UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
MELALUI MULTIPLE INTELLIGENCES APPROACH
(MIA) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KAMPUNG
BULAK II
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
oleh:
Karina Mahdalia
NIM 11150183000040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Multiple Intelligences Approach (MIA) pada Siswa Kelas V SD Negeri
Kampung Bulak II”, disusun oleh Karina Mahdalia, NIM. 11150183000040, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah dan berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 17 Juli 2020
Yang mengesahkan,
Pembimbing Skripsi
Nafia Wafiqni, M.Pd NIP. 19811003 200912 2 004
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI
MULTIPLE INTELLIGENCES APPROACH (MIA) PADA SISWA KELAS
V SD NEGERI KAMPUNG BULAK II
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Karina Mahdalia NIM: 11150183000040
di bawah Bimbingan Dosen Pembimbing Skripsi
Nafia Wafiqni, M.Pd NIP. 19811003 200912 2 004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
i ABSTRAK
Karina Mahdalia (NIM: 11150183000040). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Multiple Intelligences Approach (MIA) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kampung Bulak II. Skripsi. Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan Multiple Intelligences Approach (MIA). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kampung Bulak II Tangerang Selatan pada kelas V.2. Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdapat tiga kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi siswa, angket motivasi belajar dan dokumentasi.
Dengan penerapan Multiple Intelligences Approach (MIA) dalam pembelajaran diperoleh peningkatan motivasi belajar serta aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran semakin meningkat. Berdasarkan hasil angket, skor rata-rata motivasi belajar siswa meningkat dari siklus I ke siklus II, yaitu 52,27 menjadi 60,08. Berdasarkan hasil observasi rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu 70% ke 87%. Berdasarkan hasil dari penelitan, yaitu melalui penerapan Multiple Intelligences Approach (MIA) didapatkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dengan disertai meningkatnya aktivitas belajar siswa.
ii ABSTRACT
Karina Mahdalia (NIM: 11150183000040). Efforts to Improve Learning
Motivation through Multiple Intelligences Approach (MIA) in Class V Students of SD Negeri Kampung Bulak II. Skripsi of Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Major, Faculty of Tarbiyah and Education, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2020.
This study aims to increase student motivation through the application of the Multiple Intelligences Approach (MIA).This research was conducted at SDN Kampung Bulak II South Tangerang in grade V.2. The research method used was classroom action research consisting of two cycles and each cycle had three meetings. This research was carried out through four stages, namely planning, implementation, observation and reflection. The instruments used were student observation sheets, learning motivation questionnaires and documentation.
With the application of Multiple Intelligences Approach (MIA) in learning, an increase in learning motivation and student learning activities during the learning process is increasing. Based on the results of the questionnaire, the average score of students' learning motivation increased in cycle II of cycle I, which was 52.27 to 60.08. Based on the results of observations the average student learning activity in cycle II also increased in cycle II of cycle I, which was 70% to 87%. Based on the results of the research, namely through the application of Multiple Intelligences Approach (MIA), it was found that student learning motivation increased with the increase in student learning activities.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat iman, islam dan ihsan beserta limpahan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, beserta keluarga. para sahabat dan para pengikutnya agar menuju jalan yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.
Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, dengan Judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Multiple Intelligences Approach (MIA) pada Siswa Kelas V SD Negeri Kampung Bulak II”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa Allah teah memudahkan setiap prosesnya dan mengirikan orang-orang baik yang turut membantu penulis menyelesaikannya. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan, serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan diwaktu yang tepat. Untuk itu dengan senang hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Rohmat Widiyanto, M. Pd., selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
5. Nafia Wafiqni, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Anis Fuadah Z, M.Pd., selaku dosen pembimbing PLP yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat.
8. Siti Rohaya, S.Pd., selaku kepada SDN Kampung Bulak II, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
9. Siti Wahyuni, S.Pd., selaku guru kelas V.2 SDN Kampung Bulak II, yang telah memberikan menyediakan waktu, kesempatan dan pengalaman untuk belajar lebih banyak, serta tak lupa untuk siswa-siswi kelas V.2 yang selalu menyambut dengan suka cita.
10. Orang tua tersayang yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis, Ayahanda Bakhrudin dan Ibunda Nana Suharna.
11. Teman-teman seperjuangan PGMI 2015 yang selalu memberikan motivasi, pengalaman, serta bantuan selama menjadi mahasiswa UIN Jakarta.
12. Keluarga Besar TPQ MRBJ yang senantiasa saling mendoakan, memotivasi, menyemangati, dan membersamai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tunjukkan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga segala kebaikan, bantuan, bimbingan, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan dan
v
penyusunan di masa mendatang. Penulis juga berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan juga bagi pengembangan pendidikan, aamiin.
