Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 213 PENGARUH SUSU KEDELAI TERHADAP UKURAN OVUM
PADA WANITA DENGAN SOPK Tri Restu Handayani
Program Studi DIII Kebidanan, STIK Bina Husada Palembang restu_senja@ymail.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Fitoestrogen pada susu kedelai merupakan senyawa yang fungsinya menyerupai hormon estrogen. Estrogen berperan penting dalam produksi dan pematangan ovum. Pada penderita SPOK, fitoestrogen pada susu kedelai dapat membantu memperbaiki kualitas dan ukuran ovum. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh susu kedelai terhadap ukuran ovum pada wanita dengan SOPK dan untuk menyelidiki pengaruh fitoestrogen pada isoflavon kedelai terhadap kesuburan wanita dengan SOPK. Metode : Desain penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan pretest-posttest with control group design. Penelitian dilakukan di Klinik Mama dan Klinik Fertilitas dr Variantono pada Juni – September 2019. Subjek penelitian ini adalah wanita dengan diagnosa SOPK yang dibagi dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan susu kedelai untuk dikonsumsi selama 12 minggu. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yang terdiri dari 30 responden kelompok eksperimen dan 30 responden kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji paired sample t–test dan uji non parametrik Mann Whitney test. Hasil : Uji homogenitas terhadap karakteristik masing-masing kelompok yang meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, pendidikan dan pekerjaan, menunjukkan α > 0.05. Hasil uji paired sample t-test diperoleh t : 4,726 dan nilai ρ value 0.000 (ρ < 0.05). Hasil uji t independen diperoleh nilai p value sebesar 0,004 < 0,05. Terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran ovum kelompok eksperimen yang diberikan susu kedelai dengan kelompok kontrol yang diberikan suplemen asam folat. Saran : Wanita dengan masalah infertilitas seperti SOPK sebaiknya mencoba mengkonsumsi susu kedelai sesuai dengan aturan yang tepat
Kata kunci : Sindrom Ovarium Polikistik, Susu Kedelai, Fitoestrogen
ABSTRACT
Background :. Phytoestrogens in soy milk are compounds whose function is similar to the hormone estrogen. Estrogen plays an important role in the production and maturation of ovum. In PCOS sufferers, the phytoestrogens in soy milk can help improve the quality and size of the ovum. Objective : To determine the effect of soy milk on ovum size in women with PCOS and to investigate the effect of phytoestrogens on soy isoflavones on fertility of women with PCOS. Methods : The research design used was experimental with pretest-posttest with control group design. The research was conducted at the Mama Clinic and Dr. Variantono's Fertility Clinic in June - September 2019. The subjects of this study are women’s with PCOS were divided into an experimental group and a control group. The experimental group was given soy milk to be consumed for 12 weeks. Sample taken technique by using purposive sampling consisting of 15 respondents of experimental group and 15 respondents of control group. Data analysis used paired sample t-test and non-parametric Mann Whitney test. Results : The homogeneity test on the characteristics of each group which includes age, number of children owned, education and occupation, shows α > 0.05. The results of the paired sample t-test obtained t: 4,726 and ρ value 0,000 (ρ <0.05). Independent t test results obtained p value of 0.004 <0.05. There was a significant difference between the ovum size of the experimental group that was given soy milk with the control group thst was given folic acid supplements.Suggestion: Women with infertility problems such as PCOS should try to consume soy milk according to the right rules.
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 214 PENDAHULUAN
Sindrom ovarium polikistik (SPOK)
merupakan salah satu penyebab
ketidaksuburan (infertilitas) karena
kegagalan terjadinya proses ovulasi,
keluarnya sel telur (ovum) dari indung
telur (ovarium). Sindrom ovarium
polikistik biasanya terjadi pada usia reproduktif (antara 15 sampai 40 tahun) dan angka kejadiannya sekitar 5-10% (Baziad, 2012).
SPOK ditandai dengan berbagai gejala
dan tanda yang terjadi akibat
hiperandrogenisme dan gangguan ovulasi tanpa disertai adanya kelainan hiperplasia
adrenal kongenital, hiperprolaktinemia
atau neoplasma yang mensekresi androgen (Baziad, 2012).
