• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institusi seperti LAPAN, sebenarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Institusi seperti LAPAN, sebenarnya"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I

nstitusi seperti LAPAN, sebenarnya merupakan gudang informasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Contohnya, hasil penelitian LAPAN di bidang penginderaan jauh yang dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, pengembangan pesawat tanpa awak untuk memantau wilayah udara nusantara, dan hasil penelitian sains antariksa dan atmosfer yang sangat membantu para pengguna teknologi seperti satelit.

Namun, berbagai informasi tersebut hanya bisa diketahui secara terbatas karena keterbatasan kemampuan dalam mendistribusikan informasi. Keterbatasan tersebut bisa mengakibatkan hilangnya para pemangku kepentingan (stakeholder) potensial terkait pemanfaatan hasil litbang LAPAN. Untuk itu, diperlukan bantuan media massa, karena media massa memiliki jangkauan sangat luas dan lebih cepat.

Media massa memang memiliki kekuatan dalam mendistribusikan informasi dan dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dialami lembaga litbang tersebut. Namun, media massa memiliki aturan sendiri tentang informasi yang layak untuk ditampilkan. Dengan demikian, lembaga litbang sebaiknya memahami informasi yang diperlukan oleh media dan menyelaraskan informasi yang ingin disampaikan dengan kepentingan media massa.

Rene Cappon dalam buku Associated Press Guide to News

Writing mengatakan bahwa penulisan berita harus jelas, singkat, akurat, dan menarik. Sebaliknya, berita juga bersifat tidak tahan lama, bergantung pada deadline, sumbernya terbatas, berita yang dibuat bisa tertutup dengan cerita yang lebih besar tiba-tiba muncul. Artinya, jika informasi yang diberikan ke media tidak dianggap penting, maka media tidak punya alasan untuk memuatnya. Menyimak pertanyaan tersebut, maka lembaga litbang perlu melakukan framing (pembingkaian isu) agar informasi tersebut menjadi penting dan dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan terkini.

Dalam sumber yang sama, Somerset Maugham mengatakan bahwa menulis yang baik sama sulitnya dengan menjadi orang baik. Artinya, dalam menulis bukan hanya diperlukan kesadaran teknis yang baik, melainkan juga kesadaran moral yang tinggi. Pada kenyataannya, mengejar kualitas tersebut sangat sulit karena jurnalis memiliki keterbatasan seperti narasumber dan tengat waktu (deadline). Jurnalis juga memiliki keterbatasan dalam mengolah bahasa penelitian atau bahasa birokrat ke dalam bahasa populer yang mudah dimengerti masyarakat. Untuk itu, lembaga litbang sudah selayaknya

mengolah informasi yang ‘canggih’

tersebut menjadi layak konsumsi untuk orang awam.

Lembaga litbang melalui Public Relations (PR) wajib menyediakan informasi yang memiliki nilai berita

bagi khalayak media. Richard Whitaker dalam buku Media Writing: Print, Broadcast, and Public Relations menegaskan bahwa institusi harus mendahulukan kepentingan atau ketertarikan media dibandingkan apa yang ingin disampaikan organisasi. Jika lembaga litbang fokus dalam menyediakan informasi yang berharga bagi media, maka besar kemungkinan pesan tersebut akan sampai ke khalayak.

Untuk dapat memberikan informasi yang cocok bagi konsumsi media diperlukan manajemen isu. Inilah peran PR yang sangat penting dalam membentuk opini media (Seitel, Fraser P. 2001. The Practise of Public Relations 8thedt. New Jersey: Prentice Hall).

Howard Chase dalam buku The Practise of Public Relation karangan Fraser Seitel menjelaskan bahwa terdapat lima langkah dalam melakukan manajemen isu, yaitu:

• Mengidentifikasi isu yang harus

dipertimbangkan

• Menganalisis setiap isu dan memperkirakan dampak isu tersebut terhadap publiknya

• Memperlihatkan berbagai pilihan strategis yang dimiliki organisasi • Mengimplementasikan program

aksi untuk mengkomunikasikan pandangan organisasi dan mempengaruhi persepsi publik terhadap isu tersebut.

• Melakukan evaluasi.

Menyelaraskan Penyebaran

Informasi Hasil Litbang dengan

Kepentingan Media

Mega Mardita – Biro Kerjasama dan Humas e-mail: mega.mardita@gmail.com

(2)

Dalam buku tersebut, Seitel juga mengatakan bahwa ketika membuat berita, PR harus terlebih dahulu menganalisis situasi, kemudian mengumpulkan informasi,

kemudian melakukan inventarisasi dan identifikasi berita.