Jakarta, 17 Juli 2020
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ... 11
1. Motivasi Belajar ... 11
a. Definisi Motivasi Belajar ... 11
b. Macam-macam Motivasi Belajar ... 12
c. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ... 14
d. Indikator Keberhasilan Motivasi Belajar ... 16
vii
a. Teori Multiple Intelligences ... 17
b. Jenis-jenis Multiple Intelligences ... 18
c. Definisi Multiple Intelligences Approach (MIA) ... 20
d. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Multiple Intelligences Approach (MIA) ... 21
e. Macam-macam metode pembelajaran yang dapat digunakan pada Multiple Intelligences Approach (MIA) ... 25
f. Kelebihan dan Kekurangan Multiple Intelligences Approach (MIA) ... 27
3. Pembelajaran IPA ... 28
a. Definisi Pembelajaran IPA ... 28
b. Karakteristik Pembelajaran IPA ... 29
c. Langkah-langkah pembelajaran IPA ... 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Berpikir ... 33
D. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Metode dan Rancangan Penelitian ... 36
C. Subjek Penelitian ... 38
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 38
E. Tahap Intervensi Tindakan ... 39
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 42
G. Data dan Sumber Data ... 42
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 42
I. Teknik Pengumpulan Data ... 46
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 46
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 47
viii
BAB IV. DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 50
B. Analisis Data ... 79
C. Pembahasan ... 81
D. Keterbatasan Penelitian ... 83
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Implikasi ... 84
C. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tahap Apersepsi dan Strategi MI ... 22
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 35
Gambar 3.1 Alur Penelitian Model Hopkins ... 38
Gambar 4.1 Skor Motivasi Belajar Siswa ... 79
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen Inti dan Kompetensi Multiple Intelligences ... 17
Tabel 2.2 Metode yang dapat digunakan pada MIA ... 25
Tabel 3.1 Tahap Pra Penelitian ... 39
Tabel 3.2 Tahap Penelitian Siklus I ... 40
Tabel 3.3 Tahap Pelaksanaan Siklus II ... 41
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan MIA ... 43
Tabel 3.5 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Mengajar Guru Menggunakan MIA ... 43
Tabel 3.6 Kisi-kisi Variabel Motivasi Belajar Sebelum Uji Validitas ... 44
Tabel 3.7 Kisi-kisi Variabel Motivasi Belajar Setelah Uji Validitas ... 45
Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 46
Tabel 3.9 Kualifikasi Rata-rata Skor Aktivitas Siswa dan Guru ... 48
Tabel 3.10 Kriteria Motivasi Belajar Siswa ... 49
Tabel 4.1 MIA pada Siklus I ... 51
Tabel 4.2 Rata-rata Skor Aktivitas Belajar Siswa dengan MIA Siklus I ... 59
Tabel 4.3 Rata-rata Skor Kegiatan Guru Siklus I ... 60
Tabel 4.4 Hasil Angket Motivasi Belajar pada Siklus I ... 62
Tabel 4.5 Refleksi Siklus I dan Perbaikan ... 64
Tabel 4.6 MIA pada Siklus II ... 66
xi
Tabel 4.8 Rata-rata Skor Aktivitas Guru Siklus II ... 74
xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian di Sekolah Lampiran 5 Surat Keterangan Sudah Melakukan Uji Validitas Instrumen Lampiran 6 Catatan Lapangan
Lampiran 7 Hasil Wawancara Pra Penelitian
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar
Lampiran 9 Hasil Angket Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II Lampiran 10 RPP dan LKS Siklus I Pertemuan 1
Lampiran 11 RPP dan LKS Siklus I Pertemuan 2 Lampiran 12 RPP dan LKS Siklus I Pertemuan 3 Lampiran 13 RPP dan LKS Siklus II Pertemuan 1 Lampiran 14 RPP dan LKS Siklus II Pertemuan 2 Lampiran 15 RPP dan LKS Siklus II Pertemuan 3
Lampiran 16 Angket Motivasi Belajar Siswa Sebelum Uji Validitas Lampiran 17 Angket Motivasi Belajar Siswa Setelah Uji Validitas Lampiran 18 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lampiran 19 Lembar Observasi Guru Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian Lampiran 21 Uji Referensi
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan pribadi manusia secara utuh melalui kegiatan pembelajaran, layanan bimbingan, transformasi dan latihan. Dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa proses pendidikan harus dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab serta dengan perencanaan yang matang, sebab itu sangat berhubungan dengan proses untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta didik. Dengan pendidikan, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia, kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan. Seperti yang terdapat dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
Fungsi dan tujuan pendidikan seharusnya menjadi dasar motivasi bagi guru untuk memberikan pembelajaran secara optimal. Karena guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan yang secara langsung berinteraksi dengan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
Guru memiliki fungsi sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memiliki peranan yang
1
Direktorat Jendral Kelembagaan Kelembagaan Iptek dan Dikti Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2019, (https://kelembagaan.ristekdikti.go.id › 2016/08 ›
penting. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa.2 Oleh karena itu, penting sekali bagi guru untuk memahami tentang proses belajar siswa dengan baik.
Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar, yaitu motivasi siswa, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, dan kondisi subjek yang belajar. Kelima unsur ini bersifat dinamis dan yang mempengaruhi proses belajar. Salah satunya adalah motivasi siswa. Motivasi siswa sering berubah, menguat atau melemah.
Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan perbuatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang berperan dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Dalam perkembangan psikologis, motivasi datang dari suasana emosi. Yang berarti perkembangan emosi anak berpengaruh pada motivasi belajarnya. Suasana emosi yang baik akan menjadi motivasi bagi anak untuk melakukan berbagai aktivitas atau belajar. Peserta didik anak usia MI/SD akan memiliki motivasi belajar yang tinggi apabila suasana emosinya dalam keadaan damai dan tenang tidak stress.3
Motivasi belajar dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswa sendiri ini disebut dengan motivasi intrinsik. Motivasi ini berdasarkan kebutuhan, dorongan dan kesadaran pada tujuan belajar. Sedangkan motivasi yang bersumber dari luar diri siswa ini disebut dengan motivasi ekstrinsik. Motivasi ini tumbuh akibat rangsangan dan tekanan dari luar, misalnya dengan hadiah, ganjaran, hukuman dan pemberian harapan lainnya. Kedua jenis motivasi ini berguna dalam proses belajar, meskipun motivasi yang bersumber dari diri sendiri dinilai lebih baik.
2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 36. 3 Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), h. 135.
Namun tak bisa dipungkiri, bahwa motivasi ekstrinsik pun perlu digerakan dan digunakan untuk mendorong kegiatan belajar siswa, dengan cara menciptakan kondisi-kondisi yang relevan. Kondisi-kondisi tersebut berupa suasana lingkungan kelas yang menyenangkan dan menunjang, keterlibatan siswa secara langsung, mendorong keberhasilan, memberikan umpan balik hasil belajar dan transfer hasil belajar.