Dalam bentuk klasiknya, SOPK
digambarkan dengan adanya anovulasi kronik (80%), menstruasi yang irregular (85-90%) dan hiperandrogen (80%) yang dapat disertai dengan hirsutism (70%), acne (30%), seborrhea dan obesitas (40%) (Sirmans and Pate, 2014).
Hiperandrogen (kadar androgen yang tinggi) pada ovarium mengakibatkan terhambatnya perkembangan folikel dan memicu terjadinya siklus anovulatorik. Produksi androgen yang berlebihan di dalam ovarium menyebabkan
folikel-folikel berukuran kecil dan tidak
mengalami pematangan. Hal ini memicu
terjadinya kista di ovarium(Asemi, 2016).
SOPK pada wanita yang belum ingin mempunyai anak ditanggulangi dengan pemberian pil KB. Pil KB yang sering digunakan adalah jenis pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesteron sintetik. Penggunaan pil KB ini bertujuan untuk menekan fungsi ovarium, sehingga sekresi hormon testosteron menurun. Komponen estrogen yang terdapat dalam pil kontrasepsi akan memicu terjadinya
produksi Sex Hormone Binding Globulin
(SHBG) di hati. Hormon SHBG yang tinggi tersebut akan mengikat lebih banyak
lagi testosteron di dalam darah (Baziad,
2012).
Pada wanita dengan SOPK yang menginginkan segera mempunyai anak,
fitoestrogen pada isoflavon yang
terkandung di dalam susu kedelai dapat menjadi pilihan pengobatan. Fitoestrogen merupakan senyawa yang secara struktural mirip dengan estrogen yang mempunyai
khasiat yang sama seperti estrogen(Khani
and Mehrabian, 2011).
Khani dkk (2011) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terapi suplementasi dengan Genistein yang kaya fitoestrogen
kedelai memiliki keuntungan yang
mungkin pada pasien dengan PCOS dan dapat dipilih sebagai pengobatan alternatif untuk wanita dan dapat memberikan
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 215
keuntungan yang menguntungkan dalam pengurangan komplikasi terkait. Penelitian ini juga menunjukkan kadar penurunan testosteron selama mengkonsumsi kedelai (Khani and Mehrabian, 2011).
Sebuah penelitian kohort prospektif dalam Angela (2018) mengamati hubungan asupan fitoestrogen kedelai pada 315
wanita yang menjalani pengobatan
infertilitas dengan teknologi reproduksi yang dibantu (ART) di Massachusetts General Hospital. Studi ini menemukan bahwa kedelai tidak hanya meningkatkan tingkat fertilisasi, tetapi tingkat kehamilan (52% vs 41%) dan kelahiran hidup (44% vs 31%) lebih tinggi pada wanita yang
makan kedelai dibandingkan dengan
mereka yang tidak makan kedelai.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen dengan pretest-posttest control group design. Pada penelitian ini kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan yaitu pemberian susu kedelai sebanyak 360 ml per hari (isoflavon 36 mg) selama 12 minggu. Sementara kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan.
Populasi penelitian ini adalah semua wanita yang datang ke Rumah Sakit,
Klinik dan/atau Rumah Bersalin yang ada di kota Palembang untuk memeriksakan
kesehatan reproduksinya. Sampel
berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang kelompok eksperimen dan 30 orang kelompok kontrol. Teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling
dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Wanita usia reproduksi
b. Wanita dengan diagnosa SOPK
c. Wanita dengan pemeriksaan USG
transvaginal ditemukan
folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2- 9 mm
d. Bersedia menjadi responden
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Data tersebut meliputi ukuran ovum responden yang didiagnosa SPOK atau PCOS sebelum dan setelah intervensi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar observasi yang berisi tentang data
ukuran ovum sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Waktu penelitian : pengajuan proposal pada September 2018. Proposal diajukan pada laman Simlitabmas dalam program hibah penelitian dosen pemula. Penelitian dilakukan pada Juni – September 2019.
Analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 216
menggunakan uji homogenitas untuk melihat keseteraan karakteristik responden
antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Analisa bivariat
menggunakan uji paired sample t–test dan
uji non parametrik Mann Whitney test.
