RTRW Kota Cimahi, dan penentuan intensitas bangunan maksimum. Adapun bila dilihat dari jenis penelitiannya, studi ini termasuk ke dalam penelitian eksploratif karena sifatnya terbuka dan masih mencari-cari. Oleh karena itu, studi ini diharapkan dapat menghasilkan suatu output yang dapat menjawab pertanyaan yang timbul dari persoalan riset.

(9)

Gambar 1.2

Kerangka Pemikiran Studi

VCR ≥ 0.70 Tidak Perkiraan VCR Perkiraan Volume kendaraan maksimum VCR maksimum Ya

Ketidakseimbangan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan (timbul masalah kemacetan)

Ketidaksesuaian intensitas pembangunan dengan prasarana jalan yang tersedia

Kecepatan kendaraan eksisting Level Of Service (LOS) eksisting Volume kendaraan maksimum

Analisa Ketentuan Intensitas Bangunan dalam RTRW Perkiraan Trip Attraction yang dihasilkan Ditambah Volume through traffic Analisa Kondisi Eksisting - Rencana penggunaan lahan (land use)

VCR eksisting

- Luas lantai rencana - Ketentuan Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) maksimum

Penentuan Volume per Capacity Ratio (VCR) yang diinginkan Volume kendaraan eksisting Kapasitas jalan eksisting Trip Rate

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) dalam RTRW masih dapat

ditampung Turunkan ketentuan maksimum Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Luas Lantai Bangunan

maksimum yang diperbolehkan

Arahan penentuan intensitas bangunan maksimum berdasarkan kemampuan kapasitas jalan

Trip Rate

Luas penggunaan lahan (land use)

eksisting Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum yang

diperbolehkan

Trip Attraction maksimum

yang diperbolehkan (trip ceiling) Dikurangi Volume through traffic 9

(10)

1.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan antara lain:

1. Data untuk menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi saat ini, yaitu:

- Kapasitas jalan, yaitu ukuran kemampuan jalan untuk mengakomodasi pergerakan kendaraan. Data yang diperlukan untuk mengetahui kapasitas jalan adalah kondisi geometri jalan, kondisi hambatan samping, dan standar kapasitas jalan.

- Kecepatan kendaraan, yaitu kecepatan rata-rata yang ditempuh oleh kendaraan selama melalui suatu ruas jalan pada waktu tertentu. Data yang diperlukan untuk menghitung kecepatan perjalanan adalah panjang koridor Jalan Raya Cimahi dan waktu tempuh

- Volume kendaraan, yaitu jumlah kendaraan yang melewati koridor Jalan Raya Cimahi pada interval waktu tertentu.

2. Data yang dibutuhkan untuk menghitung perkiraan volume per capacity ratio (VCR) koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi, yaitu rencana penggunaan lahan (land use) koridor Jalan Raya Cimahi dan luas lantai rencananya, ketentuan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum dan perkiraan volume through traffic yang melewati koridor Jalan Raya Cimahi.

3. Data yang dibutuhkan untuk menentukan intensitas bangunan maksimum di Koridor Jalan Raya Cimahi, yaitu volume through traffic eksisting dan luas penggunaan lahan eksisting di koridor Jalan Raya Cimahi.

Untuk mengumpulkan data tersebut, akan dilakukan pengumpulan data sekunder dan survey primer sebagai berikut:

(11)

1. Data sekunder: • Studi literatur:

Studi ini dilakukan dengan menelusuri buku teks yang terkait, juga laporan studi yang pernah dilakukan. Adapun tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui rumus yang terkait dengan studi ini, standar yang biasa digunakan dan data mengenai Kota Cimahi. Rumus-rumus yang berkaitan dengan studi ini antara lain adalah rumus kapasitas jalan, kecepatan kendaraan (speed), volume per capacity ratio (VCR), dan trip rate. Standar yang dibutuhkan dalam studi ini adalah standar kapasitas jalan, trip rate untuk setiap fungsi guna lahan dan metode yang terkait dengan penentuan intensitas bangunan. Data mengenai Kota Cimahi didapat dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi dan petunjuk operasionalnya, juga melalui artikel surat kabar dan internet.

• Survey Instansional:

Survey ini dilakukan untuk mendapatkan data perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang terkait dengan ketentuan jalan dan pembangunan gedung. Selain itu, survey pun dilakukan untuk mengetahui kondisi geometri Jalan Raya Cimahi, karakteristik pemanfaatan ruang eksisting koridor Jalan Raya Cimahi, berupa peta guna lahan dan persil bangunan/foto udara, rencana penggunaan lahan dan ketentuan intensitas maksimum bangunan koridor Jalan Raya Cimahi. Survey dilakukan di beberapa instansi terkait, yaitu Dinas Perhubungan, Dinas Tata Kota, dan Bappeda Kota Cimahi.