Selain itu, ada beberapa indikator motivasi belajar siswa yang perlu menjadi perhatian pendidik dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu diantaranya adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar.4
Melalui upaya-upaya yang dilakukan tersebut diharapkan motivasi belajar siswa menjadi kuat. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.5 Oleh karena itu, pendidik perlu banyak belajar mengenai upaya-upaya yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Terutama pada hal-hal yang berasal dari luar diri siswa yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, seperti penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Agar proses pembelajaran menjadi tidak membosankan, menyenangkan, melibatkan siswa, serta memberikan kenyamanan siswa dalam belajar. Sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat atau dalam kategori yang tinggi.
Namun, pada kenyataannya setelah peneliti melakukan pengamatan pada kegiatan belajar mengajar di kelas V.2 SD Negeri Kampung Bulak II, proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang optimal sehingga kurang memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena kurangnya
4
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 10.
5 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 75.
penghargaan siswa dalam belajar, kurang menariknya kegiatan pembelajaran, dan belum terciptanya suasana lingkungan belajar yang kondusif.
Pada saat pembelajaran, guru kurang memberikan penghargaan baik verbal maupun non verbal. Metode yang digunakan masih klasikal, seperti metode ceramah dan tanya jawab, sehingga kurang mefasilitasi berbagai gaya belajar maupun kecerdasan siswa yang beragam. Selain itu, ketika menjelaskan tidak menggunakan alat peraga atau media pembelajaran, hanya menggunakan gambar yang ada pada buku. Suasana pembelajaran pada saat itu, kurang kondusif. Hal ini dapat terlihat pada perilaku siswa selama pembelajaran, yaitu:
1. Beberapa siswa terlihat kurang antusias dalam pembelajaran, mereka cenderung diam ketika guru sedang menyampaikan materi pelajaran. 2. Ketika guru menjelaskan, siswa kurang menaruh perhatian/tidak fokus
dengan mengobrol, bermain dengan benda-benda yang di atas meja, jahil pada temannya dengan mendorong kursi atau meja, bahkan melamun dan menempelkan kepalanya di atas meja.
3. Siswa terlihat pasif ketika pembelajaran hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan tugas.
4. Hanya beberapa siswa saja yang berpartisipasi pada saat pembelajaran, yang lainnya diam, tidak fokus, bermain, mengobrol dan mengantuk. 5. Pada saat pembelajaran beberapa siswa mengeluh kapan datangnya
waktu istirahat dan pulang, serta mengeluh capek ketika sudah banyak menulis, mencatat dan mengerjakan tugas.6
Selain itu, melalui hasil wawancara kepada guru kelas V.2 SD Negeri Kampung Bulak II peneliti memperoleh informasi bahwa motivasi belajar siswa di kelas termasuk dalam kategori rendah. Hanya siswa yang berkemampuan tinggi saja yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Sedangkan anak dengan kemampuan yang rendah memiliki motivasi yang
6 Pengamatan Kegiatan Pembelajaran di Kelas V.2 SD Negeri Kampung Bulak II Tangerang Selatan, pada tanggal 6-7 Agustus 2019 pukul 09.00 WIB.
rendah pula, bahkan cenderung diam dan sudah menganggap dirinya sulit dan tidak bisa untuk memahami. Selain itu, pada saat mengajar, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, serta sesekali melakukan permainan. Ketika menjelaskan guru, tidak memakai alat peraga hanya memanfaatkan gambar dari buku. Penghargaan yang diberikan lebih sering bersifat verbal daripada non-verbal. Suasana pembelajaran kurang aktif karena hanya beberapa siswa saja yang antusias dan ada yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan.7
Dari permasalahan di sekolah yang telah dipaparkan tersebut, maka harus ada perubahan dalam diri siswa maupun perbaikan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalam situasi belajar mengajar, ada beberapa faktor yang saling berhubungan, yaitu tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan ajar, strategi dan metode mengajar, alat bantu mengajar, prosedur penilaian dan situasi pengajaran. Semua faktor tersebut bergerak secara dinamis yang terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru yang bertindak sebagai pengajar dan siswa yang berperan sebagai yang melakukan perbuatan belajar harus menunjukan keaktifan yang seimbang. Dalam proses pembelajaran, guru perlu merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Ada beberapa cara yang dapat guru lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu salah satunya dengan teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi. Strategi pembelajaran yang dilaksanakan secara bervariasi dapat menciptakan suasana menantang dan menyenangkan bagi siswa, sehingga lebih mendorong motivasi belajar.8 Ada berbagai model pembelajaran melingkupi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.
7 Wawancara dengan Siti Wahyuni, selaku guru kelas V.2 SD Negeri Kampung Bulak II Tangerang Selatan, pada tanggal 7 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB.
Terkait dengan pendekatan pembelajaran, terdapat berbagai jenis pendekatan yang dapat diterapkan. Diantaranya pendekatan yang dikembangkan dengan teori Multiple Intelligences (MI). Melalui teori ini guru dapat merancang pembelajaran dengan pendekatan teori MI. Guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran sesuai dengan berbagai kecerdasan siswa, yaitu meliputi kecerdasan logis-matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. misalnya, peserta didik yang cenderung memiliki kecerdasan linguistik, didekati dengan aktivitas pembelajaran yang disukainya, seperti bercerita dan permainan kosa kata. Kecerdasan logis-matematis dengan pengamatan, kecerdasan spasial-visual dengan mind mapp, kecerdasan musik dengan bernyanyi, kecerdasan kinestetik dengan bermain peran, kecerdasan interpersonal dengan jigsaw, kecerdasan intrapersonal dengan games siapa saya, dan kecerdasan naturalis dengan identifikasi tumbuhan/hewan.
Oleh karena itu, melalui MIA guru dapat mengajar dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kecerdasan siswa. Sehingga guru dapat secara dinamis terus menerus dan dengan cara kreatif selalu berpindah dari metode ke metode lain yang disesuaikan dengan kecenderungan kecerdasan siswa.
