• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Motivasi & Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Penanganan Pasien Gangguan Muskuloskeletal Di Igd Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Motivasi & Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Penanganan Pasien Gangguan Muskuloskeletal Di Igd Rsup Prof Dr. R. D. Kandou Manado"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI & SUPERVISI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA

PENANGANAN PASIEN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL DI IGD RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO

Yoan Kasim Mulyadi Vandri Kallo

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

Email : yoana_kasim@yahoo.com

Abstrack : Trasmission of the disease can happen to all health workers if during the action at the patient does not pay attention to preventive measures was to use protective equipment. Enforcement for nurses against the use of protective equipment are very influential on the transmission of diseases. Factor of motivation and supervision can improve adherence to the individual. The purpose of research is to analyze the relationship between motivation and supervasion with our nurses in the use of protective equipment to patients with musculosceletal in emergency unit of Hospital Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. The method used is descriptive analytic with cross sectional design. The sampling technique in this study using purposive sampling with 59 samples. Collecting data using questionnaires and the observation. Data processing using SPSS with chi-square test with a significance level of 95% (α = 0.05). The results showed an association between motivation with our nurses in the use of protective equipment (p = 0.011) and there is to do supervision with our nurses in the use of protective equipment (p=0,003). Conclusion there is a motivation and supervision with our nurses in the use of protective equipment in emergency unit of Hospital Prof. Dr.R.D. Kandou Manado.

Keywords : Motivation, Supervision, Personal protective equipment (PPE).

Abstrak : Penularan penyakit dapat beresiko terjadi pada semua petugas kesehatan apabila selama melakukan tindakan pada pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan yaitu menggunakan APD. Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD sangat berpengaruh pada penularan penyakit. Faktor motivasi dan supervisi dapat meningkatkan kepatuhan individu. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di IGD RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling dengan jumlah 59 sampel. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Pengolahan data menggunakan program SPSS dengan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian dengan menggunakan analisis uji chi-square menunjukkan terdapat hubungan motivasi dengan kepatuhan perawat (p=0,011) dan terdapat hubungan supervisi dengan kepatuhan perawat (p=0,003). Kesimpulan terdapat hubungan motivasi dan supervisi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD pada penanganan pasien gangguan muskuloskeletal di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado.

(2)

PENDAHULUAN

Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi yang mengganggu fungsi tulang, otot, ligamen, tendon, persendian sampai persarafan. Fraktur/patah tulang merupakan gangguan yang sering terjadi pada sistem muskuloskeletal (Junaidi, 2011). Umumnya kecelakaan lalu lintas menjadi salah satu penyebabnya yang dapat mengakibatkan berbagai cedera sampai kematian seperti cedera kepala (trauma kapitis), fraktur (patah tulang) dari single sampai multiple, rupture lien (pecah limpa) (Amiruddin, 2010).

Di A.S, sekitar 5,6 juta kejadian patah tulang terjadi setiap tahunnya dan merupakan 2% dari kejadian trauma (Parahita & Kurnianta, 2012). Di Indonesia kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987 peristiwa kecelakaan yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%) (RISKESDAS, 2007 dalam Utami, 2014). Berdasarkan catatan medik laporan 10 penyakit terbanyak di Instalasi Gawat Darurat Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, jumlah penderita fraktur berada di peringkat ke tiga dengan jumlah pasien yang masuk selama bulan Agustus sampai September 2016 sebanyak 110 pasien.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebagai gerbang utama penanganan kasus kegawatan di rumah sakit memegang peran penting dalam upaya penyelamatan hidup klien. Sebagai tenaga medis yang bertugas di IGD dituntut memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada penanganan pasien gawat apabila pasien tidak mendapat pertolongan segera maka dapat mengancam

jiwa pasien atau menimbulkan kecacatan perrmanen (Mawu, Bidjuni & Hamel, 2016).

Tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang bekerja di IGD memiliki resiko lebih tinggi tertular penyakit dibanding petugas dibagian lain karena mereka menangani pasien yang belum diketahui riwayat penyakitnya (Oman, Jane & Scheetz, 2008). Penularan penyakit biasa terjadi dalam sarana medis, melalui cipratan darah/cairan tubuh pasien yang mengenai luka terbuka, cedera jarum suntik, pajanan mukokutaneus yang kemudian masuk ke aliran darah orang lain, dalam hal ini biasanya petugas kesehatan (Yayasan Spiritia, 1014).

