• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Profesionalitas Guru

2.1.1.Pengertian Profesionalitas Guru

Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya (Surya, Hasim dan Suwarno, 2010: 77).

Pendapat lain dikemukakan oleh D.Deni Koswara dan Halimah (2008 : 34), mereka mengatakan bahwa profesionalitas menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalitasnya tinggi, sedang, dan rendah. Mengacu pada dua pendapat tersebut, guru dikatakan profesionalitasnya tinggi jika sikap dan komitmen profesi untuk bekerja berdasarkan standar sebagai persyaratan dasar dan kode etik pofesinya demikian sebaliknya guru dinyatakan profesionalitasnya rendah jika sikap dan komitmen kerja tidak sesuai dengan standar kerja dan kode

(2)

etik profesinya, misalnya tidak disiplin, kurang kreatif dan produktif.

2.1.2.Sikap Profesionalitas Guru

Sikap profesionalitas dapat ditunjukkan pada sikap, dedikasi, motivasi,komitmen, dan kompetensi terhadap tugas pokok dan fungsinya. Guru yang memiliki profesionalitas tinggi adalah guru memiliki motivasi kerja, dedikasi, komitmen, dan pengetahuan dan keahlian yang yang tinggi untuk melaksanakan tugas-tugas profesinya.

Menurut Ali Mudlofir (2012: 110) guru profesional akan tercermin dalam pelaksanaan tugas-tugasnya yang ditandai dengan keahlian baik penguasaan materi maupun metode. Di samping keahlian, sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa negara dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab : kepribadian, sosial, intelektual, moral dan spiritual yang tinggi.

Tanggung jawab pribadi artinya guru profesional mampu mengelola dirinya, mengendalikan dirinya serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan kompetensi guru dalam

(3)

beriteraksi dengan lingkungan sosial. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan dan sikap dan perilaku yang senatiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral. Dalam hal ini profesionalitas guru sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran.

Guru dikatakan memiliki profesinalitas tinggipada dasarnya adalah guru yang profesional. Guru dikatakan profesional apabila telah memenuhi persyaratan akademik dan memiliki kualifikasi. Bekal yang harus dimiliki seorang guru profesional meliputi kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional mengajar (Hamzah B.Uno, 2009: 18).

Menurut Sanjaya (2005: 146), bahwa sebagai suatu profesi profesional terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan.

(4)

Guru adalah agen pembelajaran oleh karena itu pada harus melekat sejumlah kompetensi. Dadi Permadi dan Daeng Arifin (2013: 26) menjelaskan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, meliputi kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Selanjutnya dijelaskan: Kompetensi kepribadianadalah merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arifdanbijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didikdan masyarakat (Sembiring, 2009: 38).Kompetensi Pedagogikmerupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2008: 75).

Sedangkan kompetensi professional adalah kompetensi: yang berkaitan dengan (a) kompetensi menguasai landasan pendidikan, (b) kompetensi menguasai bahan ajar; menguasai kurikulum, (c)

(5)

kompetensi menyusun silabus dan program pembelajaran; menetapkan pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran, memilih bahan ajar, memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran, memilih media pembelajaran, memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar, (d) kompetensi/kemampuan melaksanakan program pembelajaran; dan (e) kemampuan melakukan penilaian hasil belajar dengan menggunakan sistem penilaian berbasis kelas (Surya, 2006: 176).

Selanjutnya kompetensi Sosial kemasyarakatan adalah merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan; menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Surya, 2006: 176).

2.1.3.Pengembangan Profesionalitas Guru

Pengembangan profesionalitas guru yang strategis adalah melalui watak guru, yaitu”watak guru yang paripurna”. Watak paripurna merupakan penampilan moralitas kepribadian secara paripurna menurut timbangan keutuhan nilai yang mencakup aspek

(6)

emosional, intelektual, moral dan spiritual, Mudlofir (2012: 125). Dalam hal ini untuk mewujudkan profesionalitas guru melalui pembinaan sikap dan watak guru. Dengan memiliki sikap dan watak akan tumbuh rasa tanggung jawab guru terhadap tugas-tugasnya.