Pengajaran dengan multiple intelligences approach (MIA) dapat menjadikan siswa belajar aktif. Pembelajaran aktif (active learning) sesuai dengan multiple intelligences siswa yang cara belajarnya sesuai dengan cara kerja otak. Proses pembelajaran akan lebih mudah dan dipahami serta lebih lama diingat oleh siswa, apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental, fisik dan sosial.
Pendekatan MI sudah mulai banyak diterapkan oleh beberapa sekolah di Indonesia dari tingkat KB-TK sampai SMA. Banyak guru yang telah mengikuti pelatihan dan menerapkannya dalam beberapa tahun ini merasa puas dan senang atas keberhasilan dari pendekatan MI. Seperti yang dikatakan oleh Kristantin yang merupakan kepala sekolah KB-TK YIMI
Gresik dalam buku Gurunya Manusia karya Munif Chatib, ia mengatakan ketika MI diterapkan di sekolahnya, ia melihat kreativitas guru selalu terpantik. Ia banyak menyaksikan special moments, terutama saat kondisi siswa yang semula sulit menerima pelajaran, akhirnya menjadi mudah. Ia juga mendapat manfaat, salah satunya adalah siswa senang dan lebih berkembang kreativitasnya serta tercipta suasana yang menyenangkan.
Selain itu, Dwi Haryaning seorang guru Bahasa Inggris SD YIMA Bondowoso dalam buku Gurunya Manusia karya Munif Chatib mengatakan bahwa mengenal MI adalah sebuah kebanggaan. Dengan MI, jam terakhir dan jam pertama sama saja. Materi disampaikan dengan menarik, mudah dicerna dan menyenangkan. Dengan demikian, bisa tetap memotivasi anak belajar dengan nyaman dan senang.9
Dalam perkembangan zaman yang semakin pesat dan dunia pendidikan yang semakin kreatif serta inovatif, maka sudah selayaknya proses pembelajaran bukan lagi bersifat teacher centered. Banyak sekali strategi dan metode pembelajaran yang bervariasi serta bersifat student centered yang secara langsung melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat dengan kreatif menggunakan beragam strategi dan metode dalam proses pembelajarannya untuk menciptakan pembelajaran secara bermakna, menyenangkan sekaligus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satunya adalah dengan menerapkan multiple intelligences approach (MIA) sebagai pendekatan alternatif dalam proses pembelajaran.
Pada hakikatnya multiple intelligences approach (MIA) dapat mendukung dalam proses belajar siswa, karena selama proses pembelajaran siswa dapat secara aktif dilibatkan dan merasa senang karena metode yang bervariasi sehingga siswa dapat mengekspresikan kemampuan dan keterampilannya. Pendekatan ini sesuai dengan perkembangan siswa sekolah dasar yang termasuk dalam usia kritis dalam dorongan berprestasi yang berarti siswa membutuhkan bantuan dan bimbingan untuk mengembangkan kemampuan, keterampilan, rasa ingin tahu, rasa ingin belajar dan rasa ingin
bisa. Melalui multiple intelligences approach (MIA), diharapkan pembelajaran akan lebih menarik, menyenangkan, efektif dan efisien sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti berupaya melakukan penelitian tidakan kelas yang dilaksanakan di Kelas V.2 SD Negeri Kampung Bulak II. Dengan mengimplementasikan Multiple Intelligences Approach (MIA) sebagai salah satu pendekatan alternatif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran. Dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar melalui Multiple Intelligences
Approach pada Siswa Kelas V SD Negeri Kampung Bulak II”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah, yaitu:
1. Motivasi belajar siswa rendah.
2. Kurang dioptimalkan penghargaan dalam belajar, baik yang bersifat verbal maupun non verbal.
3. Pembelajaran belum terpusat pada siswa dan kurang bervariasi strategi maupun metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga kurang terfasilitasi berbagai gaya belajar maupun kecerdasan siswa yang beragam.
4. Suasana pembelajaran yang kurang kondusif disebabkan karena siswa kurang antusias, cenderung pasif, dan tidak fokus.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk memperoleh fokus penelitian, maka penelitian ini membatasi permasalahan pada:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple Intelligences Approach (MIA). MIA adalah pendekatan pembelajaran berbasis teori multiple intelligences (MI). Dengan Pendekatan MI, guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat merangsang kecerdasan siswa. Pendekatan ini dipadu-padankan dengan pembelajaran aktif (active learning).
2. Motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi/dorongan yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar.
3. Pembelajaran IPA kelas 5 semester II tahun ajaran 2019/2020 pada tema 6 tentang perpindahan panas.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Multiple Intelligences Approach (MIA) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Kampung Bulak II?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui penerapan Multiple Intelligences Approach (MIA) pada siswa kelas V SD Negeri Kampung Bulak II.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan tentang Multiple Intelligences Approach (MIA) dan motivasi belajar siswa. berikut merupakan manfaat dari penelitian yang diharapkan:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu pendidikan tentang Multiple Intelligences Approach (MIA) dengan motivasi belajar siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga mencapai hasil belajar yang lebih baik.
b. Bagi guru, yaitu memberi masukan agar guru dapat menerapkan Multiple Intelligences Approach (MIA) pada saat pembelajaran di kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Bagi sekolah, yaitu sebagai kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan penerapan pendekatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kecerdasan dan modalitas belajar siswa.
d. Bagi peneliti, yaitu sebagai referensi dan paduan praktis bagi penelitian yang serupa tentang Multiple Intelligences Approach (MIA) dan motivasi belajar siswa.
11 BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik 1. Motivasi Belajar
a. Definisi Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan. Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi seseorang dengan lingkungan belajarnya. Dalam proses belajar, motivasi berperan penting dalam proses pembelajaran dan keberhasilan proses belajar itu sendiri.