2. Survey primer dilakukan untuk mendapatkan data volume kendaraan, volume through traffic, kecepatan kendaraan, dan kondisi hambatan samping.

• Data volume kendaraan didapatkan dengan melakukan traffic counting terhadap kendaraan yang melewati koridor Jalan Raya Cimahi. Untuk mempermudah perhitungan, kendaraan digolongkan menjadi tiga jenis yaitu sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat (berdasarkan IHCM,

(12)

1997). Selain ketiga jenis kendaraan tersebut, perhitungan juga dilakukan terhadap kendaraan bergerak lambat/kendaraan tidak bermotor. Perhitungan dilakukan dalam dua hari yaitu pada hari kerja (weekday) dan akhir pekan (weekend) pada peak hour. Peak hour tersebut diketahui dari Laporan Hasil Survey Traffic Counting Dinas Perhubungan Kota Cimahi Tahun 2006. Disebutkan bahwa peak hour koridor Jalan Raya Cimahi adalah pada waktu pagi (06.00-07.00), siang (13.00-14.00) dan sore (16.00-17.00). Survey dilakukan pada enam segmen jalan yang telah dijelaskan pada ruang lingkup wilayah studi.

• Data volume through traffic didapatkan dengan melakukan license plate counting. Survey ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pergerakan kendaraan menerus yang melewati koridor Jalan Raya Cimahi. Dengan begitu, akan diketahui berapa presentase kendaraan yang melakukan through traffic dari seluruh kendaraan yang melewati koridor Jalan Raya Cimahi. Waktu survey disamakan dengan waktu traffic counting, yaitu pada hari dan jam puncak. Survey dilakukan dengan merekam nomor plat kendaraan yang masuk dan keluar Kota Cimahi dengan alat bantu video camera. Survey berlokasi di dua titik, yaitu batas masuk dan keluar lingkup wilayah studi. Kendaraan dianggap melakukan through traffic apabila ia terlihat melewati kedua titik tersebut dalam waktu tempuh yang telah ditentukan. Data kendaraan yang melakukan through traffic tersebut kemudian dibagi dengan jumlah seluruh kendaraan yang melintas, sehingga didapatkan nilai proporsi volume through traffic. Nilai presentase tersebut dijadikan konstanta dan kemudian dapat dikalikan dengan volume kendaraan hasil traffic counting untuk mengetahui volume through traffic masing-masing segmen.

• Data kecepatan kendaraan didapat dengan menghitung waktu perjalanan dari awal segmen sampai pada ujung akhir segmen dengan mengikuti arus

(13)

perjalanan. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kendaraan ringan (mobil). Panjang masing-masing segmen kemudian dibagi dengan waktu tempuh masing-masing segmen tersebut dan kemudian didapatlah data kecepatan kendaraan.

• Data hambatan samping dibutuhkan untuk menghitung kapasitas jalan. Survey dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap hambatan samping di masing-masing ruas. Penilaian dilakukan secara langsung oleh pengamat dan bersifat kualitatif berdasarkan standar normatif dalam MKJI 1997.

1.5.2 Teknik Analisis

Dalam studi ini akan dilakukan beberapa tahap analisis, yaitu:

..…………...….(1.1) 1. Menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi saat ini. Untuk

mengetahui LOS eksisting, diperlukan perhitungan kecepatan kendaraan

(speed), kapasitas jalan dan Volume per Capacity Ratio (VCR).

Kecepatan kendaraan (speed) yang digunakan dalam studi ini adalah

kecepatan tempuh. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis data yang didapat dari survey primer, yaitu waktu tempuh kendaraan. Untuk menghitung kecepatan perjalanan digunakan persamaan matematik sebagai berikut (Warpani, 1985) :

Keterangan :

Kecepatan = Kecepatan rata-rata ruang kendaraan ringan (LV) (km/jam) Panjang Segmen = Panjang segmen (km)

Waktu Tempuh = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam) Panjang Segmen

Waktu Tempuh Kecepatan =

Kapasitas jalan. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis data yang

didapat dari survey primer,yaitu kondisi geometrik jalan dan kondisi hambatan samping. Kapasitas jalan dihitung dengan menggunakan

(14)

persamaan umum menurut metode Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM 1997), yaitu: …....………….(1.2) Keterangan : C : kapasitas (smp/jam) Co : kapasitas dasar (smp/jam)

FCw : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan FCsp : faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FCsf : faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping

FCcs : faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk) C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Volume per Capacity Ratio (VCR) adalah perbandingan antara volume yang melintas (smp/jam) dengan kapasitas pada suatu ruas jalan tertentu (smp/jam). Dari hasil perbandingan didapat suatu nilai tanpa satuan yang akan digunakan untuk menentukan level of service (LOS) jalan yang bersangkutan.