Hasil prevelensi survei Center for Dease far Control and Prevention (CDC) pada tahun 2011 di A.S, menyatakan terdapat 722.000 kasus infeksi nosokomial akibat mengabaikan penggunaan alat pelindung diri (APD) (CDC, 2016).

Penelitian Dewi & Ellafrina (2015) mengenai evaluasi penggunaan alat pelindung diri pada petugas saat melakukan tindakan penanganan pasien kecelakaan lalu lintas di IGD RSM Ahmad Dahlan Kota Kediri, diperoleh hasil bahwa masih rendahnya tingkat kepatuhan petugas dalam menggunakan APD.

Penularan penyakit dapat beresiko terjadi pada semua petugas kesehatan apabila selama melakukan tindakan pada pasien tidak memperhatikan tindakan pencegahan (universal precaution) dengan cara menggunakan APD. Penggunaan APD merupakan usaha perawat menyediakan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan diri dari pasien terhadap penularan penyakit (Putra, 2012).

Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD berpengaruh pada penularan penyakit. Jika kepatuhan penggunaan APD diabaikan, maka tentunya akan semakin bertambah

(3)

risiko tertular penyakit misalnya hepatitis dan HIV/AIDS (Chrysmadani, 2011).

Kepatuhan membutuhkan motivasi, motivasi dan kepatuhan merupakan hal yang berbanding lurus dalam arti semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya (Dewantara, 2016). Di India, disebutkan yang menjadi penyebab kepatuhan rendah dari petugas kesehatan kurangnya motivasi (Sharmaet, et.al, 2011 dalam Afriani, 2012). Penelitian di University of Oxford, efektivitas dari sistem supervise berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan terhadap penerapan standar pelayanan oleh petugas kesehatan (Flodgren, et.al, 2004 dalam Afriani, 2012). Di Indonesia penelitian yang dilakukan Afriani (2012) terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dan supervisi terhadap kepatuhan tenaga medis dalam penerapan standar pelayanan.

Hasil observasi lapangan di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Oktober 2016 yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa perawat pelaksana ditemukan 2 perawat di ruang triase dan 3 orang perawat di instalasi rawat darurat bedah tidak menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan saat melakukan tindakan keperawatan seperti mengukur tanda-tanda vital, pengambilan sampel darah, pemasangan infus, dan penanganan pasien cedera, padahal APD masker dan sarung tangan telah disediakan pihak rumah sakit. Saat ditanya ternyata karena banyaknya jumlah pasien yang harus ditangani dalam waktu bersamaan membuat perawat kadang lupa menggunakan APD. Selanjutnya hasil wawancara supervisor didapatkan pengawasan terhadap penggunaan APD dilakukan secara langsung oleh kepala ruangan ataupun penanggung jawab tiap shift. Pada perawat pelaksana yang tidak menggunakan APD saat melakukan tindakan keperawatan

kadang-kadang masih harus selalu diingatkan untuk menggunakannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Motivasi & Supervisi dengan Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan APD pada Penanganan Pasien Gangguan Muskuloskeletal di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif analitik dengan mengunakan rancangan Cross Sectional. Penelitian telah dilaksanakan di IGD RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado di ruang triase dan Instalasi Rawat Darurat Bedah (IRDB), pada tanggal 16 September sampai 30 Desember 2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bekerja di IGD lantai 1 RSUP Prof. Kandou Manado yaitu sebanyak 69 orang. Sampel yang digunakan pada penelitian yaitu perawat pelaksana yang bekerja di IGD lantai 1. Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2013). Sampel yang diambil menggunakan metode Purposive Sampling, sampel pada penelitian pada penelitian ini berjumlah 59 responden. Karena jumlah populasi berdasarkan data awal 69 perawat pelaksana.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini: Perawat yang bekerja di ruang triase & instalasi gawat darurat bedah, perawat yang sedang melakukan tindakan penanganan pada pasien gangguan muskuloskeletal, menerima menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed concern). Sedangkan kriteria ekslusinya: responden yang yang sedang cuti atau dalam kondisi sakit.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu kuesioner tentang motivasi & supervisi yang diambil dari