Dalam upaya mengembangkan watak para guru agar menjadi teladan bagi para siswa, Mohammad surya dengan merujuk pada pendapat Hermawan Kertajaya mengemukakan model pengembangan profesionalitas dengan pola” growth with character” (Mohammad Surya, dkk, 2010: 81) yaitu pengembangan profesionalitas berbasis karakter. Dengan menggunakan model tersebut profesionalitas dapat dikembangkan dengan mendinamiskan tiga pilar utama karakter yaitu: keunggulan (excellen), kemauan kuat (passion) pada profesionalisme, dan etika (ethical).

Excellen (keunggulan) mempunyai makna memiliki komitmen untuk senantiasa dalam koridor tujuan, memiliki kecakapan dalam menemukan potensi diri, memiliki motivasi yang kuat, senantiasa melakukan perbaikan terus-menerus. Passion for Knowledge(kemauan kuat) mengandung makna memiliki semangat untuk senatiasa menambah

(7)

pengetahuan, semangat untuk memberikan pelayanan yang terbaik, semangat untuk mewujudkan pengabdian kepada orang lain. Ethical (etika). Etika terwujud dalam watak yang sekaligus menjadi pondasi utama bagi terwujudnya profesionalitas paripurna.

Selanjutnya Mohammad Surya, dkk menyatakan ada enam karakter dalam pilar ketiga ini yaitu: kejujuran, tanggung jawab, sikap menghormati kepada siapapun, melaksanakan tugas secara konsekuen, peduli terhadap berbagai hal yang terkait dengan tugas profesinya, menjadi warga negara yang memahami hak dan kewajibannya.

2.2. Kepemimpinan

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sebagai istilah umum dapat dirumuskan sebagai proses mempengaruhi orang lain dala merealisaikan tujuan. Kepemimpinan berarti rangkaian kegiatan yang saling berhubungan dengan orang lain, berisi kegiatan menggerakkan,membimbing dan mengarahkan serta mengawasi orang lain dalam berbuat sesuatu baik secara perorangan maupun bersama-sama.

(8)

Fred E. Fielder&Martin Chammers dalam Wahjosumidjo (2009: 67), menyatakan bahwa persoalan kepemimpinan pada dasarnya tidak lepas dari tiga hal yaitu (1) bagaimana seorang menjadi pemimpin (how one become leader), (2) bagaimana pemimpin berperilaku (how leader behave), dan (3) apa yang membuat pemimpin itu berhasil (what makes the leader effective).

Menurut Yuki dalam Husaini Usman (2010 : 27), ada beberapa definisi tentang kepemimpinan yang dianggap cukup mewakili selama seperempat abad adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seseorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi kearah pencapaian tujuan satu atau beberapa tujuan tertentu.

3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemiliharaan struktur dalam harapan dan interaksi.

(9)

4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan- pengarahan rutin organisasi.

5. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesedian untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

Sedangkan Terry dalam Wuradji (2009 : 1)menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan antar orang , dimana pemimpin mempengaruhi orang lain ke arah kemauan bersama dalam hubungannya dengan tugas-tugas untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan pemimpin.

Berdasarkan beberapa definisi tentang kepemimpinan di atas peneliti menyimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada bawahan agar dengan kesadaran sendiri bawahannya tersebut termotivasi untuk melakukan

(10)

apa yang diinginkan oleh pemimpin dalam rangka mencapai tujuan organsasi yang telah dirumuskan bersama.

2.2.2.Gaya Kepemimpinan .

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinterkasi dengan bawahannya. Ada beberapa definisi tentang gaya kepemimpinan.

Menurut Thoha (1995 : 17) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi di antara orang yang mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.