Memahami apa yang penting bagi media juga berarti memahami khalayak atau publik si media. Media sangat bergantung pada khalayaknya, untuk itu, mereka akan menyajikan informasi yang akan dianggap penting bagi khalayaknya. John Dewey yang dikutip oleh Ronald D. Smith dalam buku Strategic Planning for Public Relations mengatakan bahwa publik adalah sekelompok orang yang memiliki kepentingan pada suatu institusi. Smith juga menjelaskan ada empat jenis publik yaitu customer, producers, limiters, dan enablers.

Publik-publik ini mempengaruhi kinerja media massa dalam membuat berita. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan Dennis McQuail dalam buku Mass Communication Theory. Ia menjelaskan mengenai dua faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi media yaitu eksternal dan internal. Kekuatan eksternal yang mempengaruhi media mencakup klien (misalnya pengiklan), kompetitor (media lain), autoritas (hukum dan politik), para ahli, institusi-institusi lain, dan khalayak. Sementara itu, faktor internal yang mempengaruhi produksi media mencakup tiga budaya kerja dominan yaitu manajemen, teknis, dan profesional.

Faktor eksternal yang mempengaruhi organisasi media massa mencakup tekanan ekonomi, tekanan sosial politik, sumber konten atau informasi, dan kepentingan khalayak. Faktor internal yang mempengaruhi produksi media mencakup managemen, teknis, dan profesional. McQuail kemudian merangkum kedua konsep tersebut dalam suatu skema berikut.

A. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah kondisi lingkungan di luar organisasi media massa, dalam hal ini media massa tidak memiliki kontrol atas faktor tersebut.

Tekanan ekonomi

Tekanan ekonomi terhadap media massa meliputi kompetitor, news/information agencies, pemilik, dan serikat. Henry Faisal Noor dalam buku Ekonomi Media mengatakan bahwa media sebenarnya merupakan entitas bisnis. Media merupakan bisnis yang dikelola secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik individu, organisasi, maupun masyarakat, dan para pemangku kepentingan lainnya dalam mencari keuntungan.

Untuk menjalankan organisasinya, media sama seperti bisnis lainnya yaitu memerlukan dana atau modal. Sumber dana tersebut digunakan untuk biaya operasional media. John Michael Kitross dalam buku Controversies in Media Ethic mengatakan bahwa sumber dana media dapat diperoleh dari pengiklan, konsumen, dan pemerintah. Mengandalkan dana dari masing-masing ketiga sumber tersebut memiliki masalah yang berbeda-beda. Misalnya, mengandalkan dana dari pemerintah akan membuat muatan media dikontrol baik secara politis maupun ideologis. Sementara itu, mengandalkan dana dari konsumen akan menimbulkan batasan ekonomi antara konsumen dengan media. Maka itu, media cenderung lebih mengandalkan sumber dana

dari pengiklan karena dianggap lebih ‘aman’ walaupun juga

memiliki banyak konsekuensi.

Pemilik media, seperti halnya pemilik bisnis lainnya, menjalankan media untuk tujuan mencari laba. Sumber keuangan utama media massa berasal dari iklan. Sadar akan peran pengiklan dalam media massa, si pemilik media akan memaksa para awak media untuk memproduksi muatan yang dapat menarik banyak khalayak. Jumlah khalayak ini yang nantinya akan disodorkan kepada pengiklan. Mediapun juga dihadapkan pada keharusan menampilkan muatan yang mendongkrak penjualan produk pengiklan.

Bahkan, saking pentingnya pengiklan bagi bisnis media massa, terkadang media harus menyerahkan ideologinya demi kepentingan pengiklan. Pengiklan tidak akan mau beriklan di media yang sering memberitakan hal yang negatif mengenai produk mereka. Misalnya, para awak media sangat paham bahwa rokok mencerminkan gaya hidup tidak sehat dan tidak seharusnya iklan rokok ada di tayangan olah raga seperti sepak bola. Tetapi, para awak media mengesampingkan hal tersebut demi memperoleh sponsor dalam tayangan olah raga tersebut.

Pemilik media atau pemilik modal juga memiliki kepentingan. Kepentingan tersebut seringkali dipaksakan dalam pengelolaan media. Misalnya, berita atau muatan

(3)

yang ditayangkan di media tidak boleh memberi pengaruh negatif terhadap si pemilik modal. Misalnya, Metro TV yang selalu memberitakan informasi yang positif mengenai si pemilik modal.

Bila melihat dari faktor tekanan ekonomi, informasi yang disampaikan oleh lembaga litbang memang idealnya tidak menyerang para pengiklan tersebut. Para awak media sebenarnya mengalami dilema yang kuat karena faktor tersebut.

