• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

72

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATERI LARI SPRINT DI KELAS V SD 065854 TANJUNG GUSTA

Oleh :

Sulen Juliana, S.Pd

*)

*) Guru SDN 065854 Tanjubg Gusta

NIP. 19660504 199103 2 004 sulenjuliana@yahoo.co.id

Abstract

Kooperatip learning model type Peer Tutor will be applied in teaching PE as an alternative to overcome the limitations of learning materials PE. Using Peer tutoring learning model as an effort to improve learning activities, learning outcomes of students in PE. Subjects in the study were all students of class VA Elementary School 065 854 Tanjung Gusta, Medan Kotamadiya Academic Year 2013/2014 of 48 students. In the study, the activity obtained through observation of student learning in teaching, learning results obtained through testing at the end of each cycle.

The results showed that the learning model kooperatipe type Peer tutoring can enhance students' learning activities PE class VA Elementary School 065 854 Tanjung Gusta, and this was followed by an increase in the thoroughness of student learning outcomes, as evidenced from the results of tests of learning completeness students increased by 41%. In the first cycle the average value of 75.6 with KKM 70 test subjects then obtained ketuntasn classical PE 50% and in the second cycle the average value of 95.6 with mastery learning tests rose to 91.6%, and managed to give a completeness in classical learning outcomes by 41%.

KBM done early achievement test (pretest), with a 40.7 average data with the chief engineer of 70 was obtained completeness 0% it shows that the average students rarely learn at home before school learning. Then proceed KBM KBM Cycle I and Cycle II. Student activity data analysts observed in Cycle I, among others, demonstrated (36%), ask peers (25%), ask the teacher (32%), and which are not relevant to the teaching (7%). Student activity data observed in Cycle II, among others Demonstrate (55%), asked fellow (30%), ask the teacher (12%), and which are not relevant to the teaching and learning (3%). So that the student activity improved from the first cycle to cycle II. Keywords: Cooperative Learning Model Peer Tutor, Learning Activity, Learning Outcomes

I Pendahuluan

Berlari tentunya menyehatkan, inilah olahraga yang murah dan mudah dilakukan dimana saja, kapan saja. Kita tentunya sering melihat olahraga ini dilakukan masyarakat di pagi hari, seperti ditaman kota, di jalan pedesaan maupun mengelilingi lapangan bola.

Berlari memang sederhana apabila kita melakukannya sendiri. Namun menjadi berbeda hal jika lari itu diperlombakan atau yang kita sebut adalah lomba lari. Lomba lari banyak jenisnya ada yang berjarak pendek, menengah dan jauh yang biasanya kita sebut marathon. Jika berlari itu sederhana namun diperlombaan kita mesti memperhatikan tata

(2)

73 cara berlari yang baik dan benar dan

aturan-aturan baku juga mesti kita perhatikan. Tata cara tersebut sudah ditentukan oleh para ahli untuk diterapakan oleh sipelari dengan tujuan membantu si pelari mengeluarkan kemampuan sempurna dari dalam dirinya untuk berlari. Aturan pun dibuat agar pelombaan berjalan dengan adil bagi setiap peserta dan mengurangi resiko cedera para pelari.

Sikap siswa yang tidak serius dalam belajar menurunkan tingkat pemahamannya terhadap praktenya melakukan lari. Lari yang sedang dipelajari adalah lari jarak pendek atau lari sprint. Lari sprint tidak hanya mengandalkan tenaga si pelari namun juga dibutuhkan strateghi yang benar untuk mencapai garis finis dengan secepat-cepatnya. Hal ini perlu diperkenalkan kepada siswa-siswi sekolah dasar untuk membantunya menemukan bakat alamiah dalam diri siswa tersebut. Hampir seluruh atlet lari cepat didunia yang berprestasi sudah mulai berlatih sejak sekolah dasar.

Namun demikian peneliti sebagai guru di Negeri SD 065854 Tanjung Gusta masih kesulitan mengupayakan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran penjaskes termasuk dalam lari sprint yang mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. Hal ini dikarenakan siswa mayoritas perempuan. Saat pembelajaran di lapangan berlangsung masih banyak siswa yang memilih berteduh di bawah pepohonan daripada melakukan latihan di tengah lapangan. Berbagai upaya yang dilakukan seperti memberikan sanksi belum dapat berfungsi optimal.

Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan pelajaran yang seimbang antara teori dengan perakteknya. Dan tak jarang praktek memiliki proporsi waktu yang lebih banyak dibandingngkan teori yang diterima siswa. Saat siswa belajar tentang bola voli maka yang dibutuhkan siswa adalah bola voli, lahan yang cukup untuk dibentuk menjadi lapangan bola voli. Begitu juga halnya jika siswa belajar tentang lari sprint, siswa akan membutuhkan lintasan untuk berlari, pluit, pita finis dan stop watch. Media-media ini terkadang menjadi kendala bagi tenaga pendidik untuk memperaktekan dan mencontohkan lari yang baik. Lahan yang sempit dan tidak mencukupi untuk peraktek berlari dan lemahnya motivasi siswa untuk

mengikuti pelajaran terlebihlagi kepada siswa perempuan.

Kemampuan siswa yang berbeda-beda dalam menyerap pelajaran juga menjadi kendala tercapainya tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat dengan cepat menangkap penjelasan materi yang disampaikan guru merupakan keuntungan. Namun tidak sama siswa yang lambat menangkap pelajaran. Alokasi waktu yang sudah ditentukan akan menjadi melorot dan hal ini tentunya mengganggu kesinambungan pembelajaran materi-materi berikutnya.

Kemampuan siswa yang berbeda-beda tersebut dapat dimanfaatkan sebagi tindakan dalam pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran tutor sebaya siswa akan lebih percaya diri dalam mencermati pelajaran yang disampaikan oleh temannya yang berperan sebagai tutor. Ada kalanya siswa akan lebih terbuka atas perasaannya dalam belajar kepada teman sebayanya. Kesetaraan usia mengurangi kecanggungan siswa dalam berkomunikasi untuk memecahkan masalahnya.

Salah satu model yang dapat diterapkan dalam upaya penguasaan keterampilan olahraga adalah model pembelajaran Tutor Sebaya agar siswa dapat melihat langsung langkah-langkah lari sprint yang benar yang diperagakan langsung oleh peneliti selaku guru bidang studi yang kemudian dipelajari secara seksama oleh siswa dengan tutor sebaya dalam bentuk berkelompok.

Supriyadi (Suherman, dkk, 2003 : 276) berpendapat bahwa tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membentuk siswa yang mengalami kesulitan belajar, tutor tersebut diambil dari kelompok yang prestasinya lebih tinggi.

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Lari Sprint Di Kelas V SD 065854 Tanjung Gusta”.

Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya di Kelas V-A SD Negeri 065854

(3)

74

Tanjung Gusta? 2)Apakah kemampuan Lari Sprint siswa meningkat dengan penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya di Kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta?

Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain 1) Untuk mengetahui peningkatan kemampuan lari sprint siswa dengan penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya di Kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta. 2) Untuk mengetahui apakah aktivitas belajar penjaskes siswa meningkat pada saat diterapan model model pembelajaran Tutor Sebaya di Kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta.

II Metode Penelitian A. Jenis Penelitian

Penelitan ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yakni suatu pencermatan terhadap suatu kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi di dalam sebuah kelas ( Suharsimi Arikunto, dkk : 16: 2007 )

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan Jalan Kelambir Lima Tanjung Gusta Kec. Medan Helvetia Kotamadiya Medan. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta adalah Lari Sprint. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai dengan Desember Tahun 2013.

C. Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta sebanyak 48 orang.

D. Definisi Variabel Penelitian

Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap variable-variabel yang digunakan, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

a. Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah tutor sebaya merupakan model pembelajaran yang dapat menunjang motivasi dan minat belajar siswa, sehingga siswa dapat

mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya

b. Aktivitas belajar menunjukkan pada kegiatan belajar dimana siswa terlibat langsung atau berpartisipasi aktif, yang sering disebut belajar dengan bekerja.

c. Ranah psikomotorik adalah ranah kecakapan keterampilan, yakni kecakapan anggota tubuh merespon suatu stimulus yang diberikan.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000 : 3).