HASIL PENELITIAN
Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk menilai kesetaraan antara variabel, data kategorik meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, pendidikan dan pekerjaan responden yang mendapatkan intervensi susu kedelai pada kelompok eksperimen dan asam folat pada kelompok kontrol.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Jumlah Anak, Pendidikan dan Pekerjaan
No. Karakteristik Klp Eksperimen Klp Kontrol n % Ρ value n % n % 1 Usia ≤ 30 tahun 18 30 14 23.3 32 53.3 0.678 > 30 tahun 12 20 16 26.7 28 46.7 2 Jumlah anak 1 anak 12 20 15 25 27 45 0.337
Belum punya anak 18 30 15 25 33 55
3 Pekerjaan Bekerja 17 28.3 14 23.3 31 51.6 0.724 Tidak bekerja 13 21.7 16 26.7 29 48.4 4 Pendidikan ≤ SMA 13 21.7 14 23.3 27 45 0.840 > SMA 17 28.3 16 26.7 33 55
Karakteristik responden pada
penelitian ini meliputi usia, jumlah anak yang dimiliki, pendidikan dan pekerjaan. Nilai p value masing-masing karakteristik
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan angka > 0.05. Hal ini berarti. karakteristik responden antar kelompok setara atau homogen.
Tabel 2.
Ukuran Ovum sebelum dan setelah Intervensi
Kelompok Mean Mean
rata-rata Sebelum intervensi Setelah intervensi
Eksperimen 8.13 10.33 2.20
Kontrol 7.67 9.20 1.53
Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan ukuran ovum setelah
diberikan intervensi. Ukuran ovum pada
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 217
peningkatan 2.20 mm. Rata-rata ukuran ovum pada kelompok kontrol mengalami
peningkatan sebesar 1.53 mm.
Tabel 3.
Perbedaan peningkatan ukuran ovum pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Uji Non Parametrik Mann Whitney test)
Uji non parametrik Mann Whitney
test diperoleh nilai p value 0.004 (p< 0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan
pengaruh pemberian susu kedelai dan asam folat terhadap ukuran ovum pada wanita dengan SOPK.
PEMBAHASAN
Dengan menggunakan uji non
parametrik Mann Whitney test diperoleh
nilai p value 0.004 (p< 0.05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan pengaruh pemberian susu kedelai dan asam folat terhadap ukuran ovum pada wanita dengan SOPK.
Setelah dilakukan intervensi yaitu mengkonsumsi susu kedelai selama 12 minggu, rata-rata ukuran ovum kelompok eksperimen mengalami peningkatan 2.20
mm. Rata-rata ukuran ovum pada
kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 1.53 mm.
Hasil penelitian yang diperoleh
melalui observasi terhadap responden kelompok eksperimen menunjukkan bahwa pengaruh susu kedelai tidak hanya dapat meningkatkan ukuran ovum melainkan
juga bermanfaat untuk melancarkan
menstruasi. Gangguan menstruasi pada penderita SOPK / PCOS disebabkan oleh kadar hormon pria yang berlebihan (hiperandrogen) yang berdampak pada kadar estrogen yang berkurang di dalam ovarium sehingga ovum tidak mencapai ukuran optimal untuk berovulasi. Folikel-folikel ovum berukuran kecil dan banyak namun tidak berkualitas sehingga tidak terjadi pematangan. Ovulasi merupakan proses pelepasan ovum yang sudah matang dan siap untuk dibuahi. Apabila tidak terjadi pembuahan maka ovum yang telah berovulasi akan menempel pada dinding uterus dan akan meluruh sebagai darah menstruasi. Ovulasi yang tidak teratur mengakibatkan menstruasi tidak lancar dan tidak teratur. Kandungan fitoestrogen alami pada susu kedelai yang menyerupai estrogen di dalam tubuh dapat membantu kebutuhan hormon estrogen di dalam
Intervensi N Mean Rank Sum of Rank Z ρ
Eksperimen (susu kedelai)
15 19.93 299.00 -2.893 0.004
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 218
ovarium untuk memproduksi ovum yang berkualitas, sehingga ovulasi teratur dan menstruasi menjadi lancar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khani dkk
(2011) menunjukkan bahwa terapi
suplementasi dengan Genistein yang kaya fitoestrogen kedelai memiliki keuntungan yang mungkin pada pasien dengan PCOS dan dapat dipilih sebagai pengobatan
alternatif untuk wanita dan dapat
memberikan keuntungan yang
menguntungkan dalam pengurangan
komplikasi terkait.