Sedangkan menurut Prasetyo (2006: 28), gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang memengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Secara umum dikenal ada lima gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi orang dipimpinnya, yaitu :

(11)

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis : Kepemimpinan otokratis disebut juga kepemimpinan diktator atau direktif. Kepemimpinan ini bercirikan dalam mengambil keputusan atau membuat kebijakan tanpa ada konsultasi dengan bawahannya. Mereka menentukan apa yang harus dipatuhi atau dilakukan oleh orang lain. Keuntungannya keputusan dapat diambil secara cepat, sedang kekuranganya dari keptusan yang dibuat mengakibatkan tidak disenangi oleh orang yang dipimpinnya.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis: Kepemimpinan ini sering disebut kepemimpinan konsultatif atau konsesus. Karena keputusan yang diambil melibatkan orang yang dipimpinnya. Kekurangan dari gaya kepemimpinan ini selalu minta pertimbangan padahal untuk hal yang bersifat cepat dan emergency hal ini tidak cocok, dan keputusan yang disukai bawahannya belum tentu keputusan terbaik dan tepat. Kelebihannya pemimpin disukai bawahannya.

3. Gaya kepemimpinan partisipatif : Kepemimpinan bersifat terbuka dan bebas. Artinya pemimpin hanya melontarkan

(12)

permasalahan kemudian bawahannya untuk mencari pemecahannya. Pemimpin lebih berperan sebagai pengarah untuk menghasilkan konsensus keputusan. Kelebihannya bawahannya lebih diberikan partisipasi sedangkan kekurangan kurang effisien karena membutuhkan waktu panjang untuk diskusi.

4.Kepemimpinan berorientasi : adalah kepemimpinan berdasarkan hasil atau sasaran. Bawahan oleh pimpinan diminta untuk memusatkan perhatian pada tujuan yang ada. Kekurangannya pemimpin cenderung memiliki fokus yang terlalu sempit dan sering kali berfokus pada perhatian yang keliru. Kebaikannya adalah dapat terukur tujuan maupun sasaran yang akan dicapai.

5.Kepemimpinan Situasional: Gaya kepemimpinan ini muncul dari asumsi bahwa tidak ada satu kepemimpinan yang sempurna. Gaya kepemimpinan diterapkan berdasarkan pertimbangan atas faktor-faktor pemimpin, pengikut, situasi dalam struktur tugas, peta kekuasaan, dan dinamika kelompok atau group.

(13)

http : //doawload : tanggal 29 Januari 2015, Kepemimpinan Tranformasinal.

2.2.3.Gaya Kepemimpinan Tranformasional

Burn (1978) dalam Sutikno (2014: 53) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi bawahannya bertanggungjawab lebih dari yang diharapkan.

Bass dan Avolio (1994)dalam Sutikno (2014: 54) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebut sebagai “the Four I’s”. Dimensi yang pertama adalah idealized influansi yang dijelaskan sebagai perilaku pemimpin yang membuat pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayai. Dimensi yang kedua adalah inspirational motivation, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mewujudkan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahannya, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi. Dimensi ketiga adalah intellectual simulation, pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap berbagai

(14)

permasalahan yang dihadapi bawahannya. Dimensi keempat adalah individualizedconsideration, pemimpin transformasional di gambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan penuh perhatian masukan-masukan bawahannya dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahannya terhadap pengembangan karir.

Formulasi teori Bass (1985) dalam Yulk (2001: 305) meliputi empat komponen: kharisma, stimulasi intelektual, dan perhatian yang diindivualisasi. Karisma didefinisikan sebagai sebuah proses yang padanya seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat dan diidentifikasi dengan pemimpin tersebut. Stimulasi intelektual adalah sebuah proses para pemimpin meningkatkan kesadaran para pengikutnya terhadap masalah-masalah dan mempengaruhi para pengikutnya untuk memandang masalah-masalah tersebut dari sebuah perspektif yang baru. Perhatian yang diindividualisasi termasuk memberi dukungan, membesarkan hati, dan memberi pengalaman-pengalaman tentang pengembangan kepada para pengikutnya.

