• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop untuk Meningkatkan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

85 HASIL WAWANCARA

PENGEMBANGAN MODEL SUPERVISI PENGAWAS TEKNIK WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH.

No Nara Sumber Pertanyaan

1. Kepala UPTD Kecamatan Getasan

1. Bagaimana pelaksanaan program yang

dilakukan pengawas untuk menilai kinerja kepala sekolah?

Kami sudah menyusun program supervisi maupun kunjungan bagi kepala sekolah maupun guru secara rutin. Akan tetapi, memang ada kendala-kendala yang dihadapi ketika akan melakukan supervisi. Misalnya kendala kesiapan dari sekolah yang dikunjungi. Atau pengawas datang, kepala sekolah yang bersangkutan sedang meninggalkan jam dinas.

2. Kapan biasanya program supervisi

dipersiapkan atau dibuat?

Perencanaan program biasanya kami melaksanakan di awal tahun ajaran. Rancangan tersebut kami susun berdasarkan waktu yang tidak bertepatan dengan kegiatan dinas lain yang sudah pasti. Namanya merancanag program sudah pasti karena kami punya tujuan, yaitu membantu kepala sekolah, guru di sekolah

3. Bagaimana cara mengorganisasi kepala

sekolah di kecamatan Getasan?

(2)

86

maupun kepala sekolah sendiri. Jadi, sebenarnya dengan adanya kegiatan pertemuan bersama dengan kepala sekolah di lingkup kecamatan Getasan, sudah mempermuda untuk mengoordinir mereka.

4. Bagaimana mengenai efektivitas

pelaksanaan program supervisi oleh pengawas di kecamatan getasan selama ini?

kalau kegiatan supervisi itu pasti dilakukan dengan cara melihat atau mengobservasi secara langsung orang yang disupervisi. Pelaksanaan yang dilakukan biasanya pengawas berkunjung ke setiap sekolah di kecamatan Getasan pada jam dinas atau jam kegiatan belajar mengajar berlangsung.

5. Apa yang dilakukan dalam kegiatan

evaluasi pelaksanaan program supervisi pengawas?

bentuk evaluasi yang dilakukan pengawas, melakukan penilaian dari kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah.

2. Pengawas Sekolah

Kecamatan Getasan

1. Bagaimana pelaksanaan program yang

dilakukan pengawas untuk menilai kinerja kepala sekolah?

(3)

87

menawar hari supervisinya. Ada pula, ketika saya mau supervisi ternyata sudah dirancang kegiatan lain di sekolah, dan lain-lain. Memang tidak mudah untuk melaksanakan program supervisi itu dengan maksimal, apalagi keterbatasan waktu yang sudah kami tentukan belum tentu sesuai dengan kegiatan sekolah yang akan kami kunjungi.

2. Kapan biasanya program supervisi

dipersiapkan atau dibuat?

Selama ini kami menyusun program seperti yang sudah ada sebelumnya. Susunan program yang kami buat juga menyesuaikan kebutuhan yang ada. Jadi, kalau susunan program memang belum ada yang berubah. Sebenarnya ketika menyusun program baru, kami harus melihat evaluasi dari program yang sudah dibuat dan dilaksanakan sebelumnya. Tapi, seringkali kami harus membagi waktu dengan kesibukan pekerjaan yang lain, sehingga kekurangan program sebelumnya tidak kami evaluasi dan tidak kami perbaharui dengan hal yang baru.

3. Bagaimana cara mengorganisasi kepala

sekolah di kecamatan Getasan?

(4)

88

sekolah tidak bisa dipastikan berapa pertemuan dalam satu bulan, karena yang berkaitan dengan informasi dinas terkadang mendadak atau bisa juga lebih lama. Kepala sekolah yang ada di lingkup kecamatan Getasan itu ada kurang lebih 28 sekolah, kalau tidak ada kelompok kerja kepala sekolah kami pengawas yang satu kecamatan hanya 2 tidak sanggup untuk menginformasikan ke tiap-tiap sekolah. Kadang kalau kami datang tiba-tiba untuk menyampaikan informasi, yang terjadi kepala sekolah sedang ada kegiatan di luar jam dinas, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan yang dilakukan melalui kelompok kerja tersebut seringkali mengenai kegiatan dinas, laporan dinas yang langsung berkaitan dengan tugas kepala sekolah.