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.1 Sejalan dengan definisi tersebut, Shunck, dkk mengatakan bahwa: “Motivation is the process where by goal-directed activity is instigated and sustained.”2
Dari definisi motivasi di atas, menyatakan bahwa motivasi melibatkan tujuan yang memberikan dorongan dan arahan untuk bertindak. Motivasi berperan dalam pembelajaran. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.3
Hal ini juga sama seperti yang ada dalam buku Psikologi Belajar karya Lilik Sriyanti,yaitu ia mengutip pernyataan Mc.Donald terkait
1 Sardirman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), h. 102.
2 Dale H. Schunk, Paul R. Pintrich and Judith L. Meece, Motivation in Education: Theory,
Research, and Aplications, Third Edition, (New Jersey: Pearson Education), 2010, h. 4.
motivasi, “motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.”4 Definisi tersebut menyatakan bahwa motivasi berarti suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Selain itu, Agus Suprijono dalam bukunya Cooperative learning mengatakan, “Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku.”5
Jadi, dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak (dorongan) yang ada di dalam diri siswa baik itu dari dalam maupun dari luar diri siswa yang menimbulkan semangat belajar sehingga siswa memiliki energi dalam melakukan berbagai aktivitas pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan belajar.
b. Macam-Macam Motivasi Belajar
Ada dua macam motivasi yang sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi belajar dapat muncul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid.6 Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
4 Lilik Sriyanti, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), h. 133. 5 Agus Suprijono, Cooperative learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 163. 6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 162.
dorongan untuk melakukan sesuatu.7 Oleh karena itu, motivasi ini sering disebut motivasi murni.
Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari diri siswa sendiri yang secara mutlak mendorong siswa untuk melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya keinginan siswa untuk mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tigkah lakunya secara konstruktif, tidak karena ingin dipuji atau tujuan-tujuan yang lainnya.
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri siswa sendiri yang mendorong siswa untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan belajarnya. Dorongan tersebut berasal dari kebutuhan, kebutuhan yang mengharuskannya menjadi orang terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi ini muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan hanya sekedar simbol dan seremonial.
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, mendali pertentangan dan persaingan yang bersifat negatif ialah sarcasm, ridicule, dan hukuman.8
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.9 Contohnya ketika siswa tahu besok pagi akan ujian, maka siswa belajar dengan harapan akan mendapatkan nilai yang baik sehingga mendapat pujian dari guru, orang tua atau temannya. Jadi ia belajar bukan ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin meraih nilai yang baik serta pujian.
7 Sardiman A. M., op. cit., h. 89. 8 Hamalik, op. cit., h. 163. 9 Sardiman, op. cit., h. 91.
Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Jadi, motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri siswa yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Dalam kegiatan belajar-mengajar motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan dan penting, sebab keadaan siswa tersebut dinamis dan tidak semua pembelajaran menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan siswa agar mau belajar sehingga dapat menarik perhatian siswa dan menambah motivasi instrinsiknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik belajar yaitu antara lain metode belajar, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, kurikulum, dan tugas rumah.10
c. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar, maka guru dituntut untuk kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai hasil yang optimal. menurut Sardiman, ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui. 11
10
Ibrahim Musab, Gustimal Witri, Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Se-Gugus 2 Kecamatan Sail Pekanbaru, Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Vol 8, 2019, h.8
Namun, menurut Wina Sanjaya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu:
1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
2) Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar 3) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa 4) Berikan penilaian
5) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa 6) Ciptakan persaingan dan kerjasama.12
Selain itu, menurut Eric Jensen, motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan beberapa kegiatan, yaitu:
1) Tanamkan keyakinan positif kepada siswa tentang kemampuan yang dimilikinya.
2) Periharalah lingkungan pembelajaran yang aman secara fisik dan emosional sehingga siswa lebih semangat dalam belajar. 3) Tandai kesuksesan dan pencapaian prestasi dengan kegembiraan
atau perayaan bahkan penghargaan dan hadiah 4) Berikan siswa harapan untuk sukses dalam belajar
5) Mengola kondisi psikologis siswa, artinya guru membangun kondisi pembelajaran yang memunculkan rasa nyaman, menyenangkan dan membuat siswa selalu ingin mengikuti proses pembelajaran.
6) Tingkatkan frekuensi pemberian umpan balik pada siswa.
7) Berikan siswa pengalaman dan cerita-cerita tentang kesuksesan dalam belajar.
8) Libatkan segenap potensi dan intelligensia yang siswa miliki dalam belajar. Artinya, proses pembelajaran memadukan seluruh potensi siswa sehingga berbagai aspek potensi dapat tereksplorasi.
12 Amna Emda, Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran, Latanida Journal, Vol. 5, 2017, h. 179-180.
9) Libatkan emosi siswa secara kuat dalam proses pembelajaran. 10) Dorong serta berikan ikatan sosial yang positif pada siswa, baik
secara individual maupun secara klasikal.13
Motivasi belajar yang tinggi akan sangat mungkin muncul ketika adanya keterlibatan dan keaktifan siswa dalam belajar dan adanya upaya dari guru untuk memelihara agar siswa senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting untuk memperhatikan kondisi siswa terutama emosi dan motivasi yang dimiliki siswa.14
Dengan demikian guru perlu melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dengan kreatif dan inovatif sehingga siswa dapat meraih hasil pembelajaran dengan optimal.
d. Indikator Keberhasilan Motivasi Belajar
Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:15
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). Tidak memerlukan dorongan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
13
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 62-63.
14 Ibid., h. 57.
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Menurut Hamzah B. Uno, indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.16
2. Multiple Intelligences Approach (MIA) a. Teori Multiple Intelligences
Intelligensia memiliki arti yang sama dengan kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan menciptakan kreativitas.17 Kemampuan dapat berasal dari pembiasaan-pembiasaan yang disebabkan oleh perilaku fisik maupun faktor nonfisik.
Gardner memberikan definisi bahwa kecerdasan itu adalah kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan, dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya. Definisi tersebut didasari oleh pandangan Gardner atas teori multikultural sehingga ia mengungkapkan bahwa ada delapan macam kecerdasan, yaitu kecerdasan logis-matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan
16
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan , (Jakarta: Bumi Aksara), h. 23.