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ditempuh dalam 2 (dua) siklus kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Siklus I

Kegiatan pada Siklus I meliputi: 1) Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT dengan kegiatan perencanaan meliputi:

a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru tentang sub materi “Sikap Start Jongkok” untuk KBM 1 dengan sub materi “sikap aba-aba lari jarak pendek yang benar dengan aba-aba “Bersedia“, ”Siap”, ”Ya” untuk KBM 2. Selanjutnya diubah atau ditambah sesuai dengan model pembelajaran Tutor Sebaya. b) Penyusunan instrumen penelitian berupa

lembar observasi aktivitas siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya dan tes pemahaman siswa tentang Sikap Star Jongkok dan sikap aba-aba lari jarak

(4)

75 pendek yang benar dengan aba-aba

“Bersedia”, “Siap”, “Ya”.

2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation)

Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-1 dan ke-2 sesuai dengan RPP oleh peneliti sebagai guru di kelas V-A Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir Siklus I dilakukan pula tes hasil belajar siswa untuk mengetahui pemahaman siswa tentang Memperaktikan Sikap Star Jongkok dan sikap aba-aba lari jarak pendek yang benar dengan aba-aba “Bersedia”, “Siap”, “Ya”. sebagai Formatif I. 3) Refleksi (Reflective)

Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator berdasarkan hasil observasi dan evaluasi hasil pembelajaran Lari Sprint dengan model pembelajaran Tutor Sebaya. Dari hasil refleksi kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta narasumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT untuk memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan Siklus II.

Siklus II

Kegiatan pada Siklus II meliputi: 1) Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada Siklus I maka pada Siklus II disusun skenario model pembelajaran Tutor Sebaya dengan revisi tindakan untuk memperbaiki proses. Peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta narasumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT dengan kegiatan perencanaan meliputi:

a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru tentang sub materi “sikap lari jarak pendek yang benar” untuk KBM 3 dengan sub materi “sikap badan memasuki garis finis” untuk KBM 4. c) Penyusunan instrumen penelitian berupa

lembar observasi aktivitas siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya dan tes peraktik siswa tentang “sikap lari jarak pendek yang

benar, dan sikap badan memasuki garis finish”.

2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation)

Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-3 dan ke-4 sesuai dengan RPP model pembelajaran Tutor Sebaya oleh peneliti sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Kelas V-A Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir Siklus II dilakukan pula tes peraktik siswa tentang sikap lari jarak pendek yang benar, dan sikap badan memasuki garis finish sebagai Formatif II.

3) Refleksi (Reflective)

Setelah kegiatan pembelajaran Siklus II dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi oleh peneliti berkolaborasi guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta narasumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan ketuntasan hasil belajar siswa ditelaah.

G. Alat Pengumpul Data

1. Tes Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Siswa

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model Tutor Sebaya. Tes disusun dalam bentuk yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD Negeri 065854 Tanjung Gusta kelas V-A semester Ganjil. Tes yang digunakan sebanyak 6 item perintah peraktik bergiliran Adapaun ketuntasan belajar bersasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :

 Perorangan : apabila mampu menyerap 70 dari materi yang disampaikan, yang akan terlihat pada hasil evaluasi dimana siswa dapat mencapai 70% pada saat evaluasi.  Klasikal : apabila 85% atau lebih dari siswa

dikelas mencapai ketuntasan perorangan, yang akan terlihat pada hasil evaluasi minimal 85% mencapai 70% ke atas, sehingga indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah tercapai ketuntasan secara klasikal.

(5)

76

H. Teknik Analisis Data

Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan.

a. Data nilai psikomotorik diperoleh dengan menggunakan rumus: 100 × = soal seluruh Jumlah benar praktik Jumlah Siswa Nilai (Slameto,2001:189)

b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:

N

X

X

=

(Subino,1987:80) Keterangan :

X

= Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes

c Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: % 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝑃𝑃𝐴𝐴𝑃𝑃𝐴𝐴𝐴𝐴𝑃𝑃 = 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝐴𝐴ℎ 𝑃𝑃𝐴𝐴𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑦𝑦𝐴𝐴𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑃𝑃𝑃𝑃𝑑𝑑𝑃𝑃𝑃𝑃𝑗𝑗𝑑𝑑ℎ𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝐴𝐴ℎ 𝑃𝑃𝐴𝐴𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑑𝑑𝑑𝑑𝐴𝐴𝑗𝑗 𝑥𝑥 100% (Majid, 2009:268)

f. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas

%

100

×

=

K

S

kelas

belajar

Ketuntasan

b

ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 7 0 (kognitif)

ΣK = Jumlah siswa dalam sampel

Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal.