Tekanan Sosial politik

Kondisi sosial politik sangat mempengaruhi kebijakan dalam kinerja media massa. Akan ada perbedaan isi media pada negara yang otoritarian dengan yang demokratis. Di negara demokratis, cenderung tidak ada campur tangan penguasa terhadap isi media. Tetapi, di negara otoritarian, seluruh isi media dikontrol oleh penguasa. Contohnya yaitu kondisi politik pada masa orde baru yang otoritarian mempengaruhi kinerja media massa

Hukum dan regulasi juga merupakan faktor sosial politik yang mempengaruhi isi media massa. Contohnya, dengan

adanya UU ITE, UU Pornografi, dan UU Penyiaran, maka

media harus menyesuaikan kontennya agar tidak melanggar regulasi tersebut.

kepentingan khalayak

Khalayak sangat mempengaruhi isi media. Tujuan utama media massa adalah memperoleh khalayak sebanyak-banyaknya guna memperoleh pendapatan dari pengiklan. McQuail mengatakan bahwa rating selalu kriteria utama media dalam mencari pengiklan. Untuk itu, peran khalayak sangat besar dalam menentukan isi media.

Maka, guna memperoleh banyak khalayak, media menyesuaikan isi media dengan kebutuhan dan keinginan khalayak. McQuail mencontohkan penerapan unsur ini dalam majalah. Majalah memiliki informasi yang bersifat tersegmentasi bergantung pada genre-nya. Khalayak

dalam majalah sangat spesifik. Untuk itu, majalah berupaya

memberikan menyediakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan khalayaknya. Contohnya, majalah Angkasa, yang merupakan majalah khusus mengenai penerbangan, menampilkan informasi-informasi yang memang ditujukan untuk para pecinta dunia penerbangan. Untuk itu, bila LAPAN memiliki berbagai informasi terkait teknologi penerbangan, majalah ini merupakan media yang cocok untuk menyebarkan informasi tersebut.

Khalayak tidaklah pasif. Khalayak akan terus mengkonsumsi media tertentu jika media tersebut memenuhi kebutuhan informasi yang diinginkan. Maka

(4)

itu, media kemudian menyesuaikan kontennya dengan kebutuhan dan keinginan khalayak. Misalnya, acara televisi pada hari Sabtu dan Minggu banyak berkaitan dengan informasi jalan-jalan dan liburan. Konten tersebut disesuaikan dengan kebutuhan informasi masyarakat pada akhir pekan. Atau ketika menjelang hari raya, media massa memberitakan tentang informasi harga bahan makanan pokok dan informasi arus mudik. Kedua informasi tersebut memang diperlukan khalayak pada saat itu.

Untuk itu, informasi yang diberikan LAPAN sebaiknya memang mempertimbangkan kebutuhan informasi khalayak media. Misalnya, dengan memberikan informasi mengenai arus mudik menggunakan pesawat UAV LAPAN pada saat musim hari raya. Contoh lainnya yaitu, memberikan informasi mengenai kondisi banjir dengan menggunakan teknologi penerbangan dan antariksa ketika musim banjir.

Sumber Informasi

Isi media juga dipengaruhi oleh sumber informasi misalnya kejadian atau supply informasi. Muatan media bergantung pada ketersediaan informasi. Misalnya, pada akhir 2010, Gunung Merapi meletus dan mengakibatkan korban jiwa. Maka, media akan memberitakan mengenai kejadian tersebut. Hal ini disebabkan, saat itu meletusnya Gunung Merapi adalah informasi yang tersedia saat itu.

LAPAN bisa berperan menjadi sumber informasi tersebut. Caranya yaitu peka dengan kondisi lingkungan sehingga dapat memberikan informasi yang berharga bagi

khalayak. Misalnya yaitu, saat ada gunung api yang diprediksi meletus, maka LAPAN sudah seharusnya memberikan informasi mengenai kemungkinan wilayah-wilayah yang terkena dampak berdasarkan analisis citra satelit maupun foto udara.

b. Faktor Internal

Faktor internal berhubungan dengan kinerja di dalam organisasi media massa. Faktor ini berhubungan dengan para awak media, baik jajaran manajemen, redaksi, tim kreatif, dan jurnalis.

manajemen

Manajemen berhubungan dengan tujuan organisasi. McQuail mengatakan bahwa kebanyakan organisasi memiliki tujuan begitu juga dengan media massa. Beberapa media seperti media publik

memiliki tujuan nonprofit yaitu untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas dalam masyarakat. Tetapi kebanyakan media, seperti halnya di Indonesia dijalankan sebagai bisnis untuk mencari keuntungan.

Di dalam organisasi media pun ada tarik menarik kepentingan. Misalnya, pihak manajemen berupaya untuk

memenuhi kebutuhan finansial dalam pengelolaan media

dengan cara mencari pengiklan. Di satu sisi, tim redaksi berupaya untuk memberikan muatan yang berkualitas.