4. Bagaimana mengenai efektivitas

pelaksanaan program supervisi oleh pengawas di kecamatan getasan selama ini?

(5)

89

kami bina, sedangkan pengawas hanya ada 2. Jika dibandingkan dengan jumlah pengawas dan jumlah sekolah yang ada, tentu itu menjadi kesulitan bagi kami untuk mengefektifkan program supervisi. Padahal sebenarnya ketika membuat program itu kami ingin melaksanakan dengan maksimal, tetapi tugas kami yang lain juga banyak, apalagi kalau ada keperluan dinas, undangan rapat, pelatihan, seminar, dan lain-lain yang menyita cukup banyak waktu bagi kami pengawas.

5. Apa yang dilakukan dalam kegiatan

evaluasi pelaksanaan program supervisi pengawas?

untuk evaluasi supervisi yang kami lakukan memberikan penilaian kepada kepala sekolah mengenai pelaksanaan program supervisi yang dilakukan kepala sekolah. Pada form penilaian kegiatan suda memberikan kritik, saran, atau masukan bagi kepala sekolah terkait kegiatan supervisi. Harapannya supaya dengan masukan-masukan dari saya, kepala sekolah dapat mengintrospeksi diri dan semakin meningkatkan kemampuan supervisi kepala sekolah. Hasil evaluasi ini juga harus saya laporkan dengan mengetahui kepala UPTD, sebagai bukti pelaksanaan program yang sudah disusun.

3. Kepala Sekolah 1 1. Bagaimana penyusunan program

supervisi di sekolah ini?

Program supervisi pasti ada dan sudah disusun dari awal semester. Bahkan pelaksanaannya juga minimal satu semester. Biasanya untuk

(6)

90

disesuaikan dengan jadwal guru tersebut saat mengajar.

2. Bagaimana mengenai pelaksanaan

kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas selama ini?

pengawas dalam melakukan kegiatan supervisi kepada kepala sekolah biasanya datang ke sekolah untuk mensurvei kegiatan belajar mengajar, memantau program maupun kegiatan sekolah, dan lain-lain. Kalau untuk kepala sekolah di Kecamatan Getasan, kami biasanya ada pertemuan bersama untuk kepala sekolah, tapi dalam

pertemuan tersebut tidak selalu membahas mengenai supervisi dari pengawas. Biasanya di kegiatan kepala sekolah banyak membahas mengenai perubahan kurikulum, peraturan dinas, berkas-berkas, dan hal-hal lain yang terkait dengan dinas pendidikan. Tetapi kalau tidak ada paguyuban seperti itu, kepala sekolah seperti saya yang sudah sepuh pasti kesulitan untuk

mendapatkan informasi-informasi baru seperti untuk guru, untuk siswa, untuk kepala sekolah, dan juga untuk

kemajuan sekolah.

3. Bagaimana cara pengawas memberikan

evaluasi terhadap hasil supervisi? biasanya pengawas hanya menilai pelaksanaan supervisi yang saya lakukan kepada guru. Penilaian itu didasarkan pada bukti fisik laporan penilaian supervisi yang sudah saya lakukan. Tetapi hanya pada hal itu saja. Belum ada diskusi bersama untuk

(7)

91

4. Kepala Sekolah 2 1. Bagaimana penyusunan program

supervisi di sekolah ini?

Di awal semester program-program di sekolah sudah harus di buat, salah

satunya program supervisi guru. Program itu disusun berdasarkan kebutuhan sekolah, seperti saya menyesuikan dengan sumber daya yang ada di sekolah.