17 Munif Chatib, Sekolah Anak-Anak Juara: Berbasis Kecerdasan Jamak dan Pendidikan
visual, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
b. Jenis-jenis Multiple Intelligences
Teori multiple intelligences telah mengidentifikasi 7 jenis inteligensi yaitu: inteligensi verbal-linguistic, logical-mathematic, spatial, musical, bodily-kinestetic, interpersonal, intrapersonal, kemudian pada akhir tahun 1990-an diidentifikasi inteligensi kedelapan yaitu naturalistic intelligence, dan pada tahun yang sama Gardner telah mempertimbangkan inteligensi kesembilan dan kesepuluh yaitu existential intelligence dan spiritual intelligence.18 Berikut merupakan komponen inti dan kompetensi dari delapan jenis inteligensi.
Tabel 2.1
Komponen Inti dan Kompetensi Multiple Intelligences No. Kecerdasan Komponen Inti Kompetensi 1. Linguistik Kepekaan pada bunyi
struktur, makna, fungsi kata dan bahasa.
Kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, berdebat. 2. Logis-matematis Kepekaan memahami pola-pola logis atau
numerik dan
kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. Kemampuan berhitung, bernalar, dan berpikir logis, memecahkan masalah 3. Spasial-visual Kepekaan merasakan dan membayangkan Kemampuan menggambar,
18 Edy Legowo, Model Pembelajaran Berbasis Penstimulasian Multiple Intelligences Siswa,
dunia gambar dan ruang secara akurat.
memotret,
membuat patung, mendesain.
4. Musik Kepekaan menciptakan dan mengapresiasi irama, pola titi nada, dan warna, serta apresiasi bentuk-bentuk ekspresi emosi musikal.
Kemampuan menciptakan lagu, membentuk irama, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik.
5. Kinestetik Kepekaan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respons, dan refleks.
Kemampuan gerak motorik dan keseimbangan.
6. Interpersonal Kepekaan mencerna dan merespons secara tepat suasana hati, tempramen, motivasi, dan keinginan orang lain. Kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi, negosiasi, bekerja sama, punya empati yang tinggi. 7. Intrapersonal Kepekaan memahami
perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan Kemamuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan
kelemahan diri. motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup. 8. Naturalis Kepekaan membedakan
spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antarbeberapa spesies. Kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi dan identifikasi.
c. Definisi Multiple Intelligences Approach (MIA)
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses dan sifatnya masih sangat umum.19 Ada dua jenis dalam pendekatan pembelajaran, yaitu teacher centered dan student centered. Salah satu pendekatan pembelajaran yang bersifat student centered adalah pendekatan yang berdasarkan teori multiple intelligences (MI). Teori MI membuka pintu untuk berbagai strategi pengajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan di dalam kelas.20 Pendekatan ini berupaya untuk menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa dapat belajar secara aktif.
Dalam dunia pendidikan, pendekatan MI ini dapat menjadi pembaharu bagi guru untuk menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan kemampuan atau kecerdasan yang siswa miliki sehingga metode-metode tersebut menyatu dalam strategi multiple intelligences.
19 Munif Chatib, Gurunya Manusia, (Bandung: Kaifa, 2018), h. 130.
20 Thomas Amstrong, Kecerdasan Multiple di Dalam Kelas Edisi Ketiga, (Jakarta: Indeks, 2013), h. 79
Konsep strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences lebih menitikberatkan pada penemuan keunikan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk, guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan modalitas belajarnya.21
Dengan demikian MIA merupakan pembelajaran berbasis otak yang melibatkan seluruh aspek modalitas serta aspek psikologis siswa, baik emosi, sosial kognitif, dan kemampuan reflektif siswa. Hal tesebut yang penting untuk mencapai kemampuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu, dalam MIA guru memiliki peran untuk menciptakan suasana kelas senyaman mungkin sehingga menimbulkan kondisi emosional yang positif, menyenagkan dan membuat siswa betah di dalamnya. Guru berperan sebagai mentor, membangun hubungan yang positif dengan siswa, serta mempersiapkan pembelajaran yang kreatif, atraktif dan bermakna agar kemampuan berpikir siswa lebih optimal.
Dari pernyataan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa Multiple Intelligences Approach (MIA) adalah pendekatan yang berdasarkan teori MI yang diterapkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode yang disesuaikan dengan kecerdasan dan modalitas belajar siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Multiple Intelligences
Approach (MIA)
Ada tujuh tahap pembelajaran mendasarkan pada teori multiple intelligences menurut Armstrong, yaitu:
1) Memusatkan pada tujuan khusus
21 Chusnul Muali, Konstruksi Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intellegences sebagai Upaya Pemecahan Masalah Belajar, Pedagogik: Jurnal Pendidikan, Vol. 3, 2016, h. 10-11.
2) Merumuskan pertanyaan-pertanyaan kunci tentang multiple intelligences
3) Mempertimbangkan kemungkinan aplikasinya 4) Melakukan brainstorm
5) Memilih kegiatan yang sesuai 6) Menetapkan urutan rencana kegiatan 7) Mengimplementasikan rencana.22
Armstrong juga memberikan contoh panduan pembelajaran model multiple intelligences yang disebut dengan “key materials and methods of multiple intelligences teaching”. Dia mengklasifikasi kerangka pembelajaran multiple intelligences menjadi empat dimensi, yaitu dimensi inteligensi (delapan inteligensi), aktivitas pembelajaran, bahan ajar, dan strategi pembelajaran.23
Sedangkan menurut Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul Gurunya Manusia, ia membagi proses pembelajaran dalam dua tahap besar, yaitu apersepsi dan strategi.