III Hasil Penelitian Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

Penelitian ini berjalan dalam dua siklus, yang dalam setiap siklusnya berlangsung dua kali pertemuan atau pembelajaran tatap muka (setiap pertemuan = 2 x 35 menit). Setiap siklus penelitian terdiri dari 4 (empat) tahap kegiatan utama, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam setiap siklus adalah data yang berhubungan dengan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa melalui instrumen

pengumpul data yang telah ditetapkan, dalam hal ini adalah melalui format observasi dan lembar soal tes yang telah disiapkan oleh guru. Setelah melakukan Siklus I dan Siklus II, dan diperoleh data-data hasil belajar, aktivitas belajar, dan minat siswa, maka data tersebut dapat disajikan dalam Tabel. Pengambilan data dilakukan empat kali pertemuan (4 RPP) dibagi menjadi dua Siklus. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua disebut Siklus I, dan pertemuan ketiga dan pertemuan keempat disebut Siklus II. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 40,7 hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah.

1. Diskripsi Hasil Pembelajaran Tutor Sebaya Siklus I

a. Perencanaan Penelitian

Untuk melaksanakan penelitian, diperlukan suatu rancangan yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran. Rencana penelitian ini merupakan suatu rancangan model pembelajaran Tutor Sebaya dengan upaya meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Perencanaan Tindakan

Standar Kompetensi :

Memperaktekan gerak dasar kedalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Kompetensi Dasar :

Memperaktekan gerak dasar atletik sederhana serta nilai-nilai semangat percaya diri dan disiplin

Materi : Melakukan sikap start jongkok

b. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus/putaran dan masing-masing siklus dilaksanakan selama 2 x pertemuan. Jadi penelitian ini dilaksanakan selama 4 x pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

(6)

77 Adapun data aktivitas yang diperoleh selama

20 menit pada siklus I

Tabel 1 Skor Aktivitas Belajar Siswa

Siklus I

No Aktivitas Jumlah

Rata-Rata Proporsi 1 Mempera gakan 87 21,5 36% 2 Bertanya pada teman 60 15 25% 3 Bertanya pada guru 77 19,25 32% 4 Yang tidak revelan 16 4 7% Jumlah 100%

Dari data pada tabel 1. diatas persentasi untuk aktivitas Memperagakan sebesar 36%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 25%, aktivitas bertanya pada guru sebesar 32%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 7%. Data aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar. 1 Grafik Aktivitas belajar siswa siklus I

Keterangan :

1

1.. Memperagakan

2

2.. Bertanya pada teman

3

3.. Bertanya pada guru

4

4.. Yang tidak Relevan.

Data aktivitas belajar siswa direkam untuk memotivasi siswa mengasa keterampilan dalam lari cepat. Siswa yang berlatih, bertanya kepada teman dan kepada guru bertujuan membantunya menyelesaikan masalah belajar yang sedang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan lebih terpacu mengerjakan dengan keseriusannya.

Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 2 Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut:

Tabel 2 Distribusi Hasil Formatif I

Nilai Frekuensi Tuntas Individu Tuntas Kelas Nilai rata-rata 33 9 - 50% 75,6 67 15 - 100 24 24 Jumlah 48 24

Pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 33 sebanyak 9 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 24 orang, dengan 24 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 50%. Dengan nilai KMM sebesar 70. Nilai ini berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 75,6 belum tuntas KKM. d. Refleksi

Berdasarkan data Tabel 4.1 diperoleh bahwa rata-rata Formatif 75,6 pada Siklus I dengan persentase adalah 50%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 7 0 hanya sebesar 50% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan Siklus 1 36% 25.0% 32.0% 7% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%

(7)

78

menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya.