2. Menghitung perkiraan volume per capacity ratio (VCR) koridor Jalan Raya

Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi. Tahapan dilakukan beberapa tahap, yaitu perhitungan Luas Lantai

Bangunan Maksimum, perkiraan trip attraction maksimum, perkiraan volume kendaraan maksimum, dan perkiraan volume per capacity ratio (VCR). Persamaan yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah:

• Luas Lantai Bangunan Maksimum

….(1.3)

Luas Lantai Bangunan Maksimum = Luas Kapling Eksisting x KLB Maksimum

• Perkiraan Trip Attraction

…….(1.4)

Trip Attraction = Luas lantai bangunan maksimum x trip rate

• Perkiraan Volume Kendaraan Maksimum

…….(1.5)

Volume Kendaraan Maksimum = Trip Attraction + Volume Through Traffic

(15)

• Perkiraan Volume per Capacity Ratio (VCR) …..(1.6) …(1.7) …(1.8) …(1.9)

Volume Kendaraan Maksimum Skenario Kapasitas Jalan eksisting

VCR =

3. Menentukan intensitas bangunan maksimum di koridor Jalan Raya Cimahi untuk fungsi yang ditetapkan dalam RTRW berdasarkan kemampuan kapasitas jalannya. Tahapan ini dilakukan dengan menetapkan LOS yang diinginkan sehingga didapat satu nilai VCR maksimum yang ditetapkan. Kemudian perhitungan Volume

Kendaraan Maksimum, Trip Ceiling, Luas Lantai Bangunan Maksimum, dan KLB Maksimum. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai

berikut:

• Volume Kendaraan Maksimum

Volume kendaraan maksimum = VCR Maksimum x Kapasitas Jalan eksisting

• Trip Attraction yang diperbolehkan (Trip Ceiling)

Trip Ceiling = Volume kendaraan maksimum – Volume Through Traffic - Trip Attraction Aktivitas/fungsi yang dipertahankan

Trip Ceiling ini merupakan batasan volume kendaraan maksimum yang boleh dihasilkan oleh guna lahan di sepanjang koridor Jalan Raya Cimahi.

• Luas Lantai Bangunan Maksimum

Trip Ceiling

Trip Rate

Luas Lantai Maksimum yang boleh dibangun =

(16)

16

…………..………….…(1.10)

…(1.11) Dimana nilai trip rate disesuaikan dengan masing-masing aktivitas/fungsi yang dikembangkan.

i = aktivitas/fungsi yang dikembangkan Keterangan:

X = Total luas lantai bangunan maksimum (m2) ai = Trip rate setiap aktivitas/fungsi (smp/jam/m2) bi = Proporsi luas kapling eksisting setiap aktivitas/fungsi • KLB Maksimum

Trip Ceiling ∑ ai . bi

X =

Luas Lan Maksimum Lua Eksisting

tai Bangunan s Kapling KLB Maksimum =

(17)

Tabel 1.1

Keterkaitan Antara Persoalan, Pertanyaan Penelitian, Tujuan, Sasaran, Kebutuhan Data, Analisis dan Keluaran Studi

Persoalan:

1. Ketentuan intensitas bangunan koridor Jalan Raya Cimahi yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cimahi belum didasarkan pada kapasitas Jalan Raya Cimahi.

2. Belum ada studi yang dilakukan untuk menentukan intensitas bangunan Koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan kemampuan kapasitas jalan, baik yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Kota, Dinas Bangunan maupun Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah (BAPPEDA).

Tujuan: Menentukan intensitas bangunan maksimum koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan fungsi dalam RTRW Kota Cimahi dan kapasitas jalannya.

Pertanyaan Penelitian

Sasaran Data yang

Dibutuhkan Metode Pengumpulan Data Analisis Keluaran • Volume kendaraan • Kecepatan kendaraan Survey Primer: • Traffic Counting (TC) • Manual Counting

Hambatan Samping Observasi

Apakah ketentuan intensitas bangunan koridor Jalan Raya Cimahi yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi masih dapat ditampung oleh kapasitas jalan yang tersedia?