Gambar 2.1
Tahap Apersepsi dan Strategi MI24
1) Apersepsi
Apersepsi merupakan stimulus khusus pada awal pembelajaran yang tujuannya untuk meraih perhatian siswa. Menurut Munif Chatib apersepsi dapat dilakukan dengan zona alfa, warmer, pre-teach dan scene setting.
a) Zona Alfa
Zona alfa adalah salah satu gelombang otak yang merupakan kondisi terbaik untuk belajar siswa. Guru harus mampu menggunakan aktivitas-aktivitas zona alfa untuk
22 Legowo, op. cit., h. 4. 23 Ibid.
24Chatib, Gurunya Manusia..., h. 90.
Zona Alfa Warmer Pre-teach Scene Setting Multiple
meraih perhatian siswa. Zona alfa tidak hanya berlaku pada awal pembelajaran, tetapi juga berlaku pada saat guru melihat banyak siswa yang sudah keluar dari zona alfa tersebut. Ada empat cara yang dapat membawa siswa masuk kedalam zona gelombang alfa, yaitu ice breaking, fun story, musik dan brain gym.
b) Warmer
Warmer atau pemanasan merupakan kegiatan mengulang materi yang sebelumnya diajarkan. Warmer sering disebut juga dengan review, feedback, atau tinjau ulang. Pada apersepsi, warmer dapat berupa games pertanyaan dan penilaian diri.
c) Pre-Teach
Pre-teach merupakan aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran. Contohnya adalah penjelasan awal tentang tata cara menggunakan peralatan di laboratorium sains, penjelasan awal tentang alur diskusi dan penjelasan awal tentang prosedur yang harus dilakukan siswa ketika berkunjung ke sebuah tempat atau environment learning.
d) Scene Setting
Scene setting merupakan kegiatan yang dilakukan guru atau siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran. Scene setting dapat dilakukan guru dengan bercerita, visualisasi, simulasi, pantomim dan mendatangkan tokoh. Akhir dari kegiatan ini harus berhubungan dengan strategi yang dipilih oleh guru dan jangan sampai kegiatan ini menghabiskan banyak waktu. 2) Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan turunan dari pendekatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran
mengandung makna perencanaan yang artinya strategi pada dasarnya bersifat konseptual sehingga untuk implementasinya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dalam proses pembelajaran multiple intelligences, guru secara dinamis terus menerus dan dengan cara yang kreatif, selalu berpindah dari satu metode ke metode lain yang selaras dengan variasi intelligensi. Dalam proses mengajar, Munif Chatib mendesain struktur lesson plan yang kreatif. Struktur lesson plan tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu:25
1) Header atau identitas, yang terdiri dari:
a) Identitas lesson plan, seperti mata pelajaran, nama guru dan nama sekolah
b) Silabus
2) Content (isi) terdiri dari: a) Pelaksanaan mengajar:
i. Kegiatan pendahuluan, dapat berisi: 1. Alpha zona
ii. Kegiatan inti
1. Eksplorasi, dapat berisi: a. Scene setting b. Warmer, atau c. Pre Teach
2. Elaborasi, dapat berisi: a. Multi-strategi mengajar 3. Konfirmasi, dapat berisi:
a. Latihan soal lisan atau tulisan iii. Kegiatan penutup
1. Kesimpulan
2. Kajian spiritual atau hikmah setiap materi 3. Refleksi
b) Administrasi Mengajar i. Teaching aids ii. Sumber belajar iii. Media belajar iv. Proyek-proyek 3) Footer atau akhir terdiri dari:
a) Instrumen penilaian b) Komentar guru.
e. Macam-Macam Metode Pembelajaran yang dapat Digunakan pada Multiple Intelligences Approach (MIA)
Berikut berbagai metode yang dapat digunakan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan Multiple Intelligences Approach.
Tabel 2.2
Metode yang dapat digunakan pada MIA26
No. Kecerdasan Metode
1. Linguistik Ceramah, diskusi, tanya jawab, wawancara, presentasi, pelaporan oral, reporter, bercerita, dongeng, debat, membaca nyaring, puisi, tebak kata, aksara bermakna, pantun, menulis imajinatif, menulis informasi, menulis cerpen, menulis cerita dari komik, menulis laporan, menulis personal, menghafal, mendengarkan, kosakata, TTS, pidato, acak kata, dan menyusun skenario.
2. Logis-matematis Pengamatan, discovering, problem solving, identifikasi, klasifikasi, separasi,
26 Alamsyah Said, dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligeces, (Jakarta: Kencana. 2015), h. xv-xix.
kuantifikasi, komparasi, prosedural teks, pendataan, tebak angka dan simbol, sudoku, latihan soal dan jawaban, eksperimen, action research, studi kasus, analogi, dan tebak logis.
3. Spasial-visual Mind mapp, tulis tangan dan pasir, menulis di udara, urutan gambar, tebak gambar, menggambar imajinatif, huruf dalam warna, tebak sketsa wajah, menggambar makna simbol, membaca peta, movie learning, membaca gambar, tebak angka dalam warna, dan flash card.
4. Musik Parodi, konser, games tebak bunyi, dan bernyanyi.
5. Kinestetik Jawaban stik, memancing ikan, lompat benar salah, matematika basket, gerakan kreatif, games ular tangga, simulasi, demonstrasi, bermain peran, lari kanan kiri benar salah, injak angka, lekukan geometri, dan kartu domino
6. Interpersonal Kerja kelompok, kartu soal, sosiodrama, memberi dan menerima, jigsaw, cerdas cermat berantai, dan surat untuk sahabat. 7. Intrapersonal Games siapa saya, pertanyaan dimulai dari
siswa, mengenal tokoh, kontrak nilai, dan manipulasi identitas.
8. Naturalis Tebak suara hewan, identifikasi tumbuhan, matematika daun, dan karyawisata
f. Kelebihan dan Kekurangan Multiple Intelligences Approach
Pada pelaksanaannya, pembelajaran dengan menggunakan multiple intelegences approach (MIA) memiliki kelebihan, antara lain:
1) Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa.