(15)

Yammarino dan Bass (1990) dalam Sutikno (2014: 55) mengatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan orgisasi yang realistik, menstimulasikan bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh perhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Seperti yang diungkapkan Tichy and Devanna (1990) dalam Sutikno (2014: 55) keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat tingkat organisasi maupun pada tingkat individu Pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai moral yang lebih tinggi. Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Jadi, kepemimpinan transformasional melandaskan diri pada pertimbangan pemberdayaan

(16)

potensi manusia. Dengan kata lain, tugas pemimpin transformasional adalah memanusiakan manusia melalui berbagai cara seperti memotivasi dan memberdayakan fungsi dan peran karyawan untuk mengembangkan organisasi dan pengembangan diri menuju aktualisasi diri yang nyata.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan perilaku seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dalam upaya membawa perubahan suatu organisasi ke arah yang lebih baik. Hal yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi bawahan tersebut adalah

a. seorang pemimpin harus berperilaku yang dapat dijadikan teladan bagi bawahan, sehingga bawahan akan menghormati, mengagumi sekaligus mempercayai.

b. seorang pemimpin dapat mewujudkan harapan-harapan bawahan.

c. seorang pemimpin menyampaikan ide-ide baru serta dapat memberika solusi kreatif terhadap berbagai masalah yang dihadapi bawahan

d. seorang pemimpin mau mendengarkan saran dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan.

(17)

2.2.4.Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Gaya kepemimpinan kepala sekolah mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin suatu lembaga sekolah. Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku seorang pemimpin dalam menggerakkan, mendorong, mengarahkan bawahan agar mau melaksanakan apa yang diharapkan pemimpin. Perwujudan tingkah laku kepala sekolah tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaa fungsi kepala sekolah sebagai edukator, motivator, manajer, inovator supervisor, dan leader. Ada banyak teori gaya kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah. Dari berbagai gaya kepemimpinan kepala sekolah, gaya kepemimpinan transformasional pada saat ini merupakan gaya kepemimpinan yang banyak diterapkan oleh pemimpin.

(18)

Menurut Bass (1996,1997) dalam Sutikno (2014:58),kepemimpinan transformasional dianggap efektif dalam situasi atau budaya apa pun.

Kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan kepemimpinan transformasional jika dia mampu mengubah energi sumber-sumber daya baik manusia ataupun non manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah. Sebagaimana didefinisikan oleh Sudarwan Danim (2003:54),kepemimpinan transformasional adalah “ kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang langka dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capai yang telah ditetapkan”.

Gaya kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan oleh kepala sekolah. Adapun alasan perlunya diterapkan gaya kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Olga Epitropika (2001: 1) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi organisasi:

(19)

b. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan.

c. Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi.

d. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi. e. Meningkatkan kepuasan pekerja melalui

pekerjaan dan pimpinan.

f. Mengurangi stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan.

2.3. Profesionalitas Guru dan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Untuk meningkatkan profesionalitas guru dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya diperlukan upaya untuk mengubah motivasi guru di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan profesionalitas guru adalah kepala sekolah menerapkan kepemimpinan transformasional.

Gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah perilaku kepala sekolah dalam kepemimpinannya memiliki visi ke depan , mampu mentransformasi perubahan ke dalam organisasi,

(20)

mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu-individu atau karyawan untuk kreatif dan inovatif, serta membangun team work yang solid; membawa pembaharuan dalam etos kerja dan kinerja manajemen; berani bertanggung jawab memimpin dan mengendalikan organisasi.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah sangat tepat digunakan dalam peningkatan profesionalitas guru. Karena kepemimpinan ini mengedepankan keteladanan, motivasi, komunikatif, dan pengambilan keputusan yang tepat sehingga guru akan memiliki profesionalitas tinggi dengan ditandai termotivasi, berdidikasi, berkomitmen, dan berkompeten terhadap kerja.

2.4. Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah sebagai berikut:

2.4.1. Penelitian oleh Meilina Bustari, M.Pd

Judul penelitian adalah :“ Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi”. Hasil

(21)

penelitian sebagaimana yang direfleksikan pada bagian abstrak menyatakan bahwa : “Organisasi sekolah dewasa ini selalu mengalami perubahan karena dipengaruhi adanya perubahan di berbagai bidang. Agar sekolah tidak tertinggal dengan perubahan tersebut, maka kinerja organisasi senantiasa ditingkatkan melalui peningkatan kinerja individu yang ada dalam organisasi tersebut. Implementasi pembaharuan (inovasi) dalam organisasi sekolah dapat berjalan dengan baik dan efektif apabila ada kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang mampu mengakomodasi perubahan yang begitu pesat. Kepala sekolah hendaknya bertindak selaku pemimpin bukan sebagai bos. Oleh karena itu, kepala sekolah harus menghindari terciptanya pola hubungan dengan guru dan karyawan yang hanya mengandalkan kekuasaan saja, akan tetapi perlu mengedepankan kerjasama fungsional dengan para stafnya. Kepala sekolah harus menekankan pada kerjasama kesejawatan, menghindari terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan dan membosankan, dan senantiasa mendorong rasa percaya diri para stafnya. Kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah kepemimpinan transformasional. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan transformasional agar organisasi sekolah yang dipimpinnya dapat menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dengan cepat, dimana kepemimpinan tersebut senantiasa menekankan pada kerjasama atau pelibatan para guru dan karyawan dalam

(22)

rangka meningkatkan kinerja organisasi sekolah”.

2.4.2.Penelitian oleh Sentot Imam Wahjono.

Judul Penelitan adalah :“Kepemimpinan Transformasional di Sekolah-Sekolah Muhammadiyah “.Penelitian ini dimuat pada Jurnal Manajemen Bisnis FEB Universitas Muhammadiyah Malang Edisi April 2011 Vol 1. Hasil penelitian pada bagian kesimpulan dinyatakan yaitu :

“Gayakepemimpinan laissez-faire yang cenderung membiarkan kepala sekolahberbuat apa saja tanpa kontrol yang terukur seperti halnya pada polakepemimpinan sosial yang pada umumnya terjadi pada persyarikatan, indukorganisasi yang menaungi dan memiliki sekolah-sekolah Muhammadiyah, makadiperlukan penerapan pola kepemimpinan transformasional yang mencakup ciri-ciripemimpin transformasional seperti menunjukkan penghargaan terhadap parabawahan, mampu memahami bawahan, mampu mengestimasi kemampuanbawahan, mampu memberi contoh bagaimana mengatasi hidup, bangkit darikekecewaan, belajar dari kegagalan, dan terus maju, gigih dalam menghadapikesusahan (kemalangan) mampu menumbuhkan rasa kagum bawahan.

2.4.3.Penelitian yang dilakukan oleh Yanti Handayani

(23)

Judul Penelitan :“Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi dengan Kinerja guru di SMA Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Sergai“.Penelitian ini dimuat pada Jurnal Pelangi Pendidikan, Vol. 20 No. 1 Juni 2013.Hasil penelitian pada bagian kesimpulan dinyatakan yaitu :

a. Terdapat hubungan yang signifikan dan berarti antara persepsi terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja guru. Semakin baik persepsi guru terhadap kepemimpinan transformasional kepala sekolah maka semakin baik juga kinerja guru di sekolah. b. Terdapat hubungan yang signifikan dan

berarti antara budaya organisasi dengan contoh bagaimana mengatasi hidup, bangkit darikekecewaan, belajar dari kegagalan, dan terus maju, gigih dalam menghadapikesusahan (kemalangan) mampu menumbuhkan rasa kagum bawahan.