(4)

peneliti sebelumnya dan dimodifikasi kemudian telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, Di dalamnya berisi pertanyaan tentang motivasi perawat digunakan pertanyaan sebanyak 6 terdiri dari dua jenis pernyataan yakni pernyataan unfavorable (negatif) dan favorable (positif), sedangkan kuesioner tentang supervisi/pengawasan terdiri dari 4 pertanyaan. Jawaban diukur menggunakan skala Likert dengan kategori skor 4=selalu, 3=sering, 2=kadang-kadang, 1=tidak pernah. Selanjutnya untuk menentukan tingkat kepatuhan digunakan lembar observasi yang dibuat sendiri berdasarkan standar prosedur operasional RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Prinsip-prinsip dalam etika penelitian ini, yaitu Informed Consent (Lembar Persetujuan), Anonymity (Tanpa Nama), Confidentiality (Kerahasiaan). Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan melalui tahap: Editting, Coding, Entry Data, Cleaning. Analisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL dan PEMBAHASAN

Hasil Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur n %

≤25 Tahun 7 16,7

>25 Tahun 35 83,3

Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Hasi penelitian menunjukan bahwa dari 42 responden diperoleh informasi tentang karakteristik umur perawat menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki umur >25 tahun sebanyak 35 responden (83,3%) dan sisanya 7 responden (16,7%) berumur ≤25 tahun.

Pada beberapa responden yang berusia <25 tahun bisa saja berpengaruh pada tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai teori

dalam Wibowo (2013) meskipun usia mempengaruhi tingkat kedewasaan, informasi yang diserap dan perilaku seseorang namun usia tidak terkait langsung dengan penggunaan APD, akan tetapi ada faktor lain yang mendorong perawat untuk menggunakan APD, baik yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun yang bersumber dari luar dirinya. Usia merupakan variabel individu, secara prinsip seseorang bertambah usianya akan bertambah kedewasaannya dan semakin banyak menyerap informasi yang akan mempengaruhi perilakunya.

Menurut Evaldiana (2013) umur dapat menjadi penentu terhadap kepatuhan penggunaan APD, semakin tinggi umur perawat maka akan lebih mengikuti kepatuhan penggunaan APD. Peneliti berpendapat bahwa faktor umur menjadi salah satu faktor penentu kepatuhan dalam hal ini patuh melakukan tindakan pencegahan seperti halnya penggunaan APD.

Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-Laki 14 33,3 Perempuan 28 66,7 Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan 28 responden (66,7%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden (33,3%).

Bady, Kusnanto, & Handono (2007) dalam penelitiannya menyatakan responden yang tersebar di ruang rawat inap menunjukkan bahwa SDM perawat didominasi oleh jenis kelamin perempuan 67%. Hal ini terjadi karena lazimnya profesi keperawatan lebih banyak diminati kaum perempuan, mengingat profesi

(5)

keperawatan lebih dekat dengan masalah-masalah mother instink, meskipun di era globalisasi atau alasan lain misalnya ketersediaan gender atau juga karena faktor kebutuhan di ruang UGD, OK, dan lain-lain atau juga karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka jumlah perawat laki-laki juga mulai dipertimbangkan dan diperhitungkan. Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan

Lama Kerja

Lama Kerja n %

≤5 tahun 15 35,7

>5 tahun 27 64,3

Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden mempunyai lama kerja >5 tahun dengan jumlah responden 27 responden (64,3%) dan sisanya 15 responden (35,7%) yang telah bekerja ≤5 tahun.

Penelitian ini diperkuat penelitian sebelumnya oleh Ramdayana (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam menggunakan APD, menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan tingkat kepatuhan perawat dalam menggunakan APD.

Hal ini juga didukung teori dalam Evaldiana (2013), seorang yang pengalaman kerjanya sudah lama, akan memiliki ketelatenan/keterampilan lebih luas karena sudah banyak menangani berbagai macam kasus serta sudah dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan lingkungan pekerjaannya. Sehingga perawat berpengalaman dengan status masa kerja lebih lama akan lebih patuh dan akan melaksanakan tugasnya dengan baik.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi

Motivasi n %

Baik 35 83,3

Kurang 7 16,7

Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik sebanyak 35 perawat (83,3%) dan 7 responden (16,7%) memiliki motivasi kurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukakan Chrysmadani (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah bermotivasi baik, yaitu sebanyak 14 perawat yang patuh dalam penggunaan alat pelindung diri dasar (sarung tangan dan masker) di Rumah Sakit Graha Husada Gresik.