2) Strategi pembelajaran ini juga sangat efektif karena mampu meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam bentuk interaksi baik antara siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lainnya. 27
3) Siswa diberi berbagai macam topik, metode pengajaran, dan gaya presentasi serta assessment, yang memungkinkan mereka membangun pembelajaran bermakna dan mendorong tingkat pemahaman.28
4) Lebih jauh lagi, melalui penerapan teori Multiple Intellegences dalam pembelajaran di sekolah diharapkan siswa dapat melihat kenyataan bahwa mereka itu “unik” dengan berbagai kecerdasan yang mereka miliki.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan multiple intelegences approach (MIA) memiliki kekurangan, antara lain:
1) Sedikitnya waktu pembelajaran yang tersedia, sedangkan materi yang harus diajarkan sangat banyak.
2) Guru harus lebih banyak ide dan kreatif dalam merencanakan pembelajaran.
27
Firlina, skripsi, “Penerapan Strategi Pembelajaran Multiple Intelegences Dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas IV MIN Tungkob Aceh Besar”, skripsi pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, 2017, h. 26.
3) Penerapan teori Multiple Intelegences dalam ruang kelas juga memungkinkan terjadinya diskusi hangat dalam kelas. Adakalanya siswa berteriak atau bertepuk tangan untuk mengungkapkan kegembiraannya ketika mereka mampu memecahkan suatu masalah. Hal ini juga dapat menggangu konsentrasi guru dan siswa yang berada di kelas lain.
4) Adanya keengganan dari para guru untuk mengubah paradigma lama dalam pendidikan. Kebanyakan guru sudah merasa nyaman dengan metode ceramah sehingga mereka enggan untuk mencoba hal-hal yang baru karena dianggap merepotkan.29
3. Pembelajaran IPA
a. Definisi Pembelajaran IPA
Ilmu pengetahuan alam atau yang disingkat dengan IPA merupakan terjemahan dalam bahasa inggris, yaitu natural science. IPA adalah ilmu tentang alam. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.30
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.31
Hakikat pembelajaran sains dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu IPA sebagai produk, proses, dan sikap. IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang telah dikaji sebagai kegiatan empiris dan kegiatan analitis. Produk tersebut berupa fakta, prinsip, hukum dan teori-teori IPA. IPA sebagai proses adalah untuk
29
Firlina, op. cit., h.27.
30 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h.3. 31 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 167.
menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. IPA sebagai sikap berarti sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains.
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang berdasarkan pada prinsip-prinsip yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
b. Karakteristik Pembelajaran IPA
IPA memiliki karakteristik sebagai dasar untuk memahaminya. Menurut Jacobson & Bergman, karakteristik tersebut meliputi:
1) IPA merupakan kumpulan konsep, prisip, hukum, dan teori. 2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati
fenomena alam, termasuk juga penerapannya.
3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap rahasia alam.
4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa saja.
5) Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat objektif.32
Secara umum karakteristik pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan dengan sistem belajar kelompok 2) Menggunakan prinsip hands on dan minds on 3) Melatih siswa terkait keterampilan proses sains
4) Fokus pada penanaman konsep, prinsip, hukum dan teori 5) Pembelajaran dilakukan di dalam dan luar kelas
6) Pembelajaran dilakukan secara menyenangkan dan berpusat siswa.33
c. Langkah-langkah Pembelajaran IPA
Berikut merupakan daur belajar yang mendorong perkembangan konsep IPA.
1) Eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk melakukan penjelajahan atau eksplorasi secara bebas.
2) Pengenalan konsep, guru mengenalkan konsep dan teori-teori yang dapat membantu siswa untuk menjawab permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan mereka.
3) Penerapan konsep, siswa menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah dalam situasi yang berbeda.34
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jurnal yang ditulis oleh Risda Davila Fitriani (2015) yang berjudul “Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Strategi Pembelajaran Multiple Intelligences (MI) Hubungannya dengan Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran SKI”. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tanggapan siswa terhadap penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences (variable X) dan motivasi belajar pada mata pelajaran SKI (variable Y). Pembeda dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu metode penelitian menggunakan PTK, teknik pengambilan data pada penggunaan MIA adalah observasi, dan mata pelajaran IPA. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu menggunakan pendekatan Multiple Intelligences dan variabel motivasi belajar siswa.
33
I Komang Wisnu Budi Wijaya, Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa Sekolah Dasar (SD) Melalui Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Mutu Lulusan Sekolah Dasar, Jurnal
Penjaminan Mutu, Vol 4, 2018, h. 150.
2. Hasil penelitian Hana Zulfa Saffana (2018) yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences dan Inovasi Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas IV SD Plus Al-Kautsar Malang” Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa adanya pengaruh antara penerapan pendekatan Multiple Intelligences dan inovasi pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa. Pembeda dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu metode penelitian menggunakan PTK, variabel Y adalah motivasi belajar siswa, dan mata pelajaran IPA. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu menggunakan pendekatan Multiple Intelligences. 3. Hasil penelitian Firlina (2017) yang berjudul “Penerapan Strategi
Pembelajaran Multiple Intelligences dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas IV MIN Tungkob Aceh Besar” Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa penerapan strategi pembelajaran Multiple Intelegences dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV MIN Tungkob Aceh Besar. Pembeda dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu variabel Y adalah motivasi belajar siswa, dan mata pelajaran IPA. Persamaan dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu menggunakan strategi pembelajaran Multiple Intelligences.
4. Hasil penelitian Mila Dwi Candra (2015) yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Pada Siswa Kelas V di SD Juara Gondokusuman Yogyakarta”. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa penerapan terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap persiapan pihak sekolah dan guru telah mengenali intelligences siswa dan menyusun rencana pembelajaran. Pada tahap pelaksanaan guru telah memberikan apresiasi dan motivasi serta sudah memberikan kegiatan berbasis multiple intelligences kepada siswa. Pada tahap penilaian, guru menggunakan penilaian autentik dengan mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembeda dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu metode penelitian menggunakan PTK, variabel Y adalah motivasi belajar siswa, dan mata pelajaran IPA.