2. Bagaimana mengenai pelaksanaan

kegiatan supervisi yang dilakukan pengawas selama ini?

kalau untuk kegiatan supervisi pengawas, biasanya pengawas memberitahu terlebih dahulu dan

menjadwalkan datang ke sekolah untuk kegiatan supervisi. Tetapi biasanya pengawas hanya datang untuk mewawancarai saja terkait kegiatan yang dilakukan sekolah. Kalau untuk visitasi di kelas, tidak selalu

dilaksanakan karena jam datang pengawas tidak menentu. Terkadang pengawas datang pada saat jam

kegiatan belajar mengajar sudah selesai, sehingga tidak dapat visitasi kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Bagaimana cara pengawas memberikan

evaluasi terhadap hasil supervisi? evaluasi yang diberikan pengawas berupa penilaian, juga kritik dan saran yang ditujukan bagi kepala sekolah. Tetapi, kepala sekolah tida diberi

instrumen hasil penilaian, sehingga tidak banyak tahu bagaimana perbaikan yang harus dilakukan.

5. Guru 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi yang

(8)

92

hanya satu kali dalam dua semester. Kalau kepala sekolah mensupervisi biasanya juga tidak selesai sampai akhir kegiatan karena kepala sekolah

seringkali sudah ada agenda lain terkait kegiatan dinas

6. Guru 1. Bagaimana pelaksanaan supervisi yang

dilakukan kepala sekolah selama ini? tidak tentu untuk kegiatan supervisi kepala sekolah, karena kepala sekolah lebih banyak kegiatan lain yang

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

126

SUPERVISI PENGAWAS

MELALUI TEKNIK

(43)

127 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sekolah merupakan lembaga formal yang

dijadikan wadah dalam mewujudkan penyelenggaraan

sistem pendidikan yang dapat menghasilkan output

dalam bidang pendidikan. Output yang baik erat

kaitannya dengan kualitas sekolah yang baik pula. Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang memiliki standar pelayanan yang berkualitas. Kualitas sekolah dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya kompetensi guru, sarana prasarana, kualitas kegiatan

pembelajaran dan kompetensi kepala sekolah.

Ketercapaian aspek-aspek tersebut tidak dapat

terlepas dari peran seorang Kepala Sekolah sebagai pemimpin.

(44)

128

bahwa kepala sekolah memiliki peran penting dalam mewujudkan manajemen sekolah yang baik.

Kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah

tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang standar sebagai kepala sekolah, kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Salah satu kompentensi yang berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan adalah kompetensi supervisi dalam bidang akademik.

Menurut Daryanto (2010:91-92) supervisi

merupakan usaha yang dilakukan untuk mengetahui situasi lingkungan sekolah dalam segala kegiatan. Kegiatan ini dimaksudkan agar kepala sekolah dapat mengetahui secara keseluruhan dari setiap aktivitas, baik besar maupun kecil yang terjadi di lingkungan sekolah. Supervisi dilakukan dalam arti membina, mengarahkan, melatih, dan mendorong seluruh personal sekolah dan para guru agar memiliki wawasan baru untuk sebuah pengembangan, salah satunya kegiatan supervisi akademik.

Selain itu Mulyasa (2012: 92) menyatakan bahwa supervisi merupakan bantuan profesional kepada guru

melalui kegiatan perencanaan yang sistematis,

(45)

129 Dalam kegiatan pembelajaran, seringkali guru mengalami kesulitan-kesulitan, baik kesulitan dalam

menghadapi siswa maupun kesulitan dalam

menyampaikan materi yang harus dipahami oleh siswa. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka perlu menjadi perhatian bagi guru untuk membuat perencanaan proses pembelajaran atau yang biasa

disebut dengan RPP. Nehtry (2016) dalam

penelitiannya menyampaikan bahwa guru belum menunjukkan kinerja yang memadai dalam tugas

keprofesionalannya. Hal tersebut dilihat dari

kemampuan siswa kurang maksimal dalam

memahami pelajaran, masih lemahnya karakter siswa dalam sikap, dan rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung dari siswa.

Kemampuan siswa yang rendah tentu akan dikaitkan dengan kemampuan guru dalam kinerjanya. Sehingga, kinerja guru yang rendah juga akan berdampak pula pada mutu pendidikan yang rendah pula. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas profesinya, diperlukan pembinaan bagi guru secara terstruktur. Pembinaan tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah yang bertindak sebagai supervisor. Sebagai supervisor, kepala sekolah dapat membantu guru meningkatkan kualitas dalam pembelajaran dengan melakukan supervisi pembelajaran. Kegiatan

(46)

130

membimbing, memberikan masukan, membantu

memecahkan masalah yang dihadapi guru terkait dengan kegiatan pembelajaran.