Menurut Wijayanto (2015) bahwa faktor lingkungan cukup kuat berperan mempengaruhi perilaku patuh individu termasuk sikap, perilaku dan motivasi seseorang. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut peneliti, tingginya motivasi perawat dalam penggunaan APD dalam penelitian ini dikarenakan responden mengetahui tentang dampak dari tidak memakai APD yaitu bisa terjadinya infeksi atau terjadinya penularan penyakit yang berasal dari pasien, selain itu tingginya tuntutan rumah sakit terhadap responden juga mempengaruhi motivasi responden dalam memakai APD.

(6)

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Supervisi/Pengawasan Supervisi/ Pengawasan n % Baik 37 88,1 Kurang 5 11,9 Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat mendapatkan supervise/pengawasan dari atasan yaitu sebesar 37 responden (88,1%).dan sisanya 5 responden (11,9%) mendapat pengawasan kurang dari atasan.

Penelitian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2009) bahwa pengawasan atau supervisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan individu dalam penggunaan alat pelindung diri.

Hal ini didukung oleh teori dalam Hanifa (2015), pengawasan yang diberikan secara optimal akan memberikan dampak yang optimal seperti peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja pada tindakan perawat pada penggunaan APD.

Menurut peneliti bahwa supervisi/pengawasan yang ada di RSUP Prof. Kandou sudah baik, hal ini dibuktikan dengan selalu dilakukan kegiatan kunjungan yang rutin mulai dari kepala ruangan, kapala bagian keperawatan, IPCN (Infection Preventif and Cntrol Nurse), dan PPNI Manado (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) untuk mengecek seluruh kegiatan yang ada di ruangan termasuk penggunaan APD.

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Menggunakan APD.

Kepatuhan n %

Baik 38 90,5

Kurang 4 9,5

Total 42 100

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang patuh menggunakan APD yaitu sebesar 38 responden (90,5%) dan 4 responden (9,5%) yang kurang patuh dalam penggunaan APD. Responden dikategorikan patuh karena, selama peneliti melakukan observasi langsung pada setiap responden, peneliti melihat bahwa sebagian besar perawat patuh menggunakan APD dalam menangani pasien dengan gangguan muskuloskeletal dan diantaranya ada beberapa responden kategori kurang patuh dalam penggunaan APD, menurut hasil observasi peneliti hal ini disebabkan karena kondisi IGD saat itu dengan pasien yang masuk terlalu banyak, membuat beberapa responden lupa menggunakan APD baik sarung tangan atau masker.

Pada dasarnya penggunaan APD ini merupakan teknik pencegahan penularan penyakit lewat percikan darah/cairan tubuh atupun droplet yang dapat mengenai tubuh perawat sehingga mewaspadai penularan dengan menggunakan APD (sarung tangan dan masker). Kepatuhan perawat dalam penggunaan APD sangat berpengaruh pada penularan penyakit. Jika saja kepatuhan penggunaan APD diabaikan, maka tentunya akan semakin bertambah resiko tertular penyakit (Chrysmadani, 2011).

Hasil Analisis Bivariat

Tabel 7 Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Penggunaan APD

Sumber : Data Primer, 2017

Hasil analisis menunjukan responden yang memiliki motivasi baik dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD yang baik

Motivasi Kepatuhan Total Ρv Patuh Kurang patuh n % n % n % Baik 34 81,0 1 2,4 35 83,3 0,011 Kurang 4 9,5 3 7,1 7 16,7 Total 38 90,5 4 9,5 42 100

(7)

yaitu sebanyak 34 responden (81,0%), responden yang bermotivasi baik dengan tingkat kepatuhan rendah yaitu 1 responden (2,4%), dan reponden yang bermotivasi kurang dan tidak patuh menggunakan APD yaitu 3 responden (7,1%), selain itu peneliti juga menemukan responden yang patuh dalam penggunaan APD namun memiliki motivasi kurang yaitu sebanyak 4 responden (9,5%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh P-Value 0,011 < 0,05. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak atau dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD.

Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayulita (2014) dengan judul hubungan motivasi dengan penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Bukit Tinggi menyatakan ada hubungan bermakna antara motivasi perawat dengan penggunaan APD di ruangan rawat inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi.