Atas dasar tiga penelitian di atas maka penulis akan mencari jawaban apakah kepemimpinan

(24)

transformasional di SD Negeri Sumurrejo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang membawa dampak terhadap profesionalitas guru,melalui penelitian dalam sebuah judul : Peningkatan Profesionalitas Guru Melalui Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah di SD Negeri Sumurrejo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang

2.5. Kerangka Berpikir

Setiap pemimpin harus memiliki jiwa dan sikap yang dapat memberi contoh-contoh dan teladan bagi bawahannya. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain adalah: (1) Menjadikan dirinya panutan bagi guru dan staf nya, dipercaya, dihormati, dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah. Seorang kepala sekolah harus mampu membuat aturan dan tata tertib dan menjalankannya sesuai hasil keputusan bersama, (2) Memotivasi seluruh guru dan staf nya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah dapat menyiapkan kurikulum sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan dan keahlian guru,

(25)

meningkatkan keprofesionalan kerja, agar guru dapat termotivasi untuk berprestasi dalam bekerja, (3) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan guru dan staf nya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk menjadikan sekolah ke arah yang lebih baik. Langkah ini dimaksudkan untuk lebih mendukung dan mendorong tingkah laku positip dan disiplin guru, dan (4) Bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan staf nya. Kepala sekolah dapat mengoreksi dan memperbaiki perilaku yang indisipliner dan malas, langkah ini mempunyai strategi: menggunakan teguran yang lemah untuk mengehentikan tingkah laku guru yang bersifat negatif, menggunakan tindakan yang keras untuk suatu tindakan yang melanggar peraturan, memberikan sanksi yang logis terhadap pelanggaran tata tertib. Hal tersebut merupakan implementasi kepemimpinan transformasional yang dapat meningkatkan profesionalisme guru.

Profesionalitas guru akan meningkat jika kepala sekolah penerapkan kepemimpinan transformasional.Pemikiran tersebut dapat

(26)

digambarkan oleh penulis sebagaimana pada gambar 2.1. di bawah ini.

Gambar 2.1 Proses Kepemimpinan Transformasional

Dari gambar di atas dijelaskan bahwa profesionalitas guru yang rendah dapat meningkat karena kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan karakteristik keteladanan, motivasi,komunikatif dan ketepatan mengambil keputusan. Demikian hal yang terjadi di SD Negeri Sumurrejo 01 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dengan kepemimpinan transformasional yang diterapkan akan meningkatkan profesionalitas guru. Untuk membuktikan jawaban tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan fokus penelitian peningkatan profesionalitas guru dan gaya kepemimpinan transformasional oleh kepala sekolah

PROFESIONALITAS

GURU RENDAH Kepemimpinan

Transformasional PROFESI ONALIT AS GURU MENING KAT

(27)

SD Negeri Sumurrejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Kepemimpinan  Transformasional

Referensi

Dokumen terkait

(2) Jika suatu hypotheek dibebankan atas lebih dari satu bidang tanah, yang tidak semuanya terletak di daerah kerja seorang pejabat pembuat akte tanah, maka dengan

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu

Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas

Tanaman yang berada pada kategori tinggi umumnya memiliki luas daun yang kecil juga namun permukaan daun tanaman tersebut tidak rata dan terdapat bulu daun sehingga logam

dan M otivasi Belajar Siswa SM K Pada Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.

Dana Bantuan Sahabat diberikan dalam bentuk Dana Tunai yang diberikan oleh Bank DBS Indonesia kepada seseorang atau badan usaha tanpa harus menjaminkan asset apapun kepada pihak

Penyusunan perencanaan Persentase ketersediaan dokumen Dokumen perencanaan pertanian dan pemberdayaan belum ada data % 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 136,000,000.00 100.00

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAI. Ringkasan Anggaran Pendapatan