Rasyidah (2012) dalam penelitiannya

menerangkan bahwa kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan kompetensi guru dalam kaitannya dengan implementasi KTSP khususnya dalam pelaksanaan supervisi akademik.

Supervisi pembelajaran merupakan kegiatan

pembinaan dengan memberikan bantuan secara teknis

kepada guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru dan dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui

peningkatan profesional guru, diharapkan guru semakin siap dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan melakukan persiapan mengajar dan juga proses belajar mengajar yang lebih baik.

(47)

131 Kepala sekolah belum serta merta melaksanakan program supervisi secara terstruktur.

Program supervisi tentunya sudah disusun oleh kepala sekolah dengan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Namun, dalam kenyataannya program tersebut belum sepenuhnya terlaksana sesuai dengan rancangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, diketahui adanya beberapa alasan kurang

berhasilnya program supervisi pembelajaran,

diantaranya yaitu terbenturnya jadwal supervisi dengan kegiatan sekolah atau dinas, kegiatan kepala sekolah yang harus sering ke luar, sehingga menyebabkan kedisiplinan guru yang rendah, bahkan alasan kurangnya controling dari pengawas sekolah.

Kendala-kendala tersebut sejatinya dapat diatasi salah satunya, apabila kepala sekolah mendapatkan bimbingan dan pengawasan secara terprogram dari pengawas sekolah. Pengawas memiliki peran dalam keberhasilan pelaksanaan program supervisi dari kepala sekolah untuk meningkatkan kinerjanya. Harahap Diniyah Putri (2004) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan supervisi dengan

teknik workshop dapat meningkatkan pembelajaran

yang efektif. Penelitian senada juga dilakukan oleh

Heri Sukamto yang bertujuan meningkatkan

kompetensi guru dalam membuat PTK melalui

(48)

132

meningkatkan kualitas program yang sudah dirancang diperlukan juga kegiatan pengawasan yang tepat. Melihat minimnya pelaksanaan program supervisi oleh kepala sekolah tersebut, diperlukan model supervisi dari pengawas kepada kepala sekolah melalui teknik workshop untuk meningkatkan kualitas supervisi kepala sekolah.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari pengembangan model supervisi

pengawas melalui teknik workshop untuk

meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1. Memberikan acuan bagi pengawas, kepala sekolah,

dan pihak-pihak terkait dalam melaksanakan program supervisi secara efektif sehingga dapat

mengoptimalkan kompetensi guru dalam

meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Terselenggaranya supervisi oleh pengawas melalui

teknik workshop untuk meningkatkan kompetensi

atau kemampuan kepala sekolah dalam

melaksanakan supervisi pembelajaran.

1.3. SASARAN

(49)

133 1.4. LANDASAN HUKUM

1. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13

Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28

Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

(50)

134

BAB II KAJIAN TEORI

2.1. Konsep Manajemen

Manajemen merupakan proses yang dilaksanakan oleh seorang manajer agar suatu organisasi dapat berjalan untuk mencapai tujuan, yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian dalam. Dalam dunia pendidikan

kegiatan manajerial pun dilakukan untun mencapai tujuan pendidikan. Arikunto dan Yuliana (2012:4) menyatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha oleh sekelompok manusia dalam suatu organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Orientasi utama suatu kegiatan manajemen adalah untuk mencapai suatu tujuan yang efektif dan efisien.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Daryanto (2011: 91) menyatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan seni dan ilmu untuk mengelola sumber

daya pendidikan demi terwujudnya proses

(51)

135 Syarafuddin dan Nasuton (2005:71) menjelaskan fungsi manajemen ke dalam empat hal, yaitu: Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),

Kepemimpinan (Leadership), dan Pengawasan

(Controlling). Sejalah dengan pendapat tersebut,

Usman (2006:10) menyatakan bahwa fungsi

manajemen mencakup perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, pengendalian.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut,

manajemen memiliki empat fungsi utaman yang berorientasi pada tujuan.

2.2. Konsep Supervisi Pembelajaran

Supervisi secara etimologis berasalah dari kata “super” dan “visi” yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa; 2012: 90).

Supervisi dalam pendidikan ada karena

kebutuhan guru memperoleh bantuan mengatasi kesulitan dalam landasan pengajaran dengan cara membimbing gurumemilih metode mengajar, dan mempersiapkan guru untuk mampu melaksanakan tugasnya dengan kreativitas tinggi sebagai pengajar. Kegiatan supervisi ini tentunya bertujuan agar peserta

(52)

136

berkesinambungan dengan pola pengajaran yang bervariasi.

Sagala (2010) menyatakan supervisi merupakan suatu bantuan dalam pengembangan dan peningkatan situasi pembelajaran (belajar mengajar) yang lebih baik. Hal tersebut berarti baik buruknya suatu situasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat diketahui melalui kegiatan pengawasan.

Sejalan dengan pendapat tersebut Daryanto

(2011: 91-92) mengemukaan bahwa supervisi

merupakan prosedur memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran. Penilaian ini bertujuan untuk memperlajari dan memperbaik secara bersama-sama faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

anak.

Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalitas guru. Kemampuan profesional ini dapat tercermin pada kemampuan guru dalam memberikan bantuan belajar kepada peserta didik sehingga dapat terjadi perubahan tingkah laku sebagaimana tujuan dari kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, untuk

melaksanakan kegiatan supervisi pembelajaran

(53)

137 Menurut Sagala (2010) tujuan supervisi adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang berkualitas dan profesional

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran tersebut dapat diliperhatikan dari situasi, sarana, bahan ajar, maupun proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Herabudin (2009: ) menegaskan bahwa supervisi bertujuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan proses

mengajar oleh guru. Artinya bahwa supervisi

dilaksanakan untuk mengetahui sejauhmana kinerja guru dalam mencapai tujuan pendidikan nasional melalui kegiatan di kelas. Namun demikian untuk

mengetahui tingkat ketercapaian kegiatan

pembelajaran tersebut, guru perlu dikendalikan oleh supervisor sebagai pengawas di sekolah, misalnya kepala sekolah.

Mulyasa (2012: 112) juga memiliki pemahaman yang sama dengan pendapat sebelumnya bahwa tujuan supervisi adalah mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar. Dengan kata lain tujuan dari pelaksanaan

(54)

138

memberikan kemudahan kepada para guru untuk

belajar mengenai bagaimana meningkatkan

kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.

Pelaksanaan supervisi memberikan dampak bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Bukan hanya menilai namun, melalui kegiatan supervisi

dapat dilakukan pemberian bantuan berupa

dukungan kepada guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah

dapat mengetahui sejauhmana kinerja guru

melakukan tanggung jawabnya masing-masing secara lebih baik.

2.3. Konsep Teknik Workshop

Workshop dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah guru atau pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin

dipecahkan bersama melalui percakapan dan

bekerjasama secara kelompok maupun bersifat

(55)

139 perubahan yang berarti pada diri mereka setelah

mengikuti kegiatan workshop; (3) metode yang

digunakan dalam bekerja adalah pemecahan masalah, musyawarah, praktik, dan penyelidikan; (4) diadakan berdasarkan kebutuhan bersama untuk memecahkan masalah pengajaran; (5) menggunakan narasumber yang dapat memberikan bantuan besar dalam mencapai hasil; (6) senantiasa memlihara kehidupan seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku (Sagala, 2010).

Supervisor sebagai fasilitator dalam workshop

tentu lebih dahulu mempersiapkan perencanaan, menyiapkan bahan yang diperlukan, dan menyusun teknik-teknik fasilitas selama workshop berlangsung.

Kegiatan workshop dapat berjalan dengan beberapa

prosedur pelaksanaan yang tepat antara lain (1) merumuskan tujuan workshop (hasil yang ingin dicapai) secara jelas dan spesifik; (2) merumuskan pokok-pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci; (3) menentukan prosedur pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah yang akan dibahas, menentukan tujuan pembahasan, menggunakan metode pembahasan yang menarik dan

menyenangkan, membaca buku yang berkaitan

dengan materi yang akan dibahas, para peserta

(56)

140

merumuskan kesimpulan materi yang dibahas; (4) menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai; (5) merumuskan kesulitan-kesulitan yang

dihadapi kemudia merumuskan alternatif

(57)

141 BAB III

GAMBAR DAN DESKRIPSI MODEL

3.1. Model Supervisi Pengawas melalui Teknik Workshop

Pengembangan model supervisi pengawas melalui

teknik workshop dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut: (1) perencanaan workshop; (2)

Pengorganisasian dan pelaksanaan workshop; (3)

evaluasi workshop.

Perencanaan workshop meliputi identifikasi

kebutuhan workshop, perumusan tujuan workshop,

penyusunan kegiatan workshop. Pengorganisasian dan

pelaksanaan workshop meliputi koordinasi dengan

Kepala UPTD, pengawas, dan kepala sekolah;

pengorganisasian pengurus dan peserta workshop.

Pelaksanaan workshop meliputi kegiatan pra-workshop: sosialisasi; supervisi kepala sekolah dengan teknik workshop; dan kegiatan akhir workshop yaitu evaluasi dan tindak lanjut peserta supervisi. Evaluasi workshop yaitu mengevaluasi program supervisi dengan teknik workshop. Berikut ini adalah gambar desain model

(58)

142

(59)

143 3.2. Deskripsi Pelaksanaan Supervisi melalui

Teknik Workshop

Pelaksanaan supervisi pengawas dengan teknik workshop untuk meningkatkan kompetensi supervisi kepala sekolah dapat dijabakan sebagi berikut:

1. Tahap Perencanaan Supervisi melalui Teknik

Workshop

Pada tahap ini, pengawas melakukan beberapa tahapan dalam perencanaan yaitu: (1) identifikasi

kebutuhan penyusunan program workshop, langkah

identifikasi kebutuhan penyusunan program workshop

berdasarkan evaluasi pelaksanaan program supervisi sebelumnya. Identifikasi kebutuhan dilakukan agar kegiatan yang direncanakan sesuai dengan temuan-temuan kendala yang dialami pengawas dan kepala sekolah; (2) merumuskan tujuan, pada langkah ini pengawas merumuskan tujuan pelaksanaan supervisi

untuk meningkatkan kompetensi supervisi

pembelajaran oleh kepala sekolah; (3) menyusun

kegiatan supervisi dengan teknik workshop.

penyusunakan kegiatan supervisi dengan teknik

workshop dilakukan dengan membuat susunan acara, kegiatan, dan menentukan materi atau topik yang akan disampaikan; (4) materi, materi yang disampaikan

dalam workshop adalah supervisi pembelajaran. Materi

tersebut dipilih karena peserta dalam kegiatan

(60)

144

meningkatkan kompetensi supervisi dari kepala

sekolah. Penekanan materi dapat ditentukan sesuai dengan pokok bahasan atau masalah yang diangkat; (5) media dan alat , media yang digunakan dalam kegiatan workshop diperlukan untuk melancarkan kegiatan dan

ketercapaian tujuan workshop. Media dan alat yang

diperlukan antara lain laptop, proyektor dan screen, alat tulis bagi peserta, sound dan microfon.

2. Tahap Pengorganisasian Supervisi melalui Teknik

Workshop

Pada tahap pengorganisasian dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: (1) Pengawas melakukan koordinasi dengan Kepala UPTD, bertujuan untuk melaksanakan supervisi. koordinasi dengan kepala UPTD dilakukan

untuk mendapatkan persetujuan secara dinas,

sehingga memperoleh kesepakatan pelaksanaan.

Koordinasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang sudah disiapkan. (2) Membentuk panitia kecil untuk membantu persiapan pelaksanaan workshop yang

terdiri dari penanggung jawab, ketua panitia,

sekretaris, sie publikasi dan dokumentasi, serta sie acara. Panitia yang dibentuk akan melaksanakan tugas sesuai dengan bagian masing-masing. (3) Menentukan

narasumber, narasumber dalam pelaksanaan workshop

supervisi pengawas adalah pengawas. (4) Menentukan

(61)

145 workshop ditentukan dengan menyesuaikan kesepakatan kegiatan program dinas. (5) Menentukan

tempat workshop, tempat pelaksanaan kegiatan

workshop dipilih berdasarkan kebutuhan kegiatan. (6)

Biaya workshop, biaya workshop ditentukan oleh

panitia berdasarkan durasi kegiatan yang dilakukan

dan jumlah peserta workshop. (7) Evaluasi, kegiatan

evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan

pelaksanaan workshop.

3. Tahap Pelaksanaan Supervisi melalui Teknik

Workshop

Pada pelaksanaan dilakukan beberapan langkah yang dilaksanakan, yaitu: (1) kegiatan pra workshop, yang berisi kegiatan sosialisasi kepada para kepala sekolah. kegiatan sosialisasi ini dilakukan melalui pemberian surat undangan kepada kepala sekolan yang bertujuan agar kepala sekolah dapat memperioritaskan

kegiatan wokrshop; (2) kegiatan evaluasi dan tindak

lanjut, kegiatan ini bertujuan agar setelah pelaksanaan

kegiatan workshop ada hal yang diperoleh peserta,

sehingga ada feedback terhadap pelaksanaan kegiatan

(62)

146

4. Tahap Evaluasi Supervisi melalui Teknik Workshop

Pada tahap ini dilakukan evaluasi kegiatan

supervisi dengan teknik workshop. Evaluasi ini

(63)

145 BAB IV

KUNCI KEBERHASILAN MODEL

Kunci keberhasilan supervisi dengan teknik workshop

adalah pada tahap pelaksanaan dibuktikan dengan adanya perubahan yang berarti dari diri peserta. Perubahan tersebut dibuktikan dengan pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah tanpa adanya kendala. Sesuai

dengan salah satu ciri pelatihan workshop yaitu

mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perilaku (Sagala, 2010). Mampu memberikan perubahan iklim yang kondusif dan lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi, juga menjadi kunci keberhasilan supervisi dengan

teknik workshop (Mulyasa, 2012).

Melalui pelaksanaan supervisi dengan teknik workshop

baik peserta workshop maupun narasumber dapat saling menyampaikan pendapat secara terbuka mengenai kendala-kendala yang dialami dalam meningkatkan kompetensi supervisi pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi pengawas

dalam melaksanakan supervisi untuk meningkatkan

kompetensi supervisi kepala sekolah dapat diatasi dengan melakukan perencanaan program yang disesuikan dengan kondisi masing-masing.

(64)

146

(65)

147 BAB V

PENUTUP

Supervisi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bantuan terhadap bawahan dalam mengatasi masalah serta kendala-kendala yang ada. Kegiatan supervisi supervisi pengawas terhadap kepala sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan bantuan kepada kepala sekolah dalam meningkatkan

kompetensinya secara akademik. Pemberian bantuan

(66)

148

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Yuliana, Lia. 2013 Manajemen

Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyaharta.

Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Daryanto. 2011. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta

Engkoswara, dkk. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung:

Alfabeta

Harahap, Diniyah Putri. 2004. Supervisi Akademik Teknik

Workshop Meningkatkan Kemampuan Guru

Melaksakanakan Pembelajaran Aktif. Medan: Jurnal

Manajemen Pendidikan Indonesia. http:

//digilib.unimed.ac.ide (diakses pada Sabtu, 5 Januari 2018 Pukul 16.19 WIB)

Herabudin. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.

Bandung: Pustaka Setia

Mulyasa. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala

Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Nehtry, Merukh. 2016. Pengembangan Model Supervisi

Akademik Teknik Mentoring Bagi Pembinaan

(67)

149 ejournal.uksw.edu (diakses pada 26 Januari 2017 pukul 12.12 WIB)

Rasyidah. 2012. Peran Supervisi Akademik Kepala Sekolah

dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) di Madrasah Aliyah Kota

Yogyakarta.http://uny.ac.id (diakses pada Sabtu, 20 Agustus 2016 pukul 10.40 WIB)

Sagala. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi

Pendidikan. Medan: Alfabeta

Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Syarafuddin dan Nasution, Irwan. 2005. Manajemen

Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching.

Usman, Husaini. 2006. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyosumidjo. 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah.

(68)

150

Lampiran 1

Contoh Susunan Kegiatan Workshop

Workshop Supervisi

1. Latar Belakang Kegiatan

Kualitas pendidikan ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, salah satunya peran guru sebagai pendidik. Guru perlu memiliki kompetensi yang unggul dalam pembelajaran sehingga dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan guru dalam pembelajaran dapat dilihat melalui nilai siswa. Selain itu, penilaian tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau supervisor melalui kegiatan

supervisi. Supervisi merupakan usaha yang

dilakukan untuk memberikan bantuan kepada guru dalam mengatasi permasalahan di lingkungan akademik. Untuk itu, diperlukan pemahaman mengenai kegiatan supervisi melalui kegiatan workshop.

2. Tujuan

 Peserta mampu memahami konsep penyusunan

program supervisi.

 Peserta mampu memahami konsep pelaksanaan

supervisi.

(69)

151 sesuai dengan tahapan atau langkah.

3. Materi

Materi yang disampaikan dalam kegiatan workshop

ini disesuaikan dengan topik atau bahasan utama, antara lain:

 Supervisor

 Program Supervisi

 Pentingnya Supervisi

 Pelaksanaan Supervisi

4. Manfaat Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan workshop ini bermanfaat untuk

meningkatkan kompetensi kepala sekolah maupun guru dalam dunia pendidikan.

5. Waktu dan Tempat Kegiatan

Kegiatan workshop dilaksanakan pada: Hari / Tanggal :

Waktu : Tempat :

6. Narasumber/Pemateri

Adapun pemateri yang mengisi workshop adalah: Pengawas 1, Pengawas 2.

7. Alat dan Media

(70)

152

 Proyektor dan Screen

 Alat tulis

Microfon dan sound

8. Bentuk dan Susunan Kegiatan

Kegiatan Narasumber Keterangan

1. Pembukaan Kepala UPTD

Pengawas

 Tempat Aula

 Alat: Microfon dan Sound

2. Sesi 1:

Pemaparan materi

Pengawas  Tempat Aula

 Alat: Microfon dan Sound

Pengawas  Tempat Aula

 Alat: Microfon dan Sound

Pengawas  Tempat Aula

 Alat: Microfon dan Sound

(71)

153

Pengawas  Tempat Aula

(72)

154

Lampiran 2

Contoh susunan acara kegiatan workshop

Workshop Supervisi

Waktu Kegiatan Keterangan

07.30 – 08.00 Daftar ulang Peserta

 Program supervisi

Pengawas

10.15 – 10.30 Break Panitia

10.30 – 12.00 Sesi 2:

 Pentingnya supervisi

(73)

Gambar

GAMBAR DAN DESKRIPSI MODEL
Gambar 3.1. Desain Model Supervisi Pengawas Melalui Teknik Workshop

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian di Universitas Aisyah Pringsewu Lampung mengenai Hubungan antara Manajemen Waktu dengan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa

menentukan menyunting informasi iklan, slogan, dan poster sesuai bahasa yang baik dan benar.. Pertemuan Kedua

kebijakan pencantuman label pada barang ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru sebagai lembaga yang diberi kewenangan dan bertugas

Urusan kewenangan Desa, Yang merupakan Penyerahan wewenang Pemerintahan Kabupaten kepada Pemerintah Desa untuk mengatur dan mengurus urusan Pemerintahan dalam

Pada SMKN 1 Mesjid Raya persentase akhir yang didapat sebanyak 48,89% untuk tingkat pemahaman penggunaan teknologi informasi ditinjau dari, penggunaan sosial media,

Berbeda dengan pembeli lelang yang dilakukan berdasarkan parate eksekusi (Pasal 6 jo Pasal 20 ayat 1 huruf a Undang-Undang No. 4 Talum 1996 Tentang Hak Tanggungan), apabila

Analisis terhadap data bobot relatif menunjukkan bahwa kandungan protein ransum (15 vs 19%) tidak nyata (P>0,05) berpengaruh terhadap bobot relatif segmen saluran pencernaan anak

Adapun salah satu tujuan dari pembuatan Laporan Akhir ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Politeknik Negeri Sriwijaya khususnya pada jurusan