Penelitian ini didukung teori dalam Dewantara (2016) bahwa motivasi dan kepatuhan merupakan hal yang berbanding lurus dalam arti semakin tinggi motivasi yang ada didalam diri perawat maka akan semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya. Afriyani (2012), terbentuknya motivasi bersal dari dua jenis, yaitu dari diri sendiri (internal) dan juga berasal dari lingkungan. Motivasi internal adalah motivasi yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang mempengaruhi. Sedangkan motivasi eksternal merupakan motivasi yang muncul karena dorongan dari luar.

Peneliti berpendapat tingginya motivasi perawat dalam penggunaan APD dalam penelitian ini dikarenakan pada umumnya responden mengetahui tentang dampak dari tidak memakai alat pelindung diri yaitu bisa

terjadinya infeksi atau terjadinya penularan penyakit yang berasal dari pasien, selain itu tingginya tuntutan rumah sakit terhadap responden juga mempengaruhi motivasi responden dalam memakai APD.

Tabel 8 Hubungan Supervisi dengan Kepatuhan Penggunaan APD

Sumber : Data Primer, 2017

Analisa hubungan supervisi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD diperoleh hasil bahwa sebanyak 36 responden (85,7%) dengan pengawasan yang baik cenderung patuh dalam penggunaan APD, pengawasan baik dengan tingkat kepatuhan kurang sebanyak 1 responden (2,4%), pengawasan kurang dengan tingkat kepatuhan kurang sebanyak 3 responden (7,1%), sedangkan pengawasan yang kurang tetapi patuh dalam penggunaan APD sebanyak 2 responden (4,8%). Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan chi-square diperoleh P-Value 0,003 < 0,05. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa Ho ditolak atau dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara supervisi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD di RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado.

Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti sebelumnya oleh Hanifah (2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengawasan kepala ruangan dengan tingkat kepatuhan perawat dalam penggunaan glove pada tindakan injeksi di RSUD Wonosari.

Supervisi Kepatuhan Total Ρv Patuh Kurang patuh n % n % n % Baik 3 6 85,7 1 2,4 37 88,1 0,003 Kurang 2 4,8 3 7,1 5 11,9 Total 3 8 90,5 4 9,5 42 100

(8)

Supervisi adalah bagian dan proses pengendalian, yang merupakan tindak lanjut follow-up implementasi kegiatan untuk memastikan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana (patuh atau tidak terhadap standar) (Afriyani, 2012). Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur, dan disiplin.

Menurut peneliti, yang menjadi peyebab sebagian besar perawat telah patuh menggunakan APD yaitu karena adanya pengawasan dari kepala ruangan, kepala bagian keperawatan, dan dari pihak Infection Prevention and Control Nurse (IPCN), yang rutin melakukan kunjungan ke Intalasi Gawat Darurat untuk melakukan pengontrolan terhadap petugas kesehatan dalam hal ini penggunaan APD.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di IGD RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado, sebagian besar responden memiliki motivasi yang baik, pengawasan/supervisi yang baik, dan tingkat kepatuhan yang baik. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi & supervisi dengan kepatuhan perawat dalam penggunaan APD pada penanganan pasien gangguna muskuloskeletal di IGD RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. DAFTAR PUSTAKA

Afriyani, E. (2012). Hubungan Motivasi, Supervisi dan Faktor Lainnya dengan Kepatuhan Bidan Menerapkan Standar Pelayanan Antenatal di Kota Padang Sidimpuan. http://lib.ui.ac.id Diakses tanggal 9 Oktober 2016. Amiruddin, K. (2010). Penanganan Korban

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas. Diakses tanggal 13 Oktober 2016

Bady A.M., Kusnanto H., & Handono D. (2007). Analisis Kinerja Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial di IRNA I RSUP Dr. Sardjito. Diakses tanggal 11 Januari 2016.

Centers for Desease Control and Prevention. (2016). Healthcare-Associated Infection (HAIs). https://www.cdc.gov/hai/surveilla nce/ Diakses tanggal 22 September 2016.

Chrymadani, E. P. (2011). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar (Handscoon dan Masker) di RS Graha Husada Gresik. https://lppmunigresblog.files.wor dpress.com/2013/06/jurnal-putri. pdf. Diakses tanggal 7 September 2016.

Dewantara S. B. 2016. Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Jember. http://repository.unej.ac.id/bitstre am/handle/123456789/76414/Bi ma%20Satriya%20Dewantara%2

0-1.pdf?sequence=1 Diakses 16

Sepetember 2016.

Dewi A. & Ellafrina O. (2015). Evaluasi Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Petugas di IGD RSM Ahmad Dahlan Kediri. http://thesis.umy.ac.id/datapublik

/t52995.pdf Diakses tanggal 16

Oktober 2016.

Evaldiana. (2013). Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam

(9)

Menangani Pasien TB Paru di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Hanifah H. (2015). Hubungan Pengawasan

Kepala Ruangan dengan Tingkat

Kepatuhan Perawat

Menggunakan Glove pada Tindaka Injeksi di RSU Wonosari. Diakses tanggal 11 Januari 2017.

Hayulita S., Frenky P,. (2014). Hubungan Motivasi dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Diakses tanggal 11 Januari 2017. Junaidi I. (2011). Pedoman Pertolongan

Pertama Yang Harus Dilakukan Saat Gawat Dan Darurat Medis. Yogyakarta: ANDI..

Mawu D. P., Bidjuni H. & Hamel R. (2016). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penanganan Pertama pada Pasien Kegawatan Muskuloskeletal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. http://ejournal.unsrat.ac.id/index. php/jkp/article/viewFile/12917/1 2504 Diakses tanggal 13 Oktober 2016

Oman K. S., Jane K. M. & Scheetz L. J. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta : EGC.

Parahita, P. S., Kurniyanta, P. (2012). Penataksanaan

Kegawatdaruratan pada Cedera Fraktur Ekstremitas. Diakses tanggal 30 Oktober 2016.

Putra M. K. P. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Mahasiswa Profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id Diakses tanggal 5 Oktober 2016. Purwanto, B. Y. (2009). Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penggunaan APD Pada Pekerja Las di Jalan Raya Kelapa Dua Tanggerang. FKM-UI. Depok.

Ramdayana. (2009) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan APD di Ruang Rawat Inap RS Marinir Cilandak Jakarta Selatan. Diakses tanggal 13 Oktober 2016.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu. Utami, D. K. (2014). Pengaruh Ankle

Pumping Evercise Terhadap Penurunan Disuse Atrofi Otot Plantar Flexor Pada Pasien Fraktur Femur. Diakses tanggal 31 Oktober 2016.

Wibowo A.S. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penggunaan Sarung Tangan pada Tindakan Invasif di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Diakses tanggal 11 Januari 2017.

Wijayanto (2015). Hubungan Motivasi Perawat Dengan Perilaku Pemakaian Alat Pelindung Diri Saat Melakuakan Kemoterapi di Ruang Rawat Inap RSUP DR. Moewardi. Diaksest tanggal 1 September 2016.

(10)

Yayasan Spriritian. (2014). Profilaksis Pascapajanan.

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?li

no=156 Diakses tanggal 8

Gambar

Tabel  6  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Kepatuhan Menggunakan APD.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis masalah (1) dan (4), metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu menjelaskan proses atau tahap-tahap pengolahan ubi kayu menjadi produk

Mempelajari hubungan parameter fisik dan kimia yang berupa intensitas cahaya, suhu tanah, kelembaban dan pH tanah serta kecepatan angin dengan indeks keanekaragaman

Penelitian Nahdiah memberikan kontribusi pada penelitian ini yaitu dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam hal penganalisisan alih kode keluar (ekstern)

sumbangan disiplin ilmu lain, Sosiologi Komunikasi juga memiliki objek kajian8. yang terbuka luas setiap saat, seirama dengan cepatnya

 Pada penguat kelas B dengan umpan balik penguat operasional memiliki linieritas yang lebih baik dari penguat pushpull kelas B biasa karena distorsi. cross-over

Proses Pembentukan Parameter Karateristik Citra bertujuan untuk menentukan parameter-parameter karateristik citra darah tersebut dan merupakan tahap yang paling

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja dengan komitmen organisasi, sehingga penulis

Catatan : Daftar Nominatif ini dapat berubah jika ada sanggahan, pengaduan, duplikasi dan sebab lainnya.. Instansi