Contohnya yaitu, tim redaksi telah mempersiapkan suatu materi pemberitaan dalam sebuah majalah. Tiba-tiba tim manajemen mengatakan bahwa berita tersebut tidak bisa dimuat karena halaman untuk berita tersebut sudah dibeli oleh pengiklan dengan harga yang fantastis.

Hal tersebut menjelaskan, informasi penting yang disampaikan LAPAN tetap tidak akan dimuat seandainya slot untuk pemberitaan sudah habis.

profesional media

Carol Reuss dalam buku Controversies in Media Ethics mengatakan bahwa nilai-nilai individu praktisi media membentuk etika dan muatan media massa. Dari pernyataan Reuss tersebut terlihat bahwa faktor individu sangat berpengaruh pada proses terbentuknya muatan media massa.

Setiap awak media memiliki ideologi dan latar belakang masing-masing. McQuail mengatakan bahwa ada dua peran reporter yaitu sebagai ‘reporter netral’ atau ‘partisipan’.

(5)

Reporter atau awak media mungkin saja tidak dapat bersifat netral terhadap berita yang ditulis. Hal ini disebabkan, ideologi dan latar belakang sangat melekat dalam setiap perilaku seseorang termasuk para praktisi media dan akan tercermin dalam karya-karya yang dibuatnya.

Contohnya, seorang jurnalis yang memiliki ideologi feminis mungkin saja menulis berita dari sudut pandang nilai-nilai feminisme. Hal yang sama juga terjadi jika si jurnalis merupakan partisan dari partai politik tertentu. Berita yang ditulis oleh jurnalis tersebut mungkin saja bersifat membela partai politik tersebut. Ideologi dan latar belakang seseorang akan mempengaruhi cara berpikir seseorang baik disadari maupun tidak.

Contoh yang konkret dalam kasus lembaga litbang seperti LAPAN misalnya ideologi si jurnalis terhadap teknologi antariksa. Jika si jurnalis merupakan orang yang memang memiliki hobi di bidang penerbangan dan antariksa, maka besar kemungkinan ia akan menulis informasi yang baik mengenai bidang tersebut. Untuk itu, LAPAN perlu menaruh perhatian yang besar terhadap jurnalis yang seperti ini. Sebaliknya, jika si jurnalis tidak paham atau bahkan tidak tertarik dengan dunia penerbangan dan antariksa, maka tulisannya tidak akan mendalam.

Teknis

Teknis media berhubungan dengan mekanisme kerja di organisasi media. Teknik ini juga berkaitan dengan teknologi. Misalnya saja dengan semakin berkembangnya teknologi informasi maka menuntut jurnalis untuk memberikan informasi yang cepat kepada khalayak. Tuntutan ini mengakibatkan para jurnalis tidak memiliki waktu untuk mengumpulkan data dan menulis berita secara komprehensif. Isi berita dalam media online menjadi lebih sedikit dan parsial. Bahkan, terkadang karena berkejaran dengan waktu, para jurnalis tidak melakukan cross check terhadap informasi yang diterimanya. Asas berita yang berimbang menjadi sulit dituangkan dalam satu artikel berita.

Dengan memahami situasi yang dihadapi media tersebut, akan membantu lembaga litbang seperti LAPAN dalam memberikan informasi yang dianggap penting bagi media. Pada akhirnya, lembaga litbang dapat menyebarkan informasi tersebut kepada masyarakat.

Contoh hasil pemberitaan hasil Litbang LAPAN di media cetak. Informasi yang disampaikan sesuai dengan kepentingan media sehingga layak dimuat. (Sumber: dok. Perpustakaan LAPAN)

Referensi

Dokumen terkait

(6)Kebijakan Industri Abon Lele KARMINA dalam mengelola persediaan bahan baku ikan lele pada periode produksi 2008, 2009, 2010 dan 2011 masih belum efisien

Tujan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui profil bahan ajar yang ada di lembaga BIPA, (2) untuk merancang desaian bahan ajar sastra yang berorintasi

Biokomposit dengan matriks pati kulit singkong dan penguat mikrokristalin selulosa Avicel PH-101 serta sorbitol sebagai plastisizer dapat menghasilkan bioplastik

Rincian pokok full sequence accounts Perusahaan Dana Pensiun dan Perusahaan Pembiayaan menggunakan data hasil konsolidasi dari Biro Dana Pensiun � Badan Pengawas Pasar Modal

nilai besar yang dapat digali dalam film ini yaitu setiap orang memiliki.. kebenarannya

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau

Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada program studi pendidikan bahasa Jepang.

dengan burnout pada perawat kesehatan jiwa yaitu kepuasan kerja, dukungan. sosial, aspek pelayanan pasien yang bervariasi (seperti: