• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MTSN 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MTSN 1 MAKASSAR"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

9

PERANAN SUPERVISI PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MTSN 1 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan

Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh SYAMSUDDIN NIM : 10519243215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1440 H/2019 M

(2)
(3)
(4)

9

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penulis atau peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar adalah hasil karya penulisan atau penelitian sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung oleh orang lain, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal secara hukum.

Makassar, 15 Rajab 1441 H 10 Maret 2020 M

Peneliti

Syamsuddin

(5)

9

KATA PENGANTAR

َنْيِلَس ْرُمْلا َو ِءاَيِبْنَلأْا ِف َرْشَأ ىَلَع ُمَلاَّسلا َو ُةَلاَّصلا َو َنْيِمَلاَعْلا ِّب َر ِللهِ ُدْمَحْلا

ُدْعَب اَّمَأ َنْيِعَمْجَأ ِهِبْحَص َو ِهِلَا ىَلَع َو

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar” dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Shalawat serta salam juga tak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Penulis atau peneliti menyadari bahwa sejak persiapan dan proses penelitian hingga pelaporan hasil penelitian ini terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang di hadapi, namun berkat ridha dari Allah SWT dan bimbingan dari berbagai pihak maka segala kesulitan dantan tangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis atau peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua peneliti tercinta, Ayahanda Gau, dan Ibunda Nursia, serta keluarga

besar yang saya cintai, yang telah mengasuh dan memberikan dukungan dan semangat, serta fasilitas yang tak terhitung sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

(6)

9

2. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim SE, MM. selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Agama

Islam, dan seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas.

4. Ibu Dr. Amirah Mawardi, S.Ag. M..Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam, dan Ibu Nurhidaya M, S.Pd.I. M.Pd.I. selaku Sekertaris Prodi Pendidikan Agama Islam

5. Ibu Dra. Mustahidang Usman, M.Si,. dan Bapak Ya’kub, S.Pd.I, M. Pd.I

selaku pembimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Ibu para Dosen Fakultas Agama Islam yang telah mentransfer ilmunya

sehingga penyusunan Skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

7. Ibu Kepala Sekolah MTSN 1 Makassar Hj. Darmawati,S.Ag., M.Pd, bapak

ibu guru seluruh staf serta tenaga kependidikan yang ada di sekolah MTSN 1 Makassar yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam peneletian yang saya lakukan.

8. Sahabat dan teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam kelas D

Angkatan 2015 Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu persatu yang telah

banyak memberikan sumbangsi selama penulis kuliah sampai penyelesaian skripsi ini.

(7)

9

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun, akhirnya hanya kepada Allah-SWT kami meminta pertolongan, serta hanya kepada Allah SWT pula kita bertawakal. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri, dan peneliti-peneliti selanjutnya dalam menyelesaikan problem pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Makassar, 15 Rajab 1441 H 10 Maret 2020 M

PENELITI SYAMSUDDIN

(8)

9 DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR …… ... …. ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... …. iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH …… ... …. iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... …. v

ABSTRAK …… ... …. vi

DAFTAR ISI …… ... …. vii

DAFTAR TABEL ... .... viii

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... …... 1

2. Rumusan Masalah ... …... 7

3. Tujuan Penelitian ... …... 7

4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... …... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Supervisi Pendidikan…… ... …... 9

1. Pengertian Supervisi Pendidikan ... …... 9

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan…… ... …... 14

3. Dasar dan Konsep Pendidikan…… ... …... 16

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor…… ... …... 18

B. Kualitas Pendidikan Agama Islam…… ... …... 20

1. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam ... …... 20

2. Dasar Kualitas Pendidikan Agama Islam……... …... 25

3. Konsep Kualitas Pendidikan Agama Islam…… ... …... 28

(9)

9 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian…… ... …... 37

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... …... 37

C. Fokus Penelitian ... …... 38

D. Deskripsi Fokus Penelitian ... …... 38

E. Sumber Data ... …... 38

F. Instrument Penelitian ... …... 39

G. Tehnik Pengumpulan Data ... …... 40

H. Tehnik Analisis Data ... …... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi …… ... …... 43

1. Sejarah Singkat MTsN 1 Makassar ... …... 43

2. Identitas Sejarah Lembaga MTsN 1 Makassar ... …... 45

3. Visi Misi MTsN 1 Makassar ... …... 46

4. Tujuan MTsN 1 Makassar ... …... 46

5. Pengelola MTsN 1 Makassar ... …... 47

6. Daftar Nama Guru Dan Pegawai MTsN 1 Makassar ... …... 49

7. Sarana Dan Prasarana MTsN 1 Makassar ... …... 55

B. Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar ... …... 56

C. Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di MTsN 1 Makassar ... …... 60

D. Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar ... …... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …… ... …... 68

B. Saran ... …... 70 DAFTAR PUSTAKA

(10)

9 ABSTRAK

SYAMSUDDIN 10519243215, “Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar”

Dibimbing oleh Ibu Mustahidang Usman dan Bapak Ya’kub

Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada skripsi ini sebagai berikut 1). Untuk mengetahui Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas PAI di MTsN 1 Makassar, 2). Untuk mengetahui Pelaksanaan Supervisi di MTsN 1 Makassar, 3). Untuk mengetahui Kualitas Pendidikan Agama Islam MTsN 1 Makassar.

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah analisis deskriptif kualitatif dan presentase, yaitu suatu penenlitian yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh untuk mengetahui peningkatan kualitas pendidikan agama islam pada sekolah tersebut.

Hasil penelitian yang diperoleh bahwasanya Peranan Supervisi Pendidikan dalam meingkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTSN 1 Makassar melalui wawancara yang dilakukan peneliti secara langsung dengan kepala

sekolah MTsN 1 Makassar yang mengemukakan bahwa “Dengan adanya

supervisi pendidikan yang dilakukan kepala sekolah atau supervisor dapat membantu membimbing guru dalam membentuk karakteristik, menyusun metode atau strategi pembelajaran. Intinya supervisi pendidikan bertujuan membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.” Dari hasil wawancara dengan ibu Darmawati selaku kepala sekolah dapat dikategori bahwa dengan adanya supervisi dapat membantu supervisor dengan mudah dalam memperbaiki dan mengoreksi setiap kekurangan yang ada agar dapat melihat sudah sejauh mana peningkatan kualitas pendidikan yang ada pada sekolah tersebut.

(11)

9 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan dewasa saat ini mempengaruhi para pelaksana pendidikan dimana pengawas dan supervisor dalam pelaksanaan atau implementasi yang disesuaikan dengan kultur bangsa dan dunia global, terkhusus pada pendidikan moral dan akhlak pengguna. Di era globalisasi seperti sekarang

ini pelaksanaan pendidikan diarahkan untuk mengimbagi perubahan,

perkembangan, dan kebutuhan zaman. Diantaranya harus terdapat pendidik yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja pendidik, serta loyalitas terhadap prosesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, pendidik harus mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif, bergairah dan dialogis, sehingga dapat menyenangkan peserta didik maupun bagi pendidik. Untuk mewujudkan seorang pendidik yang profesional, khususnya guru Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini merupakan salah satu tugas kepala sekolah sebagai supervisor.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan orang dewasa kepada mereka yang dianggap belum dewasa. Pendidikan adalah transformasi ilmu

(12)

9

pengetahuan, budaya, sekaligus nilai-nilai yang berkembang pada suatu generasi

agar dapat ditransformasi kepada generasi berikutnya.8 Hal ini mendorong

lembaga pendidikan khususnya sekolah untuk selalu meningkatkan mutu pendidikannya agar lebih berkualitas dan dapat mengikuti perkembangan zaman untuk mencetak para lulusan handal, berkualitas, kreatif, serta beriman dan bertakwa.

Kepribadian yang bermoral dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa haruslah tertanam baik dalam diri peserta didik, karena kemajuan yang tidak dibarengi dangan kuatnya iman dan takwa maka dapat menyebabkan peserta didik terjerumus dalam hal-hal yang dapat merusak moral mereka seperti pergaulan bebas, berhura-hura melakukan aksi pengerusakan, pencurian dan yang lainnya, yang hal itu akan merusak dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pendidikan agama islam sangatlah penting sebagai pendidikan mereka untuk memperkuat dan meningkatkat iman dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Dalam buku yang berjudul “Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik di kutip oleh masnur Muslich menjelaskan bahwa untuk menjadi pendidik profesional, seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan:

1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani

2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran, baik dari segi substansi dan

metodologi bidang ilmu (disciplinary content knowledge), maupun

8

(13)

9

pengemasan bidang ilmu menjadi bahan ajar dalam kurikulum

(pedagogical content knowledge)

3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, mencakup perancangan

program pembelajaran berdasarkan serangkaian keputusan situasional dan implementasi program pembelajaran termasuk penyesuaian sambil jalan

(midcourse) berdasarkan on going transactional decisions berhubungan

dengan adjustments dan reaksi unik dari peserta didik terhadap tindakan

guru.9

Supervisi sebagai suatu kegiatan kepengawasan yang memiliki tujuan untuk membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan pendidikan di sekolah. Sasaran utama dalam kepemimpinan (kepegawaian) pendidikan adalah mengenai bagaimana seorang pendidik dalam kepemimpinannya dapat megajar peserta didiknya dengan baik, dalam usahanya untuk meningkatkan mutu

pengajaran yaitu melaksanakan supervisi pendidikan. Dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya, maka suupervisi penting untuk dilaksanakan. Akan tetapi mengingat pendidik mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, maka supervisor dalam melaksanakan tugas supervisinya hendaklah memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada masing-masing pendidik, baik dalam latar belakang pendidikan, keterampilan maupun pengalaman dalam mengajar dari masing-masing pendidik.

9 Masnur Muslich, Serifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: PT Bumi

(14)

9

Kepala sekolah selaku supervisor, disamping harus memiliki pengetahuan serta keterampilan dalam pekerjaan supervisinya, juga memerlukan teknik-teknik supervisi tertentu dalam melaksanakan tugas supervisinya. Supervsi yang baik adalah yang dapat mengarahkan perhatiannya kepada dasar-dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta penkembangannya dan pencapaian tujuan umum pendidikan, dimana tujuan supervisi adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

Supervisi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar melalui upaya menganalisis berbagai bentuk tingkah laku pada saat melaksanakan program belajar mengajar. Supervisi dapat membantu meningkatkan kemampuan profesional para pendidik, agar pendidik mampu melaksanakan proses belajar mengajar di kelas dengan baik dan mampu berperan sebagai pendidik profesional yang berkenaan dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kepala sekolah berkaitan erat dengan keberhasilan suatu sekolah, yaitu pembinaan program pengajaran, sumber daya manusia, sumber daya material dan

pembinaan hubungan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat.10 Makna lain

yang terkandung dalam definisi tersebut bahwasanya supervisi dimaksudkan untuk membantu seorang pendidik dalam memberi pengertian terhadap masyarakat mengenai program yang sudah ada dan direncakan oleh pihak sekolah agar masyarakat dapat mengerti dan membantu usaha sekolah. Dan dengan adanya supervisi yang dilakukan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam akan berkerja lebih profesional, serta mampu mendesain dengan baik dan

10 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007),

(15)

9

menerapkan model pembelajaran yang memperhatikan kondisi dan keberagamaan peserta didik.

Keberhasilan suatu pendidikan didasari oleh banyaknya faktor yang mendukung. Secara global, faktor-faktor yang memperngaruhi belajar peserta didik terdiri atas: 1) faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan dan kondisi jasmani dan rohani peserta didik, 2) faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan disekitar peserta didik, 3) faktor

pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis belajar peserta didik yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan

kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.11

Dari faktor-faktor tersebut, faktor pendekatan pembelajaran sangatlah mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Pendidikan suatu kegiantan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik dalam upaya membantu mencapai tujuan pendidikan. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber-sumber pendidikan tersebut dapat berlangsung dalam situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

Dengan demikian untuk pencapaian hasil pembelajaran yang maksimal dalam proses pendidikan agama Islam, maka diperlukan seorang pendidik yang profesional, karena dalam dunia pendidikan khususnya bagian pengajaran tolak

11

H. Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa, (Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017) h. 253

(16)

9

ukur keberhasilannya adalah guru.12 Dari urain tersebut peneliti dapat

menyimpulkan bahwasanya hasil pembelajaran yang maksimal tergantung profesionalnya seorang pendidik itu sendiri dalam melaksanakan tugasnya.

Sekolah dapat meningkatkan mutu pendidikannya dengan mengetahui perkembangan sekolah melalui supervisi, selain itu supervisi dibutuhkan oleh seorang pendidik yang mengalami berbagai hambatan yang telah dipaparkan diatas dengan memberikan bimbingan, pengarahan dan bantuan dalam mengembangkan potensi dirinya untuk menjadi seorang pendidik yang profesional. Oleh karena itu, supervisi sangat penting dan sangat dibutuhkan untuk sekolah.

MTsN 1 Makassar adalah salah satu sekolah tingkat menengah utama di kota Makassar. Sekolah tersebut memiliki 3 orang pendidik mata pelajaran pendidikan agama Islam yang bertugas mengajar 12 kelas. Dengan beban dan tanggung jawab mendidik anak yang berjumlah tidak sedikit tersebut, sehingga waktu yang dibutuhkan sangat banyak, maka pasti pendidik tersebut membutuhkan bimbingan dari seorang supervisor dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar yang mereka jalani. Tetapi kenyataanya dalam wawancara singkat dengan pendidik mata pelajaran PAI MTsN 1 Makassar, dalam keterangannya pelaksanaan supervisi belumlah dilaksanakan secara maksimal, seperti proporsi waktu pelaksanaan yang kurang, kegiatan yang dilakukan oleh supervisor hanyalah memonitoring, melihat

12

Nafisah Kurniawati, Analisis Pelakasanaan Supervisi Pendidikan Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Fisika Di SMU/ MAN Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006, h. 1

(17)

9

data peserta didik, yang hal tersebut masih belum maksimal dalam kegiatan membimbing.

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti berminat untuk dapat mengetahui berbagai permasalahan yang berkenang dengan judul penelitian penulis “Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Agama Islam Di MTsN 1 Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti berminat untuk mengetahui :

1. Bagaimana Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar?

2. Bagaimana Pelaksanaan Supervisi Pendidikan di MTsN 1 Makassar?

3. Bagaimana Kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Peranan Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan

Kualitas PAI di MTsN 1 Makassar?

2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Supervisi di MTsN 1 Makassar?

(18)

9 D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan agar :

1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi

maupun masukan kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan untuk menerapkan supervisi pendidikan dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam.

2. Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan pertimbangan dalam mencari informasi dan kondisi di

MTsN 1 Makassar mengenai solusi terhadap supervisi pendidikan Pendidikan Agama Islam

b. Dapat memotivasi peneliti lain untuk meneliti secara lebih mendalam

mengenai permasalahan yang diangkat

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan bahan kajian

mengenai problematika pembelajaran dan solusinya terhadap problematika Pendidikan Agama Islam.

(19)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Supervisi Pendidikan

1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara morfologis supervisi berasal dari dua kata yaitu super dan vision.

Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan, pengawasan dan penilikan dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan (orang yang berposisi diatas, pimpinan) terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Berdasarkan gabungan dua unsur pembentukan kata supervisi, dapat disimpulkan bahwa supervisi adalah pandangan dari orang yeng lebih ahli kepada orang yang memiliki keahlian dibawahnya. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki maupun ditingkatkan.

Secara sematik supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Sedangkan secara

etimologi supervisi diambil dari perkataan bahasa inggris Supervision artinya

(20)

37

Supervisi ialah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan pendidik dan personal lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan pendidik, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, penilaian alat-alat pembelajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.

Adapun pengertian supervisi menurut beberapa ahli:

a) Good Carter

Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

b) Boardman

Adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstimulir dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap peserta didik secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.

c) Wilem Mantja

Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiata supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu: perbaikan (pendidik) dan peningkatan mutu pendidikan.

d) Purwanto

Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncenakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan

secara efektif.40

40

A.A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 83

(21)

Dari beberapa definisi mengenai supervisi diatas supervisi ialah usaha member layanan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Dengan kata lain supervisi ialah memberikan layanan atau bantuan. Sebagai supervisor dalam pendidikan, kepala sekolah sangat berperan penting dan mempunyai tanggung jawab yang lebih berat disbanding tenaga kependidikan yang lain. Lancar tidaknya suatu sekolah dan tinggi rendahnya mutu sekolah tidak hanya ditentukan oleh cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan sekolah melainkan perlu kerjasama dari seorang pendidik sebagai tenaga kependidikan.

Supervisi dilakukan oleh supervisor kepada para guru agar para guru

mampu memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajar.41 Maksudnya ialah

supervisi dijalankan oleh seorang supervisor atau atasan untuk membantu seorang pendidik dalam memperbaiki dan meningkatkan cara-cara mengajarnya.

Begitu juga untuk melaksanakan supervisi, untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah, bukanlah faktor pendidik saja yang menentukan tetapi bagaimana cara memanfaatkan kesanggupan para pendidik itu dan bagaimana kepala sekolah dapat mengikutsertakan semua potensi yang ada dalam kelompokknya semaksimal mungkin. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi harus dapat meneliti dan menentukan syarat-syarat mana yang telah ada dan mencukupi, mana yang belum ada atau kurang mencukupi yang perlu

41

Kisbiyanto, Manajemen Pendidikan Pendekatan Teoritik dan Pratik, (Idea Press Yogyakarta, 2011), h. 55

(22)

diusahakan dan dipenuhi sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin akan tercapai.

Pengertian supervisi dalam kaitannya dengan pendidikan adalah pembinaan terhadap pendidik. Konsep supervisi tradisonal menganggap supervisi sebagai inspeksi. Hal inilah yang menyebabkan pendidik merasa takut dan tidak bebas dalam menjalakan tugasnya serta merasa terancam dan merasa takut untuk bertemu supervisor, bahkan supervisor dianggap tidak memberikan dorongan bagi kemajuan seorang pendidik. Sikap tersebut dipengaruhi oleh pemahaman supervisi secara tradisonal, artinya supervisor dipahami sebagai pengawasan dalam pengertian mencari-cari kesalahan dan menemukan kesalahan untuk diperbaiki yang pada gilirannya penilaan terhadap pendidik. Dalam pengertian lain, supervisi merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-cari kesalahan, jelaslah bahwa kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai lagi dengan zaman reformasi seperti sekarang ini.

Terdapat beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi, bahkan dalam pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan di lakukan sesuai dengan ketentuan. Pemeriksaan yang dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi yang dimaksud untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu, deskripsi

(23)

istilah-istilah diatas identik dengan supervisi sehingga wajar dalam penggunaannya selalu dipertukarkan.

Jika di telaah, dalam pemakaiannya secara umum supervisi diberi arti sama dengan direktur, dan manejer. Dalam bahasa umum ini ada kecondongan untuk membatasi pemakaian istilah supervision pada orang-orang yang berada dalam kedudukan yang lebih bawah dalam hirarki manajemen. Istilah-istilah

umum bagi kedudukan ini selain dari supervisor adalah foremen dan supertendent,

yang dinegara kita disebut “mandor” pengawas, “opsiner” dan “opseter”.42

Merekalah yang bertanggung jawab secara langsung dan bertatap muka tentang kegiatan-kegiatan dari hari ke hari sekelompok pegawai bawahan. Fungsi-fungsi mereka meliputi penugasan dan pembagian pekerjaan, pemeriksaan efisiensi dari proses, metode dan tehnik yang digunakan, pengadaan alat perlengkapan yang diperlukan. Seorang supervisor juga sering diberi kekuasaan untuk mengangkat, memberhentikan atau memindahkan pekerjaan, dan untuk melakukan tindakan-tindakan yang lain selaku manajer..

Peniliti berpendapat dari banyaknya uraian diatas dapat ditarik kesimpulan, yang dimaksud dengan supervisi pendidikan adalah bimbingan profesional bagi seorang pendidik. Bimbingan profesional yang dimaksudkan ialah segala yang memberikan kesempatan bagi seorang pendidik untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih maju dalam

42

Siti Muriah, (2012), Peran Supervisi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam, Vol. 2 No. 3, 1-4

(24)

melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar.

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi Pendidikan

Supervisi merupakan proses bantuan bagi guru dalam mengembangkan kemampuannya yang meliputi pengetahuan, keterampilan mengajar dan komitmen atau motivasi guru. Jadi tujuan supervisi berkenaan dengan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif adalah membantu memperbaiki dan meningkatkan pengelolaan sekolah sehingga tercapai kondisi kegiatan belajar mengajar yang sebaik-baiknya.

Dalam buku Ahmad Susanto yang berjudul “Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep Strategi dan Implementasi” Glickman mendefinidikan

tujuan supervisi ialah sebagai sarana untuk membantu guru dalam

mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang

dicanangkan bagi peserta didik.43 Supervisi yang baik adalah supervisi yang

mampu merefleksikan multi tujuan tersebut. Supervisi tidak berhasil jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan yang lain. Jadi dengan demikian dapat dipahami, bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar mengajar secara total, ini bertujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar pendidik, tapi juga membina pertumbuhan profesi seorang pendidik dalam arti luas, termasuk di

43

Ahmad Susanto, Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep Strategi dan Implementasi, Yogyakarta: Kencana, 2018, h. 221

(25)

dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan

hubungan yang baik kepada semua pihak yang terkait.44

Adapun fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan proses belajar mengajar di sekolah. Sehubungan dengan hal ini, Dalam Jurnal Sonia Afrianti yang berjudul “Implementasi Terhadap Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran Dan Keprofesionalan Guru” mengutip pendapat Malik terhadap kinerja pendidik dalam proses belajar mengajar memiliki tiga fungsi utama yaitu:

a. Supervisi kurikulum untuk menjamin penyampaian kurikulum yang tepat.

b. Perbaikan proses pembelajaran dengan membantu guru merencanakan

program akademis.

c. Pengembangan profesi dalam melaksanakan program pengajaran.45

Kemampuan dalam proses belajar mengajar seorang pendidik di sekolah adalah penguasaan materi atau bahan, metode, alat, dan evaluasi. Keempat hal tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pendidik tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu

pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan

pembentukan nilai-nilai etika dan estetika para peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup masyarakat. Sehartian menjelaskan bahwa: “Fungsi utama supervisi pendidikan bukan perbaikan pembelajaran saja, tapi untuk

44

Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pedoman…, h. 34

45

Sonia Afrianti, A (2016). Implementasi Terhadap Supervisi Pendidikan Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran Dan Keprofesionalan Guru, Jurnal Ilmiah, VII(2),1-9

(26)

mengkoordinasi, menstimulasi dan mendorong kearah pertumbuhan profesi

guru”.46

3. Dasar Hukum dan Konsep Supervisi Pendidikan

Dasar hukum supervisi pendidikan antara lain sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

e. Peratyran Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

f. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

g. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi

Kelulusan

h. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru

i. Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam

Jabatan

j. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan

k. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

46

Sehartian Piet A, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 21

(27)

l. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

m. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhab Beban Kerja

Guru

n. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit

o. Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

p. Permendiknas Nomor 30 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009

Adapun Konsep supervisi modern yang dirumuskan oleh Kimball Wiles

sebagai berikut: “Supervision is assistance in the development of a better teaching

learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.47 Dari gagasan tersebut penulis berpendapat bahwasanya rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi

keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher,

student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

47

A.A. Ketut Jelantik, Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 83

(28)

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan yang bersifat otoriter, sedangkan supervisi menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis.

Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan. Pertama, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yang kedua, hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar.

Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni: 1) kemampuan personaliti, 2) kemampuan

professionalitas.48 Jadi yang dapat peneliti simpulkan ialah bahwasanya pendidik

sangat berperan penting dalam melaksanakan aktivitas kesupervisian agar dapat menunjang dan meningkatkan kemampuan seorang pendidik dalam mengelola setiap kegiatan belajar mengajar khususnya dalam lembaga pendidikan

4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Pelaksanaan supervisi pendidikan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan proses belajar mengajar. Pengawasan dan pengendalian merupakan control agar

48

H. Tobroni, Memperbincangkan Pemikiran Pendidikan Islam Dari Idealisme Subtantif Hingga Konsep Aktual, (Jakarta: Prenadamedia Grup), 2018, h. 281

(29)

kegiatan pendidikan disekolah terarah sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan pencegahan (preventive)

agar para pendidik tidak melakukan penyimpangan dan tidak berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi tentang Propesi Keguruan mereka mengatakan, bahwa tugas supervisor itu meliputi:

1. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan perencanaan dan program.

2. Tugas Administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian

melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha perbaikan kualitas pengajaran.

3. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum, yaitu dalam

kegiatan merumuskan tujuan, membuat penutun mengajar bagi guru, dan memilih isi pengalaman belajar.

4. Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru.

5. Melaksanakan penelitian.49

Dalam melaksanakn tugasnya, supervisi berfungsi membantu, memberi support dan mengajak mengikut sertakan pendidik dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Dilihat dari fungsinya, tampak dengan jelas peranan supervisi dapat membantu pendidik dalam menghadapi kesulitan belajar mengajar.

(30)

“Seorang supervisor dapat berperan sebagai koordinator, konsultan, pemimpin

kelompok dan evaluator.”50

Adapun berkaitan dengan tanggung jawab supervisor dalam pendidikan dapat melaksanakan program-program supervisi terhadap terjadinya perubahan dalam kegiatan pengajaran, perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan dan berbagai inovasi dalam pengembangan kurikulum serta kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam jabatan untuk pendidik. Sesuai dengan tanggung jawab dalam melakukan tugasnya, maka supervisor mempunyai wewenang tertentu sesuai dengan tugas yang dilaksanakan. Wewenang supervisor adalah melaksanakan koreksi, memperbaiki dan membina proses belajar mengajar bersama pendidik, sehingga proses itu mencapai hasil yang maksimal.

B. Kualitas Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi, kualitas atau mutu diartikan sebagai kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas mengandung makna bobot atau tinggi reandahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana pendidikan tersebut telah mencapai suatu keberhasian.

50

Sehartian Piet A, Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, h. 25

(31)

Konteks pendidikan pengertian kualitas, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam “proses pendidikan” yang berkualitas terlibat berbagai input, seperti: bahan ajar, metedologi, saran sekolah, dukungan administrasi, sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen sekolah, dukungan kelas berfunsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik atar guru, peserta didik, dan sarana pendukng dikelas maupun diluar kelas: baik konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkup substansi yang akademis maupun yang non-akademis dalam suasana yang mendukung proses pembelajaran.

Kualitas dalam konteks “ hasil pendidikan” mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh peserta didik atau sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tip akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olahraga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi peserta didik atau sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasan disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan factor-faktor input agar menghasilkan ouput yang setinggi-tingginya.

(32)

Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalu pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan peserta didik diluar sekolah. Juga

memiliki akar budaya serta nilai-nilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat.51

Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini peneliti dapat simpulkan bahwa kualitas pendidkan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Pendidikan yang berkualitas ialah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang memiliki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaharuan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang.

Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “pais” asrtinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi

51

Abdul Chafidz, Sekolah Unggul Konsepsi dan Prombelamtikanya, MPA No. 142, Juli 2008. h. 39

(33)

pendidikan (paedogoige) artinya bimbingan yang diberikan kepada seseorang. 52 Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk

generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.53

Dalam buku Nik Haryanti yang berjudul “Ilmu Pendidikan Islam”

mengutip pendapat Zakiyah Darajat yang mendefinisikan Kata “ta’lim” dengan

kata kerjanya “’allama” juga sudah digunakan pada zaman Nabi. Baik dalam

al-Qur’an, Hadits atau pemakaian sehari-hari kata ini lebih banyak digunakan

daripada kata “tarbiyah”.54 Namun istilah yang sekarang berkembang di dunia

Arab adalah tarbiyah.

Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata, “raba yarbu” yang artinya

bertambah dan tumbuh, yang kedua “rabiya yarba” yang artinya tumbuh dan berkembang, yang ketiga “rabba yarubbu” yang artinya memperbaiki, menguasai,

memimpin, menjaga dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah

yang berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaan secara bertahap atau

membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur.55 Jadi pengertian

pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpi, menjaga, dan memelihara. Esensi dari pendidikan adalah generasi tua

52

Syafril & Zelhendri Zen, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Depok: Kencana, 2017, h. 26

53

Zuhairini, Metedologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: UIN Press, 2004, h. 1

54

Nik Haryanti, Ilmu Pendidikan Islam, (Malang: Gunung Samudera, 2014), h. 6

55

Elfan Fanhas Fatwa Khomaeny, Islam Dan Ipteks Al-Islam dan Kemuhammadiyahan III,

(34)

kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan mencakup dua hal, yaitu: a) Mendidik peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak

Islam, b) Mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran agama Islam.56

Sedangkan pengertian pendidikan jika ditinjau atau dikemukakan oleh para ahli dalam rumusan yang beraneka ragam diantaranya adalah:

a. Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar

generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa

kepada Allah.57

b. Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk

membimbing kearah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam,

sehingga terjadinya kebahagiaan dunia akhirat.58

c. Ki Hadjar Dewantara mengartikan Pendidikan Agama Islam adalah

uapaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan

hidup dan keselarasan dengan dunianya.59 Pendidikan itu membentuk

56 Zakiyah Darajat, Jurnal Pendidikan Dwija Utama Forum Komunikasi Pengembangan

Profesi Pendidik Kota Surakarta, Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 2018, II(1) h. 13

57

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetisi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 130

58 Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: UIN Press,

2004, h. 11

59

Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi Konsep Dasar, Teori, Strategis dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi, Jakarta: An1mage, 2019 h. 227

(35)

manusia yang berbudi pekerti, berpikiran (pintar, cerdas) dan bertumbuh sehat.

Dengan demikian, maka pengertian Kualitas Pendidikan Agama Islam berdasarkan rumusan-rumusan diatas ialah kemampuan suatu lembaga dalam pembentukan perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran agama Islam. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi dalam usaha menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, member contoh, melatih keterampilan berbuat, member motivasi dan menciptakan lingkungan social yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim. Untuk perlu usaha, kegiatan, cara, alat, dan lingkungan hidup yang

menunjang keberhasilannya.60

2. Dasar Kualitas Pendidikan Agama Islam

Terdapat dua hal yang menjadi dasar pendidikan agama Islam, yaitu:

a. Dasar Normatif

Ialah landasan yang bersumber dari ajaran Islam yang termasuk dalam Al-qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Mujadilah: 11

ُ َّ

للَّٱ ِح

َس ۡفَي ْاو ُح َسۡفٱ َف

ِس ِل

َٰ َج َم

لٱ ي ِ

ۡ

ف

او ُح َّس

ْ

ف

َ

ت ۡم

َ

ك

ُ

ل َلي ِق ا

َ

ذ ِإ

َ

ا َٰٓو

ْ

ن َما َء َني ِذ

ُ

لٱ ا َه ُّي

َّ

َ

أ

ََٰٰٓ َي

َم

ل ِع

ۡ

لٱ

ۡ

او

ْ

تو

ُ

أ َني ِذ

ُ

لٱ َو ۡم

َّ

كن ِم

ُ

او

ْ

ن َما َء َني ِذ

ُ

لٱ

َّ

للَّٱ ِع

ُ َّ

ف ۡر َي

َ

او ُ

ْ

شنٱ

ُ

ف

َ

او ُ

ْ

شنٱ َلي ِق ا

ُ

ذِإ

َ

َو

م

ۡۖۡ

ك

ُ

ل

َ

ُ َّ

للَّٱ َو

ٖۚ

ت َٰ

َج َرَد

ٞ ري ِب

خ

َ

نو

َ

ل َم ۡع

ُ

ت ا َمِب

َ

Terjemahnya:

(36)

“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.61

Diayat yang lain Q.S Az-Zumar ayat 9 juga menerangkan:

ۡل

ق

ُ

ۦ ِه

ۗ

ِّب َر َة َم ۡح َر ْاو ُجۡرَي َو َةَر ِخ

لۡٱ ُر

َٰٓ ۡ

ذ ۡح َي ا ٗم ِئ

َ

ا

ٓ

ق َو ا

َ

د ِجا

ٗ

َس

ِل

ۡيَّلٱ َءٓاَناَء ٌتِنَٰ

ق َو

َ

ه ۡن َّم

ُ

أ

َ

َ

ذ

ت َي ا َم

َ

ن ِإ

َّ

نو ُم

َۗ

ل ۡع َي

َ

لَ َني ِذ

َ

لٱ َو

َّ

نو ُم

َ

ل ۡع َي َني ِذ

َ

لٱ ي ِو

َّ

ت ۡس َي ۡل

َ

ه

َ

ِبَٰ

َبۡل

لۡٱ

َ ۡ

او

ْ

ل ْو

ُ

أ ُر

ُ

ك

َّ

Terjemahnya:

Katakanlah: adalah sama orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? “Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.62

Al-qur’an surat Al-Alaq: 1-5 juga menerangkan:

َم

ل

َّ

ع ي ِذ

َ

لٱ ُم َر

َّ

ك

ۡ

لۡٱ

َ ۡ

ك ُّب َر َو

َ

أ َر

ۡ

قٱ ٍق

ۡ

ل

َ

ع ۡن ِم

َ

َنَٰ َسن

لۡٱ

ِ

ۡ

ق

َ

ل

َ

خ

َ

ق

َ

ل

َ

خ ي ِذ

َ

لٱ

َّ

ك ِّب َر ِم

َ

ۡسٱ

ِب

أ َر

ۡ

قٱ

ۡ

ۡم

ل ۡع َي ۡم

َ

ل ا َم َن َٰ َسن ِ

َ

لۡٱ َم

ۡ

ل

َّ

ع ِم

َ

ل

َ

ق

َ

لٱِب

ۡ

Terjemahnya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.63

b. Dasar Konstitusional

Pendidikan agama islam yang berasal dari perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan agama, antara lain:

a. Dasar Undang-undang

61 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV Darus Sunnah,

2015 h. 543

62

Ibid…, h. 459

(37)

Adalah falsafah Negara Republik Indonesia yakni Pancasila. Pancasila sebagai idiologi Negara berarti setiap warga Negara Indonesia harus berjiwa Pancasila dimana sila pertama keTuhanan Yang Maha Esa, menjiwai dan menjadi sumber pelaksanaan sila-sila yang lain.

Sedangkan pengertian pendidikan dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembekajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.64

Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan secara umum adalah usaha sadar yang dilakukan si pendidik, atau orang yang bertanggung jawab untuk (membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, dan memelihara) memajukan pertumbuhan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

b. Dasar Struktural

Yakni yang termasuk UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

 Negara berdasarkan atas keTuhanan Yang Maha Esa

64

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003, h. 3

(38)

 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Dari UUD 1945 diatas, mengandung makna bahwasanya Negara Indonesia member kebebasan kepada sesama warga negaranya untuk beragama dengan mengamalkan semua ajaran agama yang dianut.

c. Dasar Operasional

Dasar operasional ini adalah merupakan dasar yang secara langsung melandasi pelaksanaan pendidikan agama pada sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan terus berkembang kurikulum pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan biasanya berubah setiap kali ganti Menteri Pendidikan Nasional dan Presiden serta akan selalu mengkondisikan terhadap perkembangan IPTEK iternasional.

3. Konsep Kualitas Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan

maksud dan tujuan penciptaannya.65 Dalam rangka merealisasikan konsep tersebut

banyak hal yang harus dilakukan oleh para pendidik. Tidak cukup hanya dilakukan secara formalitas masuk kelas, menyampaikan materi, serta ujian.

(39)

Namun dalam proses pembelajaran di sekolah atau madrasah sangat terikat dengan tujuan pembelajaran, tidak juga sebagaimana proses belajar yang terjadi di

luar sekolah atau di masyarakat (social learning). Maka dari itu pembelajaran di

sekolah terdapat berbagai perencanaan kegiatan yang mengacu pada pencapaian tujuan yang dikehendaki.

Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsure dari paradigm baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia factor kualitas pendidikan senantiasa dituntut . mendapatkan perhatian yang serius. Pengakuan pendidik sebagai tenaga profesional akan diberikan jika pendidik sudah memiliki antara lain kualifikasi akademik yang diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat, sertifikat pendidik diperoleh setelah mengikuti pendidikan profesi, sedangkan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi profesional.66

Dalam pengelolaan pembelajaran seorang pendidik dituntu memahami kondisi peserta didik, perancangan dan juga pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan juga pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Dalam hal kepribadian seorang pendidik harus memiliki kepribadian yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik, dan juga berakhlak mulia. Dalam ranah penyampaian materi pembelajaran yang luas. Disisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa seorang pendidik harus bersifat luwes dalam membangun komunikasi baik dengan peserta didik, antar

(40)

pendidik, tenaga kependidikan, maupun masyarakat sekitar.67 Beberapa hal tersebut bias dikatakan sebagai syarat utama menikatkan kualitas pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan yang terus berlangsung selama hidup manusia.

Seorang pendidik yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa optimal pendidik mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Setiap pendidik memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Belajar hanya dapat terjadi apabila peserta didik sendiri telah termotivasi untuk belajar. Motivasi ini peranannya sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, karena merupakan dorongan atau kekuatan yang menggerakkan seseorang untuk

melakukan sesuatu.68 Maka dari itu pendidik harus secara bertahap dan berencana

memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga peserta didik belajar karena didasari oleh pemahaman akan nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan peserta didik itu sendiri. Walaupun proses ini tidak mudah, namun pendidik harus tetap berusaha menanamkan sikaf positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses nelajar untuk mampu belajar dengan baik.

Sementara itu bahan ajar yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa relevan bahan ajar itu mampu menstimuly peserta didik dalam belajarnya. Media belajar yang yang baik dapat dilihat dari sebrapa efektif media belajar itu digunakan oleh pendidik untuk meningkatakan kualitas belajar peserta didik. Fasilitas belajar yang berkualitas dapat dilihat dari seberapa pengaruh positif fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman.

67

Ibid, 232

(41)

Sedangkan dari aspek materi yang berkualitas dapat dilihat dari kesesuaiannya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik. Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistematik dan sinergi pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai tuntutan kurikuler.

Penelitian ini lebih ditekankan pada peningkatan kualitas pendidikan agama islam yang mengacu pada terbentuknya akhlak mulia peserta didik. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan perencanaan pembelajaran yang menekankan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan agama islam dengan cara memilih pendekatan, metode, teknik maupun evaluasi pembelajaran pendidikan agama

islam yang bermakna.69

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan Agama Islam

a. Guru Agama Islam

Akhlak pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap akhlak peserta didiknya. Karena pendidik itu menjadi panutan dan sekaligus contoh teladan bagi peserta didik. Oleh karena itu haruslah berpegang teguh dengan ajaran agama, berakhalak mulia, berbudi luhur, pengasih dan penyayang kepada peserta didiknya. Pendidik tidak akan sukses mendidik tanpa berakhlak mulia dan berbudi luhur. Oleh sebab itu hendaklan pendidik mengamalkan ilmu yang diajarkannya dengan berpegang teguh dengan ajaran agama (al-qur’an dan as-sunnah). Seorang pendidik agama

(42)

haruslah orang yang kuat keimanannya, banyak amal sholihnya, tinggi akhlaknya, baik dalam segi penggunaan tutur bahasa serta ramah-tamah terhadap peserta didiknya. Dan orang yang memiliki kualitas sebaliknya tidak dapat melaksanakan pendidikan agama.

Dengan demikian peranan pendidik agama islam sangat berpengaruh pada akhlak dan tingkat laku peserta didik didalam menjalani kehidupan.

b. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan dasa pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan.70 Pembelajaran bisa diartikan sebagai suatu

kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ada asas-asas pokok yang harus diperhatiakan. Diantaranya ialah agama islam itu terdiri dari: a)

akidah, kepercayaan, keimanan, b) pengetahuan, c) kelakuan, akhlak.71

Oleh karena itu rencana pembelajaran agama Islam harus mencakup ketiganya. Begitu pula pendidik yang mengajar sesuai rencana bahkan harus bias memperluas dari materi yang disampaikan karena ini berfaedah untuk menumbuhkan rasa keagamaan dan menbangunkan semangat dalam dada peserta didik. Pembelajaran agama Islam yang hanya berupa nasehat, perintah, larangandan hafalan tidak dapat membentuk akhlak peserta didik,

70

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 61

71

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006), h. 17

(43)

namun perlu contoh dan latihan langsung agar karakter yang baik bias menyatu dengan peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat dimaknai bahwa pembelajaran agama Islam lebih ditekankan kepada kondisi trampil atau mengalami

sikak maupun akhlak yang lebih baik dalam kehidupannya.72 Maka dari itu

konsep pembelajarannya harus dirancang sedemikian rupa bagaimana peserta didik mengalami perubahan yang baik dalam hidupnya baik kognitif, eafektif maupun psikomotorik.

c. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Materi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah meliputi: 1) keimanan (kepercayaan), 2) akhlak (budi pekerti), 3) ibadah, 4) Al-Qur’an

1) Keimanan

Keimanan merupakan unsur terpenting dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Tujuan pelajaran keimanan atau kepercayaan bukan hanya menghafal rukun iman dan mengaji yang wajib, mustahil dan jaiz melainkan untuk menimbulkan perasaan keimanan kepada Allah dan mencintainya lebih dari kedua orang tua. Maka dari itu tujuan pelajaran keimanan menurut Mahmud Yunus ialah:

a. Supaya teguh keimanan kepada Allah, rasul-rasul, malaikat,

hari kemudian dan sebagainya.