Berdasarkan hasil temuan setelah
melakukan penelitian, salah seorang
responden kelompok eksperimen
dinyatakan positif hamil segera setelah mengkonsumsi susu kedelai secara rutin. Responden tersebut memiliki ukuran ovum yang kecil ketika dilakukan pemeriksaan USG transvaginal sebelum pemberian intervensi. Selain itu juga didapati tanda gejala PCOS yaitu hirsutism, tumbuhnya bulu-bulu rambut yang berlebihan. Setelah mengkonsumsi susu kedelai dan dilakukan pemeriksaan USG yang kedua, dokter mengatakan terjadi peningkatan ukuran ovum dan meminta responden tersebut untuk kembali kontrol satu minggu kemudian dengan tujuan menentukan kapan ovulasi.
Kehamilan dapat direncanakan dengan mengetahui ovulasi dan menghitung masa subur. Perhitungan masa subur yang tepat dapat diperoleh dari siklus menstruasi yang teratur atau dengan memeriksakan kondisi ovum melalui USG ke dokter spesialis
kandungan. Berdasarkan perhitungan
tersebut maka dapat dilakukan hubungan seksual yang tepat sehingga dapat terjadi
kehamilan. Selain itu, terjadinya
pembuahan sampai dengan menetapnya zigot di dalam rahim juga dipengaruhi oleh kualitas sperma dan ovum.
Hasil ini sejalan dengan sebuah
penelitian kohort prospektif dalam Angela
(2018) mengamati hubungan asupan
fitoestrogen kedelai pada 315 wanita yang menjalani pengobatan infertilitas dengan teknologi reproduksi yang dibantu (ART) di Massachusetts General Hospital. Studi ini menemukan bahwa kedelai tidak hanya meningkatkan tingkat fertilisasi, tetapi tingkat kehamilan (52% vs 41%) dan kelahiran hidup (44% vs 31%) lebih tinggi
pada wanita yang makan kedelai
dibandingkan dengan mereka yang tidak makan kedelai.
Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Shahain (2014) secara acak terhadap 147 wanita dengan infertilitas ke
clomid dan suplemen phytoestrogen
(120mg / hari) atau clomid saja. Tingkat kehamilan secara signifikan lebih tinggi
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 219
(36%) pada wanita yang mengambil fitoestrogen dibandingkan dengan mereka
yang tidak.
Dalam uji coba secara acak, Thehrani (2014) dan rekan memberi 213 wanita yang menjalani IVF suplemen isoflavon (1.500mg / hari) atau plasebo. Tingkat kehamilan dan persalinan di antara wanita yang menerima isoflavon kedelai hampir dua kali lipat dari placebo.
Membesarnya Ukuran Ovum
Salah satu kriteria diagnosa PCOS menjelaskan bahwa wanita dengan PCOS mempunyai ukuran ovum antara 2mm – 9 mm. Penyebab ukuran ovum yang kecil adalah karena kadar hormon pria yang berlebihan di dalam tubuh (hiperandrogen) sehingga berdampak pada kadar hormon estrogen yang berkurang. Hal tersebut mempengaruhi produksi ovum di dalam ovarium. Ovum yang dihasilkan berjumlah banyak namun tidak berkualitas. Folikel-folikel ovum berukuran kecil sehingga tidak mampu untuk matang dan berovulasi. Kandungan fitoestrogen pada susu kedelai yang menyerupai hormon estrogen membantu kebutuhan hormon estrogen di dalam tubuh sehingga ovarium mempunyai estrogen yang cukup untuk memproduksi
ovum yang berkualitas. Selain itu
komponen fitoestrogen yang terdapat pada kedelai akan memicu terjadinya produksi Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) di
hati. Hormon SHBG yang tinggi tersebut
akan mengikat lebih banyak lagi
testosteron di dalam darah (Baziad, 2012).
Konsumsi susu kedelai yang
mengandung fitoestrogen membuat ukuran ovum bertambah besar. Hal ini terbukti secara ilmiah melalui penelitian yang telah dilakukan. Kadar hormon androgen yang menurun akibat meningkatnya estrogen melalui fitroestrogen susu kedelai dapat
memperbaiki fungsi ovarium dalam
menghasilkan ovum yang berukuran baik dan optimal.