Pada proses pembelajaran masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu :

Kelemahan Pembelajaran Siklus I a. Hasil belajar (nilai formatif I) pada siswa

kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta masih sebesar 75,6 atau hanya 50% yang tuntas KKM.

b. Siswa aktif tetapi belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh waktu tidak cukup karena di tengah-tengah pelajaran panas matahari yang begitu menyengat.

c. Keaktifan siswa belum maksimal. Penilaian yang belakangan diuntungkan, tapi yang lebih dahulu dirugikan karena masalah waktu.

d. Respon siswa: Saat guru bertanya siswa aktif menjawab namun pada saat memperagakan siswa masih vakum khususnya siswi.

e. Tutor belum maksimal dalam memberikan bantuan penjelasan kepada teman didalam kelompoknya.

f. Siswa tidak memanfaatkan tutor didalam kelompoknya dengan penuh percaya diri. • Revisi Pembelajaran Siklus I

Beberapa perbaikan pembelajaran dilakukan antara lain:

1) Guru memotivasi siswa agar memberikan tanggapan dalam proses belajar.

2) Agar waktu yang digunakan cukup, maka peneliti melakukan penilaian dengan membagi 2 waktu penilaian, 24 orang pada pertemuan ketiga dan 24 orang lagi pada pertemuan keempat.

3) Peneliti memberikan informasi bahwa di akhir pertemuan Siklus II akan ada tes Formatif, dengan harapan agar siswa lebih aktif dalam belajar.

4) Guru memperhatikan siswa yang belum aktif dan membimbing siswa tersebut. 5) Persiapan media dan sumber belajar juga

dilakukan di siklus II misalnya buku paket, visualisasi gambar dan lain-lain.

6) Merangsang tutor dengan kata-kata motivasi untuk memaksimalkan tugasnya didalam kelompok.

7) Menghimbau kepada siswa agar memanfaatkan tutor didalam kelompoknya masing-masing untuk membantu belajar. 2. Diskripsi Hasil Pembelajaran Tutor Sebaya Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Melihat hasil evaluasi belajar siklus I dimana yang tuntas belajar 24 siswa dari 48 siswa (50%) sedangkan yang tidak tuntas 24 siswa (50%), maka sebelum penelitian lanjutan siklus II dilaksanakan. Pada tanggal 7 November 2013 peneliti melakukan refleksi hasil siklus 1. Refleksi ini bertujuan :

(1) Memecahkan masalah dan kendala-kendala pada siklus I,

(2) Membuat rancangan tindakan di siklus II, (3) Melakukan evaluasi terpadu terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan psikomotorik. Pertemuan ini menghasilkan langkah-langkah sebagai berikut adalah:

a) Melakukan persiapan dan menyusun pembuatan rancangan pengajaran yang lebih komprehensif pada siklus II.

b) Penelitian tindakan kelas siklus II tetap membutuhkan kerjasama rumpun mengingat penelitian ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari anggota rumpun.

c) Persiapan media dan sumber belajar juga dilakukan di siklus II misalnya buku paket, visualisasi gambar dan lain-lain. Pada siklus II penelitian tindakan kelas tetap memakai observer (pengamat), maka dibuat juga format observasi untuk memudahkan pengamat melakukan penilaian dan refleksi.

d) Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3 dan 4, LKS 3 dan 4, soal tes formatif II, dan alat-alat pembelajaran dan media untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. b. Pelaksanaan Tindakan

Siklus ke II ini terdiri dari 2 KBM yaitu KBM III dan KBM IV. KBM III dilaksanakan pada tanggal 4 November 2013 dan KBM IV dilaksanakan pada tanggal 21 November 2013. Pelaksanaan KBM III dan KBM IV disesuaikan dengan RPP III dan RPP IV. Materi pokok pada siklus ke II ini masih sama

(8)

79 dengan sikluas ke I. Pada siklus II pelaksanaan

tindakan lebih dikedepankan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan pada siklus I.

c. Observasi Siklus II

Data aktivitas yang diperoleh selama 20 menit pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa

Dari data pada tabel 4 diatas persentasi untuk aktivitas Memperagakan sebesar 55%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 30%, aktivitas bertanya pada guru sebesar 12%, dan yang tidak relevan dengan KBM sebesar 3%. Data aktivitas belajar siswa dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar. 1 Grafik Aktivitas belajar siswa siklus II

Keterangan : 1. Memperagakan 2. Bertanya pada teman 3. Bertanya pada guru 4. Yang tidak Relevan.

Akhir KBM ke empat dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif II, datanya dapat dilihat Pada Tabel 3.

Merujuk pada Tabel 3 nilai terendah untuk Formatif II adalah 33 sebanyak 2 orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak 34 orang. Dengan 4 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 91,6%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 95,6. Data hasil Formatif II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:

d. Refleksi

Hasil belajar siswa diakhir Siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 91,6%, yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 4 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

a Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok.

Siklus II

No Aktivitas Jumlah Rata

Rata Proporsi 1 Memperaga kan 131 32,75 55% 2 Bertanya pada teman 73 18,25 30% 3 Bertanya pada guru 29 7,25 12% 4 Yang tidak revelan 7 1,75 3% Jumlah 100% Siklus 1 55.0% 30% 12.0% 3% 0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0%

(9)

80

b Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman dan tutor dalam menyelesaikan masalah.

c Siswa dan tutor mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya.

d Pada Siklus II, pelaksanaan pembelajaran Tutor Sebaya, tindakan berupa menampilkan alat peraga dan pemberian penugasan yang memunculkan banyak aktivitas sudah efektif.

Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran Tutor Sebaya dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya selama kegiatan belajar mengajar pada materi pokok Lari Jarak Pendek (Lari Sprint).

Pada awal pengambilan data masing-masing kelas diberikan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa setiap sekolah pada materi Lari Cepat. Pada hasil pretes siswa yaitu dengan rata-rata 40,7. Hasil pretes tersebut jauh dibawah kriteria ketuntasan.

Langkah selanjutnya adalah menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya selama 2 kali pertemuan kemudian dilakukan tes formatif I dengan nilai rata-rata 75,6. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi pokok Lari Jarak Pendek di kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta setelah diberi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya mengalami

peningkatan walaupun belum tuntas sesuai dengan KKM Penjaskes dan ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 50%. Oleh karena itu dilakuakn pembelajaran siklus II dengan memperbaiki kelemahan-kelemahan di siklus I. Merujuk pada tabel 3. terlihat bahwa setelah dilakukan formatif II, nilai rata-rata siklus II adalah 95,6 dengan ketuntasan klasikal sebesar 91,6%. Nilai tersebut sudah tuntas KKM dan tuntas klasikal.

Model pembelajaran Tutor Sebaya tidak hanya digunakan dalam menyampaikan kompetensi kognitif tetapi juga diterapkan untuk menyampaikan kompetensi psikomotorik melalui praktik langsung dilapangan. Dimana guru memberikan penjelasan melalui peragaan-peragaan yang ditiru tutor dan dikembangkan melalui kontruksi terhadap pengetahuan yang telah ada kemudian di aplikasikan kedalam kelompok masing-masing. Hal ini dibuktikan melalui hasil-hasil belajar psikomotorik yang dicapai siswa disamping hasil belajar kognitifnya sendiri.

Pada penilaian awal hasil belajar psikomotorik siswa kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta rata-rata tercatat pada Siklus I adalah 75,6 dan pada siklus II sebesar 95,6. Hasil ini memperlihatkan peningkatan yang cukup besar dari kategori kurang berhasil menjadi sangat berhasil.

Namun demikian penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya ini memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaanya diantaranya adalah tiga fase praktik dalam pembelajaran Tutor Sebaya membutuhkan banyak waktu dan guru terkadang agak kewalahan dalam melaksanakan pembimbingan terhadap kelompok secara bergiliran. Kendala ini dipecahkan dengan pembentukan kelompok yang memiliki perbedaan kasta pengetahuan mulai dari siswa pintar, biasa maupun yang kurang sehingga siswa bisa saling bertransfer pengetahuan dan mempermudah tugas guru memberikan pembimbingan.

Namun efek yang muncul pada akhir kegiatan belajar mengajar adalah dominasi siswa tertentu dalam kelompok pada saat pendapat tentang analisis dan kesimpulan lembar kerja siswa. Siswa dengan kemampuan lebih rendah umumnya enggan untuk memberikan pendapatnya.

(10)

81 Kendala yang lain adalah pada fase

demonstrasi beberapa siswa tidak memperhatikan atau kesulitan memperhatikan peragaan sehingga sering peragaan harus diulang beberapa kali. Untuk mengatasi hal ini maka ketika demonstrasi siswa dalam kelompok diberikan benda kerja nyata seperti yang didemonstrasikan guru sehingga penjelasan dalam demonstrasi dapat langsung diikuti siswa.