(1) Menghitung level of service (LOS) koridor Jalan Raya Cimahi saat

ini Kondisi geometrik jalan

(panjang, lebar, kondisi median, jumlah lajur dan jalur) • Survey Instansional ke Dinas Perhubungan • Observasi

Analisa Kuantitatif, yaitu mengidentifikasi LOS dengan menghitung volume kendaraan,

kecepatan kendaraan

(speed), dan kapasitas jalan

Level of service (LOS) Koridor Jalan Raya Cimahi saat ini.

(18)

Pertanyaan Penelitian

Sasaran Data yang

Dibutuhkan

Metode Pengumpulan

Data

Analisis Keluaran

• Luas lantai rencana • Ketentuan KLB

maksimum dalam RTRW

Analisis terhadap rencana penggunaan lahan dan ketentuan KLB maksimum dalam RTRW

Stan guna

dar Trip rate tiap lahan

Penelusuran standar dan studi yang pernah dilakukan sebelumnya (2) Menghitung

perkiraan volume per capacity ratio (VCR) koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang ditetapkan dalam RTRW Kota Cimahi Perkiraan volume through traffic Survey Primer: License Plate Counting

Analisa Kuantitatif, yaitu: • Menghitung luas lantai

bangunan maksimum berdasarkan ketentuan RTRW • Menghitung perkiraan trip attraction • Menghitung perkiraan volume kendaraan maksimum • Menghitung perkiraan VCR Perkiraan volume per capacity ratio (VCR) koridor Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan yang berlaku dalam RTRW Kota Cimahi

Volume through traffic Survey Primer: License Plate Counting

Standar Trip rate tiap guna lahan

Penelusuran standar dan studi yang pernah dilakukan sebelumnya Berapakah intensitas

bangunan maksimum yang dapat ditampung di koridor Jalan Raya Cimahi?

(3) Menentukan intensitas bangunan maksimum di Koridor Jalan Raya Cimahi untuk fungsi yang

ditetapkan dalam RTRW berdasarkan kemampuan kapasitas jalan

Luas penggunaan lahan (land use) eksisting

Analisis terhadap peta persil bangunan/ foto udara eksisting

Analisa Kuantitatif, yaitu: • Menentukan LOS yang

diinginkan • Menghitung trip

attraction yang diperbolehkan (trip ceiling)

• Menghitung luas lantai bangunan maksimum yang diperbolehkan • Menentukan KLB maksimum yang diperbolehkan Ketentuan Intensitas bangunan maksimum yang dapat ditampung di koridor Jalan Raya Cimahi 18

(19)

1.6 Sistematika Pembahasan

Studi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TEKNIK ANALISIS PENENTUAN

INTENSITAS BANGUNAN

Bab ini berisi kajian teoritis terkait dengan penentuan intensitas bangunan. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai teori-teori yang terkait dan metode penentuan intensitas bangunan.

BAB III KARAKTERISTIK PEMANFAATAN RUANG DAN LALU LINTAS KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI

Bab ini berisi gambaran umum Kota Cimahi, karakteristik pemanfaatan ruang eksisting koridor Jalan Raya Cimahi dan level of service (LOS) eksisting Jalan Raya Cimahi. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai ketentuan intensitas bangunan yang berlaku di koridor Jalan Raya Cimahi saat ini.

BAB IV PENENTUAN INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA

CIMAHI

Bab ini berisi hasil perhitungan perkiraan volume per capacity ratio (VCR) Jalan Raya Cimahi berdasarkan ketentuan intensitas bangunan dalam RTRW dan proses penentuan intensitas bangunan maksimum yang dapat diterapkan di koridor Jalan Raya Cimahi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi kesimpulan dan temuan-temuan yang didapat dari studi ini. Dari kesimpulan tersebut kemudian dibuat suatu rekomendasi berupa arahan yang dapat dilakukan, kelemahan/catatan studi dan studi lanjutan yang dapat dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, sumber segala kebenaran, sang kekasih tercinta yang tidak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi hamba-Nya, Allah Subhana Wata‟ala

Melalui kegiatan observasi di kelas, mahasiswa praktikan dapat. a) Mengetahui situasi pembelajaran yang sedang berlangsung. b) Mengetahui kesiapan dan kemampuan siswa dalam

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari

61 Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa dilema yang Jepang alami pada saat pengambilan keputusan untuk berkomitmen pada Protokol Kyoto adalah karena