Memperbaiki Siklus Menstruasi
Salah satu penyebab menstruasi yang tidak teratur adalah masalah ovulasi. Hal ini terjadi pada penderita PCOS. Kadar hormon estrogen yang tidak mencukupi untuk memproduksi ovum yang berkualitas dan berukuran optimal berdampak pada proses pematangan ovum atau yang disebut dengan ovulasi. Ovulasi menjadi tidak teratur. Hal inilah yang menjadi penyebab siklus menstruasi tidak teratur.
Fitoestrogen susu kedelai menjadi
alternatif untuk memperbaiki siklus
menstruasi. Ketika kadar estrogen telah tercukupi, maka masalah hormonal yang berpengaruh terhadap terjadinya ovulasi dapat teratasi. Ovulasi yang teratur dengan
sendirinya akan memperbaiki siklus
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 220 Meningkatkan Peluang Hamil
Kehamilan merupakan proses alamiah yang terjadi melalui fase ovulasi, konsepsi, fertilisasi dan nidasi (implantasi). Syarat
terjadinya kehamilan adalah adanya
pembuahan antara sperma dan ovum yang
berkualitas. Ovum yang berkualitas
dihasilkan melalui proses ovulasi. Jika tidak terjadi ovulasi maka sperma tidak akan menemui ovum (konsepsi) di tuba falopii. Konsumsi susu kedelai yang kaya fitoestrogen berpengaruh pada peningkatan ukuran ovum sehingga dapat berovulasi. Ovulasi yang sempurna menghasilkan ovum yang berkualitas dan siap untuk dibuahi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penelitian ini memberikan
kesimpulan bahwa:
1. Setiap responden dari kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki karakteristik yang homogen.
2. Susu kedelai dapat meningkatkan
ukuran ovum pada wanita dengan SOPK.
Saran
Diharapkan kepada wanita usia subur dengan masalah kesehatan reproduksi ukuran ovum yang kecil untuk dapat
mengkonsumsi susu kedelai dengan
takaran yang dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Angela. (2018). Soy and PCOS. PCOS Nutrition Center Articles. (www.pcosnutrition.com/soy)
Asemi, Mehri. (2016). The Effects of Soy Isoflavones on Metabolic Status of Patients With
Polycystic Ovary Syndrome. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism,
Volume 101, Issue 9, https://doi.org/10.1210/jc.2016-1762
Baziad Ali. (2012). Sindrom Ovarium Polikistik dan Penggunaan Analog GnRH. CDK-196/
vol. 39 no. 8, th.
Khani, Behnaz and Mehrabian, F. (2011). Effect of soy phytoestrogen on metabolic and
hormonal disturbance of women with polycystic ovary syndrome. J Res Med Sci. Mar; 16(3): 297–302.
Koswara. Isoflavon Senyawa Multi Manfaat dari Kedelai.
www.ebookpangan.com.ARTIKELISOFLAVON
Maharani. (2012). Sindrom Ovarium Polikistik: Permasalahan dan Penatalaksanaannya.
Jurnal Kedokteran TrisaktiVol.21 No.3.
Murti, Bhisma. (2012). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
di Bidang Kesehatan. Edisi ke-2. Yogyakarta. UGM press.
Rojas, J., Chavez, M., Olivar, L., Rojas, M., Morillo, J., Mejias, J., Calvo, M., and Bermudez, V. (2014). Polycystic Ovary Syndrome, Insulin Resistance, and Obesity: Navigating the
Pathophysiologic Labyrinth. International Journal of Reproductive Medicine.Vol.20,
Babul Ilmi_Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan | 221
Septian, R. (2017). Konsumsi Fitoestrogen, Persentase Lemak Tubuh dan Siklus Menstruasi pada Wanita Vegetarian. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc.
Sirmans, S.M. and Pate, K.A. (2014). Epidemiology, Diagnosis, and Management of
Polycystic Ovary Syndrome. Clinical Epidemiology: 6, 1–13
Speroff L and Fritz MA. (2011). Cronic Anovulation and The Polycystic Ovarysyndrome. In: Clinical Gynecoligic Endocrinology and Infertility. 7th Edition. Philadelphia. 495-531. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tehrani, F.R., Rashidi, H., Shahain., Tohidi, M., and Azizi, F. (2014). The prevalence of
metabolic disorders in various phenotypes of polycystic ovary syndrome: a community based study in Southwest of Iran. Reproductive Biology and Endocrinology, 12:89.