b. Supaya keimanan itu berdasarkan kesadaran dan ilmu

pengetahuan, bukan taqlid buta semata-mata

(44)

c. Supaya tidak mudah dirusakkan dan diragukan keimanan itu

oleh orang yang tidak beriman.73

2) Ahklak (Budi Pekerti)

Akhlak atau budi pekerti merupakan sikap dan perilaku manusia yang berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup hanya disimpan dalam hati, namun harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk akhlak yang baik. Jadi iman yang sempurna itu ialah iman ygang

dipraktikkan.74

Pengajaran dan pendidikan akhlak sangat penting untuk melahirkan masyarakat yang adil, aman dan makmur serta bahwa semata-mata ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk melahirkan masyarakat yang demikian. Maka dari itu ada ilmu akhlak juga yang penting dipelajari. Karena dengan mempelajari ilmu akhlak kita mengetahui akhlak baik dan buruk. Tetapi lebih dari itu tujuan mempelajari ilmu akhlak bukan hanya mengetahuinya saja melainkan untuk mempengaruhi kehendak dan kemauan kita supaya dengan bersungguh-sungguh mengerjakan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang tidak baik.

3) Ibadah

Ibadah menurut Mahmud Yunus, ialah mendidik para peserta didik supaya mengerjakan amal ibadah, sehingga dibiasakannya dari kecil

73 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006),

h. 23

(45)

sampai dewasa dan hari tuanya.75 Yang dipentingkan dalam pelajaran ibadah adalah mengerjakan amalan atau perbuatan menurut yang semestinya sebagaimana yang diperbuat oleh Nabi SAW. Ibadah mahdloh diajarkan melalui demontrasi, sedangkan ghoiru mahdloh melalui pengalaman dan pembiasaan.

4) Al-Qur’an

Tujuan pengajaran Al-Qur’an di sekolah adalah agar peserta didik dapat membaca Al-Qur’an secara fasih dan benar dengan tadjiwdnya. Selain itu agar peserta didik membiasakan membaca Al-Qur’an dalam kehidupannya. Tujuan yang lebih tinggi lagi dengan adanya pengajaran Al-Qur’an bias memahami materi yang ada dalam Al-Qur’an sebagai kitab suci dengan baik, artinya tidak menyimpang.

d. Lingkungan Pendidikan

Keberhasilan pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai bagi pembentukan kepribadian dan watak peserta didik sangat ditentukan oleh proses yang mengintegrasikan antara aspek pengajaran, pengalaman dan pembiasaan, serta pengalaman sehari-hari yang dialami peserta didik baik di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kebanyakan sekolah yang mengupayakan lingkungan pendidikan yang bernuans keagamaan mengembangkan kebiasaan melaksanakan praktek ibadah bersama peserta didik, mulai dari menyediakan waktu membaca Al-Qur’an, doa di kelas, sholat berjamaah, sholat sunnah serta mengaktifkan kegiatan agama

75

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: HidakaryaAgung, 2006), h. 46

(46)

melalui pembentukan panitia hari besar islam dengan bentuk kegiatannya. Implementasi dari nilai-nilai agama itu dituangkan ke dalam bentuk tata tertib, disiplin dan aturan perilaku sekolah yang diberlakukan bagi seluruh pendukung pendidikang yang ada di lingkungan sekolah.

Beberapa faktor tersebut diatas sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam, terutama dalam pembentukan akhlak mulia peserta didik demi terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, cerdas, trampil memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi luhur, dan bertanggung jawab terhadap dirinya,

bangsa dan negara serta agama.76 Dengan kata lain pendidikan agama

Islam juga merupakan usaha untuk mengembangkan potensi berpikir manusia, mengatur sikap dan perilakunya berdasarkan syariat Islam.

76

Arif Armai, Pengantar Ilmu dan Metedologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 3

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Peneltian

Jenis penelitian skripsi ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian dengan metode deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kodisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive

dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analsis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna

daripada generalisasi.77

B.Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah MTsN 1 Makassar yang terletak tidak jauh dari pusat kota Makassar lebih tepatnya di jalan A. P. Pettarani, Kec. Tamalate, Kota Makassar. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena lokasi tersebut memiliki objek penelitian yang menarik di lihat dari segi kondisi sekolah itu sendiri.

77

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015) h. 15.

(48)

C.Fokus Penelitian

Fokus penelitian terbagi menjadi dua antara lain:

a. Peranan Supervisi Pendidikan

b. Peningkatan Kualitas PAI

D.Deskripsi Fokus Penelitian

Yang menjadi deskripsi focus penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Peranan supervisi pendidikan terhadap pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di MTnN 1 Makassar meliputi proses pembelajaran suasana kelas dan lingkungan pembelajaran

2. Peningkatan kualitas Pendidikan Agama Islam di MTsN 1 Makassar

sebelum dan sesudah adanya supervisi pendidikan yang dilakukan oleh supervisor

E.Sumber Data

a) Data Primer

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas

tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergi.44 Sampel dalam penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga

44

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuntitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015) h. 297

Referensi

Dokumen terkait

Bila SRPM didesain dengan 25% distribusi beban lateral, maka pada desain kapasitas, profil yang dihasilkan menjadi lebih besar sehingga sistem ganda ini tidak efisien, karena

Confirmation and classification of carbapenemases according to Ambler can be done with combination of phenotypic methods, i.e., Modified Hodge Test (MHT), Sodium

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Bagaimanakah Manajemen Strategi Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Dalam Mendorong Pengembangan

Hasil uji statistic bivariat dengan chi square pada responden didapatkan bahwa faktor usia, pendidikan, pengalaman, informasi mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan polisi

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Current Ratio (CR) dan Return on Assets (ROA) Terhadap

Dukungan informasi melalui pendidikan seks yang baik pada anak remaja dimungkinkan akan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, termasuk tingkat pengetahuan dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media tanam lumut dan kombinasinya memberikan pengaruh signifikan ditunjukkan dengan nilai α< 0.05 pada tinggi tanaman, jumlah

Peneliti menunjuk pada teori yang dikemukakan oleh Sanders (2003) diketahui bahwa perilaku yang muncul pada pelaku bullying adalah rasa percaya diri yang tinggi, perilaku agresif,