IV Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini didasarkan pada temuan-temuan dari data-data hasil penelitian, sistematika sajiannya dilakukan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan yang diperoleh antara lain :

1. Hasil belajar Penjaskes siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran Tutor Sebaya pada materi Lari jarak pendek di kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta T.P.2013/2014 adalah 75,6 dengan ketuntasan klasikal sebesar 50% pada siklus I dan pada siklus II rata-rata siswa 95,6 dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,6%. Hal ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah tuntas KKM dan tuntas klasikal.

2. Penerapan model pembelajaran Tutor Sebaya selama kegiatan belajar mengajar pada materi pokok Lari jarak pendek di kelas V-A SD Negeri 065854 Tanjung Gusta berhasil memperbaiki aktivitas belajar siswa terlihat dari membaiknya kualitas masing-masing kriteria aktivitas tiap Siklusnya.

3. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain, memperagakan (36% ), bertanya sesama teman (25%), bertanya kepada guru (32%), dan yang tidak relevan dengan KBM (7%).

4. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain memperagakan (55%), bertanya sesama teman (30%), bertanya kepada guru (12%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3%).

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka sebagai tindak lanjut dari penelitian ini disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Bagi guru maupun peneliti berikutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya melakukan pembagian kelompok dengan kombinasi kemampuan siswa yang bervariasi untuk membantu mengatasi terbatasnya ketersediaan waktu dalam pembimbingan pada fase-fase praktik.

2. Bagi guru maupun peneliti berikutnya yang ingin menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya merancang fase demonstrasi dengan peragaan tutor yang dapat teramati oleh semua siswa atau jika tidak sebaiknya setiap kelompok mendapatkan benda kerja yang sejenis dengan yang didemonstrasikan agar siswa dapat mengamati benda kerja pada kelompok masing-masing dan aktivitas belajarnya menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka

Arikunto, S., (2007), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Aunurrahman., (2009), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Holil, A,. (2009), Model Pengajaran Langsung, (http://anwarholil.Blogspot.com

/2009/01/model-pengajaran-langsung.html

Joyce, Wheil, dan Calhoun, (2010), Model’s of Teaching (Model–Model Pengajaran), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

), (diakses Juni 2011).

Majid, A., (2009), Perencanaan Pembelajaran, Rosda, Bandung.

(11)

82

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana, N., (2005), Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung.

Sulen Juliana, (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Lari Sprint Di Kelas V SD 065854 Tanjung Gusta, Medan.

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif, Kencana Prenada Media Group,Jakarta. Wena, M., (2009), Model Pembelajaran

Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta.

Wilis,R., (1989), Teori-teori Belajar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gambar

Tabel 1 Skor Aktivitas Belajar Siswa  Siklus I
Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Materi pembekalan diberikan melalui penyuluhan dalam focused group discussion (FGD) yang mencakup pengetahuan tentang kimia bahan makanan terkait gizi keluarga

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kesesuaian tingkat kenyamanan termal, visual, dan akustik lingkungan pabrik dengan standard yang berlaku, dan

Perdagangan melalui jaringan elektronik yang berkenaan dengan transaksi antara perusahaan-perusahaan yang tidak melibatkan pemakai akhir Contoh Amazon dgn supplier (penerbit

6. Bogor via e-mail untuk menutup kegiatan usaha “CV. Harapan Utama Indah”. Sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya. Demikian surat ini dibuat dan kami harap segera

Postoji i sekundarni nedostatak laktaze, prolazni poremećaj koji nastaje uslijed oštećenja sluznice tankog crijeva pri čemu sposobnost probavljanja laktoze može biti

(12) Pada kenyataannya alur komunikasi yang diterapkan oleh gedung X Jakarta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran yaitu adanya kebijakan yang

Penggunaan standar SNI 03-7015-2004 memberikan cara perhitungan dengan menggunakan data hari guruh, data ukuran bngunan / daerah, area proteksi, frekuensi sambaran tahunan (Nc)

Dengan demikian, jelaslah bahwa pemilihan strategi iklan dan juga stilistika iklan sangat memberikan peranan yang penting dalam sebuah iklan karena akan menyampaikan pesan